• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN RADIOGRAFI DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI PADA SISWA SMA NEGERI 1 PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN RADIOGRAFI DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI PADA SISWA SMA NEGERI 1 PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA SMA NEGERI 1 PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

ECHA AMANDA SALSABILLA NIM : 170600001

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)

Tahun 2021

Echa Amanda Salsabilla

Gambaran Pengetahuan Radiografi Di Bidang Kedokteran Gigi Pada Siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

xi + 41 halaman

Remaja cenderung sering mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sehingga memerlukan perawatan gigi yang khusus. Perawatan gigi yang didukung dengan pemeriksaan radiografi dapat memaksimalkan keberhasilan perawatan yang dil- akukan. Penting diketahui masyarakat mengenai peran dan fungsi, minimalnya baha- ya radiasi yang ditimbulkan, serta keselamatan dan proteksi radiasi pada pemeriksaan radiografi gigi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan radiografi di bidang kedokteran gigi pada siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Ka- bupaten Langkat. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sec- tional. Metode pengambilan sampel secara simple random sampling dan didapatkan sampel 200 orang siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dalam bentuk google form dilakukan di SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat pada November 2020. Data dianalisis secara univarian dan dihitung dalam bentuk persentase. Hasil penelitian pengetahuan siswa tentang radiografi di bidang kedokteran gigi secara individu adalah sebanyak 119 siswa (59,5%) memiliki pengetahuan yang kurang, sebanyak 72 siswa (36%) mem- iliki pengetahuan yang cukup, dan sebanyak 9 siswa (4,5%) memiliki pengetahuan yang baik. Kesimpulannya, gambaran pengetahuan radiografi di bidang kedokteran gigi pada siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat berada pada kat- egori kurang yaitu sebesar 59,5%.

Daftar rujukan : 32 (2004-2020)

(3)
(4)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 30 Maret 2021

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes Sp.RKG (K) ANGGOTA : 1. Cek Dara Manja, drg, Sp. RKG

2. Dewi Kartika, drg., MDSC 3. Minasari, drg., MM

(5)

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, keselamatan, rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat me- nyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhing- ga kepada kedua orang tua penulis Drs. Nano Prihatin, M.Psi dan Ramadan Ningsih serta adik penulis Meidita Kanaya atas doa, dukungan, semangat, serta kekuatan yang diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini juga tidak akan berhasil tanpa bantuan, bimbingan, arahan, serta kerjasama dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dosen pembimbing serta penasehat akademik yang telah memberikan banyak waktu luang, arahan, dukungan, serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Dewi Kartika, drg., M.DSc selaku Plt. Kanit Radiologi Kedokteran Gigi serta dosen pembimbing kedua yang turut memberikan waktu luang, tenaga, serta pikiran pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG, dan Minasari, drg., MM selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, masukan, serta bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai bagian unit radiologi kedokteran gigi yang turut membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik, dan memberikan sumbangsih ilmu selama penulis menjalani perkuliahan.

(6)

yang diperlukan saat penelitian dilaksanakan.

7. Seluruh siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat yang telah bersedia menjadi subjek penelitian dan membantu penulis menyelesaikan penelitian skripsi ini.

8. Kepada sahabat dan kerabat penulis yaitu Vidi, Anisa, Nurul, Jemima, Yasmin, Fira, Ummu, dan Afiifah yang telah banyak menghabiskan waktu bersama penulis dalam menjalani perkuliahan, serta teman-teman satu departemen skripsi penulis, Hadis, Dessy, Farisah, Regina, Wahyu, dan Suwita yang turut membantu dan mem- berikan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu dengan kerenda- han hati penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak apabila terdapat kekurangan serta kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Maret 2021 Penulis,

Echa Amanda Salsabilla NIM : 170600001

(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 3

1.4.2 Manfaat Aplikatif ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demografi ... 4

2.2 Radiografi Kedokteran Gigi ... 4

2.3 Jenis Radiografi Kedokteran Gigi ... 5

2.3.1 Radiografi Intra Oral ... 5

2.3.2 Radiografi Ekstra Oral ... 8

2.4 Bahaya Radiasi Sinar-X ... 10

2.5 Efek Radiasi ... 11

2.5.1 Efek Biologi ... 11

2.5.2 Efek Pada Rongga Mulut ... 12

2.6 Keselamatan dan Proteksi Terhadap Radiasi ... 13

2.6.1 Keselamatan Radiasi ... 13

2.6.2 Proteksi Radiasi ... 15

2.7 Pengetahuan ... 16

2.8 Kerangka Teori ... 17

2.9 Kerangka Konsep ... 18

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19

(8)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi dan Sampel ... 19

3.3.1 Populasi ... 19

3.3.2 Sampel ... 19

3.4 Besar Sampel ... 20

3.5 Variabel Penelitain dan Definisi Operasional ... 20

3.6 Alat dan Bahan ... 21

3.7 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian ... 21

3.7.1 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.7.2 Pelaksanaan Penelitian ... 21

3.8 Aspek Pengukuran ... 22

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 22

3.9.1 Pengolahan Data ... 22

3.9.2 Analisis Data ... 22

3.10 Etika Penelitian ... 23

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 24

BAB 5 PEMBAHASAN ... 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 38

6.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Batasan dosis berdasarkan Ionising Radiation Regulation (IRR)

1999 ... 14 2. Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi... 14 3. Dosis radiasi pada tubuh yang menimbulkan efek akut ... 15 4. Karakteristik pekerjaan orang tua siswa SMA Negeri 1 Pangkalan

Susu Kabupaten Langkat ... 24 5. Gambaran Pengetahuan radiografi di bidang kedokteran gigi pada

siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat ... 25 6. Pengetahuan radiografi di bidang kedokteran gigi pada siswa SMA

Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat ... 27

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Radiografi periapikal ... 6

2. Radiografi bitewing ... 7

3. Radiografi oklusal proyeksi maksila dan mandibula ... 7

4. Hasil citra radiografi panoramik ... 8

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Ethical clearance

2. Lembar kuesioner penelitian

3. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian

4. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent) 5. Surat keterangan pemberian izin penelitian

6. Rincian biaya penelitian 7. Jadwal pelaksanaan skripsi 8. Curriculum vitae

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Radiografi dalam bidang kedokteran gigi merupakan prosedur pencitraan diagnos- tik dengan menggunakan sinar-x untuk melihat gambaran jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut serta maksilofasial secara teliti dan detail terutama untuk melihat kelainan yang kurang jelas dan tidak terlihat saat pemeriksaan klinis. Radiografi gigi merupakan pemeriksaan penunjang yang berperan penting dalam menegakkan diag- nosis, menentukan rencana perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan.1,2

Remaja cenderung sering mengalami masalah pada rongga mulut dan bersikap tid- ak peduli terhadap kesehatan gigi dan mulutnya. Salah satu faktor pencetus terjadinya hal tersebut adalah pola makan yang buruk, kurangnya pengetahuan serta kemauan dalam merawat kesehatan gigi dan mulut. Sebanyak 80% prevalensi penyakit karies gigi dialami anak usia 18 tahun karena telat mendeteksi gigi berlubang dan merawat penyakit tersebut. Penting untuk diketahui anak usia sekolah terutama remaja mengenai fungsi dan peran pemeriksaan radiografi gigi untuk mendeteksi adanya dental trauma, gigi berlubang serta kelainan patologis lainnya.1

Penggunaan sinar-x melalui pesawat sinar-x memiliki potensi yang membaha- yakan tubuh manusia, karena sinar-x merupakan sumber radiasi yang dapat merusak jaringan, hingga menyebabkan kematian. Sinar-x merupakan radiasi pengion sehing- ga kejadian yang memungkinkan timbulnya efek radiasi yang bersifat stokastik, non- stokastik, maupun efek genetik bisa saja terjadi. Aspek penting yang perlu diper- hatikan adalah bahwa penggunaan dosis radiasi harus diberikan seminimal mungkin dan memberikan manfaaat semaksimal mungkin dengan menerapkan keselamatan atau proteksi radiasi baik pada pasien, dokter dan petugas radiologi (radiografer) serta lingkungan.3

Mendapatkan ilmu pengetahuan tidak hanya melalui pendidikan formal disekolah.

Peranan dari media massa seperti televisi, internet, tabloid, koran, majalah maupun

(13)

media animasi juga mempunyai kekuatan yang besar dalam membantu menyalurkan pengetahuan pada masyarakat.4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Raidha F et al (2019) bahwa sebanyak 4,87% siswa SMAN 1 Cipatat memiliki pengetahuan yang tinggi, 59,75% memiliki pengetahuan yang sedang, dan 35,36% memiliki pengetahuan yang rendah mengenai radiografi di bidang kedokteran gigi. Pengetahuan mengenai proteksi radiasi dinilai paling rendah yaitu hanya sebesar 39,42 %.1

Penelitian lain yang dilakukan Haruna IS et al (2015) mengenai survei penge- tahuan dan kesadaran profesi radiografi diantara senior science secondary school stu- dents in Bauchi Metropolis, North Eastern Nigeria menyatakan bahwa sebanyak 62,8% siswa tidak familier dengan radiografi, 70,7% siswa tidak punya pengetahuan tentang radiografi gigi dan 84,8% mengetahui radiasi sinar-x.5

Penelitian Kanter M et al (2014) mengatakan bahwa penatalaksanaan masalah pa- da gigi tanpa pemeriksaan radiografi dapat berdampak pada kegagalan perawatan yang dilakukan. Kegagalan sering terlihat saat pasien yang telah dirawat kembali da- tang ke dokter gigi karena mengeluhkan masalah yang sama pada gigi yang telah dirawat. Pada beberapa kasus seperti di negara maju pemasangan implan sering men- galami kegagalan akibat tidak melakukan pemeriksaan radiografi dalam mengevalua- si hasil perawatan dengan tingkat kegagalan sebesar 20%. Kegagalan lain seperti pa- da pasien yang dilakukan perawatan endodontik tanpa pemeriksaan radiografi mengakibatkan terjadinya kerusakan pada tulang dan rahang serta mengalami keru- gian baik secara finansial maupun psikologis.6

Penelitian Purmal K et al (2013) dalam survei pengetahuan radiografi gigi pada siswa sekolah, mahasiswa diploma, mahasiswa sarjana dan pasca sarjana menunjuk- kan sebanyak 81% telah mengetahui radiografi gigi dengan populasi pengetahuan di- latarbelakangi karena mendapat informasi dari dokter gigi yang merawat mereka, media massa seperti majalah, surat kabar, televisi atau radio, internet, dan dari nasihat kerabat.7

Sejauh mana pengetahuan terhadap radiografi gigi, bahaya radiasi, keselamatan dan proteksi radiasi dapat mengubah kesan dan tingkah laku masyarakat terutama

(14)

remaja terhadap pelaksanaan pemeriksaan tersebut. Apabila pencerahan sudah didapatkan dan diterima dengan baik maka pengambilan radiografi gigi nantinya dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan radiografi di bidang kedokteran gigi pada siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, bagaimanakah gambaran pengetahuan radiografi di bidang kedokteran gigi pada siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan radi- ografi di bidang kedokteran gigi pada siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupat- en Langkat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran penge- tahuan radiografi di bidang kedokteran gigi pada siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Su- su Kabupaten Langkat.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta menjadi acuan untuk meningkatkan pengetahuan radiografi di bidang kedokteran gigi pada siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demografi Kabupaten Langkat

Demografi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti penduduk dan graphein yang berarti menulis. Demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau ka- rangan mengenai penduduk di suatu negara atau daerah. Demografi mempelajari struktur penduduk (jumlah, penyebaran dan komposisi penduduk) yang selalu beru- bah karena adanya proses penduduk (kelahiran, kematian, dan migrasi) di suatu wila- yah.8

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat jumlah penduduk kabupaten Langkat pada tahun 2017 adalah 1.028.309 jiwa dengan pening- katan kelahiran sebesar 60.774 jiwa dalam 7 tahun. Untuk kecamatan Pangkalan Susu sendiri jumlah penduduk mencapai 44.125 jiwa pada tahun 2017 dan berada pada urutan ke-12 tertinggi dari 24 kecamatan yang ada di kabupaten langkat dengan uru- tan pertama ditempati oleh kecamatan Stabat yang berjumlah 87.527 jiwa. Populasi siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat pada tahun ajaran 2020- 2021 berjumlah 727 jiwa yang dibagi menjadi kelas X, XI, XII dengan penyebaran siswa ke dalam 4 ruang MIA (Matematika-IPA) dan 3 ruang IIS (Ilmu - Ilmu sosial) pada setiap kelas.9

2.2 Radiografi Kedokteran Gigi

Wilhem Conrad Roentgen yang merupakan fisikawan asal Jerman pada tahun 1895 menemukan sinar-x tanpa sengaja saat bekerja di laboratorium. Pada saat itu ia berfikir ternyata sinar-x dapat menembus tubuh manusia dan ia pun melakukan percobaan awal pada tangan istrinya yang saat itu sedang memakai cincin. Terlihat gambaran tulang dan logam hasil dari pencitraan sinar fluoresensi yang timbul dari kristal barium platinosianida pada tabung Crookes-Hittorf yang diberikan aliran

(16)

listrik. Penemuan tersebut menghantarkan Wilhem mendapat hadiah nobel pada tahun 1901.10

Sinar-x merupakan suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang sangat pendek yaitu sebesar 1A = 1/100.000.000 cm = 10-8 dan memiliki frekuensi antara 1016 hingga 1021 Hz. Hal inilah yang menyebabkan sinar-x mampu menembus tubuh manusia sehingga menghasilkan warna putih (radiopak) dan warna hitam (radiolusen) pada tubuh yang tidak tertembus sinar. Penggunaan sinar-x meru- pakan suatu hal yang penting untuk mendiagnosa gigi, tulang dan jaringan lunak di sekitar gigi dan paling banyak dipakai pada diagnostic imaging system.10

Radiografi dalam bidang kedokteran gigi merupakan prosedur pencitraan diagnos- tik dengan menggunakan sinar-x untuk melihat gambaran jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut serta maksilofasial secara teliti dan detail terutama untuk melihat kelainan yang kurang jelas dan tidak terlihat saat pemeriksaan klinis. Radiografi gigi dapat memperlihatkan keberadaan karies gigi, gigi yang impaksi, kerusakan tulang dan kehilangan tulang seperti periodontitis, gigi yang fraktur, deteksi tumor jinak maupun ganas, kista dan kelainan patologis lain yang nantinya dapat membantu dok- ter gigi dalam menentukan diagnosa, memberikan perawatan selanjutnya, serta se- bagai evaluasi hasil perawatan.1,2,10

2.3 Jenis Radiografi Kedokteran Gigi

2.3.1 Radiografi Intra Oral

Radiografi intra oral adalah jenis pemeriksaan radiografi yang memperlihatkan keadaan gigi geligi, tulang dan struktur di sekeliling gigi dengan meletakkan film di dalam rongga mulut. Radiografi intra oral terdiri dari radiografi periapikal, radiografi bitewing dan radiografi oklusal.10

a. Radiografi periapikal

Radiografi periapikal bertujuan untuk memperlihatkan struktur gigi baik mahkota maupun akar serta jaringan yang ada disekitarnya dalam satu film. Dalam satu film

(17)

radiografi periapikal dapat memperlihatkan 3-4 gigi pada satu rahang. Teknik yang digunakan pada radiografi periapikal adalah teknik paralleling dan bisecting.Indikasi utama penggunaan radiografi ini adalah untuk mendeteksi adanya infeksi (radang apikal), melihat kedalaman karies, melihat kondisi jaringan periodontal, menilai trauma pada gigi dan tulang alveolar, melihat letak dan posisi gigi yang belum erupsi maupun yang telah rusak, menilai kondisi morfologi akar yang akan diekstraksi dan yang akan dirawat endodontik, evaluasi pre operasi dan pasca operasi apikal , evalua- si kista apikal dan lesi lainnya yang berada dalam tulang alveolar, serta evaluasi post operasi implan.10,11

Gambar 1. Radiografi periapikal12

b. Radiografi bitewing

Radiografi bitewing bertujuan untuk memperlihatkan struktur interproksimal gigi baik mahkota, daerah interproksimal, puncak tulang alveolar serta jaringan yang ada disekitarnya pada maksila dan mandibula dalam satu film. Dalam satu film radiografi bitewing dapat memperlihatkan 3-4 gigi pada maksila dan mandibula.Indikasi utama penggunaan radiografi bitewing adalah untuk mendeteksi adanya karies interproksi- mal terutama karies dini, memonitor perkembangan karies, menilai status periodontal dan menilai status restorasi yang ada.10,11

(18)

Gambar 2. Radiografi bitewing12

c. Radiografi oklusal

Radiografi oklusal bertujuan untuk memperlihatkan struktur yang lebih luas dari maksila dan mandibula dalam satu film dengan menggunakan film khusus. Proyeksi radiografi oklusal terbagi atas proyeksi oklusal maksila dan proyeksi oklusal mandib- ula. Indikasi utama penggunaan radiografi oklusal adalah untuk memperlihatkan lo- kasi dari akar gigi dan supernumerary teeth, gigi impaksi maupun yang tidak erupsi, deteksi keberadaan salivary stone pada kelenjar submandibula, evaluasi sinus maksi- laris, perluasan kista, tumor (jinak dan ganas) pada mandibula dan maksila.10,11

Gambar 3. Radiografi oklusal dengan proyeksi maksila dan mandibula12

(19)

2.3.2 Radiografi Ekstra Oral

Radiografi ekstra oral adalah jenis pemeriksaan radiografi yang meluas pada kepala dan leher dengan meletakkan film di luar mulut. Radiografi ekstra oral dian- taranya adalah radiografi panoramik, radiografi sefalometri, radiografi posteroanteri- or (PA), radiografi posteroanterior of the jaws (PA jaws/PA mandible), radiografi proyeksi mandibula oblique lateral, radiografi proyeksi reverse town, radiografi sub- mentovertex, dan lainnya.10

a. Radiografi panoramik

Radiografi panoramik yang disebut juga pantomografi atau dental panoramic to- mography merupakan jenis radiografi yang dapat menghasilkan gambaran tomografi dari struktur wajah yang meliputi maksila dan mandibula, gigi geligi serta struktur pendukung disekitarnya seperti sendi temporomandibular, prosesus stiloideus, osse- ous hyoid, antrum maksila, fossa nasalis dan lainnya. Pada saat pengambilan gambar dengan radiografi panoramik ini gigi pasien harus dalam keadaan edge to edge.Indi- kasi utama penggunaan radiografi panoramik adalah untuk memperlihatkan gambaran tulang wajah dan gigi geligi, pemeriksaan intraosseous patologi (kista, tumor, in- feksi), evaluasi sendi temporomandibular, evaluasi gigi yang mengalami impaksi, evaluasi gigi permanen yang erupsi, melihat keadaan trauma dentomaksilofasial, serta melihat perkembangan maksilofasial skeleton.10,11

Gambar 4. Hasil citra radiografi panoramik12

(20)

b. Radiografi sefalometri

Radiografi sefalometri paling banyak digunakan orthodontist dalam menilai perkembangan tulang wajah pada perawatan ortodonti dan membantu dalam perawa- tan bedah orthognatic. Radiografi ini dapat memperlihatkan gambaran kraniofasial secara akurat seperti tulang skeletal, gigi geligi, anatomi jaringan lunak wajah, eval- uasi tulang tengkorak dan wajah, trauma atau kelainan patologis lainnya. 10,11

c. Radiografi postero-anterior (PA)

Radiografi postero-anterior merupakan jenis radiografi yang digunakan untuk membantu melihat adanya trauma dan perkembangan abnormal pada tulang tengkorak. Radiografi ini dapat memperlihatkan gambaran kubah tulang tengkorak, sinus frontalis, serta tulang rahang yang mengalami perubahan dimensi mediola- teral.10

d. Radiografi postero-anterior of the jaws (PA jaws / PA mandible)

Radiografi PA jaws merupakan jenis radiografi yang dapat memperlihatkan bagian posterior dari mandibula, namun tidak baik dalam memperlihatkan kerangka wajah.

Indikasi utama penggunaan radiografi ini adalah untuk memperlihatkan keadaan frak- tur mandibula pada bagian posterior dari body mandibula, menilai keadaan ramus, angulus, dan kondilus, deteksi lesi seperti kista, tumor pada ramus, dan deteksi man- dibula hyperplasia atau hypoplasia.10

e. Radiografi proyeksi mandibula oblique lateral

Radiografi proyeksi mandibula oblique lateral memiliki dua proyeksi untuk men- gevaluasi tulang mandibula yaitu mandibula body projection yang dapat membantu memperlihatkan gambaran body mandibula dari region premolar hingga molar serta bagian inferior mandibula dan mandibula ramus projection yang dapat membantu memperlihatkan gambaran ramus mandibula dari sudut ke kondilus untuk mengeval- uasi gigi molar pada maksila dan mandibula.10

f. Proyeksi reverse-town

Radiografi proyeksi reverse-town merupakan jenis radiografi yang digunakan un- tuk membantu melihat kondisi kondilus yang mengalami pergeseran dan membantu melihat dinding postero lateral maksila.10

(21)

g. Radiografi submentovertex

Radiografi submentovertex merupakan jenis radiografi yang digunakan untuk memperlihatkan struktur anatomi dari dasar cranium, posisi kepala kondilus, sinus sphenoid, dinding lateral sinus maksilaris, arkus zygomatikus dan posisi mandibula.

Radiografi ini dapat membantu mendeteksi lesi patologis destruktif/ekspansif pada palatum dan dasar cranium, fraktur zygoma, asimetri dan ketebalan tulang mandibula sebelum perawatan osteotomi.13

2.4 Bahaya Radiasi Sinar-X

Pancaran sinar x ray mengandung jutaan foton yang berenergi tinggi. Saat sinar x- ray diarahkan ke tubuh manusia molekul yang diionisasi atom akan menjadi rusak.

Kerusakan pada DNA di dalam kromosom juga sangat penting. Sebagian besar DNA yang telah rusak dapat memperbaiki diri sendiri tapi pada sebagian kromosom akan terjadi mutasi secara permanen. Mutasi permanen akan menyebabkan tidak ter- kontrolnya replikasi sel dan mengarah pada pembentukan tumor.14

Paparan radiasi sinar-x yang dapat menjadi tumor tidak terjadi secara langsung, namun terjadi bertahun-tahun kemudian dan berhubungan dengan seberapa banyak dosis dan frekuensi paparan radiasi sinar-x yang diberikan. Semakin rendah dosis ra- diasi yang diberikan maka semakin kecil seseorang mengidap tumor akibat radiasi.14

Pemberian dosis radiasi yang berkaitan dengan penggunaan radiografi gigi sanga- tlah kecil. Namun, sejumlah studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa resiko ter- jadinya tumor pada otak adalah sebesar 19,22%, tumor kelenjar saliva sebesar 16,22% serta tumor tiroid sebesar 15,27%.

Bahaya dari radiasi sinar-x juga diketahui dapat menyebabkan rambut rontok, kulit mengalami eritema, gangguan kesuburan, dan memicu terbentuknya katarak.

Pengambilan radiografi gigi memiliki resiko sangat kecil untuk terjadinya kerusakan tersebut.14

(22)

2.5 Efek Radiasi

2.5.1 Efek Biologi

Efek biologi dari radiasi pengion dibagi menjadi 3 kategori yaitu efek somatik de- terministik (efek non stokastik atau reaksi jaringan), efek somatik stokastik dan efek genetik stokastik.10,15,16

a. Efek somatik deterministik (Efek non stokastik)

Efek somatik deterministik (efek non stokastik) terjadi dikarenakan adanya proses kematian sel akibat terpapar radiasi sehingga mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi baik seluruh tubuh maupun lokal tubuh. Efek ini akan timbul jika dosis yang diterima melebihi atau berada di atas dosis ambang dan biasanya timbul setelah terpapar radiasi beberapa saat.Efek somatik deterministik yang sering terjadi adalah eritema pada kulit, rambut rontok, pembentukan katarak pada mata, dan berku- rangnya kesuburan (kemandulan).

b. Efek somatik stokastik

Efek somatik stokastik terjadi karena fungsi dan nilai dosis yang diberikan pada seseorang tidak menggunakan nilai ambang dan pada masa laten yang sama baru akan muncul. Penggunaan dosis sekecil mungkin akan selalu memiliki kemungkinan terjadinya perubahan pada sistem biologi dan menimbulkan efek somatik stokastik baik tingkat molekul maupun sel. Radiasi bisa tidak membunuh sel tapi mengubah sel yang sedang bermodifikasi sehingga memiliki peluang lolos dari sistem antibodi.

Apabila paparan dosis radiasi yang diberikan besar maka peluang terjadinya keru- sakan sel pun semakin besar, namun tingkat keparahannya tidak dapat ditentukan dari jumlah dosis yang diterima. Jika sel yang mengalami perubahan adalah sel somatik maka dalam jangka panjang akan tumbuh dan berkembang menjadi penyakit leuke- mia, kanker, meningioma, ataupun tumor kelenjar saliva dan kelenjar tiroid.

c. Efek genetik stokastik

Efek radiasi yang ditimbulkan tidak selalu mempengaruhi kesehatan, tetapi dapat menjadi lebih berbahaya daripada efek lain. Efek genetik stokastik yang terjadi

(23)

berhubungan dengan kerusakan kromosom pada gonad pria maupun wanita yang te- lah terpapar radiasi.

Radiasi yang berefek pada genetik secara langsung tidak dapat diperbaiki, dikare- nakan mutasi yang diakibatkan radiasi ionisasi yang terjadi secara spontan dapat di- hubungkan dengan kelahiran cacat fisik dan kelainan cacat mental, kelahiran dengan penyakit bawaan serta kelahiran yang mati. Maka dari itu, menjaga gonad dari papa- ran radiasi seminimal mungkin dan kehati-hatian dalam pengambilan radiografi selama kehamilan juga perlu diperhatikan karena janin dan gen sangat rentan terkena paparan radiasi.

2.5.2 Efek Pada Rongga Mulut a. Efek pada kelenjar saliva

Pengobatan kanker kepala dan leher dengan menggunakan radiasi melalui radio- terapi dapat menurunkan volume saliva dan meningkatkan kekentalan saliva yang disebut dengan penurunan curah saliva. Radiasi ionisasi yang digunakan dalam radio- terapi akan membentuk energi yang dapat mengeliminasi sel target dan merusak ma- teri genetik agar tidak terjadi replikasi sel. Radiasi ionisasi pada kelenjar saliva dalam rongga mulut terjadi akibat terpapar dosis radiasi sebesar 3.000 R saat radioterapi kanker.17-19

Menurunya curah saliva bersamaan dengan pemakaian dosis radiasi yang besar disebabkan karena rusaknya sel-sel asinar pada kelenjar parotis yang sangat sensitif terhadap radiasi. Saat radioterapi dilakukan, sel asinar mukus akan mempengaruhi sel asinar serous sehingga mengakibatkan terjadinya fibrosis sel, degenerasi pada lemak, atrofi pada sel asinar dan nekrosis pada sel kelenjar. Kondisi tersebut akan bermani- festasi menjadi xerostomia yang ditandai dengan volume saliva yang menurun dengan konsistensi yang lengket dan kental. Rasa sakit dan sulit menelan akan dikeluhkan pasien karena rongga mulut telah kehilangan residual saliva sebagai pe- lumasnya.17-19

(24)

b. Efek pada gigi

Kerusakan yang terjadi pada gigi akibat radiasi terjadi beberapa tahun setelah terpapar radiasi. Manifestasinya berupa karies radiasi yang dimulai pada daerah servikal gigi. Efek langsung dari radiasi dapat terjadi pada benih gigi, gangguan perkembangan dan erupsi gigi. Sedangkan efek tidak langsung terjadi saat gigi telah erupsi sempurna dalam rongga mulut lalu terkena radiasi ionisasi hingga membentuk karies radiasi. Karies radiasi dapat terjadi pada beberapa hingga seluruh region gigi yang terkena sinar radiasi dan telah mengabsorbsi dosis sebesar 5.000 R.18

c. Efek pada lidah

Lidah yang terkena paparan radiasi ionisasi dan mengabsorbsi dosis radiasi sebe- sar 3.000 R dapat memecahkan papilla fungiformis dan papilla filiformis yang ter- dapat pada lidah. Papilla fungiformis dan papilla filiformis yang pecah tersebut akan mengakibatkan lidah mengalami kekakuan, terasa keras, terasa nyeri jika tersentuh makanan atau benda yang keras, dan membuat indera pengecapan menjadi hilang.18

d. Efek pada bibir dan jaringan ikat dalam rongga mulut serta pipi

Radiasi ionisasi yang mengenai jaringan ikat akan mengakibatkan perubahan pada kromosom dan vakuola di dalam inti sel serta memecahkan sitoplasma. Perubahan tersebut terjadi bersamaan dengan mitosis sel. Jika keadaan ini terus menerus terjadi maka mitosis sel akan menjadi tidak normal dan sel yang terbentuk akan berukuran besar.18

2.6 Keselamatan Dan Proteksi Terhadap Radiasi

2.6.1 Keselamatan Radiasi

Tujuan dari upaya keselamatan radiasi adalah untuk mencegah timbulnya efek non stokastik (efek somatik deterministik) yang membahayakan dan membatasi efek so- matik stokastik. Selain itu, untuk mengubah persepsi masyarakat bahwa profesi yang berkaitan dengan radiasi sinar-x dapat dibenarkan.10

(25)

Keselamatan radiasi dapat dilakukan dengan membatasi pemberian dosis radiasi yang harus sesuai dengan prinsip keselamatan dan kesehatan yaitu:10

a. Justifikasi

Setiap pemakaian radiasi sinar-x harus didasarkan pada azas manfaat dimana resi- ko yang ditimbulkan harus seminimal mungkin dibanding dengan manfaat yang diterima.

b. Optimasi

Penggunaan radiasi sinar-x diusahakan sekecil mungkin dengan mempertim- bangkan faktor sosial dan ekonomi.

c. Limitasi

Batas dosis sinar radiasi yang telah ditetapkan dalam peraturan tidak boleh dilampaui.

Tabel 1. Batasan dosis berdasarkan Ionising Radiation Regulation (IRR) 199910 Batas Dosis Lama Batas Dosis Baru

Kelompok Kerja 50 mSv 20 mSv

Bukan Pekerja 15 mSv 6 mSv

Masyarakat Umum 5 mSv 1 mSv

Tabel 2. Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi10

Jenis Foto Dosis Efektif (mSv)

Posteroanterior (PA)/skull/kepala 0,03

Lateral 0,01

Periapikal/Bitewing 0,001-0,008

Oklusal 0,008

Panoramik 0,004-0,03

Lateral sefalometri 0,002-0,003

CT mandibular 0,36-1,2

CT maksila 0,1-3,3

(26)

Tabel 3. Dosis radiasi pada tubuh yang menimbulkan efek akut10

Dosis (Sv) Efek pada tubuh

0,25 -

0,25-1,0 Menurunnya kadar sel darah putih.

1-2 Muntah dalam 3 jam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, pe- rubahan darah (pemulihan dalam beberapa minggu).

2-6 Muntah dalam 2 jam, perubahan darah yang parah, kerontokan rambut dalam 2 minggu, pemulihan dalam 1 bulan sampai satu tahun untuk 70%.

6-10 Muntah dalam 1 jam, kerusakan lambung, perubahan darah yang parah. Kematian dalam 2 minggu untuk 80-100%.

>10 Kerusakan otak, koma, dan kematian.

2.6.2 Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi merupakan upaya perlindungan untuk menghindari efek negatif radiasi pengion pada seseorang atau sekelompok orang yang akan melakukan pemeriksaan radiografi. Proteksi radiasi dapat diberikan pada pasien dan dokter mau- pun petugas radiologi (radiografer) serta lingkungan.10,20

a. Proteksi pasien

Proteksi radiasi pada pasien dapat dimulai dengan mewajibkan setiap individu yang tidak melakukan pemeriksan untuk dapat berada di luar ruang sinar-x. Pada pasien yang akan melakukan pemeriksaan diwajibkan menggunakan apron yang mengandung timbal (Pb) 0,5 mm dan tidak kurang dari 0,25 mm sampai menutupi alat kelamin dan diinstruksikan untuk melepaskan seluruh aksesoris seperti cincin, kalung, gelang, anting, kacamata dan jam tangan. Jika pasien yang akan disinar ada- lah pasien anak dan wanita yang sedang hamil, maka dianjurkan untuk menggunakan perisai tiroid dan bagi wanita yang sedang hamil trimester pertama dilarang melakukan pemeriksaan sinar-x. Usahakan daerah yang disinar harus seminimal mungkin dan penyinaran dilakukan sesingkat mungkin. Setelah penyinaran dil- akukan, untuk mengurangi efek negatif radiasi pasien dapat dianjurkan untuk men- gonsumsi susu dan yogurt.

(27)

b. Proteksi dokter dan petugas radiologi (radiografer)

Proteksi dokter dan radiografer dapat dimulai dengan memakai handscoon serta perisai dan apron yang mengandung timbal (Pb) 0,5 mm dan tidak kurang dari 0,25 mm. Selama melakukan penyinaran, personil harus berdiri dibalik penghalang pelin- dung dan dilarang memegang film pasien. Jika memakai pesawat sinar x atau mobile- x ray unit (tidak menggunakan perisai pelindung) maka personil harus berada sejauh mungkin dari pasien dan berdiri di luar sinar. Pemeriksaan pada perlengkapan pelin- dung berlapis timbal (Pb) secara rutin juga perlu dilakukan untuk menghindari keru- sakan dan kebocoran.

c. Proteksi lingkungan

Proteksi pada lingkungan dibuat dengan memperhatikan fasilitas ruangan penyina- ran radiografi. Dinding bangunan radiologi harus dilapisi dengan timbal (Pb) dengan ketebalan 2 mm dan dibuat dengan pemasangan bata yang melintang (2 bata meman- jang). Bata yang digunakan harus berkualitas baik dengan ukuran 10 x 20 cm. Tebal minimal plesteran adalah 25 cm dan harus mengandung barium. Jika menggunakan beton, tebal minimal dinding adalah 15 cm dan harus ekivalen dengan 2 mm Pb. Pin- tu ruangan diberi proteksi radiasi yang cukup, biasanya dibuat dari tripleks yang di- lapisi timbal dengan ketebalan 1-1,5 mm Pb. Penyinaran diarahkan ke dinding bagian luar dan hindari mengarahkan sinar ke pintu.

2.7 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang terjadi setelah melakukan penginderaan baik dari penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan rasa ter- hadap suatu objek tertentu. Pengetahuan manusia sering diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran serta banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Maka dari itu pengetahuan memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan dan luasnya pengetahuan seseorang.

Namun, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak memiliki penge- tahuan yang rendah pula karena pengetahuan tidak mutlak didapatkan melalui pen- didikan formal tapi dapat melalui pendidikan non formal.21

(28)

2.8 Kerangka Teori

Keselamatan Radiasi

Batasan Dosis

Proteksi Radiasi Jenis

Radiografi Kedokteran

Gigi

Bahaya Radiasi Sinar-X

Intra oral

Ekstra oral

Efek Radiasi

Dosis Efektif Efek

Biologi

Efek pada Rongga

Mulut

Proteksi Pasien

Proteksi Dokter dan

Petugas Radiologi (Radiografer) Radiografi Kedokteran Gigi

Pengetahuan Siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Demografi Kabupaten Langkat

Proteksi Lingkungan

(29)

2.9 Kerangka Konsep :

Siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Pengetahuan Radiografi di

Bidang Kedokteran Gigi

(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendeka- tan cross sectional dimana pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat dengan waktu penelitian pada bulan November 2020 hingga Januari 2021 menggunakan google form.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Seluruh siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabu- paten Langkat kelas XI dan XII. Metode pengambilan sampel dilakukan secara sim- ple random sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut.

Kriteria inklusi :

1. Siswa yang kooperatif dan bersedia menjadi sampel penelitian.

Kriteria eksklusi :

1. Siswa yang tidak mengisi kuesioner secara keseluruhan dan lengkap pada saat dilakukan penelitian.

(31)

3.4 Besar Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, maka digunakan rumus :

n = 1,962.0,848 (1-0,848) 0,052

n = 198,006 Keterangan :

n = Besar sampel minimum

Z2 1 – α/2 = Nilai distribusi normal baku pada α tertentu p = Proporsi kategori variabel yang diteliti = 84,8%

d = Presisi (5% = 0,05)

Presisi penelitian diartikan sebagai kesalahan penelitian yang masih bisa diterima untuk memprediksi proporsi yang nantinya akan diperoleh yaitu sebesar 5% karena peneliti ingin mendapatkan hasil penelitian yang lebih tepat. Sehingga jumlah sampel minimal siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat yang digunakan adalah sebanyak 200 orang.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional No. Variabel

Penelitian Definisi Operasional Cara

Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur 1. Pengetahuan

radiografi di bidang kedokteran gigi pada siswa SMA Negeri 1

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang melalui indera yang dimilikinya terhadap suatu objek tertentu.

Radiografi kedokteran gigi adalah pemerik-

Kuesioner >75 % -100%

pengetahuan baik tentang radiografi di bidang kedokter- an gigi.

56-75% penge- tahuan cukup ten-

Ordinal n = Z2 1-α/2 p.(1-p)

d2

(32)

Pangkalan Susu Kabu- paten Langkat

saan penunjang dengan prosedur pencitraan diagnostik yang menggunakan sinar-x pada rongga mulut dan maksilo- fasial.

tang radiografi di bidang kedokteran gigi.

<56%

pengetahuan ku- rang tentang radio- grafi di bidang kedokteran gigi

3.6 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah handphone atau laptop, alat tulis seperti buku tulis, pulpen, pensil, dan penghapus. Bahan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner dalam bentuk google form.

3.7 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian

3.7.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner google form yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai gambaran pengetahuan tentang radio- grafi di bidang kedokteran gigi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada- lah data primer siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat yang me- menuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.7.2 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini meliputi :

a. Peneliti meminta izin penelitian kepada Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Uni- versitas Sumatera Utara

b. Pengisian informed consent oleh responden

(33)

c. Pembagian kuesioner dalam bentuk google form kepada siswa kelas XI dan XII SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

d. Pengumpulan data primer yang telah diisi melalui google form e. Pengolahan dan analisis data

3.8 Aspek Pengukuran

Untuk mengukur pengetahuan siswa mengenai radiografi di bidang kedokteran gi- gi dengan memberikan skor/nilai pada jawaban kuesioner google form yang telah dii- si oleh siswa. Jumlah pertanyaan 18 dalam bentuk pilihan berganda. Jawaban benar diberikan (skor 1) dan salah diberikan (skor 0).

Pengukuran pengetahuan berdasarkan jawaban yang diberikan siswa dengan total skor maksimal pada setiap kriteria adalah 18, sehingga pengetahuan siswa dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:22

a. Pengetahuan siswa dapat dikatakan baik apabila skor nilai benar (>75%-100%) b. Pengetahuan siswa dikatakan cukup apabila skor nilai benar (56%-75%) c. Pengetahuan siswa kurang apabila skor nilai benar (<56%)

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah terkumpul dilakukan secara komputerisasi dengan me- lalui tahap editing (pemeriksaan/pengecekan data yang telah terkumpul), coding (memberikan kode di setiap jawaban dengan skor/nilai), entry (memasukkan data ke dalam komputer), dan tabulasi (menyajikan data dalam bentuk tabel sesuai dengan tujuan penelitian).

3.9.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara univarian dan dihitung dalam bentuk persentase.

(34)

3.10 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, etika penelitian mencakup : a. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti menjelaskan terlebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dil- akukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini kemudian mem- berikan lembar persetujuan kepada subjek.

b. Ethical clearance

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan nomor surat 836/KEP/USU/2020 yang didasar- kan pada ketentuan etika baik bersifat internasional maupun nasional.

(35)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai gambaran pengetahuan radiografi di bidang kedokteran gigi dimulai pada bulan November 2020 terhadap 200 orang siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat dengan 100 orang siswa kelas XI dan 100 orang siswa kelas XII yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kendala dari penelitian ini adalah banyak siswa yang masih belum terbiasa menggunakan google form dan merasa takut jika tidak bisa menjawab dengan benar akan mempengaruhi nilai mata pelajaran sehingga proses pengumpulan data menjadi lebih lama karena peneliti harus memberikan pemahaman kepada siswa, namun antusiasme siswa dalam menjawab pertanyaan sangat baik karena bersedia menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan. Dibawah ini merupakan tabel yang berisi hasil lengkap dari pengumpulan data tersebut.

Tabel 4. Karakteristik pekerjaan orang tua siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

No Pekerjaan orang tua Orang tua

n %

1. PNS/TNI/POLRI 9 4,5

2. Pegawai/Karyawan swasta 18 9

3. Wiraswasta 89 44,5

4. Pedagang 10 5

5. Petani 38 19

6. Tenaga lepas (lain-lain) 36 18

Total 200 100

Berdasarkan tabel 4, karakteristik pekerjaan orang tua dari 200 orang siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, sebanyak 9 (4,5%) orang tua siswa berprofesi sebagai PNS/TNI/POLRI, sebanyak 18 (9%) orang tua siswa berprofesi

(36)

sebagai pegawai/karyawan swasta, sebanyak 89 (44,5%) orang tua siswa berprofesi sebagai wiraswasta, sebanyak 10 (5%) orang tua siswa berprofesi sebagai pedagang, sebanyak 38 (19%) orang tua siswa berprofesi sebagai petani, dan sebanyak 36 (18%) orang tua siswa berprofesi sebagai tenaga lepas (lain-lain).

Tabel 5. Gambaran pengetahuan radiografi di bidang kedokteran gigi pada siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

No Pengetahuan radiografi di bidang

kedokteran gigi Total

Jawaban

Benar Salah

n % n %

1. Peran pemeriksaan foto rontgen gigi

adalah sebagai pemeriksaan penunjang 10 5 190 95

2.

Fungsi pemeriksaan foto rontgen gigi adalah membantu menentukan suatu penyakit (diagnosis), membantu menentukan rencana perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan

99 49,5 101 50,5

3. Hasil gambaran foto rontgen gigi di-

peroleh dari pancaran sinar-x 134 67 66 33

4. Warna yang dihasilkan dalam film foto

rontgen gigi adalah hitam dan putih 166 83 34 17 5. Gambar C. Radiografi periapikal

merupakan jenis foto rontgen gigi 186 93 14 7 6.

Salah satu kegunaan foto rontgen gigi adalah memperlihatkan luasnya gigi yang berlubang (karies)

117 58,5 83 41,5

7.

Penggunaan radiasi sinar-x dalam bi- dang kedokteran gigi berbahaya karena sinar-x yang diarahkan ke tubuh dapat menyebabkan kerusakan, kematian, serta perubahan biologi pada sel

94 47 106 53

8. Efek radiasi yang terjadi dalam jangka

pendek adalah mual, muntah, dan diare 138 69 62 31 9. Efek radiasi yang terjadi dalam jangka

panjang adalah kanker 130 65 70 35

(37)

10.

Efek paparan sinar-x yang berlebihan pada rongga mulut adalah air liur berkurang (mulut kering)

200

115 57,5 85 42,5

11.

Efek negatif paparan radiasi sinar-x pada ibu hamil adalah janin yang lahir akan mengalami cacat fisik dan mental, mengidap penyakit bawaan hingga kematian

96 48 104 52

12. Pemeriksaan sinar-x pada ibu hamil

tidak boleh dilakukan pada trimester 1 30 15 170 85 13.

Batasan dosis radiasi foto rontgen gigi yang diberikan pada masyarakat umum adalah sebesar 1mSv

42 21 158 79

14.

Prinsip keselamatan penggunaan radia- si sinar-x adalah penggunaan dosis ra- diasi sinar-x harus memberikan lebih banyak manfaat daripada resiko yang diterima

80 40 120 60

15.

Upaya proteksi radiasi sinar-x dapat memberikan perlindungan kepada pasien, dokter dan petugas radiografi (radiografer), serta lingkungan

69 34,5 131 65,5

16.

Salah satu upaya proteksi radiasi yang dapat diberikan sebelum melakukan pemeriksaan foto rontgen gigi adalah memakai baju pelindung (apron)

109 54,5 91 45,5

17.

Organ yang harus dilindungi selama melakukan paparan radiasi sinar-x ada- lah alat kelamin

37 18,5 163 81,5

18.

Salah satu upaya mengurangi efek negatif radiasi setelah terkena paparan radiasi dari pemeriksaan foto rontgen gigi adalah mengonsumsi susu dan yo- gurt

138 69 62 31

(38)

Tabel 6. Pengetahuan radiografi di bidang kedokteran gigi pada siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu kabupaten Langkat

No Kategori skor pengukuran Siswa

n %

1. <56% (Kurang) 119 59,5

2. 56%-75% (Cukup) 72 36

3. >75%-100% (Baik) 9 4,5

Total 200 100

Berdasarkan tabel 6, dari 200 siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, sebanyak 119 siswa (59,5%) memiliki pengetahuan yang kurang, sebanyak 72 siswa (36%) memiliki pengetahuan yang cukup, dan sebanyak 9 siswa (4,5%) memiliki pengetahuan yang baik tentang radiografi di bidang kedokteran gigi.

(39)

BAB 5 PEMBAHASAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan subjek penelitian siswa SMA Negeri 1 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

Subjek penelitian diambil secara simple random sampling dengan menggunakan kuesioner, dimana kuesioner diberikan dalam bentuk google form dan diisi secara online oleh responden.

Berdasarkan tabel 5, gambaran pengetahuan siswa tertinggi dengan jawaban benar terbanyak terdapat pada pertanyaan nomor 5 mengenai gambar jenis radiografi gigi adalah radiografi periapikal didapatkan hasil sebesar 93% siswa mengetahuinya dan dikategorikan baik. Pengetahuan yang baik kemungkinan karena siswa sudah dapat membedakan radiografi gigi dengan radiografi medis lainnya. Berdasarkan penelitian Kanter M et al (2014) gambaran penggunaan jenis radiografi gigi di balai pengobatan 73,7% adalah radiografi intra oral yang keseluruhannya adalah radiografi periapikal artinya penggunaan radiografi periapikal dinilai umum bagi masyarakat. Radiografi periapikal adalah jenis pemeriksaan radiografi yang dapat memperlihatkan keadaan gigi geligi, tulang dan struktur di sekeliling gigi baik mahkota maupun akar serta jaringan disekitarnya dalam satu film yang dapat memperlihatkan 3-4 gigi dan paling sering digunakan dalam mendeteksi infeksi (radang apikal), melihat kondisi jaringan periodontal, melihat kedalaman karies, dan melihat letak serta posisi gigi yang belum erupsi maupun yang telah rusak.6,10,11

Pengetahuan siswa mengenai warna yang dihasilkan film radiografi gigi adalah hitam putih didapatkan hasil sebesar 83% siswa mengetahuinya dan dikategorikan baik. Pengetahuan yang baik kemungkinan karena siswa sudah pernah melihat tampi- lan film radiografi adalah berwarna hitam putih. Berdasarkan penelitian Afani ZA et al (2017) hasil radiografi dari pasien patah tulang di pergelangan tangan dan kaki memperlihatkan bagian film yang berwarna hitam atau paling gelap adalah back- ground karena merupakan bagian film yang paling banyak menerima radiasi sinar-x

(40)

dan tidak ada objek yang menyerap radiasi, sedangkan bagian film yang berwarna terang adalah jaringan lunak karena jaringan lunak dari objek seperti lemak dan dag- ing menyerap sebagian radiasi sinar-x dan warna putih pada film adalah kerangka tangan dan kaki didapatkan dari bagian film yang menyerap radiasi sinar-x paling sedikit bahkan tidak menyerap radiasi sinar-x sama sekali karena tulang merupakan bagian tubuh yang sangat keras dan padat sehingga radiasi yang melewatinya dapat diserap. Warna hitam dan putih ini didapatkan karena sinar-x yang memiliki panjang gelombang yang sangat pendek dan frekuensi yang lebih besar menyebabkan sinar-x mampu menembus tubuh manusia sehingga menghasilkan warna putih (radiopak) dan warna hitam (radiolusen) pada tubuh yang tidak tertembus sinar.10,23

Pengetahuan siswa mengenai efek radiasi yang terjadi dalam jangka pendek adalah mual, muntah, dan diare didapatkan hasil sebesar 69% siswa mengetahuinya dan dikategorikan cukup. Pengetahuan yang cukup kemungkinan karena sebagian siswa sudah pernah mendengar bahwa efek mual, muntah dan diare adalah kondisi yang dapat terjadi akibat terpapar radiasi secara akut. Berdasarkan penelitian Novitasari A et al (2016) penggunaan radioterapi pada penderita kanker serviks akan mengalami mual, muntah dan diare sejak 1-2 jam pertama pasca radioterapi hingga beberapa hari dengan mengalami penurunan asupan energi terendah adalah 204,6 kkal pada pasien yang telah menjalani 20 kali fraksi radioterapi. Efek radiasi jangka pendek merupa- kan akibat paparan radiasi yang terlihat pada individu dalam waktu singkat dan di- hubungkan dengan besarnya radiasi yang diterima. Mual, muntah, dan diare merupa- kan efek akut yang terjadi saat tubuh menerima dosis radiasi melebihi 1 sv.10,11,24

Pengetahuan siswa mengenai salah satu upaya mengurangi efek negatif radiasi setelah terkena paparan radiasi dari pemeriksaan radiografi gigi adalah dengan men- gonsumsi susu dan yogurt didapatkan hasil sebesar 69% siswa mengetahuinya dan dikategorikan cukup. Pengetahuan yang cukup kemungkinan karena sebagian siswa sudah mengetahui bahwa susu mengandung protein tinggi yang dapat membantu per- tumbuhan tulang. Berdasarkan penelitian Caesandri SDP et al (2015) sebanyak 5 frekuensi dengan persentase 72% pasien penderita kanker yang sedang menjalani ter- api pembedahan, kemoterapi dan radioterapi memiliki konsumsi harian paling sering

(41)

dengan susu sapi. Susu dan produk olahan susu seperti yogurt dan keju selain ber- manfaat dalam membantu pertumbuhan tulang dan gigi juga dinilai sangat baik se- bagai asupan nutrisi harian karena mengandung kalori dan protein tinggi yang dapat digunakan sebagai sumber energi terutama menggantikan sel baru yang telah rusak akibat paparan radiasi dari sinar x. Protein dan kalori dapat berperan dalam proses healing, sumber energi dan mencegah terjadinya fatigue yang rentan terhadap ter- jadinya infeksi. 10,20,25

Pengetahuan siswa mengenai hasil gambaran radiografi gigi diperoleh dari panca- ran sinar-x didapatkan hasil sebesar 67% siswa mengetahuinya dan dikategorikan cukup. Pengetahuan yang cukup kemungkinan karena sebagian siswa sudah mempelajari macam-macam gelombang yang didapat melalui pelajaran fisika disekolah. Berdasarkan penelitian Raidha F et al (2019) pengetahuan penggunaan sinar-x pada radiografi gigi 97,6% siswa SMAN 1 Cipatat mengetahuinya dengan baik. Penggunaan sinar-x sebagai prosedur pencitraan diagnostik karena merupakan suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang yang sangat pendek yaitu sebesar 1A = 1/100.000.000 = 10-8 cm dan memiliki frekuensi yang be- sar antara 1016 Hz – 1021 Hz sehingga energi yang diberikan lebih banyak dan memberikan kemampuan untuk penetrasi khususnya pada gigi, tulang, dan jaringan lunak disekitar gigi.1,10

Pengetahuan siswa mengenai efek radiasi yang terjadi dalam jangka panjang ada- lah kanker didapatkan hasil sebesar 65% siswa mengetahuinya dan dikategorikan cukup. Pengetahuan yang cukup kemungkinan karena sebagian siswa sudah menge- tahui bahwa kanker tidak terjadi secara cepat namun timbul dalam rentan waktu ber- tahun-tahun. Berdasarkan penelitian Hasan I et al (2013) penggunaan dosis radiasi yang rendah namun dilakukan secara berulang dapat memicu terjadinya kanker sekunder sebesar dua kali lipat. Efek radiasi jangka panjang merupakan akibat papa- ran radiasi dalam jaringan yang terlihat pada individu setelah terkena paparan radiasi yang menimbulkan kerusakan hingga kematian sel sehingga mengubah fungsi jarin- gan yang terkena radiasi baik seluruh tubuh maupun lokal tubuh. Jika sel yang men-

(42)

galami perubahan adalah sel somatik maka salah satu efek yang terjadi dalam jangka panjang akan tumbuh dan berkembang menjadi penyakit kanker.10,15,16,26

Pengetahuan siswa mengenai salah satu kegunaan radiografi gigi adalah memper- lihatkan luasnya gigi yang berlubang (karies) didapatkan hasil sebesar 58,5% siswa mengetahuinya dan dikategorikan cukup. Pengetahuan yang cukup kemungkinan ka- rena sebagian siswa sudah mengetahui bahwa gigi berlubang dapat dideteksi dengan radiografi gigi. Berdasarkan penelitian Kamburoglu K et al (2012) penggunaan radi- ografi periapikal, bitewing dan panoramik paling sering dihubungkan dengan deteksi karies yang memiliki sensitivitas kurang dari 60% dengan sensitivitas tertinggi di- capai dengan radiografi bitewing dan radiografi periapikal. Penggunaan radiografi dalam deteksi kedalaman karies sering dilakukan untuk memastikan perawatan yang akan dilakukan selanjutnya karena secara klinis sulit terlihat dengan detail dan teliti karena terbatasnya penglihatan dalam rongga mulut yang kecil.1,27

Pengetahuan siswa mengenai efek paparan sinar-x yang berlebihan pada rongga mulut adalah air liur berkurang (mulut kering) didapatkan hasil sebesar 57,5% siswa mengetahuinya dan dikategorikan cukup. Pengetahuan yang cukup kemungkinan ka- rena sebagian siswa sudah mengetahui bahwa sinar-x sebagai salah satu gelombang elektromagnetik dapat memicu terjadinya mulut kering apabila rongga mulut terpapar radiasi yang berlebihan. Berdasarkan penelitian Yunus B et al (2019) dan Surjadi N et al (2012) Pemakaian dosis radiasi sebesar 3.000 R saat radioterapi kanker dapat mempengaruhi kelenjar saliva dalam rongga mulut dan bermanifestasi menjadi xero- stomia dengan rata-rata laju alir saliva berada di kisaran 0,25-0,35 ml/mnt.

Menurunya curah saliva bersamaan dengan pemakaian dosis radiasi yang besar disebabkan karena rusaknya sel-sel asinar pada kelenjar parotis yang sangat sensitif terhadap radiasi. Saat radioterapi dilakukan, sel asinar mukus akan mempengaruhi sel asinar serous sehingga mengakibatkan terjadinya fibrosis sel, degenerasi pada lemak, atrofi pada sel asinar dan nekrosis pada sel kelenjar. Kondisi tersebut akan bermani- festasi menjadi xerostomia yang ditandai dengan volume saliva yang menurun dengan konsistensi yang lengket dan kental, rasa sakit dan sulit menelan akan terjadi karena rongga mulut telah kehilangan residual saliva sebagai pelumasnya.17-19

(43)

Pengetahuan siswa mengenai salah satu upaya proteksi radiasi yang dapat diberi- kan sebelum melakukan pemeriksaan radiografi gigi adalah dengan memakai baju pelindung (apron) didapatkan hasil sebesar 54,5% siswa mengetahuinya dan diketegorikan kurang. Pengetahuan yang kurang kemungkinan karena sebagian siswa sudah pernah mendengar atau melakukan pemeriksaan radiografi. Berdasarkan penelitian Raidha F et al (2019) penggunaan baju pelindung sebagai proteksi radiasi sebanyak 86,6% siswa SMAN 1 Cipatat mengetahuinya dengan baik. Dalam melakukan pemeriksaan radiografi baik dokter atau petugas radiografi dan pasien di- wajibkan menggunakan baju pelindung (apron) yang mengandung timbal (Pb) 0,5 mm dan tidak kurang dari 0,25 mm.1,10,20

Pengetahuan siswa mengenai fungsi pemeriksaan radiografi gigi dalam membantu menentukan suatu penyakit (diagnosis), membantu menentukan rencana perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan didapatkan hasil sebesar 49,5% siswa menge- tahuinya dan dikategorikan kurang. Pengetahuan yang kurang kemungkinan karena siswa jarang mendengar atau tidak pernah mendapatkan penjelasan saat melakukan pemeriksaan radiografi gigi yang dilakukan adalah sebagai penentu diagnosis, penen- tu perawatan, atau sebagai evaluasi perawatan. Berdasarkan penelitian Kanter M et al (2014) bahwa 10% data rekam medik yang menggunakan radiografi gigi di balai pengobatan digunakan sebagai penegakan diagnosa dan proses perawatan namun tid- ak ada yang menggunakan sebagai evaluasi perawatan karena tidak ada kasus yang mengharuskan pengambilan radiografi, namun jika ada kasus seperti perawatan en- dodontik dan pemasangan implan maka evaluasi dengan radiografi wajib dilakukan.

Pada umumnya, radiografi dalam bidang kedokteran gigi digunakan untuk membantu menentukan suatu penyakit (alat bantu diagnosis) terutama untuk mengetahui ada tid- aknya kelainan, kerusakan atau keparahan maupun hubungan dengan jaringan diseki- tarnya yang tidak dapat terlihat secara klinis yang kemudian apabila diagnosis telah ditegakkan dapat dilanjutkan dengan menentukan rencana perawatan serta sebagai evaluasi hasil perawatan untuk menilai keberhasilan perawatan yang telah dil- akukan.6,10

(44)

Pengetahuan siswa mengenai efek negatif paparan radiasi sinar-x pada ibu hamil adalah janin yang lahir akan mengalami cacat fisik dan mental, mengidap penyakit bawaan hingga kematian didapatkan hasil sebesar 48% siswa mengetahuinya dan dikategorikan kurang. Pengetahuan yang kurang kemungkinan karena siswa tidak mengetahui bahwa paparan radiasi yang mengenai ibu hamil akan menimbulkan efek yang besar. Berdasarkan penelitian Chaparian A et al (2013) paparan radiasi pada ibu hamil paling banyak mengalami kematian prenatal, malformasi kongenital, terjadinya retardasi mental, mikrosefali (ukuran kepala kecil), hingga kematian sebelum proses kelahiran akibat dosis yang diterima lebih dari 100 mGy. Paparan radiasi dapat berefek pada genetik dan dapat dihubungkan dengan kerusakan kromosom pada gonad yang telah terpapar radiasi terutama pada wanita hamil karena janin dan gen sangat rentan terhadap paparan radiasi sehingga perlu diberikan perhatian lebih dalam proteksi radiasi dikarenakan mutasi yang diakibatkan radiasi ionisasi yang terjadi secara spontan dapat dihubungkan dengan kelahiran cacat fisik dan mental, kelahiran yang mengidap penyakit bawaan hingga kematian.10,15,16,28

Pengetahuan siswa bahwa penggunaan radiasi sinar-x dalam bidang kedokteran gigi berbahaya karena sinar-x yang diarahkan ke tubuh dapat menyebabkan kerusa- kan, kematian, serta perubahan biologi pada sel didapatkan hasil sebesar 47% siswa mengetahuinya dan dikategorikan kurang. Pengetahuan yang kurang kemungkinan karena siswa tidak menyadari bahaya radiasi sinar-x pada tubuh. Berdasarkan penelitian Hasan I et al (2013) kematian sel akibat terpajan radiasi terjadi dalam wak- tu yang berbeda terutama saat terapi kanker karena telah melewati tiga hingga empat siklus sel yang diakibatkan strand break DNA dimana sebagian sel yang bertahan hidup dapat berproliferasi kembali sedangkan sebagian sel lainnya mati akibat ke- mampuan reproduksinya menjadi hilang baik secara apoptosis, nekrosis, kegagalan mitosis dan autofagi. Pancaran sinar-x mengandung jutaan foton yang berenergi ting- gi saat diarahkan ke tubuh manusia akan menyebabkan molekul yang diionisasi atom menjadi rusak terutama jika dosis dan frekuensi terpapar yang diberikan banyak dan berulang sehingga sebagian DNA yang telah rusak akan bermutasi secara per- manen.14,26

(45)

Pengetahuan siswa mengenai prinsip keselamatan penggunaan radiasi sinar-x ada- lah penggunaan dosis radiasi sinar-x harus memberikan lebih banyak manfaat da- ripada resiko yang diterima didapatkan hasil sebesar 40% siswa mengetahuinya dan dikategorikan kurang. Pengetahuan yang kurang kemungkinan karena siswa tidak pernah mendengar prinsip proteksi radiasi. Berdasarkan penelitian studi pustaka oleh Rahman FUA et al (2020) bahwa mengedepankan prinsip proteksi radiasi justifikasi dan optimasi sebagai aplikasi manajemen risiko dan keselamatan radiasi dalam bi- dang radiologi kedokteran gigi harus selalu diperhatikan oleh praktisi medis karena radiografi sinar-x berpotensial menimbulkan efek negatif yang dihasilkan radiasi pengion, baik efek deterministik maupun stokastik. Keselamatan dari penggunaan radiasi dapat dilakukan dengan membatasi pemberian dosis radiasi yang harus sesuai dengan prinsip keselamatan dan kesehatan yaitu optimasi, limitasi dan justifikasi.

Prinsip justifikasi yaitu penggunaan dosis radiasi sinar-x harus memberikan lebih banyak manfaat daripada resiko yang diterima.10,29

Pengetahuan siswa mengenai salah satu upaya proteksi radiasi dapat memberikan perlindungan kepada pasien, dokter dan petugas radiografi (radiografer) serta ling- kungan didapatkan hasil sebesar 34,5% siswa mengetahuinya dan dikategorikan ku- rang. Pengetahuan yang kurang kemungkinan karena siswa menganggap proteksi ra- diasi hanya perlu diberikan kepada pasien. Berdasarkan peraturan BAPETEN RI Nomor 4 Tahun 2020 tentang keselamatan radiasi pada penggunaan pesawat sinar-x dalam radiologi diagnostik dan intervensional pada pasal 1 nomor 2 bahwa kesela- matan radiasi pengion di bidang medik yang disebut keselamatan radiasi adalah tin- dakan yang dilakukan untuk melindungi pasien, pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi. Proteksi radiasi merupakan upaya perlindungan dalam menghindari efek negatif radiasi pengion pada seseorang atau sekelompok orang yang akan melakukan pemeriksaan radiografi, sehingga proteksi tidak hanya diberikan pada pasien namun juga pada dokter maupun petugas radiologi (radio- grafer) hingga lingkungan sekitar yang memungkinkan terkena paparan radiasi.10,20,30 Pengetahuan siswa mengenai batasan dosis radiasi radiografi gigi yang diberikan pada masyarakat umum adalah sebesar 1 mSv didapatkan hasil sebesar 21% siswa

(46)

mengetahuinya dan dikategorikan kurang. Pengetahuan yang kurang kemungkinan karena siswa tidak mengetahui satuan batasan dosis radiasi. Batasan dosis berdasar- kan data Ionising Radiation Regulation (IRR) 1999 menunjukkan bahwa batas dosis radiasi lama untuk masyarakat umum adalah sebesar 5 mSv namun untuk batas dosis baru yang digunakan saat ini adalah sebesar 1 mSv.10

Pengetahuan siswa mengenai organ yang harus dilindungi selama melakukan pa- paran radiasi sinar-x adalah alat kelamin didapatkan hasil sebesar 18,5% siswa mengetahuinya dan dikategorikan kurang. Pengetahuan yang kurang kemungkinan karena siswa tidak mengetahui bahwa alat kelamin yang terpapar radiasi dapat berefek pada genetik. Berdasarkan penelitian Yunus B et al (2020) bahwa 92-100%

pengambilan radiografi gigi mewajibkan pemakaian apron whole body dikombinasi dengan gonad shield. Pemberian perlindungan pada alat kelamin (gonad) salah satunya dengan menggunakan apron saat dilakukan penyinaran sinar-x berguna untuk menghindari efek genetik yang dapat merusak kromosom dan membahayakan gen serta sel embrio bagi keturunan berikutnya. 10,15,16,31

Pengetahuan siswa mengenai pemeriksaan sinar-x pada ibu hamil tidak boleh dil- akukan pada trimester 1 didapatkan hasil sebesar 15% siswa mengetahuinya dan dikategorikan kurang. Pengetahuan yang kurang kemungkinan karena siswa berang- gapan bahwa selama hamil baik trimester 1,2, dan 3 tidak diperkenankan menerima radiasi. Berdasarkan penelitian Abdala I et al (2015) paparan radiasi sebanyak 10 rad pada trimester pertama kehamilan beresiko tinggi terjadinya kematian janin karena embrio sedang dalam masa tumbuh kembang. Wanita hamil trimester pertama dil- arang untuk melakukan pemeriksaaan sinar-x dikarenakan tiga bulan pertama ke- hamilan adalah fase pembentukan organ dan sistem saraf pusat pada janin, sehingga jika terkena radiasi dapat menyebabkan gangguan sel, kematian sel saraf, berubahnya diferensiasi seluler dan terjadinya migrasi neuron karena sistem saraf pusat sedang berkembang.10,20,32

Pengetahuan siswa mengenai peran pemeriksaan radiografi gigi sebagai pemerik- saan penunjang didapatkan hasil sebesar 5% siswa mengetahuinya. Pengetahuan yang kurang kemungkinan karena siswa tidak mengetahui perbedaan dari pemeriksaan

Gambar

Gambar 3. Radiografi oklusal dengan proyeksi                     maksila dan mandibula 12
Gambar 4. Hasil citra radiografi panoramik 12
Tabel 1. Batasan dosis berdasarkan Ionising Radiation Regulation (IRR) 1999 10  Batas Dosis Lama  Batas Dosis Baru
Tabel 3. Dosis radiasi pada tubuh yang menimbulkan efek akut 10
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor-faktor ISPA yaitu BBLR, status gizi, imunisasi, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik

Website ini dibuat dengan menggunakan pemrograman PHPTriad, sehingga memberikan kemudahan bagi server untuk mengolah data dan informasi baru dengan cepat serta menghasilkan

[r]

Pendidikan IPS pada satuan sekolah dasar memiliki tujuan membina peserta didik yang memiliki pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap (afektif), serta keterampilan (skill)

[r]

[r]

Interaksi perlakuan (KxG) berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 hari dan 45 hari, saat keluar bunga jantan, saat keluar bunga betina, panjang tongkol,