• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Desain Grafis

Menurut Landa (2014), desain grafis adalah suatu bentuk dari komunikasi visual yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada audience. Desain adalah respresentasi visual daripada suatu ide yang bergantung kepada pembuatan, pemilihan, dan pengaturan dari elemen-elemen visual yang ada (hlm. 1). Menurut Landa (2014, hlm. 19), dalam suatu karya desain grafis terkandung beberapa elemen-elemen penting yang salah satu harus terkandung di dalamnya, setelah memahami elemen-elemen tersebut, seseorang harus mengaplikasikan prinsip-prinsip desain ke dalam suatu karya desain grafis.

2.1.1. Elemen Desain

2.1.1.1. Line

Line atau garis adalah titik-titik kecil yang berbaris sesuai dengan keinginan masing-masing desainer untuk menata arah baris titik-titik tersebut dan bila disambungkan akan menjadi garis. Garis memiliki peran yang penting untuk desainer karena garis pada suatu karya desain mengarahkan mata audiens sehingga pesan atau informasi yang ingin disampaikan karya tersebut dapat tersampaikan.

(2)

21 2.1.1.2. Shape

Shape atau bentuk adalah kumpulan garis-garis sehingga terjadi suatu bentuk dan syarat utama daripada suatu bentuk adalah tidak ada sudut yang terbuka atau istilah mudahnya tidak ada sudut yang bocor.

2.1.1.3. Color

Color atau warna adalah salah satu elemen desain yang terkuat. Manusia dapat melihat warna karena pantulan dari cahaya yang memantul ke mata kita. Warna dibagi menjadi 3 kategori, yaitu Hue, Value and Saturation.

Menurut Morioka (2006), berikut adalah asosiasi dari berbagai macam warna yang ada

a. Merah: api, darah, seks, gairah, cinta, energi, antusiasme, kegembiraan, panas, kekuatan, agresi, kemarahan, pertempuran, revolusi, kekejaman, dan tanpa moral.

b. Kuning: matahari, intelek, kebijakan, optimisme, cahaya, kegembiraan, idealisme, kecemburuan, kepengecutan, penipuan, dan peringatan. c. Biru: laut, langit, pengetahuan, keren, damai, kejantanan, perenungan,

kesetiaan, keadilan, kepintaran, depresi, dingin, melepaskan, dan apatis. d. Hijau: hal-hal yang berkaitan dengan alam, kesuburan, uang,

pertumbuhan, kesembuhan, sukses, alam, kejujuran, pemuda, keserakahan, kecemburuan, mual, racun, korosi, dan tidak berpengalaman.

(3)

22 e. Ungu: royalti, kerohanian, kemewahan, kebijakan, imajinasi, kecanggihan, jabatan, inspirasi, kekayaan, bangsawan, mistis, berlebihan, kelebihan, tidak waras, dan kekejaman.

f. Oranye: musim gugur, jeruk, kreativitas, penyegaran, unik, energi, semangat, stimulasi, keramahan, kesehatan, tingkah, aktivitas, kekasaran, sifat trendi, dan keramaian.

g. Hitam: malam, kematian, kekuatan, kekuasaan, berat, kecanggihan, keanggunan, formalitas, keseriusan, martabat, kesendirian, misteri, gaya, ketakutan, hal negatif, kejahatan, rahasia, submisi, kesedihan, keberatan, penyesalan, dan kehampaan.

h. Putih: cahaya, kesucian, kesempurnaan, pernikahan, kebersihan, kebajikan, kepolosan, keringanan, kelembutan, kudus, kesederhanaan, kebenaran, kerapuhan, dan isolasi.

i. Abu-abu: kenetralan, keseimbangan, keamanan, keandalan, kesopanan, klasis, kedewasaan, kepintaran, kebijakan, kurang komitmen, ketidakpastian, kemurungan, mendung, umur tua, kebosanan, keraguan, cuaca tidak baik, dan kesedihan.

2.1.1.4. Tipografi

Suatu typeface merupakan satu kelompok karakter yang kemudian disatukan dengan karakteristik-karakteristik visual yang konsisten. Sifat visual gaya ini membuat karakter penting dari jenis huruf, yang tetap dapat dikenali bahkan jenis huruf tersebut dimodifikasi. Biasanya jenis huruf termasuk huruf, angka, simbol, tanda, tanda baca, dan tanda aksen (Landa,

(4)

23 2014). Berikut adalah beberapa saran menurut Landa (2014) dalam pemilihan typeface:

a. Pilih berdasarkan kesesuaian untuk audiens, konsep desain, pesan, persyaratan komunikasi dan konteks.

b. Pemilihan typeface untuk tampilan layar dan hasil cetak berbeda. c. Semakin banyak konten teks dalam suatu karya, diperlukan suatu

typeface yang mudah dibaca.

d. Untuk mempersempit pilihan typeface, urut berdasarkan kecocokan dengan tujuan hasil karya.

e. Periksa secara pribadi apakah teks tersebut mudah dibaca atau tidak. f. Pastikan warna font kontras dengan latar karya.

2.1.1.5. Layout

Suatu layout dapat membuat hasil visual karya desain kita menjadi lebih terstruktur karena suatu karya desain tidak akan hanya terdiri dari 1 bagian khususnya kampanye. Dari isu yang penulis angkat, penulis pertama akan memperkenalkan kembali fenomena yang ada berupa bukti foto, bahayanya lalu himbauan. Hal tersebut perlu ditata dengan rapih supaya target audiens dapat membaca dan dapat lebih mudah memahami jika diurut dengan benar. Suatu grid membantu perancang untuk menyusun layout, membedakan jenis-jenis pesan dan navigasi target audiens dalam membacanya.

(5)

24 2.1.2. Prinsip Desain

2.1.2.1. Balance

Balance atau keseimbangan mungkin salah satu prinsip desain yang paling mudah kita pahami karena dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mengandalkan keseimbangan dalam psikomotorik tubuh kita terlebih lagi saat berolahraga seperti yoga, menari, dan cabang olahraga lainnya. Beberapa faktor yang memengaruhi keseimbangan dalam suatu desain grafis seperti orientasi atau lokasi suatu elemen desain grafis dalam suatu format, ukuran dan bentuk suatu elemen, banyaknya suatu elemen yang ditempatkan di satu sisi, dan masih banyak faktor lainnya. Balance memiliki 2 jenis yaitu simetris yang merupakan distribusi berat visual yang seimbang dan asimetris yaitu distribusi berat visual yang tidak seimbang.

2.1.2.2. Rhythm

Rhythm atau ritme merupakan repetisi dari suatu elemen desain yang di aplikasikan ke dalam suatu karya desain sehingga seorang desainer dapat menuntun perhatian dari audiens sekitar halaman karya. Ada beberapa faktor yang dapat berkontribusi untuk membuat suatu ritme yaitu warna, tekstur, balance, dan lainnya.

2.1.2.3. Unity

Unity atau kesatuan adalah prinsip dalam desain grafis yang mengusahakan untuk menggabungkan berbagai macam elemen desain

(6)

25 grafis menjadi satu kesatuan. Audiens lebih mudah memahami dan mengingat karya desain grafis yang tidak tersebar-sebar.

2.1.2.4. Scale

Scale atau skala merupakan ukuran dari suatu elemen grafis yang dilihat dalam kaitannya dengan elemen grafis lain dalam suatu komposisi. Skala didasarkan pada hubungan proporsional antara satu bentuk dengan bentuk lainnya. Dalam dunia arsitektur, seorang arsitek menggunakan model figur seseorang yang ditempatkan dalam desain bangunannya untuk memberikan gambaran seberapa besar bangunan akan dibangun.

Seorang desainer mengatur skala dari suatu bentuk biasanya untuk menciptakan perbedaan kontras dengan bentuk lainnya, memanipulasi skala dapat membuat ilusi optik seperti 3 dimensi, dan dapat menciptakan perbedaan visual dalam suatu komposisi.

2.2. Kampanye Sosial

Menurut Lefebvre (2013), kampanye sosial adalah aplikasi dari prinsip-prinsip dan teknik dari marketing yang digunakan dengan tujuan untuk menimbulkan perubahan sosial menjadi lebih baik. Kampanye sosial digunakan untuk menyinggung masalah kesehatan dan sosial berskala besar. Kampanye sosial dapat digunakan dalam masalah-masalah seperti contoh berikut:

1. Komunitas aktif dalam masyarakat

2. Persiapan dan respons dalam menghadapi bencana alam 3. Pelestarian ekosistem dan cagar alam

(7)

26 5. Korupsi yang ada di pemerintahan

6. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan 2.2.1. Copywriting

Copywriting merupakan komponen yang penting dalam periklanan karena hal tersebut merupakan serangkaian kalimat yang bertujuan untuk menjual atau mengajak. Tidak memperdulikan sebagus apapun hasil kampanye yang dihasilkan secara visual, tetapi jika copywriting tersebut dibuat tanpa pertimbangan yang mendalam, kampanye tersebut akan menjadi sia-sia. Berikut adalah langkah-langkah penting yang penting untuk membuat serangkaian copywriting menjadi efektif menurut Gunelius (2009):

2.2.1.1. Know your audience

Lokasi penempatan kampanye sangat bergantung kepada siapa kita ingin menyampaikan pesan dari kampanye yang sudah kita rancang, maka dari itu kita harus terlebih dahulu riset target audiens yang tepat terkait dengan isu yang diangkat dalam kampanye untuk memastikan lokasi penempatan yang tepat dimana target audiens pasti melihat dan memahami kampanye yang sudah kita rancang.

2.2.1.2. Communicate W.I.I.F.M (What’s in it for me?)

Target audiens harus memahami bagaimana kampanye yang sudah kita rancang akan merubah atau membuat hidup mereka lebih baik, dalam kasus ini penulis merancang kampanye sosial tentang bahaya dari fenomena merokok sambil berkendara motor, maka dari itu pesan dari kampanye harus secara singkat, padat dan jelas dapat membuat target

(8)

27 audiens memahami bahwa fenomena tersebut berbahaya dan jika mereka menghentikannya, akan menghindari resiko dari kehilangan nyawa yang dapat disebabkan oleh fenomena tersebut.

2.2.1.3. Focus on “you” not “we”

Berbicara dari sudut pandang orang kedua yaitu seperti anda, kamu, kalian dapat membuat suatu kampanye lebih efektif karena dalam kalimat yang memakai tata bahasa sudut pandang orang kedua, suatu copywriting akan terdengar lebih menyangkut hidup dari target audiens dengan begitu rangkaian kalimat dari copywriting akan lebih efektif.

2.2.1.4. Understand your medium

Perancang kampanye harus memahami media mana yang akan digunakan karena media yang berbeda memerlukan gaya dan tone yang berbeda.

2.2.1.5. Avoid T.M.I (Too Much Information)

Copywriting yang efektif hanya menyampaikan kalimat yang perlu dipahami oleh target audiens karena terlalu banyak informasi akan membuat target audiens semakin bingung sehingga mereka dapat melupakan poin-poin terpenting dari pesan yang ingin disampaikan perancang kampanye.

2.2.1.6. Include a call to action

Tujuan dari suatu kampanye adalah merangsang suatu perubahan dari isu yang diangkat menjadi lebih baik bahkan nilai positif jika fenomena tersebut dapat hilang. Tahap ini menjelaskan kepada target audiens

(9)

28 bagaimana perancang ingin mereka berubah atau bertindak setelah melihat kampanye tersebut.

2.2.1.7. Proofread

Tahap ini merupakan salah satu tahap yang terpenting yaitu memeriksa kembali kata-kata atau kalimat yang dapat mengakibatkan salah tangkap kepada target audiens atau typo.

2.2.2. Strategi Kampanye Sosial

Sugiyama (2011), menjabarkan tahap strategi kampanye menjadi beberapa tahap yang terkenal sebagai AISAS yaitu Attention, Interest, Search, Action dan Share. Strategi AISAS merupakan perkembangan dari strategi pendahulunya AIDA yaitu Attention, Interest, Desire dan Action dikarenakan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Berikut adalah penjabaran lebih lanjut mengenai strategi AISAS.

2.2.2.1. Attention

Tahap ini bertujuan untuk menyadarkan audiens terhadap eksistensi kampanye yang sedang berlangsung. Untuk menyadarkan audiens, media-media yang digunakan adalah media-media yang umumnya selalu berada di sekitar target audiens dan dapat ditentukan berdasarkan penelitian lebih lanjut terhadap kebiasaan dan rutinitas target audiens agar media yang dipilih lebih akurat.

(10)

29 2.2.2.2. Interest

Pada tahap ini, golongan audiens yang sudah tertarik akan mencari informasi lebih lagi mengenai kampanye yang berlangsung.

2.2.2.3. Search

Pada tahap ini, golongan audiens yang tertarik sudah mencari informasi lebih lanjut mengenai kampanye yang berlangsung. Media yang digunakan pada tahap attention memiliki contact sosial media yang dapat mengarahkan audiens agar mereka dapat mengetahui informasi lebih lanjut.

2.2.2.4. Action

Pada tahap ini, golongan audiens yang menunjukkan kepedulian terhadap permasalahan yang diangkat oleh kampanye akan mulai berpartisipasi untuk ikut menggerakan kampanye sesuai dengan instruksi dari penyelenggara.

2.2.2.5. Share

Pada tahap ini, golongan audiens mulai membagikan pengalaman yang didapatkannya kepada orang lain baik dengan cara tatap muka maupun dengan media online.

2.2.3. Media

Media adalah 1 atau lebih alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada seorang individu atau sekelompok massa (Cangara, 2006). Berikut adalah berbagai jenis media komunikasi (Ivony, 2017):

(11)

30 2.2.3.1. Media Visual

Media yang nampak secara fisik, dapat dilihat, dibaca dan diraba. Media tersebut mengandalkan indera penglihatan atau peraba manusia. Contoh dari media visual antara lain: Billboard, banner, buku, teks, foto, dan lainnya.

Gambar 2.2.1. Billboard

(https://images.unsplash.com/photo-1560703122-7e2d97dd487d?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D

&auto=format&fit=crop&w=334&q=80)

Gambar 2.2.2. Bus Stop Standing Banner

(https://unblast.com/wp-content/uploads/2020/05/Outdoor-Bus-Shelter-Advertisement-Mockup.jpg)

(12)

31 2.2.3.2. Media Audio

Media yang mengandalkan indera pendengaran manusia untuk menyampaikan informasi. Contoh dari media audio antara lain: musik, lagu, siaran radio, dan lainnya.

2.2.3.3. Media Audio Visual

Media yang merupakan kombinasi antara media visual dan audio yang berarti, media ini mengandalkan indera penglihatan dan pendengaran manusia. Contoh dari media audio visual antara lain: film, video, drama, acara televisi, dan lainnya.

Gambar 2.2.3. Video

(https://images.unsplash.com/photo-1548061220-b04df30a2b6e?ixlib=rb-1.2.1&ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHw%3D

(13)

32 2.2.3.4. Multimedia

Merupakan bentuk dari audio visual tetapi lebih kompleks, sebab media tersebut menyatukan segala bentuk format seperti gambar, grafis, suara, video, dan animasi. Contoh dari multimedia adalah internet.

Gambar 2.2.4. Sosial Media

(https://images.unsplash.com/photo-1517605817225-1a38c494d974?ixid=MXwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8f Hw%3D&ixlib=rb-1.2.1&auto=format&fit=crop&w=750&q=80)

Menurut Fill (2013), terdapat beberapa cara supaya kita bisa menentukan media mana sesuai dengan anggaran yang ada.

2.2.3.5. Above-The-Line

Cara ini dipakai ketika kita memiliki anggaran yang lebih dari cukup dan kita dapat membuat iklan untuk membantu audiens membuat asosiasi dengan kampanye. Terdapat 2 pendekatan dari cara ini yaitu Unique Selling Points yaitu membantu audiens asosiasikan kampanye dengan fenomena yang ada dan 1 pendekatan lainnya bernama Emotional Selling Points yaitu membantu audiens asosiasikan kampanye dengan mempengaruhi perasaannya terhadap fenomena yang diangkat dalam kampanye. Contoh dari eksekusi cara ini dapat berbentuk media cetak

(14)

33 (koran, majalah, dan brosur), media elektronik (televisi, radio, dan lain-lain), billboard dan media reklame lainnya.

2.2.3.6. Below-The-Line

Cara ini dipakai ketika kita tidak memiliki anggaran yang cukup banyak, maka kita akan mendekati audiens secara direct sehingga audiens sendiri berpartisipasi dalam usaha marketing kita. Contoh dari eksekusi cara ini dapat berbentuk acara-acara, pameran, seminar, dan lain-lain.

2.2.3.7. Through-The-Line

Cara ini merupakan gabungan antara above-the-line dan below-the-line. Cara ini menggunakan periklanan yang memiliki unsur interaktif dengan audiens karena dalam iklan tersebut mengandung instruksi-instruksi khusus supaya audiens dapat mencari tahu lebih banyak tentang kampanye. Contoh spesifik dari hasil cara ini berupa iklan-iklan yang dipasang di internet.

2.3. Merokok Sambil Berkendara Sepeda Motor

Menurut Kussoy (2019), rokok adalah gulungan tembakau yang digulung dengan kertas khusus sepanjang 70-120 mm dengan diameter 10 mm, setelah itu untuk menikmatinya pada ujung rokok dibakar oleh korek api lalu pada ujung lainnya, asap dihisap oleh mulut yang merokok. Berdasarkan jenisnya, perokok dibedakan menjadi 2 jenis yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif merupakan inidividu yang secara sengaja atau aktif menjalani aktivitas merokok, mereka sadar akan akibatnya dan mereka tanggung. Perokok pasif adalah individu yang

(15)

34 tidak merokok namun karena ada perokok di sekitarnya maka ia secara tidak sengaja harus menghisap asap rokok yang keluar dari perokok di sekitarnya. 2.3.1. Peraturan Resmi

Menteri Perhubungan telah mengeluarkan peraturan yang menggunakan UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) pasal 106 ayat 1 sebagai dasar terbuatnya peraturan tersebut, berikut adalah bunyi dari UU No. 22 tahun 2009 tentang LLAJ pasal 106 ayat 1 “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.” dan bagi individu yang melanggar akan dikenakan pasal 283 yang berbunyi “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)”. Peraturan Menteri Perhubungan (PERMENHUB) No 12 tahun 2019 pasal 6 tentang merokok sambil berkendara motor berbunyi “Pengemudi dilarang merokok dan melakukan aktivitas lain yang mengganggu konsentrasi ketika sedang mengendarai motor”.

2.3.2. Bahaya Merokok sambil Berkendara Motor

Aktivitas merokok sambil berkendara motor memiliki banyak dampak yang mempengaruhi keselamatan perokok yang menyalakan rokoknya di jalan dan juga keselamatan pengguna jalan sekitarnya. Menurut Arifin (2019), abu dan bara yang dihasilkan dari puntung rokok tersebut dapat mengakibatkan iritasi mata yang

(16)

35 membuat mata korban merasakan sakit dan gatal sehingga konsentrasi dari korban tersebut terganggu.

Di saat seseorang sedang mengendarai motor, pegangan pada grip motor harus kencang supaya pengemudi motor memegang penuh kendali motornya dan mengurangi resiko kecelakaan yang juga dapat mengancam keselamatan pengguna jalan di sekitar. Memegang rokok yang sedang menyala sambil mengendarai motor, membuat pegangan grip pada motor menjadi tidak kuat karena jari pengemudi motor tersebut juga harus memegang batang rokok yang sedang menyala. Hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan khususnya saat pengendara motor harus melewati jalan yang tidak stabil atau harus ada maneuver yang mewajibkan pengemudi motor tersebut untuk konsentrasi dan memegang erat grip motor tersebut (Budiman, 2018).

Di saat pengemudi motor menyalakan rokoknya saat sedang berkendara, sudah pasti perokok tersebut harus membuang puntung rokok dan karena tidak ada fasilitas yang memadai untuk membuang puntung rokok tersebut, secara terpaksa perokok tersebut harus membuang puntung rokok sembarangan di jalan. Panas dari puntung rokok yang dibuang tidak akan hilang secara sekejap dan jika puntung rokok tersebut dibuang sembarangan lalu mengenai anggota tubuh perokoknya sendiri maupun pengguna jalan sekitar, hal tersebut akan mengakibatkan reaksi spontan terhadap rasa sakit akibat panas dari puntung rokok yang dibuang. Hal ini sangat berbahaya jika kondisi korban sedang melaju tentu akan langsung mengganggu konsentrasi korban dan mengakibatkan hilangnya kendali kendaraan (Arifin, 2019).

Gambar

Gambar 2.2.2. Bus Stop Standing Banner
Gambar 2.2.3. Video
Gambar 2.2.4. Sosial Media

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buku Sepuluh Ribu Pantun Selaksa Santun karya Tusiran Suseno memiliki delapanbelas nilai budi pekerti yaitu religius, jujur,

 Masuk pukul : 17.00 WIB bahasa Indonesia dibatasi 300 halak, i ma : Wijk Tengah, Balekambang, Kramat Cililitan, BS T Harapan dohot Kramat Jati 1.  Parmingguon Secara Online /

Keluaran dari penelitian ini adalah desain kerangka kerja pendeteksi redundansi frase pada pasangan kalimat, sebuah aplikasi pendeteksi redundansi frase pada pasangan

Sebagai ciptaan Allah yang sangat berharga, kehidupan manusia berkembang baik secara fisik, mental maupun spiritual. Kejadian 11 :6 “Apapun  juga yang mereka rencanakan,

Pemaparan diatas telah menjelaskan bahwa secara umum baik guru maupun tenaga kependidikan lainnya adalah orang yang memiliki kedewasaan yang telah mempersiapkan

Daftar mahasiswa penerima yang berisi nama, program studi, nama mitra dunia usaha, dunia industri, dunia kerja lainnya, unit kerja penempatan, besaran fasilitasi yang diterima,

Fasilitas perkebunan yang dapat digunakan oleh warga masyarakat Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar yaitu sekolah SDN IV Ciasmara (lihat Gambar 4), Tempat Penitipan Anak

Misal: jika A adalah matrik berukuran m x n dengan vektor kolom yang bebas linear, maka n buah vektor kolom pertama dari Q adalah merupakan himpunan