• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS FLUIDISASI 3 FASE DALAM MENURUNKAN PARAMETER ORGANIK DALAM AIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS FLUIDISASI 3 FASE DALAM MENURUNKAN PARAMETER ORGANIK DALAM AIR."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS FLUIDISASI 3 FASE DALAM

MENURUNKAN PARAMETER ORGANIK DALAM AIR

O l e h :

B AGUS DWI CAHYONO

0852010026

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMB ANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JATIM

SURAB AYA

(2)

SKRIPSI

EFEKTIFITAS FLUIDISASI 3 FASE DALAM

MENURUNKAN PARAMETER ORGANIK

DALAM AIR

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( S-1)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

O l e h :

B AGUS DWI CAHYONO

0852010026

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMB ANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JATIM

SURAB AYA

(3)

MENURUNKAN PARAMETER ORGANIK

DALAM AIR

Oleh :

B AGUS DWI CAHYONO

0852010026

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada hari : Rabu Tanggal : 23 Mei 2012

Menyetujui,

Pembimbing

Ir. Novirina Hendrasarie, MT. NIP : 19681126 199403 2 00 1

Penguji I

Ir. Tuhu Agung R., MT.

NIP : 19620501 198803 1 00 1

Mengetahui,

Penguji II

Dr. Ir. Munawar, MT.

NIP : 19600401 198803 1 00 1

Ketua Program Studi

Dr. Ir. Munawar, MT.

NIP : 19600401 198803 1 00 1

Penguji III

Ir. Dewa Gede Okayadnya W., MT. NIP : 19571105 198503 1 00 1

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar sarjana (S1), tanggal 23 Mei 2012

Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

(4)

CURRICULUM VITAE

Penelit i

Nama Lengkap : Bagus Dwi Cahyono

NPM : 0852010026

Tempat/ tanggal lahir

: Sidoarjo, 19 Desember 1990

Alamat : Dsn. Serbo Rt 05 Rw 02, Desa

Bogempinggir, Balongbendo,

Sidoarjo Nomor Hp. : 085646974785

Email : [email protected]

Pendi dik an

No Nama Univ / Sekolah Program Studi

Mulai

Keterangan Dari Sampai

1 FTSP UPN ”Veteran” Jatim

Teknik

Lingkungan 2008 2012 Lulus

2 SMAN 2 Mojokerto I PA 2005 2008 Lulus

3 SMPN 1 Balongbendo

Sidoarjo Umum 2002 2005 Lulus

4 SDN Bogempinggir Umum 1996 2002 Lulus

Tugas Ak ad em ik

No. Kegiatan Tempat/ Judul Selesai tahun

1 Kuliah Lapangan PT. SI ER, PT. Royal Fisheries, PT. PI ER, Balai Konservasi hutan Mangrove Denpasar-Bali, PDAM Denpasar-Bali, PDAM Ubud-Bali

2011

2 KKN Desa Jangur, Kec Sumberasih. Probolinggo 2011

3 Kerja Praktek Pengelolaan dan Pengolahan Limbah Cair

Unit Produksi I I I PT. Petro Kimia Gresik 2011

4 PBPAM Perencanaan Bangunan Pengolahan Air

Buangan I ndustri Rumah Pemotongan Hewan (RPH)

2011

5 SKRI PSI Efektifitas Fluidisasi 3 Fase Dalam

Menurunkan Parameter Organik Dalam Air

2012

Orang Tua

Nama : H. Sumarsono

Alamat : Dsn. Serbo Rt 05 Rw 02, Desa Bogempinggir, Balongbendo, Sidoarjo

Telp : -

(5)

Atas rahmat dan Hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

“Efektivitas fluidisasi tiga fase dalam menurunkan parameter organik”.

Adapun tujuan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan di Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa

Timur.

Selama menyelesaikan tugas ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

Tuhan YME yang telah memberikan dan mengabulkan doa saya selama ini sehingga

Tugas Akhir saya dapat terselesaikan ,walaupun dengan kerja keras yang lebih, serta

dapat selesai sesuai waktunya.

2.

Ir.Naniek Ratni J.A.R,Mkes, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Dr.Ir.Munawar.,MT selaku Ketua Progdi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Universitas Pembangunan ”Veteran” Jawa Timur.

4.

Ir.Novirina Hendrasarie.,MT selaku dosen Pembimbing saya yang tiada henti- hentinya

memberikan ilmu, dukungan,kesabaran serta kasih sayaangnya pada saya dan juga telah

memberikan saya satu pelajaran baru yang saya ambil dari beliau.

5.

Bapak Ir Tuhu Agung Rahmanto, MT. yang telah memberikan saran dan masukan bagi

penulis. Serta senantiasa memberikan semangat bagi penulis.

6.

Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan moril dan material yang sangat

berarti bagi saya.

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektivitas

fluidisasi tiga fase dalam menurunkan parameter organik (COD). Semoga hasil penelitian

ini dapat diterapkan sebagai salah satu cara untuk pengolahan air bersih. Penulis

menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, besar harapan penulis terharap karya

sederhana ini agar dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Surabaya, Mei 2012

(6)

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATAPENGANTAR…….……….. …….. i

DAFTAR ISI………...……….... ……… ii

INTISARI………..……… ………..…... iv

ABSTRAK ……… v

DAFTAR TABEL

……….. vi

DAFTAR GAMBAR

………. vii

DAFTAR NOTASI

……….. viii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang………..………. ……….. 1

1. 2 Perumusan Masalah……….……….. .……. 3

1.3 Tujuan Penelitian……….. …….. 3

1.4 Manfaat Penelitian……….……… ……. 4

1.5 Ruang Lingkup……….. …….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Air Bersih……….…. ……… 5

2.2 Syarat Kualitas Air Bersih ………... ……… 5

2.2.1 Suhu ……… 6

2.2.2 pH

……….. 8

2.3 Pengertian COD, DOdan TSS……… ……..……… 8

2.4 Proses Fluidisasi..………... ….………. 11

2.4.1 Fenomena Fluidisasi ……… 14

2.4.2 Jenis Fluidisasi ……… 18

2.4.3 Pola Penyebaran Unggun

……….. 21

2.4.4 Regime Gelembung

……….. 22

2.4.5 Perpindahan Massa

……… 24

(7)

2.5.1 Jenis Aerasi

……….. 27

2.6 Media Fluidisasi

……….. 28

2.5.1 Pasir Kuarsa ……… 29

2.6 Penelitian Terdahulu ……… 30

BAB III METODE PENELITIAN

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

……….. 32

3.2 Peralatan Penelitian

……….. 32

3.3 Variabel

……… 32

3.4 Prosedur penelitian……… …... 33

3.4.1 Prosedur penelitian fluidisasi bermedia ……… 33

3.4.2 Prosedur penelitian fluidisasi tidak bermedia (Aerasi) ………. 34

3.5 GambarReaktor

……….. 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Konsentrasi Oksigen Terlarut……… ……….…….. 37

4.2 Konsentrasi COD Dalam Air………. …………..…. 41

4.3 Konsentrasi Padatan Tersuspensi……….……… ……….…… 45

4.4 Suhu dan pH

……….. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……...……… 49

5.2 Saran... ……… 50

DAFTAR PUSTAKA………. …… 51

LAMPIRAN A

LAMPIRAN B

(8)

iv

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemampuan reaktor fluidisasi tiga fase dalam

meningkatkan kandungan DO dan menurunkan kandungan organik yaitu COD dan mempelajari

pengaruh waktu kontak pada penurunan kandungan organik yaitu COD.

Pada penelitian ini, menggunakan reaktor fluidisasi tiga fase berbentuk Kolom kaca

dengan ukuran diameter 10cm dan ketinggian 150 cm. Variable yang digunakan adalah variable

kecepatan superficial air 7 cm/dt dan kecepatan superficial udara 1,229 cm/detik dengan waktu

kontak 0, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit. Air sampel yang digunakan untuk penelitian adalah air

dari kali Surabaya, dan untuk kontrol digunakan air PDAM. Pemilihan variable ini didasarkan

pada penelitian terdahulu dan kemampuan peralatan serta kemudahan bukaan valve.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu kontak, konsentrasi COD

dalam air sampel semakin menurun. Penurunan kandungan COD tertinggi terjadi pada menit ke

60 dengan persentase penurunan 85 %. Dengan nilai COD yang memenuhi standart air bersih

menurut PP No. 82 tahun 2001 dengan nilai konsentrasi 12 mg/l.

(9)

ABSTRAK

This study aims to determine the ability of three-phase fluidization reactor in increasing

DO content and lower organic content of the COD and study the effect of contact time on the

COD reduction in organic content.

In this study, using a three-phase fluidization reactor-shaped glass column with a

diameter of 10cm and height of 150 cm. Variable used is variable superficial velocity of water 7

cm / sec and the air superficial velocity 1.229 cm / sec with a contact time of 0, 10, 20, 30, 40, 50

and 60 minutes. Water samples used for research is the water of Surabaya times, and to control

water use PDAM water. The selection of variables was based on previous research and

equipment capabilities and ease of valve opening.

The results showed that the longer the contact time, concentration of COD in water

samples decreased. Decrease in COD content was highest at minute 60 with a percentage

decrease of 85%. With COD values that meet clean water standards according to the PP. 82 in

2001 with the concentration of 12mg/l.

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas PP No.21 Tahun 2001 ………….. 6

Tabel 2.2

Pengaruh Suhu Terhadap Konsentrasi Jenuh Oksigen Terlarut pada

Tekanan 1 atm

……… 7

Tabel 2.3

Table harga Фs ……… 29

Tabel 2.4

Tabel Peningkatan Kadar DO Pada Klom Fluidisai Tiga Fase ………… 31

Tabel 4.1

Konsentrasi Oksigen Terlarut Dalam Air ……… 37

Tabel 4.2

Persentase Peningkatan Konsentrasi Oksigen Terlarut Dalam Air …….. 39

Tabel 4.3

Konsentrasi COD Dalam Air ………..………. 41

Tabel 4.4

Persentase Penurunan Konsentrasi COD Dalam Air ……… 43

Tabel 4.5

Konsentrasi Padatan Tersuspensi ……… 45

Table 4.6

Suhu Pada Air ……….. 47

(11)

Gambar 2.1

Fenomena Fluidisasi Dengan Variasi Laju Alir Gas ……… 15

Gambar 2.2

Fenomena Fluidisasi Pada Sistem Gas – Padat ……… 15

Gambar 2.3

Fenomena Fixed Bed

……….. 16

Gambar 2.4

Fenomena Minimum Or Incipent Fluidisation

……….. 16

Gambar 2.5

Fenomena Smooth Or Homogrnously Fluidisation

……… 16

Gambar 2.6

Fenomena Bubbling Fluidization.

………. 17

Gambar 2.7

Fenomena Slugging Fluidization

……….. 17

Gambar 2.8

Fenomena Chanelling Fluidization. ……… 17

Gambar 2.9

Fenomena Disperse Fluidization ………. 18

Gambar 2.10 Tipe Fluidized Bed

……… 19

Gambar 2.11 Bentuk-bentuk Pola Aliran Dalam Fluidisasi Tiga Fase

……… 22

Gambar 2.12 Garis Batas Regime Disperse, Coalesced, Slugging Pada Berbagai

Kecepatan Superficial Liquid dan Gas ………. 23

Gambar 3.1

Reaktor Fluidisasi Tiga Fase ……… 35

Gambar 4.1

Grafik Peningkatan Konsentrasi Oksigen Terlarut Dalam Air ………….. 37

Gambar 4.2

Grafik Persentase Peningkatan Konsentrasi Oksigen Terlarut Dalam Air 39

Gambar 4.3

Grafik Konsentrasi COD Dalam Air ……… 41

Gambar 4.4

Grafik Persentase Penurunan Konsentrasi COD Dalam Air ………. 43

(12)

viii

DAFTAR NOTASI

d

= diameter kolom, cm

z

= tinggi kolom, cm

U

L

= kecepatan superficial liquid, cm/dt

U

G

= kecepatam superficial gas, cm/dt

ρ

L =

densitass liquid, gr/cm

3

ρ

G

= densitass gas, gr/cm

3

µ

L

= viskositas liquid, gr/cm dt

µ

G

= viskositas gas, gr/cm dt

DL

= diffusivitas liquid, cm

2

/dt

DG

= diffusivitas gas, cm

2

/dt

DV

= diffusivitas gas – solid, cm

3

/dt

Kla

= koefisien perpindahan massa liquid, gr mol/ cm

2

dt atm

Kga

= koefisien perpindahan massa gas, gr mol/ cm

2

dt atm

A

= luas permukaan perpindahan massa, cm

2

P

= Tekanan, atm

H

= bilangan Henry

NRe

= bilangan Reynold

NSc

= bilangan Schmidt

NSh

= bilangan Sherwood

NSt

= bilangan Stanton

(13)

N

= laju perpindahan massa, mol/dt

ε

= porositas

Δ P

= pressure drop, atm

t

= waktu, dt

Øs

= factor koreksi

Umf

= kecepatan minimum fluidisasi

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia.

Masalah air bersih merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Disamping bertambahnya populasi manusia, kerusakan lingkungan merupakan salah satu penyebab berkurangnya sumber air bersih. Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak terhadap keadaan air lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Dampak ini disebabkan oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai parameter yang terkandung dari air buangan. Salah satu cara untuk menilai seberapa jauh air lingkungan telah tercemar adalah dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air. (Pratama,2008)

(15)

di dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya.(Julius, et.al, 2010)

COD dan DO merupakan parameter organik yang sangat penting dalam air bersih. Apabila parameter COD terlalu tinggi maka akan mengakibatkan penurunan parameter DO dalam air karena dengan kenaikan COD maka BOD juga akan naik. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan sampai memenuhi standart kualitas air bersih yang berlaku.

Fluidisasi merupakan salah satu teknik pengontakan fluida baik gas maupun cairan dengan butiran padat. Pada fluidisasi kontak antara fluida dan partikel padat terjadi dengan baik karena permukaan kontak yang luas. Teknik ini banyak digunakan di industri kimia dengan penggunaannya meningkat pesat pada dekade terakhir ini. (Rachmanto dan Laksmono, 2011)

(16)

3

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan oksigen pada system fluidisasi tiga fase serta penurunan kandungan organic dalam air . Karena pengembangan teknik sistem fluidisasi tiga fasa di dalam aplikasi penggunaannya, terutama di dalam kriteria perencanaan pada unit instalasi pengolahan air sangat terbatas.

Diharapkan hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengolahan air bersih.

1.2 Per u musan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Semakin menurunnya kualitas air permukaan akibat pencemaran lingkungan

b. Pengembangan sistem fluidisasi tiga fasa dalam unit instalasi pengolahan air bersih sangat terbatas.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Menentukan kemampuan reaktor fluidisasi tiga fase dalam meningkatkan kandungan DO dan menurunkan kandungan organik yaitu COD.

(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

a. Membantu dalam sistem pengolahan air bersih yang lebih efektif. b. Dapat memberikan metode baru dalam pengolahan air bersih

yaitu dengan metode fluidisasi tiga fase. I.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

a.

Parameter kandungan organik air yang diteliti adalah COD dan DO. b. Sampel yang digunakan adalah air dari kali Surabaya.

c. Untuk air kontrol digunakan air Kemasan.

d. Media yang digunakan adalah pasir kuarsa dengan ukuran 0,7-1,18 mm.

(18)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Air Ber sih

Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah kecuali air laut dan air fosil. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, telaga, waduk dan muara. (PP. No. 82 Tahun 2001).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. (Permenkes RI no 416 tahun 1990). Sedangkan di dalam KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1405/MENKES/SK/XI/2002 menyatakan bahwa air bersih adalah adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.

2.2 Syarat Kualitas Air Ber sih

(19)

Tabel 2.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas PP No.21 Tahun 2001

PARAM ETER SAT UAN KE L AS K ETERANG AN

I I I III IV

FISIK A

Tempelatur o

C deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5

Deviasi temperatur dari keadaan almiahnya

Residu Terlarut mg/ L 1000 1000 1000 2000

Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400

Bagi pengolahan air minum secara konvesional, residu tersuspensi ≤ 5000 mg/ L

KIM IA ANO RGANIK

pH 6-9 6-9 6-9 5-9

Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO. Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan.

Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil

2.2.1 Suhu

(20)

7

berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.

Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin. Suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut didalam air. Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen dibanding dengan suhunya rendah. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya.

Tabel 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Konsentrasi Jenuh Oksigen Terlarut pada Tekanan 1 atm

Suhu Air (oC) Cs (mg/l)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 14,62 13,84 13,13 12,48 11,87 11,33 10,83 10,37 9,95 9,54 9,17 8,83 8,53 8,22 7,92 7,63 Sumber : Benefield & Randal (1982)

2.2.2 pH (Derajat Keasaman).

(21)

kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.

Mikroba biasanya tumbuh baik pada pH tertentu.berikut adalah batasan pH untuk berbagai jenid mikroba:

Bakteri tumbuh baik pada rentang pH 4-8 Ragi pada rentang pH 3-6

Fungi dan eukariot lain pada pH 6,5 – 7,5 E. coli pada pH 6,5 – 8

Thiobacillus ferrooxidans tumbuh baik pada pH 2

pH yang berbeda ini dapat disebabkan oleh karena proses metabolism yang terjadi di dalam sel, misalnya akumulasi produk metabolism yang asam atau basa, sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya.

2.3 Penger tian COD, DO dan TSS

(22)

9

(23)
(24)

11

beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.

Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μ m atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine t alcum pow der akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg / L coarsely ground t alc . Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg / L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.

2.4 Pr oses Fluidisasi

(25)

Kecepatan superfisial adalah laju alir udara pada kolom yang kosong, sedangkan kecepatan interstitial adalah kecepatan udara di antara partikel unggun. Pada kecepatan superfisial rendah, ungun mula-mula diam. Jika kecepatan superfisial dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun mengembang dan menyebabkan tahanan terhadap aliran udara mengecil, sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel unggun. Hal ini menyebabkan unggun terfluidisasi dan sistem solid-fluida menunjukkan sifat-sifat seperti fluida. Kecepatan superfisial terendah yang dibutuhkan agar terjadi fluidisasi disebut minimum fluidization velocity (Umf).

Dalam dunia industri dapat diaplikasikan dalam banyak hal seperti transportasi serbuk padatan (conveyer solid), pencanpuran padatan halus, perpindahan permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembukaan, proses pertumbuhan partikel, dan kondensasi bahan yang dapat mengalami sublimasi, adsorbsi (untuk pengering udara dan adsorben) dan masih banyak aplikasi lain.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi fluidisasi antara lain: 1. Kecepatan Minimum Fluidisasi

Kecepatan minimum fluidisasi didefinisikan sebagai kecepatan superficial fluida minimum dimana fluidisasi mulai terjadi. Kecepatan minimum fluidisasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan yang diturunkan oleh Ergun sebagai berikut:

(26)

13

2. Hilang Tekan

Hilang tekan (pressure drop) pada keadaan minimum fluidisasi dinyatakan dalam persamaan berikut :

……….(2) 3. Porositas Unggun

Pada saat mulai terjadi fluidisasi, porosita unggun ε = ε mf sehingga diperoleh rumusan :

……….(3)

4. Diameter Partikel

Harga porositas untuk persamaan di atas jika pertikel tidak berbentuk bola harus dilakukan koreksi. Besarnya factor koreksi didefinisikan sebagai beriku :

………..(4)

5. Diameter Partikel (Dp) = 6/Sv

Dimana Sv adalah luas permukaan partikel per satuan volume partikel. Untuk unggun yang tersusun dari satu ukuran partikel, maka Dp menjadi :

………..(5)

Apabila Dp merupakan diameter bola yang mempunyai volume yang sama dengan volume partikel maka :

………..(6)

(27)

Maka selanjutnya dapat ditulis dalam persamaan berikut: ………(8)

ε mf dan Фs ditentukan dengan korelasi yang dituliska oleh wend an yus sebagai berikut :

= 11 dan ……….(9)

2.4.1 Fenomena Fluidisasi

Jika suatu aliran udara melewati suatu partikel unggun yang ada dalam tabung, maka aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan memberikan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika kecepatan superficial naik (kecepatan superficial adalah kecepatan aliran jika tabung kosong).

Pada kecepatan superficial rendah, unggun mula-mula diam. Jika kecepatan superficial dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun mengembang dan tahanan terhadap aliran udara mengecil, sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel unggun dan unggun akan terfluidisasi.

Sementara itu, pressure drop akan tetap walaupun kecepatan superficial terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun persatuan luas. Kecepatan superficial terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi disebut Minimum Fluidization Velocity(Umf).

(28)

15

gambar di bawah ini:

Gambar 2.1. Fenomena fluidisasi dengan variasi laju alir gas

Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini:

P2

Bed x

P1

Gas in

Gambar 2. 2. Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat

(29)

Gambar 2.3. Fenomena fixed bed

Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel- partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 2.4 Fenomena minimum or incipient fluidization

Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 2. 5. Fenomena smooth or homogrnously fluidization

(30)

17

tidak homogen. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 2.6. Fenomena bubbling fluidization

Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel padat. Pada kondisi ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 2.7. fenomena slugging fluidization

Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini

ditunjukkan pada gambar 8

(31)

Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa aliran fluida dan berekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 9.

Gambar 2.9. Fenomena disperse fluidization

Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor: Laju alir fluida dan jenis fluida

Ukuran partikel.

Jenis dan densitas partikel serta faktor intrlok antar partikel. Porositas unggun

Distribusi aliran.

Distribusi bentuk ukuran fluida Diameter kolom

Tinggi unggun 2.4.2 J enis Fluidisasi

(32)

19

Convesional Three Phase Fluidized Bed (TFB) Draft Tube Fluidized Beds (DTFB)

Inverse Three Phase Fluidized Bed (ITFB) Two Phase System

Pada tipe 1-3, proses aerasi terjadi dalam kolom fluidisasi. Sedangkan pada tipe 4 menggunakan preaerator guna menghasilkan konsentrasi oksigen yang tinggi dalam kolom fluidisasi system solid-liquid.

Gambar dibawah ini menunjukkan contoh dari masing-masing tipe fluidized bed di atas.

Gambar 2.10 Tipe Fluidized Bed

(33)

terhadap perubahan kecepatan superfisial dan sifat fisika fluida. Gaya friksi antara partikel padat dan liquid berkeseimbangan dengan gaya gravitasi dan gaya apung. Besarnya gaya gravitasi dan gaya apung pada partikel padat adalah konstan, sedangkan besarnya gaya friksi antara partikel padat dan liquid tergantung pada kecepatan relatif dari partikel padat dengan liquid di sekitarnya (Joshi, 1983). Gaya friksi yang merupakan gaya drag pada partikel padat akan meningkat dengan meningkatnya kecepatan superfisial liquid. Selain itu gaya friksi yang terjadi juga dipengaruhi oleh kebulatan partikel padat. yang dapat dinyatakan sebagai faktor bentuk atau spericity (Φ s) yang merupakan perbandingan luas permukaan partikel bulat terhadap luas permukaan partikel tak bulat dengan volume yang sama, di mana untuk partikel bulat harga Φ ≅

Φ S

padat

(Ulmf<U<Ut).

pressure drop

(34)

21

bulk fluidized bed freeboard

-liquid

fluidized

bed

(35)

2.4.4 Regime Gelembung.

(36)

23

(37)

2.1.2 Perpindahan Massa

C = H . p

CL = H . p*

(38)

25

(39)
(40)

27

2.5.1 J enis J enis Aer asi

(41)

Per mukaan

Difuser aer ator

Tur bin

(42)

29

Фs

Peneliti Bahan Фs

Leva et al

Uchida & Fujita Shirai

Pasir Katalis besi Bituminous Pecahan padatan Pasir Silica

Serbuk batubara

0.600-0.861 0.578 0.625 0.630 0.534-0.628 0.554-0.628 0.696

(Sumber : Rachmanto dan Laksmono, 2011) 2.6.1 Pasir Kuar sa

Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan di tepi-tepi sungai, danau atau laut.

Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 1715oC, bentuk kristal hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan konduktivitas panas 12 – 1000C.

(43)

baku utama, misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri perminyakan dan pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain sebagainya. Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di Sumatera Barat, potensi lain terdapat di Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung.

2.7 Penelitian Ter dahulu.

Pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya diperoleh bermacam-macam variabel yang mempengaruhi besar pelarutan oksigen pada reaktor fluidisasi tiga fase. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rachmanto dan Laksmono pada tahun 2011. Pada penelitian ini didapatkan bahwa diameter partikel serta kecepatan superficial air dan udara sangat berpengaruh pada proses pelarutan oksigen dalam air. Peningkatan pelarutan oksigen tertinggi terjadi pada kecepatan superficial air 5,8 cm/dtk dan pada kecepatan superficial udara 2 cm/dtk yaitu sebesar 5,6 mg/l.

(44)

31

Tabel 2.4 Tabel peningkatan kadar DO pada kolom fluidisasi tiga fase.

T (menit) Konsentrasi Oksigen terlarut

1,229 cm/dt 1,778 cm/dt 2,075 cm/dt

0 0,3 0,8 2 4 6 8 10 16 0 3 3,8 4,4 5 5,4 5,6 5,8 6 0 2,6 3 3,6 4 4,6 5 5,4 5,6 0 2,2 2,8 3,2 3,6 4 4,6 5 5,2 (Sumber : Penelitian 2004)

(45)

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai M e i 2012. Pengambilan sampel air dilakukan di Kali Surabaya, dengan lokasi pengambilan pada daerah Jagir. Dimana di daerah ini merupakan inlet dari PDAM Jagir.

Volume sampel air yang diambil sekitar 200 liter, untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan percobaan pengolahan air bersih di Laboratorium riset Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur.

3.2 Peralatan Penelitian

1. Kolom kaca dengan ukuran diameter 10cm dan ketinggian 150 cm. 2. Kompresor

3. Pompa air 4. Manometer 5. Orificemeter 6. Pipa penghubung 7. Valve

3.3 Var iabel

(46)

33

a. Kecepatan air 5,9 cm/dtk. b. Kecepatan udara 1,91 cm/dtk

c. Media tertahan yang digunakan adalah kelereng dengan diameter 1,5 cm setinggi 5 cm dan 1 cm setinggi

d. Media terfluidakan yang digunakan pasir kuarsa dengan diameter0,7 - 1.18mm dan dengan ketinggian 10 cm.

e. Sampel yang digunakan untuk metode fluidisasi bermedia dan tidak bermedia( sistem aerasi) adalah air kali Surabaya. Dan air kontrol untuk fluidisasi bermedia adalah air kemasan.

2. Variabel yang diteliti

a. Waktu tinggal : 0, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit 3.4 Pr osedur Penelitian

3.4.1 Pr osedur penelitian fluidisasi ber media.

1. Reaktor di cuci menggunakan air aquades. Hal ini dilakukan untuk membersihkan reaktor.

2. Media pasir Kuarsa di cuci Dengan Menggunakan Air Panas, setelah itu di masukkan kedalam rektor hingga 10 cm.

3. Memasukkan air sampel kedalam bak penampung.

4. Mengatur tekanan udara dan tekanan air sesuai tekanan yang diperlukan 5. Mengalirkan Udara dan air sesuai dengan laju yang diperlukan kedalam

kolom.

(47)

analisa COD dan TSS.

7. Mengulangi langkah (7) pada menit ke 0, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60. Disertai dengan pengukuran suhu dan pH air.

3.4.2 Pr osedur penelitian fluidisasi tidak ber media. 1. Mengeluarkan media pasir kuarsa pada reaktor.

2. Reaktor di cuci menggunakan air aquades. Hal ini dilakukan untuk membersihkan reaktor.

3. Memasukkan air kemasan kedalam bak penampung.

4. Mengatur tekanan udara dan tekanan air sesuai tekanan yang diperlukan 5. Mengalirkan Udara dan air sesuai dengan laju yang diperlukan kedalam

kolom.

6. Mengambil sampling dengan hati – hati dengan menggunakan botol winkler untuk analisa kadar oksigen terlarut (DO) dan botol air mineral untuk analisa COD dan TSS.

(48)

35

3.5 Gambar Reaktor

a. Reaktor Ber media b. Reak tor tidak ber media (Aerasi)

Gambar 3.1 Reaktor Fluidisasi Tiga Fase (Rachmanto dan Laksmono, 2011)

Keterangan gambar : 1. Tangki overflow 2. media pasir kuarsa 3. media glass beads

4. Kompresor 5. orificemeter

6. Bak penampung limbah 7. pompa

8. Valve

9. manometer

1 2 3

5 9 8 4 6

7 1 3

5 9 8 4 6

(49)

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemampuan reaktor fluidisasi tiga

fase dalam meningkatkan kandungan DO dan menurunkan kandungan organik yaitu

COD dilakukan serta membandingkan efektifitas fluidisasi tiga fase dengan aerasi

dalam menurunkan parameter organik yaitu COD dengan menggunakan variable

kecepatan superficial air 5,9 cm/dt dan kecepatan superficial udara 1,91 cm/detik

dengan waktu kontak 0, 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit. Pemilihan variable ini

didasarkan pada penelitian terdahulu dan kemampuan peralatan serta kemudahan

bukaan valve.

Partikel yang digunakan dalam penelitiian ini adalah pasir kuarsa dengan

ukuran 0,7 – 1,18mm. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan reaktor

fluidisasi bermedia dan tidak bermedia. Reaktor fluidisasi tidak bermedia

dimaksudkan sebagai metode Aerasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

perbandingan antara metode fluidisasi dengan metode aerasi. Sedangkan pada

variable kontrol digunakan air kemasan untuk menghindari terlalu besarnya aktifitas

(50)

37

4.1 Konsentrasi Oksigen Ter larut.

Tabel 4.1 Konsentrasi Oksigen Terlarut Dalam Air.

t (menit)

Konsentrasi Oksigen Terlarut (mg/l)

Air kemasan

Air Kali Surabaya

Kontrol

Tanpa Media (Aerasi)

Dengan Media

0

7,39

3,15

3,15

10

7,68

5,09

5,59

20

7,87

5,16

5,38

30

8,06

5,23

5,23

40

8,16

5,09

5,3

50

8,26

5,16

5,09

60

8,35

5,16

5,09

(Sumber : Penelitian)

(51)

Grafik diatas menunjukkan bahwa peningkatan oksigen tertinggi terjadi pada

reaktor fluidisasi dengan media. Peningkatan tertinggi terjadi pada menit ke 10 yaitu

sebesar 5,59 mg/l. Dan mengalami sedikit penurunan pada menit selanjutnya. Tetapi

masih pada nilai stabil yaitu pada konsentrasi 5,..mg/l. Sedangakan pada reaktor

fluidisasi tidak bermedia (Aerasi) mengalami peningkatan tertinggi pada menit ke 30,

yaitu sebesar 5,23mg/l. Dan mengalami sedikit penurunan pada menit selanjutnya.

Tetapi masih pada nilai stabil yaitu pada konsentrasi 5,..mg/l. Perbedaan ini

menunjukkan bahwa besar peningkatan kandungan oksigen terlarut pada reaktor

fluidisasi bermedia lebih cepat dan lebih besar dibandingkan pada reaktor tidak

bermedia (Aerasi).Hal ini dikarenakan pada reaktor fluidisasi bermedia mengalami

regime dispers yang disebabkan adanya gaya saling menabrak antar partikel

terfluidakan. Yang menyebabkan pecahnya gelembung udara besar menjadi

gelambung udara kecil-kecil.

Sedangkan pada air kontrol. Peningkatan konsentrasi oksigen terlarut semakin

meningkat. Hal ini disebabkan karena aktifitas penguraian bahan organik yang terjadi

pada air kontrol sangat sedikit. Sehingga kandungan oksigen terlarut hanya sedikit

(52)

39

Tabel 4.2 Persentase Peningkatan Konsentrasi Oksigen Terlarut Dalam Air.

t (menit)

Persentase Pelarutan Oksigen (%)

Air Kemasan

Air Kali Surabaya

Kontrol

Tanpa Media (Aerasi)

Dengan Media

0

0

0

0

10

3,92

61,59

77,46

20

6,50

63,81

70,79

30

9,07

66,03

68,25

40

10,42

61,59

66,03

50

11,77

63,81

61,59

60

12,99

63,81

61,59

(Sumber : Penelitian)

.

(53)

Grafik diatas menunjukkan bahwa persen peningkatan oksigen tertinggi

terjadi pada reaktor fluidisasi dengan media. Peningkatan tertinggi terjadi pada menit

ke 10 yaitu sebesar 77,46%. Dan mengalami penurunan pada menit selanjutnya. Pada

reaktor fluidisasi tidak bermedia (Aerasi) mengalami persen peningkatan tertinggi

pada menit ke 30, yaitu sebesar 66,03%. Perbedaan ini menunjukkan bahwa persen

peningkatan kandungan oksigen pada reaktor fluidisasi bermedia lebih besar

dibandingkan pada reaktor tidak bermedia (Aerasi). Dari persentase ini dapat dilihat

bahwa fluidisasi bermedia lebih efektif dalam meningkatkan kandungan oksigen

dibandingkan dengan fluidisasi tidak bermedia (Aerasi).

Peningkatan yang terjadi pada reaktor fluidisasi dengan media terjadi

dikarenaka pola aliran cenderung mengikuti pola regime disperse. Hal ini yang

mengakibatkan pelarutan oksigen semakin besar. Selain itu dengan adanya media

pada reaktor fluidisasi bermedia, waktu kontak antara udara dengan air semakin lama.

Dikarenakan udara yang mengalir tertahan oleh media yang terfluidakan. Sedangkan

pada fluidisasi tanpa media (Aerasi), pola aliran cenderung mengikuti pola regime

Coalessed. Sehingga pelarutan oksigen lebih sedikit dibandingkan pada reaktor

fluidisasi bermedia.

Peningkatan yang terjadi pada air kontrol tidak setinggi pada yang lain

dikarenakan pada air kontrol kandungan oksigen terlarut sudah mendekati titik jenuh

kandungan oksigen terlarut pada suhu 24

o

C, yaitu 8,53 mg/l. hal ini yang

(54)

41

4.2 Konsentrasi COD Dalam Air.

Tabel 4.3 Konsentrasi COD Dalam Air.

.t (menit)

Konsentrasi COD (mg/l)

Air Kemasan

Air Kali Surabaya

Kontrol

Tanpa Media (Aerasi)

Dengan Media

0

38

80

80

10

28

76

68

20

20

72

64

30

12

56

36

40

8

52

32

50

0

40

32

60

0

32

12

(Sumber : Penelitian)

(55)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada reaktor fluidisasi bermedia pada

menit ke 0 sampai 20 aktifitas mikroorganisme masih dalam proses penyesuaian

sehingga penurunan masih stabil sedangkan pada menit ke 20 sampai 30 penurunan

kandungan COD menurun sangat tinggi. Hal ini dikarenakan pada menit ke 20

samapi 30 merupakan fase perkembang biakan mikroorganisme sehingga penguraian

bahan organik sangat tinggi. Dan selanjutnya mengalami proses kematian pada menit

ke 30 sampai 50 dan mengalami regenerasi atau perkembangbiakan pada menit ke 50

sampai 60.

Sedangkan pada reaktor fluidisasi tidak bermedia (Aerasi) pada menit ke 0

sampai 20 aktifitas mikroorganisme masih dalam proses penyesuaian sehingga

penurunan masih stabil. Sedangkan pada menit ke 20 sampai 30 juga mengalami fase

perkembangbiakan tetapi penurunan kandungan organik lebih rendah dibandingkan

fluidisasi bermedia. Dan mengalami penurunan stabil sampai menit ke 60.

Dari hasil diatas membuktikan bahwa reaktor fluidisasi bermedia lebih efektif

dari pada reaktor fluidisasi tidak bermedia (Aerasi) dalam menurunkan parameter

organik. Hal ini dikarenakan suplai udara pada reaktor fluidisasi bermedia lebih

tinggi dibandingkan dengan fluidisasi tidak bermedia (Aerasi). Sehinggga memicu

pertumbuhan mikroorganisme yang ada didalam air. Selain itu adanya media pada

reaktor fluidisasi bermedia juga mengakibatkan peningkatan mikroorganisme yang

terjadi. Karena media akan dimanfaatkan untuk berkembang biak oleh

(56)

43

Tabel 4.4 Persentase Penurunan Konsentrasi COD Dalam Air.

.t (menit)

% Penurunan COD (%)

Air Kemasan

Air Kali Surabaya

Kontrol

Tanpa Media (Aerasi)

Dengan Media

0

0

0

0

10

26,32

5

15

20

47,37

10

20

30

68,42

30

55

40

78,95

35

60

50

100

50

60

60

100

60

85

(Sumber : Penelitian)

.

(57)

Grafik diatas menunjukkan bahwa besar penurunan konsentrasi tertinggi ada

pada reaktor bermedia, pada menit ke-60 yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan

karena adanya aktifitas penguraian bahan organik yang terdapat didalam air. Semakin

lama waktu pemaparan, konsentrasi COD semakin menurun. Hal ini dikarenakan

suplai oksigen didalam air cukup tingi untuk menguraikan bahan-bahan organik

didalam air.

Nilai COD pada reaktor bermedia pada menit ke-60 sebesar 12 mg/l. nilai ini

sudah memenuhi baku mutu air untuk golongan 2. Yaitu air yang peruntukannya

dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar,

peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. (pp no. 82 tahun

2001).

Sedangkan pada reaktor fluidisasi tidak bermedia (Aerasi) peningkatan

tertinggi ada pada menit ke 60 yaitu sebesar 60 % dengan nilai konsentrasi 32 mg/l.

Dari hasil ini dapat dilihat bahwa reaktor fluidisasi bermedia lebih efektif dalam

menurunkan kandungan organik (COD) didalam air. Hal ini dikarenakan besar

penurunan konsentrasi organik sudah masuk pada baku mutu air untuk golongan 2

dan mendekati golongan 1. Sedangkan pada reaktor tidak bermedia (Aerasi) masih

belum mendekati golongan 2.

Sedangkan pada air kontrol penurunan kandungan organik lebih cepat habis

(58)

45

organiknya sangat sedikit. Sehingga dengan suplay udara yang cukup. Maka COD

didalam air akan lebih cepat habis atau 0.

4.3 Konsentrasi Padatan Tersuspensi.

Tabel 4.5 Konsentrasi Padatan Tersuspensi.

.t (menit)

Konsentrasi Tss (mg/l)

Air Kemasan

Air Kali Surabaya

Kontrol

Tanpa Media (Aerasi)

Dengan Media

0

48

248

248

10

50

260

272

20

51

268

280

30

51

280

300

40

52,5

284

308

50

53

284

324

60

54

296

340

(Sumber : Penelitian)

.

(59)

Grafik diatas menunjukkan bahwa peningkatan padatan tersuspensi pada

reaktor bermedia mengalami paningkatan yang lebih besar dari reaktor tidak

bermedia (Aerasi). Hal ini menunjukkkan bahwa pada reaktor bermedia mengalami

peningkatan jumlah mikroorganisme yang lebih banyak dibandingkan pada reaktor

tidak bermedia. Peningkatan jumlah mikroorganisme ditandai oleh semakin keruhnya

air sample. Apabila semakin keruh air sample, semakin banyak pula mikroorganisme

yang terkandung didalam air sampel tersebut. Juga sebaliknya. Peningkatan ini terjadi

dikarenakan pada reaktor fluidisasi bermedia mempunyai media yang digunakan

sebagai tempat berkembangbiak mikroorganisme. Dikarenakan adanya tumbukan

antar partikel media yang terjadi, biofilm yang terbentuk pada media akan terlepas

dan mengakibatkan air semakin keruh.

Peningkatan jumlah mikroorganisme dikarenakan suplay udara pada reaktor

bermedia lebih bagus daripada pada reaktor tidak bermedia. Peningkatan ini

dikarenakan regime gelembung yang terjadi pada reaktor bermedia adalah regime

disperse. Dengan regime ini, peningkatan oksigen terlarut akan semakin bagus karena

semakin bnyaknya permukaan udara yang kontak dengan air sampel. Selain itu,

adanya media pada reaktor ini dapat digunakan sebagai tempat tumbuh kembangnya

mikoorganisme pada air.

Peningkatan mikroorganisme ini yang mengakibatkan oksigen terlarut pada

(60)

47

mikroorganisme malakukan aktifitasnya, yaitu mendegradasi zat – zat organik yang

terkandung didalam air.

4.4 Suhu dan pH

Suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut didalam air.

Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen dibanding dengan

suhunya rendah.

Sedangkan pH mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Setiap

mikroorganisme memilki rentang pH yang berbeda. Hal ini dikarenakan proses

metabolisme yang terjadi di dalam sel, misalnya akumulasi produk metabolism yang

asam atau basa, sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya.

Tabel 4.6 Suhu pada air

.t (menit)

Suhu

o

C

Air Kemasan

Air Kali Surabaya

Kontrol

Tanpa Media (Aerasi)

Dengan Media

0

24

28

28

10

24

27

27

20

24

27

27

30

24

27

27

40

24

27

27

50

24

27

27

60

24

27

27

Pada tabel diatas suhu didalam air mengalami perubahan pada menit ke 10.

(61)

suhu didalam air menurun. Semakin banyak oksigen yang terlarut didalam air maka

suhu air akan semakin menurun.

Tabel 4.7 pH dalam Air

.t (menit)

pH

Air PDAM

Air Kali Surabaya

Kontrol

Tanpa Media (Aerasi)

Dengan Media

0

7

7

7

10

7

7

7

20

7

6,9

6,9

30

7

6,9

6,9

40

7

6,9

6,9

50

7

6,9

6,9

60

7

6,9

6,9

Pada table menunjukkan bahwa pH berada pada angka netral. Hal ini

menunjukkan bahwa pH air tidak mengalami perubahan. Pada kondisi netral banyak

mikroorganisme yang dapat berkembang biak dengan baik. Sehingga mengakibatkan

(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

1.

Reaktor Fluidisasi tiga fase mampu meningkatkan kandungan DO dalam

air dengan konsentrasi tertinggi terjadi pada menit ke 10 yaitu sebesar

5,59mg/l, dan mampu menurunkan kandungan organic pada air (COD)

dengan konsentrasi terendah terjadi pada menit ke 60 yaitu sebesar 12

mg/l.

2.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa reaktor fluidisasi bermedia lebih

efektif dalam menurunkan kandungan organik (COD) didalam

air.Penurunan parameter organik tertinggi terjadi didalam reaktor

fluidisasi tiga fase bermedia pada menit ke 60 yaitu 12 mg/l. dengan %

penurunan 85%. Sedangkan pada reaktor fluidisasi tidak bermedia

(Aerasi) peningkatan tertinggi ada pada menit ke 60 yaitu sebesar 60 %

dengan nilai konsentrasi 32 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa pada menit

yang sama penurunan COD pada reaktor fluidisasi lebih besar

dibandingkan dengan reaktor tidak bermedia (AERASI). Oleh karena itu

rekator fluidisasi tiga fase lebih efektif dalam menurunkan kandungan

(63)

5. 2 Sar an

1.

Diharapkan pada waktu penelitian selalu mengecek tekanan superficial air dan

udara.sehingga tidak terjadi penurunan tekanan.

2.

Diharapkan untuk pengukuran DO harus langsung dianalisa. Untuk memperoleh

ketepatan konsentrasi DO yang akurat.

3.

Diharapkan pada penelitian selanjutnya digunakan rentang waktu yang lebih lama

untuk mengetahui titik puncak peningkatan DO dan penurunan COD pada reaktor

fluidisasi tiga fase.

4.

Diharapkan untuk penelitian selanjutnuya memakai air limbah yang mempunyai

konsentrasi organik yang lebih besar serta mempunyai karakteristik lain yang

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Arifianto dan Indarto, 2006. Studi Karakteristik Fluidisasi dan Aliran Dua Fase

Padat- Gas (Pasir Besi dan Udara) Pada Pipa Lurus Vertikal.

Asmuni, 2006. Karakteristik Pasir Kuarsa (SiO

2

) Dengan Metode XRD

Fluidisasi Tiga Fase Terhadap Transfer Oksigen.

Aprilasani

, 2011, LaporanPraktikum Teknik Kimia IV Fluidisasi.

J ulius, et.al, 2010. Analisis Kandungan BOD dan COD Dalam Penentuan Baku Mutu

Air Limbah.

Kerobeary, 2012. BOD dan COD.

ht t p:/ / kerobeary.blogspot .com/ 2012/ 04/

bod-dan-cod.ht ml.

Diakses tanggal 08 Januari 2012

Kimia Lingkungan. 2012, TSS.

http://environmentalchemistry.wordpress.com/

2012/01/11/total-suspended-solid-tss-2/

Diakses tanggal 08 Januari 2012

Kur niawan dan Lisnasari, 2004. Penentuan Koefisien Perpindahan Sisi Cair Pada

Kolom Fluidisasi Tiga Fase.

Mandaazzahra,

2008.

Krisis

Air

Bersih

Di

Indonesia.

ht t p:/ / mandaazzahra.w ordpress.com/ 2008/ 06/ 10/

krisis-air-bersih-di-indonesia/

. Diakses tanggal 19 Desember 2011.

Pr atama, 2008. Analisis Kandungan BOD dan COD Dalam Sampel air Limbah

Rachmanto dan Laksmono, 2011, Perilaku partikel Padat Dalam Kolom Unggun

(65)

Teknologikimiaindustri, 2011. Oksigen Terlarut Ot Dissolved Oxygen (DO).

http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/2011/02/oksigen-terlarut-ot-dissolved-oxygen-do.html

. Diakses tangggal 19 desember 2011

Wikipedia, 2012. Air Bersih.

ht t p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Air_bersih

. Diakses tanggal

08 Januari 2012

Wikipedia, 2012. Suhu.

htt p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Suhu

. Diakses tanggal 08 Januari

2012

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas PP No.21 Tahun 2001
Tabel 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Konsentrasi Jenuh Oksigen Terlarut pada Tekanan 1 atm Suhu Air (oC) Cs (mg/l)
gambar di bawah ini:
Gambar 2.3. Fenomena  fixed bed
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi pihak kepolisian hendaklah lebih meningkatkan penjagaan dan pengaturan lalu lintas. Agar mengingatkan kembali kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas, dengan

Mutu sambungan las biasanya diukur dari komposisi kimia dari logam, kekuatan dan keuletan serta struktur mikro yang terbentuk pada sambungan las untuk melakukan

Beğavî, Cin sûresinde anlatılan cinlerin Kur’an’ı dinleme olayının, daha önce belirtildiği gibi gökyüzünden bilgi hırsızlığına engel olan olayı

Sedangkan NK102, NK114 dan NK-111 merupakan genotipe ubi jalar madu asli Cilembu yang menunjukkan intensitas serangan penyakit kudis yang relatif tinggi

Manfaat yang dapat dieroleh dari hal ini adalah menyediakan komponen pembangun bagi sebuah robot yang lebih kompleks dengan bentuk balancing robot serta menyediakan sarana

Program revitalisasi pasar tradisional di Pasar Bulu Kota Semarang dikatakan belum efektif karena belum adanya perubahan mindset pedagang dari pasar tradisional

Nazar Bakry, Fiqh dan ushul fiqh, (Jakarta: PT.. yang terjadi pada Nabi Ibrahim AS melalui sebuah mimpi, Allah telah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk

Retribusi penjualan produksi usaha daerah berupa benih, bibit dan mata tempel tanaman tanaman pangan dan hortikultura kabupaten tapin yang selanjutnya dapat disebut