• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA, DUSUN, KAMPUNG DAN PERKEBUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM DESA, DUSUN, KAMPUNG DAN PERKEBUNAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DESA, DUSUN, KAMPUNG

DAN PERKEBUNAN

4.1 Desa Purwabakti

4.1.1 Kondisi Geografis Desa Purwabakti

Desa Purwabakti merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor dengan curah hujan sebanyak 250/300 m3 dan berada di 650/1000 meter diatas permukaan laut. Luas Desa Purwabakti yaitu 1.662 hektar yang dapat dilihat pada peta Desa Purwabakti pada Gambar 3.

(2)

Desa Purwabakti terbagi dalam 5 Dusun 12 Rukun Warga (RW) serta 39 Rukun Tangga (RT). Penggunaan lahan di desa purwabakti mempunyai banyak macam, yang didasarkan pada pemanfaatan atau penggunaan tanah tersebut. Penggunaan tanah dan luas lahan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Luas dan Penggunaan Lahan Desa Purwabakti

No. Penggunaan Lahan Luas (Hektar) Persentase (%) 1 Perumahan/Pemukiman dan Pekarangan 10 2.5

2 Sawah 162 40.4 3 Ladang 200 49.9 4 Jalan 15 3.7 5 Pemakaman/Kuburan 3 0.7 6 Perkantoran 0.1 0.0 7 Tanah/Bangunan Pendidikan 1 0.2 8 Tanah/Bangunan Pribadi 10 2.5 Jumlah 401.1 100 Sumber: Monografi Desa Purwabakti 2008

Masyarakat Desa Purwabakti menopangkan hidupnya pada sektor pertanian, yang dilihat dari besarnya penggunaan lahan sebesar 90,3 persen pada sawah dan ladang yang dapat dilihat pada Tabel 3. Melalui alokasi penggunaan tanah di Desa Purwabakti, dapat disimpulkan Desa Purwabakti mempunyai lahan yang kering, karena sebagian besar lahannya digunakan sebagai ladang yaitu sebesar 49,9 persen.

4.1.2 Kependudukan Desa Purwabakti

Jumlah penduduk Desa Purwabakti adalah 7330 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 3676 jiwa, dan perempuan sebanyak 3654 jiwa. Jumlah kepala keluarga yaitu sebanyak 1795 jiwa. Data kependudukan Desa Purwabakti sampai 30 Desember 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.

(3)

Tabel 4. Struktur Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Desa Purwabakti

Kelompok Jumlah Jiwa Jumlah

(Orang) Persentase (%) Umur Laki-Laki Perempuan

0-4 330 326 656 9.0 5-9 255 253 508 6.9 10-14 383 384 767 10.5 15-19 309 311 620 8.5 20-24 227 225 452 6.2 25-29 221 221 442 6.0 30-34 229 218 447 6.1 35-39 224 220 444 6.1 40-49 226 227 453 6.2 50-54 227 231 458 6.3 55-59 225 223 448 6.1 60-64 220 221 441 6.0 65-69 205 206 411 5.6 70-Keatas 391 388 779 10.6 Jumlah 3672 3654 7326 100 Sumber: Monografi Desa Purwabakti 2008

Dilihat dari perkembangan penduduk Desa Purwabakti, rasio angka kelahiran dan kematian terlihat berbeda cukup tinggi, angka kelahiran penduduk pada bulan April 2009 yaitu sebesar 53 orang, sementara angka kematian 14 orang. Kepadatan penduduk di Desa Purwabakti sebanyak 7.530 orang pada bulan April 2009 dengan gerak mobilitas yang tergolong cukup rendah, yaitu pendatang sebanyak dua orang dan jumlah penduduk yang pindah sebanyak dua orang. Sebagian besar penduduk Desa Purwabakti beragama Islam.

Mata pencaharian utama penduduk Desa Purwabakti didominasi oleh sektor swasta dengan persentase 61,1 persen (lihat Tabel 5). Sektor swasta ini merupakan masyarakat yang bekerja sebagai karyawan di Kebun Cianten. Selain swasta, mata pencaharian utama penduduk juga sebagai petani yaitu sebesar 16

(4)

persen dan pengrajin 11,7 persen. Penduduk yang bekerja sebagai pengrajin, merupakan pengrajin kayu rotan, yang letaknya jauh dari Kebun Cianten.

Tabel 5. Mata Pencaharian Penduduk Desa Puwabakti

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tani 653 16.0 2 Pedagang 300 7.3 3 Pegawai Negri 8 0.2 4 TNI/POLRI 0 0.0 5 Pensiunan/Purnawirawan 2 0.0 6 Swasta 2500 61.1 7 Buruh Pabrik 20 0.5 8 Pengrajin 480 11.7 9 Tukang Bangunan 30 0.7 10 Penjahit 5 0.1 11 Tukang Las 1 0.0 12 Tukang Ojek 65 1.6 13 Bengkel 1 0.0 14 Sopir Angkutan 15 0.4 15 Lain-lain 10 0.2 Total 4090 100

Sumber: Monografi Desa Purwabakti 2008

4.1.3 Pendidikan Desa Purwabakti

Tingkat pendidikan Desa Purwabakti (lihat Tabel 6) termasuk kedalam rendah, karena sebagian besar masyarakatnya yaitu 43 persen hanya lulus Sekolah Dasar, dan 25,8 persen yang tidak lulus Sekolah Dasar. Tingkat pendidikan yang rendah ini akan berdampak terhadap rendahnya tingkat kemajuan desa tersebut dibandingkan wilayah perkotaan. Kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai aktor pembangunan di Desa Purwabakti berdampak pada laju pembangunan dan tingkat kemiskinan di desa tersebut.

(5)

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Purwabakti

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Tidak Tamat SD/Sederajat 275 25.8 2 Tamat SD/Sederajat 458 43.0 3 Tamat SLTP/Sederajat 256 24.1 4 Tamat SLTA/Sederajat 75 7.0

Total 1064 100

Sumber: Monografi Desa Purwabakti 2008

4.2 Dusun Cigarehong

Dusun Cigarehong adalah salah satu tempat permukiman di Kebun Cianten. Dusun Cigarehong memiliki dua RW yaitu RW 08 dan RW 07. Dusun ini terletak paling ujung dari Kebun Cianten, dan memiliki enam kampung. Kampung tersebut yaitu: Cigarehong (RW 07/RT 01), Cikandang (RW 7/ RT 02), Babakan Salim (RW 07/RT 03), Legog Makam (RW 07/RT 04), Padajaya (RW 08/RT 01 dan RT 02) dan Padajembar (RW 08/RT 03 dan RT 04).

Dusun Cigarehong pada awalnya hanya terdiri dari rumah karyawan tetap perkebunan, yang merupakan rumah dinas dari perkebunan yang dibuat di Kampung Cigarehong. Tapi pada akhirnya, karena pertambahan penduduk dan bertambahnya pendatang yang datang untuk bekerja baik pada perkebunan maupun PT.Cevron LTD, masyarakat pendatang tersebut membuat pemukimannya sendiri-sendiri, dan membuat koloni yang menjadi sebuah kampung.

Wilayah Dusun Cigarehong terbagi menjadi dua, yaitu wilayah perkebunan dan wilayah yang masuk Taman Nasional Gunung Halimun, selain itu di Dusun Cigarehong terdapat beberapa titik yang merupakan tempat pengeboran

(6)

minyak dari PT.Cevron LTD. Dusun ini adalah dusun terakhir dari wilayah Kebun Cianten yang berbatasan dengan wilayah Sukabumi.

Fasilitas perkebunan yang terdapat di Dusun Cigarehong, yaitu SDN Ciasmara IV, Madrasah Aliyah Tarbiyatul Aftal 2 dan Tempat Penitipan Anak (TPA). Berdasarkan wawancara terhadap kepala sekolah SDN Ciasmara IV, perkebunan tidak pernah memberikan bantuan kepada SDN ini. Perkebunan hanya memberikan bantuan pada tahun 1981 berupa makanan (minyak dan gula) kepada murid kelas enam yang hendak melaksanakan ujian, dan juga memberikan bantuan pada guru. Sejak itu perkebunan tidak pernah lagi memberikan bantuan. Menurut kepala sekolah juga, perkebunan hanya memberikan bantuan kepada Madrasah Aliyah. Karena Madrasah Aliyah termasuk kedalam program bantuan perkebunan, sedangkan SDN Ciasmara IV tidak termasuk kedalamnya.

4.3 Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar

4.3.1 Keadaan Geografis Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar

Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar adalah Kampung terujung dari Dusun Cigarehong. Jumlah rumah tangga di dua kampung tersebut yaitu 152 kepala yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Kampung Padajaya dan Kampung padajembar memiliki lokasi yang berbeda satu sama lainnya. Kampung Padajaya berada di paling ujung dan bentuk kampung ini terbagi menjadi dua, RT 01 berbentuk memanjang sesuai dengan jalan utama yang menghubungkan Sukabumi dan Leuwiliang, sedangkan RT 02 berbentuk koloni. Pada Kampung Padajembar, baik RT 03 maupun RT 04, memiliki bentuk yang sama, yaitu bentuk koloni, dan berbaur satu sama lain dan tidak terpisah.

(7)

Kampung di Dusun Cigarehong identik dengan tali persaudaraan. Penduduk dalam satu kampung, biasanya memiliki saudara baik kakak atau adik, menantu, orang tua dan anak, akan tetapi pada kampung lain di Dusun Cigarehong, penduduk tersebut tidak memiliki saudara dekat, hanya saudara jauh. Contohnya adalah Ida warga dari RT 03 Kampung Padajembar, ibunya tinggal di RT 04 di kampung yang sama, sedangkan adik-adiknya tinggal tidak jauh dari kediamannya, hanya berbeda satu atau dua rumah saja. Akan tetapi Ida tidak memiliki saudara dekat di Kampung Padajaya.

Mata pencaharian dan jumlah penghasilan antara masyarakat di Kampung Padajaya dan Padajembar berbeda. Masyarakat Kampung Padajaya, sebagian besar tidak menopangkan hidupnya pada perkebunan, mereka bekerja sebagai pedagang dan karyawan pada PT.Cevron LTD, jarang yang memiliki tanah pertanian. Masyarakat di Padajembar sebagian besar menopangkan hidupnya pada perkebunan dan memiliki tanah pertanian. Wilayah pertanian dan rumahnya merupakan bagian dari wilayah perkebunan.

Perbedaan ini dikarenakan lokasi kedua kampung tersebut yang berbeda satu sama lain. Kampung Padajaya merupakan kampung yang berada di tepi jalan, jalan tersebut sering dilintasi truk atau mobil yang Bogor-Sukabumi, karena jalan tersebut merupakan jalan alternatif menuju daerah sukabumi dan pelabuhan ratu, dan sering dilewati oleh wisatawan lokal yang ingin menikmati suasana perkebunan. Sedangkan untuk memasuki Kampung Padajembar, harus melewati jalan kecil, berbatu dan terjal, sehingga geliat ekonomi di Kampung Padajembar kurang ’hidup” dibandingkan dengan geliat ekonomi di Kampung Padajaya.

(8)

4.3.2 Pendidikan di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar

Fasilitas pendidikan yang terdapat di daerah Kebun Cianten yaitu: Satu unit Taman Kanak-Kanak Tunas Karya, Tiga Unit Sekolah Dasar, Tiga Unit unit Madrasah Diniyah, dan satu unit Sekolah Menengah Pertama. Fasilitas perkebunan yang dapat digunakan oleh warga masyarakat Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar yaitu sekolah SDN IV Ciasmara (lihat Gambar 4), Tempat Penitipan Anak (TPA) (lihat Gambar 5.), dan juga Madrasah Aliyah yang semuanya terletak di Kampung Cigarehong. Pada Dusun Cigarehong, anak-anak bersekolah dari pukul 7.00 sampai dengan pukul 12.00 di sekolah formal, dan melanjutkan sekolah pukul 14.00 sampai dengan pukul 16.00 sekolah madrasah.

(9)

Gambar 5. Tempat Penitipan Anak (TPA)

Fasilitas lain yang diberikan oleh perkebunan yaitu satu unit balai pengobatan, delapan unit masjid, 22 unit mushola, lima unit Tempat Penitipan Anak (TPA). Bantuan yang diberikan perkebunan kepada STK (Rp 500,00 per anak), TPA (Rp 500,00 per anak), posyandu (Rp 500,00 per anak), pakaian kerja, pengobatan, dua rit per hari jemputan anak sekolah Tunjangan Hari Raya (THR) dan tunjangan jasa produksi kepada karyawan.

Anak perempuan dan laki-laki di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar hanya bersekolah sampai dengan Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan akan dinikahkan setelah tamat SMP. Hal ini dikarenakan, adanya pandangan dari masyarakat yaitu untuk apa sekolah tinggi-tinggi karena pekerjaannya hanya akan seperti orangtuanya juga. Selain itu, masyarakat Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar tidak menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dikarenakan Sekolah Menengah Atas (SMA) letaknya jauh dari Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar. Sekolah tersebut berada di

(10)

Leuwiliang dan Sukabumi yang jaraknya 25 kilometer dari Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar. Pulang-pergi setiap hari membutuhkan waktu dan biaya Rp 26.000,00. Hal ini merupakan jawaban dari rendahnya tingkat pendidikan di Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar.

Warga Kampung Padajaya dan Kampung Padajembar yang mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) “bisa dihitung dengan jari”. Warga masyarakat yang bersekolah sampai tingkat SMA ini adalah warga yang berprofesi sebagai guru dan mandor. Mereka adalah warga yang dituntut oleh pekerjaannya untuk mendapatkan ijazah yang lebih tinggi. Selain itu, mereka yang bersekolah sampai dengan jenjang SMA karena orangtuanya menuntut anak-anaknya terus bersekolah setinggi-tingginya agar bisa memperbaiki kehidupan keluarga. Salah satu contohnya yaitu Asep (30 tahun) yang bersekolah sampai ke tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan merupakan mandor petik perkebunan. Ia bersekolah karena orangtuanya yang merupakan karyawan pemetik teh perkebunan, menginginkan Asep memiliki kehidupan yang lebih baik dari pada kehidupan orantuanya, sehingga orangtua Asep menyekolahkan Asep ke jenjang yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak lainnya di kampung tersebut. Untuk menjadi mandor di perkebunan, selain keahlian, yang dibutuhkan adalah ijazah setingkat SMK/SLTA. Masyarakat yang sudah lama menjadi karyawan tidak bisa langsung menjadi mandor, akan tetapi dibutuhkan keahlian tertentu. Contohnya mandor petik dan mandor besar di sektor delapan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Mandor petik sektor delapan Asep merupakan lulusan SMK Pertanian, sedangkan mandor mesar sektor delapan Odang mempunyai gelar Diploma Satu Informatika Teknologi.

(11)

4.4 PTP Nusantara VIII Kebun Cianten 4.4.1 Keadaan Geografi

PTPN VIII Kebun Cianten memiliki luas areal konsensi 857.74 hektar. Pada umumnya topografi bergelombang dan terletak pada ketinggian 800 meter sampai 1000 meter diatas permukaan laut wilayah ini berpenduduk sekitar 4.000 jiwa. Sepenuhnya bekerja pada perkebunan teh, mulai dari pembibitan, persemaian, pemeliharaan, panen sampai pengolahan teh.

Kebun Cianten berada di Propinsi Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bogor. Kebun Cianten berjarak 25 Kilometer dari Kecamatan Leuwiliang dan termasuk dalam dua wilayah kerja Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Pamijahan. Kebun Cianten juga terbagi kedalam dua desa yaitu Desa Purasari Kecamatan Leuwiliang (Afdeling I) dan Desa Purwabakti Kecamatan Pamijahan (Afdeling II) dan kebun berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi yang dikelilingi Gunung Gagak, Gunung Keneng, dan Gunung Tanjungsari yang merupakan anak Gunung Halimun.

Kondisi iklim tergolong daerah tipe B menurut perhitungan Sekmidt dan Ferguson. Temperatur rata-rata berkisar antara 19°C sampai 30°C dengan kelembaban nisbi antara 38 sampai 80 persen curah hujan lima tahun terakhir rata-rata 5,238 milimeter per tahun. Kebun Cianten relatif jauh dari perkampungan penduduk. Jarak terdekat dengan perkampungan penduduk kurang lebih tujuh kilometer, yaitu kampung Tanjungsari, sedangkan jarak dengan kantor Desa Purasari kuranglebih 11 kilometer, dengan Desa Purwabakti kurang lebih 12 Kilometer.

(12)

4.4.2 Pekerja Perkebunan

Kebun Cianten yang dipimpin langsung oleh seorang administratur dan wakilnya atau lazimnya disebut kepala tanaman. Kebun dibagi menjadi lima bagian atau divisi, yaitu bagian administrasi dikepalai seorang kepala administrasi bagian teknik dikepalai oleh kepala teknik, bagian pengolahan dikepalai oleh kepala pengolahan, bagian afdeling Cianten I dikepalai kepala afdeling Cianten I, dan bagian afdeling Cianten II dikepalai oleh kepala afdeling Cianten II. Masing-masing sinder atau kepala bagian membawahi beberapa petugas. Setiap mandor besar membawahi beberapa mandor yang memiliki 20 sampai 40 orang anak buah. Khusus untuk kelancaran administrasi masing-masing sinder dibantu oleh JTU kepala. Guna membantu administrasi dalam pengawasan terhadap kinerja seluruh bagian administratur dibantu oleh bagian Pengawas Intern Kebun (PIK).

Jumlah karyawan borongan perkebunan lebih banyak dari pada karyawan tetap perkebunan yang dapat dilihat pada Tabel 7, dengan persentase 58 persen sedangkan karyawan pelaksana sebesar 32,6 persen. Banyaknya karyawan borongan, dikarenakan sudah beberapa tahun terakhir perkebunan tidak mengadakan perekrutan karyawan borongan menjadi karyawan tetap. Menurut mandor sektor delapan, hal ini dikarenakan perkebunan sedang mengalami penurunan hasil panen setiap tahun, yang disebabkan oleh cuaca dan umur tanaman yang sudah tua. Berdasarkan mitos yang didapat dari para leluhur, masyarakat percaya bahwa suatu saat perkebunan akan bangkrut sehingga masyarakat tidak memaksakan dirinya menjadi karyawan perkebunan. Menurut masyarakat dengan dapat hidup saja bagi mereka kerja sudah cukup.

(13)

Tabel 7. Jenjang Kepegawaian dan Jumlah Karyawan PTPN VIII Kebun Cianten

No. Uraian Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Karyawan pimpinan golongan IIIA-IVD 6 0.5 2 Karyawan pelaksana I Golongan IB-IID 101 8.9 3 Karyawan pelaksana II Golongan A 368 32.6 4 Karyawan borong/PKWT 655 58.0

Total 1130 100

Sumber: PTPN VIII Kebun Cianten 1 April 2009

Perumahan dinas karyawan perkebunan tersebar di beberapa komplek: 1. Emplasemen: Pondok Pia, Pondok Asmara, Bunisari dan Sindang Resmi 2. Afdeling Cianten I: Pematang/Sarkawi/Taman Saat, Cirohani, Kampung

Baru, Kampung Limus, Cianten Herang, Pel Girang, Pel Tengah, Pel Hilir, Sindang Sari, Kampung Saung, Pondok Lapang, Pondok Pasar, Pondok Cau dan Pondok Pensiun.

3. Afdeling Cianten II: Sindang Reret, Cimapag, Pasirpari, Cisurupan, Garehong, Emplasement, Padajembar, Padajaya, dan Cikandang.

Total penduduk yang bertempat tinggal di Kebun Cianten kurang lebih 4000 penduduk. Sebagian besar penduduk tersebut bekerja di perkebunan, sedangkan sisanya menjadi guru, petani, pedagang dan supir.

Pekerja dari perkebunan terbagi menjadi dua yaitu karyawan tetap dan karyawan lepas. Karyawan tetap mendapatkan fasilitas perusahaan, gaji hari libur dan gaji dari hasil pekerjaannya (pemetikan teh, pemeliharaan atau penyemprotan tanaman). Sedangkan karyawan lepas hanya mendapatkan gaji dari hasil pekerjaannya saja. Pada karyawan pemetikan, harga teh yang di petik sesuai dengan kualitas hasil petikan tersebut yaitu kurang lebih Rp 400,00 sampai

(14)

dengan Rp 460,00 per kilogram. Harga ini berbeda untuk setiap mandor, karena mandor mempunyai otoritas untuk menetapkan harga kepada pemetik.

Administartur PTPN VIII Kebun Cianten yang menjabat sekarang bari diangkat pada bulan Februari 2009. Setelah adanya pergantian administatur, terjadi beberapa perubahan kebijakan pada peraturan PTPN VIII Kebun Cianten. Salah satu kebijakan perkebunan yang berubah yaitu mengenai penggunaan lahan pertanian oleh masyarakat di daerah PTPN VIII Kebun Cianten. Pada beberapa kepemimpinan administatur yang lalu, masyarakat tidak diperbolehkan membuat sawah yang berdekatan dengan kebun teh. Bahkan pada periode kepemimpinan administratur sebelumnya, pernah ada kebijakan perkebunan yang melarang warga menanam tanaman (pisang, pepaya, padi sayur-sayuran, dll) di sekitar tanaman teh perkebunan, sehingga pohon yang ditanam oleh masyarakat dirubuhkan oleh pihak perkebunan. Akan tetapi pada kepemimpinan administratur yang baru, masyarakat diperbolehkan bertanam di areal perkebunan dan diharapkan dapat membantu perkebunan dengan mengambil rumput pada tanaman teh, atau melaporkan tanaman teh yang rusak, dan sebagainya.

Jarak dari perkebunan ke Kecamatan Leuwiliang kurang lebih 25 kilometer, sedangkan jarak dari perkebunan menuju Desa Purwabakti yaitu 15 kilometer. Hal ini menyebabkan akses masyarakat menuju pasar sangat terbatas. Hanya ada pasar kaget yang muncul setiap satu bulan sekali pada tanggal gajian yaitu tanggal empat tiap bulan yang didirikan di dekat pabrik perusahaan. Jarak yang jauh antara Kantor Desa dan kampung di Kebun Cianten menyebabkan Kepala Desa Purwabakti jarang berkunjung ke kampung-kampung di Kebun

(15)

Cianten. Menurut masyarakat Padajembar, terhitung baru dua kali Kepala Desa Purwabakti Mahrop datang ke kampung mereka selama masa kepemimpinannya.

Transportasi menuju dan dari Kebun Cianten, yaitu mobil L300 milik warga Kampung Cigarehong, yang beroperasi hanya satu kali setiap hari. Mobil tersebut berangkat dari Dusun Cigarehong ke pasar Leuwiliang pukul 04.00 dan pulang ke Dusun Cigarehong dari pasar Leuwiliang pukul 09.00 dengan tarif Rp 13.000,00. Selain mobil L300, alat transportasi lain menuju pasar Leuwiliang yaitu ojek dengan tarif Rp 30.000,00 sedangkan ojek dari pasar Leuwiliang menuju Dusun Cigarehong tarifnya Rp 50.000,00. Perbedaan harga ini karena pengojek dari Leuwiliang bukanlah warga Dusun Cigarehong, sehingga pengojek tersebut akan menaikkan tarifnya. Transportasi lokal di dalam Kebun Cianten, khusus untuk karyawan perkebunan, disediakan oleh perusahaan PTPN VIII Kebun Cianten. Transportasi ini berupa truk yang membawa pulang dan pergi karyawan dari rumah menuju lokasi pemetikan dan sebaliknya. Perkebunan juga menyediakan transportasi antar jemput anak-anak sekolah di daerah Kebun Cianten dari rumah mereka ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terletak dekat pabrik perkebunan.

4.4.3 Sejarah Perkebunan

Pada tahun 1981 dilakukan pembukaan hutan oleh Pemerintah Hindia Belanda di Kampung Cipacet untuk pembuatan lahan perkebunan. Pekerja didatangkan dari daerah di sekitar perkebunan yaitu Desa Puraseda, Desa Cisarua dan Desa Muara. Pembukaan lahan tersebut dilanjutkan dengan penanaman benih (biji) teh. Tahun 1912 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan bangunan pabrik

(16)

serta prasarana lainnya termasuk pemukiman untuk para pekerja, dan Kampung Cipacet berubah menjadi “ondernoming” atau masyarakat setempat sering menyebutnya “Kontrak Cianten”. Pada saat itu, pemimpin tertinggi di Kontrak Cianten lazim disebut Juragan Kawasa. Juragan kawasa yang pertama adalah Juragan Kawasa Harja Aurata” kemudian digantikan oleh Juragan Kawasa Hasan. Tahun 1943 Pemerintah Jepang melakukan agresi terhadap Pemerintah Belanda yang menduduki Indonesia dan Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Otomatis seluruh aset Republik Indonesia yang diakui Belanda jatuh ke tangan Jepang, tetapi sayang Jepang tidak melakukan sistem yang sama seperti yang dikelola oleh Belanda. Kontrak Cianten tidak beroperasi lagi. Selama kurun waktu tahun 1943 sampai dengan tahun 1948 Kontrak Cianten digarap oleh rakyat secara tradisional. Pertengahan tahun 1948 Kontrak Cianten kembali dibuka dan dikelola kembali oleh Pemerintah Indonesia dengan nama PPH, tahun 1964 namanya berubah menjadi PPN Cianten dan pada tahun yang sama dirubah menjadi PPN Kesatuan. Pada tahun 1971 PPN Kesatuan kemudian digabungan dengan PMP yang berasal dari beberapa perkebunan yang lain dalam naungan PTP XII sampai tahun 1994.

Pada tahun 1994 beberapa perkebunan yang bernaung dibawah PTP XI, PTP XII, PTP XIII yang berada di Provinsi Jawa Barat digabungkan menjadi PTP Group Jabar. Sejak tahun 1996 sampai sekarang seluruh perkebunan yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) digabungkan ke dalam wadah PTP. Nusantara I-XIV, dan PTP. Nusantara VIII dengan 46 perkebunan yang ada tersebar di Jawa Barat. Kebun Cianten termasuk kedalam PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang berkantor di Jalan Sindangsirna No.4 Bandung.

(17)

Pada tahun 1986, pabrik Kebun Cianten beralih fungsi dari pengolahan teh Ortodok menjadi pengolahan teh CTC, dengan pertimbangan bahwa pasar dunia saat ini banyak meminati hasil olahan pabrik teh CTC.

4.4.4 Visi, Misi dan Kontribusi Perkebunan

PTPN VIII Kebun Cianten memiliki visi yaitu : menjadikan perusahaan agribisnis global yang dipercaya, mengutamakan kepuasan pelanggan dan kepedulian lingkungan dengan berlandaskan kepada mutu dan produktivitas tinggi, serta didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional. Misi perusahaan mengelola perusahaan sesuai prinsip Good Coorporate Governance untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan ramah lingkungan yang senantiasa berkembang dan lestari sebagai karya SDM yang handal dalam upaya memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan.

Kontribusi perkebunan terhadap lingkungan terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: bidang ekologi, ekonomi, fungsi sosial dan lain-lain

(Multifier-Effect). Pada bidang ekologi, kontribusi perkebunan terhadap kelestarian Sumber

Daya Alam (SDA) antara lain: tata air (hidrologi), perlindungan sumber atau mata air, penanaman pohon lindung, konservasi kesuburan lahan terutama lahan pertanian seperti pemupukan organik atau anorganik, kenyamanan iklim (atmosfir) sebagai akibat akitivitas hidup pohon-pohonan. Kontribusi perkebunan pada bidang ekonomi memberikan penghasilan ekonomis yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat berupa deviden, pajak, retribusi, perusahaan memberikan karyawan dan batihnya berupa upah atau gaji untuk

(18)

penghidupan dan kehidupan, dan perusahaan memberikan kemitraan atau pembinaan usaha kecil dan koperasi kepada masyarakat sekitar.

Penciptakan lapangan kerja, dan bina lingkungan melalui Community

Development (CD) merupakan kontribusi perkebunan dalam bidang sosial.

Kontribusi perkebunan yang lainnya yaitu membangun dan meningkatkan perekonomian masyarakat sebagai Agent Of Development.

4.4.5 Penggunaan Lahan Perkebunan

Lahan dari perkebunan mempunyai bentuk seperti jari, dengan bagian luar dari jari tersebut merupakan milik dari Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). Alokasi penggunaan lahan perkebunan dapat dilihat pada Tabel 8.

Lahan tidak produktif di perkebunan yang dapat dilihat pada Tabel 8 paling banyak dipakai oleh pihak ketiga dalam bentuk sawah yaitu 3,8 persen, hal ini membuktikan bahwa perkebunan mendata tanah perkebunan yang digunakan oleh masyarakat sebagai perkebunan. Alokasi lahan yang digunakan pada bidang pertanian yang digunakan oleh pihak ketiga lebih banyak digunakan untuk sawah dari pada perikanan (kolam), hal ini dikarenakan debit air yang sulit didapatkan didaerah lereng-lereng gunung.

(19)

Tabel 8. Penggunaan Lahan Perkebunan

No. Uraian Luas (Hektar) Persentase (%) 1 Areal Tanaman Teh:

- Tanaman Menghasilkan (TM) 647.14 75.4

- Tanaman Belum Menghasilkan

(TBM) 0 0.0

- Persemaian/Kebun Entrys 0 0.0 - Lancuran 93.45 10.9

Total 740.59 86.3

2 Areal Cadangan:

- Cadangan dari Lancuran 0 0.0

Total 0 0.0

3 Lahan Tidak Produktif: - Situ/Rawa 11.08 1.3 - Hutan/Jurang/Sungai 8.86 1.0 - Dipakai Pihak Ketiga (Bangunan) 3.89 0.5 - Dipakai Pihak Ketiga (Sawah) 32.93 3.8 - Dipakai Pihak Ketiga (Daratan) 15.12 1.8 - Dipakai Pihak Ketiga (Kolam) 2.7 0.3 - Dipakai Pihak Ketiga (Chevron LTD) 4.63 0.5

Total 79.21 9.2 4 Areal Lain-Lain - Emplasemen 15.2 1.8 - Jalan PTPN, VIII 18.24 2.1 - Jalan Umum 0 0.0 - Lapangan Olahraga 1 0.1 - Kuburan 3.5 0.4 Total 37.94 4.4 Total Area 857.74 100 Sumber: PTPN VIII Kebun Cianten 1 April 2009

Gambar

Gambar 3. Peta Desa Purwabakti
Tabel 3. Luas dan Penggunaan Lahan Desa Purwabakti
Tabel 4. Struktur Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Desa Purwabakti
Tabel 5.  Mata Pencaharian Penduduk Desa Puwabakti
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil gambar diagram batang 4.20, bahwa pada lahan perkebunan apel semi organik persentase makrofauna tanah yang berperan sebagai predator cenderung lebih tinggi

Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara V (PTPN V) Kebun Terantam merupakan salah satu unit kerja ang dikelola PTPN V Riau, dibawah Kementrian BUMN yang mengusahakan

Tabel 4.7 Distribusi PHBS Tatanan Rumah Tangga Responden Warga Dusun Deres yang Bekerja Sebagai Pemulung di TPA.. Blondo

Pernyataan ini dirangkum dari hasil wawancara bersama kepala sekolah, wali kelas, dan guru kelas SDN 6 Bukit Tunggal dimana pada intinya ketidakmaksimalan dan

Gerak-gerik misionaris menyebarkan ajaran kristen dilakukan melalui pendidikan, sehingga warga muslim Gunungpring Muntilan melalui Muhammadiyah mendirikan sekolah

Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 10), maka persentase keterdedahan pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini.. Hal in litian ini, m n Wakil Pre si

biasanya digunakan warga untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya sendiri. Kalaupun ada lebih baru dijual ke tengkulak dengan harga Rp. Sedangkan untuk hasil panen jagung

Toleransi dalam bidang ekonomi terlihat ketika warga Desa Jolotigo yang beragama Islam maupun Kristen bersatu padu untuk mengelola tempat wisata tersebut, karena