• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Kristen UKI Press

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Etika Kristen UKI Press"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

KONSEP DIRI

KONSEP DIRI

A.

A. SIAPAKAH SIAPAKAH AKU?AKU?

Seseorang yang hanya melihat keluar dan tidak mencermati diri sendiri, tidak akan pernah Seseorang yang hanya melihat keluar dan tidak mencermati diri sendiri, tidak akan pernah menjadi seorang manusia yang manusiawi dan berkarakter agung. Introspeksi (koreksi) diri dan menjadi seorang manusia yang manusiawi dan berkarakter agung. Introspeksi (koreksi) diri dan pengenalan diri merupakan salah satu tugas penting di dalam membentuk kehidupan, sebab pengenalan diri merupakan salah satu tugas penting di dalam membentuk kehidupan, sebab pengenalan terhadap diri sendiri merupakan prinsip kemanusiaan yang penting dan

pengenalan terhadap diri sendiri merupakan prinsip kemanusiaan yang penting dan mendasar. Halmendasar. Hal ini diujarkan oleh seorang filsuf besar dari Yunani bernama Sokrates kurang lebih 4 abad SM, ini diujarkan oleh seorang filsuf besar dari Yunani bernama Sokrates kurang lebih 4 abad SM, pernyataannya: “K

pernyataannya: “Ketahuilah dirimu, karena disitulah permulaan pengetahuan.etahuilah dirimu, karena disitulah permulaan pengetahuan.” Makna” Makna  pernyataan  pernyataan tersebut sangat mendalam bagi manusia dan kehidupannya, apa gunanya mengetahui segala tersebut sangat mendalam bagi manusia dan kehidupannya, apa gunanya mengetahui segala sesuatu, tetapi tidak

sesuatu, tetapi tidak mengetahui diri sendiri. Pengetahuan bukan di mengetahui diri sendiri. Pengetahuan bukan di luar, tetapi pengetahuan dimulailuar, tetapi pengetahuan dimulai dari pengenalan tentang diri sendiri. Maka untuk mengetahui, harus dimulai dari pengenalan akan dari pengenalan tentang diri sendiri. Maka untuk mengetahui, harus dimulai dari pengenalan akan diri sendiri.

diri sendiri.11

Pengenalan diri merupakan kemampuan seseorang untuk melihat k

Pengenalan diri merupakan kemampuan seseorang untuk melihat k ekuatan dan kelemahanekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga dapat melakukan respon yang tepat terhadap tuntutan yang yang ada pada dirinya sehingga dapat melakukan respon yang tepat terhadap tuntutan yang muncul dari dalam maupun dari luar dirinya. Pengenalan diri adalah langkah awal yang diperlukan muncul dari dalam maupun dari luar dirinya. Pengenalan diri adalah langkah awal yang diperlukan seorang manusia untuk dapat menjalankan kehidupan ini secara efektif, berdaya guna, dan seorang manusia untuk dapat menjalankan kehidupan ini secara efektif, berdaya guna, dan bermakna. Dengan demikian sejauh apa anda mengenal diri anda sejauh itulah anda bermakna. Dengan demikian sejauh apa anda mengenal diri anda sejauh itulah anda memperlakukan diri anda dan lingkungan dimana anda berada.

memperlakukan diri anda dan lingkungan dimana anda berada.

Dalam situasi kehidupan sehari-hari sering ditemui orang yang terlalu percaya diri hasilnya Dalam situasi kehidupan sehari-hari sering ditemui orang yang terlalu percaya diri hasilnya adalah menjadi manusia sombong, sulit menghargai orang lain, dan egosentris; atau terlalu rendah adalah menjadi manusia sombong, sulit menghargai orang lain, dan egosentris; atau terlalu rendah menilai dirinya sehingga menjadi manusia minder, kehilangan identitas diri,

menilai dirinya sehingga menjadi manusia minder, kehilangan identitas diri, sulit menghargai dirinyasulit menghargai dirinya sendiri, bahkan hanya bisa mengasihani diri. Disisi lain, ada juga yang lebih mampu melihat sendiri, bahkan hanya bisa mengasihani diri. Disisi lain, ada juga yang lebih mampu melihat kesalahan-kesalahan orang lain daripada kesalahan dirinya, hasilnya menjadi kritikus yang kesalahan-kesalahan orang lain daripada kesalahan dirinya, hasilnya menjadi kritikus yang destruktif. Hidupnya hanyalah berpikir bahwa keadaan buruk yang terjadi pada dirinya merupakan destruktif. Hidupnya hanyalah berpikir bahwa keadaan buruk yang terjadi pada dirinya merupakan akibat dari kesalahan orang lain, sementara dirinya selalu benar. Seperti yang dinyatakan oleh akibat dari kesalahan orang lain, sementara dirinya selalu benar. Seperti yang dinyatakan oleh pepa

pepatah kuno bahwa: “Gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak.”tah kuno bahwa: “Gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak.” Mengapa terjadi demikian? Hal tersebut terbentuk dari cara manusia mengenal dirinya yang sering Mengapa terjadi demikian? Hal tersebut terbentuk dari cara manusia mengenal dirinya yang sering disebut konsep diri. Pemahaman terhadap konsep diri akan menghantarkan manusia menjawab disebut konsep diri. Pemahaman terhadap konsep diri akan menghantarkan manusia menjawab pertanyaannya

pertanyaannya sendiri mengenai “Siapakah Aku?”sendiri mengenai “Siapakah Aku?” 1.

1. Pengertian Konsep DiriPengertian Konsep Diri

Konsep diri dianggap sebagai komponen kognitif (pengetahuan) dari diri sosial secara Konsep diri dianggap sebagai komponen kognitif (pengetahuan) dari diri sosial secara keseluruhan, yang memberikan penjelasan tentang bagaimana seorang manusia memahami keseluruhan, yang memberikan penjelasan tentang bagaimana seorang manusia memahami perilaku, emosi, dan motivasinya sendiri. Hal ini merupakan jumlah keseluruhan dari keyakinan perilaku, emosi, dan motivasinya sendiri. Hal ini merupakan jumlah keseluruhan dari keyakinan individu tentang dirinya sendiri.

individu tentang dirinya sendiri.22 Lebih jelas Lebih jelas lagi Calhoun lagi Calhoun dan Acocella dan Acocella menuliskan bahwa konsepmenuliskan bahwa konsep diri adalah pandangan manusia tentang diri sendiri, yang meliputi dimensi: pengetahuan tentang diri diri adalah pandangan manusia tentang diri sendiri, yang meliputi dimensi: pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan mengenai diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri baik secara fisik, sendiri, pengharapan mengenai diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri baik secara fisik, psikis, sosial, intelektual, moral, maupun spiritual. Pandangan ini diperoleh manusia dari psikis, sosial, intelektual, moral, maupun spiritual. Pandangan ini diperoleh manusia dari pengalamannya berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai arti penting dalam hidupnya. pengalamannya berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai arti penting dalam hidupnya.33 Pada dasarnya, konsep diri bukan merupakan faktor hereditas (bawaan/keturunan), tetapi faktor Pada dasarnya, konsep diri bukan merupakan faktor hereditas (bawaan/keturunan), tetapi faktor yang dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman manusia secara individu berhubungan dengan yang dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman manusia secara individu berhubungan dengan orang lain, sebab persepsi (cara pandang) seseorang mengenai dirinya dibentuk selama hidupnya, orang lain, sebab persepsi (cara pandang) seseorang mengenai dirinya dibentuk selama hidupnya, melalui hadiah dan hukuman dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Jadi konsep diri adalah cara melalui hadiah dan hukuman dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Jadi konsep diri adalah cara

1 1

 Albret Denise & Peterfreund Albert,

 Albret Denise & Peterfreund Albert, Great Tradition in EthicsGreat Tradition in Ethics, (New York: D.VanNostrand Company, 1980), p.v-vi., (New York: D.VanNostrand Company, 1980), p.v-vi. 2

2

 Elizabeth B. Hurlock,

 Elizabeth B. Hurlock, Personality Development  Personality Development , (New York: McGraw-Hill Book Company, 1974), p. 24., (New York: McGraw-Hill Book Company, 1974), p. 24. 3

3

 J.F. Colhoun & J.R. Acocella,

 J.F. Colhoun & J.R. Acocella, Psychology of Adjustment  Psychology of Adjustment and Human Rand Human R elationshipelationship, (New York: McGraw-Hill Book, (New York: McGraw-Hill Book Company, 1990), p. 65.

(2)
(3)

bagaimana seseorang menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya terhadap diri sendiri bagaimana seseorang menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya terhadap diri sendiri sebagaimana yang dirasakan, diyakini dan dilakukan dalam seluruh segi hidupnya.

sebagaimana yang dirasakan, diyakini dan dilakukan dalam seluruh segi hidupnya.

Konsep diri mempunyai arti yang lebih mendalam dari sekadar gambaran deskriptif. Konsep Konsep diri mempunyai arti yang lebih mendalam dari sekadar gambaran deskriptif. Konsep diri adalah aspek yang penting dari fungsi-fungsi manusia karena sebenarnya manusia sangat diri adalah aspek yang penting dari fungsi-fungsi manusia karena sebenarnya manusia sangat memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan dirinya, termasuk siapakah dirinya, seberapa memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan dirinya, termasuk siapakah dirinya, seberapa baik seorang manusia merasa tentang dirinya, seberapa efektif fungsi-fungsinya atau seberapa baik seorang manusia merasa tentang dirinya, seberapa efektif fungsi-fungsinya atau seberapa besar pengaruh dirinya terhadap orang lain. Inilah gambaran mengenai diri seseorang, baik besar pengaruh dirinya terhadap orang lain. Inilah gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap dirinya maupun penilaian berdasarkan harapannya. Dari uraian di atas dapat persepsi terhadap dirinya maupun penilaian berdasarkan harapannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran, pandangan atau penilaian seseorang tentang disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran, pandangan atau penilaian seseorang tentang dirinya sendiri yang mencakup enam segi kehidupan, yaitu fisik, psikis, sosial, intelektual, moral, dirinya sendiri yang mencakup enam segi kehidupan, yaitu fisik, psikis, sosial, intelektual, moral, dan spiritual yang didapat dari hasil interaksi dengan lingkungannya.

dan spiritual yang didapat dari hasil interaksi dengan lingkungannya.

Dengan mengetahui dan memahami konsep diri, seseorang dapat belajar dengan baik, Dengan mengetahui dan memahami konsep diri, seseorang dapat belajar dengan baik, bergaul dengan ligkungannya, penuh persahabatan dan ditunjang oleh lingkungan fisik maupun non bergaul dengan ligkungannya, penuh persahabatan dan ditunjang oleh lingkungan fisik maupun non fisik. Orang tersebut akan memiliki konsep diri yang benar, sehingga dapat melaksanakan fungsi fisik. Orang tersebut akan memiliki konsep diri yang benar, sehingga dapat melaksanakan fungsi dan tugas dirinya ditengah-tengah lingkungannya secara baik dan bertanggung jawab. Oleh karena dan tugas dirinya ditengah-tengah lingkungannya secara baik dan bertanggung jawab. Oleh karena itu konsep diri manusia dapat dipelajari dan dikembangkan sebagai suatu makna dan aksi sehingga itu konsep diri manusia dapat dipelajari dan dikembangkan sebagai suatu makna dan aksi sehingga menghasilkan aksi yang bermakna.

menghasilkan aksi yang bermakna. 2.

2. Makna Konsep DiriMakna Konsep Diri

Konsep diri merupakan faktor penting dalam berinteraksi dengan sesama. Hal ini Konsep diri merupakan faktor penting dalam berinteraksi dengan sesama. Hal ini disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep dirinya. Kemampuan

konsep dirinya. Kemampuan manusiamanusia bila dibandingkan dengan makhluk lainnya adalah lebihbila dibandingkan dengan makhluk lainnya adalah lebih mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang dapat diterima mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan. Makna konsep diri dibahas secara ontologi (hakikat) keberadaan manusia, yang oleh lingkungan. Makna konsep diri dibahas secara ontologi (hakikat) keberadaan manusia, yang dibatasi pada dua bagian, yaitu:

dibatasi pada dua bagian, yaitu: 1)

1) Makna Makna konsep konsep diri mendiri menurut peurut perspektif rspektif umumumum

Seorang manusia pada usia sebelum 30 tahun belum mempunyai arti Seorang manusia pada usia sebelum 30 tahun belum mempunyai arti apa-apa, dikarenakan individu dengan usia di bawah 30 tahun belum melewati tahap apa, dikarenakan individu dengan usia di bawah 30 tahun belum melewati tahap perkembangan psikis yang signifikan (penting/berarti) dan belum dapat perkembangan psikis yang signifikan (penting/berarti) dan belum dapat mengintegrasikan (menyatukan) tiga aspek kehidupan dalam dirinya, yaitu aku dan mengintegrasikan (menyatukan) tiga aspek kehidupan dalam dirinya, yaitu aku dan diriku, aku dan lingkunganku, serta aku dan impianku.

diriku, aku dan lingkunganku, serta aku dan impianku.44  Tiga aspek tersebut menjadi  Tiga aspek tersebut menjadi makna konsep diri menurut perspektif

makna konsep diri menurut perspektif umum.umum. a. Aku diri: Aku yang seperti aku pahami a. Aku diri: Aku yang seperti aku pahami

Pada bagian ini individu mempersepsi dirinya sesuai kehendaknya sendiri, sebab Pada bagian ini individu mempersepsi dirinya sesuai kehendaknya sendiri, sebab setiap individu memiliki pemahaman tentang dirinya berdasarkan siapa dan apa setiap individu memiliki pemahaman tentang dirinya berdasarkan siapa dan apa dirinya. Konsep diri ini merupakan bayangan cermin yang ditentukan oleh diri dirinya. Konsep diri ini merupakan bayangan cermin yang ditentukan oleh diri manusia tersebut. Ada pemahaman yang terbentuk secara

manusia tersebut. Ada pemahaman yang terbentuk secara tidak sadar, tetapi setiaptidak sadar, tetapi setiap individu mengetahui bahwa ia seperti yang ia pahami.

individu mengetahui bahwa ia seperti yang ia pahami.

b. Aku sosial: Aku seperti yang dipahami oleh orang lain yang ada di sekitar aku b. Aku sosial: Aku seperti yang dipahami oleh orang lain yang ada di sekitar aku

Cara orang lain memahami diri seseorang turut mempengaruhi orang tersebut. Cara orang lain memahami diri seseorang turut mempengaruhi orang tersebut. Sikap atau respon terhadap sesuatu selalu dipengaruhi komentar orang-orang di Sikap atau respon terhadap sesuatu selalu dipengaruhi komentar orang-orang di sekelilingnya. Perlakuan seperti ini akan mempengaruhi pola perkembangan orang sekelilingnya. Perlakuan seperti ini akan mempengaruhi pola perkembangan orang tersebut dan secara perlahan-lahan akan membentuk persepsi individu tentang tersebut dan secara perlahan-lahan akan membentuk persepsi individu tentang dirinya.

dirinya.

c. Aku ideal: Aku yang aku inginkan c. Aku ideal: Aku yang aku inginkan

Ialah gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang Ialah gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya. Hal ini dilandasi pada pola pikir yang digabungkan dengan didambakannya. Hal ini dilandasi pada pola pikir yang digabungkan dengan harapan atau keinginan sebagai suatu impian.

harapan atau keinginan sebagai suatu impian.

Komulasi dari ketiga makna konsep diri inilah yang membentuk cara Komulasi dari ketiga makna konsep diri inilah yang membentuk cara seseorang mengenal dan memahami

seseorang mengenal dan memahami dirinya. Ada orang yang kuat ‘aku diri’ atau kuatdirinya. Ada orang yang kuat ‘aku diri’ atau kuat 4

4

  Makna konsep diri ini dilandaskan kepada sosiologi filsafati (ilmu sosial yang berlandaskan pada pengkajian   Makna konsep diri ini dilandaskan kepada sosiologi filsafati (ilmu sosial yang berlandaskan pada pengkajian filsafat). Jenny Teichman,

filsafat). Jenny Teichman, Etika  Etika Sosial Sosial , (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm. 15. Band. J.F. Colhoun & J.R. Acocella,, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm. 15. Band. J.F. Colhoun & J.R. Acocella, Op.Cit 

(4)

‘aku sosial’ namun di sisi lain ada juga orang yang kuat ‘aku ideal.’ Kadang

‘aku sosial’ namun di sisi lain ada juga orang yang kuat ‘aku ideal.’ Kadang -kadang-kadang seseorang memiliki sifat yang terlalu ideal karena tidak mendasari aku idealnya dengan seseorang memiliki sifat yang terlalu ideal karena tidak mendasari aku idealnya dengan aku dirinya, atau karena tidak mengetahui subjek apa yang ada dalam aku diri ini untuk aku dirinya, atau karena tidak mengetahui subjek apa yang ada dalam aku diri ini untuk dikembangkan menjadi aku ideal. Ada juga orang yang hanya memiliki aku diri tanpa dikembangkan menjadi aku ideal. Ada juga orang yang hanya memiliki aku diri tanpa memiliki aku ideal, contoh: “Saya adalah saya, ya begini saja..., saya hanya ingin jadi memiliki aku ideal, contoh: “Saya adalah saya, ya begini saja..., saya hanya ingin jadi orang

biasa-orang biasa-biasa saja.”biasa saja.” Akhirnya jadi Akhirnya jadilah ia oranlah ia orang yang biasa-big yang biasa-biasa saja.asa saja.55

Jika tidak berhati-hati terhadap ketiga hal tersebut, maka manusia bisa salah Jika tidak berhati-hati terhadap ketiga hal tersebut, maka manusia bisa salah mengenali orang lain begitu sebaliknya. Jadi menurut pandangan umum pemahaman mengenali orang lain begitu sebaliknya. Jadi menurut pandangan umum pemahaman dan pemaknaan konsep diri merupakan proses yang fluktuatif (kurang dan pemaknaan konsep diri merupakan proses yang fluktuatif (kurang mantap/turun-naik) dan berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi jaman. Oleh karena itu pengenalan naik) dan berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi jaman. Oleh karena itu pengenalan diri seseorang tidak terjadi secara sekaligus tetapi perlahan-lahan, maka dalam proses diri seseorang tidak terjadi secara sekaligus tetapi perlahan-lahan, maka dalam proses yang bertahap itu dibutuhkan kesadaran intelektual yang berkesinambungan dan proses yang bertahap itu dibutuhkan kesadaran intelektual yang berkesinambungan dan proses analisis (penyeli

analisis (penyelidikan) diri dikan) diri yang terus berlanjut.yang terus berlanjut. 2)

2) Makna Makna konsep konsep diri mendiri menurut peurut perspektif rspektif KristenKristen

Berdasarkan pandangan Kristen makna dan pemaknaan mengenai konsep Berdasarkan pandangan Kristen makna dan pemaknaan mengenai konsep diri memiliki pengertian yang lebih mendalam dibandingkan dengan kajian apapun di diri memiliki pengertian yang lebih mendalam dibandingkan dengan kajian apapun di dalam sejarah. Seseorang tidak mungkin mengenal diri, kecuali orang tersebut dalam sejarah. Seseorang tidak mungkin mengenal diri, kecuali orang tersebut mengenal Allah terlebih dahulu. Pernyataan iman Kristen dalam Amsal 1:7 tertuliskan: mengenal Allah terlebih dahulu. Pernyataan iman Kristen dalam Amsal 1:7 tertuliskan: “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan did

hikmat dan didikan.” Mengenal dan menghormatiikan.” Mengenal dan menghormati Allah merupakan titik awal dari hikmat, Allah merupakan titik awal dari hikmat, bijaksana yang tertinggi. Baru dari situlah ada

bijaksana yang tertinggi. Baru dari situlah ada bijaksana untuk manusia dapat mengenalbijaksana untuk manusia dapat mengenal dirinya. Kalau tidak tahu Tuhan, tidak tahu diri; kalau tidak takut Tuhan, tidak ada dirinya. Kalau tidak tahu Tuhan, tidak tahu diri; kalau tidak takut Tuhan, tidak ada bijaksana, yang mengakibatkan manusia salah bahkan tidak akan pernah mengenal bijaksana, yang mengakibatkan manusia salah bahkan tidak akan pernah mengenal dirinya sendiri apalagi sesamanya dan alam ciptaan lainnya.

dirinya sendiri apalagi sesamanya dan alam ciptaan lainnya.66 Melalui anugerah Tuhan Melalui anugerah Tuhan yang mewahyukan segala sesuatu yang bersangkut paut dengan manusia, maka ketika yang mewahyukan segala sesuatu yang bersangkut paut dengan manusia, maka ketika mengenal Tuhan, manusia menemukan pengertian mengenai siapakah aku mengenal Tuhan, manusia menemukan pengertian mengenai siapakah aku berdasarkan maksud dan tujuan Sang Pencipta bagi dirinya. Maka berdasarkan berdasarkan maksud dan tujuan Sang Pencipta bagi dirinya. Maka berdasarkan landasan berpikir teosentris makna konsep diri manusia menurut iman Kristen

landasan berpikir teosentris makna konsep diri manusia menurut iman Kristen77 adalah adalah sebagai berikut:

sebagai berikut:

a. Manusia adalah hasil ciptaan Allah a. Manusia adalah hasil ciptaan Allah

 Ciptaan yang Ciptaan yang unikunik  Allah

 Allah menciptakan menciptakan manusia manusia sebagai sebagai makhluk makhluk yang yang belum belum pernah pernah ada ada dan dan IaIa belum pernah membentuk suatu makhluk lain seperti manusia dalam susunan belum pernah membentuk suatu makhluk lain seperti manusia dalam susunan alam semesta ini. Manusia merupakan satu-satunya ciptaan yang berbeda alam semesta ini. Manusia merupakan satu-satunya ciptaan yang berbeda dengan ciptaan lainnya. Inilah keunikan manusia, yaitu makhluk ciptaan yang dengan ciptaan lainnya. Inilah keunikan manusia, yaitu makhluk ciptaan yang khususuntuk maksud yang khusus. Maka manusia berkebudayaan, bersejarah, khususuntuk maksud yang khusus. Maka manusia berkebudayaan, bersejarah, berlinguistik, berbicara, berpikir, berasa, dan berkarsa. Allah menaruh potensi berlinguistik, berbicara, berpikir, berasa, dan berkarsa. Allah menaruh potensi dalam diri manusia yang tidak ada pada binatang atau ciptaan lainnya dan dalam diri manusia yang tidak ada pada binatang atau ciptaan lainnya dan membuat manusia unik dari semua ciptaan-Nya.

membuat manusia unik dari semua ciptaan-Nya. 

 Ciptaan yang Ciptaan yang terakhirterakhir

The final creation of God is existence of man

The final creation of God is existence of man. Manusia diciptakan pada urutan. Manusia diciptakan pada urutan terakhir dalam proses penciptaan. Bila dilihat dari urutan, yang terakhir itu terakhir dalam proses penciptaan. Bila dilihat dari urutan, yang terakhir itu biasanya yang paling kecil dan paling tidak penting. Tetapi dalam hal ini terbalik. biasanya yang paling kecil dan paling tidak penting. Tetapi dalam hal ini terbalik. Manusia sebagai ciptaan dalam urutan terakhir itu paling penting. Karena Manusia sebagai ciptaan dalam urutan terakhir itu paling penting. Karena manusia diciptakan dengan tujuan berkuasa (mengelola/mengatur) dan manusia diciptakan dengan tujuan berkuasa (mengelola/mengatur) dan menikmati segala sesuatu yang telah diciptakan sebelumnya. Segala sesuatu menikmati segala sesuatu yang telah diciptakan sebelumnya. Segala sesuatu telah selesai tercipta barulah manusia tiba untuk menikmati semuanya itu. telah selesai tercipta barulah manusia tiba untuk menikmati semuanya itu. Berarti manusia diciptakan lebih tinggi daripada dunia materi. Itu sebabnya Berarti manusia diciptakan lebih tinggi daripada dunia materi. Itu sebabnya manusia harus berjuang dalam kasih karunia Allah untuk menemukan manusia harus berjuang dalam kasih karunia Allah untuk menemukan

5 5

 Lihat J.F. Colhoun & J.R. Acocella,

 Lihat J.F. Colhoun & J.R. Acocella,Op.Cit.Op.Cit., p. 75. Band. Albret Denise &Peterfreund Albert,, p. 75. Band. Albret Denise &Peterfreund Albert, Op.Cit Op.Cit ., p. x.., p. x. 6

6

  Mary Setiawani dan Stephen Tong,

(5)

kehormatan (dignity ) sebagai makhluk yang diciptakan dalam urutan terakhir karya penciptaan Allah.

b. Manusia adalah gambar dan rupa Allah

Dalam Kejadian 1:26-27 dinyatakan secara jelas bahwa konsep diri manusia berlandaskan gambar dan rupa Allah. Secara terminologi gambar dan rupa Allah mengacu juga kepada kata peta dan teladan Allah. Artinya Allah menganugerahkan kuasa dan kemampuan sebagai representatif (perwakilan) Allah untuk mengusahakan dan mengelola alam ciptaan-Nya sepanjang sejarah manusia. Lebih dalam lagi, terdapat empat cakupan makna konsep diri manusia sebagai gambar dan rupa Allah, yaitu:

 Allah adalah Sumber

Keberadaan manusia di dalam susunan alam semesta bersumber dari Allah. Hanya ada satu Sumber bagi manusia sepenjang sejarahnya yaitu Allah. Dapat dikata manusia mempunyai satu induk atau satu asal yaitu Allah. Kehormatan manusia berpusat pada Allah, sebab Allah menaruh gambar dan rupa-Nya dalam manusia. Ini merupakan suatu kehormatan yang luar biasa. Maka manusia tidak seharusnya berpusat pada diri sendiri atau kekuatan sendiri, tetapi berorientasi hanya kepada Allah dan mengandalkan-Nya.

 Allah adalah tujuan hidup manusia

Gambar dan rupa Allah dalam manusia mengacu kepada makna ‘seperti Tuhanku,’ berarti Ia bukan hanya Sumber tetapi juga Tujuan manusia. God is the starting point and God is the ending point. God is our Source and God is our Telos. Allah itu titik permulaan dan titik akhir manusia. Allah itu Sumber manusia dan Ia adalah Tujuan manusia.Sehingga dari awal manusia berasal dari Dia dan berlangsung proses hidup untuk menyenangkan hati Tuhan. No matter what are you doing to do, you should glorify God. Whatever you want to do, glorify God . Manusia harus memuliakan Allah dalam seluruh aspek hidupnya. Contoh: Saya melakukan itu diperbolehkan Allah atau tidak? Saya mengerjakan ini mempermuliakan Allah atau tidak? Sebab kehormatan manusia terletak juga pada perlakuan manusia dalam memuliakan Allah.

 Manusia harus meneladani Allah sendiri

Pada bagian ini, makna konsep diri manusia adalah mengikuti teladan Allah atau menjadikan Allah sebagai pusat dan gaya hidupnya. Untuk memungkinkan terjadinya hal ini, Allah mendagingkan diri-Nya datang ke dalam dunia menjadi teladan yang sempurna, Dialah Yesus Kristus. Dalam Matius 11:28-29 dengan  jelas dan tegas Yesus berkata: “Ikutlah Aku, pikullah kuk dan belajarlah dari-Ku

dan terimalah teladan-Ku.” Manusia diminta untuk mengikuti peta dan teladan  Allah yang mewujudkan diri-Nya dalam rupa manusia. Di dalam Yesus Kristus manusia melihat: kesempurnaan yang utuh, sukacita yang sungguh berkemenangan, ketabahan menghadapi segala macam kesulitan dan penganiayaan. Yesus Kristus tetap tekun menggenapi tujuan keberadaan-Nya di dunia dengan tidak mengeluarkan kalimat yang mencela atau mencaci maki. Di dalam Yesus Kristus manusia melihat kerendahan hati yang murni dan tulus. Konsep diri manusia bertumpu pada Yesus Kristus, sebab di dalam Dia manusia melihat segala yang paling tinggi mutunya, yang disebut moral, kesucian, kasih, serta segala sesuatu yang mulia. Jadi hanya di dalam Yesus Kristus teladan Allah manusia terima secara sempurna, sehingga manusia tersebut menjadi contoh atau teladan bagi sesamanya. Yesus Kristus menjadi standar hidup konsep diri manusia.

 Manusia seperti Allah tetapi bukan Allah

Gambar dan rupa Allah menyatakan bahwa manusia wakil Allah, tetapi manusia bukanlah Allah. Maka konsep diri yang benar adalah saat manusia mewakili  Allah atau menyatakan kasih, keadilan, dan kekudusan Allah dalam setiap

tingkah lakunya. Sebagai pemegang gambar Allah (God’s image bearer ), manusia diciptakan dengan kemampuan untuk kreatif. Tentu saja, kreativitas

(6)

manusia sepatutnya digunakan untuk mengabdikan diri kepada sesamanya bagi kemuliaan Tuhan. Sementara konsep diri yang salah saat manusia mengganti posisi Allah dan berperan atau menganggap diri sebagai Allah dengan cara tidak bersedia tunduk pada otoritas Allah dan tidak mau berdisiplin dan hidup tertib sebagaimana diatur oleh firman Allah, sehingga hidup hanya mengikuti kehendaknya sendiri atau keinginan hatinya.

3. Pola Konsep Diri8

1) Konsep diri yang salah

Orang yang memiliki konsep diri yang salah menunjukkan karakteristik sebagai berikut: a. Negatif terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain

sebagai proses refleksi diri. Sebaliknya, mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain.

b. Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.

c. Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subjektif bahwa setiap orang disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.

d. Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang lain.

Dasar konsep diri yang salah terbentuk dari dua hal:

 Antroposentris, yaitu manusia sebagai pusat dari segala sesuatu bahkan melebihi Allah, dimana manusia memposisikan diri sebagai Allah atau mengilahkan dirinya.

 Egosentris, yaitu cinta diri sendiri, keinginan mementingkan dan memuaskan diri sendiri, memanfaatkan orang lain bahkan nama Allah untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri.

2) Konsep diri yang benar 

a. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

b. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar, bekerja sepanjang hidup, dan karunia pemberian Tuhan. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain. Ia selalu rendah hati, tidak sombong, tidak mencela atau tidak meremehkan siapapun, namun selalu menghargai orang lain.

c. Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan citra diri yang bersahaja, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.

d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai pribadi dan perasaan orang lain. e. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian

yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar berguna bagi lingkungannya.

Dasar konsep diri yang benar adalah:

 Teosentris, yaitu menempatkan Allah sebagai pusat dari segala sesuatu, tunduk pada otoritas Allah, menjalankan firman-Nya, dan hidup mengandalkan Allah.

(7)

 Penerimaan diri sebagai makhluk ciptaan Allah yang mulia dan terhormat. Kualitas ini lebih mengarah kepada kerendahan hati dan pengabdian diri.

Setelah seseorang mengenal dasar keberadaan dirinya dan pribadi agung yang berada di balik semua keberadaan dirinya, orang tersebut akan menyadari kesiapaan dirinya. Hal itu bukan akhir dari apa yang akan dilakukan dalam hidup ini. Mengenal diri bukanlah tujuan. Pengenalan diri adalah sebagai wahana (sarana) untuk mencapai tujuan hidup. Oleh karenanya, setelah seseorang dapat menjawab pertanyaan “Siapa saya?” Maka pertanyaan selanjutnya adalah “Saya ingin menjadi siapa?” Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai dengan peran yang dimainkan, namun dapat dicermati dalam salah satu aspek peran manusia yaitu sebagai manusia pembelajar.

B. HAKIKAT MANUSIA PEMBELAJAR

Nilai terbesar di dalam kebudayaan manusia adalah manusia itu sendiri. Potensi terbesar di dalam sejarah manusia adalah manusia itu sendiri. Bahaya terbesar di dalam masyarakat adalah manusia itu sendiri. Masalah terbesar di dalam hidup manusia juga adalah manusia itu sendiri. Manusialah satu-satunya makhluk yang dicipta dengan memiliki rasio, kehendak bebas, moral, dan hati nurani. Inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk pembelajar (man of learner ).

Mengenai manusia dan kehidupannya, Harefa menuliskan: “Tugas, tanggung jawab dan panggilan pertama seorang manusia adalah menjadi manusia pembelajar. Sedangkan pembelajaran pertama dan terutama yang perlu dipelajarinya adalah belajar menjadikan dirinya semanusiawi mungkin.”9  Mengacu kepada pemahaman inilah, maka manusia pembelajar adalah setiap orang (manusia) yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting, yakni: Pertama, berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dengan selalu berusaha mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa pertanyaan eksistensial (keberadaan manusia) seperti: Siapakah aku ini? Dari mana aku datang? Kemanakah aku akan pergi? Apa yang menjadi tanggung jawabku dalam hidup ini? dan Kepada siapa aku harus percaya? Kedua, berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya serta mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya untuk berdaya guna bagi lingkungannya termasuk bangsa dan negara.

Seorang manusia pembelajar tidak pernah fanatik atau berdendam. Ia tidak akan mengejar pengukuhan diri oleh orang lain. Ia berani berpendirian dan tidak takut mengaku salah atau keliru kalau memang demikian. Ia tidak pernah khawatir kehilangan gengsi atau wibawa. Berkat pendidikan dan pengalamannya menjadi seorang yang terbuka kepada seluruh kenyataan. Ia mampu dan sanggup bergaul dengan golongan manapun, bebas, hormat kepada orang berkedudukan tinggi dan tidak kurang hormat kepada orang biasa. Ia tidak merasa rendah diri terhadap orang lain, sebaliknya bersyukur karena telah menjadi pribadi dewasa.Untuk itu, manusia muda (mahasiswa) wajib dengan kerelaan dibentuk menjadi manusia pembelajar yang dewasa dan terampil; meskipun tidak perlu semua orang menjadi ahli, tetapi mutlak perlu semua orang menjadi dewasa. Pembelajaran merupakan jembatan penghubung antara teori (knowledge) dan praktik (skill ). Pembelajaran menghantarkan seorang pembelajar menjadi manusia dewasa dan mandiri. Pembelajaran memungkinkan seorang pembelajar berubah dari tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak berdaya menjadi sumber daya. Tanpa pembelajaran semua itu tidak mungkin. Menjadi manusia pembelajar sangatlah penting, sebab manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan yang dibekali kemampuan untuk belajar tentang (pengajaran) agar ia dapat belajar menjadi (pembelajaran) dengan cara belajar (berlatih).10

Jelaslah bahwa konsep diri manusia pembelajar berlaku penuh bagi mereka yang telah berhasil menyaturagakan pembentukan intelektualitas dan spiritualitas dengan kehidupan yang menghasilkan karakter mulia. Dengan memiliki karakter mulia dalam kehidupannya melalui pembelajaran ilmu pengetahuan dan kerohanian, disitulah letak kebermaknaan hidup manusia, sebab manusia tersebut memancarkan (bertanggung jawab menjalankan dan menyatakan)

9

 Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar , (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2006), hlm. 20. 10

 Ibid., hlm. 25-26, 36. Band. J. Drost, Dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Sampai Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Kompas, 2005), hlm. 5. Band. Mary Setiawani dan Stephen Tong, Op.Cit., hlm. 105-107.

(8)

kemuliaan Sang Pencipta bagi dirinya, sesamanya (lingkungan pembelajaran), dan masa depannya.

C. ANTARA AKU, KAMPUSKU, DAN MASA DEPANKU

Suatu kesenangan tersendiri ketika mendengar kata mahasiswa atau disapa sebagai mahasiswa. Dengan semangat yang berkobar memasuki perguruan tinggi (kampus) disertai rasa optimis, berharap dalam tiga atau empat tahun mendatang akan berhasil menyelesaikan studi dan menyandang gelar sarjana. Bagi mahasiswa baru sebagai manusia pembelajar, kampus merupakan dunia baru. Dikatakan baru karena kondisi ini jauh berbeda bila dibandingkan dengan suasana belajar yang dialami sewaktu SMA. Disamping itu, mahasiswa dihadapkan pada pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan disiplin ilmu tertentu baik secara teoritis maupun aplikasi dengan pola pembelajaran yang berbeda-beda. Kehidupan kampus hanyalah suatu tahap transisi untuk mempersiapkan tanggung jawab dan tantangan karir seumur hidup. Namun jika salah menyikapi tahap transisi ini, maka pribadi tersebut siap untuk memasuki dunia karir tanpa perbekalan ilmu pengetahuan yang cukup, apalagi kompetensi (kemampuan dan keterampilan) pribadi. Maka dengan sendirinya pribadi tersebut akan tergeser dari kemajuan peradaban dan akan tersesat dalam rimba persaingan kreativitas hidup. Hasilnya adalah keterhilangan dalam menjawab panggilan Tuhan untuk mengelola alam semesta secara bijaksana dan bajik.11 Untuk itu, pada bagian ini ada beberapa hal yang mendasar yang disampaikan sebagai suatu acuan berpikir etis Kristen.

1. Tujuan Berkuliah

Mengetahui alasan dan tujuan berkuliah, merupakan salah satu hal yang prinsip bagi setiap mahasiswa. Jika tidak, kemungkinan mahasiswa tersebut belum memiliki arah atau tujuan yang  jelas. Tanpa tujuan, manusia tidak akan memiliki passion  (gairah) untuk menjalani suatu aktifitas

(dalam hal ini kuliah) dan hasilnya tentu tidak akan maksimal.

Tujuan kuliah adalah bukan semata-mata memburu ijasah atau gelar akademik, bukan pula ingin menyenangkan orang tua atau keluarga, bahkan bukan untuk meningkatkan prestise (wibawa) dan gengsi. Tujuan berkuliah yang benar perlu didasarkan pada penghormatan kepada Sang Pencipta melalui upaya pribadi secara sadar untuk menjalankan, mengerjakan, dan mengembangkan potensi sebagai ciptaan Tuhan yang mulia supaya dapat mengelola alam semesta dengan tepat dan benar.Kemudian diabdikan bagi kemanusiaan, kerakyatan dan peradaban yang bersifat menyeluruh.12

Berkenaan dengan uraian di atas, maka tujuan akhir dari berkuliah adalah menghasilkan hidup sebagai manusia pembelajar yang berintegritas dan berkepribadian. Integritas dan kepribadian tumbuh ketika mahasiswa mengikuti perkuliahan dan mengerjakan tugas-tugas setiap mata kuliah dengan bersungguh-sungguh. Mahasiswa mampu mengembangkan materi daripada sekadar menerima materi, mampu bersikap terbuka, berpikir dan berperilaku demokratis, berpandangan luas, mengembangkan kreativitas dan inisiatif. Mahasiswa mampu peka dan tanggap terhadap permasalahan hidup masyarakat dan menyadari bahwa menjadi mahasiswa merupakan kesempatan yang sangat berharga dan tidak dapat dirasakan oleh semua orang.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Mahasiswa

Pendidikan tinggi memiliki tuntutan akademis dan non-akademis yang berbeda. Mahasiswa memperoleh kebebasan untuk menetapkan target sendiri dalam belajar, menentukan kapan akan lulus, mata kuliah yang akan diambil, dan waktu belajar. Selain itu, mahasiswa memiliki kebebasan untuk memilih kegiatan kemahasiswaan yang akan diikuti. Namun ia juga dituntut untuk bertanggung jawab atas pilihan dan tindakannya kepada dosen yang berperan sebagai fasilitator. Pada sisi non-akademis, mahasiswa dituntut untuk mampu berinteraksi dengan rekan-rekan yang heterogen dalam usia, minat, kebutuhan, dll.

11

  Kim Hong Hazra, Menjadi Berkat di Kampus: Seri Pegangan Praktis Mahasiswa Kristen, (Jakarta: Perkantas-Divisi Literatur, 2002), hlm. 7. Band. J.L.Ch. Abineno, Op.Cit ., hlm. 23-24.

(9)

Kampus (perguruan tinggi) adalah tempat dimana sejumlah orang dari latar belakang (suku bangsa, status sosial ekonomi, dll.) yang berbeda bertemu dan berinteraksi. Dalam rangka berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, mahasiswa baru dimotivasi untuk menjalin hubungan sosial dengan orang-orang yang ditemuinya tersebut agar tidak merasa terisolasikan atau terpinggirkan. Selain itu, dengan sistem pendidikan yang menerapkan pendekatan yang berpusat pada mahasiswa (student centered learning ), mahasiswa juga diharapkan mampu bekerjasama dengan rekan-rekannya agar dapat berkolaborasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Di perguruan tinggi, teman tidak diperlakukan sebagai saingan, namun sebagai mitra dan salah satu sumber pembelajaran.Selain mampu bekerjasama, mahasiswa diharapkan mampu belajar secara mandiri. Hal ini dimulai dari merencanakan (menentukan tujuan, target, strategi dan waktu) belajar, menentukan sumber belajar yang akan digunakan, sampai menjalankan rencana tersebut secara teratur. Mahasiswa juga diharapkan mampu bertahan mengerjakan tugas dan mengatasi hambatan yang ditemui tanpa mengandalkan bimbingan dan dukungan dari pihak lain secara berlebihan. Sebab tidak selamanya ada dosen dan teman-teman yang mendampingi. Dalam perkuliahan terdapat batas waktu yang harus dipenuhi agar nantinya mahasiswa tersebut dapat meraih kesarjanaannya tepat waktu. Salah satu kriteria mahasiswa yang berhasil adalah yang memiliki kemampuan manajerial waktu yang baik dan memiliki batas waktu untuk setiap pengerjaan tugasnya. Maka mahasiswa perlu belajar membedakan antara hal yang penting dan hal yang mendesak berdasarkan derajat kepentingan (penting dan mendesak, penting dan tidak mendesak, tidak penting dan mendesak, tidak penting dan tidak mendesak). Membuat perencanaan bagi langkah-langkah mencapai target (menemu-kenali konflik dan krisis yang potensial serta meminimalisir tugas-tugas yang mendesak). Menjadwalkan kembali tugas-tugas yang akan diselesaikan dan mengetahui bagaimana memanfaatkan waktu itu sendiri. Hal yang tak kalah penting adalah disiplin sebagai salah satu syarat mutlak untuk dapat mencintai dan menghargai orang lain.13

3. Nilai-nilai Hidup Mahasiswa di Kampus Kristen

Dari seluruh penjelasan pada bagian pertama ini, dapat direfleksikan (digambarkan) dalam nilai etik mahasiswa sebagai manusia muda yang sementara berproses menjadi manusia pembelajar di kampus Kristen. Nilai-nilai hidup atau nilai etik tersebut terumuskan dalam tujuh kebiasaan efektif yang wajib dilaksanakan, yaitu:

Kebiasaan pertama, “memulai dengan tujuan akhir .”  Mahasiswa memikirkan, membuat dan memperjelas v i s i    dan tujuannya saat berkuliah bertumpu pada Allah sebagai tujuan hidupnya (berkarya bagi Allah).

Kebiasaan kedua: “ jadilah proaktif.”  Para mahasiswa diajarkan untuk bertanggung jawab atas masa depan mereka. Inilah hal mendasar yang seringkali sulit untuk dikerjakan. Dengan kebiasaan ini, mahasiswa baru tidak akan mengeluh dan tidak akan mudah menyerah ketika menghadapi dinamika perkuliahan yang sesungguhnya.Dampak dari kebiasaan yang pertama ini adalah menciptakan inisiatif, karena keadaan tidak bisa dipilih, maka mahasiswa dituntut untuk pandai menentukan keputusan.

Kebiasaan ketiga, “dahulukan yang utama.”  Mahasiswa belajar cara mengatur waktu dan diajak untuk menentukan prioritas.14

Kebiasaan keempat, “berpikir menang-menang.”  Mahasiswa baru belajar untuk selalu berpikir menang ketika berhubungan dengan orang lain. Untuk dapat berpikir menang-menang, mahasiswa diajak untuk mendengarkan dan memahami orang lain terlebih dahulu, baru kemudian meminta untuk dipahami.

Kebiasaan kelima, “berusaha menger ti terlebih dahulu baru dimengerti.”  Kebiasaan ini berkaitan dengan kebiasaan keempat, mahasiswa belajar untuk memahami orang lain, baru meminta orang lain untuk memahami dirinya.

13

 Lihat Kim Hong Hazra, Op.Cit., hlm. 8-15. Band. J. Drost, Op.Cit .,hlm. 26-27 14

  Poin pertama sampai dengan ketiga adalah kebiasaan yang dapat menciptakan kemandirian dalam diri setiap mahasiswa baru. Sebab setelah mahasiswa baru dapat mandiri, maka kemudian akan terbentuk visi yang kuat ketika memulai masa kuliahnya. Kebiasaan ini adalah 3 in 1. Jika sudah dijalankan, maka tidak akan ada hal yang dapat menghentikan mahasiswa baru untuk terus kuliah.

(10)

Kebiasaan keenam, “sinergi.”  Mahasiswa baru belajar untuk meningkatkan dan menumbuhkan kerjasama. Selain itu, sadar akan kewajibannya untuk menghargai perbedaan dengan menyatukan visi.15

Kebiasaan ketujuh, “sadar akan pentingnya pengembangan diri.”  Mahasiswa baru belajar sadar akan pentingnya pengembangan diri, menyeimbangkan kehidupan pribadi dengan kehidupan kampus dan situasi perkuliahan. Kebiasaan ini sangat penting dan terkait dengan empat dimensi kehidupan yang harus terus diasah, yaitu, kecakapan intelektual, kecakapan fisik, sosial emosional dan kecakapan spiritual yang harus terus dipelihara secara berkesinambungan.

Tujuh kebiasaan yang efektif ini turut membantu mahasiswa baru mewujudkan dirinya sebagai manusia muda yang memiliki integritas, prestasi dan kemitraan. Dengan demikian, setiap mahasiswa baru akan siap menghadapi dunia kampus sebagai mahasiswa dengan segala aktivitas dan suka dukanya. Diimbangi dengan pembentukan karakter sebagai calon pemimpin yang cerdas (intellectual leader ) bagi masa depan yang cerah, penuh damai sejahtera, bermakna, dan bernilai kekal bagi sesama dalam rancangan Sang Empunya Hidup.

“Live in the moment and make it so beautiful that it will be worth remembering;

it’s the meaningful of life”  (Fanny Crosby)

15

(11)

BAB II

ETIKA KRISTEN

Kita semua adalah “ahli” etika. Mengapa? Karena setiap hari dalam kehidupan ini kita diperhadapkan dengan masalah dimana kita diharuskan mengambil kebutusan dan bagaimana seharusnya kita hidup. Saat kita melakukannya, kita sadar bahwa banyak pilihan yang telah kita buat sebenarnya tanpa makna. Lebih lagi, kadang-kadang entah bagaimana dan dengan cara seperti apa kita melakukan sesuatu yang hanya kita anggap penting bagi kepentingan kita sendiri. Pendek kata, kita seumur hidup akan terus-menerus membuat keputusan yang pada dasarnya adalah sebuah keputusan etis.16  Keputusan etis yang kita buat adalah keputusan etis yang seharusnya sesuai dan berdasarkan keputusan etika Kristen yang selalu dan berorientasi pada pengajaran Alkitab.17

1. Terminologi

Etika berasal dari kata Yunani, “ethos” (adat, kebiasaan, praktek). Bagi Aristoteles istilah ini mencakup ide “karakter” dan “disposisi” atau kecenderungan. 18 Etika adalah “ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).”19. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa etika berkaitan dengan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh manusia setiap hari dan bagaimana mereka mengerjakannya. Apakah semua itu berdasarkan nilai-nilai kebenaran objektif dan nilai-nilai ajaran moral yang universal.

2. Tugas Etika

Ditelaah dalam sudut pandang iman Kristen, kita dapat mengatakan, “etika adalah studi tentang bagaimana seharusnya hidup berdasarkan apa yang diajarkan oleh Alkitab dan keyakinan orang Kristen.”20 Namun perlu kita sadari bahwa sebenarnya etika itu sendiri adalah sebuah konsep yang lebih luas. Artinya kita perlu memahami banyak hal tentang teori dan konsep yang ada dalam masyarakat agar kita benar-benar tahu bagaimana mengambil keputusan etis yang benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana membuat atau mengambil keputusan secara tepat dan benar

3. Perbedaan Etika dan Moral

Meskipun secara etimologi arti kata etika dan moral mempunyai pengertian yang sama, tetapi tidak persis sama dengan moralitas. Etika semacam penelaah terhadap aktivitas kehidupan manusia sehari-hari, sedangkan moralitas merupakan subjek yang menjadi penilai benar atau tidak. Beberapa perbedaan etika dan moral adalah:

a. Moral mengajarkan apa yang benar sedangkan etika melakukan yang kebenaran.

b. Moral mengajarkan bagaimana seharusnya hidup sedangkan etika berbuat atau bertindak sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam pendidikan moral

c. Moral menyediakan “rel” kehidupan sedangkan etika berjalan dalam “rel” kehidupan d. Moral itu rambu-rambu kehidupan sedangkan etika menaati rambu-rambu kehidupan

16

 Stanley J. Grenz,The Moral Quest: Foundations of Christian Ethics, (Downers Grove, Illinois: InterVarsiy Press, 1997), p. 13.

17

 Paul Ramsey,Basic Christian Ethics, (New York: Charles Scribner’s Sons, 1952), p. 1. 18

 Lorens Bagus,Kamus Filsafat , (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm. 217.

19

 Hasan Alwi, (et.al), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (edisi ketiga), (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 309.

20

(12)

e. Moral memberikan arah hidup yang harus ditempuh sedangkan etika berjalan sesuai arah yang telah ditetapkan (menuju arah)

f. Moral itu seperti kompas dalam kehidupan sedangkan etika memperkatikan dan mengikuti arah kompas dalam menjalani kehidupan.

g. Moral ibarat peta kehidupan sedangkan etika mengikuti peta kehidupan h. Moral itu pedoman kehidupan sedangkan etika mengikuti pedoman i. Moral tidak bisa dimanipulasi sedangkan etika bisa dimanipulasi

 j. Moral itu aturan yang wajib ditaati oleh setiap orang sedangkan etika sering berorientasi pada sikon, motif, tujuan, kepentingan dsb

k. Moral adalah idealisme hidup sedangkan etika adalah mempraktekkan idealisme dalam kehidupan setiap hari.

l. Moral adalah seperangkat sedangkan etika sekumpulan konsep ajaran yang telah ada dan tersimpan dalam akal budi kita (mind set), yang diterima dan terbentuk dari pola didik, asuh sejak manusia dilahirkan dari orangtua, lingkungan dan pendidikan.

m. Moral lebih bersifat teori bagaimana hidup sedangkan etika lebih bersifat mempraktikan teori hidup

Tanpa pedoman moral manusia tidak mempunyai dasar bagaimana berperilaku dalam dunia yang multi arah. Manusia tidak akan mampu mengambil keputusan etis yang baik, tepat dan benar. Pada dasarnya hidup manusia akan cenderung salah arah tanpa acuan moral.

4. Dua Macam Etika 4.1. Etika Deskriptif

Etika deskriptif adalah etika yang berusaha melihat secara kritis, rasional dan logis tentang sikap dan prilaku manusia. Dimana di dalamnya ingin mengetahui:

 Apakah sebenarnya yang menjadi tujuan dan motifasi manusia ketika bertindak?  Memberikan fakta-fakta sebagai dasar seseorang dalam mengambil keputusan?

 Memberikan gambaran secara utuh dan kritis tentang tingkah laku etis manusia secara universal yang dapat kita temui sehari - hari dalam kehidupan masyarakat.

Jadi etika deskriftif memberikan kepada kita suatu analisa yang berisikan sejumlah indikator fakta yang aktual, tajam dan terpercaya. Tentang perilaku manusia dimana semuanya itu terjadi dan merupakan suatu situasi dan realita budaya yang berkembang di masyarakat. Hal itu berkaitan dengan adat istiadat, kebiasaan, anggapan baik dan buruk, tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Etika Deskriptif hanya membahas dan memberikan analisa penilaiannya atas kejadian tertentu tentang perilaku yang terjadi dalam masyarakat. Etika deskriptif yang bersifat penggambaran yang melukiskan sebuah peristiwa yang terjadi dan berkembang di masyarakat.

4.2. Etika Normatif

Etika normatif adalah etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku yang ideal, dimana itu seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Para ahli etika normatif melibatkan diri dengan kajian penilaian tentang perilaku manusia. Penilaian baik dan buruk mengenai tindakan individu atau kelompok masyarakat tertentu dalam etika normatif selalu dikaitkan dengan nilai-nilai moral yang normatif, yang dijadikan acuan untuk menuntun seseorang dalam bertindak secara baik dan benar, sehingga dirinya terhindar dari hal hal yang buruk, sia-sia, merugikan dan berbahaya.

Etika normatif selalu memberikan argumentasi dan alasan yang mengemukakan latar belakang mengapa suatu perilaku dianggap baik atau buruk, bear dan salah, yang

(13)

objektif dengan mempertimbangkan seluruh situasi dan kondisi dari individu dan kelompok masyarakat yang melakukan suatu tindakan didasari pedoman-pedoman yang meliputi kondisi fisik, psikologi, pendidikan , budaya dan sebagainya. Nilai Normatif memerintahkan kita supaya menaati nila-nilai tersebut, tidak dapat ditawar-tawar karena memberlakukan suatu kondisi dan akibat yang mengikuti jika dilanggar.21

5. Klasifikasi Etika

Cakupan etika menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, tidak ada bidang kehidupan manusia yang tidak tersentuk oleh etika. Jika diklasifikasikan cakupan etika seperti gambaran di bawah ini. Etika Bisnis Etika Etika Umum Etika Khusus Etika Individual Etika Sosial Etika Lingkungan Hidup Etika terhadap sesama Etika Keluarga Etika Politik Etika Profesi Etika Hukum Etika Biomedis Etika Pendidikann Etika Media 16 Etika Teologis 21

 Penjelasan Mengenai Etika Deskriptif, Etika Normatif, Etika Umum, Etika Khusus, Etika pribadi dan Etika Sosial beserta Contoh”, http://blog.unsri.ac.id/destyrodiah/etika-profesi/penjelasan-mengenai-etika-deskriptif-etika-normatif-etika-umum-etika-khusus-etika-pribadi-dan-etika-sosial-beserta-contoh/mrdetail/17177/, diakses pada tanggal 31 Juli 2012

(14)

BAB III

SUMBER ETIKA

Manusia sejak kecil mempunyai sifat meniru apa yang dilihat, dengar dan pelajari dari orang-orang di sekitarnya. Semua itu membentuk pola pikir, intelektual, emosi, moral, sosial dan spiritual.

A. Etika umum a. Keluarga

Bayi yang baru lahir tanpa memiliki moral dan etika. Dia belum mempunyai kemampuan mempertimbangkan sesuatu dan memutuskan sesuatu. Bagaimana perilaku anak dikemudian hari sangat dipengaruhi oleh pola asuh dan pendidikan moral si anak.22 Singgih D. Gunarsa mengatakan: “Ketika dilahirkan, anak belum dan tidak membawa aspek moral. ... aspek moral adalah sesuatu yang dikembangkan dan diperkembangkan.” 23

“Bayi tidak memiliki hierarki nilai dan suara hati. Bayi tergolong nonmoral, tidak

bermoral maupun tidak amoral, dalam artian bahwa perilakunya tidak dibimbing norma-norma moral. Lambat laun ia akan mempelajari kode moral dari orang tua dan kemudian dari guru-guru dan teman-teman bermain dan juga ia belajar pentingnya mengikuti kode-kode moral ini.” 24 

Peran orangtua sangat mempengarungi perkembangan moral seorang anak manusia, dan sistem pendidikan moral dalam keluarga akan menjadi seperti “software” yang akan terprogram dalam jiwa si anak untuk mengatur perilaku dan perbuatannya di masa yang akan datang.

b. Agama

 Agama merupakan salah satu sumber moral dan etika bagi anak yang dibesarkan dalam satu keluarga. Tidak dapat disangkal bahwa dalam lingkungan keluarga yang beragama, nilai-nilai agama sangat mempengaruhi pola didik dan ajar orang tua terhadap anak-anak mereka. Timotius mendapatkan pendidikan moral dari nenek dan orangtuanya sejak kecil. Firman Tuhan mengatakan: “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.” 2 Timotius 3:15

c. Lingkungan

Ketika anak semakin besar, dia akan mulai berinteraksi dengan lingkungan di luar lingkungan keluarga dimana dia dibesarkan. Anak mulai berinteraksi dengan lingkungan terdekat yakni tetangga yang mana mereka mempunyai system nilai yang sama atau berbeda. Semakin besar sang anak maka dia akan memasuki lingkungan sekolah (TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi).

B. Sumber Etika Kristen

22

(15)

Etika Kristen mempunyai tiga sumber yaitu, Tuhan Allah, Alkitab dan Yesus Kristus. Karena sumber etika Kristen berasal dari Tuhan Allah maka dapat dikatakan dan diyakini bahwa etika Kristen bersifat normatif. Artinya bahwa norma-norma etis yang diajarkan  Alkitab bersifat mutlak benar dan harus diwujud nyatakan dalam kehidupan sehar-hari (dalam kata dan perbuatan). Etika Kristen yang normatif harus dipakai untuk merevisi, mengoreksi dan memperbaiki etika umum yang terdapat dalam masyarakat (suku, budaya dan kepercayaan).

a. Tuhan Allah

Tuhan Allah adalah pencipta langit, bumi dan segala isinya, dan segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik, Kejadian 1 dan 2. Kita juga mengetahui berdasarkan Alkitab bahwa Tuhan Allah mempunyai sifat-sifat dan karakter yang sempurna, dan semua itu seharusnya kita jadikan pedoman dan landasa etika Kristen dan dijadikan acuan dalam mengambil keputusan etis. Sifat-sifat Allah yang kekal harus kita refleksikan dalam perilaku kita sehari-hari.

a. Allah adalah Suci/Kudus

Suci artinya terpisah dari segala yang kotor dan najis. Allah adalah Allah yang mahasuci, artinya di dalam Dia sama sekali tidak ada dosa. Dia adalah terang segala terang. Menyadari akan hal ini betapa kita sebagai orang Kristen dalam kata dan perbuatan sehari-hari harus juga bebas dari segala kenajisan. "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TU HAN, Allahmu, kudus.”  Imamat 19:2 Tanpa kehidupan yang kudus manusia tidak dapat bersekutu dengan Tuhan. Menyadari akan hal ini setiap kita harus memisahkan diri dari cara hidup yang duniawi dan kehidupan yang menuruti semua keinginan daging (nafsu yang selalu ingin dipuaskan) dengan segala cara.

b. Allah adalah adil dan benar

Firman Tuhan mengatakan bahwa Allah adalah adil dan benar. “Engkau adil, ya TUHAN, dan hukum-hukum-Mu benar.” Mazmur119:137 Tuhan senantiasa bertindak berdasarkan keadilan dan kebenaran. Firman Tuhan mengatakan: “ Engkau telah turun ke atas gunung Sinai dan berbicara dengan mereka dari langit dan memberikan mereka peraturan-peraturan yang adil, hukum-hukum yang benar serta ketetapan-ketetapan dan perintah- perintah yang baik.”  Nehemia 9:13

Saat ini banyak orang hanya menuntut keadilan, tapi tanpa menuntut kebenaran. Ini tentunya kurang tepat, mengapa? Karena berbuat adil bisa tanpa kebenaran, tapi berbuat benar pasti adil. Banyak orang hanya menuntuk hak, tapi lupa kewajibannya. Hak dan kewajiban berjalan bersama sama secara harmoni. Meneladani Sifat Tuhan maka kita juga harus hidup dan bertindak berdasarkan keadilan dan kebenaran. Adil artinya memelihara norma-norma, sedangkan benar artinya berbuat sesuai dengan norma-norma. Kita juga mempunyai hak dan kewajiban, hal ini mendatangkan kehidupan yang damai dan sejahtera.

c. Allah adalah kasih

 Allah adalah kasih, hal ini berkali-kali dinyakan-Nya dalam perbuatan-Nya kepada umat yang percaya dan menyembah Dia. Kasih Allah itu sangat besar, sehingga Dia menyelamatkan manusia yang berdosa. Firman Tuhan

mengatakan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3:16 Karena itu kita sebagai orang percaya kepada Tuhan yesus harus hidup di

(16)

dalam kasih. Firman Tuhan mengatan: “ Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” 

1Yohanes 4:16

d. Allah Berbelaskasihan

Salah satu sifat Allah yang sangat menonjol adalah belaskasihannya terhadap manusia. Allah berbelaskasihan terhadap manusia yang berdosa, terhadap manusia yang menderita, terhadap mereka yang gagal, terhadap manusia yang susah dan dilanda bencana. Allah merasa iba, sedih, kasian, miris dan turut merasakan apa yang sedang dialami oleh manusia ciptaan-Nya. Belaskasihan Allah membuat Dia bertindak memberikan kebaikan dan menolong manusia.  Arthur Schopenhauer mengatakan: “Compassion is the basic of all morality”

e. Allah adalah pengamp un

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa terjadi distorsi relasi dengan Allah, diri, sesama dan lingkungan. Dosa tidak mempunyai jalan ke luar dengan segala usaha, misalnya dengan kebaikan diri. Segala kebaikan manusia sudah dicemarkan oleh dosa, karena itu tidak mungkin berkenan di hadapan Tuhan  Allah yang mahasuci. Namun Alkitab bukan hanya menyatakan fakta dan realita dosa manusia, menyatatakan fakta dan realita hukuman Tuhan terhadap manusia berdosa, tetapi juga fakta dan realita pengampunan Allah yang sangat agung dan indah. Firman Tuhan mengatakan: “Marilah, baiklah kita berperkara! firman TUHAN Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi

 putih seperti bulu domba.”Yesaya 1:18 b. Alkitab

Secara tegas dan jelas firman Tuhan mengatakan: “Segala tulisan diilhamkan Allah

memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk

memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”  2 Timotius 3:16. Jadi paling tidak ada empat manfaat Alkitab dalam kehidupan kita sehari-hari: a. Mengajar

 Alkitab sebagai sumber etika Kristen yang normative mengajarkan kepada orang percaya tentang banyak hal, misalnya tentang penciptaan, manusia, dosa, akibat dosa, jalan keluar dari dosa, keselamatan, hidup kekal, dan sebagainya.

b. Menyatakan kesalahan

 Alkitab dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa manusia telah berdosa dan bersalah dihadapan Tuhan sang Pencipta. Kesalahan manusia begidu banyak dan secara specifik dinyatakan, misalnya kesombongan, iri hati, zinah, serakah, pembunuhan, konspirasi, penyembahan berhala, okultisme, dan sebagainya. c. Memperbaiki kelakuan

 Alkitab ukan hanya menyatakan dosa dan kesalahan manusia di hadapan Tuhan, tetapi juga bagaimana memperbaiki kelakuan. Kelakuan manusia yang sudah rusak disebabkan oleh dosa harus diperbaiki dan diubah. Jika tidak diubah sesuai dengan firman Tuhan maka setiap kelakuan kita akan dipertanggungjawabkan. Karena itu, sebagai orang Kristen kita harus dan terus membaca dan mempelajari Alkitab agar kelakuan kita mengalami perubahan, dengan demikian kita mengetahui dengan baik dan benar seperti apa seharusnya kita hidup di tengah-tengah dunia ini.

(17)

d. Mendidik dalam kebenaran

Dunia di mana kita hidup mempunyai sistem nilai sendiri. Mempunyai kebenaran sendiri. Kebenaran yang dikembangkan oleh dunia bukan kebenaran yang benar-benar benar atau objektif. Dunia yang telah jatuh ke dalam dosa tidak lagi taat kepada kebenaran Allah yang sudah diwahyukan lewat wahyu umum (alam semesta) dan Wahyu khusus (Alkitab dan Yesus Kristus).

Sebagai anak-anak Allah, kita harus selalu sadar dan waspada agar tidak terjebak dengan kebenaran yang ditawarkan oleh dunia ini. Segala sesuatu harus kita kritisi apakah kebenaran tersebut sesuai dengan kebenaran Alkitab. Jika sesuai kita boleh mengikuti dan melakukannya, tetapi jika tidak kita harus dengan tegas menolak dan mengoreksinya. Karena itu betapa pentingnya kita belajar dan terus dididik oleh kebenaran dan hidup di dalam kebenaran.

c. Tuhan Yesus

Jika kita membaca ke empat Injil, secara nyata Tuhan Yesus memberikan banyak sekali ajaran dan teladan moral, yang dapat menjadi acuan bagi orang percaya. Ajaran Tuhan Yesus merupakan etika Kerajaan Allah. Jika kita mengaku percaya kepada Tuhan Yesus maka kita harus berusaha taat dan melakukan apa yang dikatakan-NYA. Pelajaran yang sangat penting dari kehidupan Tuhan Yesus yang harus kita pakai dan jadikan sebagai pedoman dalam beretika adalah:

a. Kasih

Pengajaran moral yang dapat kita jadikan sebagai acuan dalam kehidupan kita setiap hari dari Tuhan Yesus adalah kasih-NYA yang begitu besar terhadap kita orang yang percaya kepada-NYA. Kasih adalah norma etis terbesar yang terlihat dalam diri Tuhan Yesus, dan itu harus juga kita jadikan sebagai acuan dalam setiap kata dan perbuatan kita. Tanpa kasih semuanya sia-sia dan tidak ada faedahnya, 1 Korintus 13:1-3.

b. Kejujuran

Kejujuran Tuhan Yesus dalam menjalankan karya Bapa di surga selama di dalam dunia ini terlihat secara nyata dan diakui oleh banyak orang. Markus 12:15 mengatakan: Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang ju ju r , dan Engkau tidak takut  kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak m e n c a r i m u k a  , melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran……”  Mengapa orang-orang mengatakan Tuhan Yesus seorang yang jujur? Karena Dia mengatakan dan melakukan kebenaran (truth). Karena itu kita sebagai orang percaya kepada Tuhan Yesus harus meneladani kejujuran Tuhan Yesus dalam setiap perbuatan kita.

c. Keberanian

Tuhan Yesus adalah Tuhan atas segala sesuatu, Dia lebih tinggi dan besar dari apa yang ada dalam dunia ini, karena itu Dia tidak takut kepada siapa pun (setan dan manusia). Matius 22:16 Mengatakan: Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar   jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga , sebab Engkau tidak mencari muka.”   Keberanian hanya mungkin jika kita hidup berdasarkan kebenaran. Pepatah mengatakan “berani karena benar dan takut karena salah”.

(18)

d. Pengurbanan

Tuhan Yesus mengurbankan nyawa-Nya untuk menebus manusia berdosa. Dia mati supaya kita hidup. Kematian-Nya mematikan kematian kita. Ini adalah wujud nyata kasih Allah yang begitu besar atas dunia yang berdosa. Yohanes Pembaptis ketika melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah  Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”   Yohanes 1:29. Menyadari bahwa Tuhan Yesus karena kasihnya yang begitu besar atas dunia ini, dan khusunya atas kita orang yang percaya kepada Dia, maka sudah seharusnya dan selayaknya kita rela berkorban bagi sesama kita. Memang hal ini sangat sulit apa lagi di zaman kita hidup saat ini dimana egoism semakin berekembang dalam segala aspek kehidupan. Memang manusia setelah mencintai dirinya biasanya mencaintai uang. Namun kita percaya bahwa masih ada anak-anak Allah yang dengan kasih tulus ikhlas dan secara suka rela membagi dan mengorbankan waktu, pikiran, tenaga dan hartanya bagi orang-orang lain yang membutuhkan bantuan dan pertolongan.

(19)

BAB IV

REALITA HIDUP MANUSIA

Pendahuluan

Salah satu pertanyaan terbesar dalam diri manusia umumnya berkaitan dengan realitas kehidupannya di dunia ini. Pertanyaan ini bukan hanya dibahas oleh kelompok tertentu, misalkan para akademisi saja melainkan juga oleh semua manusia di muka Bumi dan di segala zaman.

Pertanyaan universal yang terus menerus ditanyakan tersebut, hendak mengatakan bahwa ternyata realitas manusia memiliki konsep makna maupun maksud tujuannya. Bila konsep tersebut intrinsic dan objektif baginya, pada gilirannya mewujud sebagai worldview nya. Dengan kata lain konsep yang telah mewujud tersebut, secara langsung akan mempengaruhi gaya, perilaku dan nilai hidup manusia itu. Sebab perspektif hidup yang diyakini seseorang inilah yang akan menjadi standar etis dalam menjalani, memutuskan dan merencanakan hidupnya.

Kendatipun demikian perlu disadari bahwa konsep akan realitas hidup tersebut ternyata diwarnai dengan berbagai pemahaman (makna) yang berbeda25, sehingga mempengaruhi hidupnya.26 Mengapa demikian, karena klaim manusia untuk mengatur takdirnya sendiri.27

A. Realita Hidup Sebagai Ciptaan

Presaposisi dasar etika Kristen adalah manusia mengakui Tuhan Allah sebagai penciptanya. Pengakuan ini menunjukkan kemahatinggian Allah yang bebas dan berdaulat serta ketergantungan segala ciptaan pada-Nya. Pernyataan ini memimpin kepada pemahaman bahwa keberadaan manusia tidak dapat bereksistensi secara otonom atau independent, melainkan eksistensi tersebut ada karena diciptakan oleh Allah28. John Calvin dalam bukunya, The Institutes of the Christian Religion, yang disebut Institutio29, menjelaskan manusia dapat mengerti realita hidupnya hanya di dalam terang siapa Allah itu. Allah adalah Sang Pencipta dan manusia adalah ciptaan-Nya. Tanpa memandang dirinya melalui terang ini, manusia tidak akan pernah dapat memahami apa arti dan tujuan hidupnya sebagai manusia. Pada saat yang sama, juga manusia hanya dapat mengerti siapa  Allah sebagai penciptanya sebagaimana manusia mengerti akan dirinya. Menyadari sebagai makhluk yang mulia dari karya ciptaan-Nya, manusia menyatakan dan memuliakan Allah secara 25

 Natur pemahaman tersebut umumnya subjektif atau objektif? Jika natur jawaban adalah subjektif, maka arti dapat berubah sesuai dengan definisi setiap individu. Ini sama dengan mengatakan bahwa makna, tujuan, da n hidup boleh berarti apa saja yang kita suka. Namun jika natur jawabannya adalah objektif, ada suatu prinsip pakem yang mutlak yang tidak akan berubah bagaimanapun orang-orang ingin memberi definisi mereka sendiri. Meskipun tidak ada  jaminan untuk Prinsip mutlak tersebut setiap orang menyetujuinya, Misalkan,‘matahari terbenam di sebalah barat ’ ,

pernyataan ini bukanlah suatu pernyataan yang dihasilkan oleh interpretasi bersama atau sama-sama

menginterpretasikannya demikian, tidak. Karena pernyataan tadi sifatnya objektif dan adalah sesuatu realitas. Setuju atau tidak, itu tetap real. Jadi realitas kehidupan manusia itu bernatur objektif seumpama realitas yang pasti, ataukah bernatur subjektif sesuai definisi dari manusia itu sendiri? Demikianlah perbedaan pemahaman yang ada.

26

 Ada yang memaknai realita hidup sebagai piknik, gambling atau perjudian, perjuangan. (lebih lanjut baca Pranata Santoso, Magdalena.,ETIKA KRISTEN , 9 - 11

27

 The confident individual who says, 'I am the master of my fate, I am the captain of my soul.' Secondly, there was certainty about the world and about our objective knowledge of it. We can look at the world and know things, and that is objective knowledge. Lebih lanjut lihat Paper, Wright, N. T.,THE BIBLE FOR THE POSTMODERN WORLD,.Orange Memorial Lecture, 1999 ).

28

 LAI TB : Kejadian 1: 26-27 29

Referensi

Dokumen terkait

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan

Meskipun tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan kejadian demensia namun dari penelitian ini didapatkan bahwa aktifitas fisik, mental, spiritual, dan sosial

Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

manusia dengan sebaik-baik ciptaan, Allah memberikan keistimewaan bagi manusia berupa dikaruniakanya potensi atau kemampuan bagi setiap indifidu diantaranya potensi fisik

kehidupan manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia, bahkan terhadap makhluk-makhluk lain ciptaan Allah swt., yang berwujud akidah, ibadah dan akhlak, juga

Obyek psikoterapi Islam ialah manusia secara utuh yang berkaitan gangguan pada mental, spiritual, moral/ akhlak dan fisik. a) Mental ialah yang berhubungan dengan pikiran, akal,

individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan