• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

No. Daftar FPIPS : 1841/ UN. 40.2.2/ PL/ 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA

(Studi Kasus di Masyarakat Adat Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Dalam

Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

RIZA FAISAL 0901028

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Riza Faisal, 2013

(STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR

JAWA BARAT TAHUN 2013)

Oleh:

RIZA FAISAL 0901028

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

© Riza Faisal 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya maupun sebagian, dengan

(3)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

LEMBAR PENGESAHAN

RIZA FAISAL 0901028

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA

(Studi Kasus di Masyarakat Adat Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Dalam

Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2013)

Disetujui dan disahkan oleh :

NIP 19540404 198101 1 002

Pembimbing II

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., M.SI.

NIP 19690929 199402 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP 19630820 198803 1 001

Pembimbing I

(4)

Riza Faisal, 2013

Hari, Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed.

NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Drs. Rahmat, M.Si.

NIP. 19580915 198603 1 003

3.2

Dr. Muhammad Halimi, M.Pd. NIP. 19580605 198803 1 001

3.3

(5)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

(6)

TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Penelitian ini dilatarbelakangi tentang pemahaman masyarakat adat Kampung Naga terhadap sistem politik, yang berusaha menyaring pengaruh nilai-nilai baru demi terjaganya kelestarian budaya nenek moyang. Namun disisi lain, letak Kampung Naga yang strategis menjadikan mereka mengalami interaksi yang intensif dengan masyarakat luar. Selain itu, pranata, tata nilai dan unsur-unsur adat lebih banyak dipegang daripada persoalan pembagian peran politik. Kekhasan budaya masyarakat adat Kampung Naga yang dikenal dominan dengan kearifan budaya lokalnya sangat menarik untuk dikaji ketika dikaitkan dengan kondisi politik yang terjadi sekarang ini. Untuk menentukan budaya politik yang dianut oleh masyarakat adat Kampung Naga, peneliti merumuskan masalah yang dikaji berdasarkan pada orientasi politik masyarakat adat tersebut, yaitu: 1. Bagaimanakah orientasi kognitif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013?, 2. Bagaimanakah orientasi afektif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?, serta 3. Bagaimanakah orientasi evaluatif masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ? . Menurut teori Gabriel Almond dan Sidney Verba yang dijadikan landasan atau grand theory dalam penelitian ini, mereka mengemukakan bahwa budaya politik masyarakat adat atau masyarakat tradisional termasuk dalam budaya politik parokial yang mana tidak ada peran-peran politik yang bersifat khusus: kepala kampung, kepala suku adalah merupakan pemancaran peran-peran yang bersifat politis-ekonomis. Selain itu tingkat partisipasi masyarakat budaya politik ini masih sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif.

Pendekatan yang digunakan untuk mengungkap permasalahan tersebut di masyarakat adat Kampung Naga adalah pendekatan kualitatif, dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dalam bentuk observasi, wawancara mendalam, studi pustaka, serta studi dokumentasi.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa : teori yang dikemukakan Almond dan Verba ternyata tidak sesuai dengan hasil penelitian. Indikator yang mereka kemukakan, berbeda dengan hasil yang peneliti dapatkan dilapangan. Budaya politik masyarakat adat Kampung Naga adalah budaya politik kaula (subyek) bukan parokial, yang didapat berdasarkan hasil sebagai berikut: 1. Berdasarkan pemahaman orientasi kognitifnya yang melibatkan pengetahuan atas mekanisme input dan output sistem politik, termasuk pengetahuan atas hak dan kewajiban selaku warganegara, masyarakat adat Kampung Naga ‘kendatipun masih

(7)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

ABSTRAK

POLITICAL CULTURE of the INDIGENOUS PEOPLES of KAMPUNG NAGA (CASE STUDIES in INDIGENOUS KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA REGENCY

in WEST JAVA GOVERNOR ELECTION, 2013)

Research it is based on about understanding indigenous kampung naga against political system, that seeks sift influence values new terjaganya for sustainability culture ancestors. But at the other side the kampung naga strategic made them subjected to intensive interaction with people outside. Besides, pranata, the value and elements customary more held problem than the division of the role of politics. Particularity culture indigenous kampung naga known dominant with wisdom his local culture strongly attractive to review when associated with political conditions of a is today. To determine political culture which is embraced by indigenous people kampung naga, researchers formulate problems that assessed according to its on political orientation indigenous the namely: 1. How then orientation cognitive indigenous kampung naga in an election west java governor 2013? , 2. How then orientation affective indigenous kampung naga in an election west java governor 2013? and three. How then orientation evaluative indigenous kampung naga in an election west java governor 2013? . According to the theory of Gabriel Almond and Sidney Verba, which provided the runway or grand theory in this research, they argued that the political culture of indigenous or traditional communities included in the parochial political culture where there is no political roles are special: the head of the village, is the tribal chief of the roles are political-economical. In addition the level of public participation in this political culture is still very low, which caused cognitive factors.

The approach used to uncover these problems in indigenous communities is the qualitative approach, Kampung Naga, in methods of case studies. The collection of data in the form of observation, in-depth interviews, literature studies, as well as the study documentation.

(8)

Riza Faisal, 2013 A. Tinjauan Tentang Sistem Politik... 11

1. Definisi Sistem Politik ... 11

B. Tinjauan Tentang Budaya Politik ... 30

1. Pengertian Umum Budaya Politik ... 30

2. Dimensi Orientasi Budaya Politik ... 32

(9)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

C. Tinjauan Tentang Masyarakat Adat ... 53

1. Pengertian Masyarakat Adat ... 53

2. Bentuk Susunan Masyarakat Adat ... 55

a. Masyarakat Hukum Adat Yang Berdasarkan Genelogis ... 55

b. Masyarakat Hukum Adat Yang Berdasarkan Teritorial ... 56

c. Masyarakat Hukum Adat Yang Berdasarkan Teritorial- Genelogis 57 3. Dasar Hukum Masyarakat Adat di Indonesia ... 58

4. Masyarakat Adat Dalam Perspektif Antropologi Politik ... 59

D. Tinjauan Tentang Pemilukada ... 60

1. Pengertian Pemilihan Gubernur (Pemilukada) ... 60

2. Asas-asas Pemilukada ... 61

3. Sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah ... 62

4. Penyelenggara Pemilihan Umum Kepala Daerah ... 63

(10)

Riza Faisal, 2013

1. Sejarah Kampung Naga ... 86

2. Kependudukan Masyarakat Adat Kampung Naga ... 86

3. Agama dan Kepercayaan Masyarakat Adat Kampung Naga ... 88

4. Mata Pencaharian Masyarakat Adat Kampung Naga ... 88

5. Sistem Kemasyarakatan ... 89

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 92

1. Observasi ... 93

a. Orientasi Kognitif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 94

b. Orientasi Afektif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 95

c. Orientasi Evaluatif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 96

2. Wawancara ... 96

a. Orientasi Kognitif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 98

b. Orientasi Afektif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 101

c. Orientasi Evaluatif Masyarakat Adat Kampung Naga Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ... 107

3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 111

4. Budaya Politik Masyarakat Adat Kampung Naga ... 133

5. Temuan Hasil Penelitian ... 141

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 144

1. Kesimpulan Umum ... 144

2. Kesimpulan Khusus ... 145

B. Saran ... 146

DAFTAR PUSTAKA ... 149

(11)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kesamaan/ketidaksamaan antara kultur dan struktur politik ... 44

Tab el 4.1 Tipe-tipe kebudayaan politik ... 136

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Sistem Politik ... 12

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan

persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

memiliki harapan sekaligus tujuan yang hendak di wujudkan. Untuk mewujudkan

harapan tersebut diperlukan adanya norma-norma atau kaidah-kaidah yang

mengatur berbagai kegiatan bersama dalam rangka menempatkan dirinya di

tengah-tengah masyarakat yang senantiasa ditegakan. Upaya menegakan

norma-norma tersebut mengharuskan adanya lembaga pemerintah yang memiliki otoritas

tertentu agar norma-norma yang ada ditaati. Dengan demikian kegiatan individu

dalam masyarakat terjadi sekurang-kurangnya karena ada kesempatan,

norma-norma, serta kekuatan untuk mengatur tertib mayarakat kearah pencapaian tujuan.

Unsur-unsur yang terurai di atas merupakan kesatuan yang terkait dalam politik,

dan oleh karenanya, masyarakat di dalamnya merupakan kelompok individu yang

tidak terlepas dari persoalan politik.

Magstadt dan Peter (Darmawan, 2008 : 6) mengemukakan bahwa politik

merupakan ”segala sesuatu mengenai bagaimana manusia diperintah, yang

berkaitan dengan tatanan, kekuasaan, dan keadilan”. Secara umum, setiap manusia

pernah dan selalu membutuhkan sesuatu baik untuk kepentingan diri sendiri,

keluarga, masyarakat, atau yang lainnya. Sejalan dengan kebutuhan ini, semua

kebutuhan tersebut tidak akan terpenuhi apabila tidak ada cara dan alat-alat yang

digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Proses penentuan cara dan

alat-alat yang akan digunakan serta tujuan yang ingin dicapai sebenarnya sudah

merupakan bagian dari politik.

Manusia merupakan mahluk berpolitik. Hal itu mengandung arti bahwa

manusia tidak sekedar bersifat instingtif, tetapi juga mengaktualisasi dirinya

ditengah masyarakatnya dalam suatu bentuk tingkah laku politik. Dalam

(13)

2

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

itu diwujudkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

Proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik itu diselenggarakan untuk

mewujudkan tujuan bersama dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.Tujuan masyarakat dan bangsa secara umum pertama-tama adalah

pembentukan identitas bersama. Melalui identitas bersama, masyarakat dan

bangsa yang bersangkutan akan mudah membawa dirinya dan menyesuaikan

dirinya sejalan dengan kesepakatan dan identitas bersama yang dibangun.

Berbicara tentang politik, maka kita akan menemukan tentang apa yang

dinamakan budaya politik. Karena pada dasarnya ada ketekaitan antara politik

dengan kebudayaan politik. Almond dan Verba (1990: 16) mengartikan

kebudayaan politik suatu bangsa sebagai distribusi pola-pola orientasi khusus

menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Tidak lain adalah pola

tingkah laku individu yang berkaitan dengan kehidupan politik yang dihayati oleh

para anggota suatu sistem politik. Mengenai penjelasan tersebut, pada dasarnya

setiap masyarakat dalam suatu negara memiliki budaya politik, demikian pula

individu-individu yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang senantiasa

memiliki orientasi, persepsi terhadap sistem politiknya. Hal itu terjadi dalam

masyarakat modern dan masyarakat tradisional atau masyarakat adat, bahkan

masyarakat primitif sekalipun. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam kaitan

budaya politik, individu-individu dalam masyarakat itu menilai tempat dan

perannya di dalam sistem politik.

Pada dasarnya budaya politik suatu masyarakat dengan sendirinya berkembang

di dalam dan dipengaruhi oleh kompleks nilai yang ada dalam masyarakat

tersebut. Dapat dikatakan bahwa kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh interaksi

antarorientasi dan antarnilai. Interaksi yang demikian itu telah memungkinkan

timbulnya kontak-kontak antar budaya suatu kelompok dengan budaya kelompok

yang lain. Interaksi antarorientasi dan antarnilai itu pada dasarnya merupakan

suatu proses pengembangan budaya politik bangsa. Dengan kondisi itu dapat

dikatakan bahwa dalam kerangka pengembangan budaya politik suatu bangsa,

diperlukan keterjalinan dan keterkaitan antarnilai budaya maupun antarkomponen

(14)

pengembangan budaya.

Kemudian lebih lanjut Kantaprawira (Sastroatmodjo, 1995 : 40) menambahkan

bahwasannya “budaya politik masyarakat sangat dipengaruhi oleh struktur politik,

sedangkan daya operasional struktur politik ditentukan oleh konteks kultural

tempat struktur itu berada”. Berkenaan dengan hal itu, dilihat dari sudut fungsinya

secara keseluruhan, Almond dan Verba (1990: 53) mengemukakan bahwa “budaya politik bertujuan untuk memelihara stabilitas sistem politik yang demokratis. Berfungsinya budaya politik dengan baik pada prinsipnya ditentukan

oleh tingkat keserasian antara kebudayaan itu dengan struktur politiknya”. Dengan

demikian, apabila struktur yang mereka dambakan dapat berjalan secara serasi,

budaya politik telah dapat berfungsi dengan baik. Atau dengan kata lain budaya

politik suatu bangsa telah mencapai tingkat kematangan.

Budaya politik dapat tumbuh dan berkembang dalam dimana saja baik di

masyarakat modern, masyarakat tradisional atau masyarakat adat, serta

masyarakat primitive. Yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini yaitu

mengenai budaya politik di masyarakat adat. Masyarakat adat tersebut bisa

dikategorikan ke dalam masyarakat (parochial) yaitu masyarakat yang cenderung

pasif,tidak kritis terhadap kekuasaan. Disebabkan sistem politik yang relatif

sederhana dan terbatasnya areal wilayahnya dan diferensiasinya, tidak terdapat

peranan politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri-sendiri. Masyarakat secara

umum tidak menaruh minat begitu besar terhadap objek politik yang luas tetapi

hanya dalam batas tertentu, yakni keterkaitan pada obyek yang relatif sempit

seperti keterikatan pada profesi.

Dalam dokumen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN;1982)

disebutkan bahwa “masyarakat adat adalah komunitas yang memiliki asal-usul

leluhur secara turun-temurun yang hidup di wilayah geografis tertentu serta

memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya dan sosial yang khas”.

Selain itu peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN No. 5 (1999) menyebutkan

bahwa “masyarakat adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan

hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena

(15)

4

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Dalam Undang-Undang RI No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air penjelasan pasal 6 ayat 3 dikemukakan bahwa: “masyarakat adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adanya sebagai warga

bersama suau persekutuan hukum adat yang didasarkan atas kesamaan tempat tinggal atau atas dasar keturunan”.

Masyarakat adat yang sangat kental dalam memperrahankan tradisi-tradisinya

sekarang dituntut untuk bisa aktif dalam kegiatan politik berupa pemilihan umum.

Kekhasan budaya masyarakat adat yang dikenal dominan dengan kearifan budaya

lokalnya sangat menarik untuk dikaji ketika dikaitkan dengan kondisi politik yang

terjadi sekarang ini.

Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh warga

sekitar 306 orang dengan jumlah laki-laki 153 orang dan jumlah perempuan 153

orang dengan kepala keluarga sebanyak 105 kepala keluarga (sumber: Arsip Desa

Neglasari Kec. Salawu, Kab. Tasikmalaya 2012) yang masih mempertahankan

tradisi, adat atau kebudayaan dari nenek moyangnya, yang mana taraf

perekonomian dan pendidikan pun rendah. Tingkat pendidikan hanya sampai

jenjang Sekolah Dasar/MI dan itu pun hanya sebagian dari masyarakat kampung

naga yang mampu mensekolahkan anak-anaknya, dalam segi mata pencaharian

tidak banyak yang bekerja di kepegawaian, hampir kebanyakan masyarakat disana

mata pencahariannya adalah buruh tani ataupun pengrajin, aliran listrik pun belum

ada di Kampung tersebut, selain mempertahankan tradisi mereka pun takut apabila

terjadinya kebakaran yang disebabkan oleh arus listrik karena rumah mereka

terbuat dari bahan yang mudah terbakar.

Melihat hal seperti itu, dengan taraf perekonomian yang masih rendah,

pendidikan yang relaif rendah serta dengan tidak adanya arus listrik sebagai

fasilitas mendapatkan informasi atau berita, secara tidak langsung mempengaruhi

kehidupan sosial mereka karena tidak bisa mendapatkan informasi yang beredar di

masyarakat luas, apalagi berkenaaan dengan pemerintahan dan politik.

Namun, Kampung Naga sedikit berbeda dengan masyarakat adat di daerah

lain, lokasinya yang berada tidak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten

(16)

dengan masyarakat luar. Kampung Naga terletak tidak jauh dari perbatasan kedua

kabupaten tersebut. Terjadinya hubungan itu telah menimbulkan masuknya

nilai-nilai baru dalam kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat adat

Kampung Naga. Namun satu hal yang menarik adalah bagaimana mereka menapis

dan menyaring pengaruh nilai-nilai baru tersebut, tanpa mengakibatkan mereka

mengisolasi diri.

Setelah melakukan pra-penelitian pada saat pemilihan Gubernur tahun 2013 di

kawasan Kampung Naga, peneliti melihat bahwasannya warga masyarakat adat

Kampung Naga berbondong-bondong datang menuju tempat pemilihan dengan

menggunakan baju adat yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, tidak

hanya itu, selain ikut berpartisipasi sebagai pemilih ada beberapa warga yang

menjadi panitia pemilihan di kawasan Kampung Naga tersebut.

Kemudian menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Irawan (Partisipasi

politik masyarakat adat Kampung Naga dalam Pemilukada kabupaten Tasikmlaya

tahun 2012),

bentuk partisipasi masyarakat adat Kampung Naga dapat digolongkan kedalam bentuk partisipasi konvensional. Kegiatan partisipasi konevensional merupakan bentuk demokrasi yang normal termasuk didalamnya kegiatan pemilihan yakni memberi suara, dan diskusi politik. Bentuk partisipasi politik yang dilakukan informan masyarakat adat Kampung Naga dilihat dari sifatnya maka mengarah kepada autonomousparticipation (partisipasi yang otonom). “Partisipasi

otonom adalah partisipasi yang tidak dimobilisasi atau bersifat mandiri.

Melihat dari realita seperti itu apakah urusan pemerintahan serta politik bisa

berkembang di masyarakat adat Kampung Naga, karena dalam kenyataannya

mereka berusaha menapis dan menyaring pengaruh nilai-nilai baru demi

terjaganya kelestarian budaya nenek moyang, namun disisi lain letak kampung

mereka yang strategis menjadikan mereka mengalami interaksi yang intensif

dengan masyarakat luar. Bagaimana perkembangan pemahaman dan kesadaran

masyarakat Kampung Naga terhadap pemerintahan dan politik, apakah terjadi

sistem politik di masyarakat adat tersebut melihat bahwasanya pranata, tata nilai

serta unsur-unsur adat lebih banyak dipegang daripada persoalan pembagian peran

(17)

6

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

politik sekaligus dapat berfungsi sebagai pimpinan agama, pemimpin sosial

masyarakat bagi kepentingan-kepentingan ekonomi. Selain itu, melihat bagaimana

pemahaman dan kesadaran masyarakat tersebut terhadap urusan-urusan

pemerintahan dan politik. Sehingga bisa di lihat budaya politik seperti apa yang di

anut dan berkembang di masyarakat adat Kampung Naga, serta bagaimana

partisipasi politik masyarakat tersebut terhadap pemilihan Gubernur Jawa Barat

tahun 2013.

Oleh karena itu peneliti mengusung judul “BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (Studi Kasus di Masyarakat Adat Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat

Tahun 2013)”.

B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan beberapa

masalah pokok dalam penelitian ini yaitu:

1. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan,

maka perlu dirumuskan hal yang menjadi fokus permasalahan secara umum.

Masalah yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini adalah “Budaya

politik seperti apa yang berkembang di masyarakat adat Kampung Naga tersebut”.

Berdasarkan masalah inti tersebut, untuk menentukan budaya politik yang dianut

oleh masyarakat adat Kampung Naga, maka peneliti merumuskan masalah dari

komponen orientasi politik masyarakat adat Kampung Naga tersebut

2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka perlu

membatasi ruang lingkup kajian permasalahannya dengan merumuskan

subpokoknya yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah orientasi kognitif masyarakat adat Kampung Naga dalam

(18)

b. Bagaimanakah orientasi afektif masyarakat adat Kampung Naga dalam

pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

c. Bagaimanakah orientasi evaluatif masyarakat adat Kampung Naga dalam

pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013 ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dari rumusan masalah yang ada, maka dengan adanya penelitian ini

diharapkan mampu memberikan manfaat dan tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui budaya politik

yang berkembang di masyarakat adat Kampung Naga tersebut sehingga dapat

dikatagorikan dalam kebudayaan politik yang sesuai dengan kondisi yang terjadi

di masyarakat adat Kampung Naga, serta partisipasi masyarakat tersebut dalam

pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan

tindakan. Dengan tujuan, tindakan akan terarahkan secara fokus, begitupun dalam

penelitian ini memilki tujuan. Dari rumusan masalah yang ada maka dengan

adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan tujuan sebagai

berikut:

a. Mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penerapan orientasi kognitif

masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat

tahun 2013.

b. Mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penerapan orientasi afektif

masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat

tahun 2013.

c. Mengetahui bagaimanakah pemahaman dan penerapan orientasi evaluatif

masyarakat adat Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat

(19)

8

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini ada dua yakni:

1. Secara Teoretik

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau

bahan kajian terhadap budaya politik yang berkembang di Kampung

Naga yang statusnya merupakan masyarakat adat yang masih

menjunjung tinggi tradisi dan warisan budaya dari leluhurnya.

b. Mengetahui pemahaman dan kesadaran masyarakat adat Kampung Naga

tentang urusan-urusan pemerintahan dan politik yang sedang berkembang

serta partisipasinya terhadap pemilukada yang berlangsung di daerahnya.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan

gambaran budaya politik yang berkembang di masyarakat adat Kampung

Naga, serta tingkat partisipasi masyarakat adat tersebut dalam pemilihan

Gubernur Jawa Barat.

b. Bagi masyarakat adat Kampung Naga, dari penelitian yang dilakukan

diharapkan bisa memberikan masukan dan gambaran mengenai budaya,

suatu sistem, dan bentuk politik yang berkembang di luar wilayah

Kampung Naga guna memberikan pemahaman dan orientasi tentang

suatu sistem politik.

c. Memberikan pengaruh atau dampak positif guna menumbuhkan dan

membentuk masyarakat adat yang tetap mempertahankan tradisi dan

budaya asli warisan leluhur menjadi warga negara yang baik yang

paham, sadar dan mengerti hukum dan sistem politik.

d. Secara tidak langsung memberikan pemahaman guna menumbuhkan

kesadaran politik serta partisipasi masyarakat adat Kampung Naga

terhadap pemilihan Gubernur ataupun Pemilu.

(20)

Bab I : Dalam bab ini peneliti menguraikan latar belakang masalah penelitian, kemudian rumusan masalah yang dijadikan

acuan dalam melakukan penelitian, manfaat yang bisa

diambil sampai dengan sistematika penulisan.

Bab II : Dalam bab ini menjelaskan secara rinci tentang tinjauan pustaka atau teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Teori yang digunakan berkenaan dengan sistem politik,

budaya politik, masyarakat adat, serta pemilukada. Pada bab

ini lebih menekankan terhadap pengembangan dari budaya

politik itu sendiri, karena pada dasarnya judul yang diusung

berkenaan dengan budaya politik.

Bab III : Dalam bab ini mengkaji tentang metodelogi penelitian yang digunakan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan

metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Peneliti

melakukan observasi, wawancara, studi pustaka, serta studi

dokumentasi dalam mengumpulkan dan mendapatkan data

berupa informasi serta dalam menganalisis data tersebut.

Bab IV : Dalam bab ini dijelaskan secara rinci baik itu hasil

penelitian maupun pembahasan dalam penelitian tersebut.

Untuk hasil penelitian itu sendiri, adalah data asli yang

penulis uraikan berdasarkan hasil penelitian dilapangan baik

pada saat observasi maupun pada saat melakukan

wawancara dengan informan. Untuk pembahasan hasil

penelitian, peneliti mengkaitkan apa yang menjadi teori dari

penelitian ini yang penulis susun dalam bab II dengan hasil

penelitian dilapangan.

Bab V : . Bab ini merupakan bab terakhir dalam sistematika penulisan skripsi, yang mana didalamnya diuraikan kesimpulan baik

kesimpulan secara umum maupun secara khusus. Selain itu,

saran pun ditambahkan dalam bab ini, yang bisa ditujukan

(21)

10

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

menyimpulkan bahwa apa yang dijadikan teori dasar dalam

penelitian ini, tidak sesuai dengan apa yang peneliti

dapatkan dilapangan, dilihat dari ciri-ciri maupun indikator

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Kampung Naga ini secara administratif berada di wilayah Desa Neglasari,

Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Lokasi

Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut

dengan kota Tasikmalaya. Luas Kampung ini sekitar 4 ha, berada di lembah yang

subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan

keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat

Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di

sebelah utara dan timur dibatasi oleh Ci Wulan (Kali Wulan) yang sumber airnya

berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Jarak tempuh dari kota Tasikmalaya

ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari kota Garut jaraknya

26 kilometer.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel purposive sehingga jumlah sampel

ditentukan oleh adanya pertimbangan informasi. Penentuan sampel dianggap telah

memadai apabila telah sampai pada titik jenuh. Dalam penelitian kualitatif, yang

dijadikan subjek penelitian hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi.

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:

a. Aparatur desa Neglasari

b. Pemerintahan formal dan non-formal Kampung Naga

c. Masyarakat asli Kampung Naga yang telah mempunyai hak pilih.

Pemilihan subjek dilakukan untuk memperoleh keterangan-keterangan yang

sesungguhnya mengenai budaya politik yang berkembang di masyarakat adat

Kampung Naga khususnya dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013.

Hal tersebut sejalan dengan karakteristik penelitian kualitatif seperti yang

(23)

67

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

sampling dapat diteruskan sampai dicapai tarap “redudency” ketentuan atau

kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh

dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.

B. PENDEKATAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan

Taylor (Moleong, 2011: 4) penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati”. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan

pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak

boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis,

tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Sejalan dengan

definisi tersebut, Kirk dan Miller (Moleong, 2011:4) mendefinisikan bahwa

penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang

secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam

kawasanya maupun dalam peristilahannya”.

Menurut Moleong (2011: 5) “penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,

pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang”. Ternyata

definisi ini hanya mempersoalkan satu metode yaitu wawancara terbuka, sedang

yang penting dari definisi ini mempersoalkan apa yang diteliti yaitu upaya

memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku baik individu maupun

sekelompok orang.

Pendekatan ini dipilih berdasarkan dua alasan. Pertama, permasalahan yang

dikaji dalam penelitian tentang budaya politik masyarakat adat Kampung Naga ini

membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual.

Kedua, pemilihan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan

sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar

belakang alamiahnya. Disamping itu, pendekatan kualitatif mempunyai

(24)

menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam

penelitian ini.

Pendekatan kualitatif ini dirasakan sesuai dengan judul skripsi ini “ Budaya Politik Masyarakat Adat Kampung Naga” studi kasus di masyarakat adat

Kampung Naga dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat tahun 2013. Tujuan

penelitan ini secara garis besar yaitu untuk mengetahui orientasi atau pemahaman

masyarakat adat itu sendiri terhadap suatu sistem politik melalui pandangan atau

orientasi kognitif, afektif, dan evaluatif terhadap sistem politik, sehingga

masyarakat tersebut bisa di kategorikan ke dalam masyarakat yang menganut

budaya politik parokial, subjek, partisipan, ataukah budaya politik campuran.

Dengan melibatkan diri dengan responden ini peneliti diharapkan mendapatkan

data secara lengkap dengan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan

melakukan pengamatan secara langsung (observasi) terhadap aktivitas mereka

melalui mekanisme tertentu.

C. METODE PENELITIAN

Suatu penelitian ilmiah dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya apabila

menggunakan suatu metode yang sesuai dengan kajian penelitian. Metode

penelitian merupakan suatu cara untuk mencari kebenaran secara ilmiah

berdasarkan pada data yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Metode penelitian sangat di butuhkan karena akan memperjelas

langkah atau cara-cara bagaimana menghasilkan data-data yang tepat dan sesuai

dengan arahan tujuan dari penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

Menurut Danial (2009 : 63) metode studi kasus merupakan metode yang

intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi

lingkungan terhadap individu, kelompok, instiusi dan komunitas masyarakat

tertentu. Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang

khas dari kajiannya.

Lebih lanjut Danial (2009 : 64) mengungkapkan bahwa Studi ini tidak

(25)

69

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

kajian individu „tertentu karakteristiknya‟ secara utuh menyeluruh yang

menyangkut seluruh kehidupannya, mulai dari persepsi, gagasan, harapan, sikap,

gaya hidup, dan lingkungan masyarakat. Sesuai dengan metode penelitian tersebut

maka penelitian ini berusaha untuk mendapatkan gambaran real mengenai budaya

politik masyarakat adat Kampung Naga terhadap pemilihan Gubernur jawa Barat

tahun 2013.

D. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pengertian Politik

Magstadt dan Schotten (Darmawan, 2008: 6) bahwa, “politik adalah

segala sesuatu mengenai bagaimana manusia diperintah, yang berkaitan

dengan tatanan, kekuasaan dan keadilan (politics, then,is all about the way

human being are governed, which involves order, power, and justice)”.

Plato dan Aristoteles (Bisosial : 2013) menambahkan, “politik adalah suatu

usaha untuk mencapai masyarakat politik (polity)yang terbaik di dalam

politik, manusia akan hidup bahagia karena memiliki peluang untuk

mengembangkan bakat hidup dengan rasa kemasyarakatan yang akrab dan

hidup dalam suasana moralitas”. (Politics is an attempt to achieve the best

political society in politics, people will live happy for having the opportunity

to develop their talents live with that familiar sense of community and living

in an atmosphere of morality).

Menyimpulkan apa yang dikemukakan oleh para ahli tersebut

bahwasannya manusia merupakan mahluk berpolitik. Hal itu mengandung

arti bahwa manusia tidak sekedar bersifat instingtif, tetapi juga

mengaktualisasi dirinya ditengah masyarakatnya dalam suatu bentuk

tingkah laku politik. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara tingkah laku politik manusia itu diwujudkan dalam proses

pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Proses pembuatan dan

pelaksanaan keputusan politik itu diselenggarakan untuk mewujudkan

(26)

2. Sistem Politik

Easton (1985: 421) mengemukakan tentang sistem politik menurutnya,

Sistem sosial terbesar adalah masyarakat. Pemerintah merupakan satu sub unit diantara lain yang mempunyai tanggung jawab unik terhadap masyarakat. Untuk memenuhi tanggung jawab ini ia praktis melaksanakan monopoli terhadap sarana-sarana pemaksaan, dan merupakan badan satu-satunya yang sah untuk melaksanakan kekuasaan publik atas nama masyarakat. Hubungan-hubungan pemerintah-masyarakat tersebut membentuk sistem politik.

Kemudian Easton (Kantaprawira, 2006: 19) mengartikan sistem politik

sebagai “seperangkat interaksi yang diabstraksi dari totalitas perilaku sosial

melalui mana nilai-nilai disebarkan untuk suatu masyarakat”. Antara

kehidupan politik dan sistem politik terdapat kemiripan rumusan, tapi

tampak bahwa pengertian kehidupan politik lebih sempit dalam arti lebih

bersifat riil daripada sistem politik yang diabstraksi dari totalitas perilaku

masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut Dahl (1994:15) menambahkan

apa yang dikemukakan oleh Easton, menurutnya “sistem politik

didefinisikan sebagai sesuatu pola ketegaran hubungan manusia yang kokoh

sampai tingkat tertentu dan melibatkan secara cukup mencolok tentang

kendali, pengaruh, kekuasaan atau kewenangan Dan suatu sistem politik

hanyalah salah satu aspek sebuah perhimpunan. Dari penjelasan ini dapat

disimpulkan bahwa proses dalam setiap sistem dapat dijelaskan sebagai

input dan output.

Dari penjelasan Easton ini dapat disimpulkan bahwa proses dalam setiap

sistem dapat dijelaskan sebagai input dan output. Begitu pula dalam suatu

sistem politik yang konkrit. Yang dinamakan input itu merupakan suatu

tuntutan serta aspirasi masyarakat dan juga dukungan dari masyarakat.

Dalam suatu sistem politik, input diolah dan diubah menjadi output,

keputusan-keputusan, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mengikat dari

pemerintah. Keputusan-keputusan tersebut mempunyai pengaruh, dan pada

(27)

71

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

ekonomi,dsb. Dengan demikian umpan-balik dari output yang kembali

menjadi input baru mengalami pengaruh-pengaruh dari luar ini.

3. Dimensi Politik

Untuk mengetahui budaya politik yang dianut oleh suatu bangsa atau

kelompok masyarakat, maka harus diteliti berdasarkan orientasi atau

pandangan masyarakat tersebut terhadap suatu sistem politik. Yang mana

komponen tersebut dinamakan dimensi politik. Berkenaan dengan Dimensi

Budaya Politik Nazaruddin (Sastroatmodjo, 1995: 37) menjelaskan bahwa

“orientasi individu yang dimaksudkan dalam pandangan ini berarti melihat

aspek individu dalam orientasi politik hanya sebagai pengakuan akan

adanya fenomena dalam masyarakat tertentu, yang semakin mempertegas

bahwa masyarakat secara keseluruhan tidak dapat melepaskan diri dari

orientasi individual. Selanjutnya Almond dan Verba (1990: 16) melihat

bahwa dalam pandangan dimensi politik terdapat tiga komponen.

Komponen pertama adalah orientasi kognitif yang menyangkut pengetahuan tentang politik dan kepercayaan kepada politik, peranan dan segala kewajibannya sebagai warga negara. Komponen kedua adalah orientasi afektif yakni perasaan terhadap sistem politik, perannya, para aktor dan penampilannya. Serta komponen yang ketiga adalah orientasi evaluatif yakni keputusan dan praduga tentang objek-objek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria informasi dan perasaan.

Dari penjelasan tersebut dapat dikemukakan bahwasannya kebudayaan

politik memang pada dasarnya tidak terlepas dari orientasi individual

tersebut terhadap obyek-obyek politik. Dengan orientasi pada tingkat

individu, sebenarnya hal itu tidak berarti bahwa dalam memandang sistem

politik yang sedang berlangsung persepsi masyarakat seolah-olah cenderung

bersifat individualisme.

4. Budaya Politik

Almond dan Verba (1990: 14) mendefinisikan budaya politik sebagai

(28)

ragam bagiannya, serta sikap terhadap peranan warga negara yang ada

didalam sistem itu”. Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola

orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu.

Menurut Almond dan Powell (1996: 23) mendefinisikan budaya politik

sebagai “Sikap orang-orang mempengaruhi apa yang akan mereka lakukan.

Sikap kolektif politik, nilai, perasaan, informasi dan keterampilan

masyarakat dalam suatu masyarakat mempengaruhi cara politik bekerja

dalam masyarakat itu”.

Mengenai penjelasan tersebut dapat dinyatakan bahwa peranan dan

orientasi kegiatan politik seseorang individu tidak terbatas pada apa yang

dikatakannya tentang suatu objek politik, tetapi lebih luas lagi, yaitu

haruslah ditelaah alasan-alasan mengapa ia melakukan hal itu.

Bagaimanapun juga dalam sistem politik modern yang sangat kompleks

dewasa ini dapat dipastikan bahwa politik bukanlah suatu bentuk ekspresi

dan aktualisasi kemampuan pribadi seseorang, melainkan sangat besar

kemungkinannya dipengaruhi dan didukung oleh konsep-konsep,

gagasan-gagasan warga negara atau anggota masyarakat secara konsekuen.

5. Masyarakat Adat

Darwis (2008: 102) menyimpulkan pendapat Ter Haar tentang pengertian

masyarakat adat yaitu:

Masyarakat adat adalah kesatuan manusia yang teratur, mempunyai penguasa-penguasa, dan mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud dimana para anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh atau meninggalnya dalam arti melepaskan diri dari ikatan untuk selama-lamanya.

Berdasarkan penjelasan tersebut masyarakat adat pada hakikatnya tidak

terlepas dari yang dinamakan masyarakat hukum adat, karena dimana ada

masyarakat disana pasti ada hukum. Masyarakat Hukum Adat menurut

(29)

73

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

sekolompok orang yang mengalami kehidupan yang wajar menurut kodrat alam, yang terikat sebagai suatu kesatuan dalam suatu tata susunan yang teratur yang bersifat tetap dan kekal, mempunyai pemimpin dan aturan yang dipatuhinya serta memiliki kekayaan berwujud maupun tidak berwujud dan berdiam disuatu daerah tertentu dan mempunyai ikatan batin yang kuat antar anggota dan antar anggota dengan kelompoknya.

Maka dapat disimpulkan masyarakat adat itu merupakan komunitas yang

memiliki asal-usul leluhur secara turun-temurun yang hidup di wilayah

geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik,

budaya dan sosial yang khas. Dan mereka masih memegang teguh dan

melestarikan warisan budaya tersebut

6. Masyarakat Adat Kampung Naga

Kampung Naga adalah salah satu kampung adat dari sekian

kampung-kampung adat di Jawa Barat dan masih tetap melestarikan kebudayaan serta

adat leluhurnya. Kampung Naga sendiri terletak di Desa Neglasari,

Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya, lebih tepatnya berada di antara

jalan raya yang menghubungkan daerah Garut dengan Tasikmalaya. Berada

tepat di sebuah lembah yang subur yang dilalui oleh sungai Ciwulan yang

bermata air di Gunung Cikuray Garut, menjadikan kampung ini bersuhu

sejuk. Dengan harmoni kehidupan yang aman, damai, dan tenteram.

7. Pemilihan Gubernur

Menurut UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, Gubernur,

Bupati, dan Walikota yang sebelumnya dipilih oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD), sekarang dipilih secara langsung oleh rakyat,

melalui proses Pemilihan Umum Kepala Daerah yang kemudian dikenal

dengan istilah Pemilukada. Prihatmoko (2005:71) mendefinisikan

pemilukada sebagai “ pemilihan kepala daerah yang melibatkan, mendorong

dan membuka akses partisipasi seluruh warga yang memenuhi syarat

sebagai pemilih dan terbuka kemungkinan sebagai calon, serta pengawal

(30)

Pada dasarnya pemilihan umum Gubernur ini merupakan suatu

keleluasaan yang diberikan oleh negara kepada rakyat, khususnya rakyat

yang berada di setiap daerah dalam satu provinsi untuk memilih Gubernur

tersebut secara langsung sebagai wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat dan

sebagai pengembalian hak-hak dasar masyarakat dengan memberikan

kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen politik secara demokratis

berdasarkan peraturan yang ada sehingga proses demokrasi dapat terlaksana

dengan baik.

Pemilihan Gubernur yang bebas dan adil dapat melahirkan partisipasi

dari para pemilih yang secara sukarela menentukan pilihannya dalam proses

pemilihan umum. Dan memungkinkan untuk mengurangi fenomena golput

terutama dari kalangan usia muda maupun masyarakat yang masih rendah

tingkat pendidikan maupun perekonomiannya (masyarakat adat). Pemilihan

umum secara langsung ini merupakan upaya untuk menciptakan

demokratisasi di Indonesia.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis merupakan instrument penting yang berusaha

mengungkapkan data secara mendalam dengan dibantu oleh beberapa teknik

pengumpulan data lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong

(2011:168) bahwa “bagi penelitian kualitatif, manusia adalah instrumen utama

karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan

perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi

pelapor penelitiannya”.

Instrument atau alat penelitian disini tepat karena menjadi hal yang sangat

penting dari keseluruhan proses penelitian. Namun, instrument penelitian disini

dimaksud sebagai „alat pengumpul data‟ seperti tes pada penelitian kuantitatif.

Penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal, artinya

selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak atau

berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dengan

(31)

75

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan

untuk kepentingan penelitian.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan

cara observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Teknik

pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah satu

unsur yang sangat penting. Menurut Lofland (Moleong, 2011: 157) “sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain”. Sama halnya dengan penjelasan

yang di kemukakan oleh Lofland teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu, observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Teknik

tersebut selanjutnya diuraikan sebagai berikut:

a. Observasi

Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan

secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan

hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi yang berarti

pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah,

sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau

pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Hadi (Sugiyono, 2008: 203) mengemukakan bahwa “observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

biologis dan psikologis, dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

ingatan dan pengamatan”. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi

terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan

peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data

tambahan terhadap hasil wawancara.

(32)

Menurut Moleong (2011: 186) wawancara adalah “percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

„pewawancara atau interviewer’ yang mengajukan pertanyaan dan

„terwawancara atau interviewer‟ yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu”. Dalam kesempatan ini peneliti menggunakan pedoman wawancara

bentuk “semi structured”. Dalam hal ini maka mula-mula interviewer

menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per

satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian

jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua indikator, dengan keterangan

yang lengkap dan mendalam.

Menurut Arikunto, (1997:145) wawancara adalah “sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

responden”. Sedangkan Estenberg (Sugiyono: 2008: 317) menjelaskan bahwa “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksi makna dalam suatu

topic tertentu. Nasution (2002:73) menjelaskan bahwa tujuan dari wawancara

adalah “untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang

lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat

kita ketahui melalui observasi”.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer

mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek

(check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau

ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviewer harus memikirkan

bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam

kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat

wawancara berlangsung.

Pengumpulan data dengan cara berinteraksi atau berkomunikasi secara

langsung dengan pimpinan instansi dan bagian-bagian yang berkaitan dan

menangani masalah yang diteliti. Peneliti melakukan wawancara dengan

narasumber, yaitu pihak-pihak yang dijadikan instrument pengambilan data

(33)

77

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

Desa (Desa Neglasari, Kecamatan Salawu), Kepala Adat (Kuncen), Ketua

RT, serta masyarakat asli Kampung Naga itu sendiri.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka (litertur) menurut Danial (2009: 80) merupakan proses

“mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Buku tersebut dianggap sebagai sumber data

yang akan di olah ahli sejarah, sastra dan bahasa”. Penelitian yang dilakukan

dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk

memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan menggunakan

studi pustaka untuk memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian

yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi.

Maka dapat diartikan bahwa studi pustaka atau studi kepustakaan

adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun

informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang

diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan

penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi,

peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan

sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik lain.

d. Studi Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode yang lain adalah metode dokumentasi

atau studi dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau indikator

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agendan dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain,

maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan

sumber datanya masih tetap, belum berubah. Metode dokumentasi yang

diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.

Guba dan Lincoln (Alwasilah: 2002 : 155) memaknai dokumen sebagai

barang yang tertulis atau terfilmkan selain records (bukti catatan) yang tidak

disiapkan khusus atas permintaan peneliti. Pencarian dan pengumpulan data

melalui metode-metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

(34)

dan sebagainya. Metode ini dimaksudkan untuk mempelajari dan mengkaji

secara mendalam data-data mengenai budaya politik masyarakat adat

Kampung Naga.

G. TAHAP PENELITIAN

Usaha mempelajari penelitian kualitatif tidak terlepas dari usaha mengenal

tahap-tahap penelitan. Tahap-tahap penelitian kualitatif dengan salah satu ciri

pokoknya peneliti menjadi sebagai alat penelitian. Khususnya analisis data ciri

khasnya sudah mulai sejak awal pengumpulan data.

1. Tahap Pra Lapangan

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan studi

pendahuluan, yang merupakan kegiatan dimana seorang peneliti melihat atau

mengadakan pemantauan secara langsung terhadap tempat atau lokasi yang

akan dijadikan sebagai tempat penelitian, serta mengumpulkan data-data awal

secukupnya untuk dijadikan acuan dalam penyusunan usulan penelitian.

Menurut Moleong (2011: 127) ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan

oleh peneliti dalam tahapan ini, diantaranya: “menyusun rencana penelitian,;

memilih lapangan penelitian; mengurus perizinan; menilai lapangan; memilih

informan; serta, menyiapkan perlengkapan penelitian”.

Karena peneliti mengusung judul tentang budaya politik masyarakat adat,

dan setelah melakukan pendahuluan penelitian ke lokasi Kampung Naga dan

setelahnya mendapatkan data-data yang cukup dan sesuai dengan tujuan dari

penelitian tersebut, maka diambil suatu kesimpulan untuk menjadikan

masyarakat adat Kampung Naga yang berada di wilayah Kabupaten

Tasikmalaya sebagai suatu objek dan tempat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang sudah direncanakan dalam

suatu proposal penelitian dan setelah melakukan pendahuluan penelitian yaitu

mengumpulkan data-data dari subjek penelitian dan mencatat segala sesuatu

(35)

79

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

pula oleh Moleong (2011: 137) uraian tentang tahap pelaksana penelitian ini

dibagi atas tiga bagian, yaitu: memahami latar penelitian, dan persiapan diri;

memasuki lapangan, dan; berperan serta sambil mengumpulkan data.

Tahapan ini merupakan hal yang sangat penting bagi peneliti guna

mendapatkan data-data sebagai penunjang mendapatkan hasil penelitian yang

sesuai dengan tujuan awal penelitian.

3. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dan analisis data merupakan suatu langkah penting

dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang

dikumpulkan oleh peneliti. Pengolahan data dan analisis data akan

dilakukan melalui suatu proses yang menyusun, mengkategorikan data,

mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk

mendapatkan maknanya.

Setelah selesai mengadakan wawancara dengan subjek penelitian,

menuliskan kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan

dengan tujuan agar dapat mengungkapkan data dan informasi secara

mendetail. Data yang diperoleh dari wawancara disusun dalam bentuk

catatan lengkap setelah didukung oleh hasil wawancara, observasi, studi

dokumentasi, dan catatan lapangan, setelah itu melakukan prosedur

pengolahan data analisis dari hasil pengumpulan data. Dimana proses

analisis data ini dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh data yang

tersedia dan berbagai sumber yaitu, wawancara, pengamatan,

dokumentasi, dan catatan lapangan.

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

kredibilitas atau memeriksa derajat kepercayaan, maka langkah-langkah

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Memperpanjang Masa Observasi

Untuk memeriksa absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjang

keikutsertaan peneliti di lapang akan mengurangi kemelencengan (bias)

(36)

akan mengetahui keadaan secara lebih mendalam dan dapat menguji

ketidakbenaran data baik yang disebabkan oleh diri peneliti itu sendiri

ataupun oleh sebab subjek penelitian.

2) Pengamatan Secara Seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk

memperoleh gambaran nyata tentang permasalahan yang akan diteliti.

3) Triangulasi

Tringulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan

membandingkan data yang diperoleh dari suatu sumber ke sumber

lainnya pada saat yang berbeda atau membandingkan data yang

diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang

berbeda untuk mengecek atau membandingkan data yang dikumpulkan.

Adapun untuk menguji kredibilitas data, maka dalam pengolahan data

penulis menggunakan metode tringulasi,yaitu:

a) Triangulasi Sumber

Patton (Moleong 2008:330) mengungkapkan bahwa: “Tringulasi

dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”.

b) Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Dalam melakukan triangulasi teknik ini, data diperoleh dengan

wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi atau

kuesioner.

4) Diskusi

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti selalu melakukan diskusi

dengan orang lain untuk bertukar pikiran atau pendapat. Hal tersebut

dilakukan guna mendapatkan kritik atau saran mengenai masalah

yang sedang diteliti. Selain itu, dengan melakukan diskusi peneliti

(37)

81

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

5) Menggunakan Bahan Referensi

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan informasi yang

dibutuhkan dengan menggunakan dukungan bahan referensi yang

cukup. Selain itu, peneliti pun menggunakan alat perekam untuk

wawancara agara dapat mempertahankan keaslian data.

Mengupayakan referensi yang cukup adalah menyediakan

semaksimal mungkin sumber data seperti: buku, jurnal, majalah,

surat kabar, media elektronik serta realitas lapangan seperti catatan

lapangan.

b. Teknik Analisis Data 1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian,

seorang peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan

data yang banyak, apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi,

wawancara, penyebaran angket atau berbagai dokumen yang

berhubungan dengan subjek yang diteliti. Seperti yang dijelaskan

Nasution (2001:129) di bawah ini:

“ Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal

yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, reduksi, disusun lebih sistematis ditonjolkan pokok-pokok penting diberi susunan yang lebih sistematis sehingga lebih mudah

dikendalikan”.

2) Melaksanakan Display Data atau Penyajian Data

Penyajian data kepada yang telah diperoleh kedalam sejumlah

matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data

biasanya digunakan berbentuk teks naratif. Biasanya dalam penelitian,

kita mendapat data yang banyak. Data yang didapat tidak mungkin

dipaparkan secara keseluruhan, maka dari itu dalam penyajian data

peneliti dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang di teliti.

(38)

Mengambil keputusan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data,

dan display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih

berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara,

masih dapat diuji kembali dengan data lapangan, dengan merefleksikan

kembali, peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat,

tringulasi,sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.

(39)

Riza Faisal, 2013

BUDAYA POLITIK MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA (STUDI KASUS DI MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum

Setelah menguraikan dari beberapa aspek yang menjadi dimensi atau orientasi

politiknya,yang diukur dari segi pemahaman kognitif, afektif, dan evaluatif

terhadap suatu sistem politik khususnya pemilihan Gubernur. Masyarakat adat

Kampung Naga dapat dikategorikan dalam masyarakat yang menganut Budaya

Politik Kaula (subyek).

Tingkat partisipasi politik masyarakat adat Kampung Naga masih rendah yang

disebabkan oleh faktor kognitif dan belum adanya peran-peran politik yang

khusus. Namun, masyarakat adat Kampung Naga saat ini sudah relatif maju baik

sosial maupun ekonominya, masyarakat adat Kampung Naga sudah menaruh

kesadaran, minat, dan perhatiannya terhadap sistem politik pada umumnya

terutama terhadap objek output sistem politik meskipun masih bersifat pasif,

masyarakat memahami dan menyadari akan peran, hak, dan kewajiban sebagai

warganegara yang baik, masyarakatnya pun menyadari sepenuhnya akan otoritas

pemerintah, masyarakat selalu tunduk dan patuh pada kebijakan atau keputusan

pemerintah, serta masyarakat adat Kampung Naga bersikap menerima saja

putusan yang dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak boleh dikoreksi apalagi

ditentang.

Bagi masyarakat adat Kampung Naga yang mana memiliki prinsip untuk

mematuhi aturan dan segala kebijakan pemerintah disamping aturan adat,

menerima, loyal, dan setia terhadap anjuran, perintah, serta kebijaksanaan yang

dikeluarkan baik oleh pimpinan adat mereka maupun oleh pemerintah. Namun,

untuk masalah yang bersangkutan dengan pribadi atau yang menjadi hak asasi dari

masyarakat adat Kampung Naga itu sendiri, tidak pernah adanya suatu anjuran,

himbauan, apalagi suatu paksaan dari pihak manapun yang menggunakan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Sistem Politik ................................................................
gambaran budaya politik yang berkembang di masyarakat adat Kampung

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan merumuskan strategi komunikasi politik para calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat tahun 2013 – 2018 yang

Tesis ini berjudul “Komunikasi Budaya Masyarakat Kampung Mahmud (Studi Kasus Tentang Pewarisan Nilai Budaya dari Tokoh Adat ke Generasi Muda di Kampung Mahmud Kabupaten

Objek yang diteliti ialah perilaku masyarakat Kampung Adat Naga dan Kampung Adat Dukuh dalam mengelola lingkungan bangunan berdasarkan parameter arsitektur hijau

Debat calon gubernur tersebut merupakan bentuk kampanye baru di mata masyarakat Jawa Barat, khususnya masyarakat di Kota Bandung, dimana bentuk kampanye

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, tradisi perkawinan adat yang masih berlaku di Kampung Naga terdapat penyerapan antara hukum adat dan hukum Islam

Peran Sesepuh Adat Dalam Meningkatkan Motivasi Berwirausaha Di Masyarakat Kampung Naga Merujuk pada pendapat tersebut peneliti akan melakukan observasi di. tempat penelitian

PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT.

Penelitian dilatarbelakangi oleh tata cara pemilihan umum atau PEMILU, dengan adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Gubernur, Bupati, dan Walikota yang