• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

32

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Analisis Keuangan

Metode analisis keuangan yang digunakan dalam pengukuran pngembalian investasi bisnis SPBG adalah sebagai berikut :

a. Sensitivity Analysis

Pada perhitungan sensitivity analysis, dilakukan perhitungan berapa banyaknya bis yang apabila dilakukan kerjasama dapat memperoleh keuntungan. Dalam metode ini sebenarnya ingin dilihat tingkat Break Even Point yang dilandaskan oleh perhitungan revenue maupun expenses dalam pengoperasian SPBG.

b. Jangka waktu pengembalian modal (Payback Period)

Proses perhitungan payback period disini mengacu pada laporan arus kas PT.PETROSS yang diproyeksikan selama 8 tahun kedepan, sehingga nantinya akan terlihat tingkat periode dalam pengembalian investasinya.

c. Net Present Value (NPV)

Pada proses perhitungan NPV landasannya adalah laporan arus kas PT.PETROSS yang diproyeksikan selama 8 tahun kedepan. Dalam laporan arus kas PT.PETROSS tersebut diperhitungkan besarnya nilai revenue Perusahaan dan juga biaya – biaya yang menjadi pengeluaran Perusahaan setiap tahunnya.

(2)

d. Profitability Index (PI)

Profitability Index dilakukan melalui proses pengukuran seberapa besar aliran kas yang berjalan selama delapan tahun dibandingkan dengan besarnya investasi SPBG. Perhitungan disini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat profit Perusahaan dalam menjalankan bisnis SPBG, dengan berlandaskan faktor pendapatan dan biaya pengeluaran Perusahaan.

e. Internal Rate of Return (IRR)

Perhitungan IRR adalah proses pengukuran untuk menentukan perbandingan tingkat pengembalian bisnis SPBG apakah lebih besar dari pada tingkat pengembalian yang diekspektasikan oleh pemegang saham.

Proses perhitungan IRR dilakukan dengan melakukan trial and error terhadap interest yang memberikan rentang terhadap kemungkinan tingkat pengembalian investasi SPBG.

3.1.1 Strategi Investasi

Strategi investasi dilaksanakan untuk pengadaan infrastrukture (aktiva tetap) dan modal kerja sehingga dapat menjamin kelancaran operasional perusahaan (misalnya produksi, distribusi dll). Adapun Investasi awal dilakukan dengan menggunakan dana yang berasal dari setoran pemegang saham. Investasi awal berupa tanah, bangunan, mesin mesin, untuk pembelian aktiva tetap perusahaan.

(3)

3.1.2 Strategi Modal Kerja

Strategi modal kerja dilaksanakan untuk menjamin likuiditas dan kelancaran kegiatan operational yang dilakukan PT PETROSS serta meminimalkan dana yang tidak produktif. Strategi modal kerja meliputi strategi pengelolaan kas, penjualan, pembelian bahan baku, dan persediaan.

Pada tahun awal, PT.PETROSS mendanai modal kerjanya dengan dana yang diperoleh dari setoran pemegang saham. Untuk tahun - tahun berikutnya, modal kerja akan didanai dari akumulasi keuntungan dari penjualan gas oleh PT.PETROSS.

Apabila kas tidak mencukupi untuk membiayai modal kerja tersebut maka akan dilakukan pinjaman jangka panjang untuk membiayai modal kerja tersebut.

Adapun kebijakan yang dikeluarkan sehubungan dengan modal kerja adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan Pengendalian Kas

Kebijakan pengendalian kas dilakukan untuk mencukupi kebutuhan pengeluaran pengeluaran yang berasal dari kas dan meminumkan dana kas yang tidak produktif.

Ketersediaan kas merupakan salah satu cara yang menunjukan bahwa suatu perusahaan berorientasi pada cash flow untuk masa datang.

Pengendalian kas antara lain meliputi penerimaan, pengeluaran, saldo awal dan saldo akhir, dengan perhitungan kebutuhan kas untuk satu bulan mendatang meliputi biaya marketing, administrasi, tenaga kerja, listrik, perawatan mesin dan biaya pendukung lainnya.

(4)

b. Kebijakan Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan persediaan bahan bakar gas dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pemasoknya.

Proses distribusi dilakukan dengan pembuatan saluran pipa langsung dari PGN menuju SPBG, dimana sebelum didistribusikan ke kendaraan dilakukan proses perubahan dari gas biasa menjadi gas jenis CNG (Compressed Natural Gas).

3.2

Analisis Bisnis

Untuk melihat kondisi internal Perusahaan, maka digunakan analisis SWOT, yang sifatnya untuk menggambarkan posisi Perusahaan pada saat ini. Sedangkan untuk kondisi eksternal Perusahaan digunakan analisis Porter Model.

3.2.1 Analisis SWOT

Agar perusahaan dapat terus eksis dan berkembang diperlukan strategi bisnis, adapun strategi yang digunakan dalam tesis ini menggunakan analisa SWOT sebagi strategi internal perusahaan.

Di dalam strategi SWOT dapat dijabarkan antara Strength dan Weaknesses merupakan faktor internal dari perusahaan tersebut sedangkan Opportunities dan threats berhubungan dengan faktor eksternal, kadang kala SWOT juga bisa disebut sebagai internal-eksternal analisis.

(5)

Strategi SWOT ini juga bisa digunakan untuk kompetitor dari perusahaan dimana kegunaannya adalah untuk memulai bagaimana dan dimana perusahaan tersebut dapat bersaing dengan kompetitor mereka. Adapun strategi SWOT yang dimiliki oleh PT. Petross sebagai perusahaan yang bergerak dibidang minyak dan gas bumi sebagai berikut:

a. Strengths

Kekuatan yang dimiliki oleh PT. Petross maksudnya adalah faktor internal yang menjadi kekuatan perusahaan sebagai fungsi daya saing terhadap pesaing bisnis mereka.

b. Weaknesses

Kelemahan yang ada di PT. Petross maksudnya adalah faktor internal yang merupakan kelemahan perusahaan terhadap pesaing bisnis mereka.

c. Opportunities

Kesempatan yang dimiliki oleh PT. Petross maksudnya adalah faktor eksternal yang menjadi kesempatan perusahaan untuk dapat mengembangkan bisnis mereka.

d. Threats

Ancaman yang ada bagi PT. Petross maksudnya adalah faktor eksternal yang dapat menjadikan ancaman bagi perusahaan dalam upaya untuk mengembangkan bisnis mereka.

(6)

3.2.2

Analisis Porter’s Model

Di dalam suatu bisnis faktor pesaing merupakan hal pokok yang harus diperhatikan, karena mereka secara tidak langsung mempengaruhi bisnis yang telah di jalankan.

Pada saat ini posisi PT. PETROSS merupakan pemain terbesar dalam bisnis BBG, dan pada saat ini mereka bekerjasama dengan pemerintah Kota Jakarta untuk memenuhi bahan bakar gas kendaraan umum BUSWAY.

Untuk mengetahui tingkat seberapa besar pengaruh pesaing terhadap PT.

PETROSS maka diperlukan analisa salah satunya adalah Porter’s Model. Dimana di dalam Porter’s Model akan diketahui seberapa besar posisi kita terhadap para pesaing dan bagaimana kita dapat bersaing dengan mereka.

Gambar 3.1 Porter’s Five Forces Model

Competitive Rivalry Within the Industry

Threat of New Entrants

Bargaining Power of Suppliers

Threat of Substitutes

Bargaining Power of Customers

(7)

Melihat penjelasan gambar di atas Michael Porter mengembangkan teknik untuk analisa industri dan kompetitor dari bisnis. Model dari Porter harus berdasarkan bahwa strategi dari korporasi tersebut memenuhi kesempatan dan ancaman dari lingkungan eksternal dari organisasi, sehingga kompetisi bisnis dapat terpetakan.

1. Bargaining power of suppliers

Istilah “suppliers” meliputi semua sumber pasokan yang dibutuhkan dalam menyediakan barang dan juga jasa.

Bargaining power dari supplier menjadi kuat ketika:

• Pasar didominasi oleh beberapa supplier-supplier besar

• Tidak ada produk pengganti (substitute product)

• Switching cost antara supplier tinggi 2. Bargaining power of customer

Bargaining power dari konsumen menentukan seberapa besar konsumen dapat memberikan tekanan terhadap margin dan volume.

Bargaining power dari konsumen menjadi kuat ketika:

• Mereka membeli dalam jumlah yang banyak

• Adanya produk pengganti (substitute product)

• Proses perubahan terhadap produk pengganti sangat mudah dan murah

• Sensivitas harga

• Konsumen dapat memproduksi sendiri produknya

• Produk bukanlah hal yang sangat “penting” bagi konsumen

(8)

3. Threats of new entrants

Kompetisi dari sebuah industri mudah akan naik, semudah bila ada pesaing baru yang bermunculan.

Ancaman dari munculnya pesaing baru sangat bergantung pada kuat lemahnya rintangan (barriers) untuk masuk. Umumnya adalah:

• Skala ekonomi

• Investasi yang tinggi dan fixed cost

• “Brand loyalti” dari pada konsumen

• Proteksi dari hak intelektual seperti hak paten, ijin, dll

• Kekurangan akan sumber daya

• Jalur distribusi yang telah terkontrol oleh pesaing terdahulu 4. Threats of substitute

Ancaman akan produk pengganti (substitute product) akan muncul bila tersedia produk alternatif dengan harga yang relatif lebih murah dengan performansi dan fungsi yang sama. Hal ini secara potensial dapat menarik proporsi jumlah pasar yang tersedia dan mengurangi jumlah penjualan dari pesaing terdahulu yang selama ini telah dikuasai.

Ancaman akan produk pengganti ditentukan oleh:

• “Brand loyalti” dari pada konsumen

• Customer relationship yang telah terjalin baik

• Harga dari produk alternatif

• Switching cost dari konsumen

(9)

5. Competitive Rivalry between existing players

Kekuatan ini menggambarkan intensitas dari kompetisi para pesaing terdahulu (existing players) dalam sebuah industri.

Kompetisi antara pemain lama akan menjadi kuat ketika:

• Banyak pemain dengan skala yang sama

• Pemain memiliki strategi yang sama

• Tidak adanya diferensiasi anatar pemain dengan produknya, sehingga terjadi persaingan harga

• Pertumbuhan pasar yang rendah

3.3

Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari data primer dan data sekunder, maksud dari data primer adalah data yang diambil dari perusahaan tersebut untuk dapat mengetahui tingkat kekuatan modal, keuangan dan lain-lain, sehingga untuk mengetahui seberapa besar kekuatan internal untuk dapat eksis di bisnis SPBG ini. Data primer ini diambil dari laporan keuangan dan data lainnya di dalam perusahaan yang mendukung dalam penulisan tesis.

Data sekunder adalah data yang diambil dari sumber lain di luar perusahaan, maksud dari pengambilan data sekunder adalah untuk mengetahui tingkat seberapa besar pengaruh bisnis ini untuk masyarakat dan mengetahui seberapa besar pengaruh dari pesaing kita di bisnis SPBG ini. Data sekunder diambil dari koran, majalah maupun buku-buku. Metode pengumpulan data berdasarkan:

(10)

1. Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian secara langsung pada objek penelitian dengan tujuan mendapatkan data yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian lapangan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:

• Wawancara

Melakukan wawancara dan tanya jawab secara langsung kepada kepala teknisi operasi yang bertanggung jawab pada Transportable SPBU yang dikelola PT.PETROSS untuk mengetahui data pengisian bahan bakar ke BUSSWAY, sebagai contoh dalam satu hari kapan saja dilakukan pengisian, berapa liter dalam sekali pengisian dan mempelajari mengenai antrian bis pada waktu pengisian.

Selain mewawancarai kepala teknisi operasi, dilakukan juga wawancara dengan manajer keuangan untuk mendapatkan biaya – biaya yang mendukung dalam proses pengimplementasikan SPBG, biaya – biaya tersebut meliputi biaya mesin peralatan, bangunan sipil, biaya pembelian gas dari PGN (Perusahaan Gas Negara), beserta juga biaya pendukung seperti perkiraan biaya gaji, listrik, marketing, perawatan mesin dan pendukung lainnya.

• Observasi

SPBG yang akan dibangun rencananya untuk menyediakan pengisian Bussway pada koridor 3 yang posisi pool penempatan SPBG nya terletak di rawa buaya. Untuk observasi dilakukan pengamatan secara langsung tempat atau daerah yang akan dibangun areal SPBG untuk

(11)

busway sehingga dapat diketahui kelayakan tempat tersebut untuk areal SPBG.

Untuk letak SPBG sebaiknya pada suatu area tersendiri, sehingga bebas dari hal – hal yang dapat merugikan. Maksudnya disini adalah mengingat bahwa bahan bakar jenis apapun memilki tingkat bahaya kebakaran, dimana indikasinya berupa penyebaran api maupun dampak fisik kebakaran.

2. Penelitian kepustakaan (Library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan studi kepustakaan yang didapat dari kumpulan buku-buku untuk mendapatakan teori-teori atau konsep-konsep dasar yang relevan guna mendukung penelitian.

Gambar

Gambar 3.1 Porter’s Five Forces Model

Referensi

Dokumen terkait

Data Primer digunakan untuk menghitung debit terukur, sedangkan data sekunder digunakan untuk menyelidiki keakuratan metode regionalisasi serta menghitung debit

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi keteraturan waktu belajar siswa dirumah sedangkan data sekunder yang digunakan adalah prestasi belajar

Data sekunder ini digunakan data pelengkap data primer, yang digunakan untuk memperoleh data tentang hubungan konsep diri dengan penyesuaian diri di Panti Asuhan Darul

Jenis dan teknik pengumpulan data yang diambil dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. 1) Data primer adalah data yang diambil langsung dari lokasi

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden sedangkan data sekunder merupakan data yang berkaitan

Semua informasi yang didapatkan baik itu dari pengumpulan data primer maupun pengumpulan data sekunder, nantinya akan digunakan dalam proses perhitungan dan

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.. dan data

Data sekunder (data penunjang) yang digunakan Peneliti sebagai pelengkap data primer ialah kajian pustaka, yang diambil dari berbagai sumber (seperti