• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI KERAJINAN PATUNG BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GALERI KERAJINAN PATUNG BATU"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP GALERI

KERAJINAN PATUNG BATU

Pada bab II ini akan dibahas tentang pemahaman terhadap proyek yang akan dibangun yaitu Galeri Kerajinan Patung Batu. Beberapa hal yang akan dibahas pada bab ini adalah pemahaman terhadap galeri kerajinan patung batu, studi banding hingga membuat spesifikasi umum dari proyek.

2.1 Pemahaman Terhadap Galeri 2.1.1 Pengertian Galeri

Berikut ini merupakan beberapa pengertian galeri :

• Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia galeri adalah suatu ruangan atau bangunan yang berfungsi sebagai tempat memamerkan hasil benda atau karya seni (http://kbbi.web.id/ diakses 24 April 2015).

▸ Baca selengkapnya: seorang anak sedang mengungkit batu seperti terlihat pada gambar berikut. besarnya kuasa yang diperlukan anak untuk dapat mengungkit batu adalah

(2)

7 • Dalam ensiklopedia nasional Indonesia dikatakan galeri berasal dari bahasa latin Galleria. Galleria diartikan sebagai ruang beratap dengan satu sisi terbuka. Di Indonesia, galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri yang digunakan untuk memamerkan karya seni (ensiklopedia nasional Indonesia, 1986).

• Menurut The American Heritage Dictionary of English Language, galeri adalah sebuah lembaga atau bangunan yang menjual hasil karya seni (http://americanheritage.yourdictionary.com diakses 24 April 2015).

Jadi berdasarkan ketiga pengertian diatas, dapat disimpulkan galeri merupakan suatu tempat atau bangunan dimana fungsinya digunakan untuk memamerkan serta menjual hasil karya seni dan budaya dalam bentuk dan penataan yang baik. Galeri dapat dikatakan sebagai sarana hiburan dan edukasi kepada setiap pengunjung.

Galeri berbeda dengan museum, dilihat dari ukuran, perbedaan yang paling menonjol dari galeri dan museum adalah galeri sebagai tempat memamerkan dan menjual karya seni, sedangkan museum merupakan tempat untuk memamerkan koleksi benda-benda yang bersejarah dan langka.

2.1.2 Penyajian Koleksi Galeri

Penyajian benda-benda koleksi di dalam galeri sangat penting karena berfungsi menginformasikan dan berkomunikasi dengan para pengunjung. Dalam penyajian koleksi galeri terdapat hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Faktor Waktu Penyajian

Berdasarkan jangka waktu penyajian benda koleksi galeri dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (http://galeri-nasional.or.id/halaman/209-exhibitions, diakses 18 Maret 2015):

1. Pameran Tetap adalah pameran yang menyajikan karya-karya dari koleksi galeri berdasarkan durasi tertentu dan berganti secara pediodik yang didasarkan pada keinginan untuk menungkatkan promosi dan perdagangan.

(3)

8 2. Pameran Temporer adalah pameran tunggal atau pameran bersama yang

menyajikan karya-karya seni pada waktu-waktu tertentu. waktu penyelenggaraanya disesuaikan dengan peringatan-peringatan tertentu seperti hari nasional atau tema tertentu.

3. Pameran Keliling adalah pameran yang diselenggarakan di luar galeri pemilik koleksi, dalam jangka waktu tertentu dengan tema khusus, sesuai koleksi yang dimiliki dan koleksi tersebut dipamerkan atau dikelilingkan dari satu tempat ke tempat lain.

2. Tata Letak Koleksi

Tata peletakan koleksi dalam sebuah galeri berperan sangat penting untuk menarik perhatian pengunjung. Penyusunan tata letak koleksi pada galeri dapat dikembangkan sesuai dengan ide/gagasan penata. Tata letak koleksi galeri harus dapat memberikan informasi yang jelas dan menarik perhatian pengunjung. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan koleksi galeri antara lain: keseimbangan, proporsi, keharmonisan, dan klimaks (Pickard, 2002:270).

3. Tata Cahaya

Penyajian koleksi di dalam galeri harus memperhatikan pencahayaan yang baik. Tata cahaya di dalam galeri patung batu dilakukan agar pengunjung galeri dapat melihat warna asli dari koleksi yang ditampilkan (Neufert, 1995:198).

Faktor- faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang tata cahaya di dalam galeri adalah sebagai berikut (Pickard, 2002:274):

a. Faktor Psikologi

Faktor psikologi meliputi bagaimana koleksi di dalam galeri dilihat, persepsi terhadap bangunan, dan suasana ruang.

b. Faktor Fisiologi

Faktor Fisiologi meliputi pencahayaan, kontras, pantulan cahaya, efisiensi, keseragaman, dan warna.

Dalam suatu penyajian koleksi di dalam galeri terdapat beberapa teknik pencahayaan yang dapat digunakan. Teknik pencahayaan terdiri dari 7 (tujuh) jenis, yaitu sebagai berikut (Pickard, 2002:274):

(4)

9 1) Wall-washing (menyorot dinding): merupakan teknik pencahayaan yang

mengarah ke koleksi galeri yang diletakkan di dinding.

2) Downlighting (pencahayaan ke arah bawah): merupakan teknik pencahayaan yang mengarah ke bawah.

3) Uplighting (pencahayaan ke arah atas): merupakan teknik pencahayaan yang mengarah ke atas.

4) Diffused (menyebar): Merupakan teknik pencahayaan yang menyebar. Umumnya teknik pencahayaan ini digunakan untuk pencahayaan ruang pameran atau galeri secara menyeluruh.

5) Directional spot/accent (menyorot langsung): merupakan teknik pencahayaan yang menyorot objek tertentu secara langsung. Teknik pencahayaan ini untuk memberikan aksen pada koleksi galeri.

6) Lighting of pale objects (pencahayaan benda pucat): merupakan teknik pencahayaan untuk objek yang berwarna pucat.

7) Increased illumination for dark objects (peningkatan penerangan untuk benda gelap): merupakan teknik pencahayaan untuk benda- benda yang gelap.

Beberapa teknik pencahayaan koleksi tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Teknik Pencahayaan

Sumber : Pickard, 2002:274

4. Penghawaan

Penghawaan dalam galeri juga perlu dipertimbangkan, agar kondisi kelembaban di dalam ruangan stabil dan dapat memberikan rasa nyaman bagi civitas yang ada di dalam galeri. Penghawaan dapat dilakukan dengan cara alami maupun buatan seperti kipas angin dan Air Conditioner (AC) (Pickard, 2002:272).

(5)

10

5. Detail Penyajian

Penyajian koleksi galeri harus memperhatikan pandangan dan penglihatan pengunjung. Dengan penyajian yang baik, pengunjung galeri dapat merasakan kenyamanan dalam melihat - lihat koleksi galeri.

Batas pengelihatan normal manusia untuk melihat ke atas adalah 40o. Dalam menentukan ketinggian peletakan koleksi galeri, ketinggian rata - rata pengunjung perlu dipertimbangkan. Ketinggian rata- rata pengunjung ± 170 cm. Sehingga ketinggian penyajian koleksi galeri maksimal adalah 210 cm. Sedangkan ketinggian optimum rak penyajian adalah 50 cm – 150 cm, sehingga selain mudah dilihat, juga mudah diambil tanpa harus menggunakan tangga (Neufert, 1995:198).

Gambar 2.2 Sudut Pandang Pengunjung

Sumber : Neufert, 2000:333

2.1.3 Civitas di Dalam Galeri 1. Pengelola

Untuk mengelola sebuah galeri, diperlukan beberapa petugas yang sesuai dengan bidangnya masing-masing, yaitu (Rapini dalam Putra, 2012:14):

a. Direktur, memimpin galeri baik teknis, ilmiah maupun administratif

b. Registrator, membantu konsevator dalam usaha melakukan tata administrasi galeri

c. Ahli pameran, menyelenggarakan penataan ruang pamer/pajang untuk benda-benda seni koleksi

d. Administrator, memimpin bagian administrasi meliputi staf tata usaha, kepegawaian, material, dan keuangan galeri serta staf pemasaran.

(6)

11 e. Penjaga ruang, menjaga ruang pajang, melayani pembeli/pengunjung dan memberikan informasi/penjelasan umum tentang benda-benda seni yang dipajang.

2. Pengrajin/Seniman

Pengrajin yang dimaksud adalah orang yang mendemonstrasikan atau memperagakan cara pembuatan kerajinan yang akan dipamerkan dan dipasarkan di dalam galeri. Keberadaan pengrajin ini dapat menghidupkan kegiatan di dalam galeri.

3. Pengunjung

Kategori pengunjung yang datang ke galeri dapat di bagi menjadi tiga yaitu (Rapini dalam Putra, 2012:15):

a. Pengunjung pelaku studi, ialah mereka yang menguasai bidang studi tertentu berkaitan dengan koleksi galeri untuk menambah penalarannya, melaksanakan pekerjaan verifikasi persoalan-persoalan tertentu.

b. Pengunjung yang mempunyai tujuan tertentu, ialah mereka yang datang ke galeri oleh karena tertarik akan sesuatu hal atau topik yang berkaitan dengan koleksi atau pameran di galeri dan membeli benda koleksi yang dipamerkan.

c. Pengunjung yang bertujuan rekreasi, ialah mereka yang datang ke galeri melewati waktu senggangnya untuk menikmati kesenangan.

2.2 Pemahaman Seni Kerajinan Patung Batu 2.2.1 Pengertian Kerajinan

Berikut ini merupakan beberapa pengertian kerajinan :

• Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia, kerajinan adalah suatu barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan misalnya kerajinan patung dan perusahakan kecil yang membuat suatu barang sederhana yang biasa mengandung unsur seni(http://kbbi.web.id/ diakses 24 April 2015).

(7)

12 • Kerajinan tangan berarti pekerjaan membuat atau mengubah barang

mentah seperti kayu, besi, batu, bambu dan sebagainya menjadi lebih baik, halus dan mempunyai nilai guna yang lebih tinggi (Budiartha, 1999).

Berdasarkan pengertian kerajinan di atas, dapat disimpulkan bahwa kerajinan tangan merupakan suatu industri kecil atau home industry yang membuat barang-barang mengandung unsur seni dengan menggunakan bahan yang diperoleh dari alam. Barang yang dihasilkan berupa barang yang fungsional atau bersifat dekoratif dan umumnya dikerjakan secara tradisional dengan teknologi yang sederhana.

2.2.2 Seni Kerajinan

Proses pembuatan seni kerajinan berlangsung bertahap, pertama-tama dimulai dengan penyedian bahan dan pengolahan bahan sampai dengan pengerjaan menjadi benda pakai. Tahap-tahapan pekerjaan tersebut pada seni kerajinan yang masih sederhana dilakukan sendiri oleh para pengrajinnya secara manual. Hal tersebut berakibat sebuah benda kerajinan membutuhkan waktu pembuatan yang cukup lama. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena benda kerajinan yang dibuat adalah untuk dipakai sendiri. Tetapi semenjak karya kerajinan menjadi benda dagangan, maka persoalan dalam waktu pengerjaan kerajinan menjadi penting. Untuk itu efisiensi kerja para pengrajin diperlukan dengan cara kerja yang lebih teratur berdasarkan pembagian kerja.

Diperlukan tenaga-tenaga khusus untuk penyediaan bahan, pengolahan dan pengerjaan bahan menjadi benda kerajinan. Dengan demikian diperlukan keterampilan-keterampilan khusus yang dapat menjamin kelancaran proses produksi. Semakin banyak jumlah produksi yang ingin dicapai, semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan. Untuk itu dibutuhkan kemampuan yang dapat mengatur para pengrajin agar mereka ini dapat terjamin dalam proses kesatuan kerja yang dapat menentukan kualitas dan kuantitas hasil karya kerajinannya.

Selama hasil kerajinan masih terbatas jumlah produksinya sesuai dengan tenaga pengrajin yang tersedia, maka seni kerajinan ini masih terbatas

(8)

13 kedudukannya sebagai usaha kerajinan rumah tangga atau industri kecil (Yudoseputro, 1983:20).

2.2.3 Fungsi Seni Kerajinan

Kerajinan memiliki dua buah fungsi yaitu sebagai berikut (Yudoseputro, 1983:89):

a. Fungsi spiritual dari seni kerajinan

Fungsi spiritual dari seni kerajinan adalah berkaitan dengan sumber ide yang didukung oleh kebutuhan rohaniah manusia. Kebutuhan spiritual manusia sejak semula mencapai manifestasinya dalam bentuk berbagai kegiatan termasuk kegiatan seni, begitu halnya terhadap seni kerajinan ini. Kebutuhan spiritual tersebut berakar pada pandangan manusia terhadap sesuatu yang gaib, yang ingin dipuja, segala sesuatu yang serba rahasia yang dapat kita kenal dalam segala bentuk kepercayaan dan agama serta falsafah hidup. Dari hal tersebut maka timbul tindakan manusia untuk membuat suatu barang atau benda.

b. Fungsi fisikal dari seni kerajinan

Fungsi fisikal dari seni kerajinan adalah menyangkut segi kegunaan praktis dan sebagai estetika. Sebagai suatu cabang dari seni guna desain bentuk dan hiasan benda kerajinan erat hubungannya dengan cara-cara penggunaannya, artinya nilai artistik dari bentuk dan hiasannya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi nilai artistik ini pula harus menjawab nilai pakainya.

2.2.4 Pengertian Seni Patung

Secara umum patung merupakan bentuk yang memiliki bentuk tiga dimensi yang memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan patung merupkan boneka atau relief pada uang logam, sebuah tugu pahlawan, sebuah monumen, gerabah, perhiasan dan benda pakai lainnya yang pada dasarnya mempunyai bentuk tiga dimensi yang dapat dilihat dari berbagai sisi oleh mata manusia.

(9)

14

2.2.5 Proses Memahat Batu

Dalam dasar-dasar mematuh terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam proses memahat batu, yaitu:

1. Mengenal Bahan

Ada berbagai jenis batu yang terdapat di alam Indonesia mulai dari batu yang memiliki karakteristik lunak sampai yang sangat keras dan padat. Terdapat batu yang mudah dipahat begitupun sebaliknya. Berikut ini batu – batu yang biasa dipahat.

a. Batu padas

Merupakan jenis batu yang berwarna terang, berkarakterisktik sangat lunak dan mudah dipahat. Batu ini banyak dipakai di desa-desa sebagai dinding rumah atau sendi yang berfungsi sebagai penumpu tiang kayu. Pada umumnya patung-patung dan hiasan-hiasan pada pura di Bali terbuat dari jenis batu ini.

Gambar 2.3 Batu padas

Sumber : http://bali.bisnis.com

b. Batu andesit

Merupakan jenis batu yang paling keras diantara batu alam yang umum dipakai serta memiliki tingkat porositas kecil karena berpori rapat. Batu jenis ini berasal dari gunung berapi atau daerah-daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi dan memiliki beberapa ciri yang mudah dikenali, yaitu berwarna abu-abu atau hitam serta ada pula yang memiliki bintik hitam karena adanya proses pembakaran lebih lanjut.

(10)

15

Gambar 2.4 Batu Andesit

Sumber : http://3.bp.blogspot.com

2. Peralatan untuk memahat

Untuk memahat batu diperlukan beberapa peralatan yang disesuaikan dengan jenis batu yang dipakai. Pada dasarnya alat yang diperlukan adalah pahat batu, palu besi dan kikir.

a. Pahat yang diperlukan ada tiga macam yaitu pahat lancip, pahat pipih dan pahat gigi. Pahat lancip terdiri dari yang besar dan kecil. Yang besar digunakan pada tahap awal pembuatan patung, sebagai pemotong bagian-bagian besar yang perlu dibuang, agar tertinggal bagia-bagian-bagian yang membentuk bakal patung yang diinginkan. Kemudian pahat lancip digunakan untuk membuat bentuk-bentuk yang lebih detail, untuk membuat lubang, dan cekungan yang dalam. Pahat gigi digunakan untuk memangkas bentuk dan membuat bakal bentuk patung secara menyeluruh. Sedangkan pahat pipih digunakan untuk membuat bentuk yang rinci dan meratakan permukaan patung.

b. Untuk menghantam pahat pada batu diperlukan palu besi yang beratnya antara 1 – 2 kg. Palu besar digunakan pada awal proses pekerjaan pembuatan bakalan bentuk patung. Pada pekerjaan yang semakin detail palu yang dipergunakan semakin ringan.

c. Untuk pekerjaan akhir dipakai palu pemapak. Palu ini berbentuk persegi dengan ukuran yang berkisar antara 2 x 2 cm dan pada ujungnya terdapat gigi berbentuk piramida sebanyak 16 – 20 buah. Berfungsi untuk memapak permukaan patung agar tampak rata dan teratur, dipakai dengan cara memukulkan sisi bergiginya pada permukaan patung.

(11)

16 d. Dalam memahat patung sangat dianjurkan memakai kacamata dan sarung

tangan pengaman untuk menghindari pecahan-pecahan batu dari proses pembuatan patung yang dapat melukai dan mencederai tangan dan mata. Begitupun pada saat proses penghalusan permukaan patung dianjurkan menggunakan masker untuk melindungi hidung dari debu – debu yang ditimbulkan akibat proses pemahatan.

3. Proses memahat patung

Proses pemahatan batu tidak jauh berbeda dengan kayu namun dalam memahat batu memerlukan waktu yang lebih lama sehingga membutuhkan kesabaran, kesungguhan dan ketekunan.

Perbedaan pada memahat batu terletak pada bagian peralatannya. Batu memiliki karakteristik yang sangat keras, kuat dan tidak lentur. Hal tersebut yang membuat waktu pengerjaan menjadi panjang dalam memahat yang sebagian besar berupa kerja fisik yang sangat melelahkan.

2.2.6 Jenis dan Dimensi Kerajinan Patung Batu

1. Jenis-Jenis Kerajinan Patung Batu

Kerajinan patung batu merupakan kerajinan yang lebih menonjolkan seni dan estetika daripada fungsinya. Kerajinan patung batu ini biasanya digunakan sebagai benda hiasan atau pajangan. Berikut ini adalah jenis kerajinan patung batu yang baisa dibuat:

a) Patung Tradisional Bali

Gambar 2.5 Patung Tradisional Bali

(12)

17 Patung tradisional Bali merupakan jenis patung yang mengadopsi bentuk-bentuk tradisonal dan budaya Bali, misalnya tokoh-tokoh pewayangan seperti patung Panca Pandawa, Dewi, dan lain-lain dalam epos mahabarata.

b) Patung Binatang

Gambar 2.6 Patung Binatang

Sumber : Observasi tgl. 30 September 2015

Patung binatang merupakan patung yang mengadopsi bentuk-bentuk binatang seperti gajah, katak, burung, singa, dan lain-lain.

c) Patung Budha

Gambar 2.7 Patung Budha

Sumber : Observasi tgl. 30 September 2015

Patung Budha merupakan patung berbentuk Budha yang sangat digemari oleh wisatawan.

(13)

18 d) Patung Kegiatan Masyarakat Tradisional Bali

Gambar 2.8 Patung Masyarakat Tradisional Bali

Sumber : Observasi tgl. 30 September 2015

Patung kegiatan masyarakat tradisional Bali merupakan patung yang mengisahkan kegiatan masyarakat tradisional Bali, seperti masyarakat sedang sabung ayam, menyusui, memancing, dan lain-lain

e) Patung Modern

Gambar 2.9 Patung Modern

Sumber : Observasi tgl. 30 September 2015

Kerajinan patung batu modern merupakan jenis kerajinan yang berbentuk modern dengan bentuk lebih simple/minimalis.

2. Dimensi Kerajinan Patung Batu

Secara garis besar terdapat tiga dimensi/ukuran kerajinan patung batu yaitu kategori small/kecil, medium/sedang dan large/besar. Dimensi ini berlaku untuk semua jenis kerajinan batu.

(14)

19 a) Kerajinan batu ukuran small/kecil biasannya berukuran 10x10 - 30x30 cm

dengan tinggi 10-50 cm.

b) Kerajinan batu ukuran medium/sedang biasanya berukuran 30x30 - 50x50 cm dengan tinggi 50-150 cm.

c) Kerajinan batu large/besar biasanya berukuran 50x50 – 100x100 cm atau lebih dengan tinggi 150 cm-200 cm.

2.3 Kajian Terhadap Fasilitas Sejenis

Kajian proyek sejenis ini dilakukan untuk mendapatkan suatu perbandingan mengenai fasilitas yang terdapat di dalam galeri maupun tampilan bangunannya. Objek yang dijadikan studi banding adalah sebagai berikut.

2.3.1 Rudana Museum & Fine Art Gallery

Rudana Museum & Fine Art Gallery berlokasi di Jalan Cok Rai Pudak No. 44 Peliatan, Ubud. Di dalam site terdapat dua fungsi yaitu museum dan galeri lukisan dimana mueum berfungsi sebagai tempat mengkoleksi dan memamerkan hasil karya-karya seniman. Di dalam museum, pameran yang dilakukan adalah pameran tetap dan temporer.

Arsitektur yang digunakan pada Rudana Museum & Fine Art Gallery adalah arsitektur tradisional Bali, yang terlihat dari banyaknya penggunaan bahan dan ornamen – ornamen yang digunakan.

Gambar 2.10 Fasade Museum Rudana

(15)

20

Gambar 2.11 Interior Museum Rudana

Sumber : Observasi tgl. 17 Maret 2015

Gambar 2.12 Sketsa Layout Rudana Fine Art Gallery

Sumber : Observasi tgl. 17 Maret 2015

Gambar 2.13 Fasade Rudana Fine Art Gallery

(16)

21 Pada bangunan yang disebelah museum berfungsi sebagai galeri, tempat memajang dan memamerkan serta menjual hasil karya lukisan. Di dalamnya terdapat ruang-ruang yang berfungsi untuk memajang lukisan, tiap-tiap lukisan ditata berdasarkan tema. Dan di tengah tengah galeri terdapat kolam dan bale. Di dalam galeri terdapat ruangan :

1. Foyer

Merupakan area peralihan dari ruang luar menuju ke dalam galeri. Pada ruangan ini diterapkan arsitektur tradisional Bali dengan ciri memakai banyak saka (tiang) kayu dan atap ekspose serta dinding yang berisikan ornamen arsitketur bali dapat dilihat pada gambar 2.10. pada bagian dindingnya menggunakan bata expose yang berisikan ornamen – ornamen arsitektur tradisional Bali.

Gambar 2.14 Pintu Masuk Rudana Fine Art Gallery

Sumber : Observasi tgl. 17 Maret 2015

2. Ruang Pameran

Gambar 2.15 Interior Rudana Fine Art Gallery

(17)

22 Pada ruangan pameran ini lukisan – lukisan yang dipamerkan dikelompokkan pada ruang – ruang pameran yang sesuai dengan gaya lukisannya meliputi klasik, modern dan kontemporer. Pada ruangan ini memakai pencahayaan alami dan buatan, untuk pencahayaan pada lukisan koleksinya menggunakan teknik pencahayaan Wall-washing (menyorot dinding). Penghawaan yang digunakan adalah penghawaan alami karena di sekitar galeri lingkungan masih terasa sejuk.

3. Taman

Di tengah galeri terdapat taman yang berisikan kolam hias dan bale bengong yang berfungsi sebagai tempat istirahat dan menyejukkan suasana di dalam galeri.

Gambar 2.16 Kolam dan bale di tengah galeri

Sumber : Observasi tgl. 17 Maret 2015

4. Ruang workshop

Gambar 2.17 Ruang workshop

(18)

23 Ruangan ini berada di sisi depan galeri yang berfungsi sebagai tempat pembuatan lukisan, disamping itu ruang ini difungsikan sebagai tempat pelatihan melukis dan mendemontrasikan cara pembuatan lukisan kepada pengunjung.

Total luas keseluruhan Rudana Museum & Fine Art Gallery ini adalah ±4000 m² di atas tanah seluas 2 Ha, dimana bangunan galeri ini hanya berlantai satu dan bermassa jamak.

Status kepemilikan galeri ini adalah milik Yayasan Rudana dan sumber pemasukan diperoleh dari harga tiket masuk dan hasil penjualan karya seni lukisan pada galeri. Untuk waktu operasional daripada museum dan galeri ini adalah dari pukul 08.00 WITA – 17.00 WITA.

Gambar 2.18 Struktur Organisasi Museum Rudana

Sumber : Observasi tgl. 17 Maret 2015

Presiden Direktur Bendahara Operasional HUMAS Sekretariat Perlengkapan Keamanan Kepala Teknis Koleksi Konservasi Dokumentasi Bimbingan

(19)

24

2.3.2 Bidadari Art Gallery

Gambar 2.19 Fasade Bidadari Art Gallery

Sumber : Observasi tgl. 17 Maret 2015

Gambar 2.20 Sketsa Layout Bidadari Art Gallery

Sumber : Observasi tgl. 17 Maret 2015

Bidadari Art Gallery ini berlokasi Jl. Raya Mas No. 47 Ubud, Bali. Galeri ini merupakan sebuah tempat untuk memajang hasil karya seni patung kayu yang lebih unik dari pasaran dan menjual hasil karya patung yang dibuat oleh pematung yang senior yang kini hanya tersisa 8 orang. Menurut direktur sekaligus pemilik galeri ini mengatakan bahwa galeri merupakan suatu tempat atau wadah untuk memajang benda seni yang tidak diproduksi secara massal sehingga berbeda dari art shop yang menjual benda seni yang diproduksi secara massal.

Gambar 2.21 Interior Bidadari Art Gallery

(20)

25 Di dalam galeri yang berlantai dua ini hanya terdapat dua buah ruangan galeri dan ruang pengelola. Pada interior galeri didominasi dengan warna putih pada dinding, plafon dan lantai. Penggunaan warna putih tersebut bertujuan memberi kesan ruangan yang lebih luas dan bersih. Pada ruang pameran memakai pengahawaan alami dan bautan (kipas angin). Pencahayaan menggunakan teknik pencahayaan diffused (menyebar) untuk pencahayaan ruang secara menyeluruh, dan Directional spot (menyorot langsung) untuk benda - benda koleksi pada galeri.

Untuk status kepemilikan galeri ini merupakan milik pribadi yaitu milik I Made Sudiana juga selaku direktur galeri. Untuk kepengurusan galeri tidak terdapat struktur organisasi yang pasti dikarenakan pemilik yang bekerja langsung mengurusi dan memantau galeri serta dibantu oleh seorang rekan.

Total luasan bangunan galeri ini adalah ± 300 m². Untuk waktu operasional daripada galeri ini adalah dari pukul 09.00 WITA – 17.00 WITA.

2.3.3 I Made Sura Stone Carving

Gambar 2.22 Tampak Depan I Made Sura Stone Carving

(21)

26

Gambar 2.23 Sketsa Layout I Made Sura Stone Carving

Sumber : Observasi tgl. 18 Maret 2015

I Made Sura Stone Carving ini berlokasi di Jalan Raya Batubulan, Br. Batur, Batubulan. bangunan ini berfungsi sebagai tempat memajang, menjual dan memproduksi seni kerajinan patung mulai dari gaya tradisional hingga modern. Galeri ini menjadi satu dengan rumah tinggal yang masih memakai arsitketur tradisional bali pemiliknya sehingga memberi suasana yang kurang privasi terhadap penghuni rumah pada saat pagi dan siang hari dimana saat banyak pengunjung. Namun hal tersebut membuat para pengunjung baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara secara tak langsung saat mengunjungi art shop ini dapat merasakan suasana rumah tinggal tradisional Bali pada umumnya.

Gambar 2.24 Ruang kantor sekaligus kasir

(22)

27 Memasuki bangunan utama yang berfungsi sebagai galeri indoor sebagai tempat memajang patung dari kayu dan perunggu serta sebagai ruang kasir. Pada interiornya dinding dan lantai dominan berwarna putih, serta terdapat permainan ketinggian lantai. Dimensi ruang yang tidak terlalu besar mengakibatkan ruangan terasa sempit dan panas. Penghawaan pada galeri menggunakan penghawaan alami. Pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan diffused (menyebar) yang digunakan baik dari pagi, siang dan sore karena hanay sedikit cahaya alami yang dapat masuk ke dalam galeri.

Gambar 2.25 Ruang pameran outdoor

Sumber : Observasi tgl. 18 Maret 2015

Pada bagian sisi luarnya terdapat halaman dan workshop. Halaman tersebut berfungsi sebagai tempat pemajangan patung batu di area terbuka dan terdapat bangunan bale yang berfungsi sebagai tempat pemajangan patung batu, serta ada sebuah gazebo yang difungsikan sebagai tempat istirahat untuk menunggu tamu bagi para supir kendaraan pariwisata. Pada ruang workshop berfungsi sebagai tempat pembuatan kerajinan patung batu padas. Koleksi – koleksi yang dipajang di dalam galeri mulai dari patung bertema manusia, binatang, tokoh pewayangan, tumbuhan dan sebagainya.

Gambar 2.26 Ruang Workshop I Made Sura Stone Carving

(23)

28

Gambar 2.27 Suasana di dalam I Made Sura Stone Carving

Sumber : Observasi tgl. 18 Maret 2015

Di dalam galeri yang menjadi satu dengan rumah tinggal ini pada natah juga difungsikan sebagai tempat memajang patung batu, disebelah selatan ada ruang makan dan dapur serta ruangan yang berfungsi ganda sebagai tempat parkir penghuni rumah beserta pegawai dan tempat mengemas barang yang siap di kirim ke pembeli jika diperlukan.

Kepengurusan galeri tidak terdapat struktur organisasi yang pasti dikarenakan pemilik yang bekerja langsung mengurusi dan memantau galeri. Waktu operasional daripada galeri ini adalah dari pukul 09.00 WITA – 17.00 WITA.

2.4 Spesifikasi Umum Galeri Kerajinan Patung Batu

Pada sub bab ini akan dijabarkan tentang spesifikasi umum dari galeri kerajinan patung batu berdasarkan hasil analisa dari teori dan studi banding yang telah dilakukan sebelumnya.

2.4.1 Pengertian

Galeri kerajinan patung batu merupakan suatu tempat atau wadah yang digunakan sebagai tempat untuk memamerkan atau memajang hasil dari kerajinan patung yang dibuat oleh pengrajin dengan tradisional atau handmade dalam bentuk penataan yang baik. Galeri tidak hanya untuk mencari keuntungan saja, namun juga sebagai suatu wadah untuk tempat melestarikan dan mengembangkan kerajinan patung batu.

(24)

29

2.4.2 Tujuan

Tujuan dari pengadaan galeri kerajinan patung di Gianyar adalah:

1. Untuk menampung dan memasarkan hasil kerajinan pengrajin lokal maupun seniman luar melalui kegiatan pameran.

2. Melestarikan dan menjaga keberadaan kerajinan patung batu yang merupakan bagian penting dari kebudayaan setempat.

3. Memberikan suatu wadah bagi masyarakat dan wisatawan untuk mengetahui informasi tentang kerajinan patung batu, sekaligus sebagai tempat bagi masyarakat dan wisatawan untuk mendapatkan kerajinan patung batu.

2.4.3 Fungsi

Fungsi dari galeri kerajinan patung batu antara lain : a. Fungsi Utama

Galeri memiliki fungsi utama sebagai tempat memamerkan dan menjual hasil karya seni para pengrajin setempat, sebagai upaya pelestarian dan pengembangan kerajinan patung batu.

b. Fungsi penunjang

Galeri berfungsi sebagai media informasi bagi pengunjung. Pengunjung dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan patung batu dengan melihat pengrajin yang sedang memperagakan cara pembuatan patung batu.

c. Fungsi Pengelolaan

Fungsi pengelolaan berhubungan dengan pengelolaan galeri patung batu ini, yang meliputi perawatan dan pengelolaan koleksi maupun fasilitas bangunan.

2.4.4 Lingkup Kegiatan

Kegiatan yang diwadahi di dalam galeri adalah sebagai berikut :

• Kegiatan pameran yang untuk mempromosikan dan memperkenalkan produk kerajinan patung batu.

• Kegiatan jual beli kerajinan patung batu kepada konsumen baik untuk dijual kembali ataupun koleksi pribadi.

• Kegiatan workshop yang berupa kegiatan mendemonstrasikan atau memperagakan cara pembuatan patung batu.

(25)

30 • Kegiatan pengelolaan.

2.4.5 Fasilitas

• Fasilitas utama adalah ruang pameran sebagai tempat untuk memajang hasil produk kerajinan patung batu dan ruang workshop.

• Fasilitas penunjang antara lain berupa gudang penyimpanan kerajinan, ruang pengelola dan ruang purchasing.

• Fasilitas servis yang berfungsi untuk operasional dan perawatan gedung seperti ruang MEP, pos satpam, CCTV dan parkir.

2.4.6 Civitas

Civitas/pelaku kegiatan di dalam galeri dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengunjung, pengrajin, dan pengelola. Pengunjung merupakan orang yang berkunjung ke dalam galeri. Pengrajin dalam hal ini merupakan sekelompok orang yang membuat kerajinan patung batu. Sedangkan pengelola merupakan sekelompok orang yang mengelola sistem operasional galeri.

Gambar

Gambar 2.1 Teknik Pencahayaan  Sumber : Pickard, 2002:274
Gambar 2.2 Sudut Pandang Pengunjung
Gambar 2.3 Batu padas  Sumber : http:// bali.bisnis.com
Gambar 2.4 Batu Andesit  Sumber : http://3.bp.blogspot.com
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program Kampung Iklim yang selanjutnya disebut Proklim adalah program berlingkup nasional yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

Pilates (diucapkan: puh-lah-teez) meningkatkan mental dan kesejahteraan fisik, meningkatkan fleksibilitas, serta memperkuat otot- otot melalui gerakan yang terkontrol, dilakukan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendorong tata kelola pemerintahan yang baik, dimana instansi

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa OS yang di gunakan tidak begitu baru dan hampir sama dengan produk lain yang memiliki spesifikasi yang sama dengan

• Jika Jika anda anda belum belum dapat dapat membantu membantu , , kami kami tetap tetap akan akan memberikan. memberikan penuntun penuntun P.A P.A ini ini secara secara cuma

Penetapan kinerja Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Ladong tahun 2016 telah ditetapkan secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi

Capaian kinerja yang dapat dilaporkan cenderung lebih dititikberatkan pada sejauh mana program dan kegiatan telah membawa manfaat bagi masyarakat, pemerintah maupun stakeholder

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan 6 informan, pada saat mengakses internet siswa sudah dapat mengakses internet dengan baik, kendala yang biasanya