• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENCAPAIAN TARGET DAN RALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA UPT. DPPKAD KECAMATAN PLAKAT TINGGI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENCAPAIAN TARGET DAN RALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA UPT. DPPKAD KECAMATAN PLAKAT TINGGI KABUPATEN MUSI BANYUASIN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN-P 2407-2184

Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY ) Volume V, No. 2, Desember 2016, h. 78-87

Jurnal ASCY, Volume V, No. 2, Desember 2016, h. 78-87 78

ANALISIS PENCAPAIAN TARGET DAN RALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA UPT. DPPKAD KECAMATAN PLAKAT TINGGI

KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Hotasadi, SE

Dosen Prodi Akuntansi Politeknik Sekayu Email : hot454di@gmail.com

Demi Agustian Abstrak

Tujuan penelitian inni adalah untuk mengetahui realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada UPT.

DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi dari tahun 2009 sampai 2013 dan faktor penyebab tidaj terealisasinya penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2010 sampai dengan 2013 serta upaya yang dilakukan UPT.

DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Berdasarkan pembahasan disimpulkan bahwa rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan disebabkan oleh kendala-kendala yang ada dilapangan seperti kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap petugas pemungut pajak, sarana dan prasarana yang digunakan dalam memnjangkau wilayah yang terpencil kurang memadai. Saran penulis supaya petugas pemungut pajak bumi dan bangunan sebaiknya menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan mmenjalankan tugas dengan baik sehingga terciptanya pelayanan masyarakat yang memuaskan, serta ditingkatkan lagi upaya-upaya penyuluhan dan pemasangan reklame (himbauan) untuk membayar pajak tepat pada waktunya.

Kata Kunci : Target dan realisasi PBB, Pajak Bumi dan Bangunan 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Untuk memenuhi tuntutan perkembangan zaman yang semakin maju,dibutuhkan pemerintah yang responsif dan mandiri.Sejak diberlakukkannya otonomi daerah,Pemerintah Daerah dituntut untuk lebih kreatif mencari terobosan untuk meningkatkan pendapatan daerahnya.Sumber-sumber pendapatan asli daerah seperti pendapatan pajak daerah,Pendapatan Asli Daerah (PAD),pajak bagi hasil migas dan sumber pendapatan daerah yang lain.Kewenangan yang didapat sebagai implementasi dari otonomi daerah tersebut menuntut kemandirian dan kreativitas daerah untuk dapat lebih meningkatkan penerimaan pajak sehingga pembangunan yang berujung pada pelayanan prima terhadap masyarakat dapat diwujudkan.

Penerimaan daerah sektor Pajak Bumi dan Bangunan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1986 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan,sebagaimana telah disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 telah direvisi dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,dimana pembagiannya di tetapkan 65%

(enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten dan kota, dan 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan secara insentif kepada daerah kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu.

Dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Pajak merupakanpenerimaan non migas yang sangat berperan dalam usaha melaksanakan pembangunan nasional, dimana sektor ini relatif dapat mengikuti keadaan perekonomian serta perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya. Kenyataannya masih ada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak.Hal tersebut dilakukan dengan menyembunyikan data maupun tidak melunasi

(2)

Jurnal ASCY, Volume V, No. 2, Desember 2016, h. 78-87 79 pajak terutang tepat pada waktunya. Akibat dari

tindakan wajib pajak ini maka dilakukanlah tindakan penagihan pajak yang berfungsi sebagai sarana pencairan tunggakan pajak. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan,salah satu hal yang harus diperhatikan oleh fiskus adalah bagaimana penagihan pajak terhadap wajib pajak dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan, karena lancar tidaknya suatu penagihan akan mempengaruhi pendapatan dari sektor pajak tersebut.

Pengertian fiskus adalah Pegawai Pemerintah yang diberi kewenangan untuk melaksanakan tugas pemungutan pajak dan dikenal sebagai pejabat pajak. Indonesia menganut system self assessment yaitu wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang tercantum pada suatu tahun pajak.Hal ini hanya dapat dimungkinkan dalam suasana keterbukaan, baik dari wajib pajak maupun dari petugas pajak.

Keterbukaan dari pihak wajib pajak adalah melakukan pembukuan dengan benar dan mengalokasikan serta menetapkan pajak dengan tepat sesuai peraturan yang berlaku, sedangkan dari pihak petugas pajak adalah menberikan informasi, pelayanan, dan melaksanakan kewajiban sesuai dengan kode etik jabatan.

Berdasarkan penelitian pada UPT.

DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi Kabupaten Musi Banyuasin diperoleh data persentase pencapain Pajak Bumi dan Bangunan Kecamatan Plakat Tinggi, serta jumlah penerimaan pajak dan realisasi dari tahun 2009 sampai dengan 2013, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1

Target dan Realisasi PBBKecamatan Plakat Tinggi Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2009-2013

No Tahun Target Realisasi % 1 2009 98.439.208 104.489.308 106,146%

2 2010 104.417.701 101.499.263 97%

3 2011 105.048.073 103.058.032 98%

4 2012 99.900.282 98.797.611 98.90%

5 2013 117.065.244 82.137.764 70.16%

Sumber : UPT. DPPKAD Kec. Plakat Tinggi tahun 2014 Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa pada tahun 2009 targer Pajak sebesar Rp.

98.439.208 dan relisasi pajak sebesar Rp.

104.489.308 dengan persentase 106.15% dan pada tahun 2010 target Pajak naik menjadi 104.417.701 dan realisasi sebesar Rp. 101.499.293 dengan persentase 97% dan pada tahun 2011 target naik menjadi Rp. 105.048.073 dan realisasi sebesar Rp.

103.058.032 dengan persentase 98% dan pada tahun 2012 target menurun menjadi Rp. 99.900.244 dan realisasi sebesar Rp. 98.797.611 dengan persentase 98.90%. Dan untuk tahun 2013 target naik menjadi Rp. 117.065.244 dan realisasi sebesar Rp. 82.137.764 dengan persentase 70.16%.

Berdasarkan latar belakang tersebut, terihat adanya fenomena dalam pencapaian target dan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan pada UPT.

DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Pencapaian Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi Kabupaten Musi Banyuasin”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian padalatar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Apakah realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan target yang ditetapkan selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013?

2) Apakah faktor-faktor penyebab tidak terealisasinya target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013pada UPT. DPPKAD ?

3) Bagaimana upaya UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar PBB?

(3)

Jurnal ASCY, Volume V, No. 2, Desember 2016, h. 78-87 80 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui bagaimana realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

2) Untuk mengetahui faktor penyebab tidak terealisasinya penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2010 sampai dengan 2013 pada UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi Kabupaten Musi Banyuasin.

3) Untuk mengetahui upaya UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar PBB

2. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pajak

Pajak menurut Mardiasmo (2009: 1) didefinisikan sebagai iuran yang dibayarkan oleh rakyat ke kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak ada timbal balik langsung. Sedangkan menurut Erli Suandy (2009: 1) “pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang diberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan hukuman. “

Pajak Bumi dan Bangunan dikenakan atas bumi dan/atau bangunan, otomatis yang menjadi objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan/atau bangunan. Menurut Waluyo (2011: 201)

“bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.”

Termasuk dalam pengertian bangunan adalah : a. Jalan Lingkungan dalam satu kesatuan

dengan kompleks bangunan.

(4)

Jurnal ASCY, Volume V, No. 2, Desember 2016, h. 78-87 81 b. Jalan Tol.

c. Kolam Renang.

d. Pagar Mewah.

e. Tempat Olah Raga.

f. Galangan Kapal Dermaga.

g. Taman Mewah.

h. Tempat Penampungan/ kilang minyak,air dan gas,pipa minyak.

i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Menurut Resmi (2012: 7) terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :

1) Menurut Golongan b. Pajak Langsung c. Pajak Tidak Langsung 2) Menurut Sifat

a. Pajak Subjektif b. Pajak Objektif

3) Menurut Lembaga Pemungutnya a. Pajak Pusat/Negara

b. Pajak Daerah

2.2 Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

“Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan untuk perdesaaan dan perkotaan kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan.”

Objek pajak yang tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 77 ayat 3 adalah objek pajak yang :

a. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan, b. Digunakan semata-mata untuk melayani

kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan,

c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenis dengan itu,

d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak,

e. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik,

f. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

2.3 Subjek dan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan

Subjek Pajak dan wajib pajak menurut Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 9 Tahun 2011 pasal 4 dan pasal 5, ”Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan’’.

Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi,dan/atau memiliki,menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

Dasar pengenaan dan Tarif Pajak Bumi dan Bangunan:

(5)

Jurnal ASCY, Volume V, No. 2, Desember 2016, h. 78-87 82 PBB = tarif x % NJKP x (NJOP – NJOPTKP)

1. Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

2. Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayah.

3. Dasar perhitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah reendahnya 20% dari setinggi-tingginya 100%dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

4. Besarnya persentase ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

5. Cara perhitungan pajak

Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengkalikan tarif pajak dengan NJKP.

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan sebagai berikut

1. Untuk NJOP sampai dengan Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,1%

nol koma satu persen) per tahun.

2. Untuk NJOP diatas Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,2% nol koma dua persen) per tahun.

2.4 Sistem dan Prosedur Pemungutan PBB Sistem dan pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2009:7-8) tentang Perpajakan sebagai berikut :

1) Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2) Self Assessmnet System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk

menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

3) With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Menurut Waluyo (2011: 16) tata cara pemungutan pajak terdiri dari atas :

1) Berdasarkan Stelsel Pajak a. Stelsel nyata (riil stelsel) b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel) c. Stelsel campuran

2) Berdasarkan Asas Pemungutan Pajak a. Asas domisili (asas tempat tinggal) b. Asas sumber

c. Asas kebangsaan

3) Berdasarkan Sistem Pemungutan Pajak a. Official assessment

b. Self assessment system c. Witholding system

Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan adalah meliputi beberapa proses tahapan mulai dari proses pendataan sampai dengan proses pelaporan dan pembukuan.

Dalam rangka pendataan, subjek pajak wajib pajak mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) harus di isi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak Objek pajak selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh subjek pajak.

Berdasarkan SPOP tersebut direktorat Jenderal Pajak menerbitkan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang). Adapun tata cara pembayaran dan penagihan Pajak adalah :

(6)

Jurnal ASCY, Volume V, No. 2, Desember 2016, h. 78-87 83 1. Prosedur awal adalah penerimaan SPPT

(Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) oleh KP PBB bekerja sama dengan aparat Pemerintah DPPKAD menyampaikan SPPT kepada wajib pajak.

2. Prosedur pembayaran adalah dengan cara wajib pajak harus melunasi PBB sekaligus ( tanpa diangsur) pada tempat pembayaran yang telah ditentukan yaitu BPDSS terdekat, apabila lokasi di desa yang jauh dari Bank membayarnya melalui aparat desa setempat atau petugas lainnya yang ditunjuk oleh DPPKAD. Apabila wajib pajak membayar melalui petugas pemungutan maka prosedurnya adalah : a. Sebagai tanda bukti penerimaan

sementara wajib pajak akan menerima Tanda Terima Sementara (TTS).

b. Dalam waktu 1 x 24 jam petugas pemungut harus menyetor uang hasil penyetoran PBB ke tempat pembayaran yaitu Bank BPDSS dengan menggunakan Daftar Penerimaan Harian (DPH) diregistrasi oleh tempat pembayaran dan dikembalikan oleh petugas untuk selanjutnya lembar 1 untuk petugas pemungut.

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi Kabupaten Musi Banyuasin Jalan Pekik Nyaring Sidorahayu.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010: 193) pengumpulan data dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

1. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam.

2. Wawancara

Wawancara adalah Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menemukan permasalahan yang ingin diteliti dengan cara melakukan wawancara melalui tatap muka maupun.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik yang dilakukan dengan pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi buku-buku, literatur yang berhubungan dan menunjang penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah wawancara dan dokumentasi.

3.3 Jenis Data

Menurut Sanusi (2014: 104) data tergolong menjadi 2, yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan sikumpulkan oleh pihak lain.

Jenis data yang digunakan dalam penellitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini berupa hasil wawancara tentang sistem dan prosedur pemungutan pajak bumi dan bangunan, sedangkan data sekunder berupa jumlah desa yang ada, target penerimaan dan realisasi pajak bumi dan bangunan selama tahun 2009 sampai 2013.

(7)

Jurnal ASCY, Volume V, No. 2, Desember 2016, h. 78-87 84 4. PEMBAHASAN

4.1 Faktor Penyebab Rendahnya Kesadaran Masyarakat Membayar Pajak Bumi dan Bangunan

Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan penagihan pajak faktor utamanya adalah SDM (Sumber Daya Manusia) yang diberi tugas untuk menagih pajak bumi dan bangunan dimaksud dan prasarana/ alat yang digunakan.

Setelah penulis melakukan wawancara (interview) dan pengamatan langsung (observasi) pada unsur pimpinan dan Staf UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi, maka didapat dalam proses penagihan pajak bumi dan bangunan dengan menggunakan system pembayaran ditempat (SISTEP).

Dengan tata cara ini wajib pajak melakukan pembayaran pada tempat pembayaran yang telah ditentukan yakni dapat melalui BPDSS baik yang ada di Cabang Sekayu, Kantor pembantu yang ada dikecamatan ataupun dan kantor kas lainnya.

Sedangkan SISTEP disini adalah tata cara pembayaran, penyetoran, pelimpahan dan pembagian hasil penerimaan PBB melalui tempat pembayaran yang telah ditentukan. Apabila wajib pajak tidak dapat membayar ketempat pembayaran, maka wajib pajak dapat membayar kepada petugas penagih/ pemungut di kelurahan/ desa, kemudian petugas penagih/ pemungut menyerahkan hasil pemungutannya kepada tempat pembayaran dan petugas pemungut menyampaikan STTS tersebut kepada wajib pajak yang bersangkutan.

Dengan ditetapkannya SISTEP diharapkan akan terciptanya :

1) Peningkatan pelayanan kepada wajib pajak.

2) Menyederhanakan prosedur pembayaran dengan mendekatkan tempat pembayaran agar memudahkan wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya.

3) Penertiban administrasi maksudnya adalah agar data piutang PBB dapat disajikan dengan mudah dan akurat.

4) Memudahkan pengawasan, karena dengan tertib administrasi piutang PBB dan semua kegiatan pembayaran atau penyetoran uang PBB akan mudah dilaksanakan.

5) Kemudian dengan penerapan sanksi, dengan system ini dengan mudah dapat mengetahu wajib pajak yang belum membayar PBB setelah lewat jatuh tempo.

6) Peningkatan kesadaran wajib pajak, dengan lebih mudahnya tata cara pembayaran PBB serta diterapkannya sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku maka akan meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Dengan dilaksanakan sistem pembayaran ditempat (SISTEP) diharapkan realisasi penerimaan PBB khususnya sektoe pedesaan dan perkotaan akan lebih meningkat. Karena dengan SISTEP ini wajib pajak akan lebih mudah melaksanakan pembayaran PBB dan tidak harus pergi sendiri ke Bank.

Untuk mengetahui seberapa besar persentase penerimaan PBB Kecamatan Plakat Tinggi, maka berikut ini merupakan persentase realisasi penerimaan PBB Kecamatan Plakat Tinggi Kabupaten Musi Banyuasin.

Tabel 2

Persentase Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Kecamatan Plakat Tinggi Tahun 2009 s.d 2013

NO TAHUN PERSENTASE (%)

1 2009 106 %

2 2010 97 %

3 2011 98 %

4 2012 98, 90 %

5 2013 70, 16 %

Sumber : UPT. DPPKAD Kec. Plakat Tinggi, Tahun 2013 (diolah).

(8)

Jurnal ASCY, Volume V, No. 2, Desember 2016, h. 78-87 85 4.2 Upaya UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat

Tinggi Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Membayar PBB

Pada dasarnya upaya yang telah dilakukan oleh UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat membayar Pajak Bumi dan Bangunan sudah lama dilaksanakan, tetapi uaha-usaha tersebut belum berhasil sepenuhnya masih ada kendala-kendala dilapangan.

Sebagaimana pada surat keputusan Bupati Musi Banyuasin Nomor: 220 Tahun 2005 tentang penunjukan coordinator dan petugas pemungut pajak bumi dan bangunan dalam Kabupaten Musi Banyuasin, merupakan salah satu upaya dari DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin agar Camat selaku kepala wilayah di kecamatan bertanggung jawab dalam hal penerimaan PBB sektor pedesaan dan perkotaan yang mana selama ini yang bertanggung jawab hanya KUPT. DPPKAD yang ditugaskan dikecamatan.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh UPT.

DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi sebagai berikut:

1) Mengadakan Sosialisasi tentang arti penting membayar pajak bagi masyarakat maupun bagi Negara.

2) Memberikan himbauan yang berupa selogan maupun foster tentang membayar pajak.

3) Menjelaskan kepada masyarakat manfaat tentang pembayaran yang dibayarnya di setiap tahun.

4) Melakukan penegihan pajak rumah ke rumah apabila masyarakat tidak sempat membayar ke kantor pajak yang ada di Kabupaten.

Disamping Upaya-upaya yang diatas, melalui DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin Melalui Sub Bidang Penagihan melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut :

1) Memonitoring secara insentif penyetoran penerimaan PBB dan mengisi buku kendali secara up to date.

2) Melaksanakan penagihan PBB secara pasif melalui proses surat peringatan dan teguran dan secara aktif melalui penagihan langsung ke lapangan.

3) Menerima pengajuan surat permohonan keberatan/ keringanan atau banding dari wajib pajak yang dicatat dalam buku register.

4) Meneliti, mencatat dan membuat laporan untuk bahan pertimbangan pengambilan keputusan terhadap pengajuan surat permohonan keberatan/ keringanan.

5) Menyiapkan keputusan menerima atau menolak permohonan keberatan/keringanan dan menyampaikan kepada pemohon.

6) Meneruskkan proses penyelesaian permohonan banding ke majelis pertimbangan pajak.

7) Menyiapkan putusan pemberian sanksi terhadap kelalaian pembayaran pajak.

Disamping upaya-upaya tersebut di atas melalui DPPKAD ditunjuk oleh pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin bertugas sebagai beriku :

1) Merumuskan pedoman dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh kelurahan/

desa dalam melaksanakan pemungutan pajak bumi dan bangunan.

2) Menyiapkan sarana administrasi pajak bumi dan bangunan kepada petugas pemungut PBB, seperti kwintansi tanda terima smentara (TTS), Daftar Penerimaan Harian Pajak Bumi dan Bangunan dan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB.

3) Melakukan pemamtauan pelaksanaan pemungutan PBB di desa/ kelurahan dan memantau perkembangan wilayah dalam

(9)

Jurnal ASCY, Volume V, No. 2, Desember 2016, h. 78-87 86 rangka pendataan guna meningkatkan potensi

pajak bumi dan bangunan secara periodik.

4) Mengadakan penyuluhan, perbaikan data, perbaikan ketetapan, analisa dan evaluasi terhadap kegiatan pelaksanaan penerimaan pajak bumi dan bangunan.

5) Membantuh lurah/ kepala desa secara periodik dalam melaksanakan pemungutan dan penagihan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan.

Semua upaya-upaya diatas dilakukan dengan harapan untuk meningkatkan penerimaan daerah dari PBB sektor perdesaan dan perkotaan serta berusaha untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan harapan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dengan demikian pajak akan meningkat juga.

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan bahwa :

1) Factor penyebab rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis adalah :

a. Disebabkan oleh kendala-kendala yang ada dilapangan seperti : Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap petugas penagih/ pemungut pajak.

b. Sarana dan prasarana yang digunakan untuk menjangkau wilayah yang terpencil kurang memadai, apalagi Desa dalam kecamatan Plakat Tinggi berjauhan satu sama lainnya.

2) Adapun upaya-upaya UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi dalam meningkatkan kesadaran mayarakat membayar pajak bumi dan bangunan yaitu :

a. Mengadakan sosialisasi tentang pentingnya membayar pajak bagi masyarakat maupun bagi Negara.

b. Menjelaskan kepada masyarakat tentang pembayaran yang dibayarkan setiap tahun.

c. Melakukan penagihan pajak door to door atau dari rumah ke rumah apabila masyarakat tidak sempat membayar ke kantor pajak yang ada di Kabupaten maupun tempat pembayaran sseperti Bank ataupun Kantor Pos yang telah ditunjuk oleh DPPKAD.

5.2 Saran

Berdasarakan kesimpulan yang dibuat penulis diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1) Supaya petugas penagih/pemungut pajak bumi dan bangunan UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi sebaiknya menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan menjalankan kinerjanya dengan baik sehingga tercipta pelayanan masyarakat yang memuaskan.

2) Ditahun-tahun yang akan dating perlu ditingkatkan upaya-upaya penyuluhan dan pemasangan reklame (himbauan) untuk membayar pajak tepat pada waktunya.

3) Disarankan kepada UPT. DPPKAD Kecamatan Plakat Tinggi untuk lebih meningkatkan koordinasinya dengan Camat dan Kepala Desa karena mereka merupakan aparat yang paling dekat dengan masyarakat.

(10)

Jurnal ASCY, Volume V, No. 2, Desember 2016, h. 78-87 87 DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2009. Perpajakan (edisi revisi).

Yogyakarta : Andi Offset.

Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Resmi, Siti. 2012. Perpajakan Teori dan Kasus jilid edisi 6 buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Sanusi, Anwar. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Kelima. Jakarta : Salemba Empat.

Suandy, Erli. 2009. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian untuk penulisan skripsi dan tesis. Cetakan Kedua. Jakarta:

Salemba Empat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia Edisi 10.

Jakarta : Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “ Analisis Kinerja Perusahaan Terhadap Return Saham: Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur

[r]

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VII PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP NEGERI 1 KALIDAWIR.. TULUNGAGUNG TAHUN

Analisis Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Matematika di SMP Negeri Kabupaten Jember; Ibnu Salam Al Bastomi, 100210101099; 2014; 365 halaman; Program Studi

Hal ini terkait dengan luas permukaan serbuk lebih besar jika dibanding dengan flakes, semakin luas permukaan sentuh antara solvent dengan sample maka

Variabel independen ( predikt or) adalah nilai t iga subt es Tes Bakat Skolast ik ( TBS) : verbal, kuant it at if, dan penalaran, yang m erepresent asikan bakat skolast ik;

Juga dapat disimpulkan bahwa resonansi vortex-excited pada arah vertikal maupun torsional dengan ampiltudo yang lebih besar dari pada nilai yang diijinkan tidak

Sehingga hal-hal tersebutlah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk mengkaji dan menganalisis kembali putusan hakim Pengadilan Agama Maros Kelas 1B dalam memberikan