• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran (BPS, 2015). Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan di wilayah tersebut. Keberhasilan dan kegagalan pembangunan sering diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan (Suryahadi dan Sumarto, 2001).

Menurut Arsyad (2015: 299) masalah kemiskinan itu sangatlah kompleks dan pemecahannya pun tidak mudah. Bagi yang memperhatikan konsep masalah-masalah kebijakan sosial secara lebih luas biasanya lebih memperhatikan konsep tingkatan dan ukuran hidup, yaitu tidak hanya menekankan pada tingkat pendapatan saja, namun juga masalah pendidikan, perumahan, kesehatan, dan kondisi-kondisi sosial lainnya dari suatu masyarakat. Selanjutnya permasalahan standar hidup yang rendah berkaitan pula dengan jumlah pendapatan yang sedikit, perumahan yang kurang layak, kesehatan yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah hingga berakibat pada rendahnya sumber daya manusia.

Menurut Widodo (2006: 7), pola kemiskinan yang terjadi adalah (1). Kemiskinan pada umumnya terjadi di daerah setingkat perdesaan dengan mata pencaharian utama berhubungan dengan sektor ekonomi tradisional dikarenakan

(2)

2

kurangnya perhatian pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, dan pelayanan masyarakat sehingga kurang memadai dan daerah perdesaan kesulitan untuk melepaskan diri dari jurang kemiskinan. (2) Kemiskinan pada umumnya dialami oleh kaum wanita dikarenakan kurangnya pendidikan dan kurangnya gizi yang diterima. (3) Penderita kemiskinan pada umumnya adalah penduduk pribumi di suatu negara.

Keberhasilan pembangunan dalam jangka panjang, diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat mengurangi kemiskinan. Menurut Todaro dan Smith (2006: 26), yang menyebutkan bahwa tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya dan mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran.

Berbagai strategi penanggulangan kemiskinan sudah dilakukan oleh pemerintah melalui beberapa departemen terkait. Salah satu strategi penanggulangan kemiskinan adalah menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat, seperti yang telah dilakukan antara lain program IDT (Inpres Desa Tertinggal) yang dimulai pada tahun 1993/1994. Program ini merupakan perwujudan dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Program IDT dilaksanakan dengan memberikan bantuan modal usaha berupa dana bergulir. Namun karena program kemiskinan pada saat itu bersifat “top down” dengan keterlibatan minimal pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya sehingga program tersebut gagal dalam

(3)

3

merefleksikan perbedaan antardaerah yang kadang-kadang menjadi sangat signifikan, yang berakibat dihentikannya program tersebut (Kuncoro, 2004: 171).

Kemudian diluncurkan program baru yang tujuannya untuk penguatan sarana dan prasarana desa dengan program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT). Program tersebut untuk pembangunan infrastruktur perdesaan yang dapat dikerjakan oleh masyarakat perdesaan, namun program P3DT belum dapat menunjukkan adanya proses pemberdayaan dan peran masyarakat.

Tahun 1997 diluncurkan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dengan menggunakan pendekatan partisipasi masyarakat melalui musyawarah di tingkat kecamatan sebagai pengambil keputusan tertinggi serta tahun 2007 pemerintah meluncurkan suatu program yang disebut dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dengan mengadopsi mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK), program tersebut diharapkan dapat mampu mengurangi masyarakat miskin.

Tahun 2012 melalui dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) telah ditetapkan instrumen upaya penanggulangan kemiskinan yang dibagi berdasarkan empat klaster. Klaster 1, program Bantuan Sosial dan Jaminan Sosial. Klaster 2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat/PNPM. Klaster 3 Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah/UMKM. Klaster 4 Program Pro Rakyat. (Bappenas, 2012)

(4)

4

PNPM Mandiri merupakan klaster kedua dari empat klaster program pro rakyat sebagai strategi penanggulangan kemiskinan pada era SBY, yang menggulirkan program dan anggaran berbasis masyarakat (Kuncoro, 2013: 209). Klaster 2, kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah tahap lanjut dalam proses penanggulangan kemiskinan. Tahap ini masyarakat miskin mulai menyadari kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk keluar dari kemiskinan, pendekatan pemberdayaan sebagai instrumen dari program ini dimaksudkan tidak hanya melakukan penyadaran terhadap masyarakat miskin tentang potensi dan sumberdaya yang dimiliki, tetapi juga mendorong masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam skala yang lebih luas terutama dalam proses pembangunan di daerah.

Pemerintah Negara Republik Indonesia memberlakukan kebijakan desentralisasi atau yang dikenal dengan otonomi daerah. Salah satu ciri utama otonomi daerah yang tersirat dalam UU Nomor 25 tahun 1999 adalah Daerah Otonomi memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola, dan menggunakannya sendiri untuk pembiayaan pembangunan daerah (Daryanto dan Hafizrianda, 2010: 4).

Wilayah Kabupaten Sorong Selatan terbentuk pada tahun 2003, memiliki luas wilayah secara keseluruhan adalah 7.789,911 km² dengan jumlah penduduk 41.085 jiwa terdiri dari 13 distrik, 2 kelurahan dan 121 kampung. Secara geografis Kabupaten Sorong Selatan memiliki batas-batas wilayah yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Maybrat, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Teluk Bintuni dan Laut Seram, sebelah timur berbatasan dengan

(5)

5

Kabupaten Maybrat dan Kabupaten Teluk Bintuni, sebelah barat berbatasan dengan Laut Seram dan Kabupaten Sorong (Permendagri, 2013: 18).

Jumlah penduduk miskin Kabupaten Sorong Selatan pada tahun 2013 sebesar 5.024 jiwa dari jumlah penduduk 41.085 jiwa (Dinas Sosial 2013) Distrik Teminabuan yang merupakan pusat ibukota Kabupaten Sorong Selatan sudah menjalankan pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP). Sebagian besar penduduk masyarakat di Kabupaten Sorong Selatan mempunyai mata pencaharian yaitu petani dan nelayan, sehingga dana bantuan melalui PNPM Mandiri Perdesaan digunakan untuk menunjang peningkatan kegiatan ekonomi salah satunya dengan membuka usaha.

Pemberian kredit yang dikelola oleh UPK (Unit Pengelola Kegiatan) PNPM Mandiri Perdesaan adalah dana bergulir yang ditujukan bagi perempuan dengan nama Simpan Pinjam bagi Perempuan (SPP). Selain untuk mengakomodir usulan kegiatan ekonomi, juga menjadi salah satu katalisator bagi peningkatan perekonomian rumah tangga di lokasi program yaitu Distrik Teminabuan.

Tabel 1.1 Jumlah Rumah Tangga Miskin Menurut Distrik di Kabupaten Sorong Selatan, 2013

No. Distrik Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Distrik Persentase (%) 1. Teminabuan 865 12.506 6,92 2. Wayer 292 1.572 18,58 3. Seremuk 192 1.233 15,57 4. Sawiat 329 1.948 16,89 5. Saifi 194 1.852 10,48 6. Moswaren 328 2.301 14,25 7. Matemani 423 2.329 18,16 8. Konda 133 2.006 6,63 9. Kokoda 1.033 6.465 15,98 10. Kokoda Utara 187 1.833 10,20 11. Kais 556 3.129 17,77 12. Inanwatan 349 3.103 11,25 13. Fokour 143 808 17,69 Jumlah 5.024 41.085 180,37

(6)

6

Berdasarkan hasil kegiatan survey Dinas Sosial diperoleh tahun 2013 jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Sorong Selatan sebanyak 5.024, dan jumlah penduduk per distrik sebanyak 41.085 atau 180,73 persen dari 5.024 dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Sorong Selatan.

1.2 Keaslian Penelitian

Evaluasi terhadap dampak pemberian kredit menjadi studi yang penting, karena pemberian kredit diasumsikan sebagai suatu intervensi yang diharapkan mengubah perilaku penerima kredit agar meningkatkan kesejahteraan dan keluar dari kemiskinan. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan berbagai program pengentasan kemiskinan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain tersirat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Metode/Alat Analisis Hasil Penelitian 1. Teng, Prien, Mao dan Leng (2011) Analisis Kualitatif (observasi) dan Statistis Diskriptif.

Mengevaluasi pengaruh kredit mikro berdampak positif dan cukup dalam menjalakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat menambah pendapatan rumah tangga, konsumsi dan pendidikan anak-anak.

2. Setyari (2012)

Menggunakan data panel IFLS3 dan IFLS4 dan metode fixed effect

Mengevaluasi pemberian kredit mikro berdampak positif terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga di Indonesia dilihat dari peningkatan permintaan tenaga kerja dari rumah tangga penerima program, namun pada level pendidikan anak menunjukan dampak yang tidak signifikan. 3. Thuita, Mwadime dan Wang’ombe (2013) Menggunakan analisis statistik kualitatif.

mengevaluasi dampak akses terhadap kredit lembaga keuangan mikro yang difokuskan kepada perempuan, dalam pengelolaannya berpengaruh terhadap pendapatan dan konsumsi rumah tangga.

4. Lestari (2013)

Menggunakan uji beda dua rata-rata untuk membandingkan pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan

Pemberian kredit mikro apabila dilakukan dengan syarat yang mudah dan adanya kerjasama yang baik antara pengelola SPP PNPM Mandiri Perdesaan bersama masyarakat penerima kredit dapat mampu meningkatkan ekonomi masyarakat.

(7)

7 Lanjutan Tabel 1.2

No Peneliti Metode/Alat Analisis Hasil Penelitian 5. Musrizal dan Muttaqim (2014) Menggunakan Data Envelopmenent Analisis (DEA)

Pengembalian dana pinjaman progran simpan pinjam perempuan (SPP) jika tingkat pengembaliannya dilakukan secara baik maka akan menunjang kelancaran dan efisensi yang tepat sasaran dalam penambahan modal usaha sehingga usaha yang dijalankan dapat berlanjut dalam meningkatkan pendapatan kaum perempuan.

Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan. Penelitian ini mempunyai kesamaan pada alat analisis yang digunakan yaitu uji statistik beda dua rata-rata, analisis regresi linier, dan variabel penelitian. Perbedaannya adalah topik, periode penelitian dan lokasi penelitian di Kabupaten Sorong Selatan dengan menggunakan data pelaksanaan PNMP Mandiri Perdesaan tahun 2013.

1.3 Rumusan Masalah

Pelaksanaan kegiatan simpan pinjam bagi perempuan (SPP) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Distrik Teminabuan yang dilakukan tahun 2013 diharapkan dapat membantu menurunkan tingkat kemiskinan. Namun demikian, Dalam penelitian ini akan dianalisis tentang rumah tangga miskin di Distrik Teminabuan pada tahun 2013 masih tinggi. Penelitian untuk melihat dampak Program PNPM Mandiri Perdesaan terhadap kesejahteraan masyarakat Distrik Teminabuan penting untuk dilakukan.

(8)

8 1.4 Pertanyaan Penelitian

Terkait program kredit simpan pinjam bagi perempuan (SPP) maka pertanyaan penelitian berdasarkan permasalahan penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana pelaksanaan program kredit simpan pinjam PNMP Mandiri Perdesaan?

2. Bagaimana dampak pemberian kredit SPP di Distrik Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemberian kredit SPP di Distrik Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan, yaitu sebagai berikut.

1. Mendiskripsikan pelaksanaan program kredit simpan pinjam PNPM Mandiri Perdesaan.

2. Menganalisis dampak pemberian kredit SPP terhadap pendapatan keluarga miskin menerima kredit SPP di Distrik Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah Sorong Selatan dalam pengambilan keputusan untuk pengentasan kemiskinan;

(9)

9

2. sebagai acuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait SPP PNPM Mandiri Perdesaan.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang akan dibuat adalah: Bab I Pendahuluan, yang memuat tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka berisi teori, kajian terhadap penelitian terdahulu, dan formulasi hipotesis. Bab III Metode Penelitian meliputi desain penelitian, langkah penelitian, metode pengumpulan data, metode penyampelan, definisi operasional, instrumen penelitian, dan metoda analisis data. Bab IV Analisis meliputi deskripsi data, uji hipotesis, dan pembahasan. Bab V Simpulan, Keterbatasan, dan Saran.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Rumah Tangga Miskin Menurut Distrik  di Kabupaten Sorong Selatan, 2013
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini penulis akan lebih menekankan bagaimana implementasi pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat yang ada pada Kelurahan Negeri Olok Gading

„urf „amali dan „ urf lafzhi. „ Urf lafzhi bisa diterima. Maka nash dengan suatu redaksi harus difahami sesuai „urf lafzhi yang berlaku saat itu kecuali ada

Dalam upaya mengimplementasikan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika di lingkungan SMAM 5 Yogyakarta, telah disusun berbagai kebijakan, yaitu bahwa sekolah bersifat

Dibandingkan dengan cara blended cement yang menghasilkan kuat tekan beton abu terbang yang berdekatan dengan kuat tekan beton tanpa abu terbang yang hanya sampai pada kadar

Waktu yang sangat terbatas dengan jumlah yang cukup banyak yaitu 20 UKM masih kurang sehingga Pendampingan yang kami lakukan ke masing – masing UKM untuk lebih mengerti dalam

Mengenai penyerahan upah ini secara terperinci dalam Islam telah memberikan pedoman yaitu selesainya pekerjaan dan mempercepat dalam bentuk pelayanan atau kesepakatan

barang yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang tercantumkan dalam Purchase Order (PO), maka akan dibuat laporan return barang dan tindakan koreksi yang

Secara keseluruhan Vidar DosimetryPro Advantage unggul dalam pengujian ini.Hasil yang didapatkan terkait uji konsistensi, uji variasi film to film , uji uniformitas