• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Experiential Marketing Pada Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Penerapan Experiential Marketing Pada Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN EXPERIENTIAL MARKETING PADA

RESTORAN ES TELER 77 SUN PLAZA MEDAN

OLEH

ANTHONY 070502117

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Anthony (2011), Analisis Penerapan Experiential Marketing Pada Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan experiential marketing pada Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan, dan analisis variabel experiential marketing yang terdiri dari 5 (lima) variabel yaitu sense, feel, think, act, dan relate terhadap informan dari pihak Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan dengan informan dari pihak pelanggan Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

Informan dalam penelitian ini adalah para karyawan Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan yang berjumlah 4 (empat) karyawan yang diantaranya Wakil Pimpinan Es Teler 77 Sun Plaza Medan dan 3 (tiga) karyawan Es Teler 77 Sun Plaza Medan serta 8 (delapan) pelanggan Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

Uji Triangulasi data dari penelitian ini memiliki persentasi kesesuaian dari pihak Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan dengan pihak pelanggan Es Teler 77 Sun Plaza Medan sebesar 84.6%, sedangkan sisanya 15.4% kurang sesuai.

Dari hasil analisis variabel yang kurang memiliki kesusaian diantaranya variabel sense dan Act. Dimana variabel sense yang kurang kesesuaian terletak dalam indikator nama Es Teler 77 Sun Plaza Medan dan variabel think yang kurang kesesuaian terletak dalam indikator pemahaman dalam kebutuhan pelanggan. Sedangkan variabel feel, act, dan relate mendapat jawaban yang sesuai.

(3)

ABSTRACT

Anthony (2011), Analsis of Application of Experiential Marketing At the Restaurant Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

This study aims to analyze the application of experiental marketing at Restaurant Es Teler 77 Sun Plaza Medan, and analysis of experiential marketing variables which consist of 5 (five) variables that sense, feel, think, act, and relate to the informant from the Restaurant Es Teler 77 Sun Plaza Medan with informants from the customers Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

Informants in this study were employees Restaurants Es Teler 77 Sun Plaza Medan, amounting to 4 (four) employees including Vice Chairman Es Teler 77 Sun Plaza Medan and 3(three) employees Es Teler 77 Sun Plaza Medan and 8 (eight) customers Restaurants Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

Triangulation test data from this study have a percentage suitability of the Restaurant Es Teler 77 Sun Plaza Medan with the customers Es Teler 77 Sun Plaza Medan by 84.6%, while the remaining 15.4% were not appropriate.

From the results of variables analysis that lacked suitability such as sense and act variables. Where is the sense of variables that is less appropriate lies in Es Teler 77 Sun Plaza Medan indicator name and the act variable that is less appropriate lies in the understanding of customer needs indicator. While the feel, thinkm and relate variables receive appropriate answers.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas kasih karunia, dan berkat-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi berikut ini yang berjudul “Analisis

Penerapan Experiential Marketing Pada Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Manajemen Konsentrasi

Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis jelas menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun untuk menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Penulis

juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Penulis, dalam menyusun skripsi ini menerima banyak bantuan, dorongan,

masukan, nasihat, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak selama awal perkuliahan

sampai kepada penulisan skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E., M.E., selaku ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Manajemen

(5)

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan juga selaku

Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam proses

penulisan serta penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Yeni Absah, S.E., M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini dan juga selaku Dosen

Wali dan Pembimbing Akademik.

6. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea, S.E., M.M., selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar di lingkungan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini dengan baik.

8. Kepada Pemilik, Pimpinan, Wakil Pimpinan, dan Staff Restoran Es Teler 77

Sun Plaza Medan serta pelanggan yang bersedia membantu dalam

menyelesaian skripsi ini.

9. Keluarga Tercinta, Kedua Orangtuaku tercinta, Alm.Eddyanto Muis (Mei Fuk

Chai) dan Ho Tjhau Jen, terimakasih atas segala dukungannya secara moril

maupun materil, nasehat, doa, dan perjuangannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan sampai saat ini.

10. Kedua adik kembarku, David Muis dan Darwin Muis atas doa dan

motivasinya hingga penulis berhasil menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini

dengan baik.

11. Bapak Gembala Sidang Pdt. Elias S.A. beserta Seluruh Jemaat Gereja Beth-el

(6)

12. Pembina dan teman-teman GBT Youth The Chosen Generation atas doa,

dukungan dan motivasinya.

13. Teman seperjuangan Manajemen Senior Claudia Angelina S.E. serta

teman-teman seangkatan stambuk 2007 (Willi Pratama, Rachmad Prabowo, Dinnul

Ikhram, dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu). Terima

kasih ya friend atas bantuan, dukungan dan doanya selama ini.

14. Teman-teman selama masa sekolah SiongTi Return yang selalu memberikan

dukungan kepada penulis hingga penyelesaian skripsi ini.

15. Teman-teman klub organisasi (Fishing Club dan Karate) yang selalu memberi

dukungan.

16. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, telah membantu

penulis baik moril maupun materil.

Penulis mengucapkan terimakasih dan semoga Tuhan Yang Maha Kasih

memberikan bekatnya yang melimpah atas jasa, kerjakeras, dukungan, dan doa-doa

mereka.

Medan, September 2011

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

BAB III METODE PENELITIAN... 31

3.1 Jenis Penelitian... 31

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 40

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman Tabel 1.1 Daftar Menu Harga Es Teler 77 Sun Plaza Medan………5 Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel……… 33 Tabel 4.1 Karakteristik Informan………... 42 Tabel 4.2 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang dekorasi……. 43 Tabel 4.3 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang fasilitas untuk

kenyamanan pelanggan……….. 45 Tabel 4.4 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang makna warna

ruangan es teler 77 Sun Plaza Medan……… 46 Tabel 4.5 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang nama Es Teler

77………... 46 Tabel 4.6 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang standarisasi

peralatan yang digunakan pihak restoran……….. 47 Tabel 4.7 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang mutu produk

yang digunakan pihak restoran……….. 48 Tabel 4.8 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang upaya

pelayanan dari pihak restoran……… 49 Tabel 4.9 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang upaya

keramahan dari pihak restoran………... 50 Tabel 4.10 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang menu

makanan dan minuman……….. 52 Tabel 4.11 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang harga untuk

makanan dan minuman dari restoran es teler 77………... 53 Tabel 4.12 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang kebutuhan

pelanggan………... 54 Tabel 4.13 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang perlunya

pengetahuan cara memberikan pelayanan………. 56 Tabel 4.14 Matrik Jawaban Informan pihak restoran tentang komunikasi

antara pihak restoran dengan pihak pelanggan……….. 57 Tabel 4.15 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang dekorasi…..59 Tabel 4.16 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang fasilitas

untuk kenyamanan………. 60 Tabel 4.17 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang warna

ruangan……….. 62 Tabel 4.18 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang nama

restoran………. 63 Tabel 4.19 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang standarisasi

peralatan……… 64 Tabel 4.20 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang mutu

produk……… 65 Tabel 4.21 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang upaya

pelayanan………... 66 Tabel 4.22 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang upaya

keramahan……….. 67 Tabel 4.23 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang menu

(10)

untuk makanan dan minuman……… 71 Tabel 4.25 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang pemahaman

karyawan tentang kebutuhan pelanggan………... 72 Tabel 4.26 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang pengetahuan

bagi karyawan dalam pelayanan……… 74 Tabel 4.27 Matrik Jawaban Informan pihak pelanggan tentang komunikasi

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Penelitian untuk Pihak Restoran ...90

Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Penelitian untuk Konsumen ...91

Lampiran 3 Tabel Hasil Wawancara dari Pihak Restoran ...92

(12)

ABSTRAK

Anthony (2011), Analisis Penerapan Experiential Marketing Pada Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan experiential marketing pada Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan, dan analisis variabel experiential marketing yang terdiri dari 5 (lima) variabel yaitu sense, feel, think, act, dan relate terhadap informan dari pihak Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan dengan informan dari pihak pelanggan Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

Informan dalam penelitian ini adalah para karyawan Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan yang berjumlah 4 (empat) karyawan yang diantaranya Wakil Pimpinan Es Teler 77 Sun Plaza Medan dan 3 (tiga) karyawan Es Teler 77 Sun Plaza Medan serta 8 (delapan) pelanggan Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

Uji Triangulasi data dari penelitian ini memiliki persentasi kesesuaian dari pihak Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan dengan pihak pelanggan Es Teler 77 Sun Plaza Medan sebesar 84.6%, sedangkan sisanya 15.4% kurang sesuai.

Dari hasil analisis variabel yang kurang memiliki kesusaian diantaranya variabel sense dan Act. Dimana variabel sense yang kurang kesesuaian terletak dalam indikator nama Es Teler 77 Sun Plaza Medan dan variabel think yang kurang kesesuaian terletak dalam indikator pemahaman dalam kebutuhan pelanggan. Sedangkan variabel feel, act, dan relate mendapat jawaban yang sesuai.

(13)

ABSTRACT

Anthony (2011), Analsis of Application of Experiential Marketing At the Restaurant Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

This study aims to analyze the application of experiental marketing at Restaurant Es Teler 77 Sun Plaza Medan, and analysis of experiential marketing variables which consist of 5 (five) variables that sense, feel, think, act, and relate to the informant from the Restaurant Es Teler 77 Sun Plaza Medan with informants from the customers Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

Informants in this study were employees Restaurants Es Teler 77 Sun Plaza Medan, amounting to 4 (four) employees including Vice Chairman Es Teler 77 Sun Plaza Medan and 3(three) employees Es Teler 77 Sun Plaza Medan and 8 (eight) customers Restaurants Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

Triangulation test data from this study have a percentage suitability of the Restaurant Es Teler 77 Sun Plaza Medan with the customers Es Teler 77 Sun Plaza Medan by 84.6%, while the remaining 15.4% were not appropriate.

From the results of variables analysis that lacked suitability such as sense and act variables. Where is the sense of variables that is less appropriate lies in Es Teler 77 Sun Plaza Medan indicator name and the act variable that is less appropriate lies in the understanding of customer needs indicator. While the feel, thinkm and relate variables receive appropriate answers.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini bisnis makanan dan minuman berkembang dengan pesat di

Indonesia. Kondisi ini didukung pula oleh semakin banyaknya tempat-tempat makan

dan santai dengan berbagai macam konsep di Indonesia khususnya Kota Medan yang

terkenal dengan kulinernya. Sejalan dengan perkembangan tersebut, para pelaku

usaha berupaya untuk menciptakan kesan di hati pelanggan bagi usaha yang

dikelolanya. Berbagai macam cara dan upaya yang lazim dilakukan seperti

meningkatkan kualitas pelayanan usaha, meningkatkan kualitas produk serta

meningkatkan kualitas pemasaran. Semua dilakukan oleh pelaku usaha demi

mencapai tujuan usaha tersebut.

Pada era kompetisi yang semakin ketat tersebut keberhasilan pelaku usaha

menciptakan persepsi positif dibenak konsumen merupakan faktor penting dalam

kesuksesan produk/merek, bahkan mungkin lebih penting daripada keunggulan

teknologi. Sebagian pelaku usaha yang memberikan pelanggan sesuatu yang lebih

dengan memperbaiki konsep dekorasi ruangan sesuai dengan selera konsumen saat

berkunjung di rumah makan tersebut dan sebagian lagi dengan memberikan

kenyamanan di dalam lokasi ruangan tersebut. Keunggulan kompetitif dalam fungsi

teknis produk adalah penting, tetapi akhirnya yang menentukan suatu produk dapat

berhasil atau tidak dipasar adalah para konsumen.

Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan kepuasan

(15)

memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan mereka merupakan hal yang sangat

penting bagi perusahaan untuk menghadapi persaingan. Salah satu cara agar dapat

merebut pangsa pasar adalah dengan memperoleh pelanggan sebanyak-banyaknya.

Pelaku usaha akan berhasil memperoleh pelanggan dalam jumlah yang banyak apabila

dinilai dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan. Dengan adanya kepuasan

pelanggan loyalitas pelanggan dan minat pembelian kembali dapat terwujud.

Zaman modern sekarang ini, tidak hanya barang (goods) dan layanan (service)

yang dapat menjamin para pelanggan tetap setia terhadap suatu tersebut tetapi juga

diperlukan pengalaman (Experience). Menurut Pine II dan Gilmore (1999:6) terdapat

4(empat) tingkatan dalam ilmu pemasaran (economic value) yakni commodities,

goods, service dan experience yang masing-masing tingkatan memiliki arti dan

pengaruh masing-masing yang berkaitan dengan kepuasan konsumen.

Pergerakan economic value dari keempat tingkatan yang ada mulai dari

commodities, goods, service dan experience akan meningkat secara besar dalam value

karena konsumen menemukan bahwa dalam tiap tingkatan tersebut lebih relevan

terhadap apa yang diinginkannya. Setiap badan usaha memiliki tingkat experience

yang berbeda-beda sehingga mereka lebih mudah mendiferensiasikan apa yang

mereka tawarkan. Pendekatan yang dapat digunakan oleh badan usaha untuk dapat

menggerakan economic value menuju pada tingkatan experiential yaitu dapat

menambah elemen-elemen yang dapat mempertinggi interaksi yang berkaitan secara

langsung dengan panca indra melalui penglihatan, suara, sentuhan, rasa dan bau dari

konsumen tersebut. Tahapan-tahapan dalam pergerakan economic value adalah

mengolah barang atau bahan baku (extract commodities), tahap membuat barang atau

(16)

pengalaman (stage experience) yang mempunyai arti memberikan pengalaman yang

bersifat memorable (selalu dingat dan dikenang dalam pikiran).

Experiential Marketing merupakan sebuah pendekatan pemasaran untuk

memberikan informasi pribadi yang lebih dari sekedar informasi mengenai sebuah

produk atau jasa. Experiential Marketing juga merupakan suatu metode pemasaran

yang relatif baru, yang disampaikan ke dunia pemasaran lewat sebuah buku

Experiential Marketing : How to Get Customers to Sense,Feel,Think,Act, and Relate

to Your Company and Brands, oleh Schmitt. Schmitt menyatakan bahwa esensi dari

konsep experiential marketing adalah pemasaran dan manajemen yang didorong oleh

pengalaman.

Schmitt (1999:60) memberikan suatu framework alternatif yang terdiri dari

dua elemen, yaitu Strategic Experience Modules (SEMs), yang terdiri dari beberapa

tipe experience dan Experience Producers (ExPros), yaitu agen –agen yang dapat

menghantarkan experience ini. Strategic Experience Modules terdiri dari lima tipe

yaitu Sense, Feel, Think, Act, dan Relate. (a) Sense adalah aspek-aspek yang berwujud

dan dapat dirasakan dari suatu produk yang dapat ditangkap oleh kelima panca indera

manusia, meliputi pandangan, bau, rasa, dan sentuhan. (b) Feel, perasaan

berhubungan dengan perasaan yang paling dalam dan emosi pelanggan. (c) Think,

perusahaan berusaha untuk menantang konsumen, dengan cara memberikan

problem-solving experiences, dan mendorong pelanggan untuk berinteraksi secara kognitif

dan/atau secara kreatif dengan perusahaan atau produk. (d) Act , tindakan yang

berhubungan dengan keseluruhan individu (pikiran dan tubuh) untuk meningkatkan

hidup dan gaya hidupnya. (e) Relate menghubungkan pelanggan secara individu

(17)

SK Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 73/PW

105/MPPT-85 menjelaskan bahwa restoran adalah salah satu jenis usaha dibidang jasa pangan

yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan

peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan

penjualan makanan dan minuman untuk umum. Pengusahaan restoran meliputi jasa

pelayanan makan dan minum kepada tamu restoran sebagai usaha pokok dan jasa

hiburan didalam bangunan restoran sebagai usaha penunjang yang tidak terpisahkan

dari usaha pokok sesuai dengan ketentuan dan persyaratan teknis yang ditetapkan.

Pemimpin restoran adalah seorang atau lebih yang sehari-hari mempimpin dan

bertanggungjawab atas penyelenggaraan usaha restoran tersebut, sedangkan bentuk

usaha restoran ini dapat berbentuk Perorangan atau Badan Usaha (PT, CV, Fa atau

koperasi) yang tunduk kepada hukum Indonesia.

Es Teler 77 merupakan Restoran yang tidak asing lagi di kota Medan. Es Teler

77 berada di Mal-Mal besar yang ramai pengunjung serta banyak persaingan makanan

dan minuman. Es Teler 77 dapat berkembang dari tahun ke tahun sehingga nama Es

Teler 77 terdapat di luar kota Medan seperti di Kuta, Bali, bahkan terdapat di luar

negeri. Makanan dan minuman yang disediakan oleh Restoran Es Teler 77 berbagai

macam jenis untuk semua kalangan dari kalangan kecil sampai kalangan besar dan

semua golongan dari golongan kecil sampai golongan besar dan mencakup semua

umur dari kecil sampai dewasa hingga orang tua.

Tabel 1.1

Daftar Menu Harga Es Teler 77 Sun Plaza Medan

Makanan Harga Snack Harga

Bakso super special jumbo Rp.20.000 Otak-Otak goreng Rp.16.363

Bakso super special Rp.16.363 Bakso goreng Rp.17.272

Bakso super/kuah Rp.13.636 Siomay ikan Rp.16.363

Mie ayam pedas istimewa Rp.20.000 Batagor Rp.13.636

Mie ayam Rp.14.545 Rujak gobet Rp.10.000

(18)

Mie ayam pangsit goreng/rebus Rp.17.272 Roti bakar busula (butter susu gula)

Rp.10.909

Mie kangkung Rp.18.181 Roti bakar coksuke (coklat susu

keju)

Rp.12.727

Pangsit goreng/rebus Rp.12.727 Minuman Harga

Mie/bihun/kwetiau goreng/rebus

Rp.20.000 Es Teler Rp.12.727

Mie/bihun goreng sambal terasi Rp.20.909 Es Kelapa Rp.11.818

Nasi/kwetiau goreng sambal terasi

Rp.20.909 Es Alpukat Rp.11.818

Nasi goreng ikan asin Rp.20.909 Es Nangka Rp.11.818

Nasi goreng Rp.20.000 Soda gembira Rp.9.090

Pecak ayam Rp.15.454 Es teh lemon Rp.8.181

Paket ayam goreng Rp.21.818 Teh tarik Rp.7.272

Ayam goreng Rp.13.636 Coca-cola/fanta Rp.7.272

Gado-Gado Rp.17.272 Teh botol Rp.4.545

Soto ayam Rp.13.636 Air mineral Rp.4.545

Nasi Putih Rp.3.636 Nescafe Rp.6.818

Sumber : Es Teler 77 Sun Plaza Medan

Berdasarkan pra-survei yang dilakukan peneliti pada lokasi Restoran Es Teler

77 Sun Plaza yang terletak di Lt.G selalu terlihat banyak pengunjung yang berada

pada Restoran Es Teler 77 tersebut, sedangkan Sun Plaza mempunyai 43 Restoran

dan Cafe serta 1 food court yang memiliki 40 kios makanan dan minuman.

Lokasi Es Teler 77 pada Sun Plaza berada pada tempat yang strategis, tetapi

ruang tersebut relatif kecil, sehingga jarak antara meja ke meja sempit, dan sampai

keluar dari ruangan yang telah disediakan. Sewaktu memesan makanan dan minuman,

aroma dari makanan tersebut tercium oleh konsumen.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan , peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Experiential Marketing Pada

Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui

penerapan Experiential Marketing pada Restoran Es Teler 77 Sun Plaza Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan berguna bagi :

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada

perusahaan tentang karakteristik para pelanggan, karena mengingat

pengalaman dan kesan setiap pelanggan berbeda-beda.

2. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi yang dapat

menjadi bahan perbandingan bagi yang memerlukannya.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan serta dapat

menambah wawasan tentang manajemen khususnya bidang pemasaran dan

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Banyak orang berpendapat bahwa pemasaran hanya sekedar penjualan atas

suatu produk, namum penjualan hanyalah sebagian dari pemasaran. Pemasaran adalah

suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh

apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik

produk dan nilai dengan orang lain (Kotler dan Amstrong, 2001: 7). Manajemen

pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi,dan pengendalian dari

program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara

pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan

perusahaan (Kotler, 2001: 18).

Berdasarkan defenisi di atas tersebut proses pemasaran bertujuan untuk

memuaskan pelanggannya. Kunci utama untuk mencapai sasaran tersebut adalah

dengan mengenali kebutuhan (needs), dan keinginan (wants) dari pasar sasaran, dan

memberikan kepuasan kepada konsumen dengan cara yang lebih efektif dan efisien

dibandingkan dengan yang dilakukan pesaing.

Konsep pemasaran memegang peranan penting bagi suatu organisasi dimana

mulai dari menentukan kebutuhan, mengetahui tentang keinginan pasar atau tanggap

akan kebutuhan pelanggan, mengkoordinir semu aktivitas pelanggan serta

(21)

2.1.2 Definisi dan Karakteristik Jasa

Bidang jasa mempunyai ruang lingkup yang luas dan sangat beranekaragam.

Sektor nirlaba swasta seperti sekolah, universitas, rumah sakit, yayasan dan

sebagainya. Sektor bisnis seperti penerbangan, perbankan, hotel,restoran, perusahaan

asuransi, pusat perbelanjaan, dan seterusnya. Jasa merupakan aktifitas ekonomi yang

hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya

dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai

tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan atau kesehatan).

Pengertian jasa menurut pendapat para ahli antara lain :

1. Menurut Kotler (2000:428)

“Jasa ialah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu

pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan menyebabkan

perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya bisa dan bisa juga tidak terikat

pada suatu produk.”

2. Menurut Lamb,dkk. (2001: 482)

” Jasa adalah hasil dari usaha penggunaan manusia dan mesin terhadap

sejumlah orang atau objek. Jasa meliputi suatu perbuatan, suatu kinerja, atau

suatu upaya, yang tidak bisa diproses secara fisik.”

3. Menurut Zeithaml dan Bitner (dalam Hurriyati; 2005:28)

”Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain

produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat

bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud

(22)

Kotler (2001: 605) membagi karakteristik jasa ke dalam empat bagian, yaitu:

1. Tidak Berwujud (Intangible)

Jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud. Tidak seperti produk fisik,

jasa tidak dapat dilihat, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu

dibeli.

2. Tidak Dapat Dipisahkan (Inseparability)

Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Jika jasa itu

dilakukan oleh orang, maka penyedianya adalah bagian dari jasa. Karena

klien juga hadir saat jasa itu dilakukan, interaksi penyedia klien adalah ciri

khusus dari pemasaran jasa. Baik penyedia maupun klien mempengaruhi

hasil jasa.

3. Variabilitas (Variability)

Jasa sangat bervariasi, karena tergantung pada siapa yang menyediakan

dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan. Pembeli jasa menyadari

tingginya variabilitas ini sering membicarakannya dengan orang lain

sebelum memilih seorang penyedia jasa.

4. Tidak Tahan Lama (Perishability)

Jasa tidak untuk disimpan, namun untuk digunakan. Perusahaan

transportasi umum harus memiliki lebih banyak kendaraan karena

permintaan pada jam-jam sibuk, daripada jika permintaan sama sepanjang

hari.

Tjiptono (2005:18) mengutarakan ada lima karakteristik utama jasa bagi

pembeli pertamanya, yaitu:

(23)

Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau

benda; maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses,

kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat,

dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi

para pelanggan, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi karena

terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi

pembeli sebelum pembelian dilakukan. Untuk jasa, kualitas apa dan

bagaimana yang akan diteriman konsumen, umumnya tidak diketahui

sebelum jasa bersangkutan dikonsumsi.

2. Tidak Dapat Dipisahkan (Inseparability)

Barang biasa diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan

jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan

dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

3. Berubah-ubah (Variability / Heterogeneity)

Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya

banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan

dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan

unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung

tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan

perilakunya.

4. Tidak Tahan Lama (Perishability)

Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang

kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang

tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa

(24)

5. Kurangnya Kepemilikan (Lack of Ownership)

Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang.

Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan

dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi,

menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa,

pelanggan mungkin hanya memiliki akses personel atas suatu jasa untuk

jangka waktu terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan

dan pendidikan).

Swastha (1999: 83) membagi jasa ke dalam dua golongan besar, yaitu:

1. Jasa Industri (Industrial Service)

Jasa industri ini disebutkan untuk organisasi dalam lingkup yang luas.

Termasuk industri pengolahan, pertambangan, pertanian, organisasi non

laba, dan pemerintah. Sebagai contoh jasa pendidikan, lembaga keuangan,

jasa pengangkutan.

2. Jasa Konsumen (Consumer Service)

Jasa ini banyak digunakan secara luas di dalam masyarakat seperti halnya

dengan barang konsumsi. Jasa konsumsi ini dapat pula dibagi ke dalam

tiga golongan yaitu:

a. Jasa Konvenien (Convenience Service)

Adalah jasa konsumsi yang pembeliannya sering dilakukan dan

(25)

adalah jasa reperasi kendaraan dan sepatu, jasa tukang pangkas, dan

sebagainya.

b. Jasa Shopping (Shopping Service)

Adalah jasa konsumsi setelah mengadakan perbandingan kualitas,

harga, dan reputasi dari jasa tersebut. Seperti persewaan mobil dan

gedung, jasa asuransi, dan jasa informasi.

c. Jasa Special (Special Service)

Merupakan jasa konsumsi dimana dalam pembeliannya konsumen

harus melakukan usaha pembelian khusus dengan cara tertentu dengan

pembayaran yang lebih besar. Contoh jasa spesialis, jasa akuntan,

konsultan manajemen, dan jasa advokat. Penggolongan jasa ini sangat

relatif mengingat suatu jasa merupakan jasa konvenier, akan tetapi bagi

orang lain merupakan jasa shopping dalam mencari ataupun

membelinya.

Peluang bisnis dan pemasaran jasa tidak bisa dilepaskan dari dinamika situasi

dan kondisi sejumlah faktor eksternal yang melingkupinya. Para pengelola perusahaan

jasa, khususnya manajer pemasarannya perlu secara cermat memperhatikan situasi

dan kondisi dari faktor-faktor tersebut.

Upaya-upaya pemasaran jasa semestinya mencakup visi strategik dari sistem

jasa yang terdiri dari sistem operasi jasa dan penyajian jasa. Heskett mengusulkan

visi strategik dari pemasaran jasa (Yazid, 1999: 14) yang terdiri dari:

1. Penentuan segmen pasar sasaran

Dalam menentukan segmen pasar sasaran dilakukan pengidentifikasian

karakteristik-karakteristik umum pasar, kebutuhan penting pasar, dan

(26)

2. Perumusan konsep jasa

Dilakukan upaya-upaya untuk menanamkan dalam pikiran konsumen,

karyawan, pemegang saham ekspektasi, dan persepsi jasa itu sendiri.

Untuk mengintegrasikan pasar sasaran dan konsep jasa, perusahaan jasa

harus memposisikan dirinya sendiri dalam lingkungan kompetitif dari

pasar yang dipilih.

3. Strategi operasi

Dalam mengembangkan strategi operasi tidak mengabaikan peran operasi,

keuangan, pemasaran serta kualitas dan biaya dari jasa tersebut. Untuk

mengintegrasikan konsep jasa dengan strategi operasi, maka perlu

dilakukan upaya-upaya untuk mempersempit perbedaan-perbedaan antara

nilai dengan manfaat yang dipersepsikan dengan biaya jasanya.

4. Sistem penyajian jasa

Untuk membangun sistem penyajian jasa perlu memperjelas peran

karyawan/konsumen dengan teknologi. Agar jasa dapat disampaikan

dengan cara yang efektif, desain jasa dan strategi operasinya harus

konsisten dengan sistem penyajian jasanya.

Menurut Pine II dan Gilmore (1999) terdapat 4(empat) tingkatan dalam ilmu

pemasaran (Economic value) yakni commodities, goods, service dan experience yang

masing-masing tingkatan memiliki arti dan pengaruh masing-masing yang berkaitan

dengan kepuasan konsumen.

(27)

Komoditi atau komoditas merupakan bahan material yang diambil secara

langsung dari alam misalnya flora, fauna, air, udara, tanah serta mineral.

Pada umumnya, komoditi diproses lebih lanjut sehingga diperoleh suatu

karakteristik tertentu dan lebih bermanfaat dan mempunyai nilai jual jika

dilakukan pengolahan lebih lanjut.

b. Goods

Goods merupakan komoditi sebagai bahan mentahnya atau merupakan

barang setengah jadi dan siap dijual. Harga goods itu sendiri ditentukan

berdasarkan pada biaya produksi.

c. Service

Service lebih dikenal dengan jasa yang dipergunakan untuk memenuhi

keinginan konsumen. Konsumen pada umumnya menilai manfaat dari

service adalah lebih tinggi dari yang konsumen ekspektasikan atau

harapkan (kepuasan).

d. Experience

Experience adalah suatu kejadian yang terjadi apabila badan usaha dengan

sengaja menggunakan services sebagai prasarana dan goods menjadi

penyangga untuk dapat menarik hati atau minat konsumen secara

individual dan emosi. Badan usaha berusaha mengikat pengalaman

disekeliling goods maupun services yang ada untuk dapat menarik

konsumen lebih banyak. Konsumen secara umum menilai pengalaman

berdasarkan pada ingatan atas kejadian yang menarik hati.

(28)

Experiential Marketing berasal dari 2(dua) kata yaitu Experiential dan

Marketing. Sedangkan Experiential berasal dari kata experience yang berarti sebuah

pengalaman. Definisi experience menurut Schmitt (1999 : 60) :”Experience are

private events that occur in response to some stimulation” yang berarti pengalaman

merupakan peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi dikarenakan adanya stimulus

tertentu.

Pine II dan Gilmore (1999 : 12) berpendapat bahwa “Experience are event

that engage individuals in a personal way” yang berarti pengalaman adalah suatu

kejadian yang terjadi dan mengikat pada setiap individu secara personal.

Menurut Kotler (2003:5) :”Marketing is typically seen as the task of crediting,

promoting and delivering goods and services to consumers and businesses”, artinya

marketing adalah suatu aktivitas bertypikal sebagai tugas untuk berekreasi atau

menciptakan, berpromosi dan menjembatani antara barang dan jasa kepada konsumen

dan bisnis. Dapat dikatakan bahwa pengertian Experiential Marketing adalah suatu

aktivitas untuk melakukan antisipasi, pengolahan dan pencapaian kepuasan konsumen

melalui proses pertukaran yang merupakan peristiwa-peristiwa pribadi yang terjadi

sebagai tanggapan atau beberapa stimulus.

2.1.4 Karakteristik Experiential Marketing

Schmitt (1999: 12) membagi Experiential Marketing menjadi empat kunci

karakteristik antara lain:

(29)

Suatu pengalaman terjadi sebagai pertemuan, menjalani atau melewati situasi

tertentu yang memberikan nilai-ilai indrawi, emosional, kognitif, perilaku dan

relasional yang menggantikan nilai-nilai fungsional. Dengan adanya

pengalaman tersebut dapat menghubungkan badan usaha beserta produknya

dengan gaya hidup konsumen yang mendorong terjadinya pembelian pribadi

dan dalam lingkup usahanya.

b. Menguji situasi konsumen

Berdasarkan pengalaman yang telah ada konsumen tidak hanya menginginkan

suatu produk dilihat dari keseluruhan situasi pada saat mengkonsumsi produk

tersebut tetapi juga dari pengalaman yang didapatkan pada saat mengkonsumsi

produk tersebut.

c. Mengenali aspek rasional dan emosional sebagai pemicu dari konsumsi Dalam Experiential Marketing, konsumen bukan hanya dilihat dari sisi

rasional saja melainkan juga dari sisi emosional. Jangan memperlakukan

konsumen hanya sebagai pembuat keputusan yang rasional tetapi konsumen

lebih menginginkan untuk dihibur, dirangsang serta dipengaruhi secara

emosional dan ditantang secara kreatif.

d. Metode dan perangkat bersifat elektik

Metode dan perangkat untuk mengukur pengalaman seseorang lebih bersifat

elektik. Maksudnya lebih bergantung pada objek yang akan diukur atau lebih

mengacu pada setiap situasi yang terjadi daripada menggunakan suatu standar

yang sama. Pada Experiential Marketing, merek bukan hanya sebagai

pengenal badan usaha saja, melainkan lebih sebagai pemberi pendalaman

positif pada konsumen sehingga dapat menimbulkan loyalitas pada konsumen

(30)

2.1.5 Manfaat Experiential Marketing

Fokus utama dari suatu Experiential Marketing adalah pada tanggapan panca

indra, pengaruh, tindakan serta hubungan. Oleh karena itu suatu badan usaha harus

dapat menciptakan experiential brands yang dihubungkan dengan kehidupan nyata

dari konsumen, dan Experiential Marketing dapat dimanfaatkan secara efektif apabila

diterapkan pada beberapa situasi tertentu.

Ada beberapa manfaat yang dapat diterima dan dirasakan suatu badan usaha

menurut pandangan Schmitt (1999:34) apabila menerapkan Experiential Marketing

antara lain :

a. To turn around a declining brand yang artinya untuk membangkitkan

kembali merek yang sedang merosot.

b. To be differentiate a product from competition yang artinya untuk

membedakan satu produk dengan produk pesaing.

c. To creat an image and identity for a corporation yang artinya untuk

menciptakan citra dan identitas sebuah perusahaan.

d. To pronote innovation yang artinya untuk mempromosikan inovasi.

e. To induce trial, purchase and the most important, loyal consumption

yang artinya untuk membujuk percobaan, pembelian dan loyalitas

konsumen.

2.1.6 Kunci Pokok Experiential Marketing

Tahap awal dari sebuah Experiential Marketing terfokus pada tiga kunci

(31)

a. Pengalaman Pelanggan.

Pengalaman pelanggan melibatkan panca indera, hati, pikiran yang dapat

menempatkan pembelian produk atau jasa diantara konteks yang lebih

besar dalam kehidupan.

b. Pola Konsumsi.

Analisis pola konsumsi dapat menimbulkan hubungan untuk menciptakan

sinergi yang lebih besar. Produk dan Jasa tidak lagi dievaluasi secara

terpisah, tetapi dapat dievaluasi sebagai bagian dari keseluruhan pola

penggunaan yang sesuai dengan kehidupan konsumen. Hal yang

terpenting, pengalaman setelah pembelian diukur melalui kepuasan dan

loyalitas.

c. Keputusan Rasional dan Emosional.

Pengalaman dalam hidup sering digunakan untuk memenuhi fantasi,

perasaan dan kesenangan. Banyak keputusan dibuat dengan menuruti kata

hati dan tidak rasional. Experiential Marketing pelanggan merasa senang

dengan keputusan pembelian yang telah dibuat.

2.1.7 Elemen Strategi Experiential Marketing

Schmitt (1999) memberikan framework alternatif yang terdiri dari dua elemen,

yaitu Strategic Experience Modules (SEMs), yang terdiri dari beberapa tipe

experience dan Experience Producers (ExPros), yaitu agen-agen yang dapat

menghantarkan experience ini. Stretegic Experience Modules terdiri dari lima tipe,

(32)

a. Sense

Sense adalah aspek-aspek yang berwujud dan dapat dirasakan dari

suatu produk yang dapat ditangkap oleh kelima indera manusia, meliputi

pandangan, suara, bau, rasa, dan sentuhan. Sense ini bagi konsumen,

berfungsi untuk mendiferensiasikan suatu produk dari produk yang lain,

untuk memotivasi pembeli untuk bertindak, dan untuk membentuk value

pada produk atau jasa dalam benak pembeli. Indera manusia dapat

digunakan selama fase pengalaman (pra pembelian, pembelian dan

sesudah pembelian) dalam mengkonsumsi sebuah produk atau jasa.

Perusahaan biasanya menerapkan unsur sense dengan menarik perhatian

pelanggan melalui hal-hal yang mencolok, dinamis, dan meninggalkan

kesan yang kuat.

Ada tiga tujuan stretegi panca indera (sense strategic objective):

1. Panca indera sebagai pendiferensiasi

Sebuah organisasi dapat menggunakan sense marketing untuk

mendiferensiasikan produk organisasi dengan produk pesaing didalam

pasar, memotivasi pelanggan untuk membeli produknya, dan

mendistribusikan nilai kepada konsumen.

2. Panca indera sebagai motivator

Penerapan unsur sense dapat memotivasi pelanggan untuk mencoba

(33)

3. Panca indera sebagai penyedia nilai

Panca indera juga dapat menyediakan nilai yang unik kepada

konsumen.

Untuk mendeferensiasi produk melalui daya tarik panca indera,

harus diketahui stimuli apa yang paling cocok untuk menciptakan

deferensiasi produk. Untuk dapat memotivasi pelanggan, dibutuhkan

identifikasi proses dasar dan untuk menciptakan nilai, harus dipahami

konsekuensi dari daya tarik panca indera.

1. Rangsangan (Stimuli)

Otak manusia lebih mudah menyimpan informasi-informasi yang

jelas dan menonjol dibandingkan informasi-informasi yang biasa.

Informasi yang mencolok akan lebih menarik perhatian (misalnya :

suara yang keras, warna-warna yang beraneka ragam, dan

permukaan yang kasar), bila dibandingkan dengan informasi yang

keras jelas (misalnya :suara yang lemah, warna-warna yang lembut

dan permukaan yang lembut). Informasi yang menonjol adalah

informasi yang kontras dengan informasi yang lain.

Otak manusia juga lebih mudah menyimpan informasi yang

berhubungan dengan hal-hal yang pelanggan telah ketahui. Dengan

kata lain seorang pelanggan membutuhkan pengalaman masa lalu

untuk dapat menangkap informasi baru. Pelanggan memperhatikan

hal-hal yang sesuai dengan selera dalam gaya, tema, dan

keseluruhan kesan.

(34)

Di dalam proses ada tiga tingkat penerapan prinsip, yaitu.

(1) Across modalities, membuat gabungan dari beberapa

kemampuan panca indera dengan baik.

(2) Across ExPros, membuat gabungan dari beberapa ExPros

dengan baik.

(3) Across space and time. Kunci utama yang berkenaan dengan

sense campaings across space and time disebut sebagai

konsistensi kognitif / variasi panca indera. Konsistensi kognitif

merupakan sebuah pemahaman intelektual dari ide pokok.

Konsistensi kognitif juga merupakan replikasi konsep dari gaya

dan tema. Konsistensi kognitif sangat penting karena tanpa

konsistensi kognitif sebuah pendekatan sense marketing tidak

akan berhasil. Usaha-usaha yang dilakukan perusahaan untuk

menarik perhatian pelanggan tidak akan diingat atau dimengerti

sehingga tidak akan berdampak pada perilaku pelanggan.

Sensory variety merupakan elemen-elemen spesifik yang

digunakan dalam jangka panjang (misalnya : warna, slogan).

Sensory variety sangat penting karena tanpa sensory variety

iklan dibuat oleh perusahaan tidak akan diperhatikan oleh

pelanggan untuk jangka waktu yang lama. Iklan akan menjadi

sangat membosankan dan tidak memotivasi pelanggan untuk

mencoba produk dan membelinya.

3. Konsekuensi (consequences)

Konsekuensi dari model ini dibagi menjadi 2(dua), yaitu

(35)

b. Feel

Perasaan berhubungan dengan perasaan yang paling dalam dan

emosi pelanggan. Iklan yang bersifat feel good biasanya digunakan untuk

membuat hubungan dengan pelanggan, menghubungkan pengalaman

emosional mereka dengan produk atau jasa, dan menantang pelanggan

untuk bereaksi terhadap pesan feel campaign sering digunakan untuk

membangun emosi pelanggan secara perlahan. Ketika pelanggan merasa

senang terhadap produk yang ditawarkan perusahaan, pelanggan akan

menyukai produk dan perusahaan. Sebaliknya, ketika pelanggan merasa

tidak senang terhadap produk yang ditawarkan perusahaan, maka

konsumen akan meninggalkan produk tersebut dan beralih kepada produk

lain. Jika sebuah strategi pemasaran dapat menciptakan perasaan yang baik

secara konsisten bagi pelanggan, maka perusahaan dapat menciptakan

loyalitas merek yang kuat dan bertahan lama (Schmitt ,1999).

Affevtive experience adalah tingkat pengalaman yang merupakan

perasaan yang bervariasi dalam intensitas, mulai dari perasaan yang positif

atau pernyataan mood yang negatif sampai emosi yang kuat. Jika pemasar

bermaksud untuk menggunakan affective experience sebagai bagian dari

strategi pemasaran, maka ada dua hal yang harus diperhatikan dan

dipahami, yaitu:

1. Suasana hati (moods), Moods merupakan affective yang tidak

spesifik.Suasana hati dapat dibangkitkan dengan cara memberikan

stimuli yang spesifik (Schmitt, 1999). Suasana hati merupakan keadaan

afektif yang positif atau negatif. Suasana hati seringkali mempunyai

(36)

yang mereka pilih. Keadaan suasana hati dapat dipengaruhi oleh apa

yang terjadi selama konsumsi produk, dan keadaan suasana hati yang

tercipta selama proses konsumsi, pada gilirannya, dapat mempengaruhi

evaluasi menyeluruh konsumen atas produk.

2. Emosi (emotion), lebih kuat dibandingkan suasana hati dan merupakan

pernyataan afektif dari stimulus yang spesifik, misalnya marah, irihati,

dan cinta. Emosi-emosi tersebut selalu disebabkan oleh sesuatu atau

seseorang (orang, peristiwa, perusahaan, produk, atau komunikasi).

Ada dua tipe emosi : emosi dasar dan emosi komplek. Emosi dasar

merupakan komponen-komponen dasar dari kehidupan konsumen,

misalnya emosi-emosi positif seperti senang, dan emosi-emosi negatif

seperti marah dan sedih. Sedangkan, emosi kompleks merupakan

campuran dari emosi-emosi dasar, baik emosi dasar maupun emosi

kompleks dapat dipicu oleh perubahan tiga aspek utama : peristiwa

(hal-hal yang terjadi), agents (orang, institusi, situasi), dan objek (

Schmitt 1999 : 123)

Perasaan muncul lebih kuat pada saat pelanggan mengkonsumsi barang

atau jasa. Perasaan yang kuat dihasilkan dari hubungan dan interaksi,

dan perasaan dapat terus berkembang menjadi perasaan yang lebih

kompleks (Schmitt 1999 : 126)

c. Think

Perusahaan berusaha untuk menantang konsumen, dengan cara

memberikan problem-solving experiences, dan mendorong pelanggan

untuk berinteraksi secara kognitif dan/atau secara kreatif dengan

(37)

menggunakan lebih banyak informasi tekstual, dan memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawabkan. Menurut Schmitt cara yang

baik untuk membuat think campaign berhasil adalah (1) menciptakan

sebuah kejutan yang dihadirkan baik dalam bentuk visual, verbal ataupun

knseptual, (2) berusaha untuk memikat pelanggan dan (3) memberikan

sedikit provokasi.

1. Kejutan (surprise)

Kejutan merupakan suatu hal yang penting dalam membangun

pelanggan agar mereka terlibat dalam cara berpikir yang kreatif.

Kejutan dihasilkan ketika pemasar memulai dari sebuah harapan.

Kejutan harus bersifat positif, yang berarti pelanggan mendapatkan

lebih dari yang mereka minta, lebih menyenangkan dari yang mereka

harapkan, atau sesuatu yang sama sekali lain dari yang mereka

harapkan yang pada akhirnya dapat membuat pelanggan merasa

senang. Dalam experiential marketing, unsur surprise menempati hal

yang sangat penting karena dengan pengalaman-pengalaman yang

mengejutkan dapat memberikan kesan emosional yang mendalam dan

diharapkan dapat terus membekas di benak konsumen dalam waktu

yang lama.

2. Memikat (intrigue)

Jika kejutan berangkat dari sebuah harapan, intrigue campaign

mencoba membangkitkan rasa ingin tahu pelanggan, apa saja yang

memikat pelanggan. Namun, daya pikat ini tergantung dari acuan yang

(38)

seseorang dapat menjadi sesuatu yang membosankan bagi orang lain,

tergantung pada tingkat pengetahuan, kesukaan, dan pengalam

pelanggan tersebut.

3. Provokasi (provocation)

Provokasi dapat menimbulkan sebuah diskusi, atau menciptakan

sebuah perdebatan. Provokasi dapat beresiko jika dilakukan secara

tidak baik dan agresif (Shmitt, 1999).

d. Act

Tindakan yang berhubungan dengan keseluruhan individu (pikiran

dan tubuh) untuk meningkatkan hidup dan gaya hidupnya. Pesan-pesan

yang memotivasi, menginspirasi dan bersifat spontan dapat menyebabkan

pelanggan untuk berbuat hal-hal dengan cara yang berbeda, mencoba

dengan cara yang baru merubah hidup mereka lebih baik.

e. Relate

Relate menghubungkan pelanggan secara individu dengan

masyarakat, atau budaya. Relate menjadi daya tarik keinginan yang paling

dalam bagi pelanggan untuk pembentukan self-improvement, status

socio-economic, dan image. Relate campaign menunjukkan sekelompok orang

yang merupakan target pelanggan dimana seorang pelanggan dapat

(39)

2.2 Penelitian Terdahulu

Mahmudah (2010) dengan judul “Analisis Pengaruh Pengalaman Pelanggan

(Customer Experience) Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada KFC Cabang Walikota”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengalaman pelanggan

terhadap kepuasan pelanggan pada KFC Cabang Walikota. Penelitian ini dilakukan

berdasarkan variabel experiential marketing yang terdiri dari sense, feel, think, act dan

relate.. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskritif dan regresi linear

berganda. Hasil dari penelitian menunjukkan secara parsial dapat dilihat bahwa

variabel bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan hanya

terdiri dari satu, yaitu variabel Feel.

Sianipar (2008) dengan judul ”Analisis Pengaruh Customer Experience

Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Amazone Sun Plaza Medan”. Penelitian ini

dilakukan berdasarkan variabel sense, feel, think, act, dan relate. Kesimpulan dari

penelitian tersebut bahwa secara simultan variabel tidak berpengaruh terhadap

kepuasan konsumen Amazone Sun Plaza Medan. Namun secara parsial, variabel

(40)

BAB III

Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis penelitian deskriptif kualitatif, yang merupakan

pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai

status terakhir dari subjek penelitian. ( Kuncoro 2009 : 12 ).

Penelitian deskriptif (descriptive research) bertujuan membuat

pencanderaan/lukisan/deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu

populasi atau daerah tertentu secara sistematik, faktual, dan teliti (Ginting dan

Syafrizal , 2008 : 55)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Restoras Es Teler 77 Sun Plaza Medan

Lt.G. Waktu penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) bulan dari bulan Juli 2011

sampai bulan Agustus 2011.

3.3 Batasan Operasional Variabel

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

(41)

3.4 Defenisi Operasional Variabel

Indikator Experiential Marketing (X) yang akan dianalis yaitu :

1. Sense (X1) didefinisikan sesuatu yang berhubungan dengan panca

indera seperti gaya, tema dan warna.

2. Feel (X2) didefinisikan perasaan dan emosi konsumen dengan tujuan

mempengaruhi pengalaman yang dimulai dari suasana hati yang

lembut sampai dengan emosi yang kuat terhadap kesenangan dan

kebanggan.

3. Think (X3) merupakan tipe experience yang bertujuan untuk

menciptakan kognitif, pemecahan masalah yang mengajak konsumen

untuk berfikir kreatif.

4. Act (X4) adalah tipe experience yang bertujuan untuk mempengaruhi

perilaku, gaya hidup dan interaksi dengan konsumen.

5. Relate (X5) merupakan tipe experience yang digunakan untuk

mempengaruhi pelanggan dan menggabungkan seluruh aspek sense,

feel, think dan act serta menitik beratkan pada penciptaan persepsi

(42)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator

Sense

(X1)

sesuatu yang berhubungan dengan panca indera seperti gaya, tema dan warna.

a. Dimana pengunjung disentuh dengan interior yang menarik menghiasi gerai. b. Es Teler 77 Sun Plaza nyaman.

c. Warna ruangan Es Teler 77 Sun Plaza menarik.

d. Tema produk menarik. e. Nama Toko menarik.

Feel

(X2)

perasaan dan emosi konsumen dengan tujuan mempengaruhi pengalaman yang dimulai dari suasana hati yang lembut sampai dengan emosi yang kuat terhadap kesenangan dan kebangaan.

a. Kualitas peralatan yang terjamin mutu. b. Kualitas dari Produk terjamin

berkualitas.

c. Servis pelayanan Es Teler 77 Sun Plaza bagus.

d. Pelayan Es Teler 77 Sun Plaza ramah.

Think

(X3)

tipe experience yang bertujuan untuk menciptakan kognitif, pemecahan masalah yang mengajak konsumen untuk berpikir kreatif.

a. Es Teler 77 Sun Plaza menyediakan beberapa jenis makanan.

b. Es Teler 77 Sun Plaza menyediakan beberapa jenis minuman.

c. Harga dalam menu makanan dan minuman beragam-ragam.

d. Permintaan pelanggan yang menginginkan adanya inovasi atau pembaharuan.

Act

(X4)

tipe experience yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku, gaya hidup dan interaksi dengan konsumen.

a. Dalam bertransaksi pelayan berinteraksi langung dengan para pelanggannya.

b. Pengetahuan sesama karyawan dan pelanggan

Relate

(X5)

tipe experience yang digunakan untuk mempengaruhi pelanggan dan menggabungkan seluruh aspek sense,

feel, think dan act serta menitik

beratkan pada penciptaan persepsi positif dimata pelanggan.

a. Adanya komunikasi antara pimpinan, wakil pimpinan, pelayan dan sesama pelanggan.

(43)

3.5 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini terdiri dari individu-individu yang

berkaitan dan berbuhungan langsung dengan Restoran Es Teler 77 yang terdiri

dari Wakil Pimpinan Es Teler 77 Sun Plaza, Karyawan dan Karyawati Es

Teler 77 Sun Plaza dan beberapa konsumen yang akan dijadikan responden

sampai data menjadi jenuh.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder, yang diperoleh dari:

1. Data Primer diperoleh dari informan penelitian.

2. Data Sekunder diperoleh dari Studi Dokumentasi.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara mendalam (depth interview)

Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan secara

pribadi.

b. Pengamatan (Observation)

Melakukan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti, yaitu

Restoran Es Teler 77 Sun plaza terutama yang berkaitan dengan gerai,

desain ruangan, pelayanan dari para pelayan.

(44)

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan data melalui buku, jurnal,

internet yang menjadi bahan referensi pendukung bagi peneliti.

3.8 Prosedur Pengumpulan Data 3.8.1 Pra-Depth Interview

Peneliti memulai depth interview dengan menggunakan

langkah-langkah seperti yang disarankan oleh Mulyana (2003:82)

,yaitu:

1. Menemukan subjek penelitian

Untuk menemukan orang yang akan dijadikan subjek penelitian,

peneliti harus terjun ke lapangan untuk menemukan orang yang

layak untuk diwawancara. Sejalan dengan proses ini, peneliti dapat

meminta rujukan mengenai siapa lagi orang yang mempunyai

pengalaman atau karakteristik serupa.

2. Menentukan jumlah responden

Dalam metode depth interview tidak ada kriteria baku mengenai

berapa jumlah responden yang harus diwawancarai. Sebagai aturan

umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data

menjadi jenuh.

3. Variasi responden

Pertimbangan dalam pemilihan sampel ini adalah bahwa sampel

sebaiknya bervariasi, dilihat dari ciri demografisnya, sehingga hasil

penelitian tidak menyimpang karena faktor-faktor sosio-ekonomi,

gender, atau kepribadian yang tidak relevan, akan diperkaya oleh

(45)

3.8.2. Pada Saat Depth Interview

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti saat

melakukan depth interview, yaitu :

1. Memulai wawancara

Wawancara dimulai dengan basa-basi ketimuran, namun tetap

proporsional dan secukupnya, apalagi bila responden adalah orang

penting dan hanya memiliki waktu yang terbatas.

2. Mengajukan pertanyaan

a. Untuk memperoleh data secermat mungkin, digunakan tape

recorder. Namun, sebelum menggunakan tape recorder,

terlebih dahulu meminta izin kepada responden. Hal ini

mungkin terjadi adalah responden menjadi gugup ketika

menyadari jawabannya direkam, namun biasanya hal ini tidak

berlangsung lama, dan kegugupan itu mencair seiring dengan

jalannya wawancara. Keuntungan peneliti bila menggunakan

tape recorder adalah (1) peneliti dapat lebih berkonsentrasi

penuh terhadap informasi yang diberikan responden karena

tidak harus mencatat ataupun menulis seluruh informasi yang

terucap, dan (2) data menjadi lebih lengkap dan akurat

b. Pertanyaan dalam depth interview cenderung dimulai dengan

kata tanya bersifat terbuka, seperti ‘bagaimana’, ‘apakah’, dan

‘mengapa’.

c. Peneliti harus dapat membawa wawancara ini menjadi sebuah

‘percakapan informal’, sehingga peneliti dapat menggali apa

(46)

adalah bahasa yang akrab dan informal. Pertanyaan bahkan

dapat diajukan dalam bahasa daerah, bila diyakini responden

akan bersikap lebih terbuka

3. Pedoman penyelenggaraan wawancara

Beberapa pedoman yang perlu diketahui dalam menyelenggarakan

wawancara, yaitu:

a. Penyusunan isi wawancara yang efektif, dengan berusaha

menempatkan pesan utama pada awal pembicaraan.

b. Sikap dan ekspresi vokal yang tepat.

c. Saling membuka diri.

d. Sesuaikan penggunaan alat peraga dengan kondisi saat

wawancara.

e. Memperhitungkan kepentingan dan perspektif penelitian.

4. Mengakhiri depth interview

a. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi (seperti tempat dan

tanggal lahir, usia, riwayat pendidikan, penghasilan, dan

sebagainya) diajukan pada akhir wawancara. Hal ini

berkebalikan dengan pertanyaan dalam survei yang umumnya

menempatkan pertanyaan-pertanyaan pribadi ini diawal

wawancara. Tujuan teknik ini adalah menghindarkan responden

dari keharusan memberikan jawaban yang bersifat pribadi,

yang mungkin membuatnya malu atau tersinggung sehingga

mempengaruhi jawaban atas pertanyaan berikutnya, atau

bahkan secara mendadak dan sepihak membatalkan

(47)

b. Pada akhir wawancara, peneliti sebaiknya meminta alamat,

nomor telepon, ataupun email responden. Tujuannya adalah

agar memudahkan peneliti untuk menghubungi responden bila

membutuhkan data tambahan.

3.8.3. Pasca Depth Interview

Peneliti menyalin hasil wawancara ke dalam bentuk tulisan dan

memilah-milahnya berdasarkan kategorinya yang relevan, seperti

model, hipotesis, atau kerangka teori yang sedang dibangun

.

3.9 Uji Keabsahan Dan Metode Triangulasi

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang

berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan

ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah

satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Pada penelitian ini metode triangulasi yang digunakan adalah metode

triangulasi data dimana menggunakan berbagai sumber data seperti

dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan

mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut

pandang yang berbeda.

3.10. Teknik Analisis

Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (depth interview),

(48)

mengorganisir data sesuai dengan variabel penelitian kemudian dilakukan

analisis.

Analisis data penelitian ini menggunakan analisis isi (Content

Analysis), yaitu menguraikan jawaban-jawaban berdasarkan fakta, dan dibuat

matrik-matrik yang menjelaskan pengkategorisasian terhadap hasil yang

(49)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Es Teler 77 adalah salah satu restoran terkemuka di Indonesia yang

menggeluti usaha makanan restoran cepat saji. Restoran Es Teler 77 merupakan

restoran yang menggunakan sistem waralaba (franchise) dan memiliki berbagai

cabang diseluruh Indonesia, termasuk diluar negeri seperti Singapura, Malaysia, dan

Australia . Es Teler 77 merupakan bagian dari PT.TOP FOOD dan merupakan

anggota AFI (Asosiasi Franchise Indonesia).

4.1.1 Sejarah Singkat Restoran Es Teler 77

Es Teler adalah salah satu minuman yang didalamnya terkandung buah buahan

yang segar seperti nangka, alpukat, dan kelapa, dengan ditambah campuran sirup

special yang membuat minuman ini menjadi sangat enak dan nikmat. Pada tahun

1981, seorang wanita yang bernama Ibu Murniati, memenangkan kejuaraan membuat

Es Teler di Jakarta. Dari sinilah ide untuk membuat usaha Es Teler muncul untuk

pertama kalinya, dengan hanya membuka warung sederhana di Duta Merlin, Jakarta

Pusat. Warung sederhana yang dinamakan Es Teler 77 ini pun adalah sebuah bisnis

keluarga yang di kembangkan oleh ibu Murniati sendiri, bersama suaminya Trisno

Budijanto dan anaknya Yenny Setia Widjaja juga menantunya, Sukyatno Nugroho.

Pada tahun 1987, Sukyatno Nugroho membuat usaha Es Teler 77 menjadi

sistem waralaba, dan menjadi makanan siap saji Indonesia pertama yang

menggunakan sistem waralaba. Mengukuti tren dan gaya hidup, tahun 1994, semua

outlet Es Teler 77 pindah dar kios ke tempat perbelanjaan (mal) dan plaza.

(50)

di Indonesia, karena dengan konsepnya, Es Teler 77menyediakan makanan Indonesia

cepat saji..Hampir 3 dekade, Es Teler 77 terus mengembangkan layanannya dengan

menyajikan makanan dan minuman berkualitas dengan resep yang original kepada

pelanggan di seluruh Indonesia dan luar negeri. Dengan 180 outlet di bagian yang

berbeda-beda di Indonesia, Es Teler 77 tidak hanya meningkatkan imej dari kuliner

Indonesia di negara sendiri saja, namun juga memperkenalkan juga kelezatan

makanan Indonesia di negara lain. Saat ini, Es teler 77 terdapat di Singapura,

Malaysia, dan Melbourne (Australia). Es Teler 77 memiliki komitmen untuk

menyajikan produk makanan dan minuman populer Indonesia dengan resep orisinil

yang telah teruji mutu dan kualitasnya dengan hanya menggunakan bahan-bahan baku

lokal segar dari sumber bumi daya Indonesia.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan adalah menjadikan mitra kerja produksi dan distribusi yang

berkualitas kuat, handal dan terpecaya dalam melayani seluruh kegiatan usaha cabang

Es Teler 77 di Indonesia maupun Mancanegara.

Misi perusahaan yaitu :

- Menyediakan produk dan barang yang berkualitas.

- Menyediakan produk dan barang yang mencukupi.

- Menyediakan produk dan barang yang tepat waktu.

- Menyediakan produk dan barang dengan harga yang bersaing.

- Memberikan layanan distribusi yang memuaskan.

- Mendukung pengembangan usaha Es Teler 77.

4.2 Hasil Penelitian

(51)

Informan dalam penelitian ini berjumlah 14 orang, yang terdiri dari 4 orang

dari pihak restoran yaitu 1 wakil pimpinan dan 3 karyawan, serta 10 orang dari pihak

pelanggan, dengan karakteristik seperti pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Karakteristik Informan

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas menunjukkan sebagian besar informan berjenis

kelamin laki-laki (8 orang) dan sisanya orang perempuan, berusia 20 tahun keatas.

Wakil pimpinan Es teler 77 dilihat dari tugas dan fungsinya di restoran Es

teler 77 menjadi seseorang yang bertanggung jawab terhadap restoran Es teler 77 Sun

Plaza tersebut. Para karyawan Es teler 77 berperan sebagai bawahan dari wakil

pimpinan Es teler 77 dalam melayani para pelanggan dan berusaha untuk memberikan

kepuasan bagi para pelanggan.

Informan Nama Jenis Kelamin Umur

Wakil Pimpinan Dae Perempuan 27

Karyawan 1 Nony Perempuan 27

Karyawan 2 Johar Arifin Laki-laki 21

Karyawan 3 Al Laki-laki 24

Pelanggan 1 Andrew Laki-laki 25

Pelanggan 2 Meliyani Perempuan 36

Pelanggan 3 Herri Effendi Laki-laki 47

Pelanggan 4 Agusten Laki-laki 23

Pelanggan 5 David Laki-laki 29

Pelanggan 6 Hartono Laki-laki 33

Pelanggan 7 Nindi Perempuan 21

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Menu Harga Es Teler 77 Sun Plaza Medan
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 4.1   Karakteristik Informan Nama Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Informan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Experiential Marketing terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi pada Restoran New Penang Corner Jalan Dr. Serta shalawat beriring salam kepada kekasih-Nya, yaitu junjungan Nabi

Merek iphone terkenal memiliki kualitas yang sangat baik dan mampu memuaskan kebutuhan konsumen.. Konsumen percaya

Analisis SWOT harus diperhatikan oleh Share Tea, tetapi menjaga hubungan dengan pelanggan juga harus diperhatikan agar dapat membuat target penjualan yang ditentukan oleh Share Tea

aman bagi peralatan pabrik dan pekerja itu sendiri, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan darurat. e) Mampu terampil dalam pengendalian suatu produksi. f)

Pada berbagai jenis pasar-mulai dari pasar penghasil barang konsumen kemasan sampai dengan industri dan perusahaan yang berteknologi tinggi menggunakan experiential marketing

Dengan memiliki pelanggan- pelanggan yang setia berarti perusahaan atau organisasi bisnis memiliki mitra bisnis yang sangat potensial untuk keberlangsungan jalannya bisnis perusahaan

“saya suka berolahraga di pusat kebugaran pinggir jalanan seperti ini, karena kalau dibandingkan dengan pusat kebugaran mahal, lebih baik disini, karena selain banyak

Adapun penelitian terdahulu yang menjadi acuan saya sehingga memilih penilitian ini yaitu : Menurut Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hendarsono dan Sugiharto 2013 dengan Judul