• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Kajian Teori

1. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan pendidikan. Ada dua unsur yang menjadi fokus materi pembelajaran IPS yang penting untuk jenjang SD/MI, yakni fakta (peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak.Ada dua bahan kajian IPS, yaitu 1) bahan kajian pengetahuan social, mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan, 2) bahan kajian sejarah, meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hingga masa kini.

Dengan demikian pembelajaran IPS Sekolah Dasar adalah proses interaksi pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa) sekolah dasar mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia untuk meningkatkan kemampuan siswa melalui proses belajar.

b. Kedudukan Mata Pelajaran IPS dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Karakteristik mata pelajaran Pengetahuan Sosial itu antara lain (Depdiknas, 2003 : 3):

1) Merupakan perpaduan antara sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan

2) Berasal dari struktur keilmuan sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan. Dari kelima struktur keilmuan itu kemudian dirumuskan materi kajian untuk pengetahuan sosial

(2)

3) Menyangkut masalah sosial dan tema-tema yang dikembangkan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. Interdisipliner maksudnya melibatkan disiplin ilmu ekonomi, geografi dan sejarah.

Multidisipliner artinya materi kajian itu mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat.

4) Menyangkut peristiwa dan perubahan masyarakat masa lalu dengan prinsip sebab akibat dan kronologis, masalah sosial, isu-isu global, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, serta upaya perjuangan untuk perjuangan hidup, termasuk pemenuhan kebutuhan untuk mencapai kemakmuran serta sistem berbangsa dan bernegara.

c. Tujuan

Menurut Awan Mutakin yang dikutip BSNP (2006: 5) tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari- hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

(3)

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

d. Ruang lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran pengetahuan sosial meliputi : 1) sistem sosial dan budaya, 2) manusia, tempat dan lingkungan, 3) perilaku ekonomi dan kesejahteraan, 4) waktu, keberlanjutan dan perubahan (Depdiknas, 2003: 2). Sedangkan dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 ruang lingkup Mapel IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Manusia, tempat, dan lingkungan 2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3) Sistem sosial dan budaya

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan e. Standar Kompetensi Bahan Kajian

1) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem sosial dan budaya dan menerapkannya untuk:

a) Mengembangkan sikap kritis dan situasi sosial yang timbul sebagai akibat perbedaan yang ada di masyarakat.

b) Menentukan sikap terhadap proses perkembangan dan perubahan sosial budaya

c) Menghargai keanekaragaman sosial budaya dalam masyarakat multikultur

2) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem sosial dan budaya dan menerapkannya untuk:

(4)

a) Menganalisis proses kejadian, interaksi dan saling ketergantungan antara gejala alam dan kehidupan di muka bumi dalam dimensi ruang dan waktu.

b) Terampil dalam memperoleh, mengolah, dan menyajikan informasi geografis.

3) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem sosial dan budaya dan menerapkannya untuk :

a) Berperilaku yang rasional dan manusiawi dalam memanfaatkan sumber daya ekonomi.

b) Menumbuhkan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan.

c) Menganalisis sistem informasi keuangan lembaga-lembaga ekonomi.

d) Terampil dalam praktik usaha ekonomi sendiri.

4) Kemampuan memahami fakta, konsep, dan generalisasi tentang waktu, keberlanjutan dan perubahan serta menerapkannya untuk:

a) Menganalisis keterkaitan antara manusia, waktu, tempat dan kejadian.

b) Merekonstruksi masa lalu, memaknai masa kini, dan memprediksi masa depan.

c) Menghargai berbagai perbedaan serta keragaman sosial, kultural, agama, etnis, dan politik dalam masyarakat dari pengalaman belajar peristiwa sejarah.

f. Karakteristik

Karakteristik mata pelajaran IPS oleh BSNP (2006: 4) dinyatakan antara lain sebagai berikut:

1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan soiologi, yang dikemas

(5)

sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.

g. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Standar kompetensi mata pelajaran adalah kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran pengetahuan sosial, antara lain:

1) Kemampuan memahami: (1) proses pembentukan kepribadian manusia, (2) unsur-unsur usaha berekonomi, (3) perubahan unsur- unsur fisik muka bumi, dan (4) perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu Budha dan Islam sampai abad ke-18.

2) Kemampuan memahami: (1) bentuk-bentuk hubungan antar kelompok sosial, (2) pelaku-pelaku ekonomi dalam kegiatan ekonomi masyarakat, (3) dinamika perubahan kependudukan dan pembangunan berwawasan lingkungan di Indonesia, dan (4) perjalanan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Barat sampai dengan persiapan kemerdekaan Indonesia.

3) Kemampuan memahami: (1) perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan sosial-budaya, (2) keunggulan komparatif dan kompetitif

(6)

dalam perdagangan internasional serta dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, (3) keterkaitan unsur-unsur sosial dan fisik di negara maju dan berkembang, dan (4) perjalanan bangsa Indonesia dari masa kemerdekaan sampai dengan Orde Baru.

2. Belajar

Wina Sanjaya (2006: 110) mengungkapkan “belajar itu adalah suatu proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan,baik latihan didalam laboraturim maupun dalam lingkungan sekitar. “Oemar Hamalik (2004: 36) mendefinisikan belajar sebagai suatu pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2006: 108 ) bahwa belajar adalah suatu proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal itu berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupanya, manusia akan selalu dihadapkan masalah atau tujuan yang ingin dicapainya.

Melalui kemampuan belajar, manusia akan dapat memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir hayatnya. R Gagne dalam Slameto (2003: 13) memberikan dua definisi mengenai belajar :

1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan ,ketrampilan,kebiasaan dan tingkah laku.

2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh melalui interaksi.

Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Konstruktivisme merupakan suatu pandangan bagaimana seseorang belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan

(7)

terhadap benda-benda di sekitarnya yang direfleksikan melalui pengalamannya (Indrawati dan Wawan, 2009: 9).

Peran penting guru dalam pembelajaran konstruktivisme adalah scaffolding dan coaching. Scaffolding adalah memberikan dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah peserta didik mampu memecahkan problem dari tugas yang dihadapi.

Coaching adalah proses memotivasi peserta didik menganalisis performanya dan membentuk feedback atau umpan balik tentang kinerja mereka. Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pengembangan dalam pembelajaran kontruktivisme adalah:

1. Prior Knowledge /previos Experience

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar adalah apa yang telah diketahui oleh peserta didik. Konstruksi pengetahuan tidak berangkat dari ’’pikiran kosong”. (blank mind), peserta didik harus memiliki pengetahuan apa yang hendak diketahui. Pengetahuan ini disebut pengetahuan awal/ dasar (prior Knowledge).

2. Conceptual - Change Process

Proses perubahan konseptual merupakan proses pemikiran yang terjadi pada peserta didik ketika peta konsep yang dimilikinya dihadapkan dengan situasi kondisi nyata.

Konstruksi pengetahuan membutuhkan kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, kemampuan membandingkan, kemampuan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan serta kemampuan lebih menyukai satu dari pada yang lain.

3. Model Pembelajaran

Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, Bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan

(8)

model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Para ahli dalam menyusun model-model pengajaran berdasarkan prinsip Joyce dan Well (Moedjono dan Dimyati, 1991: 109) berpendapat bahwa model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (Suatu rencana pelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pengajaran, membimbing pengajaran di kelas atau yang lain.

Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman (2004: 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4. Model Pembelajaran Make a Match.

Pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan model pembelajaran aktif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mengutamakan kerjasama dan kecepatan diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(9)

Model pembelajaran ini memiliki ciri-ciri yaitu untuk mentutaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok atau bersama siswa lain.Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran (Depdiknas:

2005) mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review.Sebaiknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

b) Setiap siswa mendapat satu buah kartu. Tiap siswa memikirkan jawaban/

soal dari kartu yang dipegangnya.

c) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawaban).

d) Setiap siswa yang dapat mencocokkan hasilnya sebelum batas waktu diberi point dan applause.

e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda sebelumnya.

f) Demikian seterusnya.

g) Mengambil kesimpulan.

h) Penutup.

Metode pembelajaran make a match merupakan strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian materi barupun tetap bisa diajarkan menggunakan model pembelajaran make a match, dengan catatan pesrta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan (Hisyam Zain, 2008: 32)

Berdasarkan proses belajar mengajar, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu jawaban dan kartu soal. Dengan metode mencari kartu ini, siswa dapat mengindentifikasi permasalahan yang terdapat didalam kartu yang ditemukan dan menceritakan dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.

5. Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

(10)

Menurut Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 41), “Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar”. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru dan mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung.

“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana 1990: 22). Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses pembelajaran.

Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan definisi – definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dialami peserta didik mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan motorik yang diakibatkan dari suatu proses pengalaman belajarnya.

B. Penelitian Yang Relevan

Endrawati (2014: 13-18) Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Model Pembelajaran Make a Match dalam Jurnal Widya Sari Salatiga vol. 16 No. 2 Mei 2014 membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran Make a Match bidang IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Sedangkan Sediansih (2014: 13-18) Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Model Pembelajaran Cooperatif Learning dalam Jurnal Widya Sari Salatiga vol. 15 No. 1 Januari 2013 membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran Cooperatif Learning bidang IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dalam penggunaan model pembelajaran Cooperatif Learning, terdapat juga unsur-unsur model pembelajaran Make a Match

(11)

Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

Penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan kemampuan penguasaan materi pelajaran.

Dengan optimalisasi penggunaan model pembelajaran Make a Match bidang IPS ternyata mampu mengarahkan perhatian siswa terhadap pembelajaran dan sebagai akumulasi tindakan tercermin pada peningkatan hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Dalam mengajarkan pelajaran IPS terutama materi Menghargai berbagai peninggalan dan sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Dibutuhkan konsep dasar teori yang tepat dalam menyampaikan pelajaran tersebut. Konsep dasar teori yang dipilih harus sesuai dan cocok serta harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, terutama dalam penyampaian materi IPS. Sebab dalam pelajaran IPS mempelajari ilmu sosial dan pemasyarakatan kegiatan ekonomi di Indonesia. Dalam penerapan model Make a Match proses pembelajaran mempunyai keunggulan dan dipastikan dapat meningkatkan hasil belajar, keunggulanya; siswa bekerjasama dalam mencatat tujuan dengan menjunjung norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama, aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok, interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Pembelajaran model Make a Match siswa sangat dilibatkan dalam proses pembelajaran, siswa lebih mudah menemukan dan memahami materi-materi yang dianggap sulit apabila mereka saling bekerjasama dengan temanya untuk menyelesaikan masalah. Melalui kerjasama akan terjalin rasa kebersamaan, komunikasi, mereka saling berbagi pengetahuan yang dimiliki mereka masing- masing sehingga terjadi pemahaman yang sama dalam persoalan-persoalan yang mereka diskusikan. Ini akan membawa dampak pada peningkatan keaktifan dan hasil belajar.

(12)

Alur Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Make a Match Pada Pembelajaran IPS

Pembelajaran menggunakan metode konvensional

a. Guru dominan

menggunakan ceramah dan penghafalan

b. Teacher centered c. Kurang mengaktifkan

kooperatif siswa

a. Siswa jenuh dalam pembelajaran b. Siswa kurang fokus

dalam pembelajaran c. Keaktifan hanya

ditunjukan sebagian siswa Keaktifan dan

hasil belajar IPS siswa di bawah

KKM >70

Diterapkan model pembelajaran Make a Match

Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan kondisi awal mencapai kondisi akhir yang di inginkan, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang direncanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

a. Penyampaian tujuan dan motivasi b. Membentuk kelompok

c. Presentasi dari guru

d. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) e. Kuis (evaluasi)

f. Penghargaan prestasi tim

g. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran

Kegiatan pembelajaran lebih bermakna

Keaktifan dan hasil belajar IPS siswa kelas V meningkat diatas KKM >70

Siswa lebih aktif dalam pembelajaran

(13)

Dari skema kerangka berfikir terlihat bahwa pada awalnya guru dalam mengajar mata pelajaran sejarah belum menggunakan model pembelajaran make a match. Berdasarkan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam mempelajari sejarah masih rendah. Siswa belum mampu memahami pelajaran sejarah dengan baik. Siswa juga belum berpartisipasi aktif selama mengikuti proses belajar mengajar.

Penerapan model pembelajaran make a match dalam penelitian ini,merupakan salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus menjadikan siswa lebih berpartisipasi aktif selama mengikuti proses belajar mengajar. Dengan model pembelajaran ini siswa akan lebih tertarik dengan mata pelajaran IPS, tidak merasa bosan dan jenuh serta keinginan untuk mempelajari mata pelajaran sejarah akan semakin tinggi sehingga prestasi siswa meningkat.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran make a match hasil belajar sejarah siswa Kelas V SD Koripan Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada mata pelajaran IPS Semester 2 Tahun 2015-2016 dapat meningkat.

D. Hipotesa Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : Hasil belajar siswa kelas V SD Koripan 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang pada mata pelajaran IPS Semester 2 Tahun 2015-2016 dapat meningkat, melalui penerapan model pembelajaran make a match.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Adanya globalisasi ini kemudian merubah ruang lingkup dari perdagangan serta bisnis dari internasional itu sendiri dimana awalnya firma tradisional yang

Untuk memulai sebuah sesi Simulink, anda perlu membuka Matlab terlebih dahulu, setelah Matlab Command dalam kondisi aktif, anda ketikkan >>Simulink Sebagai alternative

Peran nyata Indonesia pada masa Orde Baru dalam menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara yang sesuai dengan tujuan didirikannya

 Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru mengenai cara menggunakan rumus untuk menghitung luas permukaan kubus, balok, prisma

Dengan penelitian deskriptif ini diharapkankesesuaian komponen lembar kerja siswa (LKS) pola 5M bermuatan nilai kreatif dalam pembuatan alat penjernih air dapat digambarkan

Agar sistem proteksi dapat bekerja dalam tiga konfigurasi yang berbeda, yaitu saat hanya terhubung Microgrid saja ( Islanding ), saat terhubung grid saja dan

Pekerjaan balok dan plat lantai dilakukan pengukuran di lapangan bersamaan dengan persiapan bekisting dan persiapan tulangan dan dilakukan pabrikasi, kemudian hasil