• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 45 BAB 4

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti yang telah dialami pada tahun 2007. Akibat dari banjir ini menimbulkan beberapa bencana seperti kerusakan pada lingkungan masyarakat, hilangnya harta benda, timbulnya penyakit hingga korban jiwa. Selain itu, yang menjadi alasan utama adalah masih banyak masyarakat yang bermukim di daerah bantaran dan badan tanggul. Sedangkan bantaran merupakan daerah berbahaya yang tidak diperuntukkan bagi permukiman masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah terus melakukan penanggulangan banjir dengan mengeluarkan SK Walikota No. 362.05/25/1/2008 tentang pembentukan tim dan kelompok kerja penanganan pasca banjir Kota Surakarta. Salah satu upaya yang dilakukan adalah program relokasi warga di sepanjang bantaran.

Sejak tahun 2008 hingga 2010, pemerintah telah berhasil memindahkan dari 211 rumah di Kelurahan Sewu yang berada di bantaran sungai yaitu di RW 1, 2, dan 3. Relokasi dilakukan ke permukiman baru di Mojosongo yang tersebar di 8 titik yaitu daerah Mipitan 81 rumah, Kedung Tungkul 24 rumah, Sabrang Lor 11 rumah, Sabrang Kulon 15 rumah, Tawangsari 24 rumah, Mertoudan RT 08 sebanyak 25 rumah, Mertoudan RT 05 sebanyak 27 rumah dan Ngemplak 4 rumah. Biaya pengganti bangunan per rumah diberikan sebesar

- Rp 12.000.000 untuk membeli tanah dan administrasi, - Rp 8.500.000 untuk pembangunan rumah dan

- Rp 1.800.000 untuk fasilitas umum.

Sehingga total dari bantuan untuk relokasi sebesar Rp 22.300.000/rumah.

(2)

commit to user 46

Gambar 4.1 Peta Lokasi Permukiman

Berikut ini merupakan gambaran kondisi lingkungan permukiman masyarakat setelah

menerima bantuan program relokasi:

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 47 4.1. Kondisi Permukiman Pasca Relokasi

Setelah adanya relokasi permukiman, perumahan yang dibuat bertujuan untuk tempat memindahkan masyarakat ketempat yang lebih layak dengan segala sarana dan prasarana penunjang perumahan. Dalam proses relokasi bertujuan untuk memperbaiki kondisi masyarakat yang terelokasi menjadi lebih baik dari kondisi sebelum terjadinya relokasi. Dan kondisi yang lebih baik tersebut sebaiknya bertahan lama dari waktu ke waktu, hal ini termasuk tingkat pendapatan, status dan jaminan kepemilikan di lokasi yang baru, akses terhadap pelayanan dan infrastruktur.

4.1.1. Kondisi Eksisting Permukiman 4.1.1.1 Lokasi Permukiman

1. Kemiringan Tanah

Lokasi permukiman yang layak adalah dimana kondisi tanah bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %, sehingga dapat dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya dukung yang memungkinkan untuk dibangun permukiman. Setelah adanya program relokasi, permukiman masyarakat berada pada kemiringan tertentu. Berikut ini data kemiringan tanah lokasi permukiman pasca relokasi:

Tabel 4.1 Data Kemiringan Tanah Lokasi Permukiman Pasca Relokasi Lokasi Pasca

Relokasi Kemiringan Tanah

Sabrang Kulon 3 – 7 %

Sabrang Lor 3 – 7 %

Tawangsari 3 – 7 %

Mertoudan RT 05 8 – 13 % Mertoudan RT 08 3 – 7 % Kedung Tungkul 8 – 13 %

Mipitan 3 – 7 %

Ngemplak 8 – 13 %

Sumber : Budi Setiyarso, FKIP UNS

Dapat diketahui, lokasi lingkungan permukiman Sabrang Kulon, Sabrang Lor,

Tawangsari, Mertoudan RT 08, dan Mipitan berada pada kemiringan 3-7 % atau dapat

dikatakan landai. Sedangkan lokasi lingkungan permukiman Mertoudan RT 05, Kedung

Tungkul dan Ngemplak berada pada kemiringan 8-13 % atau dapat dikatakan pada lokasi

yang miring.

(4)

commit to user 48

Gambar 4.2 Peta Kemiringan Lereng

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 49 2. Legalitas Lahan

Dalam penentuan lokasi suatu permukiman perlu adanya suatu kriteria atau persyaratan untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman, salah satunya yaitu adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan dari program relokasi adalah membantu masyarakat untuk hunian yang layak dan terbebas dari bencana banjir. Hal ini dikarenakan sebelum mendapatkan program bantuan relokasi, masyarakat tinggal di bantaran Sungai Bengawan Solo yang sering mengalami banjir saat musim hujan serta berada di tanah milik negara.

Menurut pokja dan subpokja, setelah mendapatkan bantuan program relokasi, masyarakat menempati hunian yang berada di tanah legal. Masing-masing rumah mendapatkan sertifikat hak milik terhadap lahan dan bangunan. Berikut ini gambaran kondisi lokasi permukiman masyarakat setelah mendapat bantuan program relokasi :

Tabel 4.2 Gambaran Kondisi Lokasi Permukiman Lokasi pasca relokasi Jarak lokasi permukiman

dengan sungai terdekat

Jarak dari

sungai Status lahan

Sabrang Kulon

100 meter Jauh Legal

Sabrang Lor

200 meter Jauh Legal

Tawangsari

30 meter Jauh Legal

Mertoudan RT 05

100 meter Jauh Legal

Mertoudan RT 08

320 meter Jauh Legal

Kedung Tungkul

130 meter Jauh Legal

Mipitan

40 meter Jauh Legal

Ngemplak

160 meter Jauh Legal

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(6)

commit to user 50

Gambar 4.3 Peta Jarak Permukiman Dengan Sungai Terdekat

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 51 4.1.1.2. Aksesibilitas

Lokasi hunian dipilih berdasarkan dari tingkat kemudahan transportasi dan jarak ke pusat kota. Aksesibilitas berbicara mengenai ketersediaan transportasi umum. Akses terhadap transportasi umum yang mudah, akan sangan membantu masyarakat dalam kegiatan sehari- hari serta meringankan beban biaya untuk kendaraan pribadi. . Dekatnya rumah dengan jalur transportasi umum juga merupakan faktor penting kemudahan masyarakat mencapai tempat kerja maupun pusat pelayanan. Namun, kondisi yang ada akses untuk mendapatkan transportasi umum cukup sulit.

Tabel 4.3 Gambaran Kondisi Aksesibilitas Lokasi pasca relokasi Jarak lokasi permukiman

menuju jalur transportasi publik

Sabrang Kulon 80 meter

Sabrang Lor 170 meter

Tawangsari 1.600 meter

Mertoudan RT 05 1.000 meter

Mertoudan RT 08 600 meter

Kedung Tungkul 110 meter

Mipitan 10 meter

Ngemplak 70 meter

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

Di permukiman pasca relokasi, masyarakat cukup sulit untuk mendapatkan akses

transportasi publik. Kondisi ini terlihat dari lokasi rumah yang jauh dari jalur yang dilewati

transportasi publik serta jumlah tranportasi publik yang kurang memadai. Sehingga

masyarakat yang ingin menggunakan transportasi publik harus mengunggu lama. Dari kondisi

tersebut, sebagian besar masyarakat memilih untuk menggunakan transportasi pribadi seperti

mobil, motor maupun sepeda untuk menuju tempat kerja maupun ke pusat pelayanan.

(8)

commit to user 52

Gambar 4.4 Peta Jalur Transportasi Umum

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 53 4.1.1.3. Kondisi Prasarana Permukiman

1. Jaringan Jalan

Menurut Kepmenkimpraswil Nomor 534/KPRS/M/2001 disebutkan bahwa untuk jaringan jalan lingkungan memiliki ketentuan lebar 2-5 m dan dapat memenuhi akses ke semua bagian permukiman dengan mudah baik pejalan kaki maupun pengguna kendaraan.

Kondisi jaringan jalan di lingkungan hunian masyarakat sudah mengakses keseluruh rumah yang ada. Dapat terlihat, kondisi jalan lingkungan di permukiman masyarakat telah memiliki lebar rata – rata 2 sampai dengan 3 meter. Artinya, kondisi jaringan jalan yang ada di lingkungan hunian masyarakat telah memenuhi standar kriteria layak huni. Bahan yang digunakan untuk jalan lingkungan berupa paving dan bahan campuran semen dan pasir.

Tabel 4.4 Kondisi Jaringan Jalan Lokasi pasca

relokasi Lebar jalan Kondisi jalan

Sabrang Kulon 242 cm Jaringan jalan mengakses ke seluruh bagian permukiman, perkerasan berupa paving dengan kondisi yang masih baik Sabrang Lor 157cm Jaringan jalan menjangkau seluruh permukiman dengan

perkerasan menggunakan paving Tawangsari

285 cm Perkerasan menggunakan paving. Seluruh bagian

permukiman terjangkau oleh jaringan jalan dengan kondisi yang baik

210cm

Mertoudan RT 05 290 cm Kondisi jaringan jalan mengjangkau seluruh bagian permukiman dengan perkerasan paving

Mertoudan RT 08

360 cm Berada di jalan utama permukiman. Perkerasan menggunakan paving, kondisi jaringan jalan baik.

223 cm Perkerasan menggunakan cor dan paviing dengan kondisi baik.

Kedung Tungkul 246 cm

Perkerasan jalan menggunakan paving dan cor dengan kondisi yang baik. Jaringan jalan menjangkau seluruh bagian permukiman

Mipitan

310 cm Lebar 310 hanya untuk jalan utama, perkerasan dengan paving dan cor dengan kondisi yang masih baik 230 cm Lebar 230 untuk selain jalan utama. Perkerasan

menggunakan paving.

Ngemplak 288cm Perkerasan menggunakan cor dengan kondisi baik

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(10)

commit to user 54

Gambar 4.5 Peta Jaringan Jalan Sabrang Kulon Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

Gambar 4.6 Peta Jaringan Jalan Sabrang Lor

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 55

Gambar 4.7 Peta Jaringan Jalan Tawangsari Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

Gambar 4.8 Peta Jaringan Jalan Mertoudan RT 05

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(12)

commit to user 56

Gambar 4.9 Peta Jaringan Jalan Mertoudan RT 08 Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

Gambar 4.10 Peta Jaringan Jalan Kedung Tungkul

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 57

Gambar 4.11 Peta Jaringan Jalan Mipitan Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

Gambar 4.12 Peta Jaringan Jalan Ngemplak

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(14)

commit to user 58 2. Saluran Drainase

Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan.

Menurut Kepmenkimpraswil Nomor 534/KPRS/M/2001, standar pelayanan jaringan drainase adalah dengan tidak terjadi lagi genangan banjir bila terjadi genangan; tinggi genangan rata rata <30 cm, lama genangan < 2 jam. Frekuensi kejadian banjir < 2 kali setahun.

Sedangkan menurut Permen No.32 tahun 2006 disebutkan bahwa kondisi saluran drainase yang baik adalah saluran berupa saluran terbuka/tertutup dengan lebar minimum 20cm dan kedalaman minimum 30cm

Kondisi saluran drainase yang berada di lingkungan permukiman masyarakat ada yang berupa saluran terbuka dan ada pula saluran tertutup. Untuk ukuran saluran berbeda – beda pada setiap daerah, namun seluruh saluran yang ada di permukiman pasca relokasi telah memenuhi ukuran standar saluran pun telah memenuhi standar kelayakan prasarana lingkungan yaitu lebar >20cm dan kedalaman sekitar 30cm dengan tidak ada genangan pada saluran tersebut.

Tabel 4.5 Kondisi Saluran Drainase

Lokasi pasca relokasi Ukuran saluran drainase

Kondisi pada musim hujan Lebar Tinggi

Sabrang Kulon 30 cm 37 cm

Saluran drainase berfungsi dengan baik sehingga tidak ada genangan pada saat musim hujan

Sabrang Lor 26 cm 35 cm Tidak ada genangan saat musim hujan Tawangsari 30 cm 40 cm Air mengalir dengan baik pada saat

musim hujan, sehingga tidak ada banjir Mertoudan RT 05 27 cm 38 cm Air cepat mengalir ke saluran drainase,

tidak ada genangan

Mertoudan RT 08 28 cm 40 cm Tidak pernah terjadi genangan maupun banjir saat musim hujan

Kedung Tungkul 30 cm 35 cm

Dengan lokasi permukiman berada di dataran lebih tinggi, air hujan langsung mengalir ke saluran drainase dan tidak ada genangan

Mipitan 35 cm 43 cm

Tidak ada genangan maupun banjir pada saat musim hujan. Air langsung

mengalir ke sungai di belakang lokasi permukiman

Ngemplak 37 cm 52 cm Tidak ada genangan maupun banjir.

Sumber : Observasi Lapangan, Wawancara dan Identifikasi Penulis, 2015

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 59

Gambar 4.13 Peta Jaringan Drainase Sabrang Kulon Sumber : Observasi Lapangan Dan Identifikasi Penulis, 2015

Gambar 4.14 Peta Jaringan Drainase Sabrang Lor

Sumber : Observasi Lapangan Dan Identifikasi Penulis, 2015

(16)

commit to user 60

Gambar 4.15 Peta Jaringan Drainase Tawangsari Sumber : Observasi Lapangan Dan Identifikasi Penulis, 2015

Gambar 4.16 Peta Jaringan Drainase Mertoudan RT 05

Sumber : Observasi Lapangan Dan Identifikasi Penulis, 2015

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 61

Gambar 4.17 Peta Jaringan Drainase Mertoudan RT 08 Sumber : Observasi Lapangan Dan Identifikasi Penulis, 2015

Gambar 4.18 Peta Jaringan Drainase Kedung Tungkul

Sumber : Observasi Lapangan Dan Identifikasi Penulis, 2015

(18)

commit to user 62

Gambar 4.19 Peta Jaringan Drainase Mipitan Sumber : Observasi Lapangan Dan Identifikasi Penulis, 2015

Gambar 4.20 Peta Jaringan Drainase Ngemplak

Sumber : Observasi Lapangan Dan Identifikasi Penulis, 2015

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 63 3. Persampahan

Sarana pembuangan sampah merupakan kelengkapan yang penting terkait dengan persyaratan kesehatan lingkungan. Tempat pembuangan sampah rumah tangga sebaiknya disediakan pada setiap unit hunian. Dari unit hunian ini sampah diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS),

Pengelolaan sampah yang ada di lingkungan masyarakat, seluruhnya dilakukan secara individu. Setiap hunian memiliki tempat sampah pribadi lalu pengelolaan nya dilakukan dengan dibakar, maupun dibawa ke tempat sampah komunal terdekat. Belum ada fasilitas pengangkutan sampah dari pihak terkait. Pada daerah Mipitan, ada beberapa masyarakat yang membuang sampahnya dilahan dekat sungai, sampah di kumpulkan lalu dibakar apabila kondisinya sudah menumpuk. Untuk daerah lainnya tidak ada penumpukan sampah di lingkungan permukiman.

Gambar 4.21 Peta Kondisi Persampahan

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015 Rumah Masyarakat

Dibakar pada lahan kosong

Pengelolaan individu

Dibuang ke TPS

terdekat

(20)

commit to user 64 4.1.1.4. Kondisi Sarana Permukiman

1. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang dibahas dalam penilitian ini adalah sarana pendidikan mulai dari TK, SD, SMP dan SMA. Berikut ini jumlah sarana pendidikan yang ada di sekitar permukiman pasca relokasi.

Tabel 4.6 Jumlah Sarana Pendidikan Sarana Pendidikan Jumlah

TK 2

SD 2

SMP 1

SMA 1

a. Sekolah Pra Belajar (TK)

Keberadaan sekolah pra belajar / TK dikatakan baik apabila terletak dekat dengan permukiman dan dapat dijangkau dengan jalan kaki. Untuk daerah yang dapat menjangkau sekolah pra belajar dengan jalan kaki di lingkungan daerah Mipitan dan Mertoudan RT 08.

Sedangkan untuk daerah lainnya, masyarakat harus menggunakan kendaraan pribadi untuk menjangkaunya.

Tabel 4.7 Jarak Lokasi Permukiman Terhadap TK Lokasi pasca relokasi Jarak Lokasi Permukiman

Terhadap TK

Sabrang Kulon 170 meter

Sabrang Lor 200 meter

Tawangsari 500 meter

Mertoudan RT 05 200 meter

Mertoudan RT 08 100 meter

Kedung Tungkul 600 meter

Mipitan 30 meter

Ngemplak 200 meter

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

b. Sekolah Dasar (SD)

Terdapat 2 unit sekolah dasar di lingkungan pasca relokasi yang berada di daerah Sabrang Kulon. Dengan standar radius pencapaian 400 – 1000m, keberadaan sekolah dasar ini telah menjangkau seluruh daerah permukiman pasca relokasi.

Tabel 4.8 Jarak Lokasi Permukiman Terhadap SD Lokasi pasca relokasi Jarak Lokasi Permukiman

Terhadap SD

Sabrang Kulon 100 meter

Sabrang Lor 90 meter

Tawangsari 1000 meter

Mertoudan RT 05 900 meter

Mertoudan RT 08 300 meter

Kedung Tungkul 500 meter

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 65

Mipitan 700 meter

Ngemplak 600 meter

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

c. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Tidak terdapat SMP di sekitar daerah permukiman pasca relokasi. Sarana pendidikan SMP cukup jauh untuk di jangkau oleh masyarakat.

Tabel 4.9 Jarak Lokasi Permukiman Terhadap SMP Lokasi pasca relokasi Jarak Lokasi Permukiman

Terhadap SMP

Sabrang Kulon 1400 meter

Sabrang Lor 1300 meter

Tawangsari 2400 meter

Mertoudan RT 05 2100 meter

Mertoudan RT 08 1790 meter

Kedung Tungkul 1100 meter

Mipitan 1700 meter

Ngemplak 1800 meter

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

d. Sekolah Menengah Atas (SMA)

Hanya terdapat 1 unit SMA di lingkungan permukiman pasca relokasi yaitu SMA N 8 Surakarta. Terletak dekat dengan daerah permukiman di Mertoudan. Dengan radius pencapaian 1000 – 3000m, sekolah ini telah menjangkau seluruh daerah permukiman pasca relokasi. Untuk menjangkau sekolah ini masyarakat harus menggunakan kendaraan pribadi, karena sekolah ini terletak pada jalur yang tidak dilewati oleh kendaraan umum.

Tabel 4.10 Jarak Lokasi Permukiman Terhadap SMA Lokasi pasca relokasi Jarak Lokasi Permukiman

Terhadap SMA

Sabrang Kulon 600 meter

Sabrang Lor 500 meter

Tawangsari 400 meter

Mertoudan RT 05 500 meter

Mertoudan RT 08 100 meter

Kedung Tungkul 800 meter

Mipitan 1000 meter

Ngemplak 700 meter

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(22)

commit to user 66

Gambar 4.22 Peta Sebaran Sarana Pendidikan

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 67

Gambar 4.23 Peta Jangkauan Sarana Pendidikan

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(24)

commit to user 68 2. Sarana Perniagaan

Sarana perbelanjaan dan niaga merupakan fasilitas komersil sebagai layanan sebuah lingkungan permukiman. Sarana ini direncanakan dengan tujuan untuk mempermudah aktivitas ekonomi masyarakat Sarana perbelanjaan yang ada di lingkungan hunian masyarakat berupa warung atau toko kelontong. Kesesuaian kondisi sarana niaga berupa toko/ warung dinilai berdasarkan SNI 03-1733-2004 mengenai tata cara perencanaan lingkungan perumahan perkotaan, dimana radius pencapaiannya 300m dan berada di lingkungan permukiman masyarakat.

Untuk kondisi eksisting yang ada, seluruh kawasan permukiman pasca relokasi telah terjangkau sarana perniagaan yang ada di lingkungan permukiman. Masyarakat dapat dengan mudah menjangkau sarana perniagaan untuk membeli atau memenuhi kebutuhan mereka sehari – hari.

Tabel 4.11 Jumlah Sarana Pendidikan Sarana Pendidikan Jumlah

Toko/warung 14

Pertokoan 10

Gambar 4.24 Peta Sebaran Sarana Perniagaan

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 69

Gambar 4.25 Peta Jangkauan Sarana Perniagaan

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(26)

commit to user 70 3. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan merupakan fasilitas yang memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang berupa pemeriksaan, pengobatan dan perawatan. Berdasarkan standar kesesuaian yang ada pada SNI 03-1733-2004 mengenai tata cara perencanaan lingkungan perumahan perkotaan, sarana kesehatan berupa posyandu dikatakan baik apabila memiliki radius pencapaian 500m. sedangkan untuk balai pengobatan berada pada radius pencapaian 1000m dan berada di ligkungan permukiman masyarakat.

Sarana kesehatan yang ada di lingkungan masyarakat berupa posyandu keliling “Si Bella” yang kunjungannya sudah terjadwal ke daerah – daerah relokasi. Ada pula posyandu untuk lansia. Selain posyandu, terdapat pula Griya PMI yang berada di RW 09. Dengan adanya standard dan kondisi yang ada, kesesuaian sarana kesehatan dikatakan sudah memenuhi standar layak huni, karena seluruh daerah permukiman pasca relokasi telah terjangkau oleh sarana kesehatan. Masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan di bidang kesehatan.

Tabel 4.12 Jarak Lokasi Permukiman Terhadap Sarana Kesehatan Lokasi pasca relokasi Jarak Lokasi Permukiman

Terhadap Sarana Kesehatan

Sabrang Kulon 300 meter

Sabrang Lor 400 meter

Tawangsari 700 meter

Mertoudan RT 05 900 meter

Mertoudan RT 08 100 meter

Kedung Tungkul 800 meter

Mipitan 600 meter

Ngemplak 400 meter

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 71

Gambar 4.26 Peta Persebaran Sarana Kesehatan

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(28)

commit to user 72

Gambar 4.27 Peta Jangkauan Sarana Kesehatan

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 73 4. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan.Struktur penduduk yang memeluk suatu agama tertentu akan sangat mempengaruhi dalam penempatan lokasi fasilitas peribadatan. Pengadaan fasilitas masjid perlu mempertimbangkan jarak standar jarak terjauh kemampuan seseorang dan waktu perjalanan dengan tidak menggunakan bantuan kendaraan. Jarak tersebut 750m – 1km dengan waktu maksimal 15 menit perjalanan dalam melakukan sholat jumat

Sarana peribadatan yang ada di lingkungan permukiman disesuaikan dengan kondisi dan struktur penduduk menurut agama yang dianut. Jenis sarana peribadatan yang ada pada lokasi

pasca relokasi adalah berupa masjid dengan jarak yang mudah di jangkau dengan jalan kaki dan dalam kondisi yang baik. Dengan standard dan kondisi eksisting yang ada, maka sarana peribadatan yang ada di lingkungan permukiman pasca relokasi telah memenuhi standar layak

huni. Masyarakat dengan mudah menjangkau sarana peribadatan dengan cara berjalan kaki.

Tabel 4.13 Jarak Lokasi Permukiman Terhadap Sarana Peribadatan (Masjid) Lokasi pasca relokasi Jarak Lokasi Permukiman

Terhadap Masjid

Sabrang Kulon 100 meter

Sabrang Lor 70 meter

Tawangsari 100 meter

Mertoudan RT 05 40 meter

Mertoudan RT 08 200 meter

Kedung Tungkul 60 meter

Mipitan 70 meter

Ngemplak 40 meter

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(30)

commit to user 74

Gambar 4.28 Peta Sebaran Sarana Peribadatan

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 75

Gambar 4.29 Peta Jangakauan Sarana Peribadatan

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(32)

commit to user 76 5. Ruang Terbuka

Kesesuaian kondisi sarana ruang terbuka berupa ruang terbuka taman di lokasi penelitian dinilai berdasarkan SNI 03-1733-2004 mengenai tata cara perencanaan lingkungan perumahan perkotaan. Dimana menyebutkan bahwa radius pelayanan sarana ruang terbuka berupa taman adalah 100m.

Di lingkungan permukiman pasca relokasi sangat minim akan ketersediaan ruang terbuka. Lingkungan yang memiliki ruang terbuka hanya di daerah Mipitan yang berupa lapangan badminton dan ruang terbuka yang sengaja dibuat untuk kegiatan warga berkumpul.

Namun beberapa ruang terbuka tersebut dimanfaatkan oleh warga untuk menambah penghasilan mereka dengan berjualan. Kondisi ruang terbuka dapat dilihat pada gambar berikut ini. Selain itu, dekat dengan daerah permukiman di Kedungtungkul terdapat ruang terbuka berupa lapangan kosong yang sering dimanfaatkan warga sekitar untuk berolah raga.

Tabel 4.14 Jumlah Sarana Ruang Terbuka Sarana Pendidikan Jumlah

Taman 1

Lapangan 1

Tabel 4.15 Jarak Lokasi Permukiman Terhadap Ruang Terbuka Lokasi pasca relokasi Jarak Lokasi Permukiman

Terhadap Ruang Terbuka

Sabrang Kulon 600 meter

Sabrang Lor 400 meter

Tawangsari 1000 meter

Mertoudan RT 05 820 meter

Mertoudan RT 08 600 meter

Kedung Tungkul 100 meter

Mipitan 20 meter

Ngemplak 200 meter

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 77

Gambar 4.30 Peta Jangakauan Ruang Terbuka

Sumber : Observasi Lapangan dan Identifikasi Penulis, 2015

(34)

commit to user 78

4.1.2. Kondisi Permukiman Berdasarkan Pendapat Masyarakat 4.1.2.1. Akses transportasi publik

Tabel 4.16 Data Aksesibilitas Transportasi Umum

Aksesibilitas

Sabrang Kulon Sabrang Lor Tawang sari Mertoudan RT 05 Mertoudan RT 08 Kedung Tungkul Mipitan Ngemplak

Total

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ %

Rumah jauh Masyarakat sulit mengakses

transportasi publik

- - - 27 - 24 - - 51 24,17%

Rumah dekat Masyarakat sulit mengakses transportasi publik

15 11 24 - 25 - 63 - 138 65,41%

Rumah dekat Masyarakat mudah mengakses transportasi publik

- - - 18 4 22 10,42%

Total 15 11 24 27 25 24 81 4 211 100%

Sumber : Kuisioner Dan Identifikasi Penulis, 2014

Aksesibilitas berbicara mengenai ketersediaan transportasi umum. Akses terhadap transportasi umum yang mudah, akan sangan membantu masyarakat dalam kegiatan sehari – hari serta meringankan beban biaya untuk kendaraan pribadi. Namun, kondisi yang ada akses untuk mendapatkan transportasi umum cukup sulit. Sebanyak 24,17% masyarakat berpendapat rumah masyarakat jauh dari jalur transportasi publik sehingga masyarakat sulit untuk mengaksesnya. Sedangkan sebanyak 65,41% masyarakat mengatakan bahwa rumahnya dekat dengan jalur transportasi publik, namun sulit mengakses dikarenakan jumlah angkutan serta memerlukan waktu yang lama untuk dapat mengaksesnya. Hal ini menunjukkan bahwa akses terhadap tranportasi tergolong cukup sulit.

24.17%

65.41%

10.42%

Rumah jauh Masyarakat sulit mengakses

transportasi publik Rumah dekat Masyarakat sulit mengakses

transportasi publik Rumah dekat Masyarakat mudah mengakses transportasi publik

Gambar 4.31 Aksesibilitas

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 79 4.1.2.2. Persampahan

Dilingkungan masyarakat kondisi persampahan dikatakan dalam kondisi baik. Persampahan dikelola secara individu oleh masyarakat sendiri dengan cara masyarakat menyediakan tempat sampah dirumah masing-masing, lalu sampah dibawa ke TPS terdekat. Namun ada beberapa titik penumpukan sampah dilingkungan masyarakat. Masih ada masyarakat yang menumpuk sampah di pinggir sungai maupun pada tanah kosong disekitar rumah sehingga menyebabkan bau pada waktu tertentu.

Tabel 4.17 Pendapat Masyarakat Terhadap kondisi persampahan

Sampah

Sabrang Kulon Sabrang Lor Tawang sari Mertoudan RT 05 Mertoudan RT 08 Kedung Tungkul Mipitan Ngemplak

Total

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ %

Mencemari udara (bau), mencemari air dan tanah

- - - 0

Pencemaran ringan (hanya bau), namun tidak mencemari air dan tanah

- - 7 - - - 17 - 24 11,37%

Tidak mencemari

lingkungan 15 11 17 27 25 24 64 4 187 88,63%

Total 15 11 24 27 25 24 81 4 211 100%

Sumber : Kuisioner Dan Identifikasi Penulis, 2015

4.1.2.3. Jaringan listrik

Tabel 4.18 Pendapat Masyarakat Terhadap Jaringan Listrik

Listrik

Sabrang Kulon Sabrang Lor Tawang sari Mertoudan RT 05 Mertoudan RT 08 Kedung Tungkul Mipitan Ngemplak

Total

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ %

Tidak terlayani

jaringan listrik - - - 0

Terlayani jaringan listrik dengan daya 450 - 900 Va

15 11 24 27 25 24 81 4 211 100%

Terlayani jaringan listrik dengan daya

≥900 Va

- - - 0

Total 15 11 24 27 25 24 81 4 211 100%

Sumber : Kuisioner Dan Identifikasi Penulis, 2015

Jaringan listrik yang harus disediakan dalam lingkungan perumahan adalah kebutuhan daya

listrik dan jaringan listrik. Dalam penyediaan daya listrik, setiap unit rumah tangga

mendapatkan daya listrik dari PLN dan harus terlayani daya listrik minimum 450VA. Dalam

program relokasi, setiap masyarakat menghuni rumah yang telah di lengkapi dengan fasilitas

(36)

commit to user 80

listrik sesuai dengan standar minimum yaitu 450Va. Namun ada beberapa masyarakat yang menambahkan daya listrik sesuai dengan kebutuhan mereka sehari – hari.

4.1.2.4. Air bersih

Tabel 4.19 Pendapat Masyarakat Terhadap Air Bersih

Air bersih

Sabrang Kulon Sabrang Lor Tawang sari Mertoudan RT 05 Mertoudan RT 08 Kedung Tungkul Mipitan Ngemplak

Total

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ %

Tidak terlayani, pasokan air bersih tidak mencukupi kebutuhan konsumsi dan MCK

- - - 0

Terlayani, pasokan air bersih hanya mencukupi kebutuhan MCK

- - - 0

Terlayani, pasokan air bersih mencukupi kebutuhan konsumsi dan MCK

15 11 24 27 25 24 81 4 211 100%

Total 15 11 24 27 25 24 81 4 211 100%

Sumber : Kuisioner Dan Identifikasi Penulis, 2015

Dapat dilihat dari tabel hasil kuisioner, kondisi air bersih yang ada di lingkungan permukiman masyarakat pasca relokasi telah memenuhi untuk kebutuhan konsumsi sehari- hari serta memenuhi kebutuhan untuk MCK. Dalam standar penyediaan jaringan air bersih (SNI 03-1733-2004), disebutkan bahwa setiap lingkungan perumahan harus menyediakan sumber air bersih bagi warganya. Sumber air bersih ini dapat saja disediakan per unit ataupun secara sentral untuk seluruh area permukiman. Sedangkan menurut SK MENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990 air bersih yang layak pakai yaitu dalam kondisi air tidak berwarna, air tidak berasa, dan air bersih dapat diminum setelah di masak. Air yang bau dan berwarna mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh limbah.

Tabel 4.20 Sumber Air Bersih

Air bersih

Sabrang Kulon Sabrang Lor Tawang sari Mertoudan RT 05 Mertoudan RT 08 Kedung Tungkul Mipitan Ngemplak

Total

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ %

Menggunakan air

sungai/ air hujan - - - 0

Menggunakan sumur/

mata air tidak terlindungi

- - - 0

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 81

Menggunakan air

kemasan/ air ledeng/

sumur atau mata air terlindung

15 11 24 27 25 24 81 4 211 100%

Total 15 11 24 27 25 24 81 4 211 100%

Sumber : Kuisioner Dan Identifikasi Penulis, 2015

Untuk kondisi pada permukiman pasca relokasi, pada masing – masing lingkungan permukiman disetiap rumah dilengkapi dengan fasilitas air bersih yang bersumber dari PDAM.

Selain menggunakan air bersih untuk kegiatan sehari – hari, masyarakat menggunakan air tersebut untuk air minum setelah melalui proses dimasak. Pada rumah sebelum relokasi, masyarakat mendapatkan sumber air bersih dari sumur – sumur pribadi yang menggunakan jet pump dimana tidak pernah mengeluarkan biaya dalam penggunaan air. Sedangkan setelah adanya program relokasi, masyarakat mendapatkan fasilitas air bersih dari PDAM dan dipungut biaya setiap bulannya. Ada beberapa masyarakat yang mengeluhkan tentang penambahan pengeluaran untuk biaya penggunaan air bersih. Pada wilayah Sabrang Lor dan Tawangsari, pada setiap gang disediakan sumber air bersih yang dapat digunakan untuk umum (keran umum). Berdasarkan standar penyediaan air bersih yang layak untuk lingkungan permukiman dan kondisi eksisting di wilayah penelitian, maka kondisi air bersih di permukiman pasca relokasi telah memenuhi batas stadar minimum pelayanan air bersih.

Gambar 4.32 Keran umum

(38)

commit to user 82

4.2. Resume Kondisi Permukiman Pasca Relokasi

Tabel 4.18 AnalisisKondisi Permukiman Pasca Relokasi

Variabel Subvariabel Kondisi Eksisting Permukiman Standar Permukiman Layak Huni

Skor Eksisting Pendapat

Masyarakat

Lokasi Permukiman

Kemiringan Tanah Lokasi permukiman berada pada kemiringan 3 – 13%

Lahan memiliki kemiringan tanah 0-

8% 2,62 -

Legalitas Lahan

Permukiman berada di tanah legal. Jarak dari lokasi permukiman ke sungai 30-320 meter

Lokasi rumah jauh dari sungai, status

tanah legal 3 -

Aksesibilitas Akses Transportasi Publik

Kondisi

transportasi public

Transportasi public sulit untuk diakses, perlu menunggu lama untuk

mendapatkannya.

Akses masyarakat menggunakan transportasi umum ke semua bagian kota mudah

- 418

Jarak rumah ke jalur transportasi public

Jarak lokasi permukiman ke jalur transportasi publik mulai dari 10 – 1600 meter.

<200 meter menuju jalur transportasi

umum 2,25 -

Kesesuaian Kondisi Prasarana

Jaringan Jalan

Ukuran jalan Lebar jalan yang berada di permukiman yaitu 157-360 cm

Terdapat jalan lingkungan dengan lebar

2 - 5m. 1,87 -

Kondisi jalan Perkerasan jalan berupa paving dan cor dengan kondisi yang baik dan mengakses ke seluruh bagian permukiman

Seluruh bagian permukiman dapat terakses dengan kondisi baik untuk pejalan kaki/ pengguna kendaraan

3 -

Saluran Drainase

Ukuran saluran Rata-rata saluran drainase berukuran lebar 26-37 cm dan tinggi 35-52cm

Saluran drainase sudah memenuhi ukuran lebar 20 - 30cm dan kedalaman minimum 30cm

2,25 -

Tinggi genangan Di lokasi permukiman tidak pernah terjadi genangan mauppun banjir saat musim hujan

Tinggi genangan rata rata <30cm, 3 -

Lama genangan Lama genangan <2jam. 3 -

Frekuensi banjir Frekuensi kejadian banjir <2 kali

setahun 3 -

Persampahan Pengolahan sampah

Setiap rumah memiliki termpat sampah pribadi, dan harus membuang sendiri ke TPS terdekat

Setiap rumah memiliki tempat sampah

pribadi, tidak ada pengangkutan 2 - Kondisi

persampahan

Ada beberapa penumpukan sampah dibeberapa titik lokasi permukiman sehingga menimbulkan bau.

Tidak mencemari lingkungan

- 609

Sarana Pendidikan

TK Tersedia TK di lingkungan permukiman

dengan jarak dari permukiman yaitu 30- 600 meter

Tersedia sarana pendidikan TK dengan radius pencapaian 400 - 600m dari unit terjauh

2,75 -

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 83

SD Tersedia SD di lingkungan permukiman

dengan jarak dari permukiman yaitu 90- 1000 meter

Tersedia SD dengan radius pencapaian

400-1000m 2,3 -

SMP Tidak terdapat SMP di lingkungan

permukiman masyarakat. Masyarakat harus menjangkau lebih dari 1500m

Tersedia SMP dengan radius

pencapaian 1000 - 1500m 1 -

SMA Tersedia SMA di lingkungan permukiman

dengan jarak dari permukiman yaitu 100- 1000 meter

Tersedia SMA dengan radius

pencapaian 1000 -3000m 3 -

Sarana Perniagaan

Toko/ Warung Terdapat warung dan pertokoan di sekitar lingkungan masyarakat. Sehingga

masyarakat mudah untuk menjangkaunya.

Jarak yang di tempuh <300meter

Terdapat warung di sekitar lingkungan permukiman dengan radius pencapaian

≥ 300m

3 -

Pertokoan Terdapat pertokoan dengan radius

pencapaian 400 - 2000m 3 -

Sarana Kesehatan

Posyandu Terdapat posyandu keliling serta balai pengobatan (Griya PMI) dengan jarak 300-900 meter dari permukiman

Terdapat balai pengobatan dengan

radius pencapaian 800 - 1000m 2,75 - Balai Pengobatan

Sarana Peribadatan

Masjid Terdapat masjid di sekitar lingkungan

permukiman dengan jarak jangkau 40-200 meter

Terdapat masjid dengan radius

pencapaian 750-1000m 3 -

Ruang Terbuka

Taman Sebagian besar permukiman jauh dari

lokasi ruang terbuka.yang dapat digunakan. Jarak dari permukiman menuju ruang terbuka yaitu 40-820meter

Tersedia di lingkungan permukiman dengan radius pencapaian 100-400m

1,75 -

Utilitas Jaringan Listrik Setiap rumah mendapat pasokan listrik sebesar 450Va. Ada beberapa masyarakat yang menambah daya sesuai dengan kebutuhan masing-masing

Terlayani jaringan listrik dengan daya 450-900 Va

- 422

Air Bersih Kondisi air bersih

Seluruh permukiman pasca relokasi mendapatkan pasokan air bersih dan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari

Terlayani, pasokan air bersih mencukupi kebutuhan konsumsi dan

MCK - 633

Sumber air bersih

Sumber air bersih yang digunakan masyarakat bersumber dari PDAM.

Menggunakan air kemasan/ air ledeng/

sumur atau mata air terlindung - 633

JUMLAH 48,54 2.715

2.763,54

Sumber : Analisis Penulis, 2015

(40)

commit to user 84

Dari tabel 4.18 dapat terlihat bahwa sebagian besar kondisi permukiman pasca relokasi telah memenuhi standar permukiman layak huni. Aspek-aspek yang telah memenuhi standar layak huni dengan baik yaitu legalitas lahan, kondisi jalan lingkungan, kondisi saluran drainase, sarana pendidikan SMA, sarana perniagaan, sarana peribadatan dan utilitas permukiman. Namun terdapat beberapa aspek yang belum masuk ke dalam standar layak huni seperti lebar jalan, pengeloaan sampah, keberadaan sarana pendidikan SMP serta ketersediaan ruang terbuka yang berupa taman masih minim di lingkungan permukiman pasca relokasi.

Yang pertama, aspek lokasi permukiman dilihat dari segi kemiringan tanah dan legalitas lahan.

Untuk kemiringan tanah, lokasi permukiman pasca relokasi terletak di menyebar di beberapa wilayah yang memiliki kemiringan berbeda. Secara keseluruhan kemiringan tanah lokasi permukiman pasca relokasi berada dalam batas aman yaitu 3-13%. Legalitas lahan dilihat dari segi jarak lokasi permukiman terhadap sungai terdekat dan status tanah yang di tempati saat ini. Dari segi jarak terhadap sungai, lokasi permukiman berada dalam jarak yang memenuhi standar yaitu lebih dari 30m dari sungai terdekat. Sedangkan untuk status tanah, seluruh wilayah permukiman pasca relokasi menempati lahan legal serta telah memiliki status hak milik terhadap hunian masyarakat saat ini.

Aksesibilitas dilihat dari kondisi akses transportasi publik yang ada di lingkungan masyarakat. Dari segi jarak permukiman masyarakat terhadap jalur transportasi umum terdapat beberapa lokasi permukiman yang jauh untuk menjangkaunya. Sedangkan masyarakat yang tinggal di permukiman memiliki jarak dekat dengan transportasi umum mengatakan bahwa transportasi umum sulit untuk didapatkan. Masyarakat harus menunggu lama untuk mengaksesnya. Dari kedua kondisi tersebut maka sebagian besar masyarakat lebih memilih menggunakan transportasi pribadi untuk menuju tempat kerja, sekolah serta fasilitas lainnya.

Kondisi prasarana dilihat dari beberapa aspek seperti jaringan jalan, saluran drainase

dan persampahan. Untuk jaringan jalan, sebagian besar lokasi permukiman pasca relokasi

memiliki lebar jalan 2-4 meter. Namun ada 1 lokasi yaitu di Sabrang Lor yang memiliki lebar

jalan hanya 1,57m. Untuk kondisi jalan di lingkungan permukiman masih dalam kondisi yang

baik. Jalan menggunakan perkerasan cor atau paving block serta mengakses ke seluruh bagian

permukiman. Saluran drainase yang ada di lingkungan ermukiman masyarakat mengikuti arah

jaringan jalan. Dari segi ukuran dan kondisi saluran drainase telah memenuhi standar layak

huni. karna ukuran yang sesuai standar dan berada pada ketinggian lahan yang sesuai maka

daerah permukiman pasca relokasi tidak pernah mengalami banjr atau tidak ada genangan saat

musim hujan. Untuk prasarana persampahan di lingkungan masyarakat dikatakan masih

kurang dalam pengelolaan persampahan, hal tersebut dikarenakan hanya tersedia tempat

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 85

sampah pribadi di masing-masing rumah lalu masyarakat harus membuang sendiri ke TPS terdekat karena tidak ada pengangkutan sampah di lingkungan permukiman mayarakat. Ada beberapa masyarakat yang tidak membuang sampahnya ke TPS terdekat, masyarakat membuang sampah di lahan kosong atau pinggir sungai dekat rumah lalu dibakar. Hal tersebut menimbulkan ada beberapa titik penumpukan sampah di lingkungan permukiman masyarakat, sehingga menimbulkan bau disekitar penumpukan sampah tersebut.

Standar sarana pendidikan yang ada di lingkungan permukiman pasca relokasi dilihat dari segi jarak jangkauan terhadap sarana. Untuk sarana pendidikan TK, SD, dan SMA telah memenuhi standar jarak yang ada. Hanya saja sarana pendidikan SMP yang masih jauh untuk di jangkau oleh masyarakat. Untuk sarana perdagangan dan peribadatan seluruh permukiman pasca relokasi telah terjangkau dengan baik, sehingga masyarakat mudah untuk menjangkau sarana tersebut. Sarana kesehatan yang ada di lingkungan permukiman masyarakat dikatakan telah memenuhi standar jarak yang ada. Masyarakat dengan mudah menjangkau dan memenuhi kebutuhan akan sarana kesehatan. Pada permukiman pasca relokasi, kondisi ruang terbuka yang berupa taman sangat minim. Sebagian besar wilayah permukiman tidak memiliki taman. Sedangkan untuk menjangkau ruang terbuka berupa taman atau lapangan memerlukan jarak yang cukup jauh, kondisi tersebut tidak sesuai dengan standar permukiman layak huni dimana sebaiknya tersedia taman dengan radius 100-400m yang terletak di tengah permukiman.

Utilitas permukiman dilihat dari jaringan listrik serta air bersih yang ada di masing-

masing rumah masyarakat. Untuk jaringan listrik pada permukiman pasca relokasi disediakan

pasokan listrik dengan daya sebesar 450Va disetiap rumah. Namun masyarakat ada yang

menambahkan daya listrik sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Air bersih yang ada di

permukiman pasca relokasi di katakan sudah memenuhi standar layak huni. Setiap rumah

mendapatkan air bersih yang bersumber dari PDAM dengan kondisi yang mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa potensi untuk memacu kinerja petani dalam mengusahakan lahannya yang tidak produktif menjadi produktif adalah adanya, niat, akhlaq, ilmu dan pengamalan ke

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan umat muslim pada khususnya, Bank Syari’ah perlu memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk memenuhi

"Implementasi Dakwah Islam Melalui Seni Musik Islami Studi Deskriptif Pada Grup Nasyid EdCoustic." TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education 2.1 2015 Malihatin, Hanik,

Kegiatan pengumpulan bukti audit diperoleh dari hasil wawancara dan hasil check list dengan Bagian IT dan karyawan yang berhubungan dengan sistem informasi persediaan, serta

Salah satu upaya yang diberikan yakni melakukan pembuatan dan penenggelaman fish shelter (Rumah Ikan) di Perairan Pantai Rebo salah satunya di Karang Melantut yang

model pembelajaran problem solving sebagai salah satu model pembelajaran alternatif dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, (2) hasil penelitian ini dapat menjadi acuan

Karena transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aset, liabilitas, saham atau instrumen kepemilikan

Bangli pada umumnya merupakan kombinasi pegunungan yang tinggi dan lembah yang curam sedemikian rupa sehingga sebagian besar kelas lereng (di antara 40-80°) tidak layak untuk