LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Periode Februari 2016
KOMPLEKS KOMERSIAL DAN HUNIAN TERPADU
DI BADUNG, BALI
Oleh :
I KADEK SAKA ANGGARIKA SUWIRNA B
1204205108
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Periode Februari 2016
KOMPLEKS KOMERSIAL DAN HUNIAN TERPADU
DI BADUNG, BALI
Oleh :
I KADEK SAKA ANGGARIKA SUWIRNA B
1204205108
Dosen Pembimbing:
1.
Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP.
2.
I Gusti Agung Bagus Suryada, ST., MT.
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR
Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali
(0361) 703384, 703320 Fax : 703384
www.ar.unud.ac.id
PERNYATAAN
Judul Tugas Akhir : Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu di
Badung, Bali
Nama : I Kadek Saka Anggarika Suwirna B
NIM : 1204205108
Program Studi : Arsitektur
Periode : Pebruari 2016
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan di dalam daftar pustaka.
Denpasar, 20 April 2016
I Kadek Saka Anggarika Suwirna B
Seminar Tugas Akhir |
ABSTRAK
Seiring dengan pertumbuhan penduduk di suatu wilayah yang selalu
meningkat tiap tahunnya, tentunya menimbulkan beberapa permasalahan,
diantaranya yaitu meningkatnya kebutuhan penduduk, keterbatasan lahan,
kepadatan penduduk, kesemerawutan serta permasalahan sosial lainnya. Dari
sudut pandang arsitektur, untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa strategi, salah satunya dengan menerapkan konsep
Mixed-use Development. Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten
dengan pendapatan asli daerah tertinggi di Bali. Perekonomian dari Kabupaten
Badung sebagian besar bertumpu pada sektor kepariwisataan, sehingga hal
tersebut menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup besar, urbanisasi serta
beberapa permasalahan yang ditimbulkan dari hal tersebut. Oleh karena itulah,
proyek kompleks komersial dan hunian dengan sistem yang saling mendukung
atau terpadu merupakan salah satu alternatifnya. Desain dari Kompleks Komersial
dan Hunian Terpadu di Badung menerapkan konsep arsitektur bioklimatik dan
menggunakan sistem parkir kendaraan otomatis sebagai terobosan dalam
mengatasi keterbatasan untuk lahan parkir, namun dapat menampung kendaraan
lebih banyak dari parkir kendaraan konvensional.
Kata Kunci : perencanaan, mixed-use development, penduduk, Badung
Along with population growth in the region that always increasing in every
year, certainly raises several problems, such as the growing needs of the
population, limited land, population density, chaotic and the other social
problems. From architectural perspective, to overcome some of these problems
can be done with several strategies, one of them by applying the concept of
Mixed-use Development. Badung regency is one of the regency with the highest
local revenue in Bali. The economy of Badung regency largely on the tourism
sector, so that it creates a large enough of occupation, urbanization, and also
some of the problems arising from it. Therefore, commercial and residential
complex project with a system of mutual support or integrated is one of that
Seminar Tugas Akhir |
Badung apply the bioclimatic architecture concept and using automatic vehicle
parking system as a breakthrough in overcoming the limitations of the parking lot,
but can accommodate more vehicles than a conventional vehicle parking.
Seminar Tugas Akhir | i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini
dapat terselesaikan. Tujuan dari penyusunan Landasan Konseptual
Perancangan Tugas Akhir dengan judul “Kompleks Komersial dan
Hunian Terpadu di Badung” ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Proses Kuliah di Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Udayana.
Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini berisikan materi
mengenai kompleks komersial dan hunian terpadu yang direncanakan di
Kabupaten Badung. Pada BAB I akan dijabarkan mengenai
penjelasan-penjelasan awal termasuk di dalamnya latar belakang mengenai pemilihan
judul terpilih. Pada BAB II akan dijabarkan materi- materi terkait dengan
kompleks komersial dan hunian terpadu. BAB III akan menjelaskan
mengenai studi pengadaan proyek Kompleks Komersial dan Hunian
Terpadu yang direncanakan di Kabupaten Badung. Pada BAB IV akan
dirinci mengenai tema yang ditentukan, program ruang, dan pemilihan
tapak untuk Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu di Badung yang
akan dirancang. Pada BAB V dijelaskan mengenai konsep perancangan
yang digunakan. Selain itu, pada bagian akhir laporan juga
dilampirkan hasil dari proses Studio Tugas Akhir berupa transformasi
konsep, gambar rancangan tapak, dan gambar rancangan bangunan dari
judul yang telah diambil.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
di dalam penyusunan laporan ini. Serta pada kesempatan ini ucapan terima
kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT., PhD. selaku Dekan
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
2. Bapak Prof. Ir. Ngakan Putu Sueca, MT., PhD. selaku Pembantu
Seminar Tugas Akhir | ii
3. Ibu Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka Saraswati, MT. selaku Ketua
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana.
4. Bapak I Wayan Yuda Manik, ST., MT. selaku Pembimbing Akademik
5. Bapak Ir. I Nyoman Surata, MT. selaku dosen koordinator Studio
Tugas Akhir
6. Seluruh Tim Mata Kuliah Seminar Tugas Akhir dan Tim Mata
Kuliah Studio Tugas Akhir.
7. Bapak Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP. selaku Dosen
Koordinator Mata Kuliah Seminar Tugas Akhir dan Pembimbing I.
8. Bapak I Gusti Agung Bagus Surayada, ST., MT. selaku Dosen
Pembimbing II.
9. Bapak Ir. I Gusti Bagus Budjana, MT. selaku Dosen Penguji I.
10.Bapak I Ketut Mudra, ST., MT. selaku Dosen Penguji II.
11.Bapak I Nyoman Widya Paramadhyaksa ST., MT., PhD. selaku Dosen
Penguji III.
12.Orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang telah membantu
dalam mencari informasi dan memberi dukungan untuk saya.
13.Teman-teman angkatan 2012 dari Jurusan Arsitektur yang
membantu dan memberi banyak masukan, keitik, saran dan informasi.
14.Para senior dari Jurusan Arsitektur yang telah membantu memberi
masukan dan saran.
Menyadari Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu
dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi penyempurnaan laporan ini. Semoga Landasan
Konseptual Perancangan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Denpasar, Mei 2016
I Kadek Saka Anggarika Suwirna B
Seminar Tugas Akhir | iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan ... 3
1.4Metode Penelitian ... 4
1.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 4
1.4.2 Teknik Pengolahan Data ... 5
1.4.3 Teknik Penyimpulan Data ... 5
BAB II PEMAHAMAN TERHADAP KOMPLEKS KOMERSIAL DAN HUNIAN TERPADU ... 6
2.1Tinjauan Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu ... 6
2.2Keunikan Proyek Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu ... 7
2.3Tinjauan Mixed Use Development ... 7
2.4Tinjauan Bangunan Komersial ... 10
2.4.1 Tinjauan Kantor Sewa ... 11
2.4.2 Tinjauan Toko/retail ... 16
2.5Tinjauan Hunian/ Rumah Tinggal ... 19
2.5.1 Pengertian Rumah Tinggal (hunian) ... 19
2.5.2 Jenis-jenis Rumah Tinggal (hunian) ... 21
2.6Pemahaman Terhadap Regulasi ... 22
2.6.1 Persyaratan dan Standar Perencanaan Permukiman di Perkotaan 23 2.6.2 Aturan Kepemilikan Properti ... 27
2.7Tinjauan Fasilitas Sejenis ... 27
2.7.1 Seminyak Square ... 28
Seminar Tugas Akhir | iv
2.7.3 Tentrem Apartment, Hotel and Mall, Semarang ... 31
2.8Spesifikasi Umum Proyek ... 35
2.8.1 Hakekat ... 35
2.8.2 Wadah ... 37
2.8.3 Isi ... 38
BAB III STUDI PENGADAAN KOMPLEKS KOMERSIAL DAN HUNIAN TERPADU ... 39
3.1Potensi Lokasi ... 39
3.1.1 Kondisi Fisik ... 40
3.1.2 Kondisi Non Fisik ... 43
3.2Analisis SWOT ... 47
3.3Simpulan Analisis SWOT ... 50
3.4Spesifikasi Khusus Proyek ... 50
3.4.1 Hakekat ... 50
3.4.2 Wadah ... 51
3.4.3 Isi ... 53
BAB IV TEMA DAN PEMROGRAMAN ... 54
4.1Tema ... 54
4.1.1 Pengertian Tema ... 54
4.1.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan Tema ... 55
4.1.3 Pendekatan Tema ... 55
4.1.4 Penentuan Tema ... 56
4.1.5 Penerapan Tema ... 56
4.2Program Fungsional ... 57
4.2.1 Fungsi ... 58
4.2.2 Identifikasi Pelaku Kegiatan ... 58
4.2.3 Kebutuhan Ruang ... 59
4.3Program Performansi ... 62
4.4Program Arsitektural ... 68
4.4.1 Studi Kapasitas ... 68
Seminar Tugas Akhir | v
4.4.3 Hubungan Ruang ... 75
4.4.4 Pengelompokan Ruang ... 77
4.5Program Tapak ... 78
4.5.1 Kebutuhan Luas Tapak ... 78
4.5.2 Pemilihan Lokasi Tapak ... 79
4.5.3 Pemilihan Tapak ... 80
4.5.4 Eksisting Tapak ... 86
4.5.5 Analisis Site ... 86
BAB V KONSEP PERANCANGAN ... 96
5.1Konsep Perancangan Tapak ... 96
5.1.1 Konsep Entrance Tapak ... 98
5.1.2 Konsep Zoning Tapak ... 98
5.1.3 Konsep Bentuk Massa ... 100
5.1.4 Konsep Orientasi dan Pola Massa ... 102
5.1.5 Konsep Sirkulasi dan Parkir ... 103
5.1.6 Konsep Tata Hijau dan Ruang Terbuka ... 104
5.1.7 Konsep Utilitas Tapak ... 106
5.2Konsep Perancangan Bangunan ... 108
5.2.1 Konsep Entrance Bangunan ... 108
5.2.2 Konsep Zoning Bangunan ... 109
5.2.3 Konsep sirkulasi dalam Bangunan ... 119
5.2.4 Konsep Tampilan Bangunan ... 112
5.2.5 Konsep Ruang Dalam ... 113
5.2.6 Konsep Struktur Bangunan ... 115
5.2.7 Konsep Utilitas Bangunan ... 116
Seminar Tugas Akhir | vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Blockplan seminyak square ... 28
Gambar 2.2 Entrance menuju Seminyak Square... 29
Gambar 2.3 Unit toko di Seminyak Square ... 29
Gambar 2.4 Aktivitas di Seminyak Square ... 29
Gambar 2.5 Shopping arcade Seminyak Square ... 29
Gambar 2.6 Layout The Rosebay... 30
Gambar 2.7 Eksterior The Rosebay Graha Familiy ... 30
Gambar 2.8 Denah Ground Floor blok apartment The Rosebay Graha Family ... 31
Gambar 2.9 Tentrem Apartment,Hoteland Mall, Semarang ... 32
Gambar 2.10 Layout Tentrem Apartment,Hoteland Mall, Semarang ... 33
Gambar 2.11 Gambar Potongan Bangunan Tentrem Apartment, Semarang 33 Gambar 2.12 Zona transisi pada Tentrem Apartment, Semarang ... 33
Gambar 3.1 Peta Administrasi Provinsi Bali ... 40
Gambar 3.2 Peta Wilayah Kabupaten Badung ... 40
Gambar 4.1 Arsitektur Bioklimatik... 56
Gambar 4.2 Hubungan ruang makro ... 75
Gambar 4.3 Hubungan ruang mikro unit Townhouse ... 76
Gambar 4.4 Hubungan ruang mikro unit Toko/retail ... 76
Gambar 4.5 Hubungan ruang mikro unit Restaurant ... 76
Gambar 4.6 Hubungan ruang mikro unit Kantor sewa ... 77
Gambar 4.7 Hubungan ruang mikro unit Pengelola ... 77
Gambar 4.8 Pengelompokan Ruang ... 77
Gambar 4.9 Peta Provinsi Bali ... 81
Gambar 4.10 Peta Wilayah Kecamatan Kuta. Kuta Selatan, Kuta Utara .. 81
Gambar 4.11 Alternatif Site 1 ... 82
Seminar Tugas Akhir | vii
Gambar 4.13 Alternatif Site 3 ... 85
Gambar 4.14 Eksisting tapak ... 86
Gambar 4.15 Bentuk, Dimensi tapak, Build Up Area ... 87
Gambar 4.16 Kondisi iklim setempat pada tapak ... 88
Gambar 4.17 Analisis Topografi, geologi dan hidrologi ... 89
Gambar 4.18 Lapisan tanah pada site ... 90
Gambar 4.19 Vegetasi pada site ... 90
Gambar 4.20 Tata guna lahan di sekitar tapak ... 91
Gambar 4.21 Traffic dan Akses pada tapak ... 92
Gambar 4.22 Utilitas pada tapak ... 93
Gambar 4.23 Analisis kebisingan pada tapak ... 94
Gambar 4.24 Analisis view pada tapak ... 95
Gambar 5.1 Letak main entrance dan side entrance ... 97
Gambar 5.2 Bentuk entrance pada area komersial ... 98
Gambar 5.3 Denah entrance pada fasilitas hunian ... 98
Gambar 5.4 Penzoningan Pada Tapak ... 99
Gambar 5.5 Rekomendasi Zoning Pada Tapak ... 100
Gambar 5.6 Bentuk Dasar Massa Bangunan ... 101
Gambar 5.7 Bentuk Massa Bangunan Kompak ... 101
Gambar 5.8 Orientasi dan Pola Massa ... 102
Gambar 5.9 Sirkulasi kendaraan pada tapak ... 104
Gambar 5.10 Parkir Motor ... 104
Gambar 5.11 Parkir Mobil 90o ... 104
Gambar 5.12 Konsep Tata Hijau ... 105
Gambar 5.13 Elemen softscape dan hardscape ... 106
Gambar 5.14 Skema jaringan listrik pada tapak ... 107
Gambar 5.15 Skema utilitas air bersih dalam tapak ... 107
Seminar Tugas Akhir | viii
Gambar 5.17 Main entrance bangunan ... 109
Gambar 5.18 Zoning ruang vertikal & horizontal ... 110
Gambar 5.19 Alur sirkulasi ... 111
Gambar 5.20 Pola sirkulasi ... 111
Gambar 5.21 Tampilan Bangunan dengan sun-shading ... 113
Gambar 5.22 Sketsa suasana interior lobby apartment ... 114
Gambar 5.23 Sketsa suasana interior kantor sewa ... 114
Gambar 5.24 Upper struktur menggunakan rangka baja ... 115
Gambar 5.25 Super struktur menggunakan beton bertulang ... 116
Gambar 5.26 Diagram sumber tenaga listrik ... 117
Gambar 5.27 Jalur pipa pemadam kebakaran pada bangunan ... 117
Gambar 5.28 Penghawaan buatan dalam bangunan ... 118
Gambar 5.29 skema sistem pengolahan air hujan dan penghawaan alami 119
Seminar Tugas Akhir | ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebutuhan Sarana berdasarkan cakupan pelayanan ... 26
Tabel 2.2Perbandingan proyek sejenis ... 34
Tabel 3.1 Statistik Kependudukan Kabupaten Badung, 2013 ... 43
Tabel 3.2 Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan/Jabatan dalam Pekerjaan Utama Tahun 2013 .. 44
Tabel 3.3 Tenaga Kerja Asing Pendatang di Kabupaten Badung Tahun 2009-2013 ... 45
Tabel 3.4 Gini Ratio dan Distribusi Pendapatan Kabupaten Badung 2008-2013 ... 46
Tabel 3.5 Analisis SWOT pengadaan Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu di Badung ... 47
Tabel 4.1 Analisis Kebutuhan Ruang ... 59
Tabel 4.2 Kesimpulan Kebutuhan Ruang ... 61
Tabel 4.3 Sifat dan Persyaratan Ruang ... 62
Tabel 4.4 Studi Kapasitas Pengelola & Servis ... 69
Tabel 4.5 Studi Besaran Ruang ... 70
Tabel 4.6 Rekapitulasi besaran ruangan ... 74
Tabel 4.7 Kriteria dan Pembobotan Alternatif Lokasi ... 80
Tabel 4.8 Pembobotan Kriteria Pemilihan Tapak ... 85
Seminar Tugas Akhir | 1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini, bertujuan untuk menjelaskan dan menguraikan secara ringkas apa
yang akan diteliti, mengapa, dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Secara rinci
bab ini berisi tentang latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah
apa yang akan di cari penyelesaiaannya, apa tujuan penelitian ini, dan beberapa
metode penelitian yang digunakan.
1.1Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat tiap tahunnya,
tentunya menimbulkan beberapa permasalahan, diantaranya yaitu, meningkatnya
kebutuhan penduduk terhadap sarana dan prasarana dalam menunjang kehidupan
mereka, keterbatasan lahan, kepadatan penduduk, kesemerawutan serta
permasalahan sosial lainnya. Perkembangan pembangunan secara keseluruhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu, perekonomian, Iptek,
pertumbuhan penduduk, sosial budaya, dan kondisi alam. Perkembangan fisik
kota pada saat ini telah menunjukkan tingkat pertumbuhan yang cukup signifikan,
hal tersebut dapat dilihat dari mulai bertambahnya fasilitas fisik yang digunakan
Seminar Tugas Akhir | 2
Seperti halnya dengan daerah lainnya di Indonesia, Provinsi Bali sendiri
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Berdasarkan sensus penduduk yang
pada tahun 2010, laju pertumbuhan penduduk di Bali mencapai 1,49 persen
pertahun. Urbanisasi di Bali dipicu oleh perkembangan industri pariwisata yang
membuat tersedianya lapangan pekerjaan cukup banyak, para pencari kerja tidak
hanya datang dari dalam negeri saja, namun juga datang dari luar negeri.
Ditambah lagi dengan dimulainya MEA (Masyarakat Enonomi Asean), diprediksi
jumlah tenaga kerja asing yang berkerja di Bali akan mengalami peningkatan yang
cukup pesat, sehingga mereka membutuhkan sarana hunian dan fasilitas
penunjang lainnya.
Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten dengan pendapatan asli
daerah tertinggi di Bali. Kabupaten Badung memiliki luas wilayah sebesar 418,52
km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 589 ribu jiwa dan dari
hasil proyeksi pertumbuhan penduduk oleh BPS Kabupaten Badung sampai tahun
2020 mencapai 683,20 ribu jiwa. Kepadatan penduduk di kabupaten Badung
terkonsentrasi pada daerah Badung selatan, seperti Kuta, Kuta Utara dan Kuta
Selatan. Perekonomian dari Kabupaten Badung sebagian besar bertumpu pada
sektor kepariwisataan, dan dari hal tersebut menciptakan lapangan pekerjaan yang
cukup besar. Oleh karena itu, penduduk sekitar Badung bahkan hingga luar
daerah dan luar negeri memanfaatkan hal tersebut untuk mencari nafkah dan
menetap disana. Dari hal tersebut, Kabupaten Badung mengalami permasalahan
umum terjadi dari pertambahan penduduk, yaitu keterbatasan lahan dengan
kebutuhan penduduk akan sarana prasarana yang terus meningkat, kesemrawutan,
dan kemacetan di beberapa tempat terutama pada daerah Badung selatan.
Dari sudut pandang arsitektur, untuk mengatasi beberapa permasalahan
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa strategi, seperti membangunan sarana
prasarana yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, melakukan perencanaan
dalam mengatur tata ruang dan zonasi. Hingga dalam lingkup yang lebih kecil
berupa melakukan perencanaan pada suatu area terdiri dari berbagai macam
fungsi di dalamnya atau biasa disebut dengan Mixed-use Development.
Oleh karena itulah, proyek kompleks komersial dan hunian dengan sistem
Seminar Tugas Akhir | 3
kabupaten Badung. Desain dari Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu di
Badung menerapkan konsep arsitektur bioklimatik dan menggunakan sistem
parkir kendaraan otomatis sebagai terobosan dalam mengatasi keterbatasan untuk
lahan parkir namun dapat menampung kendaraan lebih banyak dari parkir
kendaraan konvensional.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah yang melandasi dasar
pemikiran perencanaan dan perancangan, maka dapat dirumuskan
permasalahannya. Adapun rumusan masalah dari pembuatan laporan landasan
konsepsual perencanaan dan perancangan ini adalah sebagai berikut :
a Fasilitas apa saja yang diperlukan untuk mewadahi kegiatan di dalamnya?
b Dimana lokasi yang ideal untuk perencanaan fasilitas komersial dan hunian
terpadu ?
c Siapa yang akan disasar dan besaran kapasitas terkait pelayanan yang
direncanakan pada kompleks komersial dan hunian terpadu?
d Bagaimana penerapan dari tema dan konsep yang dibuat pada kompleks
komersial dan hunian terpadu ini?
e Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan desain yang yang ideal
untuk fasilitas komersial dan hunian dalam suatu system yang terpadu atau
saling menunjang?
1.3Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan landasan konsepsual perencanaan dan
perancangan ini adalah sebagai berikut:
a Konsep perancangan fasilitas campuran pada suatu area dapat menjadi
alternatif pengembangan kompleks komersial dan hunian terpadu di
Kabupaten Badung.
b Dapat menerapkan kaidah-kaidah arsitektur yang benar dalam proses
perancangan fasilitas komersial dan hunian dalam sistem yang terpadu/
terintegrasi, baik dari segi penataan ruang, aktivitas maupun pelayanan.
c Menentukan konsep perencanaan dan perancangan desain yang yang tepat
Seminar Tugas Akhir | 4
contoh rancangan yang ideal dan diharapkan memberikan kontribusi yang
positif lingkungan sekitar.
1.4Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu
teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan penyimpulan.
1.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikelompokkan terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan
data sekunder:
1. Data primer, data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumbernya serta semua keterangan yang untuk pertama kalinya diamati dan
dicatat oleh peneliti (Marzuki, 2000:50). Data primer ini diperoleh melalui :
a) Interview/wawancara: Mengadakan wawancara dengan pihak-pihak
terkait yaitu pengelola bangunan komersial dan sejenisnya untuk
memperoleh data yang digunakan untuk pendekatan dan penganalisisan
data.
b) Dokumentasi: Melakukan pengumpulan arsip serta foto-foto atau sketsa
yang menunjang penyusunan konsep programatik seperti dokumentasi
mengenai tapak bangunan dan lingkungan disekitarnya.
2. Data sekunder, data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain,
artinya data tersebut tidak diusahakan sendiri pengumpulannya. Data
sekunder diperoleh melalui :
a) Studi literatur: Pengumpulan data penunjang sebagai bahan pertimbangan
proses perencanaan dan perancangan yang terdiri dari buku-buku, jurnal,
koran, internet, dan lain-lain, yang terkait dengan fasilitas komersial dan
hunian.
b) Studi banding: Studi banding dilakukan pada fasilitas sejenis dengan
pengamatan langsung maupun melalui media lainnya (internet) dengan
maksud untuk mendapatkan gambaran mengenai fasilitas-fasilitas apa
Seminar Tugas Akhir | 5
ruangnya dan lainnya yang dianggap perlu untuk menunjang proses
perencanaan dan perancangan nantinya.
1.4.2 Teknik Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan suatu
konsep yang nantinya akan digunakan dalam perancangan Teknik pengolahan
data yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu :
a. Kompilasi data, data yang telah dikumpulkan dikelompokkan dengan kriteria
data masing-masing yang kemudian dicari kaitannya antara yang satu dengan
yang lainnya.
b. Analisis data, berdasarkan kompilasi data, dilakukan analisis dengan berbagai
pertimbangan. Teknik analisis dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Kualitatif, yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data dan
membuat digramatik seperti menyimpulkan beberapa studi banding dan
lain-lain.
2) Kuantitatif, yaitu menganalisis data dengan cara perhitungan matematis.
c. Sintesis, mengintegrasikan setiap permasalahan yang ada ke dalam
kelompok-kelompok beserta faktor pengaruhnya sebagai jalan keluar tebaik
untuk memecahkan permasalahan.
1.4.3 Teknik Penyimpulan
Adapun teknik penarikan kesimpulan yang digunakan dalam menyusun
laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Deduksi, pengambilan keputusan dilakukan dari hal-hal yang bersifat umum
menuju hal-hal yang bersifat khusus.
b. Induksi, pengambilan keputusan dilakukan dari hal-hal yang bersifat khusus
Seminar Tugas Akhir | 6
BAB II
PEMAHAMAN TERHADAP KOMPLEKS KOMERSIAL DAN
HUNIAN TERPADU
Pada bab ini akan dilakukan tinjauan terhadap beberapa teori yang relevan
dan mendukung objek rancangan dan tinjauan objek sejenis agar dapat
merumuskan spesifikasi proyek secara umum.
2.1Tinjauan Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu
Jika ditinjau berdasarkan suku kata, terdapat 4 buah kata yang menjadi sebuah
frase judul yaitu kata Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu. Keempat kata ini
memiliki fungsinya masing-masing yang jika diurutkan berfungsi sebagai kata
tempat/lokasi, kata subjek/pelaku dan objek.
Kata kompleks memiliki arti yaitu suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah
bagian, khususnya yang memiliki bagian yang saling berhubungan dan saling
tergantung. Dalam arsitektur, kompleks dapat merujuk kepada gabungan beberapa
bangunan dalam suatu wilayah.
Kata Komersial merupakan kata serapan bahasa Indonesia dari bahasa Inggris
yaitu commercial. Komersial memiliki makna yaitu mendapat keuntungan.
Bangunan komersial merupakan bangunan gedung yang difungsikan untuk
Seminar Tugas Akhir | 7 dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk menunjang keberhasilan
fungsinya, perancangan bangunan komersial perlu mempertimbangkan berbagai
aspek baik dari sisi tampilan bangunan, pertimbangan efisiensi, keamanan,
maupun peluang pengembangan.
Kata hunian (rumah tinggal) merupakan suatu tempat untuk tinggal atau
kediaman. Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat
tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia
maupun hewan, namun tempat tinggal yang khusus bagi hewan biasa disebut
sangkar, sarang, atau kandang. Sedangkan dalam arti khusus, rumah mengacu
pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan
tempat tinggal, seperti keluarga, tempat bertumbuh, makan, tidur,beraktivitas, dll.
(Wikipedia, 2012).
Kata terpadu berasal dari kata padu yang artinya utuh dan kompak. Maka dari
itu kata terpada memiliki makna yaitu saling berkaitan, kompak dan saling
mendukung.
Setelah mengkaji dari keempat suku kata yang membentuk judul tersebut,
maka dapat ditentukan beberapa teori yang sekiranya relevan dengan objek yang
akan dibangun.
2.2Keunikan Proyek Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu
Setiap proyek memiliki keunikannya tersendiri, keunikan tersebut bisa berupa
konsep yang diterapkan, fungsi dari bangunan tersebut, fasilitas-fasilitas yang
disediakan, bentuk dan tampilan bangunan, filosofi dan teknologi yang diterapkan
pada bangunan.
Adapun kelebihan dari Kompleks Komersial dan Hunian Terpadu di Badung,
yaitu penerapan teknologi pada gedung parkir dengan sistem parkir otomatis yang
digerakkan oleh sistem robotic. Dengan hal tersebut, waktu yang diperlukan untuk
memarkir kendaraan dapat dipangkas, selain itu juga dari segi keamanan cukup
aman dan tentunya dengan lahan yang terbatas dapat menampung kendaraan yang
lebih banyak dari sistem parkir konvensional dengan luasan yang sama.
Seminar Tugas Akhir | 8
Mixed Use Development adalah suatu area atau lahan yang terdiri dari dua
fungsi atau lebih di dalamnya, seperti perkantoran, hotel, hunian, pusat
perbelanjaan yang dikembangkan menjadi satu kesatuan. Tujuan dari
penerapan konsep mixed use pada dasarnya yaitu untuk pemanfaatan lahan
menjadi lebih efektif dan efisien, dan membuata pelayanan kebutuhan lebih
mudah dan terintegrasi. Penyatuan berbagai fungsi dan aktivitas dalam suatu
bangunan atau kompleks bangunan sering disebut dengan istilah superblock
(mixed use building).
Konsep mixed use dapat dilakukan dalam skala kawasan, kompleks
(lahan), blok bangunan maupun dalam satu bangunan. Pola mixed use bisa
berupa horizontal maupun vertical, sesuai dengan jenis fungsi yang
diterapkan. Penerapan atau pemilihan jenis-jenis fungsi pada konsep mixed
use, dipengaruhi oleh luas dan bentuk lahan, letak, lokasi dan posisi terhadap
infrastruktur yang tersedia disekitarnya, dan aspek keuntungan dari bisnis
property yang dilakukan pengembang (developer). Selain itu, persyaratan atau
peraturan mengenai tata kota turut mempengaruhi dalam menerapkan konsep
mixed use, sehingga kondisinya bisa berlainan meskipun berada dalam suatu
area/ kawasan yang sama. Isu-isu permasalahan perkotaan yang kerap muncul
dalam hal pengembangan infrastruktur dan properti, yaitu :
1. Keterbatasan Lahan & Nilai Lahan (Sistem Pertanahan & Harga Patokan)
2. Keterbatasan Sumber Daya (Alam, Manusia, Buatan)
3. Peraturan (Pertanahan, Zoning Regulation)
4. Tata Nilai Perkotaan (Keteraturan dan Ketertiban)
5. Urbanisasi
6. Penyediaan Prasarana Dasar (Air, Listrik, rumah)
7. Jumlah Penduduk Yang Besar
Dalam pengembangan konsep mixed use ini sebetulnya ada hal-hal yang
menjadi titik fokus bagi para pengembang (developer), karena dengan
memperhatikan hal-hal tersebut secara langsung akan membuat konsep yang
dikembangkan tersebut menjadi daya tarik dan sangat diminati oleh para
Seminar Tugas Akhir | 9 1. Posisi dan lokasi proyek akan menentukan besarnya profit yang akan
dihasilkan.
2. Keberadaan Infrastuktur harus efisien
3. Adanya akses pedestrian yang ideal antar komponen
4. Adanya amenities dan attractions yang tidak mungkin pada penggunaan
single use.
5. Menciptakan massing untuk memperoleh maximal interest
6. Adanya keterkaitan antara bangunan dengan lingkungan.
7. Adanya Keterkaitan antara proyek sejenis di lingkungan sekitar.
8. Perhatikan dengan seksama pentahapan konstruksi
9. Penggunaan bersama fasilitas
10.Pengelolaan proses perancangan harus efisien dan professional
B.Ciri-ciri Mixed Use Development
Menurut Marlina, Mixe Use Development dapat dibagi menjadi tiga
ciri-ciri umum, yaitu:
1. Mewadahi dua fungsi urban atau lebih misalnya terdiri dari retail,
perkantoran, hunian, hotel, entertainment, cultural dan rekreasi.
2. Terjadi integrasi dan sinergi fungsional.
3. Terdapat ketergantungan antara masing-masing fungsi bangunan yang
memperkuat integrasi dan sinergi fungsional tersebut.
C.Manfaat Mixed Use Development
Menurut Marlina, ada beberapa manfaat dalam penerapan konsep mixed
use development, antara lain:
1. Memberikan kelengkapan dan kemudahan pada bangunan hunian dan
bagi pengunjungnya.
2. Efisiensi pergerakan. Dengan pengelompokan berbagai fungsi dan
aktivitas dalam suatu superblock berarti terdapat efisiensi pergerakan
bagi penggunan bangunan tersebut.
3. Vitalitas dan generator pertumbuhan. Pembangunan superblock pada
salah satu bagian kota berpotensi meningkatkan pertumbuhan
kawasan sekitarnya sebagai respon terhadap kebutuhan layanan bagi
Seminar Tugas Akhir | 10 4. Penghematan pendanaan bangunan. Pembangunan berbagai fasilitas
dalam satu komplek atau kawasan dapat mengefisienkan dana
pembangunan, misalnya dengan efisiensi dana pembangunan
infrastrukutur.
5. Menghambat perluasan kota. Superblok dapat diasumsikan sebagai
pertumbuhan kota secara vertikal, karenanya pembangunan superblok
dapat meminimalkan pertumbuhan kota secara horizontal.
6. Integrasi sistem-sistem. Sesuai persyaratan superblock,
pengembangan fungsi-fungsi dilamnya dirancang secara terintegrasi,
saling menguntungkan antar fungsi. Integrasi ini dapat merupakan
simbiosis mutualisme antar fungsi.
2.4Tinjauan Bangunan Komersial
Bangunan komersial merupakan bangunan yang direncanakan untuk
mendatangkan keuntungan bagi pemilik maupun penggunanya, seperti ruko
yang bisa disewakan pemiliknya ataupun sebagai tempat untuk membuka
usaha, perhotelan yang berfungsi sebagai tempat menginap berbayar, rumah
kos atau apartemen yang disewakan sehingga selalu memberikan penghasilan
berkelanjutan. Fungsi komersial meliputi jasa dan barang seperti kantor sewa,
hotel, gudang, pertokoan, supermarket, pusat perbelanjaan dan layanan jasa
seperti service, laundry, dll. Untuk lebih menarik sebaiknya bangunan
komersial memiliki desain arsitektur yang menarik sehingga mempunyai nilai
(niaga) tinggi yang dapat disewakan ataupun diperjualbelikan.
Untuk menunjang keberhasilan fungsinya, perancangan bangunan
komersial perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang meliputi :
a. Pencitraan (brand image) dimana bangunan komersial harus mempunyai
citra atau karakter yang kuat sebagai daya tarik untuk menarik konsumen.
b. Nilai ekonomis bangunan dimana bangunan ini mudah perawatannya
sehingga tercapai efisiensi dalam penggunaan dimana erat kaitannya
dengan keuangan.
c. Lokasi strategis, sehingga mudah dilihat, dicari dan dijangkau.
d. Prinsip keamanan bangunan, sebagai persyaratan utama dalam bangunan
Seminar Tugas Akhir | 11 peralatan keselamatan dari kebakaran maupun antisipasi untuk bencana
alam lain. Prinsip keamanan bangunan ini dibedakan
menjadi safety (keselamatan) dan security (keamanan).
e. Prinsip kenyamanan bangunan, bangunan komersial akan lebih
memberikan keuntungan apabila mampu membuat si penghuni maupun
konsumen betah didalamnya. Beberapa jenis kenyamanan yang perlu
diperhatikan antara lain :
o Kenyamanan penghawaan
o Kenyamanan pencahayaan
o Kenyamanan audio
o Kenyamanan sirkulasi dalam bangunan
f. Kebutuhan jangka panjang, aspek ini penting untuk mengantisipasi
dinamika perubahan baik dari waktu maupun tuntutan kebutuhan.
g. Kondisi, potensi dan karakter kawasan, aspek ini akan menunjang
lancarnya ekonomi bangunan komersil ini, karenanya harus ada kesesuaian
antara kondisi, potensi dan karakter kawasan dengan fungsi bangunan
komersial yang akan diadakan.
h. Kondisi sosial budaya masyarakat, aspek ini untuk mendukung lancarnya
kegiatan perekonomian dimana bangunan komersial dengan kegiatannya
itu berada. Karenanya bangunan komersial dan kegiatannya ini harus bisa
diterima oleh masyarakat sekitarnya secara sosial, budaya maupun
psikologis.
i. Perkembangan teknologi, dimana diharapkan bangunan komersial ini
mampu menerima atau bahkan dapat menerapkan perkembangan teknologi
yang ada sehingga bisa memberi manfaat lebih bagi sekitarnya.
2.4.1 Tinjauan Kantor Sewa A.Pengertian Kantor Sewa
Kantor sewa merupakan bangunan yang direncanakan untuk mewadahi
fungsi-fungsi tertentu yang dimiliki secara nonpermanent dengan sistem sewa.
Sistem sewa ini berdampak pada dinamisasi penyewa meskipun bidang usaha
Seminar Tugas Akhir | 12 waktu tertentu. Untuk pengembalian modal dalam pengadaan sebuah kantor sewa
perlu dikembangankan dua fungsi penting dalam kantor sewa, antara lain:
a. Pemasaran
Fungsi ini terkait dengan hakekat kantor sewa sebagai bangunan komersial
yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Agar hal tersebut
dapat dicapai, sebuah kantor sewa harus bersifat “menjual” dalam arti
mampu dan mudah dipasarkan. Salah satu strategi untuk mendapatkan
rancangan yang tepat sesuai permintaan/kebutuhan pasar adalah dengan
melakukan analisis pasar. Sealin melihat tren pergerakan bisnis di
masyarakat, perlu dipertimbangkan usaha-usaha yang sesuai untuk
dikembangkan dalam masyarakat di suatu wilayah, serta kecenderungan
perkembangan di masa yang akan datang.
b. Pengembangan
Pada sebuah kantor sewa diperlukan pengelolaan yang professional karena
usaha sewa-menyewa ruang tersebut merupakan aktivitas yang dilakukan
untuk jangka waktu yang sangat panjang. Selain terkait dengan promosi
ruang sewa itu sendiri, sebuah kantor sewa memerlukan perencanaan
pengembangan lain khususnya berkaitan dengan penyediaan dan
pematangan tanah, desain bangunan dan perencanaan anggaran.
Rancangan bangunan sebuah kantor sewa harus memiliki kemungkinan
pengembangan baik berupa perluasan ruang maupun perbaikan rancangan
ruangan. Sebuah kantor sewa harus memiliki rancanga ruang yang
fleksibel untuk mengantisipasi perubahan dari tuntutan dinamisasi
pergantian penyewa.
B.Penyewaan Kantor Sewa
Sesuai dengan namanya, sistem kepemilikan ruang di dalamnya bersifat
sementara dengan sistem sewa. Harga sewanya disesuaikan dengan kemampuan
penyewa dan fasilitas yang disediakan. Kemampuan penyewa juga disesuaikan
dengan jenis usaha yang direncanakan untuk ditampung pada kantor sewa tersebut.
Dalam perhitungan sewa ruang kantor dikenal dengan istilah-istilah sebagai
Seminar Tugas Akhir | 13 a. Service floor area, meliputi area-area yang tidak termasuk disewakan,
tetapi merupakan layanan untuk penyewa, seperti elevator, tangga, AC
sentral, Fire tower court.
b. Rentabel floor area, dibedakan menjadi dua yaitu;
- Usable floor area, merupakan area yang disewakan dengan harga
tertentu.
- Commont floor area, meliputi elevator hall, koridor, toilet dan lain
sebagainya. Harga sewa/m2 diperhitungkan berdasarkan rentable floor
area.
c. Gross Area System, merupakan sistem sewa dengan memperhitungkan
semua bagian bangunan (ruang-ruang yang ada) termasuk lobby, lift,
lavatory dan ruang-ruang penunjang lainnya.
d. Net Area System, adalah sistem sewa dengan memperhitungkan luas ruang
yang benar-benar hanya digunakan oleh penywa. Dalam hal ini, lavatory,
ruang lift, dan penunjang tidak termasuk yang disewakan.
e. Semi Gross System, adalah sistem sewa dengan memperhitungkan semua
ruang yang digunakan oleh penyewa ditambah dengan beberapa ruang,
fasilitas, tetapi tidak termasuk ruang transportasi, tangga darurat dan
fasilitas umum lainnya. Rancangan bangunan yang baik selalu
dipertimbangkan berdasarkan pengguna dan kegiatan yang akan diwadahi
dalam bangunan. Pada sebuah kantor sewa, secara umum pengguna
bangunan dapat dibedakan menjadi;
- Penyewa/ konsumen kantor sewa
- Pengunjung bangunan/ tamu
- Pengelola bangunan
C.Klasifikasi Kantor Sewa Berdasarkan Pengelolaannya
Selain dari aspek penyewaan, kantor sewa juga diklasifikasikan dari sisi
pengelolaannya, yaitu;
a. Tenant Owned Office Building
Adalah kantor sewa yang dibanguna oleh pemilik yang sekaligus
berperan sebagai penyewa sebagaian besar bangunan. Dalam hal ini,
Seminar Tugas Akhir | 14 dengan keinginan pemilik. Oleh karena pemilik sekaligus merupak
penyewa, berarti pengelola bangunan adalah salah satu dari penyewa
yang merangkap sebagai pemilik bangunan. Biasanya image bangunan
dapat menunjukkan corporate image yang sesuai denga pemiliknya.
b. Speculative Office Building
Adalah kantor sewa yang dibangun dengan tujuan memenuhi
kebutuhan pasar (market demand) serta spekulatif diharapkan mampu
menyerap penyewa berdasarkan studi kelayakan yang telah dilakukan.
Keberhasilan Speculative Office Building ditentukan oleh income yang
dihailkan oleh pemilik atau sponsor bangunan bukan oleh keberhasilan
memenuhi kebutuhan pemakai.
Prinsip dasar yang diterapkan pada Speculative Office Building yaitu
apabila bangunan tidak efisien maka tidak aka nada penyewa atau
orang yang bersedia membayar biaya sewa. Oleh karena itu, bangunan
tersebut harus dirancang seefisien mungkin untuk memnuhi kebutuhan
pasar yang bervariasi.
c. Investment Type of Office Building
Adalah kantor sewa yang dipasarkan dengan ciri-ciri spesifik, antara
lain:
- Penyewa adalah perusahaan khusus, biasanya satu bangunan
disewa oleh satu penyewa saja, sehingga image bangunan dapat
diolah sesuai keinginan penyewa tunggal tersebut, atau terdapat
satu perusahaan yang menyewa sebagian besar ruang kantor
dengan sistem multiple tenancy floor. Biasanya, ruang dalam
kantor didesain secara terbuka tanpa adanya partisi dengan
perletakan transportasi vertikal dan area servis di luar area kantor,
yang memungkinkan kebebasan pembagian layout denah.
- Seringkali bangunan diadakan pada site dengan nilainya relative
tinggi.
d. Tailor Made Building
Adalah kantor sewa yang dibangun untuk digunakan sendiri, misalnya
Seminar Tugas Akhir | 15 semacam ini menurut Francis Duffy (1978) (dalam Meyer, 1983)
adalah sebagai berikut;
- Pemilihan lokasi dapat disesuaikan dengan sasaran kegiatan. Hal
ini berdampak pada efisiensi pencapaian, baik dari penyewa
maupun pengunjung bangunan.
- Dapat dibangun dengan fasilitas khusus sesuai dengan tuntutan
kenyaman bagi fungsi ruang dan aktivitas yang direncanakan.
- Bangunan dapat dibangun dengan luas yang bervariasi, sesuai pola
kerja pemakai ruang dan dapat diatur untuk mengantisipasi
perkembangan kegiatan.
- Dapat dirancang lebih kreatif untuk mendapatkan image yang
berbeda-beda.
D.Klasifikasi Kantor Sewa Berdasarkan Pembagian Layout Denah
Fungsi, aktivitas dan fasilitas pada suatu kantor sewa akan berdampak
pada tuntutan rancangan kantor sewa yang harus dipenuhi, sekaligus
menjadi ciri spesifik rancangan suatu kantor sewa. Pembagian ruang pada
suatu bangunan kantor dapat dikelomokkan sebagai berikut;
a. Cellular System (sel)
Pada umumnya, bentuk bangunan memanjang dengan koridor
memanjang sejajar dengan bentuk bangunan. Konfigurasi ini
memungkinkan rancangan ruang-ruang dengan privasi yang tinggi
sehingga sesuai untuk ruang eksekutif, manajer dan sebagainya.
b. Group Space System (Kelompok Ruang)
Sistem ini memiliki ruang-ruang dengan dimensi yang mampu
menampung 5-15 karyawan. Pembagian ini umumnya diterapkan pada
bangunan yang mempunyai kedalam 15-20 m dari koridor ke dinding
terluar bangunan. Konfigurasi ini cocok untuk rancangan ruang dengan
karakter semiformal.
c. Landscape Open Plan System (Ruang Terbuka)
Sistem ini mempunyai susunan ruang yang fleksibel menurut
kebutuhan pemakai, dengan menggunakan sekat yang dapat terbuat
Seminar Tugas Akhir | 16 sirkulasi dan lalu lintas kelompok atau unit kerja. Pada konfigurasi ini,
kelompok kerja umumnya dapat saling melihat posisi berdiri.
Konfigurasi ini cocok digunakan untuk rancangan dengan karakter
bebas, nonformal dan masih dalam pola pengelompokan ruang.
2.4.2 Tinjauan Toko/ retail
Keberadaan sebuah tempat perbelanjaan dalam suatu kota selalu menjadi
tempat yang paling menarik dan mudah diingat karena termasuk tempat yang
sering dikunjungi oleh warga kota tersebut. Tempat ini biasanya terletak di
jalan-jalan utama dan pusat-pusat kota sehingga dapat menimbulkan image baru pada
sebuah kota. Bahkan tidak jarang kuantitas dan kualitas tempat perbelanjaan dapat
memberikan gambaran tingkat kemakmuran warga kota tersebut.
Istilah pusat perbelanjaan memiliki beberapa pengertian, diantaranya
sebagai berikut;
1. Bentuk usaha perdagangan individual yang dilakukan secara bersama
melalui penyatuan modal dengan tujuan efektivitas komersial
(Beddington, Design for Shopping Center ).
2. Suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang/jasa yang
bercirikan komersial, melibatkan perencanaan dan perancangan yang
matang karena bertujuan memperoleh keuntungan (profit)
sebanyak-banyaknya (Gruen, Center for Urban Environment; Survival of the
Cities)
3. Kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat
terpusat, dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagang individu,
sedangkan pengawasannya dilakukan oleh pengelola yang bertanggung
jawab secara menyeluruh (Beddington, Design for Shopping Center).
4. Sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan
pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan
diatur menjadi sebuah kesatuan operasi (operation unit), berhubungan
dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut.
Unit ini juga menyediakan parker yang dibuat berhubungan dengan tipe
dan ukuran total toko-toko (Urban Land Institute, Shopping Center
Seminar Tugas Akhir | 17
5. Suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau
lingkungan setempat. Selain berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan
berbelanja atau transaksi jual/beli, juga berfungsi sebagai tempat untuk
berkumpul atau berekreasi (Beddington, Design for Shopping Center).
Dari berbagai pengertian di atas, terdapat beberapa kata kunci terkait dengan
pusat perbelanjaan, yaitu;
1. Adanya kegiatan jual beli atau pertukaran barang dan jasa
2. Dapat berfungsi juga sebgai tempat berkumpul dan berekreasi
Dua kata kunci tersebut, akan mewarnai proses perancangan sebuah pusat
perbelanjaan, selain kata kunci utama sebagai bangunan komesial, yaitu
bertujuan menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya.
A. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan Berdasarkan Skala Pelayanan
Berdasarkan skala pelayanannya, pusat perbelanjaan dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu;
1. Pusat perbelanjaan local (neighborhood center)
Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan yang
meliputi 5.000 sampai 40.000 penduduk (skala lingkungan), dengan luas
bangunan berkisar antara 2.787-9.290 m2. Unit penjualan terbesar pada
pusat perdagangan golongan ini yaitu supermarket.
2. Pusat perbelanjaan distrik (community center)
Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan 40.000
sampai 150.000 penduduk (skala wilayah), dengan luas bangunan
berkisar antara 9.290-27.870 m2. Unit-unit penjualan terdiri atas junior
department store, supermarket dan toko-toko.
3. Pusat perbelanjaan regional (main center)
Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan 150.000
sampai 400.000 penduduk, dengan luas bangunan 27.870-92.990 m2.
Pusat perbelanjaan golongan ini terdiri dari 1-4 department store dan
50-100 toko retail, yang tersusun mengitari pedestrian dan dikelilingi oleh
area parker (the Community Builders Council of ULI-the Urban Land
Seminar Tugas Akhir | 18
B. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan Berdasarkan Sistem Transaksi
Berdasarkan sistem transaksinya, sebuah pusat perbelanjaan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu;
1. Toko Grosir, adalah toko yang menjual barang dalam jumlah besar.
Barang-barang tersebut biasanya disimpan di gudang atau di tempat lain,
sedangkan yang ada di toko grosir hanya contohnya. Oleh karena
penjualan dilakukan dalam jumlah besar, biasanya etalase pada toko
grosir hanya memerlukan tempat yang relati kecil.
2. Toko Eceran, adalah toko yang menjual barang dalam jumlah kecil atau
persatuan barang. Toko eceran lebih banyak menarik pembeli karena
tingkat variasi barangnya yang tinggi. Pada toko semacam ini, area
display barang dagangan memerlukan ruang yang relative besar untuk
mewadahi variasi barang dagangan. Sebaliknya, gudang mungkin hanya
memerlukan area dengan dimensi yang lebih kecil. Area dropping
barang bukan merupak area vital pada toko jenis ini.
C. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan Berdasarkan Lokasi
1. Pasar, merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan sederhana (los, toko,
kios, dan sebagainya) yang berada di suatu area tertentu pada suatu
wilayah. Fasilitas perbelanjaan ini dapat dapat bersifat terbuka ataupun
berada di dalam bangunan, biasanya berada dekat dengan pemukiman.
2. Shopping Street, merupakan pengelompokan saran perbelanjaan yang
terdiri dari dereta toko atau kios terbuka pada suatu penggal jalan. Jenis
perbelanjaan ini biasanya berkembang di kawasan-kawasan yang
menarik dikunjungi wisatawan.
3. Shopping Percint, merupakan kompleks pertokoan terbuka yang
menghadap pada suatu ruang terbuka yang bebas. Perbelanjaan ini
biasanya tumbuh di dekat obyek wisata atau kawasan wisata.
4. Shopping Center, merupakan pengelompokan fasilitas perbelanjaan
(toko dan kios) yang berada dalam satu atap. Pada shopping center,
barang ynag diperdagangkan didominasi oleh kebutuhan sekunder dan
tersier, sedangkan pada jenis pasar, barang yang diperdagangkan
Seminar Tugas Akhir | 19 mempunyai berbagai pola visual dan sirkulasi yang diperuntukan bagi
pengunjung untuk berjalan mengelilinginya, bahkan tidak hanya
mencakup skala komplek yang berukuran besar, tetapi berskala manusia.
2.5 Tinjauan Hunian/ Rumah Tinggal 2.5.1 Pengertian Rumah Tinggal (Hunian)
Rumah merupakan suartu tempat yang difungsikan sebagai tempat untuk
berlindung dari cuaca luar, seperti hujan, panas matahari, dan juga sebagai
tempat manusia melangsungkan kehidupannya, tempat manusia berumah
tangga dan sebagainya. Seiring perkembangan waktu, rumah tidak hanya
sebagai untuk tempat tinggal, namun juga menanda status social si pemilik
rumah. Arsitektur rumah tinggalpun berbeda-beda di setiap daerah dan juga
mengikuti tren perkembangan teknologi.
Adapun definisi-definisi rumah menurut undang-undang dan menurut para
ahli akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga. (UU No. 4 Tahun 1992 Tentang
Perumahan dan Permukiman)
2. Rumah merupakan tempat berlindung dari pengaruh luar manusia, seperti
iklim, musuh, penyakit, dan sebagainya. Untuk dapat berfungsi secara
fisiologis, rumah haruslah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang
dibutuhkan, seperti listrik, air bersih, jendela, ventilasi, tempat
pembuangan kotoran dan lain-lain. (Koesputranto, 1988)
3. Rumah merupakan suatu bangunan, tempat manusia tinggal dan
melangsungkan kehidupannya. Di samping itu, rumah juga merupakan
tempat berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu
diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam
suatu masyarakat. (Sarwono dalam Budihardjo, 1998 : 148)
4. Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal
selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal
manusia maupun hewan, namun tempat tinggal yang khusus bagi hewan
biasa disebut sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah
Seminar Tugas Akhir | 20 dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, tempat bertumbuh,
makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain. (Wikipedia, 2010)
5. Elemen terpenting dari pembentukan suatu perumahan adalah rumah itu
sendiri. Rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berumah tangga,
tempat tinggal/alamat, lokasi tempat tinggal, bagian dari eksistensi
individu/keluarga (terkait dengan status, tempat kedudukan, identitas),
bagian dari kawasan fungsional kota, investasi (keluarga atau
perusahaan), sumber bangkitan pergerakan (trip production), ruang untuk
rekreasi, ruang yang digunakan untuk menjalin kehidupan keluarga, serta
wadah sebagai batas privasi.
6. Pengertian rumah bagi seseorang bisa mengandung dimensi yang luas.
Rumah adalah keluarga dengan budaya internal beserta sejarahnya serta
lingkungan alam, masyarakat dengan budaya lokal.(Allenda,
Leonardiansyah : 1)
7. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga. (Musthofa, Bisri. 2008 : 64)
8. Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan
(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi
syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan
masyarakat. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk
menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di
dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di
dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu
untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan
tetangganya, dan lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan,
kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa
hidupnya. (Frick, 2006 : 1)
9. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal (Kamus Bahasa Indonesia,
1997). Kebutuhan akan dapat berlindung sebenarnya termasuk kebutuhan
yang utama, selanjutnya karena manusia tidak lagi hidup secara
berpindah-pindah, maka mereka memerlukan tempat tinggal yang tetap,
Seminar Tugas Akhir | 21
10.Rumah merupakan sarana pengaman bagi diri manusia, pemberi
ketentraman hidup, dan sebagai pusat kehidupan berbudaya. Di dalam
rumah dan lingkungannya itu, dibentuk dan berkembang menjadi
manusia yang berkepribadian. (Juhana, 2000 : 31)
2.5.2 Jenis-jenis Rumah Tinggal (Hunian)
Menurut Untermann. dkk (1986) dalam dalam buku Perencanaan Tapak
untuk Perumahan, maka ada beberapa tipe perumahan antara lain:
1. Rumah Tinggal Tunggal/ Detached
Rumah tinggal tunggal atau rumah terpisah adalah rumah tinggal
yang berdiri sendiri. Rumah tinggal tunggal dipakai biasanya hanya
untuk satu keluarga dan jarak antar rumahnya berjauhan. Selain itu
cottage, villa, bungalow, dan mansion juga termasuk dalam kelompok
rumah tinggal tunggal. Rumah tinggal tunggal dibangun diatas tanah
yang besarnya lebih besar dari bangunannya. Rumah tersebut dikelilingi
oleh halaman atau yard .
2. Rumah Tinggal Koppel ( Semi Detached )
Rumah Tinggal kopel adalah Rumah Tinggal Tunggal yang di
sekat sama besar antara Kiri dan Kanan, biasanya rumah tinggal kopel
ini untuk disewakan pemiliknya untuk menghemat lahan bangunan.
3. Rumah Kota (Town House)
Sama seperti rumah gandeng dengan penambahan tempat parkir di
dalam bangunannya. Parkir di bagian dalam memerlukan halaman depan
yang lebih lebar (untuk menampung pengemudi dan jalan masuk dan
ruangan bagian dalam untuk kegunaan tertentu) dan kadang-kadang
dibuat dengan suatu kedalaman kira-kira 150 feet. Rumah kota
menawarkan kenyamanan yang tinggi untuk sebuah keluarga tunggal
kecuali bila dibuat tanpa halaman samping.
4. Rumah Susun (Flat)
Rumah yang flesibel, yaitu mampu menyesuaikan berbagai
konfigurasi. Kerugian utama rumah susun adalah BC yang mengurangi
Seminar Tugas Akhir | 22 umumnya berisi ganda, artinya mempunyai ruang-ruang yang berada di
luar pada unit-unit tersebut.
5. Rumah berpekarangan Dalam (Patio House)
Adalah suatu variasi pada rumah "ranch” berlantai satu tradisional.
Dengan pintu masuk di bagian tengah, ruang tamu terletak pada sisi dan
ruang-ruang tidur pada sisi lainnya. Untuk menyesuaikan pada bidang
tanah yang sempit, bentuk tersebut "dibengkokkan” dan ruang-ruang pribadinya dikitari oleh pemagaran. Dengan menghilangkan
halaman-halaman samping dan depan, rumah "ranch” tersebut kini menjadi rumah
berpekarangan dalam (patio).
6. Maisonet (Maisonette)
Adalah sebuah tipe standar dari bangunan berkapasitas tinggi dan
bertingkat rendah. Yang telah dipergunakan secara luas di seluruh dunia.
Dikatakan berkepadatan tinggi karena merupakan suatu penumpukan
vertikal maksimum dari sebuah unit berlantai dua di atas unit bangunan
lainnya, dengan dua tahapan tangga untuk lantai utama dari unit yang
terletak lebih atas.
7. Rumah teras bertingkat (Terrace House)
Rumah gandeng dan berpekarangan dalam dapat saja dibuat
menjenjang ke atas maupun ke bawah sebuah perbukitan guna
meningkatkan arah pandangan, dan memberikan orientasi yang lebih baik,
juga memungkinkan taman-taman atau teras-teras di atas atap-atap dari
unit-unit di bawahnya.
8. Rumah Gandeng (Row Houses)
Rumah gandeng berasal dari rumah berlantai dua tradisional yang
terletak di atas sebidang petak yang sempit.. Fung-fungsi "tempat tinggal”
dasarnya terletak pada lantai bawah: meliputi ruang tamu, ruang makan,
dapur, kamar mandi kecil dan kemungkinan sebuah ruang belajar.
2.6 Pemahaman Terhadap Regulasi
Setelah meninjau pemahaman terhadap Kompleks Komersial dan Hunian
Seminar Tugas Akhir | 23 dan standar mengenai hunian (pemukiman), dan aturan kepemilikan properti/
bangunan di Indonesia, baik Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga
Negara Asing (WNA).
2.6.1 Persyaratan dan Standar Perencanaan Permukiman di Perkotaan
Persyaratan dan standar perencanaan fasilitas yang akan direncanakan
berpedoman pada Standar Nasional Indonesia (SNI), yakni SNI Nomor
2003-1733 Tahun2004.
Pembangunan perumahan merupakan faktor penting dalam peningkatan
harkat dan martabat, mutu kehidupan serta kesejahteraan umum sehingga
perlu dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana serta berkelanjutan/
berkesinambungan. Beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam
merencanakan lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a) Lingkungan perumahan merupakan bagian dari kawasan perkotaan
sehingga dalam perencanaannya harus mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen rencana lainnya yang ditetapkan
oleh Pemerintah Kota/ Kabupaten.
b) Untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan perumahan
yang sehat, aman, serasi secara teratur, terarah serta berkelanjutan /
berkesinambungan, harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan
ekologis, setiap rencana pembangunan rumah atau perumahan, baik yang
dilakukan oleh perorangan maupun badan usaha perumahan.
c) Perencanaan lingkungan perumahan kota meliputi perencanaan sarana
hunian, prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang
diperlukan untuk menciptakan lingkungan perumahan perkotaan yang
serasi, sehat, harmonis dan aman. Pengaturan ini dimaksudkan untuk
membentuk lingkungan perumahan sebagai satu kesatuan fungsional
dalam tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan social budaya.
d) Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus dilaksanakan
oleh kelompok tenaga ahlinya yang dapat menjamin kelayakan teknis,
yang keberadaannya diakui oleh peraturan yang berlaku.
e) Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan
Seminar Tugas Akhir | 24 perencanaannya harus dipadukan dengan perencanaan lingkungan
perumahan dan kawasan-kawasan fungsional lainnya.
f) Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus menyediakan
pusat-pusat lingkungan yang menampung berbagai sektor kegiatan
(ekonomi, sosial, budaya), dari skala lingkungan terkecil (250 penduduk)
hingga skala terbesar (120.000 penduduk), yang ditempatkan dan ditata
terintegrasi dengan pengembangan desain dan perhitungan kebutuhan
sarana dan prasarana lingkungan.
g) Pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan administrasi yang
berkaitan dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni dan
sertifikasi tanah, yang diatur oleh Pemerintah Kota/Kabupaten setempat
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
h) Rancangan bangunan hunian, prasarana dan sarana lingkungan harus
memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan keselamatan sesuai Standar
Nasional Indonesia atau ketentuan-ketentuan lain yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah serta Pedoman Teknis yang
disusun oleh instansi terkait.
i) Perencanaan lingkungan perumahan juga harus memberikan kemudahan
bagi semua orang, termasuk yang memiliki ketidakmampuan fisik atau
mental seperti para penyandang cacat, lansia, dan ibu hamil, penderita
penyakit tertentu atas dasar pemenuhan azas aksesibilitas (sesuai dengan
Kepmen No. 468/ Thn. 1998), yaitu:
1. kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;
2. kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;
3. keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua
orang; dan
4. kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk dan
Seminar Tugas Akhir | 25 dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang
lain.
j) Perencanaan Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan
lingkungan perumahan kota yang meliputi perencanaan sarana hunian,
prasarana dan sarana lingkungan, menggunakan pendekatan besaran
kepadatan penduduk.
k) Dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan,
didasarkan pada beberapa ketentuan khusus, yaitu:
1. besaran standar ini direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan
penduduk <200 jiwa/ha;
2. untuk mengatasi kesulitan mendapatkan lahan, beberapa sarana dapat
dibangun secara bergabung dalam satu lokasi atau bangunan dengan
tidak mengurangi kualitas lingkungan secara menyeluruh;
3. untuk kawasan yang berkepadatan >200 jiwa/ha diberikan reduksi
15-30% terhadap persyaratan kebutuhan lahan; dan
4. perencanaan prasarana lingkungan, utilitas umum dan sarana
lingkungan harus direncanakan secara terpadu dengan
mempertimbangkan keberadaan prasarana dan sarana yang telah ada
dengan tidak mengurangi kualitas dan kuantitas secara menyeluruh.
l) Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan kawasan
perumahan baru di kota/new development area yang meliputi perencanaan
sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan, pengembangan desain
dapat mempertimbangkan sistem blok / grup bangunan/ cluster untuk
memudahkan dalam distribusi sarana lingkungan dan manajemen sistem
pengelolaan administratifnya. Apabila dengan sistem blok / grup
bangunan/ cluster ternyata pemenuhan sarana hunian, prasarana dan sarana
lingkungan belum dapat terpenuhi sesuai besaran standar yang ditentukan,
maka pengembangan desain dapat mempertimbangkan sistem radius
pelayanan bagi penempatan sarana dan prasaran lingkungan, yaitu dengan
kriteria pemenuhan distribusi sarana dan prasarana lingkungan dengan
Seminar Tugas Akhir | 26 m) Perencanaan lingkungan permukiman untuk hunian bertingkat (≈ rumah
susun) harus mempertimbangkan sasaran pemakai yang dilihat dari tingkat
pendapatan KK penghuni.
Penentuan asumsi dasar satuan unit lingkungan dapat dipertimbangkan dan
disesuaikan dengan kondisi konteks lokal yang telah dimiliki. Contoh kasus di
daerah Bali, satuan unit lingkungan RW = banjar dinas, satuan unit lingkungan
kelurahan = lingkungan = desa dinas. Sedangkan kasus di daerah Padang,
satuan unit lingkungan kelurahan = nagari yang terdiri dari > 10 RW. Adapun
data dasar mengenai lingkungan perumahan, sebagai berikut:
1 RT : terdiri dari 150 – 250 jiwa penduduk
1 RW: (2.500 jiwa penduduk) terdiri dari 8 – 10 RT
1 kelurahan (≈ lingkungan): (30.000 jiwa penduduk) terdiri dari 10 – 12 RW
1 kecamatan: (120.000 jiwa penduduk) terdiri dari 4 – 6 kelurahan / lingkungan
1 kota : terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan
Pada Tabel 2.1 Merupakan rangkuman dari sarana dan prasarana yang
dibutuhkan sesuai dengan cakupan pelayanannya.
Tabel 2.1 Kebutuhan Sarana berdasarkan cakupan pelayanan
Sumber: SNI Nomor 2003-1733 Tahun2004.
No Jenis Sarana Cakupan Pelayanan Penduduk (Jiwa)
150-250 2.500 30.000 120.000
1 Sarana pendidikan dan pembelajaran
- TK, SD,
Taman baca
TK, SD, SMP, SMU
TK, SD, SMP, SMU
2 Sarana Kesehatan Klinik Posyandu,
balai pengobatan warga Klinik bersalin, Puskesmas Pembantu dan balai pengobatan Puskesmas dan balai pengobatan
Seminar Tugas Akhir | 27 4 Sarana perdagangan
dan niaga
Toko/ warung Pertokoan Pusat
pertokoan, pasar lingkungan Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar
+ bank + kantor)
5 Sarana Kebudayaan dan rekreasi
- Balai Warga/
Balai Pertemuan Balai Serbaguna / Balai Karang Taruna Gedung Serbaguna, gedung bioskop
6 Sarana ruang terbuka, taman dan lapangan
olah raga Taman/ tempat main Taman/ tempat main Taman dan lapangan olahraga Taman dan lapangan olahraga, jalur hijau, TPU
7 Sarana prasarana persampahan Tong sampah, TPS Bak sampah kecil, Gerobak, TPS Bak sampah besar, gerobak, TPS Mobil sampah, bak sampah besar, TPA/TPS
2.6.2 Aturan Kepemilikan Properti
Salah satu target sasaran dari fasilitas hunian yang direncanakan ialah
Warga Negara Asing yang bekerja di Bali, maka perlu diketahui aturan mengenai
status kepemilikan property WNA di Indonesia. Peraturan kepemilikan properti
oleh Warga Negara Asing, tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 103
Tahun 2015 yang dikeluarkan pada akhir bulan Desember 2015. Peraturan
tersebut merupakan revisi dari peraturan sebelumnya yakni PP Nomor 41 Tahun
1996. WNA yang dimaksud adalah mereka yang bekerja, investasi atau yang
dapat memberikan manfaat di Indonesia.
Dalam PP Nomor 103 Tahun 2