• Tidak ada hasil yang ditemukan

Literature Review Rencana Perawatan Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Literature Review Rencana Perawatan Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Literature Review

Rencana Perawatan Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Oleh :

drg. Gede Indra Sucipta Maker, Sp.Pros

Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi Fakultas kedokteran

Universitas Udayana 2019

(2)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Literature Review Rencana Perawatan Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan”.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan mengenai gigi tiruan sebagian lepasan berdasarkan jurnal.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa program studi pendidikan dokter gigi Universitas Udayana. Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Denpasar, Juli 2019 Penulis,

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 2

BAB II. ISI ... 3

2.1 Tujuan Perawatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan ... 3

2.2 Anamnesa ... 4

2.3 Pengendalian Infeksi ... 5

2.4 Pemeriksaan Klinis ... 7

2.4.1 Tujuan Perawatan Prostodonti ... 7

2.4.2 Pemeriksaan Rongga Mulut ... 8

2.4.3 Model Diagnostik ... 9

2.5 Interpretasi dari Data Pemeriksaan ... 12

2.6 Fase Perawatan Pasien dengan Kehilangan Gigi Sebagian ... 15

BAB III. KASUS ... 17

BAB IV. PENUTUP ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan rongga mulut merupakan aspek penting yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Kesehatan rongga mulut didefinisikan sebagai kemampuan untuk berbicara, tersenyum, mencium, mengecap, mengunyah, serta menunjukan berbagai macam ekspresi wajah dengan nyaman dan tanpa gangguan maupun rasa sakit pada kompleks kraniofasial,1 maka dari itu keberadaan gigi memegang peranan penting dalam kesehatan rongga mulut.

Keberadaan gigi tidak hanya menunjang fungsional mastikasi dan fonetik namun juga sangat berpengaruh terhadap estetik, terutama pada bentuk wajah.

Kenyataannya kehilangan gigi adalah masalah yang cukup umum terjadi.

Kehilangan gigi akan terjadi seiring bertambahnya usia. Hal ini disebabkan pada umumnya oleh karies, gangguan periodontal, dan juga gangguan sistemik.

Kehilangan gigi merupakan kondisi permanen yang sangat mengganggu yang diibaratkan seperti penyakit kronis lainnya, dimana diperlukan intervensi medis untuk mencegah respon yang lebih buruk.2-3 Berbagai macam pilihan perawatan untuk kehilangan gigi sebagian, salah satu diantaranya adalah penggunaan gigi tiruan lepasan sebagian (GTSL).

GTSL berdefinisi protesa lepasan yang menggantikan satu atau lebih gigi, namun tidak seluruhnya yang bisa didukung oleh mukosa maupun gigi geligi.4 Berbeda dengan gigi tiruan jembatan maupun implan yang cekat pada rongga mulut, GTSL dapat dilepas pasang. Perawatan GTSL non invasif jika dibandingkan dengan pilihan perawatan lainnya. GTSL juga memiliki kekurangan, yaitu retensi dan stabilitas dari protesa GTSL sangat bergantung pada desain dari protesa,2,4 sehingga seorang dokter gigi harus mengetahui prinsip rencana perawatan yang baik, yang merupakan faktor utama keberhasilan

(5)

2 perawatan GTSL. Penulis tertarik untuk mengkaji Rencana Perawatan Pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prinsip rencana perawatan GTSL yang ideal?

2. Bagaimana aplikasi prinsip rencana perawatan GTSL pada beberapa contoh kasus?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui prinsip rencana perawatan GTSL yang ideal.

2. Mengetahui aplikasi prinsip rencana perawatan GTSL pada contoh kasus.

1.4 Manfaat

1. Bagi mahasiswa, akan memberikan wawasan mengenai rencana perawatan yang ideal dan contoh aplikasinya.

2. Sebagai dasar penelitian serta menambah khazanah keilmuan dalam bidang prostodonsia.

(6)

3 BAB II

ISI

2.1 Tujuan Perawatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Tujuan perawatan partial denture adalah untuk pemenuhan kebutuhan pasien, baik kebutuhan yang dirasakan oleh pasien maupun yang ditunjukkan secara klinis melalui pemeriksaan dan wawancara dengan pasien. Perawatan gigi tiruan sebagian bertujuan untuk menghilangkan keluhan/penyakit, memperbaiki estetik, fungsi pengunyahan, fungsi bicara, serta melindungi jaringan pendukung.

Meskipun terdapat kesamaan antara pasien kehilangan gigi sebagian (seperti penggolongan klasifikasi), namun terdapat perbedaan yang signifikan pada setiap pasien, dan pengobatan akhir yang akan dilakukan.

Penggambaran keunikan masing-masing pasien terjadi melalui wawancara pasien dan proses pemeriksaan klinis diagnostik. Adapun empat proses tersebut yaitu:

1. Memahami keinginan pasien atau kekhawatiran utama/keluhan mengenai kondisi pasien termasuk riwayat penyakit terdahulu yang dialami pasien yang dapat diketahui melalui proses wawancara secara sistematis.

2. Memastikan kebutuhan pasien melalui pemeriksaan klinis diagnostik.

3. Mengembangkan rencana perawatan yang mencerminkan manajemen terbaik dari keinginan dan kebutuhan pasien yang sesuai dengan kondisi medis atau keadaan rongga mulut pasien.

4. Rencana perawatan diurutkan secara tepat dengan follow up yang sudah direncanakan.

Pengobatan utama yang dilakukan bertujuan untuk penatalaksanaan penyakit dan kebutuhan restoratif serta prostetik dari pasien. Penyediaan perawatan yang terbaik untuk pasien yaitu dengan cara dokter gigi harus siap untuk membantu pasien memutuskan pilihan perawatan yang terbaik sesuai dengan keadaan masing-masing pasien.5

(7)

4 2.2 Anamnesa

Kesehatan gigi dan mulut merupakan aspek penting dari kesehatan secara keseluruhan. Pasien datang ke dokter gigi dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti untuk mengatasi penyakit atau kelainan yang dialami pasien atau untuk menjaga kesehatan mulut yang optimal. Dalam situasi apa pun, terutama untuk pasien yang datang dengan keluhan utama (seringkali dengan riwayat yang terkait dengan keluhan tersebut) dokter gigi harus memahami dengan baik apa yang menyebabkan pasien datang ke praktik dokter gigi.

Tujuan mendasar dari wawancara pasien atau anamnesa adalah untuk mendapatkan informasi tentang keluhan yang sedang dialami atau diderita oleh pasien. Pasien dapat menceritakan segala keluhan yang dialami sehingga dapat membantu dalam penegakan diagnosis. Selain itu, dengan anamnesa dapat mengembangkan hubungan antara dokter dengan pasien, membangun komunikasi yang baik antara dokter dengan pasiennya. Anamnesa yang tepat dapat membuka hubungan dan kerjasama yang baik yang bermanfaat untuk pemeriksaan selanjutnya.

Dokter gigi dapat mendengarkan dan memahami keluhan utama pasien atau kekhawatiran tentang kesehatan mulutnya, seperti gejala nyeri (nyeri apabila ada rangsangan/tidak), disfungsi, kekhawatiran yang berkaitan dengan penampilan, masalah dengan prostesis yang ada, atau kombinasi gejala yang berkaitan dengan gigi, periodontium, rahang, atau perawatan gigi sebelumnya.

Penting untuk mendengarkan dengan seksama apa yang telah dinyatakan oleh pasien sehingga dapat membantu dalam diagnosis dan rencana perawatan.

Tahapan dalam melakukan anamnesa pada pasien yang harus dokter gigi lakukan yaitu:

1. Keluhan Utama

Berkaitan dengan keluhan oleh pasien datang ke dokter gigi keluhan utama pasien akan berpengaruh terhadap pertimbangan dokter dalam menentukan tindakan yang akan dilakuhkan kepada pasien seperti rasa sakit, nyeri, pembengkakan, rasa malu karena penampilan.

(8)

5 2. Riwayat Kesehatan

Meliputi riwayat penyakit dahulu yang berkaitan dengan keadaan / keluhan sekarang dan riwayat penyakit keluarga untuk mengetahui ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak keluarga seperti diabetes mellitus, hipertensi.

3. Pemeriksaan riwayat gigi, terutama yang berkaitan dengan penggunaan prostetik sebelumnya

Pasien yang sudah pernah memakai gigi tiruan adaptasinya akan lebih mudah dibandingkan dengan pasien yang belum pernah memakai gigi tiruan. Pasien yang belum pernah menggunakan prostetik sebelumnya memerlukan penjelasan mengenai prosedur pembuatan dan pemakaian gigi tiruan (pencetakan, penentuan gigitan, awal pemakaian yang sering menimbulkan rasa sakit). Pasien yang sudah pernah menggunakan protesa sebelumnya cenderung membandingkan dengan protesa yang baru. Untuk itu perlu dilihat dan diperhatikan protesa lamanya, apabila tidak mengganggu prinsip dasar perawatan, protesa yang baru jangan terlalu berbeda dengan protesa lama, baik desain, macam atau jenisnya.

4. Harapan pasien

Harapan yang dijelaskan oleh pasien sangat penting untuk mengetahui apakah gigi tiruan sebagian lepasan akan memenuhi tujuan pengobatan yang diinginkan oleh pasien. Pengalaman pasien dengan gigi tiruan lamanya juga perlu dipertanyakan sehingga dapat memenuhi sesuai dengan yang dikehendaki oleh pasien.

5. Berkaitan dengan adanya kebiasaan buruk pasien seperti bruxism.6

2.3 Pengendalian Infeksi

American Dental Association mengikuti rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengenai prosedur pengendalian infeksi untuk kedokteran gigi. Rekomendasi tersebut terakhir diterbitkan dalam CDC Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) pada tahun 1993 dan saat ini sedang diperbarui. Meskipun prinsip-prinsip pengendalian infeksi tidak berubah secara signifikan, monitoring berkelanjutan terhadap efektivitas pedoman tersebut bersama dengan teknologi, bahan, dan peralatan baru yang memerlukan evaluasi

(9)

6 terus menerus dari praktik pengendalian infeksi saat ini. Rekomendasi tersebut memberikan panduan untuk tindakan yang akan diambil, yang akan mengurangi risiko penularan penyakit di antara kedua pekerja perawatan kesehatan gigi dan pasien mereka. Praktik pengendalian infeksi yang direkomendasikan yaitu:5

1. Handscoon harus dipakai dalam merawat semua pasien.

2. Masker harus dipakai untuk melindungi mukosa mulut dan hidung dari percikan darah dan air liur.

3. Mata harus dilindungi dengan beberapa jenis pelindung untuk melindungi dari percikan darah dan air liur.

4. Metode sterilisasi dikenal untuk membunuh semua mikroorganisme harus digunakan pada instrumen gigi. Peralatan sterilisasi termasuk steam autoclave, dry heat oven, chemical vapor sterilizers, dan chemical sterilant.

5. Peralatan sekali pakai yang terkontaminasi harus ditangani dengan hati- hati dan dibuang dalam kantong plastik untuk meminimalkan kontak dengan manusia. Benda tajam, seperti jarum dan pisau bedah, harus dimasukkan ke dalam wadah tahan tusukan sebelum dibuang ke kantong plastik.

Pasien gigi dan pekerja kesehatan gigi berpotensi terkena berbagai mikroorganisme. Paparan dapat terjadi melalui darah dan atau sekresi oral atau pernafasan. Mikroorganisme mungkin termasuk virus dan bakteri yang menginfeksi saluran pernapasan bagian atas secara umum dan juga cytomegalovirus, virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, human immunodeficiency virus (HIV), Mycobacterium tuberculosis, staphylococci, dan streptococci. Penularan infeksi pada operasi gigi dapat terjadi melalui beberapa rute. Termasuk kontak langsung (darah, cairan oral, atau sekresi lainnya), kontak tidak langsung (instrumen yang terkontaminasi, peralatan operatif, atau permukaan lingkungan), atau kontak dengan kontaminan udara yang hadir baik dalam percikan droplet atau aerosol cairan oral dan pernapasan. Untuk infeksi terjadi melalui salah satu rute ini, "rantai infeksi" harus hadir. Ini termasuk host yang rentan, patogen dengan infektivitas dan jumlah yang

(10)

7 cukup untuk menyebabkan infeksi, dan melalui mana patogen dapat masuk ke host. Prosedur pengendalian infeksi dapat menjadi efektif apabila satu atau lebih dari "tautan" ini dalam rantai harus diputus.5

Alat yang telah digunakan dalam mulut, termasuk bahan laboratorium (misalnya cetakan, catatan gigit, gigi tiruan lepasan dan cekat, peralatan ortodontik), pembersihan dan disinfeksi diperlukan sebelum dimanipulasi di laboratorium. Setiap barang yang dimanipulasi di laboratorium juga harus dibersihkan dan didesinfeksi sebelum ditempatkan di mulut pasien. Fresh pumice dengan iodophor harus digunakan untuk setiap prosedur pemolesan, dan pumice pun harus dicuci, dibilas, dan dikeringkan setelah setiap prosedur. Karena bahan terus berkembang, pekerja kesehatan gigi disarankan untuk mengikuti prosedur yang disarankan oleh pabrik untuk bahan khusus yang berhubungan dengan prosedur desinfeksi. Komunikasi yang cermat antara klinik gigi dan laboratorium gigi mengenai protokol khusus untuk penanganan dan dekontaminasi alat dan bahan penting untuk mencegah kontaminasi silang.5

2.4 Pemeriksaan Klinis

2.4.1 Tujuan Perawatan Prostodonti

Adapun tujuan dilakukannya perawatan prostodontik dapat dinyatakan sebagai:

(1) menghilangkan penyakit;

(2) perencanaan, restorasi, dan pemeliharaan kesehatan gigi yang tersisa dan jaringan pada rongga mulut

(3) menggantikan gigi yang hilang dengan tujuan pemulihan fungsi dengan cara yang menjamin stabilitas dari penggunaan gigi tiruan dan kenyamanan optimal pada pasien dan tentunya estetik. Merupakan kewajiban dokter gigi untuk menekankan pentingnya pemeliharaan serta perawatan pada gigi serta jaringan yang masih tersisa.

Diagnosis dan rencana perawatan rongga mulut dengan kehilangan gigi sebagian harus mempertimbangkan hal-hal berikut: kontrol karies dan

(11)

8 penyakit periodontal, keadaan gigi dan jaringan yang masih tersisa, terciptanya hubungan oklusal yang harmonis, dan penggantian gigi yang hilang secara tetap (misalnya menggunakan implan) atau protesa lepasan.

Pada rencana perawatan untuk gigi tiruan sebagian lepasan harus dipersiapkan gigi penyangga dan jaringan di mulut untuk benar mendukung, menstabilkan, dan mempertahankan gigi tiruan sebagian lepasan.5

2.4.2 Pemeriksaan Rongga Mulut

Pemeriksaan lengkap rongga mulut wajib didahulukan pada perawatan apa pun. Ini harus mencakup pemeriksaan gigi dan jaringan sekitarnya dengan kaca mulut, pemeriksaan periodontal, tes vitalitas gigi. Temuan klinis didukung pula oleh pemeriksaan radiografi intraoral lengkap. Selama pemeriksaan, menjadi pertimbangan untuk mempertahankan struktur gigi dan jaringan yang tersisa pada saat perawatan dilakukan. Tentunya perlu ada evaluasi antara keadaan rongga mulut dan desain protesa untuk stabilitas ketika digunakan oleh pasien. Pemeriksaan radiografi intraoral lengkap pada keadaan edentulous dengan gigi yang tersisa dapat mendukung perencanaan perawatan yang efektif. Respon tulang alveolar terhadap tekanan merupakan penilaian untuk mendapatkan prognosis yang baik ketika digunakan sebagai abutment.6

Hal pertama yang penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan rongga mulut.

Berikut yang termasuk dalam pemeriksaan rongga mulut yaitu:

1. Pemeriksaan menyeluruh dari struktur gigi yang tersisa harus dilakukan.

Lesi karies dan restorasi yang rusak harus berhubungan dengan radiografi dan temuan diagnostik lainnya.

2. Pemeriksaan periodontal. Struktur oral harus dievaluasi untuk menentukan kedalaman poket, mobilitas, perlekatan jaringan lunak, furcation involvement, dan lain-lain.

3. Dilakukan uji vitalitas gigi yang tersisa.

4. Dilakukan uji perkusi.

5. Pemeriksaan jaringan mulut untuk mengetahui apakah terdapat perubahan patologis.

(12)

9 6. Lengkung gigi harus diperiksa untuk keberadaan torus, eksostosis, daerah tulang yang tajam atau menonjol; undercut pada jaringan lunak atau keras, dan atau tuberositas yang membesar.

7. Pemeriksaan radiografi dilakukan dengan terfokus pada gigi penyangga dan daerah residual ridge.

8. Cetakan harus diperiksa untuk keberadaan gigi yang ekstrusi atau malposisi gigi, ruang antar lengkung yang berkurang, bidang oklusal yang tidak mendukung, dan masalah potensial lainnya.

9. Dalam aplikasi mandibular, alat pengukur yang sesuai seperti probe periodontal harus digunakan untuk menemukan dan mengukur kedalaman celah gingival gigi mandibula.

10. Cetakan diagnostik dianalisa pada surveyor dental dan dibuat desain gigi tiruan lepasan yang tepat.7

2.4.3 Model Diagnostik

Model diagnostik bertujuan sebagai alat bantu untuk diagnosis dan menentukan rencanaan perawatan. Diantaranya sebagai berikut1 :

1. Model diagnostik digunakan untuk melengkapi pemeriksaan oral dengan memungkinkan pandangan oklusi dari aspek lingual dan bukal.

2. Model diagnostik digunakan untuk memungkinkan survey pada lengkung gigi dengan menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan.

3. Model diagnostik digunakan untuk memungkinkan penjelasan kepada pasien secara logis dan komprehensif, kebutuhan restorasi saat ini dan masa depan serta kelalaian di masa depan.

4. Sendok cetak individual dapat dibuat pada cetakan diagnostik, atau cetakan diagnostik dapat digunakan dalam memilih dan memasang cetakan final

5. Model diagnostik dapat digunakan sebagai referensi konstan saat pekerjaan berlangsung

6. Model diagnostik yang tidak berubah harus menjadi bagian permanen dari catatan pasien karena catatan kondisi yang ada sebelum perawatan sama pentingnya dengan radiografi preoperatif.6

(13)

10 Pertemuan diagnostik pertama

Melakukan wawancara pasien yang meliputi : riwayat dental, diet makanan, adanya kebiasaan (bruxism, clenching, thrusting), memberikan pemilihan perawatan, dan pertayaan dari pasien.

Perawatan awal :

1. Identifikasi kondisi yang membutuhkan perhatian segera 2. Evaluasi indeks kebersihan mulut dan karies

3. Oral profilaksis 4. Radiografi

5. Cetakan model diagnostik

Pertemuan diagnostik kedua

Pertemuan diagnostik yang kedua harus dilakuakan untuk melengkapi pengumpulan dan evaluasi dari data diagnostik awal. Pemeriksaan oral definitif sangat penting. Oklusi pasien harus dievaluasi dan hasil dari radiografi harus berkorelasi dengan pemeriksaan klinis. Konsultasi medis dan gigi harus diminta jika diperlukan.

Pertemuan diagnostik yang kedua meliputi:

1. Pemasangan model diagnostik 2. Pemeriksaan oral definitif 3. Permintaan pasien (konsultasi) 4. Pengembangan rencana perawatan

Pemasangan model diagnostik

Model diagnostik adalah diagnostik dasar dalam kedokteran gigi (Gambar 1). Oleh karena itu, prosedur pemasangan harus diselesaikan dengan sangat hati- hati. Pemasangan model diagnostik yang secara akurat dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Pemeriksaan model diagnostik yang terpasang secara akurat pada rongga mulut. Setelah model yang akurat terpasang dengan benar pada artikulator

(14)

11 yang sesuai akan terlihat malposisi gigi, tuberositas yang menggantung rendah, jarak antar lengkung, dan restorasi yang rusak.

2. Model diagnostik yang dipasang secara akurat memungkinkan untuk menganalisis oklusi pasien secara terperinci. Pemasangan model memungkinkan peningkatan akses visual, tanpa hambatan oleh bibir, pipi, dan lidah pasien. Dokter gigi dapat mengevaluasi hubungan oklusal dari perspektif fasial dan lingual. Informasi yang dihasilkan penting dalam perencanaan perawatan dan desain protesis.

3. Model diagnostik sangat membantu dalam edukasi pasien. Dimana dengan melihat pemasangan model yang dipasang secara akurat, pasien dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi rongga mulut pasien, cara perawatan yang diusulkan, dan potensi kesulitan.

4. Model diagnostik yang dipasang secara akurat bisa memberikan catatan kondisi pasien sebelum perawatan. Catatan ini bisa sangat bernilai jika permasalahan timbul selama perawatan.

Gambar 1. Model diagnostik yang dipasang secara akurat merupakan bagian penting dari diagnosis dan perencanaan perawatan.

Tujuan utama dari prosedur pemasangan model diagnostik adalah memposisikan dengan benar model diagnostik pada artikulator. Untuk mencapai tujuan ini, model harus terkait dengan benar satu sama lain, ke sumbu pembuka/penutup artikulator.7

2.5 Interpretasi dari Data Pemeriksaan (Radiografi, Pertimbangan Periodontal, Aktivitas Karies, Gigi dan Residual Ridge)

a. Interpretasi Radiografi

(15)

12 Pemeriksaan radiografi biasanya dilakukan untuk menentukan prognosis dari gigi penyangga yang akan digunakan dalam mendesain gigi tiruan sebagian lepasan. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam interpretasi radiografi:

1. Validasi Penyakit

Penting untuk memastikan suatu penyakit melalui pemeriksaan radiografi.

Apabila dalam pemeriksaan klinis ditemukan adanya karies dan/atau penyakit periodontal, biasanya keparahan dari penyakit tersebut dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan radiograf juga dapat mendeteksi adanya lesi pada tulang yang terkait dengan rahang dan gigi. Implikasi pada stabilitas gigi dan dukungan ridge dapat menjadi faktor penting dalam prognosis protesa.

2. Pendukung Gigi

Kualitas dukungan alveolar gigi penyangga adalah yang paling penting karena gigi harus menahan beban stres yang lebih besar saat mendukung prostesis gigi. Gigi penyangga yang memberikan dukungan penyangga total pada prosthesis, baik yang tetap atau dapat dilepas, harus menahan beban yang lebih besar dan terutama gaya horizontal yang lebih besar. Gaya horizontal dapat diminimalkan dengan membentuk oklusi harmonis dan dengan mendistribusikan kekuatan horizontal di antara beberapa gigi melalui penggunaan konektor rigid. Dengan memeriksa densitas tulang, area indeks dan lamina dura secara radiografi dapat membantu untuk menentukan kelayakan tulang alveolar dalam penentuan gigi penyangga.

3. Densitas Tulang

Kualitas dan kuantitas tulang pada bagian tubuh manapun biasanya dievaluasi dengan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan kualitas dan kuantitas tulang alveolar biasanya dilihat dari ketinggian dan kualitas dari tulang yang tersisa.

Dalam menghitung ketinggian tulang harus dilakukan secara seksama agar menghindari kesalahan yang dapat disebabkan oleh faktor angulasi.

(16)

13 4. Area Indeks

Area indeks adalah area dukungan alveolar yang mengungkapkan reaksi tulang terhadap tekanan tambahan. Reaksi yang menguntungkan terhadap tekanan tersebut dapat diambil sebagai indikasi reaksi kedepannya terhadap beban tekanan tambahan.

5. Lamina Dura

Lamina dura juga perlu dipertimbangkan dalam interpretasi radiografi untuk menentukan gigi penyangga. Lamina dura adalah lapisan tipis tulang kortikal keras yang melapisi ligamen periodontal. Kesehatan lapisan lamina dura dapat menjadi faktor untuk menentukan gigi penyangga.

6. Morfologi Akar

Gigi dengan akar besar atau panjang merupakan penyangga yang lebih baik karena area potensial yang lebih besar untuk dukungan periodontal. Hubungan antara panjang mahkota klinis dan jumlah akar yang tertanam di tulang adalah faktor yang paling penting. Akar konus atau kerucut tidak menguntungkan karena bahkan kehilangan sedikit tinggi tulang dapat sangat mengurangi area perlekatan. Gigi akar ganda yang akarnya berbeda atau melengkung umumnya adalah gigi penyangga yang lebih kuat daripada gigi berakar tunggal atau gigi akar ganda yang akarnya menyatu.6

b. Pertimbangan Periodontal

Pemeriksaan jaringan periodonsium secara menyeluruh dan pada gigi penyangga secara khusus adalah hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan restorasi protesa. Evaluasi yang dilakukan terhadap kesehatan gingiva, zona yang adekuat dari gingiva cekat, dan ada tidaknya poket periodontal. Jika keterlibatan mucogingival, defek osseus, atau pola mobilitas ditemukan, maka diagnosis dan terapi yang memnungkinkan harus ditentukan

Kebiasaan pasien dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya harus diketahui, dan juga harus ada usaha dalam mengedukasi pasien tentang pentingnya merawat

(17)

14 kesehatan gigi dan mulut. Cara yang paling mudah dan akurat dalam menentukan kebiasan merawat kesehatan gigi dan mulut pasien adalah dengan memeriksa kondisi rongga mulut pasien sesaat sebelum initial profilaksis. Gigi yang tersisa dan protesa memerlukan kontrol plak yang teliti setelah penempatan gigi tiruan sebagian lepasan karena sifat cakupan material dari jaringan rongga mulut, mikroflora oral dapat berubah dengan penggunaan protesa yang dapat dilepas.6 c. Pertimbangan Aktivitas Karies

Aktivitas karies dulu dan sekarang, dan kebutuhan untuk restorasi harus dipertimbangkan. Keputusan untuk menggunakan full coverage tergantung pada kebutuhan untuk melakukan reshape pada gigi penyangga untuk mengakomodasi komponen - komponen dari gigi tiruan sebagian lepasan, mencegah kerusakan restorasi pada gigi abutmen yang memiliki restorasi direct yang besar atau bukti terhadap rekurensi karies. Terkadang, ¾ mahkota bisa digunakan apabila permukaan bukal dan lingual benar benar kuat, tetapi restorasi intrakoronal (inlay) jarang diindikasikan apabila terdapat riwayat karies ekstensif, erosi atau sementum terekspos.6

d. Evaluasi dari Fondasi Protesa (Gigi dan Residual Ridge)

Evaluasi ini diperlukan untuk memastikan adanya kestabilan basis yang baik dari gigi dan residual ridge untuk memaksimalkan fungsi protesa dan kenyamanan pasien, untuk itu, evaluasi berfokus pada identifikasi kondisi yang tidak konsisten dengan dukungan kuat dan fungsi stabil yang dapat diprediksi.6

(18)

15 2.6 Fase Perawatan Pasien dengan Kehilangan Gigi Sebagian

Pengembangan rencana perawatan yang tepat untuk pasien edentulous sebagian bisa sangat sulit. Sejumlah besar faktor mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Keputusan harus didasarkan pada evaluasi lengkap semua data diagnostik. Pemasangan model diagnostik yang tepat sangat penting dalam perencanaan pengobatan untuk pasien edentulous sebagian.

Desain gigi tiruan sebagian lepasan yang sesuai juga penting. Perawatan pasien edentulous sebagian dapat dibagi menjadi lima fase. Beberapa fase terkadang saling bersamaan, keseluruhan rencana perawatan harus mencerminkan lima fase perawatan ini. Prosedur dalam setiap fase harus diselesaikan berdasarkan prioritas tergantung pada kebutuhan pasien.

Fase I

1. Pengumpulan dan evaluasi data diagnostik, termasuk pemasangan diagnostik dan desain model diagnostik

2. Perawatan segera untuk mengontrol rasa sakit atau infeksi 3. Rujukan pasien ke tenaga kesehatan apabila diperlukan 4. Pengembangan rencana perawatan

5. Edukasi dan motivasi pasien untuk keberhasilan perawatan

Fase II

1. Pengambilan karies yang dalam dan penempatan restorasi sementara 2. Terapi periodontal

3. Pembuatan protesis sementara untuk fungsi atau estetik 4. Keseimbangan oklusal

5. Edukasi dan motivasi pasien

Fase III

1. Prosedur pembedahan preprostetik seperti alveolektomi, bedah torus palatinus.

2. Prosedur endodontik definitive

(19)

16 3. Restorasi gigi definitif, termasuk penempatan restorasi permanen

4. Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan 5. Edukasi dan motivasi pasien

Fase IV

1. Pembuatan dan penempatan dari gigi tiruan sebagian lepasan

2. Instruksikan secara lisan dan tertulis mengenai penggunaan dan perawatan gigi tiruan sebagian lapisan

Fase V

1. Perawatan pasca insersi gigi tiruan di rongga mulut 2. Kontrol periodik.7

(20)

17 BAB III

KASUS

3.1 Kasus 1 (The management of over closured anterior teeth due to attrition) Seorang pasien wanita berusia tujuh puluh enam tahun datang ke Klinik Prosthodontik di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, untuk memperbaiki gigi-geligi anterior dan posterior RA dan RB yang mengalami atrisi yang parah. Pasien telah menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada rahang bawahnya sepuluh tahun yang lalu. Namun, gigi tiruan tersebut tidak nyaman, dan sudah tidak dipakai lagi sejak lima tahun yang lalu.

Gambar 2. Foto panoramik dari pasien yang menunjukkan atrisi gigi yang parah dan beberapa gigi posterior

hilang.

Perencanaan dan penanganan kasus :

Selama pemeriksaan klinis sendi temporomandibular, ditemukan adanya clicking di sendi temporomandibular kiri dan kanan, yang membuat pasien merasa tidak nyaman. Pemeriksaan intra oral, ditemukan kehilangan gigi 12, 14, 15, 23, 26, 27,34, 35, 36, 37,46, 47, dipengaruhi oleh atrisi yaitu gigi 11, 13, 21, 22, 31, 32, 33, 41,42, 43, 44, dan deep bite di anterior relation (over closure). Selain itu setelah pengambilan foto panoramik pasien (Gambar 2), menunjukkan bahwa terdapat gigi yang hilang dan pasca perawatan endodontik yaitu pada gigi 11, 21, dan 22.

Model anatomis dari rahang atas dan bawah dibuat dengan menggunakan sendok cetak dengan alginat dan digips dengan bahan gips tipe II untuk membuat model diagnostik atau model studi (Gambar 3).

(21)

18 Gambar 3. Model diagnostik rahang atas dan rahang bawah.

Pemeriksaan dimensi vertikal oklusal dengan cara Niswonger dan Willis dilakukan dengan memperhatikan penampilan pasien. Hasil pengukuran dimensi vertikal oklusi adalah 61 mm, dan posisi istirahat adalah 69 mm. Hasil tersebut berarti dimensi vertikal oklusal berkurang. Kesimpulannya, posisi istirahat dikurangi dengan posisi oklusi yaitu 69 mm - 61 mm = 8 mm, kemudian dikurangi dengan free way space. Hasil dari dimensi vertikal oklusi yang hilang adalah 8 mm - 4 mm = 4 mm. Kemudian, diagnostic wax untuk model rahang atas diambil dengan mempertinggi gigitan, sekitar 2 mm (Gambar 4).

Gambar 4. Diagnostic wax model rahang atas

(22)

19 Gambar 5. Penambahan dengan menggunakan komposit pada gigi anterior

rahang bawah

Diagnostic wax merupakan long span bridge rahang atas dan mahkota gigi anterior yang lebih tinggi untuk rahang bawahnya. Kedua diagnostic wax dibuat dengan menggunakan malam (wax). Proses peninggian dimensi vertikal oklusal yang hilang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, restorasi gigi 33, 32, 31, 41, 42, dan 43 dilakukan dengan memperpanjang insisal, 2 mm, dengan restorasi komposit A3 dan A1 untuk meningkatkan estetik dan meningkatkan dimensi vertikal oklusal (Gambar 5). Pembuatan bridge sementara rahang atas untuk gigi 11, 12, 13, 21, dan 22 diikuti dengan proses peninggian oklusi sekitar 2 mm dari bridge sementara yang bertujuan untuk mempertahankan estetik dan untuk meningkatkan dimensi vertikal oklusi, serta untuk menghilangkan kondisi penutupan berlebih (overclosure) pasien. Bridge sementara dibuat dengan menggunakan self-curing acrylic (Gambar 7). Kemudian pasien di follow up selama dua minggu. Pasien tidak memiliki keluhan dengan sendi temporomandibular. Tahap kedua adalah preparasi gigi 11, 13, 21, dan 22 (Gambar 6).

(23)

20 Gambar 6. Preparasi gigi anterior rahang atas

Gambar 7. Bridge sementara gigi anterior rahang atas

Pembuatan long span bridge untuk gigi 11, 12, 13, 14, 15, 16, 21, 22, 23, 24, 25, dan 26, dan desain cantilever untuk gigi 26 dengan bahan porselen fused metal dilakukan untuk menyesuaikan oklusal rahang atas dengan kurva Spee (Gambar 8-A). Setelah pembuatan long span bridge selesai, kemudian dipasang di rongga mulut pasien.

Tahap berikutnya adalah pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik untuk rahang bawah. Gigi 34 diaplikasikan kawat dua jari dua pada rest mesial, sementara gigi 43 diberi klamer Gilet (Gambar 8-B).

Gambar 8. A) Long span bridge pada RA; B) Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik RB

(24)

21 3.2 Kasus 2 (Cast removable partial denture improving appearance and

masticatory function)

Seorang pasien pria berusia 56 tahun dilaporkan ke departemen Prosthodontik, Universitas medis Bangabandhu shekh mujib, Dhaka, untuk perawatan gigi yang hilang selama empat bulan. Pasien sebagai konsumer diet campuran dan menuntut restorasi yang meningkatkan penampilan dan efisiensi pengunyahan.Pada pemeriksaan klinis dan analisis model diagnostik, pasien menunjukkan dengan kehilangan gigi insisivus sentral, insisivus lateral, kaninus, premolar pertama kanan, molar pertama dan kedua kanan, dan molar kedua kiri.

Gambaran intra oral dan model diagnostik menunjukkan space maksimum antara ruang edentulous dan gigi yang tersisa yang berlawanan. Model diagnostik dianalisis dan disurvei.

Gambar 9. Kondisi klinis rongga mulut sebelum perawatan

Gambar 10. Kerangka metal removable partial denture

(25)

22 Gambar 11. Gambaran intraoral ketika dilakukan insersi protesis

Gambar 12. Insersi protesis setelah proses curing

Persiapan mulut mockup dilakukan pada model diagnostik dan persiapan dilakukan secara intraoral. Persiapan dalam mulut pasien dan cetakan final dibuat menggunakan bahan cetak elastomer polieter. Model kerja dibuat menggunakan stone kekuatan tinggi. Prosedur surveying model kerja dilakukan untuk memblok undercut dan refractory casts yang dibuat menggunakan bahan phosphate bonded.

Wax yang berkontur menggunakan pola preformed. Seluruh permukaan sesuai dengan bentuk anatomi.

Refractory casts dengan wax pattern dilekatkan dan prosedur casting dilakukan. Gigi tiruan sebagian setelah casting dan kemudian dipoles dengan cara konvensional. Kerangka logam dicoba pada mulut pasien untuk seat yang tepat.

Oklusal rim dibuat dan penyejajaran yang tepat dilakukan lalu dicoba lagi. Setelah perawatan persetujuan yang memuaskan diperoleh pasien dan gigi tiruan sebagian lepasan. Satu tahun pemeriksaan rutin, pasien telah memberikan bukti profil wajah yang lebih baik dan dia melaporkan efisiensi pengunyahan yang lebih besar

(26)

23 BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Kehilangan gigi adalah penyakit umum yang sering terjadi pada pasien endentolus seiring dengan bertambahnya usia sehingga pemakaian GTSL sangat penting pada pasien endentulous sebagian yang tujuannya memperbaiki fungsi penguyahan, fungsi bicara dan estetik. Rencana perawatan pada pasien endentulous sebagian harus mempertimbangkan keadaaan rongga mulut pasien karena pada setiap individu memiliki perbedaan masalah yang dialami rongga mulut contohnya pada morfologi gigi pasien , pendukung gigi, densitas tulang dan yang sangat penting adalah pemeriksaan secara klinis. Desain gigi tiruan yang benar dan rencana perawatan yang baik akan menghasilkan perawatan gigi tiruan yang berhasil.

(27)

24 DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.fdiworlddental.org/oral-health/fdi-definition-of-oral-health, diunduh tanggal 15/09/2018

2. http://www.who.int/oral_health/publications/factsheet/en/, diunduh tanggal 15/09/2018

3. Carr, A B., Brown, D T.,McCracken's Removable Partial Prosthodontics, 2011.

4. Loney, R W., Removable Partial Denture Manual, 2011.

5. Carr, A.B., McGivney, G.P., dan Brown, D.T., 2014, McCracken’s Removable Partial Prosthodontics, 11th ed., Elsevier Mosby., hal 189-192.

6. Carr, A.B., Brown, D.T., 2016, McCracken’s Removable Partial Prosthodontics, 13th ed., Elsevier Mosby., hal 155-161.

7. Gebrel, A., 2015, Diagnosis and Treatment Planning For RP, (diakses 13 September 2018).

8. Djulaeha, E dan Sukaedi., 2009, The management of over closured anterior teeth due to attrition, Dental Journal, Vol. 42, No.4.

9. Khan, M.A.A., Begum, A., Hasan, M.N., Mohsina, N., Jahangir, M.M.H., 2011, Cast removable partial denture improving appearance and masticatory function - A case report, Update Dent. Coll. 1(1): 14-17

Gambar

Gambar 1. Model diagnostik yang dipasang secara akurat merupakan  bagian  penting dari diagnosis dan perencanaan perawatan
Gambar 2. Foto panoramik dari pasien yang menunjukkan  atrisi gigi yang parah dan beberapa gigi posterior
Gambar 4. Diagnostic wax model rahang atas
Gambar 8. A) Long span bridge pada RA; B) Gigi tiruan sebagian  lepasan akrilik RB
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bangunan BSC seperti pada Gambar 3 adalah menterjemahkan visi dan strategi untuk diukur apa yang ditetapkan dengan apa yang dicapai, untuk memenuhi keinginan pada

Nilai p yang lebih kecil dari  = 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan minat melakukan Inisiasi Menyusui Dini oleh ibu hamil

Sama seperti Yesus menyatakan tentang Allah apa yang manusia tidak bisa kenal (1:18), demikian pula murid yang dikasihi Tuhan diminta tolong oleh Petrus untuk menanyakan

3arena 3arena itu itu materi materi penyuluhan penyuluhan pertanian pertanian yang yang akan akan disampaikan kepada pelaku utama dan pelaku usaha pertanian

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diambil keputusan bahwa terdapat peningnkatan hasil belajar siswa kelas XI Peminatan Ilmu-ilmu sosial di MAN 1

““ Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi pasien menjelang dan saat kematian dan hal  Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi pasien menjelang dan

Cuci alat penyaring yang akan dipakai dengan pelarut, keringkan dalam oven pada suhu 103°C selama 30 menit, dinginkan dalam desikator selama 15 menit, timbang.. Tambahkan 50 ml

Pemaparan diatas berkenaan dengan masalah strategi penghidupan keluarga miskin di dalam menunjang pendidikan anggota keluarganya yang tergolong usia sekolah, maka peneliti akan