• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus digunakan untuk public

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus digunakan untuk public"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu sumber pendapatan Negara adalah dari sektor pajak.

Pembangunan Nasional diarahkan untuk dapat mewujudkan perekonomian Negara yang mandiri dan maju untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara adil dan merata. Pajak memiliki peran yang sangat besar untuk kepentingan pembangunan dan pengeluaran Negara.

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus” digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment (Rochmat Soemitro dalam Resmi,2014).

Pajak mempunyai kontribusi yang cukup tinggi dalam penerimaan

negara nonmigas, pada beberapa tahun terakhir dapat dilihat penerimaan

dari sektor fiskal dapat mencapai lebih dari 70% dari keseluruhan total

penerimaan APBN (www.pajak.go.id). Pembiayaan belanja negara yang

semakin lama akan semakin bertambah besar sangat memerlukan

penerimaan negara yang besar berasal dari dalam Negeri tanpa harus

bergantung kepada bantuan dan pinjaman hutang luar Negeri. Hal ini

berarti bahwa semua pembelanjaan Negara harus dibiayai dari pendapatan

Negara itu sendiri yang salah satunya adalah dari sektor pajak dan

nonmigas lainnya, yaitu penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan

pajak atau nonmigas (Said dikutip Santi:2011).

(2)

Untuk meningkatkan penerimaan pendapatan Negara yang berasal dari sektor perpajakan dan nonmigas, Direktorat Jenderal Pajak melakukan upaya berbagai strategi untuk meningkatkan pemasukan pendapatan pajak, salah satunya adalah melakukan reformasi sistem perpajakan dari semula menggunakan sistem Official Assestment System menjadi Self Assesment System dimana wajib pajak dapat menghitung pajaknya sendiri. Official Assestment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur atau fiskus untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang yang harus dibayar setiap tahunnya oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang – undangan perpajakan yang berlaku.

Sedangkan penerapan sistem Self Assesment System, wajib pajak berkewajiban untuk bisa menghitung, membayar dan melaporkan sendiri berapa jumlah pajak terutang yang harus dibayar, walaupun berbeda dari sistem Official Assestment System penerapan Self Assestment System hutang pajak tersebut dalam praktiknya secara langsung tetap dalam pengawasan dari pihak pemerintah yaitu Direktorat Jenderal Pajak dalam bentuk pemeriksaan untuk menguji kebenaran perhitungan hutang pajak yang harus dibayar wajib pajak dalam melaksanakan kewajibanya.

Berbagai kebijakan dalam bentuk ekstensifikasi dan intensifikasi

telah dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka untuk dapat

meningkatkan penerimaan negara dari sektor fiskal. Kebijakan pemerintah

tersebut akan dapat mendorong masyarakat mau membayar pajak yang

akan berdampak pada masyarakat luas yang memiliki penghasilan, dunia

(3)

usaha, dan pihak-pihak lain sebagai pembayar/pemotong/pemungut pajak.

Apabila dilihat pada tabel 1.1 penerimaan Negara dari sektor pajak dapat dilihat dari lima tahun terakhir penerimaan pajak.

Tabel 1.1

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PAJAK Tahun 2010-2014

(dalam triliun rupiah )

Tahun Target Realisasi Persentase (%)

2010 743 723 97,3

2011 879 874 99,4

2012 1.016 981 96,4

2013 1.148 1.077 93,8

2014 1.246 1.143 91,7

Sumber : economy.okezone.com

Berdasarkan tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa masih kurangnya

target yang harus dicapai dari pendapatan penerimaan pajak yang tidak

mencapai target untuk memenuhi pendapatan Negara disektor fiskal atau

nonmigas. Pajak sering di pandang kurang baik oleh sebagian masyarakat

sebagai suatu yang tidak menguntungkan bahkan merugikan sehingga

wajib pajak cenderung untuk menghindari kewajiban membayar hutang

pajaknya (tax advoidance) atau bahkan melakukan manipulasi beban pajak

yang harus dibayarkan (tax evasion). Kecenderungan ini menyebabkan

(4)

dampak wajib pajak menjadi tidak patuh dalam membayar pajak dan kurangnya kesadaran dalam membayar pajak.

Kemauan untuk membayar pajak merupakan kewajiban yang dilaksanakan oleh setiap warga negara mengingat hasil dari pajak inilah yang digunakan untuk melakukan segala kegiatan penyelenggaraan pemerintahan baik dalam Negeri maupun luar Negeri demi kesejahteraan seluruh rakyat yang adil, membiayai berbagai pembangunan, perawatan, pendidikan, kesehatan dan segala fasilatas umum yang dapat digunakan oleh setiap warga Negara sehingga masyarakat mendapat pelayanan yang baik.

Berdasarkan data BPS (Biro Pusat Statistik) dan Direktorat Jenderal Pajak terdapat 240 juta penduduk Indonesia terdapat 110 juta orang pekerja. Dari 110 juta orang tersebut diasumsikan bahwa yang telah memiliki penghasilan diatas PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah sekitar 50 juta jiwa, tetapi ternyata yang membayar pajak baru 8,5 juta jiwa pekerja. Artinya, rasio SPT tahunan PPh Orang Pribadi terhadap total kelompok pekerja aktif adalah sebesar 7,73% atau rasio SPT tahunan PPh (Pajak Penghasilan) Orang Pribadi terhadap kelompok Orang yang melakukan pekerja bebas yang diasumsikan telah memiliki penghasilan diatas PTKP adalah sebesar 17% (Thomas Sumarsan,2012).

Sedangkan menurut sumber data World Bank menunjukan bahwa

populasi penduduk Indonesia berjumlah 246 juta jiwa ditahun 2012. Dari

jumlah tersebut minimal 61,5 juta jiwa, dinyatakan telah memenuhi syarat

(5)

sebagai wajib pajak. Namun kenyataanya, jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar dan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak berjumlah 23,22 juta jiwa dan yang melapor SPT 52,74% atau hanya sekitar 9,33 juta Wajib Pajak. Artinya dari jumlah diatas masih terdapat kurang lebih 38 juta jiwa penduduk Indonesia yang belum memiliki NPWP (www.pajak.go.id).

Permasalahan tingkat kepatuhan masyarakat di Indonesia masih sangat rendah sehingga menyebabkan penerimaan Negara belum sesuai dengan apa yang harapan oleh pemerintah padahal penerimaan pajak sangatlah dibutuhkan untuk kemajuan semua infrastruktur Negara, keadilan dan kesejahteraan Negara. Rendahnya tingkat pendidikan, pemahaman perpajakan yang dimiliki serta kesadaran masyarakat akan pentingnya untuk membayar pajak serta pelayanan fiskus yang kurang memuaskan mengakibatkan masyarakat lebih untuk tidak mau membayar pajak dan mengabaikan kewajiban dalam membayar pajaknya.

Selain itu terdapat banyak fenomena-fenomena kurang baik dan

kasus perpajakan belakangan yang menyebabkan wajib pajak Orang

Pribadi khawatir membayar pajak, kondisi tersebut dapat mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak membayar pajak sehingga alasan itu yang dijadikan

wajib pajak untuk tidak membayar pajaknya. Terlebih dari beberapa

sumber penelitian ilmiah terdahulu yang banyak telah diteliti mengenai

tingkat kepatuhan wajib pajak terdapat banyak ketidakkonsistenan,

diantaranya adalah dari beberapa jurnal ilmiah Evalin Yuanita Tologan

(6)

yang salah satu variabel independen Tingkat Pendidikan dan dependen kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dengan judul penelitian Pengaruh Sanksi, Motivasi Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas diteliti tahun 2015 memberikan kesimpulan tidak signifikan, variabel Tingkat Pendidikan tidak mempengaruhi variabel kepatuhan wajib pajak dari hasil yang telah disimpulkan. Sedangkan dari penelitian sebelumnya yang bervariabel Tingkat Pendidikan ditahun 2014 dengan variabel yang diujikan Eka Maryanti dengan judul penelitian Pengaruh Sanksi, Motivasi Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, menghasilkan hasil kesimpulan yang berbeda yaitu signifikan, Tingkat Pendidikan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Sehingga terdapat hasil yang memiliki ketidakkonsistenan dari penelitian sebelumnya.

Yang diteliti oleh I Gede Putu Pranadata dengan variabel salah

satunya adalah Pemahaman Wajib Pajak, dengan judul penelitian yang

diteliti adalah Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan

Perpajakan, Dan Pelayanan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas menghasilkan

kesimpulan tidak signifikan. Tahun 2013 lalu Siti Masruroh & Zulaikha

dengan variabel yang sama yaitu Pemahaman Wajib Pajak dengan judul

penelitian Pengaruh Kebermanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak,

Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

(7)

memberi kesimpulan akhir dari penelitiannya adalah Signifikan dimana variabel pemahaman wajib pajak tentang perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Sehingga dari dua variabel yang sama yaitu Pemahaman wajib pakan tentang perpajakan terdapat ketidakkonsistenan.

Di tahun 2015 Fitri Wildan telah melakukan penelitian yang sama tentang kepatuhan wajib pajak yang secara khusus meneliti pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi mendapat hasil kesimpulan tidak signifikan yang berarti tidak adanya pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Namun penelitian sebelumnya yang dilakukan Tryana A.M Tiraada di tahun 2013, mengenai kesadaran wajib pajak menghasilkan kesimpulan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh siginifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Terdapat ketidakkonsistenan dari penelitian terdahulu yang menghasilkan kesimpulan berbeda-beda.

Penelitian Internasional yang meneliti tentang kepatuhan wajib

pajak adalah Clifford G Machogu dengan judul penelitian The Effect Of

Taxpayer Education On Voluntary Tax Compliance Among Smes In

Mwanza City-Tanzania menghasilkan kesimpulan signifikan terhadap

penelitiannya yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi

yang melakukan pekerjaan bebas tersebut sehingga berdasarkan uraian dan

penjelasan diatas maka, penulis tergerak dan termotivasi untuk melakukan

penelitian ilmiah ulang kembali lebih lanjut tentang penelitian ilmiah

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas.

(8)

Dengan judul penelitian “PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN, DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang dan uraian penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi ?

2. Apakah pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi ? 3. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi ?

C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengkaji apakah pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi.

2. Untuk mengkaji apakah pengaruh pemahaman peraturan

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi.

(9)

3. Untuk mengkaji apakah pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi.

Kontribusi Penelitian

Kontribusi dalam penelitian adalah :

1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang positif kepada ilmu pengetahuan di bidang ilmu perpajakan.

2. Menambah pengetahuan dan pemahaman penulis sehubungan dengan pengaruh tingkat pendidikan, pemahaman, dan kesadaran wajib pajak Orang Pribadi.

3. Dapat memberikan kontribusi pemikiran dan sebagai bahan

masukan kepada Dirjen Pajak dalam hal-hal menyangkut

kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian skripsi yang berguna juga untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program Sarjana (S1) didapatlah

Agar hak dari warga binaan sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 22 ayat (2), Pasal 29 ayat (2), dan Pasal 36 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Berdasarkan data yang telah diperoleh, baik dari hasil penilaian proses pembelajaran maupun penilaian hasil belajar, maka dilakukan suatu analisis untuk membuktikan

Ibu yang pernah hamil dan melahirkan anak lebih dari tiga kali, maka kemungkinan akan banyak di temui keadaan kesehatan ibu akan terganggu seperti anemia yang

Dimensi sosial ekonomi, konflik antar nelayan dan persepsi masyarakat terhadap kelimpahan ikan diindikasikan memiliki sen- sitivitas tinggi terhadap keberlanjutan, se-

Dengan mengetahui manfaat Tolak Angin Cair sebagai imunostimulan yang dapat meningkatkan jumlah limfosit T dan kadar IFN-γ, serta mengetahui komposisi Tolak Angin Anak Cair yang

Hasil Uji Beda Rata-rata Biaya Produksi sebelum dan sesudah RSPO di Dolok Ilir, Pabatu dan Pulu Raja.. Paired