• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI KABUPATEN BATUBARA KECAMATAN LIMAPULUH TAHUN 2018 OLEH : FRISCA AGUSTITIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERILAKU PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI KABUPATEN BATUBARA KECAMATAN LIMAPULUH TAHUN 2018 OLEH : FRISCA AGUSTITIN"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI KABUPATEN BATUBARA KECAMATAN LIMAPULUH

TAHUN 2018

OLEH :

FRISCA AGUSTITIN 170906017

Dosen Pembimbing : Dr. Tonny P. Situmorang, M.si

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(2)
(3)
(4)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia yang tak henti-hentinya beliau berikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul : PERILAKU PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI KABUPATEN BATUBARA KECAMATAN LIMAPULUH TAHUN 2018. Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama masa penyelesaian skripsi ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil, bantuan, bimbingan serta kritik dan saran selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

 Allah SWT, atas nikmat kesehatan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

 Mama,Ibu Rio Rita Manurung yang dengan tulus memberikan kasih dan sayang yang begitu besar dalam kehidupan penulis. Penulis sangat bersyukur lahir dan tumbuh dalam genggaman mama Terimakasih sebanyak2nya buat mama kU tercinta terkasih dan tersayang atas semua jasa dan kebaikan mu, pengorbanan mu, perjuangan yg mama berikan kepadaku. karna mama aku ada di titik yg sekarang. Mama org yg hebat yg bisa membuat ku menyelesaikan studi S1 ku, tanpa mama aku bukan apa2 sekali lagi aku ucapkan terimakasih love you more mom.

 Kakak dan adik-adik ku Ajeng Okta, senja Aprilia lestari, Erlia deswanti, riski rigo, novelia putri penulis mengucapkan terima kasih banyak untuk motivasi, semangat dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

 Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

(5)

ii

 Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

 Bapak Indra Fauzan. S HI. M.Soc. Sc, Ph,D selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

 Bapak Dr. Tonny P. Situmorang, M.si, Si selaku dosen pembimbing skripsi yang sudah banyak membantu, memberikan arahan, kritik, saran serta waktu.

Sekali lagi, penulis sangat berterima-kasih banyak atas ilmu yang bapak berikan selama proses pengerjaan skripsi ini.

 Bapak Prof. Heri Kusmanto, MA., Ph.D selaku Dosen Penasihat Akademik penulis selama menjalankan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

 Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih banyak atas bekal ilmu yang kalian berikan selama perkuliahan penulis di Program Studi Ilmu Politik ini.

 Staf/Pegawai Program Studi Ilmu Politik, Pak Burhan dan Bang Andrizal yang telah banyak membantu penulis untuk mengurus segala administrasi penulis dari awal hingga akhir perkuliahan dengan baik.

 Terimakasih buat orang yg sepesial firman Wendy martuah Siagian amd.

Yang sama2 ikut berjuang, yang selalu ada dalam susah dan senang , memotivasi, mendukung, memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi penulis,

 Terima kasih juga untuk rekan sejawat penulis (Private Class) ,Nurhasanna, Opi Purnama Sari, Annisa Khairani Siregar, Silvana Lubis, Amrida Ningci Siregar, Sawali Daini, dan Nadia Anwar. Terima kasih untuk suka, duka dan drama yang mewarnai hari-hari kita beberapa tahun ini, terima kasih banyak telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semangat dan sehat selalu untuk kita.

 Terimakasih buat sahabat ku Atika Ramadhani menyemangati penulis untuk terus berusaha dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Terimakasih buat kim jordan davano hutabalian yang selalu memberikan kecerian, yg membuatku jadi lebih tidak terasa capek dalam menyelesaikan skripsi penulis.

(6)

iii

 Terimakasih buat teman bermain Penulis Ecak dan Wina

 Terima kasih juga untuk seluruh teman-teman Ilmu Politik 2017 atas kebersamaan dan tantangan yang kita lalui bersama di setiap semesternya, serta terima kasih juga untuk semua orang yang selalu mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Last but not least, terima kasih untuk tubuh dan mental yang sudah bertahan dan berjuang sampai ketitik ini. Terima kasih sudah berusaha dengan baik. Perjalanan masih panjang! Tetap sehat, kuat dan bahagia.

(7)

iv

(8)

v UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FRISCA AGUSTITIN 170906017

Perilaku Pemilih Pemula Dlam Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kbupaten Batubara Kecamatan Limapuluh Tahun 2018

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan Perilaku Pemilih Pemula Dlam Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kbupaten Batubara Kecamatan Limapuluh Tahun 2018 dimana pemilih pemula adalah pemilih yang ikut andil menentukan pemimpin di daerah tertentu. Perilaku pemilih pemula menjadi indikator kualitas demokrasi secara substansial pada saat ini dan masa akan datang. Karena kondisinya masih labil dan mudah diberikan wawasan politik dan demokrasi secara benar baik dari suprastruktur politik maupun infrastruktur politik. Maka pemilih pemula masih terbuka menjadi pemilih yang cerdas dan kritis dalam menentukan pemimpin di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif yang dimana penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah yang sering digunakan dan dilaksanakan oleh sekelompok peneliti dalam bidang ilmu sosial. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis Perilaku Pemilih Pemula Dlam Pemilihan Umum Kepala Daerah Di Kbupaten Batubara Kecamatan Limapuluh Tahun 2018. Untuk melihat perilaku pemilih pemula ada beberapa pendekatan yaitu pendekatan sosiologis, psikologi sosial, dan pilihan rasional. Dalam pemilihan kepala daerah pada tahun 2018 di Kabupaten Batubara, Kecamatan Limapuluh peran pemilih pemula menjadi point penting guna menigkatkan partisipasi atau kesadaran politik bagi kaum milenial.

Pemilih pemula menjadi incaran para kontestan pemilahan kepala daerah. Baik dari partai politik maupun personal oleh karena nya peran pemilih pemula dalam pilkada sangat berpengaruh dalam berjalannya sistem politik dan lainnya dalam satu daerah terkhusus pada Kabupaten Batubara.

Kata Kunci : Pilkada, Partisipasi, Pemilih Pemula

(9)

vi UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE POLITICAL SCIENCE STUDY PROGRAM

FRISCA AGUSTITIN 170906017

The Behavior of Beginner Voters in the General Election of Regional Heads in Batubara Regency, Limapuluh Subdistrict in 2018

ABSTRACT

This study tries to describe the behavior of novice voters in the Regional Head General Election in Batubara Regency, Limapuluh District in 2018 where novice voters are voters who take part in determining leaders in certain areas.

The behavior of novice voters becomes an indicator of the quality of democracy substantially at present and in the future. Because the condition is still unstable and it is easy to give correct political and democratic insight, both from the political superstructure and political infrastructure. So novice voters are still open to being smart and critical voters in determining leaders in Indonesia. The research method used is a qualitative research approach where qualitative research is a scientific method that is often used and carried out by a group of researchers in the social sciences. This study was conducted with the aim of analyzing the behavior of novice voters in the Regional Head General Election in Batubara District, Limapuluh District, 2018. To see the behavior of novice voters, there are several approaches, namely sociological approaches, social psychology, and rational choice. In the 2018 regional head election in Batubara District, Limapuluh Subdistrict, the role of novice voters became an important point to increase participation or political awareness for millennials. Beginner voters are the target of regional head selection contestants. Both from political parties and personally, therefore, the role of novice voters in the regional elections is very influential in the running of the political system and others in one area, especially in Batubara Regency.

Keywords: Pilkada, Participation, Beginner Voters

(10)

vii DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 BatasanMasalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian... 8

1.5 Manfaat Penelitian... 8

1.6 Studi Terdahulu ... 9

1.7 Kerangka Teori dan Konsep ... 11

1.7.1 Partisipasi Politik ... 11

1.7.2 Perilaku Politik ... 16

1.7.3 Perilaku Pemilih ... 21

1.8 Metodologi Penelitian ... 24

1.8.1 Jenis Penelitian ... 24

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data ... 25

1.8.3 Teknik Analisis Data ... 29

1.9 Sistematika Penelitian ... 30

BAB II GAMBARAN UMUM ... 31

2.1. Sejarah Kabupaten Batubara ... 34

2.1.1 Karakteristik Geografis Batubara ... 36

2.1.2 Demografi kabupaten batubara ... 33

2.2. Lambang dan Motto Batubara ... 39

2.2.1 Visi Misi dan Organisasi Perangkat Daerah Batubara ... 39

2.3 Kepala daerah dari masa ke masa ... 42

BAB III PEMBAHASAN ... 45

3.1 Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Limapuluh Kota Tahun 2018 ... 45

3.2 Kecenderungan perilaku pemilih pemula di kecamatan Limapuluh dalam menjatuhkan pilihannya kepada seorang calon atau kandidat tertentu pada pemiliha umum kepala daerah kabupaten batubara tahun 2018 ... 54

3.2.1 Alasan yang menghambat pemilih pemula dalam memilih ... 58

(11)

viii

BAB IV PENUTUP ... 60 4.1 Kesimpulan ... 61 4.2 Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN DOKUMENTASI

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Informan Peneliti ... 28

Tabel 2.1 Luas Wilayah per Kecamatan di Kabupaten Batu BaraTahun 2012... 35

Tabel 2.1.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Batubara 20154-2019 ... 36

Tabel 2.1.3 Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Persebaran Penduduk Tahun 2018 ... 38

Tabel 2.3 Nama-nama Kepala Daerah ... 42

Tabel 2.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Daerah Kota/Perdesaan Tiap KecamatanTahun 2012 ... 43

Tabel 2.3.2 Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Pilkada Tahun 2018 ... 44

Tabel 3.1 Umur Responden... 46

Tabel 3.1.1. Jumlah Pemilih Pemula di Kabupaten Batubata Tahun 2018 ... 47

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

2.1. Kabupaten Batubara ... 33 2.2. Gambar atau Lambang Batubara ... 39

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang berazas dari rakyat (secara langsung atau perwakilan) oleh rakyat (dilaksanakan oleh rakyat) dan untuk rakyat (segala kebijakannya dibuat atas dasar kepentingan rakyat).

Pemilihan umum (Pemilu) sebagai sarana pelaksanaan demokrasi harus dilaksanakan secara demokratis. sehingga memberikan peluang bagi semi partai yang terlibat untuk berkompetisi sehat dan jujur. Pemilihan Umum di Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955 dengan sistem proporsional yang berlangsung dalam suasana demokratis. Adanya pemilu pada tahun 1955 diawali dengan adanya partai politik. Usai kemerdekaan, banyak partai politik dibentuk oleh para pemimpin politik Indonesia menyusul dikeluarkannya maklumat yang di sahkan oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta pada tanggal 3 November 19451.

Pemilu (pemilihan umum) merupakan salah satu sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis, dimana dalam hal ini demokrasi berarti warga negara diberikan kesempatan untuk memilih calon-calon pemimpin yang akan menjadi wakil rakyat. Pemilu menandai adanya keterlibatan rakyat secara aktif dalam menentukan arah pemerintahan melalui wakil-wakil rakyat di daerah selama satu periode pemerintahan.

Sejalan dengan itu lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 menghendaki lebih terjaminnya pelaksanaan demokrasi di daerah serta peningkatan kesejahteraan

1 www.e-bookspdf.org, “Isi Maklumat Presiden Tanggal 3 November 1945”, http://www.E-

Bookspdf.Org/Download/Isi-Maklumat-Presiden-Tanggal-3-November-1945.Html (diakses pada 21 Maret 2021 pukul 15.38 WIB

(15)

2

masyarakat di daerah, yang dimana sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal ini menandakan bahwa daerah diberikan ruang yang luas untuk dapat mengembangkan daerahnya sesuai dengan potensi dan aspirasi yang dimiliki masyarakat daerah yang bersangkutan, oleh sebab itu pemilihan kepala daerah merupakan hal yang penting untuk terpilihnya kepala daerah yang sesuai dengan pilihan dan harapan masyarakat.

Pilkada langsung di Indonesia dilaksanakan sejak Juni 2005. Pelaksanaan pilkada langsung tersebut sebelumnya didahului keberhasilan pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden pada tahun 2004. Penyelenggaraan pilkada langsung termaktub di dalam Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan UU hasil revisi atas UU No. 22 Tahun 1999 mengenai substansi yang sama.2

Pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) ini dinilai sebagai perwujudan pengembalian hak-hak dasar masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekrutmen pimpinan daerah mendinamisir kehidupan demokrasi di tingkat lokal. Demokrasi di tingkat lokal mulai mekar pada tahun 2005 untuk pertama kalinya dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia digelar pemilihan umum kepala daerah secara langsung, baik

2 Syamsuddin Haris.2005. “Kebijakan dan Strategi Pilkada Peluang dan Tantangan Menuju Konsolidasi Demokrasi”, dalam Djohermansyah Djohan dan Made Suwandi (Ed), Pilkada Langsung: Pemikiran dan Peraturan, Jakarta: IIP Press. hlm. 57.

(16)

3

gubernur dan wakilnya, maupun bupati dan wakilnya atau walikota dan wakilnya.3

Pemilihan kepala daerah langsung merupakan kerja keras dalam demokrasi. Dalam gal ini banyak hal yang menjadi konsekuensi dalam menggelar pemilihan kepala daerah secara langsung yang antara lain banyak menguras energi, waktu, pikiran dan lainnya. Keberhasilan pemilukada sangat tergantung pada sikap kritisisme dan rasionalitas rakyat

Pemilih dalam pemilu memiliki syarat untuk memilih menurut undang- undang Nomor 8 pasal 19 Tahun 2012 tentang pemilihan umum disebutkan bahwa warga negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, sudah/belum pernah kawin mempunyai hak memilih dan berdasarkan pada regulasi undang-undang yang ada. Dalam hal pemilih pemula sendiri memiliki rentang usia 17-21 tahun, yang dimana mereka baru pertama kali mempergunakan hak pilihnya pada pemilukada tersebut.

Pemilih pemula sering kali dianggap tidak memiliki pengalaman memilih (voting) pada pemilu sebelumnya. Namun ketiadaan pengalaman bukan berarti mencerminkan keterbatasan menyalurkan aspirasi politik, mereka tetap melaksanakan hak pilihnya ditempat pemungutan suara. Dalam hal ini pemilih pemula memiliki karakteristik yang biasanya masih labil dan apatis, pengetahuan politiknya kurang, cenderung mengikuti kelompok sepermainan dan mereka baru belajar politik khususnya dalam pemilihan umum. Ruang-ruang tempat di mana

3 Agussalim Andi Gadjong,Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum.Bogor: Ghalia Indonesia, 2007, hal.161

(17)

4

mereka belajar politik biasanya tidak jauh dari ruang yang dianggap memberikan rasa kenyamanan dalam diri mereka4

Adapun ruang-ruang bagi pemilih pemula dalam memperoleh pendidikan politik tersebut yaitu pertama, ruang keluarga. Di dalam lingkungan keluarga mereka belajar berdemokrasi pertama kali, faktor keluarga sangat mempengaruhi cara pandang mengenai seluk-beluk kehidupan yang ada di sekitarnya, termasuk pendidikan politik diperoleh pertamakali dari ruang keluarga. Keluarga mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi secara emosional, sehingga faktor dari orang tua bisa membentuk perilaku pemilih mereka.

Kedua, Pengaruh teman sebaya atau sepermainan menjadi faktor yang patut dipertimbangkan, karena faktor eksternal ini bisa mempengaruhi informasi dan pendidikan politik. Teman sebaya dipercaya tidak hanya bisa mempengaruhi persepsi dan tindakan positif tetapi juga mempengaruhi persepsi dan tindakan negatif. Sehingga kecenderungan perilaku politiknya berpotensi homogen dengan perilaku politik teman dekatnya. Ketiga, media massa. Media massa terutama televisi mampu menyajikan sumber informasi politik kepada khalayaknya secara efektif dan efisien, dalam hal ini para remaja atau pemilih pemula dalam sehari bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan televisi, (meskipun tidak selalu menonton program yang berkaitan dengan politik).

Pengetahuan politik pemilih pemula sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kelompok pemilih lainnya. Perilaku pemilih masih erat dengan faktor sosiologis dan psikologis dalam menjatuhkan pilihan politiknya jika ditinjau dari studi voting behaviors. Namun yang membedakan pemilih pemula dan kelompok

4 Pratiwi, N. V. (2017). Perilaku Politik Pemilih Pemula Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2015 Di Kecamatan Mowila. Xw, 2(1).

(18)

5

lainnya adalah soal pengalaman politik mereka dalam menghadapi pemilu.

Preferensi yang dijadikan sandaran dalam melakukan pemilihan cenderung tidak stabil atau mudah berubah-rubah sesuai dengan informasi atau preferensi yang melingkarinya.

Hal ini penting karena pemilih pemula adalah pemilih yang ikut andil menentukan pemimpin di daerah tertentu. Perilaku pemilih pemula menjadi indikator kualitas demokrasi secara substansial pada saat ini dan masa akan datang. Karena kondisinya masih labil dan mudah diberikan wawasan politik dan demokrasi secara benar baik dari suprastruktur politik maupun infrastruktur politik, Maka pemilih pemula masih terbuka menjadi pemilih yang cerdas dan kritis dalam menentukan pemimpin di Indonesia.

Selain itu juga menurut Suhartono karakteristik pemilih pemula memiliki nilai-nilai kultur yang cenderung santai, memimpikan kebebasan, pencarian kesenangan serta pengidentifikasian diri pada hal-hal informal. Karakteristik seperti ini ditambah kondisi psikologis yang labil, memudahkan pemilih pemula digiring pada pragmatisme (dan transaksionalisme) maupun sektarian politik5.

Hal itu penting karena pemilih pemula adalah pemilih yang ikut andil menentukan pemimpin di daerah tertentu. Perilaku pemilih pemula menjadi indikator kualitas demokrasi secara substansial pada saat ini dan masa akan datang. Karena kondisinya masih labil dan mudah diberikan wawasan politik dan demokrasi secara benar baik dari suprastruktur politik maupun infrastruktur politik. Maka pemilih pemula masih terbuka menjadi pemilih yang cerdas dan kritis dalam menentukan pemimpin di Indonesia.

5 Suhartono, (2009). Tingkat kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada: Suatu Refleksi School-Based democracy Education: Studi Kasus Pilkada Provinsi Banten Jawa Barat. Hasil Penelitian, Pascasarjana UPI, 2009. pp. 6

(19)

6

Untuk melihat perilaku pemilih pemula ada beberapa pendekatan yang dilihat menurut Dennis Kavanagh dalam Mukti melalui buku-nya yang berjudul Political Science and Political Behavior,6 menyatakan terdapat tiga model untuk menganalisis perilaku pemilih, yakni pendekatan sosiologis, psikologi sosial, dan pilihan rasional.

Indonesia yang menganut sistem desentralisasi yang dimaknai dengan menyerahkan urusan pemerintah pusat kepada daerah melalui wakil perangkat pusat yang ada didaerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri misalnya dalam hal pemilihan kepala daerah. Salah satu daerah yang melaksanakan pilkada atau pemilihan kepala daerah ialah kabupaten Batubara yang terletak di Sumatera.

Pemilhan kepala daerah ini dilakukan setiap 5 tahun sekali, pemilihan kepala daerah di Batubara yakni memilih Bupati dan wakil bupati periode 2018-2023 setiap pasangan calon yang ingin maju dalam pertarungan pilkada harus memenuhi persyaratan minimal 20% kursi DPRD atau 7 kursi dari total dari 35 kursi atau 255 suara sah. Pada pemilukada yang dilaksanakan pada 2018 di-ikuti oleh 4 pasangan calon antara lain :

1. RM Haryy Nugraha dan Muhammad Syafii yang diusung oleh partai Nasdem, PAN, PKS, Hanura.

2. Darwis dan Janmat Sembiring yang diusung oleh partai Demokrat, PKPI.

3. Zahir dan Oky Iqbal Prima yang diusung oleh partai PBB, PPP, Gerindra, PDIP.

4. Khairil Anwar dan Sofyan Alwi calon Independen.7

6 Denis Kavanagh, 1983 Political Science and Political Behaviour (London: Allen and Unwin,) hlm 45

7 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_Bupati_Batu_Bara_2018 diakses pada Tanggal 25 September 2021Pukul 19:01 WIB

(20)

7

Dalam pemilihan kepala daerah pada tahun 2018 di Kabupaten Batubara, Kecamatan Limapuluh peran pemilih pemula menjadi point penting guna menigkatkan partisipasi atau kesadaran politik bagi kaum milenial atau pemilih pemula dengan kata lain partsipasi pemilih pemula tersebut bisa menjadi regenarasi politik bagi kaum muda. Pemilih pemula ini menjadi incaran para kontestan pemilahan kepala daerah. Baik dari partai politik maupun personal.

Oleh karena nya peran pemilih pemula dalam pilkada sangat berpengaruh dalam berjalannya sistem politik dan lainnya dalam satu daerah terkhusus pada Kabupaten Batubara. Maka dalam hal ini kesadaran pemuda atau pemilih pemula untuk ikut berkontribusi dalam mencapai keberasilan pilkada sangat diperlukan.8 Dalam penelitian ini ada alasan yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yaitu dalam hal ini penulis melihat bahwa tingkat pemilih khususnya pemilih pemula di kabupaten batubara sangat signifikan. Karena hal tersebut penulis menjadi tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang perilaku politik pemilih pemula itu sendiri. Dengan memperhatikan latarbelakang tersebut penulis dalam hal ini tergerak untuk mengkaji lebih dalam dan memfokuskan pada perilaku politik pemilih pemula pada pemilihan Kepala daerah tahun 2018 di Kabupaten Batubara Kecamatan Limapuluh. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul “ Perilaku Pemilih Pemula Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Batubara Di Kecamatan Limapuluh Kota tahun 2018"

8 https://kpu-tanjungpinangkota.com/2020/08/partisipasi-pemilih-pemula-atau-pemilih-muda-dalam-pilkada/

Diakses pada 25 September 2021 Pukul 19:04 Wib.

(21)

8 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu "Bagaimana Perilaku Pemilih Pemula Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Batubara Di Kecamatan Limapuluh Kota tahun 2018"

1.3 Batasan Masalah

Dalam membuat penelitian ini, peneliti memerlukan Batasan-batasan masalah berguna untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup mengenai hal- hal apa saja dari masalah yang akan diteliti agar masalah yang diangkat tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini hanya menjelaskan bagaimana Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Limapuluh Pada Pemilukada Kabupaten Batubara Tahun 2018

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah "Untuk menjelaskan bagaimana Perilaku Pemilih Pemula Kecamatan Limapuluh Kota tahun 2015".

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pengetahuan bahwa ilmu politik merupakan ilmu yang bersifat terbuka dan dinamis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah sumbangsih pemikiran mengenai informasi tentang Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Limapuluh Pada Pemilukada Kabupaten Batubara Tahun 2018

(22)

9

2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi para akademisi serta sebagai media informasi bagi perkembangan Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu membuat pembaca lebih mengetahui bagaimana Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Limapuluh Pada Pemilukada Kabupaten Batubara Tahun 2018

4. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat membangun kerangka berfikir terkait Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Limapuluh Pada Pemilukada Kabupaten Batubara Tahun 2018dan menciptakan karya tulis untuk mencapai gelar sarjana.

1.6 Studi Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.

penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Penelitian yang dilakukan oleh Basuki Rachmat dan Esther (2016) berjudul perilaku pemilih pemula dalam pilkada serentak di kecamatan Ciomas Kabupaten Serang tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pemilih pemula di Kecamatan Ciomas pada pemilukada Kabupaten Serang tahun 2015.

(23)

10

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pemilih pemula Kecamatan Ciomas pada pemilukada Kabupaten Serang tahun 2015 menunjukkan perilaku pemilih yang sosiologis, dimana pemilih pemula yang manjatuhkan pilihannya kepada seseorang dipengaruhi latar belakang dari lingkungan sosial mereka.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Renciansyah (2015) berjudul Perilaku Pemilih Pemula dalam pemilihan umum di Kecamatan Siantan Tengah Kabupaten Kepuluan Anambas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku pemilih pemula di Kecamatan Siantan Tengah Kabuaten Kepuluan Anambas dalam memberikan hak suaranya pada pemilihan umum legislatif tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemilih pemula di Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Kepulauan Anambas masih menampak perilakunya dalam menentukan pilihan masih tergolong dalam tipe pemilih menurut kebiasaan, yaitu pemilih berdasarkan mengikuti anggota kelompok terutama anggota keluarga, dan sangat puas dengan pilihan keluarganya9.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Raoda Nur (2015) berjudul perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan presiden dan wakil presiden di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang

9 Renciansyah, “Pemilih Pemula dalam pemilihan umum di Kecamatan Siantan Tengah KabupatenKepuluanAnambas”, di akses di

http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/gravity_forms/1ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2015/08/j urnal-renci.pdf diakses pada 5/07/21 pukul 15.37

(24)

11

Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan deskriptif kualitatif. Dari hasil peneitian menunjukkan bahwa pemilih pemula dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan presiden dan wakil presiden masih kurang karena kesadaran mereka akan pentingnya dalam melakukan pemilihan, mengikuti pilihan orangtua menjadi alasan utama dalam memilih, rasa kagum yang dimiliki kandidat menjadi alasan dalam memilih dan tidak rasional dalam menggunakan hak suara yang dimiliki.10

1.7 Teori dan Konsep 1.7.1 Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah salah satu aspek penting suatu demokrasi.

Partisipasi politik merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya keputusan politik yang di buat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga negara, maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik.

Menurut Miriam Budiardjo11 Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencangkup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum,

10 Raoda Nur, “Perilaku politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilihan presiden 2014 di Desa Kanaungan Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep”, tersedia di

https://www.researchgate.net/publication/318978457_PERILAKU_POLITIK_PEMILIH_PEMULA_DALA M_PELAKSANAAN_PEMILIHAN_PRESIDEN_2014_DI_DESA_KANAUNGAN_KECAMATAN_LAB AKKANG_KABUPATEN_PANGKEP diakses pada 5/10/21 pukul 22.58 WIB.

11 Miriam Budiardjo. 2010. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Edisi revisi. Gramedia.Pustaka Utama Jakarta. Hlm.

483

(25)

12

menghadapi rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct actionnya, dan sebagainya.

Menurut Ramlan Surbakti12 menyebutkan dua variabel penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang. Pertama, aspek kesadaran politik terhadap pemerintah (sistem politik). Yang dimaksud dalam kesadaran politik adalah kesadaran hak dan kewajiban warga negara. Misalnya hak politik, hak ekonomi, hak perlindungan hukum, kewajiban ekonomi, kewajiban sosial dan lain-lain. Kedua, menyangkut bagaimana penilaian serta apresiasi terhadap kebijakan pemerintah dan pelaksanaan pemerintahnya.

Menurut Hutington dan Nelson yang dikutip oleh Cholisin (2007: 151) adalah kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah.

.Partisipasi politik merupakan suatu aktivitas tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Ramlan Surbakti (1992:140) menyebutkan dua variable penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik seseorang.

Pertama, aspek kesadaran politik terhadap pemerintah (sistem politik).

Yang dimaksud dalam kesadaran politik adalah kesadaran hak dan kewajiban warga negara. Misalnya hak politik, hak ekonomi, hak perlindungan hukum, kewajiban ekonomi, kewajiban sosial dll.

Kedua, menyangkut bagaimana penilaian serta apresiasi terhadap kebijakan pemerintah dan pelaksanaan pemerintahnya. Selain itu ada faktor yang berdiri sendiri (bukan variable independen). Artinya bahwa rendah kedua faktor

12 Ramlan Surbakti. 2007.Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia. Hlm. 140

(26)

13

itu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti status sosial, afiliasi politik orang tua, dan pengalaman beroganisasi. Yang dimaksud status sosial yaitu kedudukan seseorang berdasarkan keturunan, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.

Selanjutnya status ekonomi yaitu kedudukan seseorang dalam lapisan masyarakat, berdasarkan pemilikan kekayaan. Seseorang yang mempunyai status sosial dan ekonomi tinggi diperkirakan tidak hanya mempunyai pengetahuan politik, akan tetapi memiliki minat serta perhatian pada politik dan kepercayaan terhadap pemerintah13.

Selanjutnya menurut Myron Weimer partisipasi politik di pengaruhi oleh beberapa hal, seperti yang dikutip oleh Mohtar Mas’oed dan Collin MacAndrews14sebagai berikut :

1. Modernisasi, Modernisasi disegala bidang akan berimplikasi pada komensialisme pertanian, industrial, meningkatkan arus urbanisasi, peningkatan kemampuan baca tulis, perbaikan pendidikan dan pengembangan media massa atau media komunikasi secara luas.

2. Terjadi perubahan struktur kelas sosial , Terjadinya perubahan kelas struktur kelas baru itu sebagai akibat dari terbentuknya kelas menengah dan pekerja baru yang meluas era industralisasi dan modernisasi.

3. Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi massa modern, Ide-ide baru seperti nasionalisme, liberalisme, membangkitkan tuntuntan- tuntutan untuk berpartisipasi dalam pengambilan suara.

13 Ibid. Hlm 144

14 Mohtar Mas'oed, C. M. 2011. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

(27)

14

4. Adanya konflik diantara pemimpin-pemimpin politik, Pemimpin politik yang bersaing merebutkan kekuasaan sering kali untuk mencapai kemenangannya dilakukan dengan cara mencari dukungan massa.

Perilaku memilih bukan hanya ditentukan oleh pemilih sebagaimana disebutkan oleh ketiga pendekatan di atas, tetapi dalam banyak hal justru ditentukan oleh tekanan kelompok, intimidasi, dan paksaan dari kelompok atau pemimpin tertentu. Huntington dan Nelson15 menjelaskan mengenai spektrum partisipasi politik tersebut. Menurut mereka, ada dua jenis partisipasi politik yang bergerak pada satu garis spektrum yaitu:

1) Partisipasi Otonom

Partisipasi otonom adalah jenis partisipasi yang diharapkan oleh setiap masyarakat. Pada jenis ini, keterlibatan masyarakat dalam memberikan masukan mengenai ide dan konsep tentang suatu hal pada pemerinah, mendirikan partai politik, menjadi kelompok penekan bagi pemerintah, memberikan haknya pada pemilihan umum, dan sebagainya.

2) Partisipasi Mobilisasi.

Partisipasi yang dimobilisasi lebih mengedepankan dukungan masyarakat terhadap pelaksanakan atau program, baik politik, ekonomi, maupun sosial.

Artinya, dalam partisipasi yang dimobilisasi manipulasi dan tekanan dari pihak lain sangat signifikan terhadap partisipasi individu atau kelompok.

Dalam bahasa Loekman Soetrisno disebutkan, “kemauaan rakyat untuk mendukung secara mutlak program-program pemerintah yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh pemerintah.” Karena partisipasi politik memiliki

15 Makalah-tentang-partisipasi-politik.html (http://udin-note.blogspot.com/2013/09/ diakses pada 14 maret 2021)

(28)

15

sifat spektrum, justifikasi, bahwa ada dua kubu yang saling bertentangan adalah tidak benar pengertian yang tepat dalam konteks tersebut bahwa masyarakat lebih efektif apabila diperintah dengan cara dimobilisasi, tetapi pada saat lain, masyarakat akan lebih sinergis apabila diberi otonomi secara luas ini artinya, partisipasi otonom bisa berbalik secara derastis menuju partisipasi yang dimobilisasi.

Masyarakat yang memandang kelompok atau publik lebih penting daripada definisi situasi yang diberikan oleh individu cenderung mempersukar individu untuk membuat keputusan yang berbeda ataupun bertentangan dengan pendapat kelompok atau Negara tersebut. Oleh karena itu, perilaku memilih di beberapa Negara berkembang harus pula ditelaah dari segi pengaruh kepemimpinan terhadap pilihan pemilih.16 Kepemimpinan yang dimaksud berupa kepemimpinan tradisional (kepala adat dan kepala suku), religious (pemimpin agama), patron-klien (tuan tanah-buruh penggarap), dan birokratik-otoriter (para pejabat pemerintah, polisi, dan militer). Pengaruh para pemimpin ini tidak selalu berupa persuasi, tetapi acap kali berupa manipulasi, intimidasi, dan ancamam paksaan.

Menurut Mas‟oed dan MacAndrews (2000:225) partisipasi politik masyarakat secara umum dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk sebagai berikut:

a. Electroral activity, yaitu segala bentuk kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pemilihan. Termasuk dalam kategori ini adalah ikut serta dalam memberikan sumbangan untuk kampanye, menjadi

16 Ramlan Surbakti 2010. Memahami Ilmu Politik. Grasindo, Jakarta. Hal 188

(29)

16

sukarelawan dalam kegiatan kampanye, ikut mengambil bagian dalam kampanye atau rally politik sebuah partai, mengajak seseorang untuk mendukung dan memilih sebuah partai atau calon pemimpin, memberikan suara dalam pemilihan, mengawasi pemberian dan penghitungan suara, menilai calon-calon yang diajukan dan lain-lainnya.

b. Lobbying, yaitu tindakan dari seseorang atau sekelompok orang untuk menghubungi pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan untuk mempengaruhinya menyangkut masalah tertentu.

c. Organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat ke dalam organisasi sosial dan politik, apakah ia sebagai pemimpin, aktivis, atau sebagai anggota biasa.

d. Contacting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan secara langsung pejabat pemerintah atau tokoh politik, baik dilakukan secara individu maupun kelompok orang yang kecil jumlahnya. Biasanya, dengan bentuk partisipasi seperti ini akan mendatangkan manfaat bagi yang orang yang melakukannya.

e. Violance, yaitu dengan cara-cara kekerasan untuk mempengaruhi pemerintah, yaitu dengan cara kekerasan, pengacauan dan pengrusakan.

1.7.2 Teori Perilaku Politik

Pemilih adalah semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan memberikan suaranya kepada kontestan bersangkutan. Dinyatakan sebagai pemilih dalam pilkada yaitu mereka yang telah terdaftar sebagai peserta pemilih oleh petugas pendata peserta pemilih. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konsituen maupun masyarakat pada

(30)

17

umumnya. Konstiuen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanfestasikan dalam institusi politik sebagai partai politik dan seorang pemimpin.

Perilaku pemilih dapat ditujukan dalam memberikan suara dan menentukan siapa yang akan dipilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam pemilukada. Pemberian suara atau “voting” secara umum dapat diartikan sebagai: “sebuah proses dimana seseorang anggota dalam suatu kelompok menyatakan pendapatnya dan ikut menentukan plihannya diantara anggota kelompok seorang pejabat maupun keptusan yang diambil”. Pemeberian suara dalam pemilukada diwujudkan dengan memberikan suara pada pasangan calon kandidat17.

Adapun perilaku pemilih menurut Surbakti adalah aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih di dalam suatu pemilihan umum (pilkada secara langsung). Bila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu”. Adapun bentuk-bentuk perilaku pemilih yang dimaksud disini adalah antara lain keikutsertaan masyarakat dalam kampanye, keikutsertaan masyarakat dalam partai politik dan juga puncaknya keikutsertaan masyarakat dalam pemungutan suara (vote), Sebagai komunikasi politik:

Kampanye merupakan kegiatan penting yang dilakukan dalam ajang kontestasi politik. Tujuan kampanye politik itu adalah untuk memobilisasi dukungan terhadap suatu hal atau seorang kandidat. Kampanye merupakan cara

17 Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia

(31)

18

mempengaruhi orang lain agar ia memiliki wawasan, sikap, dan perilaku sesuai dengan kehendak atau keinginan pemberi informasi18 . Salah satu variabel penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat partisipasi politik seseorang, adalah kesadaran politik.

Dalam hal ini kampanye diarahkan pada penciptaan kondisi yang memungkinkan terbangunnya kepercayaan dan pertanggungjawaban terhadap program-program yang ditawarkan calon. Sebagai pendidikan politik, kampanye merupakan salah satu bentuk dari peilaku pemilih. Sehingga adapun peran dan fungsi partai politik mengandung penguatan rasionalitas dan kritisisme pemilih.

Melalui kampanye kita dapat melihat, apakah memang masyarakat ikut andil dalam pelaksanaan kampanye tersebut karena dengan ikut di dalam pelaksanaan.

Keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi kepada calon pemimpin jagoannya. Begitu juga sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan suaranya kalau mereka menganggap bahwa sebuah partai atau calon pemimpin tidak loyal serta tidak konsisten dengan janji dan harapan yang telah mereka berikan.

Perilaku pemilih juga sarat dengan ideologi antara pemilih dengan partai politik atau konsestan pemilu. Masing-masing kontestan membawa ideologi yang saling berinteraksi. Selama periode kampanye pemilu, muncul kristalisasi dan pengelompokkan antara ideologi yang dibawa kontestan. Masyarakat akan mengelompokkan dirinya kepada kontestan yang memiliki ideologi sama dengan

18 Diakses dalam https://www.theindonesianinstitute.com/kampanye-pilpres-2019-dan-partisipasi- masyarakat/ pada tanggal 12/09/21 pukul 12:45 WIB

(32)

19

yang mereka anut sekaligus juga menjauhkan diri dari ideologi yang berseberangan dengan mereka.19

Di dalam mengambil keputusannya, maka masyarakat diperkirakan mempunyai tolok ukur yang tradisional yang meliputi 3 aspek penting, yakni:

(1) Identitas partai, dimana semakin solid dan mapan suatu partai maka akan memperoleh dukungan yang mantap dari pendukungnya. Sebaliknya kondisi partai politik yang buruk akan mengakibatkan berkurangnya dukungan terhadap partai politik yang bersangkutan. Begitu pula dalam pemilukada, dimana pasangan kepala daerah dan wakil kepala daeah yang di dukung oleh partai politik yang solid dan mapan akan mendapatkan dukungan dari pendukung dan simpatisan partai tersebut, Kemampuan partai dalam menjual isu kampanye, partai yang Hegemoni biasanya menjual isu-isu kemapanan dan keberhasilan yang telah mereka raih. Partai-partai politik baru bisanya menjual isu-isu “menarik” dan partai politik tersebut, biasanya dianggap

“bersih” terutama dari nuansa money politics;

(2) Penampilan kandidat, Dimana performa kandidat sangat menentukan keberhasilan kandidat. Perilaku pemilih dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yakni :

1. Pendekatan Sosiologis;

2. Pendekatan Psikologis dan;

3. Pendekatan Rasional.

Namun dalam penelitian ini saya menggunakan pendekatan sosiologis, yang dimana pendekatan ini pada dasarnya menekankan peranan-peranan faktor-faktor

19 Ibid

(33)

20

sosiologis dalam membentuk sebuah perilaku politik seseorang ataupun kelompok masyarakat, pendekatan ini menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial itu mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Karakter dan pengelompokan sosial berdasarkan umur (tua-muda), jenis kelamin (laki-perempuan), agama, status-sosial, ekonomi, aspek geografis dan lain sebagainya.

Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologis (terutama konsep sosialisasi dan sikap) untuk menjelaskan perilaku memilih seseorang. Aliran yang menggunakan pendekatan sosiologis dalam menganalisis voting behavior ini menyatakan bahwa preferensi politik termasuk preferesi pemberian suara di kotak pemilihan seeorang merupakan produk dari karaktersitik sosial ekonomi di mana dia berada seperti profesi, kelas sosial, agama.

Dalam analisis tentang suatu hubungan atau pengaruh, yaitu antara lain pendidikan, pekerjaan, pendapatan, atau kekayaan. Gerald Pomper memperinci pengaruh pengelompokan sosial dalam kajian voting behavior ke dalam dua variabel yaitu predisposisi (kecenderungan) sosial ekonomi pemilih dan keluarga pemilih Sosialisasi politik yang diterima seseorang pada masa kecil sangat mempengaruhi pilihan politik mereka, terutama pada saat pertama kali menentukan pilihan politik. Apakah preferensi politik ayah atau ibu berpengaruh pada preferensi politik anak, sedangkan predisposisi sosial ekonomi berupa agama dianut, tempat tinggal, kelas sosial, karakteristik demografis dan sebagainya.

Dalam studi-studi perilaku pemilih di negara-negara demokrasi, agama merupakan faktor sosiologis paling kuat dalam mempengaruhi sikap pilihan terhadap partai-partai politik. . Hubungan antara agama dengan perilaku pemilih

(34)

21

sangat mempengaruhi dimana nilai-nilai agama selalu hadir di dalam kehidupan privat dan public dianggap berpengaruh terhadap kehidupan politik dan pribadi para pemilih, hal ini biasanya berhubungan dengan status ekonomi seseorang.

Affan Gaffar menunjukkan bahwa pengaruh kelas dalam perilaku pemilih di Indonesia tidak begitu dominan. Dalam studi-studi perilaku pemilih di negara- negara demokrasi, agama tetap merupakan faktor sosiologis yang sangat kuat dalam mempengaruhi sikap pemilih terjadap partai politik atau kandidat. Dalam hal ini agama diukur dari afiliasi pemilih terhadap agama tertentu seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.

1.7.3 Perilaku Pemilih

Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok. Perilaku pemilih menurut Ramlan Subakti adalah aktivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote) didalam suatu pemilihan umum. Apabila voters memutuskan untuk memilih (to vote) maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu.20

Terkait dengan hal tersebut, Nursal menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih.21

a. Social Imagery atau Citra Sosial, citra social adalah citra kandidat atau partai dalam pikiran pemilih mengenai “berada” di dalam kelompok sosial mana

20Ramlan Subakti.Partai, Pemilih & Demokrasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta 1997. hlm.170

21Adman Nursal. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

2004. Hlm.72

(35)

22

atau tergolong sebagai apa sebuah partai atau kandidat politik. Dengan kata lain, dalam hal ini pemilih pemula tentu saja akan memilih Kandidat yang memiliki stata social yang tinggi atau berasal dari golongan terpandang dan mempunyai citra yang baik.

b. Identifikasi Partai, Identifikasi partai yakni proses panjang sosialisasi kemudian membentuk ikatan yang kuat dengan partai politik atau organisasi kemasyarakatan yang lainnya. Dengan identifikasi partai, seolah-olah semua pemilih relative mempunyai pilihan yang tetap.

c. Emotional Feeling (Perasaan Emosional), Emotional feeling adalah dimensi emosional yang terpancar dari sebuah kontestan atau kandidat yang ditunjukkan oleh policy politik yang ditawarkan. Merupakan sebuah keterikatan emosi kepada kandidat, karena memiliki karisma sehingga orang mudah percaya.

d. Candidate Personality (Citra Kandidat), Candidat personality mengacu pada sifat-sifat pribadi yang penting yang dianggap sebagai karakter kandidat.

Beberapa sifat yang merupakan candidate personality adalah artikulatif, welas asih, stabil, energik, jujur, tegar, dan sebagainya. Kepribadian kendidat juga mempengaruhi eleksibilitas pemilihnya.

e. Isu dan Kebijakan Politik, Komponen issues and policies mempresentasikan kebijakan atau program yang di janjikan oleh partai atau kandidat politik jika menang Pemilu. Dapat dikatakan merupakan janji kandidat jika terpilih kelak.

Hal ini menjadi senjata ampuh untuk menarik perhatian bagi pemilu pemula.

f. Current Events (Peristiwa Mutakhir), Current events mengacu pada himpunan peristiwa, isu, dan kebijakan yang berkembang menjelang dan

(36)

23

selama kampanye. Current events meliputi masalah domestik dan masalah luar negeri. Masalah domestik misalnya tingkat inflasi, prediksi ekonomi, gerakan separatis, ancaman keamanan, merajalelanya korupsi, dan sebagainya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung kepada para pemilih. Seperti halnya tingkat kepedulian kandidat terhadap kondisi terkini, apakah dia hanya akan diam saja atau ikut turun serta di ke lapangan.

g. Personal Events (Peristiwa Personal), Personal events mengacu pada kehidupan pribadi dan peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh seorang kandidat, misalnya skandal seksual, skandal bisnis, menjadi korban rezim tertentu, menjadi tokoh pada perjuangan tertentu, ikut berperang mempertahankan tanah air, dan sebagainya. Seorang kandidat yang memiliki latar belakang kehidupan yang baik akan sangat diminati karena figure seorang pemimpin dapat di lihat dari kehidupan pribadinya itu sendiri.

h. Pemimpin berjiwa leadership (pemimpin), Seorang pemimpin yang baik haruslah memiliki jiwa seorang pemimpin. Maksud disini adalah jiwa yang memiliki ketegasan dan responsive yang baik. Jangan sampai seorang pemimpin hanya menunggu dalam memecahkan permasalahan umat, akan lebih baik kalau seorang pemimpin memiliki inisiatif untuk melakukan sesuatu tindakan atau ikhtiar yang berguna bagi masyarakat luas. Karena Yang terpenting bagi seorang pemimpin bukan memaksa anggotanya menaati kepada perintahnya, tapi membuat paham apa yang terbaik yang harus dilakukannya dengan penuh kesadaran. Yang demikianlah merupakan pemikiran-pemikiran yang inisiatif dari seorang pemimpin.

(37)

24

i. Pemimpin bijaksana, Seorang pemimpin haruslah bijaksana dalam hal membuat policy atau kebijakan yang akan diterapkan bagi masyarakat.

Pemimpin yang bijaksana adalah pemimpin yang dalam membuat suatu kebijakan dengan tujuan kepentingan dan kebaikan bersama.

j. Pemimpin berakhlak mulia, Seorang pemimpin yang baik haruslah memiliki akhlak yang mulia, akhlak terpuji. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang memiliki pribadi yang unggul. Pribadi yang unggul adalah kejujuran, disiplin, dan moral yang baik. Kekuatan seorang pemimpin sejati adalah kemampuan mengendalikan diri. Bagaimana mungkin memimpin orang lain dengan baik, bila memimpin diri tak sanggup. Maka amat sangatlah penting bagi seorang pemimpin memiliki akhlak mulia.

k. Pemimpin yang bertanggung jawab, Tanggung jawab merupakan salah satu faktor terpenting dari figur seorang pemimpin yang akan memimpin suatu negara ataupun daerah.

1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis,dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas masala yang sedang diteliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu22.

22 Sugiyono.2011.Metode Penelitian Kuantitatifdan R&D.Bandung:Alfabeta. hlm.2

(38)

25

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.. Menurut Bodgan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamati23. Tipe ini bersifat deskriptif, dimana kegunaannya memberikan penjelasan yang mendalam agar dapat memahami situasi spesifik yang sedang dipelajari dari sudut pandang secara utuh dan menyeluruh.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik,dimana penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasi, ataupun perspektif yang lain24. Penelitian ini juga menggunakan pola penggambaran keadaan fakta empiris disertai argumen yang relevan. Kemudian, hasil uraian tersebut dilanjutkan dengan analisis untuk menarik kesimpulan yang bersifat analitik. Tipe penelitian deskriptif-analitik dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi yang relevan dengan masalah yang diteliti.

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal teknik pengumpulan data penulis mendapatkan sampel data melalui Snowball sampling, Snowball sampling yakni teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, makin lama semakin besar, hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data sedikit itu diperkirakan belum mampu memberikan data yang lengkap. Teknik ini digunakan untuk mencari

23 Lexy J.Moleong.2002.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.hlm.4

24 Suharsimi Arikunto.2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:Rineka Cipta.hlm.206

(39)

26

informan secara terus menerus dari satu informan ke informan yang lain sehingga data yang diperoleh dianggap telah jenuh atau jika data tidak berkembangan lagi.

Peneliti dalam memperoleh data dan informasi tersebut, maka dibutuhkan suatu teknik dalam mengumpulkannya. Adapun teknik pengumpulan data yang telah diaplikasikan meliputi :

1) Observasi

Observasi adalah “Pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal yang diamati”.25

Dalam hal ini observasi dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diamati. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian untuk pengamatan dan penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan. Pengamatan langsung dilapangan ini akan memperoleh data yang obyektif dan akurat sebagai bukti atau fakta penelitian.

2) Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber yang terkait dalam penelitian ini guna untuk menggali informasi terkait Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Limapuluh Pada Pemilukada Kabupaten Batubara Tahun 2018 Adapun narasumber yang peneliti wawancarai dalam penelitian ini antara lain:

a. Bapak Muhammad Abas Sitorus, Sekretaris KPU Kabupaten Batubara Kecamatan Lima Puluh, Penelitian ini dilakukan melalui proses

25 Wayan Nurkencana. 1990. Pemahaman Individu. Surabaya: Usaha Nasional, hlm. 35

(40)

27

wawancara di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Batubara sebagai instansi utama dalam memberikan data terkait keefektifan, jumlah dan data pemilih pemula dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat Batubara pada penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah, b. Masyarakat (Pemilih Pemula) di Kabupaten Batubara Tahun 2018.

Peneliti juga mengumpulkan informasi berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan masyarakat Kabupaten Batubara dimana dalam hal ini masyarakat yang penulis wawancarai ialah beberapa masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih pemula dan ikut memilih dalam penyelenggaran pemilihan Kepala Daerah (Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati) di Kabupaten Batubara. Masyarakat turut dijadikan informan dalam penelitian ini dikarenakan masyarakat merupakan pihak yang terjun langsung atau memilih langsung dalan pemilihan kepala daerah Kabupaten Batubara dalam penyelenggaraan Pilkada ( Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati) terkait dalam hal upaya meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada pemilihan Kepala Daerah. Peneliti melakukan wawancara terhadap masyarakat pemilih di Kabupaten Batubara sebanyak 15 orang.

(41)

28

Berikut ini merupakan daftar tabel informan peneliti dalam penelitian ini.

Tabel 1.1

Data Informan Peneliti

No. Nama Status/Jabatan Umur Alamat

1. Melvi Delvia Wiraswasta 21 Tahun Desa Antara

2. Anggi Ramadini Mahasiswa 21 Tahun Desa Sumber Padi

3. Agus Syah Reza Mahasiswa 21 Tahun Limapuluh Kota

4. Ria Saputri Wiraswasta 20 Tahun Mangkai Baru

5. Desi Kartika Putri Wiraswasta 20 Tahun Mangkai Lama

6. Erlia Deswanti Pedagang 21 Tahun Perkebunan Dolok

7. Septi Arnita Sari Mahasiswa 20 Tahun Perkebunan Kwala Gunung

8. Ananda Aulia Mahasiswa 21 Tahun Sumber Makmur

9. Alya Anjani Wiraswasta 20 Tahun Simpang Gambus

10. Cici Damayanti Mahasiswa 21 Tahun Limapuluh Kota

11. Nadia Mega Mahasiswa 20 Tahun Perkebunan Dolok

12. Rizki Rigo Wiraswasta 21 Tahun Simpang Gambus

(42)

29

13. Selly Agustina Mahasiswa 21 Tahun Limau Manis

14. Desi Kartika Putri Mahasiswa 20 Tahun Limapuluh Kota

15. Annisa Aqilah Mahasiswa 21 Tahun Mangai Baru

3) Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Peneliti dalam penelitian ini megumpulkan teori, konsep serta fakta-fakta yang mendukung dan berasal dari sumber tertulis yang didapat dari buku di perpustakaan, e-book, dan jurnal Online swlanjutnya peneliti juga mendapatkan dan melakukan dokumentasi dalam bentuk foto atau gambar.

1.8.3 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu setelah data terkumpul maka diklasifikasikan sesuai dengan masalah yang dibahas,dianalisis isinya (content analysis) dan bandingkan dengan data yang satu dengan yang lainnya kemudian diintepretasikan dan akhirnya diberi kesimpulan26. Adapun dalam menganalisis permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian menghubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang tepat.

26 Sumdi Surya Brata.1992.Metode Penelitian.Jakarta:Rajawali Pers. hlm.87

(43)

30 1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan penjabaran rencana penulisan agar proses penyusunan karya ilmiah dapat lebih mudah dan terarah.

BAB I : PENDAHULUAN

Pada BAB ini terdiri dari latar belakang masalah,rumusan masalah,batasan masalah,tujuan penelitian, kerangka teori dan konsep, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pada BAB ini menjelaskan mengenai gambaran umum tentang Gambaran Umum Kecamatan Limapuluh, Profil Kecamatan Limapuluh, Pemilih Pemula Kecamatan Limapuluh.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam BAB ini berisi tentang Perilaku Pemilih Pemula Di KecamatanDuampanua Pada Pemilukada Kecamatan Limapuluh tahun 2018, Pendekatan Sosiologis, Pendekatan Psikologis, Pendekatan Pilihan Rasional, Kecenderungan Perilaku Pemilih Pemula Di Kecamatan Limapuluh Dalam Menjatuhkan Pilihannya Terhadap Kandidat Pada Pemilukada Kecamatan Limapuluh tahun 2018.

BAB IV PENUTUP

BAB ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Penulis akan membuat rangkuman pembahasan yang singkat sehingga menjadi sebuah kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, selain itu juga menambahkan beberapa masukan yang akan menjadi saran terkait dengan hasil penelitian tersebut.

(44)

31 BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Kabupaten Batubara

Kabupaten Batu Bara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. DPR menyetujui Rancangan Undang-Undang pembentukannya tanggal 8 Desember 2006. Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 15 Juni 2007, bersamaan dengan dilantiknya Pejabat Bupati Batubara, Drs. H. Sofyan Nasution, S.H.. Kabupaten Batubara merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan dan beribukota di Kecamatan Limapuluh yang merupakan salah satu dari 16 kabupaten dan kota baru yang dimekarkan pada dalam kurun tahun 2006.

Kabupaten ini terletak di tepi pantai Selat Malaka, sekitar 175 km selatan ibu kota Medan. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, Kabupaten Batubara termasuk ke dalam Karesidenan Sumatera Timur. Penduduk Kabupaten Batubara didominasi oleh etnis Jawa, kemudian diikuti oleh orang-orang Melayu, dan Suku Batak. Orang Mandailing merupakan sub-etnis Batak yang paling banyak bermukim disini.27

Pada masa kolonial, untuk memperoleh prestise serta jabatan dari sultan- sultan Melayu, banyak di antara orang-orang Mandailing yang mengubah identitasnya dan memilih menjadi seorang Melayu. Etnis Jawa atau yang dikenal dengan Pujakesuma (Putra Jawa Keturunan Sumatra) mencapai 43% dari keseluruhan penduduk Batubara. Mereka merupakan keturunan kuli-kuli

27Selayang pandang. 2011. Diakses dalam https://www.batubarakab.go.id/pages/selayang-pandang di akses pada tanggal 07/09/21 pukul 16:47 WIB

(45)

32

perkebunan yang dibawa para pekebun Eropa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Selain itu orang Minangkabau juga banyak ditemui di kabupaten ini. Sejak abad ke-18, Batubara telah menjadi pangkalan bagi orang-orang kaya Minangkabau yang melakukan perdagangan lintas selat. Mereka membawa hasil- hasil bumi dari pedalaman Sumatera, untuk dijual kepada orang-orang Eropa di Penang dan Singapura. Seperti halnya Pelalawan, Siak, dan Jambi; Batubara merupakan koloni dagang orang-orang Minang di pesisir timur Sumatra. Dari lima suku (klan) asli yang terdapat di Batubara yakni Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh dan Suku Boga, dua di antaranya teridentifikasi sebagai nama luhak di Minangkabau, yang diperkirakan sebagai tempat asal masyarakat suku tersebut28

Sejarah Perjuangan Pembentukan Kabupaten Batu Bara berawal dari keinginan masyarakat di wilayah eks Kewedanan Batu Bara untuk membentuk sebuah kabupaten Otonom. Upaya dimaksud sudah dirintis sejak tahun 1957, namun akibat dinamika politik nasional hingga akhir tahun 60-an (1969) masyarakat Batu Bara kembali mengaspirasikan bergabungnya 5 (lima) kecamatan yang ada dalam sebuah kabupaten Batu Bara, maka dibentuklah Panitia Pembentukan Otonom Batu Bara (PPOB) yang di prakarsai oleh salah seorang tokoh masyarakat yang pernah menjadi anggota DPRD Asahan. PPOB ini berkedudukan di jalan Merdeka Kecamatan Tanjung Tiram. Karena Undang- undang Otonom belum di keluarkan oleh Pemerintah, perjuangan ini pun tertunda.

28 Ibid

(46)

33

Masyarakat Batu Bara menilai bahwa terbentuknya Kabupaten Batu Bara adalah hasil perjuangan masyarakat. Sejak dicetuskannya kembali pada tahun 1999 usaha dan keinginan masyarakat Batu Bara ini di tolak oleh Pemerintah Kabupaten Asahan melalui Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2001 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat dan peraturan Pemerintah yang lebih tinggi.

Dari hal tersebut berdasarkan Peraturan Bupati Batu Bara Nomor 3 Tahun 2007 ditetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Batu Bara adalah pada tanggal 8 Desember 2006 sesuai dengan Persetujuan Bersama DPR RI dengan Presiden RI yang memutuskan undang-undang tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara.

GAMBAR 2.1

KABUPATEN BATUBARA

Batas Wilayah

Utara :

Bandar Khalifah ( Kabupaten Serdang Bedagai) dan selat malaka

Selatan

Meranti (Kabupaten Asahan) dan ujung Padang ( Kabupaten Simalungum)

(47)

34

Barat

Bosar maligas, Bandar, Bandar Masilam, Dolok Batunanggar ( Kabupaten Simalungun) dan Tebing Tinggi ( Kabupaten Serdang Bedagai)

Timur

Air Joman (Kabupaten Asahan) dan Selat Malaka

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2015 Kabupaten Batu Bara menempati area seluas 90.496 Ha yang terdiri dari 7 Kecamatan serta 141 Desa/Kelurahan Definitif. Cakupan Kabupaten Batu bara terdiri dari:

1. Kecamatan Sei Balai dengan Ibukota Kecamatan.

2. Kecamatan Tanjung Tiram 3. Kecamatan Talawi

4. Kecamatan Lima Puluh 5. Kecamatan Air Putih 6. Kecamatan Sei Suka 7. Kecamatan Medang Deras

2.1.1 Karakteristik Geografis Batubara

Berdasarkan Undang Undang No. 5 Tahun 2007 tanggal 15 Juni 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Asahan dan Batu Bara. Kabupaten Asahan terdiri dari 13 kecamatan dan Kabupaten Batu Bara terdiri dari 7 kecamatan. Ketujuh Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sei Balai, Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Talawi, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Air Putih, Kecamatan Sei Suka dan Kecamatan Medang Deras. Secara geografis kabupaten ini terletak antara 20 03’ 00’’ - 030 26’ 00” Lintang Utara dan 990 01 - 100’00’’ Bujur

Referensi

Dokumen terkait

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3) tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan PBB

Sedangkan pengajian umumnya yang diberi nama MAJLAZ (Majelis Ta’lim dan Dzikir Al Azhaar) dilaksanakan pada hari Ahad sebulan sekali dengan mendatangkan mu’allim

Tingkat kematangan ( maturity level ) tata kelola TI yang dilakukan di Maharaja Ban Jakarta adalah : domain PO berada pada level 2 ( repeatable but intuitive ) dimana proses

1) Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (leader-member relations). a) Menunjukkan tingkat kualitas hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan. b) Sikap

Namun meskipun demikian, ternyata prinsip-prinsip universal tentang telinga yang baik dari seorang murid masih tetap relevan sampai dengan hari ini, yaitu telinga yang

YOGYAKARTA / BRIGJEN POLISI SUNARYONO / SORE TADI MENGUNGKAPKAN BAHWA PIHAK KEPOLISIAN AKAN SELALU TERBUKA DENGAN WARTAWAN // KAPOLDA JUGA BERHARAP. BAHWA MENJELANG

Dari hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa kesesuaian model analisis untuk motivasi, kebiasaan belajar dan lingkungan belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi