• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPLEKS KOMERSIAL DAN HUNIAN TERPADU DI BADUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPLEKS KOMERSIAL DAN HUNIAN TERPADU DI BADUNG."

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

KOMPLEKS KOMERSIAL DAN HUNIAN TERPADU

DI BADUNG, BALI

Oleh :

I KADEK SAKA ANGGARIKA SUWIRNA B

1204205108

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

(2)

LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Periode Februari 2016

KOMPLEKS KOMERSIAL DAN HUNIAN TERPADU

DI BADUNG, BALI

Oleh :

I KADEK SAKA ANGGARIKA SUWIRNA B

1204205108

Dosen Pembimbing:

1.

Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP.

2.

I Gusti Agung Bagus Suryada, ST., MT.

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

(3)
(4)
(5)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR

Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali

(0361) 703384, 703320 Fax : 703384

www.ar.unud.ac.id

PERNYATAAN

Judul Tugas Akhir : Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu di

Badung, Bali

Nama : I Kadek Saka Anggarika Suwirna B

NIM : 1204205108

Program Studi : Arsitektur

Periode : Pebruari 2016

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang

pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan di dalam daftar pustaka.

Denpasar, 20 April 2016

I Kadek Saka Anggarika Suwirna B

(6)

Seminar Tugas Akhir |

ABSTRAK

Seiring dengan pertumbuhan penduduk di suatu wilayah yang selalu

meningkat tiap tahunnya, tentunya menimbulkan beberapa permasalahan,

diantaranya yaitu meningkatnya kebutuhan penduduk, keterbatasan lahan,

kepadatan penduduk, kesemerawutan serta permasalahan sosial lainnya. Dari

sudut pandang arsitektur, untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut dapat

dilakukan dengan beberapa strategi, salah satunya dengan menerapkan konsep

Mixed-use Development. Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten

dengan pendapatan asli daerah tertinggi di Bali. Perekonomian dari Kabupaten

Badung sebagian besar bertumpu pada sektor kepariwisataan, sehingga hal

tersebut menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup besar, urbanisasi serta

beberapa permasalahan yang ditimbulkan dari hal tersebut. Oleh karena itulah,

proyek kompleks komersial dan hunian dengan sistem yang saling mendukung

atau terpadu merupakan salah satu alternatifnya. Desain dari Kompleks Komersial

dan Hunian Terpadu di Badung menerapkan konsep arsitektur bioklimatik dan

menggunakan sistem parkir kendaraan otomatis sebagai terobosan dalam

mengatasi keterbatasan untuk lahan parkir, namun dapat menampung kendaraan

lebih banyak dari parkir kendaraan konvensional.

Kata Kunci : perencanaan, mixed-use development, penduduk, Badung

Along with population growth in the region that always increasing in every

year, certainly raises several problems, such as the growing needs of the

population, limited land, population density, chaotic and the other social

problems. From architectural perspective, to overcome some of these problems

can be done with several strategies, one of them by applying the concept of

Mixed-use Development. Badung regency is one of the regency with the highest

local revenue in Bali. The economy of Badung regency largely on the tourism

sector, so that it creates a large enough of occupation, urbanization, and also

some of the problems arising from it. Therefore, commercial and residential

complex project with a system of mutual support or integrated is one of that

(7)

Seminar Tugas Akhir |

Badung apply the bioclimatic architecture concept and using automatic vehicle

parking system as a breakthrough in overcoming the limitations of the parking lot,

but can accommodate more vehicles than a conventional vehicle parking.

(8)

Seminar Tugas Akhir | i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat-Nya Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini

dapat terselesaikan. Tujuan dari penyusunan Landasan Konseptual

Perancangan Tugas Akhir dengan judul Kompleks Komersial dan

Hunian Terpadu di Badung ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan Proses Kuliah di Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Universitas Udayana.

Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini berisikan materi

mengenai kompleks komersial dan hunian terpadu yang direncanakan di

Kabupaten Badung. Pada BAB I akan dijabarkan mengenai

penjelasan-penjelasan awal termasuk di dalamnya latar belakang mengenai pemilihan

judul terpilih. Pada BAB II akan dijabarkan materi- materi terkait dengan

kompleks komersial dan hunian terpadu. BAB III akan menjelaskan

mengenai studi pengadaan proyek Kompleks Komersial dan Hunian

Terpadu yang direncanakan di Kabupaten Badung. Pada BAB IV akan

dirinci mengenai tema yang ditentukan, program ruang, dan pemilihan

tapak untuk Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu di Badung yang

akan dirancang. Pada BAB V dijelaskan mengenai konsep perancangan

yang digunakan. Selain itu, pada bagian akhir laporan juga

dilampirkan hasil dari proses Studio Tugas Akhir berupa transformasi

konsep, gambar rancangan tapak, dan gambar rancangan bangunan dari

judul yang telah diambil.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung

di dalam penyusunan laporan ini. Serta pada kesempatan ini ucapan terima

kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT., PhD. selaku Dekan

Fakultas Teknik Universitas Udayana.

2. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca, MT., PhD. selaku Pembantu

(9)

Seminar Tugas Akhir | ii

3. Ibu Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka Saraswati, MT. selaku Ketua

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.

4. Bapak I Wayan Yuda Manik, ST., MT. selaku Pembimbing Akademik

5. Bapak Ir. I Nyoman Surata, MT. selaku dosen koordinator Studio

Tugas Akhir

6. Seluruh Tim Mata Kuliah Seminar Tugas Akhir dan Tim Mata

Kuliah Studio Tugas Akhir.

7. Bapak Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP. selaku Dosen

Koordinator Mata Kuliah Seminar Tugas Akhir dan Pembimbing I.

8. Bapak I Gusti Agung Bagus Surayada, ST., MT. selaku Dosen

Pembimbing II.

9. Bapak Ir. I Gusti Bagus Budjana, MT. selaku Dosen Penguji I.

10.Bapak I Ketut Mudra, ST., MT. selaku Dosen Penguji II.

11.Bapak I Nyoman Widya Paramadhyaksa ST., MT., PhD. selaku Dosen

Penguji III.

12.Orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang telah membantu

dalam mencari informasi dan memberi dukungan untuk saya.

13.Teman-teman angkatan 2012 dari Jurusan Arsitektur yang

membantu dan memberi banyak masukan, keitik, saran dan informasi.

14.Para senior dari Jurusan Arsitektur yang telah membantu memberi

masukan dan saran.

Menyadari Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini masih

jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu

dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi penyempurnaan laporan ini. Semoga Landasan

Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, Mei 2016

I Kadek Saka Anggarika Suwirna B

(10)

Seminar Tugas Akhir | iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan ... 3

1.4Metode Penelitian ... 4

1.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 4

1.4.2 Teknik Pengolahan Data ... 5

1.4.3 Teknik Penyimpulan Data ... 5

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP KOMPLEKS KOMERSIAL DAN HUNIAN TERPADU ... 6

2.1Tinjauan Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu ... 6

2.2Keunikan Proyek Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu ... 7

2.3Tinjauan Mixed Use Development ... 7

2.4Tinjauan Bangunan Komersial ... 10

2.4.1 Tinjauan Kantor Sewa ... 11

2.4.2 Tinjauan Toko/retail ... 16

2.5Tinjauan Hunian/ Rumah Tinggal ... 19

2.5.1 Pengertian Rumah Tinggal (hunian) ... 19

2.5.2 Jenis-jenis Rumah Tinggal (hunian) ... 21

2.6Pemahaman Terhadap Regulasi ... 22

2.6.1 Persyaratan dan Standar Perencanaan Permukiman di Perkotaan 23 2.6.2 Aturan Kepemilikan Properti ... 27

2.7Tinjauan Fasilitas Sejenis ... 27

2.7.1 Seminyak Square ... 28

(11)

Seminar Tugas Akhir | iv

2.7.3 Tentrem Apartment, Hotel and Mall, Semarang ... 31

2.8Spesifikasi Umum Proyek ... 35

2.8.1 Hakekat ... 35

2.8.2 Wadah ... 37

2.8.3 Isi ... 38

BAB III STUDI PENGADAAN KOMPLEKS KOMERSIAL DAN HUNIAN TERPADU ... 39

3.1Potensi Lokasi ... 39

3.1.1 Kondisi Fisik ... 40

3.1.2 Kondisi Non Fisik ... 43

3.2Analisis SWOT ... 47

3.3Simpulan Analisis SWOT ... 50

3.4Spesifikasi Khusus Proyek ... 50

3.4.1 Hakekat ... 50

3.4.2 Wadah ... 51

3.4.3 Isi ... 53

BAB IV TEMA DAN PEMROGRAMAN ... 54

4.1Tema ... 54

4.1.1 Pengertian Tema ... 54

4.1.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan Tema ... 55

4.1.3 Pendekatan Tema ... 55

4.1.4 Penentuan Tema ... 56

4.1.5 Penerapan Tema ... 56

4.2Program Fungsional ... 57

4.2.1 Fungsi ... 58

4.2.2 Identifikasi Pelaku Kegiatan ... 58

4.2.3 Kebutuhan Ruang ... 59

4.3Program Performansi ... 62

4.4Program Arsitektural ... 68

4.4.1 Studi Kapasitas ... 68

(12)

Seminar Tugas Akhir | v

4.4.3 Hubungan Ruang ... 75

4.4.4 Pengelompokan Ruang ... 77

4.5Program Tapak ... 78

4.5.1 Kebutuhan Luas Tapak ... 78

4.5.2 Pemilihan Lokasi Tapak ... 79

4.5.3 Pemilihan Tapak ... 80

4.5.4 Eksisting Tapak ... 86

4.5.5 Analisis Site ... 86

BAB V KONSEP PERANCANGAN ... 96

5.1Konsep Perancangan Tapak ... 96

5.1.1 Konsep Entrance Tapak ... 98

5.1.2 Konsep Zoning Tapak ... 98

5.1.3 Konsep Bentuk Massa ... 100

5.1.4 Konsep Orientasi dan Pola Massa ... 102

5.1.5 Konsep Sirkulasi dan Parkir ... 103

5.1.6 Konsep Tata Hijau dan Ruang Terbuka ... 104

5.1.7 Konsep Utilitas Tapak ... 106

5.2Konsep Perancangan Bangunan ... 108

5.2.1 Konsep Entrance Bangunan ... 108

5.2.2 Konsep Zoning Bangunan ... 109

5.2.3 Konsep sirkulasi dalam Bangunan ... 119

5.2.4 Konsep Tampilan Bangunan ... 112

5.2.5 Konsep Ruang Dalam ... 113

5.2.6 Konsep Struktur Bangunan ... 115

5.2.7 Konsep Utilitas Bangunan ... 116

(13)

Seminar Tugas Akhir | vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Blockplan seminyak square ... 28

Gambar 2.2 Entrance menuju Seminyak Square... 29

Gambar 2.3 Unit toko di Seminyak Square ... 29

Gambar 2.4 Aktivitas di Seminyak Square ... 29

Gambar 2.5 Shopping arcade Seminyak Square ... 29

Gambar 2.6 Layout The Rosebay... 30

Gambar 2.7 Eksterior The Rosebay Graha Familiy ... 30

Gambar 2.8 Denah Ground Floor blok apartment The Rosebay Graha Family ... 31

Gambar 2.9 Tentrem Apartment,Hoteland Mall, Semarang ... 32

Gambar 2.10 Layout Tentrem Apartment,Hoteland Mall, Semarang ... 33

Gambar 2.11 Gambar Potongan Bangunan Tentrem Apartment, Semarang 33 Gambar 2.12 Zona transisi pada Tentrem Apartment, Semarang ... 33

Gambar 3.1 Peta Administrasi Provinsi Bali ... 40

Gambar 3.2 Peta Wilayah Kabupaten Badung ... 40

Gambar 4.1 Arsitektur Bioklimatik... 56

Gambar 4.2 Hubungan ruang makro ... 75

Gambar 4.3 Hubungan ruang mikro unit Townhouse ... 76

Gambar 4.4 Hubungan ruang mikro unit Toko/retail ... 76

Gambar 4.5 Hubungan ruang mikro unit Restaurant ... 76

Gambar 4.6 Hubungan ruang mikro unit Kantor sewa ... 77

Gambar 4.7 Hubungan ruang mikro unit Pengelola ... 77

Gambar 4.8 Pengelompokan Ruang ... 77

Gambar 4.9 Peta Provinsi Bali ... 81

Gambar 4.10 Peta Wilayah Kecamatan Kuta. Kuta Selatan, Kuta Utara .. 81

Gambar 4.11 Alternatif Site 1 ... 82

(14)

Seminar Tugas Akhir | vii

Gambar 4.13 Alternatif Site 3 ... 85

Gambar 4.14 Eksisting tapak ... 86

Gambar 4.15 Bentuk, Dimensi tapak, Build Up Area ... 87

Gambar 4.16 Kondisi iklim setempat pada tapak ... 88

Gambar 4.17 Analisis Topografi, geologi dan hidrologi ... 89

Gambar 4.18 Lapisan tanah pada site ... 90

Gambar 4.19 Vegetasi pada site ... 90

Gambar 4.20 Tata guna lahan di sekitar tapak ... 91

Gambar 4.21 Traffic dan Akses pada tapak ... 92

Gambar 4.22 Utilitas pada tapak ... 93

Gambar 4.23 Analisis kebisingan pada tapak ... 94

Gambar 4.24 Analisis view pada tapak ... 95

Gambar 5.1 Letak main entrance dan side entrance ... 97

Gambar 5.2 Bentuk entrance pada area komersial ... 98

Gambar 5.3 Denah entrance pada fasilitas hunian ... 98

Gambar 5.4 Penzoningan Pada Tapak ... 99

Gambar 5.5 Rekomendasi Zoning Pada Tapak ... 100

Gambar 5.6 Bentuk Dasar Massa Bangunan ... 101

Gambar 5.7 Bentuk Massa Bangunan Kompak ... 101

Gambar 5.8 Orientasi dan Pola Massa ... 102

Gambar 5.9 Sirkulasi kendaraan pada tapak ... 104

Gambar 5.10 Parkir Motor ... 104

Gambar 5.11 Parkir Mobil 90o ... 104

Gambar 5.12 Konsep Tata Hijau ... 105

Gambar 5.13 Elemen softscape dan hardscape ... 106

Gambar 5.14 Skema jaringan listrik pada tapak ... 107

Gambar 5.15 Skema utilitas air bersih dalam tapak ... 107

(15)

Seminar Tugas Akhir | viii

Gambar 5.17 Main entrance bangunan ... 109

Gambar 5.18 Zoning ruang vertikal & horizontal ... 110

Gambar 5.19 Alur sirkulasi ... 111

Gambar 5.20 Pola sirkulasi ... 111

Gambar 5.21 Tampilan Bangunan dengan sun-shading ... 113

Gambar 5.22 Sketsa suasana interior lobby apartment ... 114

Gambar 5.23 Sketsa suasana interior kantor sewa ... 114

Gambar 5.24 Upper struktur menggunakan rangka baja ... 115

Gambar 5.25 Super struktur menggunakan beton bertulang ... 116

Gambar 5.26 Diagram sumber tenaga listrik ... 117

Gambar 5.27 Jalur pipa pemadam kebakaran pada bangunan ... 117

Gambar 5.28 Penghawaan buatan dalam bangunan ... 118

Gambar 5.29 skema sistem pengolahan air hujan dan penghawaan alami 119

(16)

Seminar Tugas Akhir | ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan Sarana berdasarkan cakupan pelayanan ... 26

Tabel 2.2Perbandingan proyek sejenis ... 34

Tabel 3.1 Statistik Kependudukan Kabupaten Badung, 2013 ... 43

Tabel 3.2 Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan/Jabatan dalam Pekerjaan Utama Tahun 2013 .. 44

Tabel 3.3 Tenaga Kerja Asing Pendatang di Kabupaten Badung Tahun 2009-2013 ... 45

Tabel 3.4 Gini Ratio dan Distribusi Pendapatan Kabupaten Badung 2008-2013 ... 46

Tabel 3.5 Analisis SWOT pengadaan Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu di Badung ... 47

Tabel 4.1 Analisis Kebutuhan Ruang ... 59

Tabel 4.2 Kesimpulan Kebutuhan Ruang ... 61

Tabel 4.3 Sifat dan Persyaratan Ruang ... 62

Tabel 4.4 Studi Kapasitas Pengelola & Servis ... 69

Tabel 4.5 Studi Besaran Ruang ... 70

Tabel 4.6 Rekapitulasi besaran ruangan ... 74

Tabel 4.7 Kriteria dan Pembobotan Alternatif Lokasi ... 80

Tabel 4.8 Pembobotan Kriteria Pemilihan Tapak ... 85

(17)

Seminar Tugas Akhir | 1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini, bertujuan untuk menjelaskan dan menguraikan secara ringkas apa

yang akan diteliti, mengapa, dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Secara rinci

bab ini berisi tentang latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

apa yang akan di cari penyelesaiaannya, apa tujuan penelitian ini, dan beberapa

metode penelitian yang digunakan.

1.1Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat tiap tahunnya,

tentunya menimbulkan beberapa permasalahan, diantaranya yaitu, meningkatnya

kebutuhan penduduk terhadap sarana dan prasarana dalam menunjang kehidupan

mereka, keterbatasan lahan, kepadatan penduduk, kesemerawutan serta

permasalahan sosial lainnya. Perkembangan pembangunan secara keseluruhan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu, perekonomian, Iptek,

pertumbuhan penduduk, sosial budaya, dan kondisi alam. Perkembangan fisik

kota pada saat ini telah menunjukkan tingkat pertumbuhan yang cukup signifikan,

hal tersebut dapat dilihat dari mulai bertambahnya fasilitas fisik yang digunakan

(18)

Seminar Tugas Akhir | 2

Seperti halnya dengan daerah lainnya di Indonesia, Provinsi Bali sendiri

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Berdasarkan sensus penduduk yang

pada tahun 2010, laju pertumbuhan penduduk di Bali mencapai 1,49 persen

pertahun. Urbanisasi di Bali dipicu oleh perkembangan industri pariwisata yang

membuat tersedianya lapangan pekerjaan cukup banyak, para pencari kerja tidak

hanya datang dari dalam negeri saja, namun juga datang dari luar negeri.

Ditambah lagi dengan dimulainya MEA (Masyarakat Enonomi Asean), diprediksi

jumlah tenaga kerja asing yang berkerja di Bali akan mengalami peningkatan yang

cukup pesat, sehingga mereka membutuhkan sarana hunian dan fasilitas

penunjang lainnya.

Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten dengan pendapatan asli

daerah tertinggi di Bali. Kabupaten Badung memiliki luas wilayah sebesar 418,52

km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 589 ribu jiwa dan dari

hasil proyeksi pertumbuhan penduduk oleh BPS Kabupaten Badung sampai tahun

2020 mencapai 683,20 ribu jiwa. Kepadatan penduduk di kabupaten Badung

terkonsentrasi pada daerah Badung selatan, seperti Kuta, Kuta Utara dan Kuta

Selatan. Perekonomian dari Kabupaten Badung sebagian besar bertumpu pada

sektor kepariwisataan, dan dari hal tersebut menciptakan lapangan pekerjaan yang

cukup besar. Oleh karena itu, penduduk sekitar Badung bahkan hingga luar

daerah dan luar negeri memanfaatkan hal tersebut untuk mencari nafkah dan

menetap disana. Dari hal tersebut, Kabupaten Badung mengalami permasalahan

umum terjadi dari pertambahan penduduk, yaitu keterbatasan lahan dengan

kebutuhan penduduk akan sarana prasarana yang terus meningkat, kesemrawutan,

dan kemacetan di beberapa tempat terutama pada daerah Badung selatan.

Dari sudut pandang arsitektur, untuk mengatasi beberapa permasalahan

tersebut dapat dilakukan dengan beberapa strategi, seperti membangunan sarana

prasarana yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, melakukan perencanaan

dalam mengatur tata ruang dan zonasi. Hingga dalam lingkup yang lebih kecil

berupa melakukan perencanaan pada suatu area terdiri dari berbagai macam

fungsi di dalamnya atau biasa disebut dengan Mixed-use Development.

Oleh karena itulah, proyek kompleks komersial dan hunian dengan sistem

(19)

Seminar Tugas Akhir | 3

kabupaten Badung. Desain dari Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu di

Badung menerapkan konsep arsitektur bioklimatik dan menggunakan sistem

parkir kendaraan otomatis sebagai terobosan dalam mengatasi keterbatasan untuk

lahan parkir namun dapat menampung kendaraan lebih banyak dari parkir

kendaraan konvensional.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah yang melandasi dasar

pemikiran perencanaan dan perancangan, maka dapat dirumuskan

permasalahannya. Adapun rumusan masalah dari pembuatan laporan landasan

konsepsual perencanaan dan perancangan ini adalah sebagai berikut :

a Fasilitas apa saja yang diperlukan untuk mewadahi kegiatan di dalamnya?

b Dimana lokasi yang ideal untuk perencanaan fasilitas komersial dan hunian

terpadu ?

c Siapa yang akan disasar dan besaran kapasitas terkait pelayanan yang

direncanakan pada kompleks komersial dan hunian terpadu?

d Bagaimana penerapan dari tema dan konsep yang dibuat pada kompleks

komersial dan hunian terpadu ini?

e Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan desain yang yang ideal

untuk fasilitas komersial dan hunian dalam suatu system yang terpadu atau

saling menunjang?

1.3Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan laporan landasan konsepsual perencanaan dan

perancangan ini adalah sebagai berikut:

a Konsep perancangan fasilitas campuran pada suatu area dapat menjadi

alternatif pengembangan kompleks komersial dan hunian terpadu di

Kabupaten Badung.

b Dapat menerapkan kaidah-kaidah arsitektur yang benar dalam proses

perancangan fasilitas komersial dan hunian dalam sistem yang terpadu/

terintegrasi, baik dari segi penataan ruang, aktivitas maupun pelayanan.

c Menentukan konsep perencanaan dan perancangan desain yang yang tepat

(20)

Seminar Tugas Akhir | 4

contoh rancangan yang ideal dan diharapkan memberikan kontribusi yang

positif lingkungan sekitar.

1.4Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu

teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan penyimpulan.

1.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikelompokkan terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan

data sekunder:

1. Data primer, data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari

sumbernya serta semua keterangan yang untuk pertama kalinya diamati dan

dicatat oleh peneliti (Marzuki, 2000:50). Data primer ini diperoleh melalui :

a) Interview/wawancara: Mengadakan wawancara dengan pihak-pihak

terkait yaitu pengelola bangunan komersial dan sejenisnya untuk

memperoleh data yang digunakan untuk pendekatan dan penganalisisan

data.

b) Dokumentasi: Melakukan pengumpulan arsip serta foto-foto atau sketsa

yang menunjang penyusunan konsep programatik seperti dokumentasi

mengenai tapak bangunan dan lingkungan disekitarnya.

2. Data sekunder, data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain,

artinya data tersebut tidak diusahakan sendiri pengumpulannya. Data

sekunder diperoleh melalui :

a) Studi literatur: Pengumpulan data penunjang sebagai bahan pertimbangan

proses perencanaan dan perancangan yang terdiri dari buku-buku, jurnal,

koran, internet, dan lain-lain, yang terkait dengan fasilitas komersial dan

hunian.

b) Studi banding: Studi banding dilakukan pada fasilitas sejenis dengan

pengamatan langsung maupun melalui media lainnya (internet) dengan

maksud untuk mendapatkan gambaran mengenai fasilitas-fasilitas apa

(21)

Seminar Tugas Akhir | 5

ruangnya dan lainnya yang dianggap perlu untuk menunjang proses

perencanaan dan perancangan nantinya.

1.4.2 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan suatu

konsep yang nantinya akan digunakan dalam perancangan Teknik pengolahan

data yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu :

a. Kompilasi data, data yang telah dikumpulkan dikelompokkan dengan kriteria

data masing-masing yang kemudian dicari kaitannya antara yang satu dengan

yang lainnya.

b. Analisis data, berdasarkan kompilasi data, dilakukan analisis dengan berbagai

pertimbangan. Teknik analisis dilakukan dengan dua cara yaitu :

1) Kualitatif, yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data dan

membuat digramatik seperti menyimpulkan beberapa studi banding dan

lain-lain.

2) Kuantitatif, yaitu menganalisis data dengan cara perhitungan matematis.

c. Sintesis, mengintegrasikan setiap permasalahan yang ada ke dalam

kelompok-kelompok beserta faktor pengaruhnya sebagai jalan keluar tebaik

untuk memecahkan permasalahan.

1.4.3 Teknik Penyimpulan

Adapun teknik penarikan kesimpulan yang digunakan dalam menyusun

laporan ini adalah sebagai berikut:

a. Deduksi, pengambilan keputusan dilakukan dari hal-hal yang bersifat umum

menuju hal-hal yang bersifat khusus.

b. Induksi, pengambilan keputusan dilakukan dari hal-hal yang bersifat khusus

(22)

Seminar Tugas Akhir | 6

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP KOMPLEKS KOMERSIAL DAN

HUNIAN TERPADU

Pada bab ini akan dilakukan tinjauan terhadap beberapa teori yang relevan

dan mendukung objek rancangan dan tinjauan objek sejenis agar dapat

merumuskan spesifikasi proyek secara umum.

2.1Tinjauan Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu

Jika ditinjau berdasarkan suku kata, terdapat 4 buah kata yang menjadi sebuah

frase judul yaitu kata Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu. Keempat kata ini

memiliki fungsinya masing-masing yang jika diurutkan berfungsi sebagai kata

tempat/lokasi, kata subjek/pelaku dan objek.

Kata kompleks memiliki arti yaitu suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah

bagian, khususnya yang memiliki bagian yang saling berhubungan dan saling

tergantung. Dalam arsitektur, kompleks dapat merujuk kepada gabungan beberapa

bangunan dalam suatu wilayah.

Kata Komersial merupakan kata serapan bahasa Indonesia dari bahasa Inggris

yaitu commercial. Komersial memiliki makna yaitu mendapat keuntungan.

Bangunan komersial merupakan bangunan gedung yang difungsikan untuk

(23)

Seminar Tugas Akhir | 7 dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk menunjang keberhasilan

fungsinya, perancangan bangunan komersial perlu mempertimbangkan berbagai

aspek baik dari sisi tampilan bangunan, pertimbangan efisiensi, keamanan,

maupun peluang pengembangan.

Kata hunian (rumah tinggal) merupakan suatu tempat untuk tinggal atau

kediaman. Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat

tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia

maupun hewan, namun tempat tinggal yang khusus bagi hewan biasa disebut

sangkar, sarang, atau kandang. Sedangkan dalam arti khusus, rumah mengacu

pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan

tempat tinggal, seperti keluarga, tempat bertumbuh, makan, tidur,beraktivitas, dll.

(Wikipedia, 2012).

Kata terpadu berasal dari kata padu yang artinya utuh dan kompak. Maka dari

itu kata terpada memiliki makna yaitu saling berkaitan, kompak dan saling

mendukung.

Setelah mengkaji dari keempat suku kata yang membentuk judul tersebut,

maka dapat ditentukan beberapa teori yang sekiranya relevan dengan objek yang

akan dibangun.

2.2Keunikan Proyek Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu

Setiap proyek memiliki keunikannya tersendiri, keunikan tersebut bisa berupa

konsep yang diterapkan, fungsi dari bangunan tersebut, fasilitas-fasilitas yang

disediakan, bentuk dan tampilan bangunan, filosofi dan teknologi yang diterapkan

pada bangunan.

Adapun kelebihan dari Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu di Badung,

yaitu penerapan teknologi pada gedung parkir dengan sistem parkir otomatis yang

digerakkan oleh sistem robotic. Dengan hal tersebut, waktu yang diperlukan untuk

memarkir kendaraan dapat dipangkas, selain itu juga dari segi keamanan cukup

aman dan tentunya dengan lahan yang terbatas dapat menampung kendaraan yang

lebih banyak dari sistem parkir konvensional dengan luasan yang sama.

(24)

Seminar Tugas Akhir | 8

Mixed Use Development adalah suatu area atau lahan yang terdiri dari dua

fungsi atau lebih di dalamnya, seperti perkantoran, hotel, hunian, pusat

perbelanjaan yang dikembangkan menjadi satu kesatuan. Tujuan dari

penerapan konsep mixed use pada dasarnya yaitu untuk pemanfaatan lahan

menjadi lebih efektif dan efisien, dan membuata pelayanan kebutuhan lebih

mudah dan terintegrasi. Penyatuan berbagai fungsi dan aktivitas dalam suatu

bangunan atau kompleks bangunan sering disebut dengan istilah superblock

(mixed use building).

Konsep mixed use dapat dilakukan dalam skala kawasan, kompleks

(lahan), blok bangunan maupun dalam satu bangunan. Pola mixed use bisa

berupa horizontal maupun vertical, sesuai dengan jenis fungsi yang

diterapkan. Penerapan atau pemilihan jenis-jenis fungsi pada konsep mixed

use, dipengaruhi oleh luas dan bentuk lahan, letak, lokasi dan posisi terhadap

infrastruktur yang tersedia disekitarnya, dan aspek keuntungan dari bisnis

property yang dilakukan pengembang (developer). Selain itu, persyaratan atau

peraturan mengenai tata kota turut mempengaruhi dalam menerapkan konsep

mixed use, sehingga kondisinya bisa berlainan meskipun berada dalam suatu

area/ kawasan yang sama. Isu-isu permasalahan perkotaan yang kerap muncul

dalam hal pengembangan infrastruktur dan properti, yaitu :

1. Keterbatasan Lahan & Nilai Lahan (Sistem Pertanahan & Harga Patokan)

2. Keterbatasan Sumber Daya (Alam, Manusia, Buatan)

3. Peraturan (Pertanahan, Zoning Regulation)

4. Tata Nilai Perkotaan (Keteraturan dan Ketertiban)

5. Urbanisasi

6. Penyediaan Prasarana Dasar (Air, Listrik, rumah)

7. Jumlah Penduduk Yang Besar

Dalam pengembangan konsep mixed use ini sebetulnya ada hal-hal yang

menjadi titik fokus bagi para pengembang (developer), karena dengan

memperhatikan hal-hal tersebut secara langsung akan membuat konsep yang

dikembangkan tersebut menjadi daya tarik dan sangat diminati oleh para

(25)

Seminar Tugas Akhir | 9 1. Posisi dan lokasi proyek akan menentukan besarnya profit yang akan

dihasilkan.

2. Keberadaan Infrastuktur harus efisien

3. Adanya akses pedestrian yang ideal antar komponen

4. Adanya amenities dan attractions yang tidak mungkin pada penggunaan

single use.

5. Menciptakan massing untuk memperoleh maximal interest

6. Adanya keterkaitan antara bangunan dengan lingkungan.

7. Adanya Keterkaitan antara proyek sejenis di lingkungan sekitar.

8. Perhatikan dengan seksama pentahapan konstruksi

9. Penggunaan bersama fasilitas

10.Pengelolaan proses perancangan harus efisien dan professional

B.Ciri-ciri Mixed Use Development

Menurut Marlina, Mixe Use Development dapat dibagi menjadi tiga

ciri-ciri umum, yaitu:

1. Mewadahi dua fungsi urban atau lebih misalnya terdiri dari retail,

perkantoran, hunian, hotel, entertainment, cultural dan rekreasi.

2. Terjadi integrasi dan sinergi fungsional.

3. Terdapat ketergantungan antara masing-masing fungsi bangunan yang

memperkuat integrasi dan sinergi fungsional tersebut.

C.Manfaat Mixed Use Development

Menurut Marlina, ada beberapa manfaat dalam penerapan konsep mixed

use development, antara lain:

1. Memberikan kelengkapan dan kemudahan pada bangunan hunian dan

bagi pengunjungnya.

2. Efisiensi pergerakan. Dengan pengelompokan berbagai fungsi dan

aktivitas dalam suatu superblock berarti terdapat efisiensi pergerakan

bagi penggunan bangunan tersebut.

3. Vitalitas dan generator pertumbuhan. Pembangunan superblock pada

salah satu bagian kota berpotensi meningkatkan pertumbuhan

kawasan sekitarnya sebagai respon terhadap kebutuhan layanan bagi

(26)

Seminar Tugas Akhir | 10 4. Penghematan pendanaan bangunan. Pembangunan berbagai fasilitas

dalam satu komplek atau kawasan dapat mengefisienkan dana

pembangunan, misalnya dengan efisiensi dana pembangunan

infrastrukutur.

5. Menghambat perluasan kota. Superblok dapat diasumsikan sebagai

pertumbuhan kota secara vertikal, karenanya pembangunan superblok

dapat meminimalkan pertumbuhan kota secara horizontal.

6. Integrasi sistem-sistem. Sesuai persyaratan superblock,

pengembangan fungsi-fungsi dilamnya dirancang secara terintegrasi,

saling menguntungkan antar fungsi. Integrasi ini dapat merupakan

simbiosis mutualisme antar fungsi.

2.4Tinjauan Bangunan Komersial

Bangunan komersial merupakan bangunan yang direncanakan untuk

mendatangkan keuntungan bagi pemilik maupun penggunanya, seperti ruko

yang bisa disewakan pemiliknya ataupun sebagai tempat untuk membuka

usaha, perhotelan yang berfungsi sebagai tempat menginap berbayar, rumah

kos atau apartemen yang disewakan sehingga selalu memberikan penghasilan

berkelanjutan. Fungsi komersial meliputi jasa dan barang seperti kantor sewa,

hotel, gudang, pertokoan, supermarket, pusat perbelanjaan dan layanan jasa

seperti service, laundry, dll. Untuk lebih menarik sebaiknya bangunan

komersial memiliki desain arsitektur yang menarik sehingga mempunyai nilai

(niaga) tinggi yang dapat disewakan ataupun diperjualbelikan.

Untuk menunjang keberhasilan fungsinya, perancangan bangunan

komersial perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang meliputi :

a. Pencitraan (brand image) dimana bangunan komersial harus mempunyai

citra atau karakter yang kuat sebagai daya tarik untuk menarik konsumen.

b. Nilai ekonomis bangunan dimana bangunan ini mudah perawatannya

sehingga tercapai efisiensi dalam penggunaan dimana erat kaitannya

dengan keuangan.

c. Lokasi strategis, sehingga mudah dilihat, dicari dan dijangkau.

d. Prinsip keamanan bangunan, sebagai persyaratan utama dalam bangunan

(27)

Seminar Tugas Akhir | 11 peralatan keselamatan dari kebakaran maupun antisipasi untuk bencana

alam lain. Prinsip keamanan bangunan ini dibedakan

menjadi safety (keselamatan) dan security (keamanan).

e. Prinsip kenyamanan bangunan, bangunan komersial akan lebih

memberikan keuntungan apabila mampu membuat si penghuni maupun

konsumen betah didalamnya. Beberapa jenis kenyamanan yang perlu

diperhatikan antara lain :

o Kenyamanan penghawaan

o Kenyamanan pencahayaan

o Kenyamanan audio

o Kenyamanan sirkulasi dalam bangunan

f. Kebutuhan jangka panjang, aspek ini penting untuk mengantisipasi

dinamika perubahan baik dari waktu maupun tuntutan kebutuhan.

g. Kondisi, potensi dan karakter kawasan, aspek ini akan menunjang

lancarnya ekonomi bangunan komersil ini, karenanya harus ada kesesuaian

antara kondisi, potensi dan karakter kawasan dengan fungsi bangunan

komersial yang akan diadakan.

h. Kondisi sosial budaya masyarakat, aspek ini untuk mendukung lancarnya

kegiatan perekonomian dimana bangunan komersial dengan kegiatannya

itu berada. Karenanya bangunan komersial dan kegiatannya ini harus bisa

diterima oleh masyarakat sekitarnya secara sosial, budaya maupun

psikologis.

i. Perkembangan teknologi, dimana diharapkan bangunan komersial ini

mampu menerima atau bahkan dapat menerapkan perkembangan teknologi

yang ada sehingga bisa memberi manfaat lebih bagi sekitarnya.

2.4.1 Tinjauan Kantor Sewa A.Pengertian Kantor Sewa

Kantor sewa merupakan bangunan yang direncanakan untuk mewadahi

fungsi-fungsi tertentu yang dimiliki secara nonpermanent dengan sistem sewa.

Sistem sewa ini berdampak pada dinamisasi penyewa meskipun bidang usaha

(28)

Seminar Tugas Akhir | 12 waktu tertentu. Untuk pengembalian modal dalam pengadaan sebuah kantor sewa

perlu dikembangankan dua fungsi penting dalam kantor sewa, antara lain:

a. Pemasaran

Fungsi ini terkait dengan hakekat kantor sewa sebagai bangunan komersial

yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Agar hal tersebut

dapat dicapai, sebuah kantor sewa harus bersifat “menjual” dalam arti

mampu dan mudah dipasarkan. Salah satu strategi untuk mendapatkan

rancangan yang tepat sesuai permintaan/kebutuhan pasar adalah dengan

melakukan analisis pasar. Sealin melihat tren pergerakan bisnis di

masyarakat, perlu dipertimbangkan usaha-usaha yang sesuai untuk

dikembangkan dalam masyarakat di suatu wilayah, serta kecenderungan

perkembangan di masa yang akan datang.

b. Pengembangan

Pada sebuah kantor sewa diperlukan pengelolaan yang professional karena

usaha sewa-menyewa ruang tersebut merupakan aktivitas yang dilakukan

untuk jangka waktu yang sangat panjang. Selain terkait dengan promosi

ruang sewa itu sendiri, sebuah kantor sewa memerlukan perencanaan

pengembangan lain khususnya berkaitan dengan penyediaan dan

pematangan tanah, desain bangunan dan perencanaan anggaran.

Rancangan bangunan sebuah kantor sewa harus memiliki kemungkinan

pengembangan baik berupa perluasan ruang maupun perbaikan rancangan

ruangan. Sebuah kantor sewa harus memiliki rancanga ruang yang

fleksibel untuk mengantisipasi perubahan dari tuntutan dinamisasi

pergantian penyewa.

B.Penyewaan Kantor Sewa

Sesuai dengan namanya, sistem kepemilikan ruang di dalamnya bersifat

sementara dengan sistem sewa. Harga sewanya disesuaikan dengan kemampuan

penyewa dan fasilitas yang disediakan. Kemampuan penyewa juga disesuaikan

dengan jenis usaha yang direncanakan untuk ditampung pada kantor sewa tersebut.

Dalam perhitungan sewa ruang kantor dikenal dengan istilah-istilah sebagai

(29)

Seminar Tugas Akhir | 13 a. Service floor area, meliputi area-area yang tidak termasuk disewakan,

tetapi merupakan layanan untuk penyewa, seperti elevator, tangga, AC

sentral, Fire tower court.

b. Rentabel floor area, dibedakan menjadi dua yaitu;

- Usable floor area, merupakan area yang disewakan dengan harga

tertentu.

- Commont floor area, meliputi elevator hall, koridor, toilet dan lain

sebagainya. Harga sewa/m2 diperhitungkan berdasarkan rentable floor

area.

c. Gross Area System, merupakan sistem sewa dengan memperhitungkan

semua bagian bangunan (ruang-ruang yang ada) termasuk lobby, lift,

lavatory dan ruang-ruang penunjang lainnya.

d. Net Area System, adalah sistem sewa dengan memperhitungkan luas ruang

yang benar-benar hanya digunakan oleh penywa. Dalam hal ini, lavatory,

ruang lift, dan penunjang tidak termasuk yang disewakan.

e. Semi Gross System, adalah sistem sewa dengan memperhitungkan semua

ruang yang digunakan oleh penyewa ditambah dengan beberapa ruang,

fasilitas, tetapi tidak termasuk ruang transportasi, tangga darurat dan

fasilitas umum lainnya. Rancangan bangunan yang baik selalu

dipertimbangkan berdasarkan pengguna dan kegiatan yang akan diwadahi

dalam bangunan. Pada sebuah kantor sewa, secara umum pengguna

bangunan dapat dibedakan menjadi;

- Penyewa/ konsumen kantor sewa

- Pengunjung bangunan/ tamu

- Pengelola bangunan

C.Klasifikasi Kantor Sewa Berdasarkan Pengelolaannya

Selain dari aspek penyewaan, kantor sewa juga diklasifikasikan dari sisi

pengelolaannya, yaitu;

a. Tenant Owned Office Building

Adalah kantor sewa yang dibanguna oleh pemilik yang sekaligus

berperan sebagai penyewa sebagaian besar bangunan. Dalam hal ini,

(30)

Seminar Tugas Akhir | 14 dengan keinginan pemilik. Oleh karena pemilik sekaligus merupak

penyewa, berarti pengelola bangunan adalah salah satu dari penyewa

yang merangkap sebagai pemilik bangunan. Biasanya image bangunan

dapat menunjukkan corporate image yang sesuai denga pemiliknya.

b. Speculative Office Building

Adalah kantor sewa yang dibangun dengan tujuan memenuhi

kebutuhan pasar (market demand) serta spekulatif diharapkan mampu

menyerap penyewa berdasarkan studi kelayakan yang telah dilakukan.

Keberhasilan Speculative Office Building ditentukan oleh income yang

dihailkan oleh pemilik atau sponsor bangunan bukan oleh keberhasilan

memenuhi kebutuhan pemakai.

Prinsip dasar yang diterapkan pada Speculative Office Building yaitu

apabila bangunan tidak efisien maka tidak aka nada penyewa atau

orang yang bersedia membayar biaya sewa. Oleh karena itu, bangunan

tersebut harus dirancang seefisien mungkin untuk memnuhi kebutuhan

pasar yang bervariasi.

c. Investment Type of Office Building

Adalah kantor sewa yang dipasarkan dengan ciri-ciri spesifik, antara

lain:

- Penyewa adalah perusahaan khusus, biasanya satu bangunan

disewa oleh satu penyewa saja, sehingga image bangunan dapat

diolah sesuai keinginan penyewa tunggal tersebut, atau terdapat

satu perusahaan yang menyewa sebagian besar ruang kantor

dengan sistem multiple tenancy floor. Biasanya, ruang dalam

kantor didesain secara terbuka tanpa adanya partisi dengan

perletakan transportasi vertikal dan area servis di luar area kantor,

yang memungkinkan kebebasan pembagian layout denah.

- Seringkali bangunan diadakan pada site dengan nilainya relative

tinggi.

d. Tailor Made Building

Adalah kantor sewa yang dibangun untuk digunakan sendiri, misalnya

(31)

Seminar Tugas Akhir | 15 semacam ini menurut Francis Duffy (1978) (dalam Meyer, 1983)

adalah sebagai berikut;

- Pemilihan lokasi dapat disesuaikan dengan sasaran kegiatan. Hal

ini berdampak pada efisiensi pencapaian, baik dari penyewa

maupun pengunjung bangunan.

- Dapat dibangun dengan fasilitas khusus sesuai dengan tuntutan

kenyaman bagi fungsi ruang dan aktivitas yang direncanakan.

- Bangunan dapat dibangun dengan luas yang bervariasi, sesuai pola

kerja pemakai ruang dan dapat diatur untuk mengantisipasi

perkembangan kegiatan.

- Dapat dirancang lebih kreatif untuk mendapatkan image yang

berbeda-beda.

D.Klasifikasi Kantor Sewa Berdasarkan Pembagian Layout Denah

Fungsi, aktivitas dan fasilitas pada suatu kantor sewa akan berdampak

pada tuntutan rancangan kantor sewa yang harus dipenuhi, sekaligus

menjadi ciri spesifik rancangan suatu kantor sewa. Pembagian ruang pada

suatu bangunan kantor dapat dikelomokkan sebagai berikut;

a. Cellular System (sel)

Pada umumnya, bentuk bangunan memanjang dengan koridor

memanjang sejajar dengan bentuk bangunan. Konfigurasi ini

memungkinkan rancangan ruang-ruang dengan privasi yang tinggi

sehingga sesuai untuk ruang eksekutif, manajer dan sebagainya.

b. Group Space System (Kelompok Ruang)

Sistem ini memiliki ruang-ruang dengan dimensi yang mampu

menampung 5-15 karyawan. Pembagian ini umumnya diterapkan pada

bangunan yang mempunyai kedalam 15-20 m dari koridor ke dinding

terluar bangunan. Konfigurasi ini cocok untuk rancangan ruang dengan

karakter semiformal.

c. Landscape Open Plan System (Ruang Terbuka)

Sistem ini mempunyai susunan ruang yang fleksibel menurut

kebutuhan pemakai, dengan menggunakan sekat yang dapat terbuat

(32)

Seminar Tugas Akhir | 16 sirkulasi dan lalu lintas kelompok atau unit kerja. Pada konfigurasi ini,

kelompok kerja umumnya dapat saling melihat posisi berdiri.

Konfigurasi ini cocok digunakan untuk rancangan dengan karakter

bebas, nonformal dan masih dalam pola pengelompokan ruang.

2.4.2 Tinjauan Toko/ retail

Keberadaan sebuah tempat perbelanjaan dalam suatu kota selalu menjadi

tempat yang paling menarik dan mudah diingat karena termasuk tempat yang

sering dikunjungi oleh warga kota tersebut. Tempat ini biasanya terletak di

jalan-jalan utama dan pusat-pusat kota sehingga dapat menimbulkan image baru pada

sebuah kota. Bahkan tidak jarang kuantitas dan kualitas tempat perbelanjaan dapat

memberikan gambaran tingkat kemakmuran warga kota tersebut.

Istilah pusat perbelanjaan memiliki beberapa pengertian, diantaranya

sebagai berikut;

1. Bentuk usaha perdagangan individual yang dilakukan secara bersama

melalui penyatuan modal dengan tujuan efektivitas komersial

(Beddington, Design for Shopping Center ).

2. Suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang/jasa yang

bercirikan komersial, melibatkan perencanaan dan perancangan yang

matang karena bertujuan memperoleh keuntungan (profit)

sebanyak-banyaknya (Gruen, Center for Urban Environment; Survival of the

Cities)

3. Kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat

terpusat, dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagang individu,

sedangkan pengawasannya dilakukan oleh pengelola yang bertanggung

jawab secara menyeluruh (Beddington, Design for Shopping Center).

4. Sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan

pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan

diatur menjadi sebuah kesatuan operasi (operation unit), berhubungan

dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut.

Unit ini juga menyediakan parker yang dibuat berhubungan dengan tipe

dan ukuran total toko-toko (Urban Land Institute, Shopping Center

(33)

Seminar Tugas Akhir | 17

5. Suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau

lingkungan setempat. Selain berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan

berbelanja atau transaksi jual/beli, juga berfungsi sebagai tempat untuk

berkumpul atau berekreasi (Beddington, Design for Shopping Center).

Dari berbagai pengertian di atas, terdapat beberapa kata kunci terkait dengan

pusat perbelanjaan, yaitu;

1. Adanya kegiatan jual beli atau pertukaran barang dan jasa

2. Dapat berfungsi juga sebgai tempat berkumpul dan berekreasi

Dua kata kunci tersebut, akan mewarnai proses perancangan sebuah pusat

perbelanjaan, selain kata kunci utama sebagai bangunan komesial, yaitu

bertujuan menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya.

A. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan Berdasarkan Skala Pelayanan

Berdasarkan skala pelayanannya, pusat perbelanjaan dapat dibedakan

menjadi 3 jenis, yaitu;

1. Pusat perbelanjaan local (neighborhood center)

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan yang

meliputi 5.000 sampai 40.000 penduduk (skala lingkungan), dengan luas

bangunan berkisar antara 2.787-9.290 m2. Unit penjualan terbesar pada

pusat perdagangan golongan ini yaitu supermarket.

2. Pusat perbelanjaan distrik (community center)

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan 40.000

sampai 150.000 penduduk (skala wilayah), dengan luas bangunan

berkisar antara 9.290-27.870 m2. Unit-unit penjualan terdiri atas junior

department store, supermarket dan toko-toko.

3. Pusat perbelanjaan regional (main center)

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan 150.000

sampai 400.000 penduduk, dengan luas bangunan 27.870-92.990 m2.

Pusat perbelanjaan golongan ini terdiri dari 1-4 department store dan

50-100 toko retail, yang tersusun mengitari pedestrian dan dikelilingi oleh

area parker (the Community Builders Council of ULI-the Urban Land

(34)

Seminar Tugas Akhir | 18

B. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan Berdasarkan Sistem Transaksi

Berdasarkan sistem transaksinya, sebuah pusat perbelanjaan dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu;

1. Toko Grosir, adalah toko yang menjual barang dalam jumlah besar.

Barang-barang tersebut biasanya disimpan di gudang atau di tempat lain,

sedangkan yang ada di toko grosir hanya contohnya. Oleh karena

penjualan dilakukan dalam jumlah besar, biasanya etalase pada toko

grosir hanya memerlukan tempat yang relati kecil.

2. Toko Eceran, adalah toko yang menjual barang dalam jumlah kecil atau

persatuan barang. Toko eceran lebih banyak menarik pembeli karena

tingkat variasi barangnya yang tinggi. Pada toko semacam ini, area

display barang dagangan memerlukan ruang yang relative besar untuk

mewadahi variasi barang dagangan. Sebaliknya, gudang mungkin hanya

memerlukan area dengan dimensi yang lebih kecil. Area dropping

barang bukan merupak area vital pada toko jenis ini.

C. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan Berdasarkan Lokasi

1. Pasar, merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan sederhana (los, toko,

kios, dan sebagainya) yang berada di suatu area tertentu pada suatu

wilayah. Fasilitas perbelanjaan ini dapat dapat bersifat terbuka ataupun

berada di dalam bangunan, biasanya berada dekat dengan pemukiman.

2. Shopping Street, merupakan pengelompokan saran perbelanjaan yang

terdiri dari dereta toko atau kios terbuka pada suatu penggal jalan. Jenis

perbelanjaan ini biasanya berkembang di kawasan-kawasan yang

menarik dikunjungi wisatawan.

3. Shopping Percint, merupakan kompleks pertokoan terbuka yang

menghadap pada suatu ruang terbuka yang bebas. Perbelanjaan ini

biasanya tumbuh di dekat obyek wisata atau kawasan wisata.

4. Shopping Center, merupakan pengelompokan fasilitas perbelanjaan

(toko dan kios) yang berada dalam satu atap. Pada shopping center,

barang ynag diperdagangkan didominasi oleh kebutuhan sekunder dan

tersier, sedangkan pada jenis pasar, barang yang diperdagangkan

(35)

Seminar Tugas Akhir | 19 mempunyai berbagai pola visual dan sirkulasi yang diperuntukan bagi

pengunjung untuk berjalan mengelilinginya, bahkan tidak hanya

mencakup skala komplek yang berukuran besar, tetapi berskala manusia.

2.5 Tinjauan Hunian/ Rumah Tinggal 2.5.1 Pengertian Rumah Tinggal (Hunian)

Rumah merupakan suartu tempat yang difungsikan sebagai tempat untuk

berlindung dari cuaca luar, seperti hujan, panas matahari, dan juga sebagai

tempat manusia melangsungkan kehidupannya, tempat manusia berumah

tangga dan sebagainya. Seiring perkembangan waktu, rumah tidak hanya

sebagai untuk tempat tinggal, namun juga menanda status social si pemilik

rumah. Arsitektur rumah tinggalpun berbeda-beda di setiap daerah dan juga

mengikuti tren perkembangan teknologi.

Adapun definisi-definisi rumah menurut undang-undang dan menurut para

ahli akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

hunian dan sarana pembinaan keluarga. (UU No. 4 Tahun 1992 Tentang

Perumahan dan Permukiman)

2. Rumah merupakan tempat berlindung dari pengaruh luar manusia, seperti

iklim, musuh, penyakit, dan sebagainya. Untuk dapat berfungsi secara

fisiologis, rumah haruslah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang

dibutuhkan, seperti listrik, air bersih, jendela, ventilasi, tempat

pembuangan kotoran dan lain-lain. (Koesputranto, 1988)

3. Rumah merupakan suatu bangunan, tempat manusia tinggal dan

melangsungkan kehidupannya. Di samping itu, rumah juga merupakan

tempat berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu

diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam

suatu masyarakat. (Sarwono dalam Budihardjo, 1998 : 148)

4. Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal

selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal

manusia maupun hewan, namun tempat tinggal yang khusus bagi hewan

biasa disebut sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah

(36)

Seminar Tugas Akhir | 20 dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, tempat bertumbuh,

makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain. (Wikipedia, 2010)

5. Elemen terpenting dari pembentukan suatu perumahan adalah rumah itu

sendiri. Rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berumah tangga,

tempat tinggal/alamat, lokasi tempat tinggal, bagian dari eksistensi

individu/keluarga (terkait dengan status, tempat kedudukan, identitas),

bagian dari kawasan fungsional kota, investasi (keluarga atau

perusahaan), sumber bangkitan pergerakan (trip production), ruang untuk

rekreasi, ruang yang digunakan untuk menjalin kehidupan keluarga, serta

wadah sebagai batas privasi.

6. Pengertian rumah bagi seseorang bisa mengandung dimensi yang luas.

Rumah adalah keluarga dengan budaya internal beserta sejarahnya serta

lingkungan alam, masyarakat dengan budaya lokal.(Allenda,

Leonardiansyah : 1)

7. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

hunian dan sarana pembinaan keluarga. (Musthofa, Bisri. 2008 : 64)

8. Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan

(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi

syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan

masyarakat. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk

menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di

dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di

dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu

untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan

tetangganya, dan lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan,

kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa

hidupnya. (Frick, 2006 : 1)

9. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal (Kamus Bahasa Indonesia,

1997). Kebutuhan akan dapat berlindung sebenarnya termasuk kebutuhan

yang utama, selanjutnya karena manusia tidak lagi hidup secara

berpindah-pindah, maka mereka memerlukan tempat tinggal yang tetap,

(37)

Seminar Tugas Akhir | 21

10.Rumah merupakan sarana pengaman bagi diri manusia, pemberi

ketentraman hidup, dan sebagai pusat kehidupan berbudaya. Di dalam

rumah dan lingkungannya itu, dibentuk dan berkembang menjadi

manusia yang berkepribadian. (Juhana, 2000 : 31)

2.5.2 Jenis-jenis Rumah Tinggal (Hunian)

Menurut Untermann. dkk (1986) dalam dalam buku Perencanaan Tapak

untuk Perumahan, maka ada beberapa tipe perumahan antara lain:

1. Rumah Tinggal Tunggal/ Detached

Rumah tinggal tunggal atau rumah terpisah adalah rumah tinggal

yang berdiri sendiri. Rumah tinggal tunggal dipakai biasanya hanya

untuk satu keluarga dan jarak antar rumahnya berjauhan. Selain itu

cottage, villa, bungalow, dan mansion juga termasuk dalam kelompok

rumah tinggal tunggal. Rumah tinggal tunggal dibangun diatas tanah

yang besarnya lebih besar dari bangunannya. Rumah tersebut dikelilingi

oleh halaman atau yard .

2. Rumah Tinggal Koppel ( Semi Detached )

Rumah Tinggal kopel adalah Rumah Tinggal Tunggal yang di

sekat sama besar antara Kiri dan Kanan, biasanya rumah tinggal kopel

ini untuk disewakan pemiliknya untuk menghemat lahan bangunan.

3. Rumah Kota (Town House)

Sama seperti rumah gandeng dengan penambahan tempat parkir di

dalam bangunannya. Parkir di bagian dalam memerlukan halaman depan

yang lebih lebar (untuk menampung pengemudi dan jalan masuk dan

ruangan bagian dalam untuk kegunaan tertentu) dan kadang-kadang

dibuat dengan suatu kedalaman kira-kira 150 feet. Rumah kota

menawarkan kenyamanan yang tinggi untuk sebuah keluarga tunggal

kecuali bila dibuat tanpa halaman samping.

4. Rumah Susun (Flat)

Rumah yang flesibel, yaitu mampu menyesuaikan berbagai

konfigurasi. Kerugian utama rumah susun adalah BC yang mengurangi

(38)

Seminar Tugas Akhir | 22 umumnya berisi ganda, artinya mempunyai ruang-ruang yang berada di

luar pada unit-unit tersebut.

5. Rumah berpekarangan Dalam (Patio House)

Adalah suatu variasi pada rumah "ranch” berlantai satu tradisional.

Dengan pintu masuk di bagian tengah, ruang tamu terletak pada sisi dan

ruang-ruang tidur pada sisi lainnya. Untuk menyesuaikan pada bidang

tanah yang sempit, bentuk tersebut "dibengkokkan” dan ruang-ruang pribadinya dikitari oleh pemagaran. Dengan menghilangkan

halaman-halaman samping dan depan, rumah "ranch” tersebut kini menjadi rumah

berpekarangan dalam (patio).

6. Maisonet (Maisonette)

Adalah sebuah tipe standar dari bangunan berkapasitas tinggi dan

bertingkat rendah. Yang telah dipergunakan secara luas di seluruh dunia.

Dikatakan berkepadatan tinggi karena merupakan suatu penumpukan

vertikal maksimum dari sebuah unit berlantai dua di atas unit bangunan

lainnya, dengan dua tahapan tangga untuk lantai utama dari unit yang

terletak lebih atas.

7. Rumah teras bertingkat (Terrace House)

Rumah gandeng dan berpekarangan dalam dapat saja dibuat

menjenjang ke atas maupun ke bawah sebuah perbukitan guna

meningkatkan arah pandangan, dan memberikan orientasi yang lebih baik,

juga memungkinkan taman-taman atau teras-teras di atas atap-atap dari

unit-unit di bawahnya.

8. Rumah Gandeng (Row Houses)

Rumah gandeng berasal dari rumah berlantai dua tradisional yang

terletak di atas sebidang petak yang sempit.. Fung-fungsi "tempat tinggal”

dasarnya terletak pada lantai bawah: meliputi ruang tamu, ruang makan,

dapur, kamar mandi kecil dan kemungkinan sebuah ruang belajar.

2.6 Pemahaman Terhadap Regulasi

Setelah meninjau pemahaman terhadap Kompleks Komersial dan Hunian

(39)

Seminar Tugas Akhir | 23 dan standar mengenai hunian (pemukiman), dan aturan kepemilikan properti/

bangunan di Indonesia, baik Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga

Negara Asing (WNA).

2.6.1 Persyaratan dan Standar Perencanaan Permukiman di Perkotaan

Persyaratan dan standar perencanaan fasilitas yang akan direncanakan

berpedoman pada Standar Nasional Indonesia (SNI), yakni SNI Nomor

2003-1733 Tahun2004.

Pembangunan perumahan merupakan faktor penting dalam peningkatan

harkat dan martabat, mutu kehidupan serta kesejahteraan umum sehingga

perlu dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana serta berkelanjutan/

berkesinambungan. Beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam

merencanakan lingkungan perumahan di perkotaan adalah:

a) Lingkungan perumahan merupakan bagian dari kawasan perkotaan

sehingga dalam perencanaannya harus mengacu pada Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen rencana lainnya yang ditetapkan

oleh Pemerintah Kota/ Kabupaten.

b) Untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan perumahan

yang sehat, aman, serasi secara teratur, terarah serta berkelanjutan /

berkesinambungan, harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan

ekologis, setiap rencana pembangunan rumah atau perumahan, baik yang

dilakukan oleh perorangan maupun badan usaha perumahan.

c) Perencanaan lingkungan perumahan kota meliputi perencanaan sarana

hunian, prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang

diperlukan untuk menciptakan lingkungan perumahan perkotaan yang

serasi, sehat, harmonis dan aman. Pengaturan ini dimaksudkan untuk

membentuk lingkungan perumahan sebagai satu kesatuan fungsional

dalam tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan social budaya.

d) Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus dilaksanakan

oleh kelompok tenaga ahlinya yang dapat menjamin kelayakan teknis,

yang keberadaannya diakui oleh peraturan yang berlaku.

e) Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan

(40)

Seminar Tugas Akhir | 24 perencanaannya harus dipadukan dengan perencanaan lingkungan

perumahan dan kawasan-kawasan fungsional lainnya.

f) Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus menyediakan

pusat-pusat lingkungan yang menampung berbagai sektor kegiatan

(ekonomi, sosial, budaya), dari skala lingkungan terkecil (250 penduduk)

hingga skala terbesar (120.000 penduduk), yang ditempatkan dan ditata

terintegrasi dengan pengembangan desain dan perhitungan kebutuhan

sarana dan prasarana lingkungan.

g) Pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan administrasi yang

berkaitan dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni dan

sertifikasi tanah, yang diatur oleh Pemerintah Kota/Kabupaten setempat

dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h) Rancangan bangunan hunian, prasarana dan sarana lingkungan harus

memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan keselamatan sesuai Standar

Nasional Indonesia atau ketentuan-ketentuan lain yang diatur dengan

Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah serta Pedoman Teknis yang

disusun oleh instansi terkait.

i) Perencanaan lingkungan perumahan juga harus memberikan kemudahan

bagi semua orang, termasuk yang memiliki ketidakmampuan fisik atau

mental seperti para penyandang cacat, lansia, dan ibu hamil, penderita

penyakit tertentu atas dasar pemenuhan azas aksesibilitas (sesuai dengan

Kepmen No. 468/ Thn. 1998), yaitu:

1. kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau

bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;

2. kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua

tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;

3. keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu

lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua

orang; dan

4. kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk dan

(41)

Seminar Tugas Akhir | 25 dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang

lain.

j) Perencanaan Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan

lingkungan perumahan kota yang meliputi perencanaan sarana hunian,

prasarana dan sarana lingkungan, menggunakan pendekatan besaran

kepadatan penduduk.

k) Dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan,

didasarkan pada beberapa ketentuan khusus, yaitu:

1. besaran standar ini direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan

penduduk <200 jiwa/ha;

2. untuk mengatasi kesulitan mendapatkan lahan, beberapa sarana dapat

dibangun secara bergabung dalam satu lokasi atau bangunan dengan

tidak mengurangi kualitas lingkungan secara menyeluruh;

3. untuk kawasan yang berkepadatan >200 jiwa/ha diberikan reduksi

15-30% terhadap persyaratan kebutuhan lahan; dan

4. perencanaan prasarana lingkungan, utilitas umum dan sarana

lingkungan harus direncanakan secara terpadu dengan

mempertimbangkan keberadaan prasarana dan sarana yang telah ada

dengan tidak mengurangi kualitas dan kuantitas secara menyeluruh.

l) Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan kawasan

perumahan baru di kota/new development area yang meliputi perencanaan

sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan, pengembangan desain

dapat mempertimbangkan sistem blok / grup bangunan/ cluster untuk

memudahkan dalam distribusi sarana lingkungan dan manajemen sistem

pengelolaan administratifnya. Apabila dengan sistem blok / grup

bangunan/ cluster ternyata pemenuhan sarana hunian, prasarana dan sarana

lingkungan belum dapat terpenuhi sesuai besaran standar yang ditentukan,

maka pengembangan desain dapat mempertimbangkan sistem radius

pelayanan bagi penempatan sarana dan prasaran lingkungan, yaitu dengan

kriteria pemenuhan distribusi sarana dan prasarana lingkungan dengan

(42)

Seminar Tugas Akhir | 26 m) Perencanaan lingkungan permukiman untuk hunian bertingkat (≈ rumah

susun) harus mempertimbangkan sasaran pemakai yang dilihat dari tingkat

pendapatan KK penghuni.

Penentuan asumsi dasar satuan unit lingkungan dapat dipertimbangkan dan

disesuaikan dengan kondisi konteks lokal yang telah dimiliki. Contoh kasus di

daerah Bali, satuan unit lingkungan RW = banjar dinas, satuan unit lingkungan

kelurahan = lingkungan = desa dinas. Sedangkan kasus di daerah Padang,

satuan unit lingkungan kelurahan = nagari yang terdiri dari > 10 RW. Adapun

data dasar mengenai lingkungan perumahan, sebagai berikut:

 1 RT : terdiri dari 150 – 250 jiwa penduduk

 1 RW: (2.500 jiwa penduduk) terdiri dari 8 – 10 RT

 1 kelurahan (≈ lingkungan): (30.000 jiwa penduduk) terdiri dari 10 – 12 RW

 1 kecamatan: (120.000 jiwa penduduk) terdiri dari 4 – 6 kelurahan / lingkungan

 1 kota : terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan

Pada Tabel 2.1 Merupakan rangkuman dari sarana dan prasarana yang

dibutuhkan sesuai dengan cakupan pelayanannya.

Tabel 2.1 Kebutuhan Sarana berdasarkan cakupan pelayanan

Sumber: SNI Nomor 2003-1733 Tahun2004.

No Jenis Sarana Cakupan Pelayanan Penduduk (Jiwa)

150-250 2.500 30.000 120.000

1 Sarana pendidikan dan pembelajaran

- TK, SD,

Taman baca

TK, SD, SMP, SMU

TK, SD, SMP, SMU

2 Sarana Kesehatan Klinik Posyandu,

balai pengobatan warga Klinik bersalin, Puskesmas Pembantu dan balai pengobatan Puskesmas dan balai pengobatan

(43)

Seminar Tugas Akhir | 27 4 Sarana perdagangan

dan niaga

Toko/ warung Pertokoan Pusat

pertokoan, pasar lingkungan Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar

+ bank + kantor)

5 Sarana Kebudayaan dan rekreasi

- Balai Warga/

Balai Pertemuan Balai Serbaguna / Balai Karang Taruna Gedung Serbaguna, gedung bioskop

6 Sarana ruang terbuka, taman dan lapangan

olah raga Taman/ tempat main Taman/ tempat main Taman dan lapangan olahraga Taman dan lapangan olahraga, jalur hijau, TPU

7 Sarana prasarana persampahan Tong sampah, TPS Bak sampah kecil, Gerobak, TPS Bak sampah besar, gerobak, TPS Mobil sampah, bak sampah besar, TPA/TPS

2.6.2 Aturan Kepemilikan Properti

Salah satu target sasaran dari fasilitas hunian yang direncanakan ialah

Warga Negara Asing yang bekerja di Bali, maka perlu diketahui aturan mengenai

status kepemilikan property WNA di Indonesia. Peraturan kepemilikan properti

oleh Warga Negara Asing, tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 103

Tahun 2015 yang dikeluarkan pada akhir bulan Desember 2015. Peraturan

tersebut merupakan revisi dari peraturan sebelumnya yakni PP Nomor 41 Tahun

1996. WNA yang dimaksud adalah mereka yang bekerja, investasi atau yang

dapat memberikan manfaat di Indonesia.

Dalam PP Nomor 103 Tahun 2

Gambar

Gambar 2.6 Layout The Rosebay
Gambar 2.8 Denah Ground Floor blok apartment The
Gambar 2.9 Tentrem Apartment,Hoteland Mall, Semarang
Tabel 2.2  Perbandingan Proyek Sejenis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembahasan perencanaan dan perancangan Sekolah Dasar Islam Terpadu di Kaliwungu, lebih ditekankan pada bagaimana mewadahi aktifitas sebagai bangunan pendidikan dan

Tujuan dari penekanan studi pada proyek museum dan tempat pertunjukan musik tradisional di Bantul adalah terwujudnya konsep perencanaan dan perancangan bangunan museum

Perencanaan teknis pengelolaan sampah terdiri dari pemilahan, pewadahan, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah dan pengolahan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

Tugas akhir ini merupakan penelitian terkait tingkatan partisipasi warga Baluwarti dalam melestarikan bangunan dan struktur cagar budaya di kawasan tempat tinggalnya,

Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa kita sadari seperti terkena bahan kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit /

Bangunan Museum Budaya Tabot akan membutuhkan luasan sebesar ±3385 m 2 dengan kapasitas orang sebesar 600 pengunjung (diambil dari kapasitas pameran terbesar dan

39 Redaksi masjidun itu nakirah (bersifat umum) dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa kata masjid sebagai bangunan suci tempat ibadah tidak hanya digunakan

Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja terkadang tanpa kita sadari seperti terkena bahan kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit / mata atau