• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profesionalisme, Kepribadian Hardiness, Motivasi Kerja, Dan Budaya Organisasi Pada Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Profesionalisme, Kepribadian Hardiness, Motivasi Kerja, Dan Budaya Organisasi Pada Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROFESIONALISME, KEPRIBADIAN HARDINESS, MOTIVASI KERJA, DAN BUDAYA ORGANISASI PADA KINERJA

AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK PROVINSI BALI

SKRIPSI

Oleh:

I PT EKA ARYA WEDHANA TEMAJA NIM: 1215351107

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

1

PENGARUH PROFESIONALISME, KEPRIBADIAN HARDINESS, MOTIVASI KERJA, DAN BUDAYA ORGANISASI PADA KINERJA

AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK PROVINSI BALI

SKRIPSI

Oleh:

I PT EKA ARYA WEDHANA TEMAJA NIM: 1215351107

HALAMAN JUDUL

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

(3)

2

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal: 19 April 2016

Tim Penguji : Tanda tangan

1. Ketua : Dr. Drs. I Made Sadha Suardika, M.Si., Ak. ………..

2. Sekretaris : I Made Karya Utama, S.E., M.Com., Ak. ………..

3. Anggota : Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. ………..

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

(4)

3

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,

di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

rujukan.

Apabila ternyata di dalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur

plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Denpasar, 29 Maret 2016

Mahasiswa,

(5)

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/

Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karuniaNya skripsi yang berjudul “Pengaruh

Profesionalisme, Kepribadian Hardiness, Motivasi Kerja, Dan Budaya Organisasi Pada Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali”

dapat diselesaikan sesuai dengan yang telah direncanakan. Pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE., M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana sekaligus

selaku dosen pembahas yang telah memberikan masukan dalam pengerjaan

skripsi ini.

5. Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si, selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

(6)

5

7. I Made Karya Utama, S.E., M.Com., Ak. selaku Dosen Pembimbing Skripsi

atas waktu, bimbingan dan masukannya serta motivasinya selama

penyelesaian skripsi ini.

8. Dr. Drs. I Made Sadha Suardika, M.Si., Ak. selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik

10. Keluarga tercinta yakni orang tua (I Made Oka Surwatemaja dan Ni Made

Srikandi) dan kedua adik Ni Made Srikesari D.P. dan Ni Nyoman Ayu C.R.P.

11. Sahabat dan teman seperjuangan Natasha, Ricky, Santika, Gung Surya, Gus

Ega, Devi, Nindya, Gus Meindra, Mantan E.II.2 (Wahyu, Adik, Sudha,

Adinata, Gustu, Pion, Anik, Kartika , Indah dan lainya).

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis disebutkan satu persatu yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan dukungan sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan

yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 29 Maret 2016

(7)

6

Judul : Pengaruh Profesionalisme, Kepribadian Hardiness, Motivasi Kerja, dan Budaya Organisasi pada Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali

Nama : I Pt Eka Arya Wedhana Temaja NIM : 1215351107

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profesionalisme, kepribadian hardiness, motivasi kerja dan budaya organisasi pada kinerja auditor di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampling jenuh. Data dikumpulkan menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner. Target responden penelitian ini adalah 80 responden, namun data responden yang dapat diolah adalah 55 jawaban responden.

Untuk menguji kualitas data dari instrumen yang digunakan dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas, dimaksudkan sebagai persyaratan untuk melakukan uji regresi linear berganda. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variasi variabel kinerja auditor dapat dijelaskan oleh variasi variabel profesionalisme, kepribadian hardiness, motivasi kerja dan budaya organisasi sebesar 82 persen.

Uji statistik F menunjukkan bahwa model yang digunakan mampu memprediksi kinerja auditor dan signifikan secara statistik. Pengujian hipotesis dengan uji statistik t menunjukkan bahwa variabel profesionalisme, kepribadian hardiness, motivasi kerja dan budaya organisasi berpengaruh positif pada kinerja auditor secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme, kepribadian hardiness, motivasi kerja dan budaya organisasi memberikan pengaruh positif pada kinerja auditor.

(8)

7 DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... 1

HALAMAN PENGESAHAN ... 2

PERNYATAAN ORISINALITAS ... 3

KATA PENGANTAR ... 4

ABSTRAK ... 6

DAFTAR ISI ... 7

DAFTAR TABEL ... 9

DAFTAR GAMBAR ... 10

DAFTAR LAMPIRAN ... 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Teori akuntansi perilaku (Behavioral accounting) ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Teori sikap dan perilaku ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3 Pengertian auditing ... Error! Bookmark not defined. 2.1.4 Pengertian auditor ... Error! Bookmark not defined. 2.1.5 Profesi akuntan publik ... Error! Bookmark not defined. 2.1.6 Kinerja Auditor ... Error! Bookmark not defined. 2.1.7 Profesionalisme ... Error! Bookmark not defined. 2.1.8 Kepribadian hardniness ... Error! Bookmark not defined. 2.1.9 Motivasi kerja ... Error! Bookmark not defined. 2.1.10 Budaya organisasi ... Error! Bookmark not defined. 2.1.11 Pembahasan hasil penelitian sebelumnya . Error! Bookmark not defined.

2.2 Rumusan Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor ... Error! Bookmark not defined.

2.2.2 Pengaruh kepribadian hardiness pada kinerja auditor .. Error! Bookmark not defined.

2.2.3 Pengaruh motivasi kerja pada kinerja auditor ... Error! Bookmark not defined.

(9)

8 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Model Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.4 Obyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.5 Identifikasi Variabel ... Error! Bookmark not defined. 3.6 Definisi Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Jenis dan Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. 3.6.1 Jenis data ... Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Sumber data... Error! Bookmark not defined. 3.8 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

3.7.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined. 3.7.2 Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.9 Metode Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.10 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.9.1 Intervalisasi data ... Error! Bookmark not defined. 3.9.2 Uji statistik deskriptif ... Error! Bookmark not defined. 3.9.3 Pengujian instrumen penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.9.4 Uji asumsi klasik ... Error! Bookmark not defined. 3.9.5 Uji hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Data Penelitian... Error! Bookmark not defined. 4.1.1 Tempat dan waktu penelitian Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Karakteristik responden penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Uji Statistik Deskriptif ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Uji Pendahuluan ... Error! Bookmark not defined. 4.3.1 Uji validitas ... Error! Bookmark not defined. 4.3.2 Uji reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 4.4 Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined. 4.4.1 Uji normalitas ... Error! Bookmark not defined. 4.4.2 Uji multikolinearitas ... Error! Bookmark not defined. 4.4.3 Uji heteroskedastisitas... Error! Bookmark not defined. 4.5 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 4.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... Error! Bookmark not defined.

4.5.2 Uji koefisien determinasi (Adjusted R Square) ... Error! Bookmark not defined.

(10)

9

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.6.1 Pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor ... Error! Bookmark not defined.

4.6.2 Pengaruh kepribadian hardiness pada kinerja auditor .. Error! Bookmark not defined.

4.6.3 Pengaruh motivasi kerja pada kinerja auditor ... Error! Bookmark not defined.

4.6.4 Pengaruh budaya organisasi pada kinerja auditor ... Error! Bookmark not defined.

BAB V PENUTUP

(11)

10

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Nama Kantor Akuntan Publik di Bali ... 42

3.2 Jumlah Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali Tahun 2016 ... 48

4.1 Jumlah Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner yang digunakan 57 4.2 Rincian Pengiriman dan Pengambilan Kuesioner ... 57

4.3 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin .... 58

4.4 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59

4.5 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Pengalaman di Bidang Audit ... 59

4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 60

4.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian... 63

4.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 65

4.9 Hasil Uji Normalitas ... 65

4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ... 66

4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 66

4.12 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 67

4.13 Hasil Uji Kelayakan Model ... 69

(12)

11

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 38

(13)

12

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 85

2. Tabulasi Data Ordinal ... 90

3. Transformasi Data Ordinal - Interval ... 96

4. Uji Statistik Deskriptif ... 99

5. Uji Validitas ... 100

6. Uji Reliabilitas ... 105

7. Uji Normalitas ... 110

8. Uji Multikolinearitas ... 111

9. Uji Heteroskedastisitas ... 112

10. Uji Regresi Linier Berganda ... 113

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha yang ingin

mengembangkan berbagai macam usaha. Saat ini persaingan di dunia usaha

semakin meningkat seiring dengan beragamnya jenis industri. Berbagai cara

dilakukan untuk tetap dapat bertahan ditengah persaingan yang begitu ketat.

Perusahaan tidak bisa bersaing hanya dengan memperlihatkan laba yang tinggi,

tetapi kewajaran dari laporan keuangan tersebut jauh lebih penting. Upaya yang

sering dilakukan perusahaan yaitu dengan melakukan pemeriksaan laporan

keuangan oleh pihak ketiga yang independen, dalam hal ini akuntan publik. Hal

ini tidak lepas dari semakin banyaknya pihak-pihak yang memerlukan laporan

keuangan hasil audit yang dapat dipercaya. Jasa akuntan publik yang bekerja di

kantor akuntan publik sangat diperlukan untuk menilai apakah laporan keuangan

suatu perusahaan disajikan secara wajar dan dapat mempertanggungjawabkan

(Raiyani, 2014).

Profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan

berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan.

Perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sangat pesatnya sehingga

tidak hanya memerlukan modal dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal

dari kreditur, dan jika timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum

(15)

mulai diperlukan dan berkembang. Profesi akuntan publik atau auditor kantor

akuntan publik memegang peranan penting dalam perkembangan bisnis global

saat ini (Deasy, 2002).

Akuntan publik adalah akuntan yang menjalankan pekerjaan di bawah

suatu kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing professional kepada

klien (Halim, 2008). Berdasarkan SK. Menkeu 17/PMK.01/2008 dalam bahwa

Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut KAP adalah lembaga yang

memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam

menjalankan pekerjaannya. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional,

audit kepatuhan, dan audit laporan keuangan. Dari profesi akuntan publik,

masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap

informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan.

Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan

laporan keuangan perusahaan (Mulyadi,2009).

Informasi yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan dapat digunakan

sebagai dasar untuk pembuatan keputusan, maka bagian akuntansi dituntut untuk

dapat menyajikan informasi yang memiliki relevansi, reliabilitas, daya uji,

netralitas, dan disajikan dengan tepat (Kieso, dkk, 2008). Kewajaran atas laporan

keuangan yang disajikan oleh perusahaan sangat bermanfaat bagi pihak intern dan

ekstern perusahaan. Pihak intern perusahaan yaitu manajemen dan semua orang

yang terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan. Manajemen memerlukan

informasi keuangan untuk pengambilan keputusan, mengetahui keadaan keuangan

(16)

perusahaan antara lain investor, kantor pajak, kreditor dan pihak-pihak lain yang

tidak terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan tapi memiliki kepentingan

untuk mengetahui prospek perusahaan di masa yang akan datang (Nugraha, 2015).

Posisi akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan opini

kewajaran terhadap laporan keuangan mulai banyak dipertanyakan apalagi setelah

didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor

akuntan. Kurangnya independensi auditor dan maraknya manipulasi akuntansi

korporat membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan mempertanyakan

eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen. Padahal profesi akuntan

mempunyai peran penting dalam penyediaan informasi keuangan yang handal

bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, juga

bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (Wibowo, 2009).

Sebagai penunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsinya

dengan baik, sangatlah diperlukan kinerja auditor yang baik dan berkualitas.

Kinerja auditor adalah kemampuan dari seorang auditor menghasilkan temuan

atau hasil pemeriksaaan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan (Yanhari, 2007).

Kondisi kerja yang kurang kondusif mempengaruhi kinerja auditor,

sehingga dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik

sebagai pihak yang independen dalam pengauditan laporan keuangan. Skandal

akuntansi perusahaan-perusahaan besar di Amerika seperti Enron, Global

Crossing, Worldcom, Microstrategy, Adelphia, PNC Financial Service, dan Rite

(17)

Big Five. KAP kelas menengah juga tidak luput dari masalah tersebut, seperti

RSM Salustro Reydel di Perancis yang melakukan kesalahan saat melakukan

audit atas Vivendi Universal (Zainal, 2008). Di Indonesia juga pernah terjadi hal

yang sama pada kasus PT. Kimia Farma Tbk., yaitu terjadinya overstated pada

laba bersih per 31 Desember 2001. Setidaknya hal ini menjadi pembelajaran

bersama bagi perkembangan profesi auditor di Indonesia untuk lebih

meningkatkan kinerja mereka (Widodo, 2008).

Tujuan organisasi tidak bisa lepas dari sumber daya yang dimiliki

organisasi. Sumber daya manusia dalam suatu KAP merupakan salah satu aspek

yang sangat penting dalam suatu organisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa

kinerja KAP sangat ditentukan oleh kinerja auditornya. Kinerja auditor

merupakan perwujudan kerja yang dilakukan dalam rangka mencapai hasil kerja

yang lebih baik atau lebih menonjol ke arah tercapainya tujuan organisasi (Fanani

dkk., 2008).

Kepribadian adalah cerminan sumber daya manusia yang berpengaruh

pada kinerja. Kepribadian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola

pikir yang bersifat optimis. Salah satu kepribadian yang diidentifikasi dapat

menetralkan stressor yang terkait dengan pekerjaan adalah kepribadian hardiness

(Kobasa, dalam Kreitner & Kinicki, 2005). Schultz dan Schultz (2002)

menjelaskan bahwa individu yang memiliki tingkat hardiness yang tinggi

memiliki sikap yang membuat mereka lebih mampu dalam melawan stres.

Individu yang memiliki hardiness yang rendah dalam kondisi memiliki

(18)

hardiness yang rendah memandang kemampuannya rendah dan tidak berdaya

serta diatur oleh nasib. Penilaian tersebut menyebabkan kurangnya pengharapan,

membatasi usaha dan mudah menyerah ketika mengalami kesulitan sehingga

mengakibatkan kegagalan.

Hardiness bisa dikatakan penting untuk dimiliki oleh setiap individu

termasuk para auditor yang berkerja pada KAP selain memerlukan ketrampilan

yang lebih beragam juga memerlukan keyakinan yang kuat dalam memandang

dan menyelesaikan suatu permasalahan yang akan dihadapi di sana.

Serta salah satu kriteria profesionalisme yang ada dalam sumber daya

manusia yang harus dimiliki KAP adalah ketepatan waktu penyampaian laporan

auditnya. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan

kepada masyarakat umum dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga tergantung dari

ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatan

waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Perbedaan

waktu tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan

keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian pekerjaan

auditnya. Hal yang penting adalah bagaimana agar penyajian laporan keuangan

bisa tepat waktu atau tidak terlambat dan kerahasiaan informasi terhadap laporan

keuangan tidak bocor kepada pihak lain yang bukan kompetensinya untuk ikut

mempengaruhinya. Apabila terjadi hal yang sebaliknya yaitu terjadi keterlambatan

maka akan menyebabkan manfaat informasi yang disajikan menjadi berkurang

(19)

Sukses suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi

dalam perusahaan itu untuk beradaptasi pada perubahan lingkungan strategik yang

mempengaruhi kehidupan organisasi. Organisasi yang terus beradaptasi dengan

perubahan yang terjadi akan dapat tumbuh dan berkembang. Sebaliknya

organisasi yang tidak beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan mengalami

kemunduran.

Sangat perlu untuk selalu siap menghadapi perubahan yang selalu terjadi

tersebut, Kantor Akuntan Publik (KAP) dituntut untuk selalu memberikan

perhatian yang besar pada upaya-upaya peningkatan kemampuan sumber daya

manusia. Upaya-upaya tersebut dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan

baik yang bersifat structural ataupun yang bersifat fungsional. Pendidikan dan

pelatihan saja tidaklah cukup, diperlukan adanya pembinaan dan motivasi kerja

auditor untuk menumbuhkan komitmen yang kuat dalam rangka meningkatkan

prestasinya. Hal tersebut sangatlah penting mengingat perhatian orang terhadap

komitmen dewasa ini semakin besar, terutama disebabkan adanya pemahaman

bahwa kinerja berkaitan erat dengan komitmen (Alwi, 2012).

Budaya organisasi (kerja) adalah sistem nilai-nilai yang diyakini semua

anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara

berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan sebagai

acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan. Budaya organisasi berkaitan dengan sikap atau perilaku seseorang

(20)

nilai-nilai yang dianut, sehingga menjadi motivator, memberi inspirasi untuk

senantiasa bekerja lebih baik dan memuaskan bagi semua pihak (Andaliza, 2005).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

mengambil topik penelitian auditing dengan judul “Pengaruh Profesionalisme,

Kepribadian Hardiness, Motivasi Kerja, dan Budaya Organisasi pada Kinerja

Auditor”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan

maslah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Apakah profesionalisme berpengaruh pada kinerja auditor?

2) Apakah kepribadian hardiness berpengaruh pada kinerja auditor?

3) Apakah motivasi kerja berpengaruh pada kinerja auditor?

4) Apakah budaya organisasi berpengaruh pada kinerja auditor?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh

profesionalisme auditor, kepribadian hardiness, motivasi kerja, dan budaya

(21)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh melalui pelaksanaan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Kegunaan Teoritis

a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memberikan bukti empiris

tentang profesionalisme auditor, kepribadian hardiness, motivasi kerja,

dan budaya organisasi pada kinerja auditor di KAP Provinsi Bali.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan

sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika

lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk

perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.

2) Kegunaan Praktis

a. Dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan Kantor Akuntan

Publik dalam rangka menjaga dan meningkatkan kinerjanya.

b. Sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan

kualitas auditnya maupun kinerjanya.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini tersusun menjadi lima (5) bab yang mana antara bab satu

dengan bab lainnya memiliki keterkaitan. Gambaran dari masing-masing bab

(22)

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjabarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menjabarkan teori-teori penunjang atau pendukung terhadap

masalah yang diangkat dalam skripsi ini, pembahasan mengenai hasil

sebelumnya serta hipotesis penelitian

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjabarkan desain penelitian, lokasi penelitian, objek

penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan

sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode

pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian serta teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menjabarkan data penelitian, karakteristik penelitian, hasil

pengujian instrumen penelitian dan pembahasan hasil dalam penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menjabarkan simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan

penelitian ini beserta saran-saran yang dianggap perlu bagi para peneliti

(23)

1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori akuntansi perilaku (Behavioral accounting)

Konsep perilaku (behavioural concept) pada awalnya merupakan kajian

bidang utama dalam psikologi dan sosial psikologi, tetapi faktor-faktor psikologi

dan sosial psikologi seperti motivasi, persepsi, sikap dan personalitas sangat

relevan dengan bidang akuntansi (Siegel dan Marconi, 1986:28).

Para akuntan, peneliti operasional dan ahli manajemen telah

mengembangkan faktor-faktor psikologi dan sosial psikologi termasuk masalah

pengendalian. Ilmu sosiologi dan psikologi juga dikonsentrasikan pada

pengendalian seperti halnya sosial dan fenomena personal (Hopwood, 1974 dalam

Adelia, 2014).

Penelitian ini mengkaji tentang aspek perilaku manusia seperti

profesionalisme, kepribadian hardiness, motivasi kerja, budaya organisasi dan

kinerja auditor. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi

pengembangan akuntansi perilaku di Indonesia.

2.1.2 Teori sikap dan perilaku

Teori sikap dan perilaku dikembangkan oleh Triandis (1971) dalam Adelia

(2014), menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh sikap, aturan-aturan sosial

(24)

2

afektif yaitu suka atau tidak suka, berkaitan dengan apa yang dirasakan dan

komponen perilaku yaitu bagaimana seorang ingin berperilaku terhadap sikap.

Jazen (1975) dalam Chairul (2014) menyatakan (1) sikap dapat dipelajari, (2)

sikap mendefinisikan prediposisi kita terhadap aspekaspek yang terjadi di dunia,

(3) sikap memberikan dasar perasaan bagi hubungan antara pribadi kita dengan

orang lain, (4) Sikap diatur dan dekat dengan inti kepribadian. Menurut Robbins

(2003:90) sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan tentang obyek, orang, atau peristiwa.

Menurut Khikmah (2005) sikap memberikan pemahaman tentang tendensi

atau kecenderungan untuk bereaksi. Sikap bukan perilaku tetapi lebih pada

kesiapan untuk menampilkan suatu perilaku, sehingga berfungsi mengarahkan dan

memberikan pedoman bagi perilaku. Menurut Triandis (1971) dalam Adelia

(2014) bahwa model perilaku interpersonal yang lebih komprehensif dengan

menyatakan faktor-faktor sosial, perasaan dan konsekuensi dirasakan akan

mempengaruhi tujuan perilaku. Kebiasaan merupakan penentu sikap yang

langsung dan tidak langsung. Perilaku tidak mungkin terjadi apabila kondisi yang

memfasilitasi tidak memungkinkan.

2.1.3 Pengertian auditing

Agoes (2012:4) menyatakan auditing adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap

(25)

3

pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Jusup (2014:10), Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang

tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk

menentukan tingkat kepatuhan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Menurut Jusup (2014:14) pada umumnya pengauditan dikelompokkan

menjadi tiga golongan sebagai berikut.

1) Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan adalah jenis laporan audit yang digunakan untuk

menentukan apakah laporan keuangan sebagai informasi kuantitatif yang

telah ditetapkan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah diterapkan.

2) Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan adalah jenis audit yang digunakan untuk menentukan

apakah pihak yang diaudit telah mengikuti aturan yang telah diberikan

oleh pihak yang berwenang didalam pelaksanaannya.

3) Audit Operasional

Audit operasional adalah jenis audit yang digunakan untuk mengkaji setiap

bagian dari prosedur dan metode yang telah dijalankan oleh suatu

organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dari

(26)

4 2.1.4 Pengertian auditor

Jusup (2014:24) menyatakan bahwa sebutan auditor digunakan bagi orang

yang melakukan salah satu tahapan dalam suatu audit. Jusup (2014:16)

membedakan auditor menjadi tiga jenis, yaitu.

1) Auditor Independen (Akuntan Publik)

Tanggungjawab utama auditor independen atau lebih umum disebut

akuntan publik adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan

keuangan yang diterbitkan entitas. Menurut Undang-undang No 5 tahun

2011, akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari

Menteri Keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik di Indonesia.

Bidang jasa akuntan publik dibagi menjadi dua jenis yakni jasa atestasi

dan jasa non-atetasi. Jasa atestasi yang diberikan oleh akuntan publik

meliputi: jasa audit umum atas laporan keuangan, jasa pemeriksaan atas

laporan keuangan prospektif, jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi

keuangan proforma, jasa review atas laporan keuangan dan jasa atestasi

lainnya sebagaimana tercantum dalam Standar Profesional Akuntan

Publik. Jasa non-atestasi yang diberikan oleh akuntan publik yakni

mencakup jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen,

kompilasi, perpajakan dan konsultasi sesuai dengan kompetensi Akuntan

Publik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Auditor

independen, sesuai sebutannya, harus independen terhadap klien pada saat

(27)

5 2) Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas

keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Pasal 23 ayat 5

Undang-undang Dasar 1945 mengatur tentang pemeriksaan tanggung

jawab tentang keuangan negara diadakan oleh suatu Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK). Hasil audit yang dilakukan oleh BPK disampaikan

kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai alat kontrol atas pelaksanaan

keuangan negara. Selain BPK, auditor pemerintah di Indonesia juga

mengenal adanya Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) yang merupakan internal auditor pemerintah yang independen

terhadap jajaran organisasi pemerintahan.

3) Auditor Internal

Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam suatu perusahaan yang

tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang

ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau

tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi

dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan

informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Umumnya

pemakai jasa auditor intern adalah Dewan Komisaris atau Direktur Utama

(28)

6 2.1.5 Profesi akuntan publik

Profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan

keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan

intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan

yang bekerja di pemerintah dan akuntan sebagai pendidik (Halim, 2008:14). Di

Indonesia, menurut Undang-undang No.5 tahun 2011 dijelaskan bahwa akuntan

publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan untuk

memberikan jasa akuntan publik di Indonesia. Bidang jasa akuntan publik yaitu:

1) Jasa Atestasi

Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan

seseorang independen dan kompeten mengenai kesesuaian dalam segala

hal yang signifikan, asersi suatu entitas dengan kriteria yang telah

disiapkan.

2) Jasa Non Atestasi

Jasa non atestasi adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang

didalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif

ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan.

2.1.6 Kinerja Auditor

Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance).

Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2005:67) bahwa istilah kinerja

berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau

(29)

7

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Teori tentang prestasi kerja lebih banyak mengacu pada teori psikologi

yaitu tentang proses tingkah laku kerja seseorang, sehingga seseorang tersebut

menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan dari pekerjaannya (Agustia,

2006:104). Kinerja atau prestasi kerja dapat diukur melalui kriteria seperti

kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi dan

keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan.

Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja

organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas

maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan

kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja kelompok

(Mangkunegara, 2005:15). Gibson et al. (1996) dalam Wibowo (2009),

menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat

digunakan untuk menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas, tanggung

jawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu dan relatif dapat

digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja organisasi. Kinerja auditor

merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan

oleh auditor dalam kurun waktu tertentu.

Pengertian kinerja auditor menurut Mulyadi dan Kanaka (2010) adalah

auditor yang melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif

atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk

(30)

8

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam semua hal yang material,

posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Kalbers dan Forgarty (1995) dalam

Adelia (2014) mengemukakan bahwa kinerja auditor sebagai evaluasi terhadap

pekerjaan yang dilakukan oleh atasan, rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan

langsung.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja

(prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan

mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. Kinerja (prestasi

kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar) dimana kualitas adalah

berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah

hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu

adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan. Karakteristik yang

membedakan kinerja auditor dengan kinerja manajer adalah pada output yang

dihasilkan.

Dimensi yang dipergunakan di dalam melakukan penilaian kinerja Auditor

menurut Lubis (2008) dalam Sulton (2010) sebagai berikut.

1. Pengetahuan atas pekerjaan, kejelasan pengetahuan atas tanggung jawab

pekerjaan yang menjadi auditor.

2. Perencanaan dan organisasi, kemampuan membuat rencana pekerjaan

meliputi jadwal dan urutan pekerjaan, sehingga tercapai efisiensi dan

(31)

9

3. Mutu pekerjaan, ketelitian dan ketepatan pekerjaan.

4. Produktivitas, jumlah pekerjaan yang dihasilkan dibandingkan dengan

waktu yang digunakan.

5. Pengetahuan teknis, dasar teknis dan kepraktisan sehingga pekerjaannya

mendekati standar kinerja.

6. Judgement, kebijakan naluriah dan kemampuan menyimpulkan tugas

sehingga tujuan organisasi tercapai.

7. Komunikasi, kemampuan berhubungan secara lisan dengan orang lain.

8. Kerjasama, kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan sikap yang

konstruktif dalam tim.

9. Kehadiran dalam rapat, kemampuan dan keikutsertaan (partisipasi) dalam

rapat berupa pendapat atau ide.

10. Manajemen proyek, kemampuan mengelola proyek, baik membina tim,

membuat jadwal kerja, anggaran dan meciptakan hubungan baik antar

karyawan.

11. Kepemimpinan, kemampuan mengarahkan dan membimbing bawahan,

sehingga tercipta efisiensi dan efektivitas.

12. Kemampuan memperbaiki diri sendiri, kemampuan memperbaiki diri

(32)

10 2.1.7 Profesionalisme

Kalbers dan Fogarty (1995:72) dalam Adelia (2014) menyatakan bahwa

profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan

profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat

suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Sebagai profesional, auditor

mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap

rekan seprofesi, termasuk untuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini

merupakan pengorbanan pribadi.

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang berarti suatu pekerjaan yang

memerlukan pengetahuan, mencakup ilmu pengetahuan, keterampilan dan

metode. Profesional suatu kemampuan yang dilandasi oleh tingkat pengetahuan

yang tinggi dan latihan khusus, daya pemikiran yang kreatif untuk melaksanakan

tugas-tugas yang sesuai dengan bidang keahlian dan profesinya Armawan (2010).

Hardjana (2002) memberikan pengertian bahwa profesional adalah orang yang

menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam hal ini, seorang

profesional dipercaya dan dapat diandalkan dalam melaksanakan pekerjaannya

sehingga dapat berjalan lancar, baik dan mendatangkan hasil yang diharapkan.

Hall (1968) dalam Astriyani (2007) menyatakan terdapat lima elemen

profesionalisme individual, antara lain: (1) Meyakini pekerjaan mereka

mempunyai kepentingan, (2) Berkomitmen ke jasa barang publik, (3) Kebutuhan

otonomi pada persyaratan pekerjaan, (4) Mendukung regulasi mandiri untuk

(33)

11

Konsep profesionalisme yang dikembangkan oleh Hall (1968) dalam

Astriyani (2007) banyak digunakan oleh para peneliti untuk mengukur

profesionalisme dari profesi auditor internal yang tercermin dari sikap dan

perilaku. Hall (1968) dalam Astriyani (2007) menjelaskan bahwa ada hubungan

timbal balik antara sikap dan perilaku, yaitu perilaku profesionalisme adalah

refleksi dari sikap profesionalisme dan demikian sebaliknya.

Menurut Hall (1968) dalam Astriyani (2007) terdapat lima dimensi

profesionalisme, yaitu sebagai berikut.

1) Pengabdian pada profesi

Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan

ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total

terhadap pekerjaan dan sudah merupakan komitmen yang kuat.

2) Kewajiban sosial

Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi

dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena

adanya pekerjaan tersebut.

3) Kemandirian

Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang

profesional yang harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan

dari pihak lain (pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi). Adanya

intervensi yang datang dari luar dianggap sebagai hambatan yang dapat

mengganggu otonomi profesional.

(34)

12

Merupakan suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai

pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang

tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

5) Hubungan dengan sesama profesi

Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi

sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan

kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui

ikatan profesi ini, para profesional dapat mengembangkan profesinya.

Arens dan Loebbecke (2009:45) menyatakan untuk meningkatkan

profesionalismenya, auditor harus memperlihatkan perilaku profesinya yang

berupa:

1) Tanggung jawab

Melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, auditor harus

mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan moral dalam semua

aktivitas mereka

2) Kepentingan masyarakat

Auditor harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang

mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai kepercayaan

masyarakat dan menunjukkan komitmen pada profesionalisme.

3) Integritas

Mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, auditor harus

melaksanakan semua tanggung jawab profesional dengan integritas yang

(35)

13 2.1.8 Kepribadian hardniness

Maddi dan Kobasa (Kreitner dan Kinicki, 2014) menyatakan bahwa

konsep hardiness pertama kali diidentifikasi oleh Kobasa (1982) sebagai faktor

perlawanan di awal 1980-an. Penemuan awal menunjukkan bahwa individu yang

mengalami tingkat stres yang tinggi, namun tetap sehat, memiliki struktur

kepribadian yang berbeda dari individu yang mengalami tingkat stres yang tinggi

dan menjadi sakit. Kemudian didefinisikan sebagai "penggunaan sumber daya ego

yang diperlukan untuk menilai, menafsirkan dan menanggapi stres yang sehat".

Konsep hardiness memungkinkan individu untuk tetap sehat secara psikologis

dan fisik meski berhadapan dengan stres pada situasi atau pengalaman..

Disebutkan bahwa hardiness terdiri dari tiga aspek yaitu komitmen, kontrol, dan

tandangan (Kreitner dan Kinicki, 2014), yaitu:

1) Komitmen mencerminkan rasa tujuan umum dan kebermaknaan yang

dinyatakan sebagai kecendrungan untuk menjadi aktif terlibat dalam

kegiatan-kegiatan daripada tidak terlibat secara pasif.

2) Kontrol menyangkut perasaan dan keyakinan bahwa peristiwa kehidupan

mungkin dipengaruhi daripada merasa tak berdaya ketika dihadapkan

dengan kesulitan.

3) Tantangan menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa hidup yang dianggap,

bukan sebagai satu beban berat adalah tertimbang tetapi sebaliknya

sebagai bagian dari kehidupan normal yang memberikan kesempatan bagi

pembangunan.

(36)

14

merupakan faktor yang saling berhubungan dan faktor-faktor ini akan terefleksi

jika individu berhadapan dengan kejadian-kejadian yang membuat stres. Menurut

Wadey (2009) orang tinggi ditahan banting merasa sangat terlibat dalam atau

berkomitmen untuk kegiatan dalam kehidupan mereka, percaya bahwa mereka

dapat mengontrol peristiwa yang mereka alami dan menganggap perubahan

sebagai sebuah tantangan yang menarik untuk pengembangan pribadi lebih lanjut.

Patton (1996) menyatakan bahwa perilaku yang diwujudkan oleh individu

hardiness yaitu dapat mengidentifikasi makna pribadi yang bisa diperoleh dari

peristiwa stres dan perubahan hidup (faktor tantangan), dapat membuat keputusan

berbasis realitas tentang serangkaian tindakan pribadi (faktor kontrol putusan),

dapat mengintegrasikan pengalaman baru ke dalam kehidupan kerja dan tujuan

pribadi (faktor komitmen), dapat memperoleh pengetahuan untuk menilai secara

akurat peristiwa stres dan perubahan hidup (faktor kontrol kognitif), dapat

mengembangkan keterampilan coping baru yang diperlukan (faktor kemampuan

coping). Menurut Rahardjo (2005), manfaat dari hardiness yaitu membantu

individu dalam proses adaptasi dan lebih memiliki toleransi terhadap stres,

mengurangi akibat buruk dari stres kemungkinan terjadinya burnout dan penilaian

negatif terhadap suatu kejadian yang mengancam dan meningkatkan pengharapan

untuk melakukan coping yang berhasil, membuat individu tidak mudah jatuh

sakit, dan membantu individu mengambil keputusan yang baik dalam keadaan

stres.

Bower (1998) dalam Iva (2014) mengungkapkan tiga karakteristik umum

(37)

15

1) Percaya bahwa mereka bisa mengendalikan dan mempengaruhi peristiwa

yang terjadi dalam hidupnya,

2) Memiliki perasaan yang dalam atau rasa komitmen yang tinggi terhadap

semua kegiatan yang ada dalam hidupnya,

3) Menganggap perubahan sebagai kesempatan untuk berkembang menjadi

lebih baik.

2.1.9 Motivasi kerja

Ardana, dkk (2012) menyatakan motivasi adalah kekuatan yang

mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau tidak pada hakekatnya

ada secara internal dan internal yang dapat positif atau negatif untuk mengarahkan

sangat bergantung kepada ketangguhan sang pemimpin. Motivasi dalam

manajemen ditunjukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan

khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena

menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau

berkerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Definisi lain tentang

motivasi menurut (Agustina, 2009) motivasi adalah keinginan yang terdapat pada

seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.

(1) Teori motivasi

Teori jenjang kebutuhan Abraham H. Maslow dalam Ardana, dkk (2012)

mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia dapat di kategorikan dengan lima

(38)

16

1) Kebutuhan Fisiologi, kebutuhan fisiologi sebagai kebutuhan yang paling

mendasar berkaitan langsung dengan keberadaan atau kelangsungan hidup

manusia. Perwujudan kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan

merupakan contoh kebutuhan konkrit dari kebutuhan fisiologis.

2) Kebutuhan Rasa Aman, bentuk dari kebutuhan rasa aman yang paling mudah

disimak adalah keinginan manusia untuk terbebas dari bahaya yang

mengancam kehidupannya. Penanganan terhadap kebutuhan rasa aman ini,

dapat dilakukan dengan cara positif yaitu melalui berbagai macam program

seperti asuransi, pensiun, atau dengan cara negatif yaitu dengan penetapan

berbagai macam sanksi seperti teguran, pemindahan dan pemecatan.

3) Kebutuhan Sosial, Manusia adalah mahluk sosial sehingga suka bahkan butuh

berhubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari yang lain. Motivasi

untuk berafiliasi seperti itu tidak selalu demi persahabatan namun dapat juga

untuk mengkonfirmasi keyakinan. Timbulnya kelompok informal dalam

suatu organisasi merupakan gejala umum yang terjadi. Keserasian serta

keterpaduan antara tujuan kelompok informal dengan organisasi dapat

menjadi aset besar demi peningkatan produktivitas.

4) Kebutuhan Penghargaan, melalui berbagai macam upaya, orang ingin

dipandang penting. Hal ini merupakan salah satu contoh dari kebutuhan

penghargaan ini. Banyak orang memenuhi dengan melalui macam-macam

symbol status kebendaan yang secara mencolok segera dapat diketahui orang

(39)

17

5) Kebutuhan Aktualisasi Diri, aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia

yang paling tinggi hirrarki, tetapi juga paling kurang dipahami orang. Pada

hakekatnya kebutuhan ini mendorong orang untuk melakukan apa dia mampu

lakukan perwujudan diri yang baik berupa keberhasilan maupun kegagalan.

Menurut Mangkunegara (2005), motivasi yaitu produktivitas seseorang

sangat ditentukan oleh “virus mental” yang ada pada dirinya. Virus mental adalah

kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasinya

secara maksimal. Virus mental yang dimaksud terdiri dari tiga dorongan

kebutuhan, yaitu:

1) Kebutuhan untuk berprestasi (Need of achievement), merupakan kebutuhan

untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar kesempatan

dalam diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan pekerjaan

dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi

tertentu.

2) Kebutuhan berafiliasi (Need for affiliation), merupakan kebutuhan akan

kehangatan dan sokongan dalam hubungannya dengan orang lain.

Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan

secara akrab dengan orang lain.

3) Kebutuhan kekuatan (Need for power), merupakan kebutuhan untuk

menguasai dan mempengaruhi situasi dan orang lain agar menjadi

dominan dan pengontrol. Kebutuhan ini menyebabkan orang yang

(40)

18

Pembinaan virus mental manajer dengan cara mengembangkan potensi

karyawan melalui lingkungan kerja secara efektif agar terwujudnya produktivitas

perusahaan yang berkualitas tinggi dan tercapainya tujuan utama organisasi. Ada

tiga faktor atau dimensi dari motivasi, yaitu motif, harapan dan insentif. Ketiga

dimensi dari motivasi tersebut diuraikan secara singkat pada bahasan berikut.

1) Motif

Motif adalah suatu prangsang keinginan dan daya penggerak kemauan

bekerja. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Suatu

dorongan di dalam diri setiap orang, tingkatan alasan atau motif-motif

yang menggerakkan tersebut menggambarkan tingkat untuk menempuh

sesuatu.

2) Harapan

Harapan merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi tertentu.

Seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya tinggi bila

karyawan meyakini upaya tersebut akan menghantar ke suatu penilaian

kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong

ganjaran-ganjaran organisasional (memberikan harapan kepada karyawan) seperti

bonus, kenaikan gaji, atau promosi, dan ganjaran itu akan memuaskan

tujuan pribadi karyawan.

3) Insentif

Menurut Mangkunegara (2005), menyimpulkan bahwa insentif berupa

uang jika pemberiannya dikaitkan dengan tujuan pelaksanaan tugas sangat

(41)

19

perlu membuat perencanaan pemberian insentif dalam bentuk uang yang

memadai agar karyawan terpacu motivasi kerjanya dan mampu mencapai

produktivitas kerja maksimal.

2.1.10 Budaya organisasi

Dalam literatur teori organisasi budaya telah didefinisikan dalam berbagai

ragam oleh berbagai ahli. Menurut Hofstede (1990:4) dalam Adelia (2014), setiap

manusia membawa mental program yang terbentuk sejak dini, dari masa kecil di

lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah dan organisasi. Hofstede (1990:15)

dalam Adelia (2014) membagi budaya organisasional ke dalam tujuh dimensi:

1) Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana anggota organisasi didorong

untuk inovatif dan mengambil resiko.

2) Perhatian ke hal yang rinci. Sejauh mana anggota organisasi diharapkan

mampu menunjukkan ketepatan, analisis dan perhatian pada hal yang rinci.

3) Orientasi hasil. Sejauh mana para pimpinan berfokus pada hasil/keluaran

dan bagaimana orientasi para pimpinan pada proses/teknik yang dilakukan

untuk mencapai hasil.

4) Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan pimpinan

mempertimbangkan efek hasil pada anggota organisasi.

5) Orientasi tim atau kelompok. Sejauh mana aktifitas kerja diorganisasikan

dalam kelompok-kelompok kerja dibandingkan pada kerja individual.

(42)

20

7) Stabilitas (Stability). Suatu tingkatan dimana kegiatan organisasi

menekankan di pertahankannya status quo daripada pertumbuhan.

Menurut Mondy and Noe III (1993:321) dalam Wibowo (2009) , terdapat

tiga faktor yang membentuk budaya dalam organisasi, yaitu: (1) komunikasi, (2)

motivasi, dan (3) kepemimpinan. Komunikasi merupakan transfer informasi, ide

pemahaman dan perasaan diantara para anggota organisasi. Manajer yang ingin

berhasil dalam organisasi harus mampu berkomunikasi secara efektif. Motivasi

merupakan kemauan untuk berusaha dalam mengejar tujuan organisasi

sebelumnya manajer tidak dapat secara langsung memotivasi bawahan karena

memotivasi adalah masalah internal masing- masing individu.

Tugas manajemen adalah menghadirkan budaya organisasi yang

mendorong perilaku positif dari bawahannya, manajemen organisasi perlu

memahami faktor-faktor yang memicu perilaku bawahan dan mengembangkan

serta mempertahankan lingkungan yang produktif dalam organisasi,

kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi anggota organisasi untuk

bertindak sesuai dengan keyakinan pemimpin. Para manajer organisasi

menggunakan pendekatan yang beragam dalam mempengaruhi anggota organisasi

dan hal ini sangat mempengaruhi budaya organisasi berdampak signifikan

terhadap kinerja ekonomi jangka panjang.

Menurut Robbins (2003:97), fungsi budaya organisasi adalah (1) berperan

menetapkan batasan, (2) mengantarkan suatu perasaan identitas bagi anggota

organisasi, (3) mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada

(43)

21

merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi, (5) sebagai

mekanisme control dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk sikap

serta perilaku para karyawan.

Supartha (2008) menjelaskan dalam mengukur budaya organisasi yang

kuat sebagai budaya organisasi yang dipegang semakin intensif. Unsur-unsur yang

merupakan ciri khas budaya kuat sebagai berikut.

1) Kejelasan nilai-nilai dan keyakinan (clarity of ordering). Nilai-nilai dan

keyakinan yang disepakati oleh anggota organisasi dapat ditentukan secara

jelas. Organisasi yang mempunyai nilai-nilai budaya yang jelas dapat

memberikan pengarahan yang nyata dan jelas kepada perilaku anggota

organisasi.

2) Penyebarluasan nilai-nilai dan keyakinan ( extent of ordering). Nilai-nilai

ini terkait dengan seberapa banyak orang/anggota organisasi yang

menganut niai-nilai dan keyakinan budaya organisasi. Penyebarluasan

nilai-nilai sangat tergantung kepada sistem sosialisasi atau pewarisan yang

diberikan oleh pimpinan organisasi khususnya anggota-anggota baru.

3) Intensitas pelaksanaan nilai-nilai inti (care values being intensively held).

Intensitas dimaksudkan seberapa jauh nilai-nilai budaya organisasi

dihayati, dianut, dan dilaksanakan secara konsisten oleh organisasi.

2.1.11 Pembahasan hasil penelitian sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2009) yang

(44)

22

“Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh

Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi

terhadap Kinerja Auditor”. Di mana penelitian tersebut menggunakan data primer

berupa kuesioner. Pengujian variabel bebas terhadap variabel terikat dalam

penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan hasil

yang diperoleh bahwa independensi auditor, komitmen organisasi, gaya

kepemimpinan dan pemahaman good governance berpengaruh positif terhadap

kinerja auditor.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Wibowo adalah

terletak pada objek penelitian. Di mana objek penelitian di atas yaitu pengaruh

profesionalisme, komitmen organisasi, gaya kepemimpinan dan pemahaman

budaya organisasi terhadap kinerja auditor, sedangkan objek penelitian yang

dilakukan peneliti adalah pengaruh profesionalisme auditor, kepribadian

hardiness, motivasi kerja, dan budaya organisasi terhadap kinerja auditor.

Perbedaan kedua yaitu pada lokasi penelitian, dimana Wibowo melakukan

penelitian di Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Daerah Istimewa

Yogyakarta, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik

di wilayah Bali.

Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Gunawan Cahyasumirat

(2006) dengan judul “Pengaruh Profesionalisme dan Komitmen Organisasi

terhadap Kinerja Auditor, dengan Kepuasan Kerja sebagai variabel intervening ”

menunjukkan hasil bahwa variabel profesionalisme dan komitmen organisasi

(45)

23

penelitian Cahyasumirat adalah sama-sama meneliti kinerja auditor. Tetapi

perbedaannya terlihat jelas pada beberapa objek penelitiannya, dimana

Cahyasumirat menggunakan objek pengaruh profesionalisme, komitmen

organisasi dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening terhadap kinerja

auditor.

Kemudian, penelitian yang dilakukan Trisnaningsih (2007) yang

pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa: 1) pemahaman good governance tidak berpengaruh

langsung terhadap kinerja auditor, melainkan berpengaruh tidak langsung melalui

indenpendensi auditor; 2) gaya kepemimpinan berpengaruh langsung terhadap

inerja auditor; 3) budaya organisasi tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja

auditor, namun secara tidak langsung komitmen organisasi memediasi hubungan

antara budaya organisasi terhadap kinerja auditor.

2.2 Rumusan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh profesionalisme pada kinerja auditor

Cahyasumirat (2006) yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme dan

Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor, dengan Kepuasan Kerja sebagai

Variabel Intervening”. Menunjukkan hasil tidak adanya pengaruh yang positif

antara profesionalisme dengan kinerja auditor, yang berarti berarti tidak ada

pengaruh antara tingkat profesionalisme seorang internal auditor terhadap tingkat

(46)

24

Selanjutnya dalam penelitian Kusnadi (2015) yang berjudul “Pengaruh

Profesionalisme dan Locus Of Control terhadap Kinerja Auditor di Kantor

Akuntan Publik Provinsi Bali”. Menunjukkan hasil bahwa profesionalisme

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja internal auditor. Adelia (2014)

menemukan dalam hasil peneltiannya bahwa profesionalisme berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Kompiang

(2013) dan Septiani (2014) menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh

positif terhadap kinerja auditor. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut.

H1: Profesionalisme berpengaruh positif pada kinerja auditor

2.2.2 Pengaruh kepribadian hardiness pada kinerja auditor

Keterkaitan antara hardiness dengan kinerja diperkuat dengan hasil

penelitian yang dilakukan Kobasa (Kreitner dan Kinicki, 2014) yang

menyebutkan hardiness melibatkan kemampuan untuk secara sudut pandang atau

secara keperilakuan mengubah bentuk stressor yang negatif menjadi tantangan

yang positif. Yang mana commitment mencerminkan sejauh mana individu terlibat

dalam apapun yang dilakukannya. Selanjutnya, individu yang mmiliki control

percaya mereka dapat memengaruhi peristiwa yang menyangkut kehidupan

mereka.

Challenge dipandang sebagai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.

Senada dengan penelitian Bartone (1999) yang menyatakan bahwa hardiness

(47)

25

dilakukan Bartone (2009) dan Dian (2014) menyebutkan bahwa hardiness

berpengaruh pada kinerja. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikembangkan

hipotesis penelitian sebagai berikut.

H3: Kepribadian hardiness berpengaruh positif pada kinerja auditor

2.2.3 Pengaruh motivasi kerja pada kinerja auditor

Siregar (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kualitas

Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi, dan Motivasi Kerja dengan

Tindakan Supervisi sebagai Variabel Moderating terhadap Kinerja Auditor pada

Inspektorat Provinsi Sumatera Utara”. Menunjukkan hasil bahwa secara parsial

variabel motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

Pada Standar Profesional Akuntan Publik tercantum bahwa untuk

memenuhi persyaratan sebagai seorang professional, auditor harus memiliki

motivasi kerja (Meylinda, 2015). Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa

motivasi kerja merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh auditor. Motivasi

dapat membangkitkan semangat kinerja auditor yunior untuk bekerja lebih baik

sehingga seorang auditor yang memiliki motivasi yang tinggi akan mempengaruhi

kerja menjadi lebih tinggi. Handoko (2001:199) mengemukakan bahwa

“Karyawan biasanya memperoleh kompensasi lebih baik, kondisi kerja nyaman,

dan pekerjaan mereka memungkinkan penggunaan segala kemampuan yang

mereka punyai sehingga mereka mempunyai alasan-alasan untuk lebih terpuaskan.

Sulton (2010) menyatakan motivasi kerja adalah pemberian daya

(48)

26

sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk

mencapai kinerja yang maksimal. Motivasi kerja seorang auditor akan mendukung

semangat dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga tingkat

kesalahan akan semakin berkurang.

Penelitian Sarita dan Agustina (2009) menyatakan bahwa motivasi kerja

terbukti berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kinerja auditor.

Winidiantari (2015) dalam penelitiannya menemukan pengaruh positif motivasi

kerja terhadap kinerja auditor. Sehingga dapat dikatakan kinerja auditor sangat

dipengaruhi oleh motivasi kerja. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat

dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut.

H3: Motivasi kerja berpengaruh positif pada kinerja auditor

2.2.4 Pengaruh budaya organisasi pada kinerja auditor

Setiap perusahaan pasti memiliki makna sendiri terhadap kata budaya itu

sendiri, yang meliputi: identitas, ideologi, etos, budaya, pola perilaku, eksistensi,

aturan, filosofi, tujuan spirit, sumber informasi, gaya dan visi perusahaan. Jadi

dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi (corporate culture) adalah sebagai

aturan main yang ada dalam perusahaan yang menjadi pegangan bagi sumberdaya

manusia perusahaan dalam menjalankan kewajiban dan nilai-nilai untuk

berperilaku dalam perusahaan.

Trisnaningsih (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Independensi

Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good

(49)

27

Auditor”. Menunjukkan hasil bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh

terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini berlawanan dengan temuan Adelia

(2014) penelitiannya menyatakan bahwa variabel budaya organisasi mempunyai

pengaruh yang positif terhadap kinerja auditor. Budaya mempengaruhi banyak

aspek kehidupan baik organisasi maupun individu, Sherriton and Stren (1997:

212).

Peran budaya organisasi adalah sebagai sarana untuk menentukan arah

organisasi, mengarahkan apa yang patut dan tidak patut dikerjakan, bagaimana

mengalokasikan sumber daya organisasi (Pramastuti, 2006). Budaya organsasi

diprediksi menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan

atau kegagalan organisasi di masa mendatang. Budaya yang merosot akan

berdampak negatif terhadap kinerja organisasi. Budaya organisasi yang

menghambat kinerja terdapat pada banyak organisasi, bahkan diberbagai

organisasi yang penuh dengan orang pandai sekalipun. Walaupun budaya relative

sulit berubah, tetapi budaya organisasi dapat dibuat agar lebih meningkatkan

kinerja. Budaya organisasi adalah komponen yang sangat penting dalam

meningkatkan kinerja karyawan, namun demikian agar kinerja karyawan

meningkat maka harus ditingkatkan pula motivasi kerjanya. Budaya organisasi

pada sisi internal karyawan akan memberikan sugesti kepada semua perilaku yang

diusulkan oleh organisasi agar dapat dikerjakan, penyelesaian yang sukses, dan

akibatnya akan memberikan keuntungan pada karyawan itu sendiri (Hofstede,

1990) dalam Adelia (2014). Akibatnya karyawan akan memiliki kepercayaan pada

(50)

28

meningkatkan harapan karyawan agar kinerjanya semakin meningkat.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai

berikut.

Referensi

Dokumen terkait

Perawat jiwa juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien pada saat klien dikunjungi oleh keluarga di RSJ, perawat tidak hanya sekedar bertegur sapa dengan

Hasil pengamatan pada Tabel 1, permukaan pada bidang lembaran menunjukkan hampir dari semua variasi jumlah bulu ayam menghasilkan lembaran yang baik dan tidak tampak cacat, hanya

[r]

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh fee audit, audit tenure , rotasi audit dan reputasi auditor terhadap kualitas audit pada perusahaan manufaktur tahun

PENGARUH PEMBELAJARAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PEMAHAMAN SISWA DALAM PROSES PRAKTIKUM SISWA SMK. JURUSAN

Kerusakan yang terjadi mesin/peralatan dapat terjadi karena banyak sebab dan terjadi pada waktu yang berbeda sepanjang umur mesin/ peralatan tersebut digunakan .Oleh

Penggunaan ekstrak etanol jamur lingzhi sebagai hepatoprotektif belum dibuktikan secara ilmiah sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai efek hepatoprotektif ekstrak etanol