• Tidak ada hasil yang ditemukan

IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang disebut dengan MEA secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang disebut dengan MEA secara"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang disebut dengan MEA secara resmi dilaksanakan pada akhir tahun 2015 meskipun prosesnnya telah dimulai ketika ASEAN Framework Agreement on Economic Cooperation ditandatangani oleh para pemimpin ASEAN pada tahun 1992. Perdagangan bebas sebenarnya mulai diadopsi secara bertahap oleh negara-negara anggota ASEAN melalui perjanjian perdagangan regional berupa ASEAN Free Trade Area (AFTA). Masyarakat Ekonomi ASEAN memiliki perbedaan dengan AFTA, karena MEA lebih komprehensif sebab memiliki tujuan akhir mentransformasikan ASEAN menjadi pasar tunggal dengan basis produksi yang terintegrasi dan dalam kawasan ekonomi yang kompetitif, pembangunan ekonomi yang terhubung dengan produksi global.

Komitmen negara-negara ASEAN dalam MEA tidak hanya dilandasi oleh liberalisasi tetapi juga mencakup fasilitasi dan harmonisasi regulasi. Penerapan MEA sebagian besar telah direalisasikan, misalnya melalui penghapusan tarif, fasilitasi perdagangan, integrasi layanan pasar, fasilitasi investasi, penyederhanaan dan harmonisasi kerangka kebijakan pasar modal, penciptaan kerangka kerja kebijakan pasar modal. MEA merupakan langkah penting bagi pembangunan ekonomi ASEAN yang semakin terintegrasi.

Bagi Indonesia, penerapan MEA merupakan salah satu langkah strategis yang dapat diambil oleh Pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan globalisasi

(2)

ekonomi karena menciptakan peluang pasar yang lebih besar, juga menimbulkan sejumlah tantangan dan permasalahan yang kompleks. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh negara Indonesia seiring dengan diberlakukannya MEA terkait dengan daya saing sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan faktor kunci dalam menghadapi tantangan pasar bebas. Hal ini dikarenakan sumber daya lain di perusahaan, seperti uang, mesin, dan modal lainnya, tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya campur tangan sumber daya manusia. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi faktor penting bagi suatu negara untuk meningkatan daya saingnya.

Dilihat dari segi kuantitas, Indonesia memiliki jumlah yang besar untuk modal sumber daya manusia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Namun, dari kualitas maka Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan negara Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1. Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Sumber: UNDP (2019)

(3)

Berdasarkan data dari United Nations Development Programme (UNDP) seperti ditunjukkan oleh gambar 1.1 dapat diketahui Indonesia berada di posisi keenam untuk Indeks Pembangunan Manusia di kawasan negara-negara ASEAN. Indonesia berada di atas negara Kamboja, Myanmar, Laos, Timor Leste, dan Vietnam. Posisi keenam tentu bukan merupakan posisi yang baik bagi negara Indonesia karena itu perlunya perhatian terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia salah satunya dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan mendirikan Rumah Bahasa Surabaya. Program Rumah Bahasa diresmikan oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini di Kota Surabaya pada tanggal 4 Februari 2014 yang dijalankan oleh Bagian Administrasi Pemerintah Daerah Kota Surabaya sebagai penyelenggara program.Program Rumah Bahasa yang tertuang dalam Surat Keputusan Walikota Surabaya Nomor: 188.45/406/436.1.2/2014 tentang Tim Pelaksana Rumah Bahasa.

Rumah Bahasa Surabaya merupakan salah satu bentuk pelayanan publik dari Pemerintah Kota Surabaya yang bertujuan dalam mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi persaingan dan tantangan sebagai dampak dari berlakunya MEA. Beberapa bahasa yang diajarkan oleh Rumah Bahasa Surabaya adalah bahasa Jepang, bahasa Korea, bahasa Arab, bahasa Mandarin, dan lain-lain. Di Rumah Bahasa Surabaya, peserta juga dapat mengikuti kelas komputer yang disebut dengan Broadband Learning Center melalui kerjasama bersama Dinas Komunikasi dan Informatika. Peserta akan diajari menggunakan

(4)

program-program komputer (seperti Microsoft Word, Microsoft Excel, dan Microsoft Power Point), ilmu desain grafis (Corel Draw dan Photoshop), dan internet (termasuk media sosial berupa Facebook, Blog, Email, dan Instagram). Peserta dari Rumah Bahasa Surabaya berasal dari berbagai profesi mulai dari sopir Taksi, ojek online, pelaku usaha UMKM, karyawan swasta, dan lain-lain. Pemerintah Kota Surabaya memberikan kebebasan kepada siapapun masyarakat Surabaya yang berkeinginan untuk menjadi peserta Rumah Bahasa Surabaya.

Tenaga volunteer berperan penting terhadap implementasi program Rumah Bahasa Surabaya. Terlebih para volunteer yang sudah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk turut berpartisipasi di Rumah Bahasa Surabaya. Tenaga

volunteer yang menjadi pengajar di Rumah Bahasa berjumlah 52 orang yang

berasal dari kampus (mahasiswa), lembaga bimbingan belajar, dan masyarakat umum.

Tabel 1. 1 Tingkat Pendidikan Tenaga Volunteer di Rumah Bahasa Surabaya

Tingkat Pendidikan Jumlah

S2 7

S1 30

Diploma 15

Total 52

Sumber: data internal, diolah 2020

Dilihat dari tingkat pendidikan menunjukkan sebagian besar tenaga

volunteer Rumah Bahasa Surabaya berpendidikan S1 dengan jumlah 30 orang,

kemudian yang berpendidikan Diploma sebanyak 15 orang, dan yang berpendidikan S2 sebanyak 7 orang. Rumah Bahasa Surabaya belum memiliki

(5)

standar dalam melakukan rekrutmen dan seleksi terhadap tenaga volunteer, misalnya untuk tenaga volunteer yang mengajar bahasa Inggris tidak memiliki kualifikasi khusus seperti memiliki latar belakang pendidikan bahasa Inggris atau memiliki sertifikat.

Tabel 1. 2 Pengalaman Mengajar Tenaga Volunteer di Rumah Bahasa Surabaya

Pengalaman Mengajar Jumlah

Lebih dari 4 tahun 6

3 - 4 tahun 8

1 - 2 tahun 13

Tidak Berpengalaman 25

Total 52

Sumber: data internal, diolah 2020

Tabel 1.2 menunjukkan tenaga volunteer di Rumah Bahasa Surabaya sebagian besar tidak memiliki pengalaman dalam mengajar. Hal ini dikarenakan belum adanya kualifikasi untuk standar pengalaman dalam mengajar yang belum ditetapkan, sehingga menyebabkan terdapat tenaga volunteer yang tidak memiliki pengalaman dalam mengajar namun dapat mengajar di Rumah Bahasa. Pengalaman mengajar merupakan hal yang penting karena memudahkan tenaga

volunteer dalam memahami karakter peserta yang akan diajarnya dan

memudahkan tenaga volunteer dalam menentukan metode yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar.

Tenaga volunteer yang sebagian besar belum memiliki pengalaman dalam mengajar dan belum adanya standar dalam melakukan rekrutmen dan seleksi terhadap tenaga volunteer menyebabkan kinerja tenaga volunteer yang belum

(6)

maksimal. Tabel berikut menunjukkan penilaian terhadap kinerja tenaga volunteer oleh Bagian Administrasi Pemerintah Daerah Kota Surabaya.

Tabel 1. 3 Kinerja Tenaga Volunteer di Rumah Bahasa Surabaya Kriteria Penilaian Sebelum Pelatihan Sesudah Pelatihan

Baik Cukup Baik Kurang Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Merencanakan pembelajaran Menyusun program semester 8 15 29 10 17 25 Menyusun Silabus 3 15 34 6 19 27 Melaksanakan Pembelajaran Pengunaan alokasi waktu pembelajaran 8 16 28 9 19 24 Penggunaan strategi/metode pembelajaran yang kreatif 7 15 30 10 14 28 Penyampaian materi pelajaran secara jelas dan mudah dipahami 8 10 34 12 15 25 Penguasaan materi 9 10 33 10 15 27 Evaluasi Pembelajaran Penyusunan alat evaluasi 7 10 35 12 14 26 Penggunaan hasil evaluasi 9 15 28 10 20 22

Sumber: data internal, diolah 2020

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa kinerja tenaga volunteer di Rumah Bahasa yang masih belum maksimal meskipun Rumah Bahasa Surabaya telah melaksanakan program pelatihan kerja bagi tenaga volunteer. Sebagian besar tenaga volunteer kurang baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadapRahmat Novan Hastian tanggal 15 Oktober 2020 selaku staf di Rumah Bahasa Surabaya menunjukkan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja tenaga volunteer dilakukan melalui off the job training.

(7)

Pelatihan off the job training dalam meningkatkan kemampuan tenaga volunteer dalam kegiatan pembelajaran di kelas

Program pelatihan kerja untuk tenaga volunteer bekerjasama dengan Konsulat Jenderal atau institusi perguruan tinggi yang ada di kota Surabaya untuk program pelatihan bahasa. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tenaga volunteer terkait dengan pengetahuan dan pemahaman akan bahasa asing. Pelatihan kerja juga bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan untuk pelatihan program-program komputer. Melalui program pelatihan kerja maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga volunteer dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat meningkatkan kinerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Karinda et al., (2016) menunjukkan pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performasi pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi jawabnya atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaan supaya efektif. Pelatihan biasanya mencakup pengalaman belajar, aktifitas-aktifitas yang terencana dan desain sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan yang berhasil diidentifikasikan. Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu. Pelatihan yang diselenggarakan oleh organisasi dapat meningkatkan kinerja sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan pelatihan kerja bermanfaat bagi tenaga kerja agar dapat bekerja lebih terampil, menguasai pekerjaan dan tugas yang diberikan, serta bisa menyelesaikan semua tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh organisasi. Manfaat juga diperoleh bagi organisasi

(8)

karena sumber daya manusia yang terlatih dan bekerja dengan kualitas kerja yang tinggi serta kuantitas kerja yang besar.

Penelitian lain yang dilakukan Ganesh dan Indradevi (2015) menunjukkan pentingnya pelatihan kerja dalam meningkatkan kinerja sumber daya manusia. Pelatihan yang diterima oleh pekerja akan membantu dalam meningkatkan kemampuan dan pekerjaan secara efektif serta efektif. Sehingga dapat meningkatkan kinerja. Program pelatihan yang diberikan kepada tenaga kerja memberikan implikasi pada peningkatan kinerja, komitmen pada pekerjaan, dan pengembangan pribadi. Pelatihan yang diberikan kepada tenaga kerja dapat berupa pelatihan teknis atau pelatihan soft skill. Investasi dalam penyelenggaraan pelatihan dan pengembangan di organisasi dikatakan sebagai praktik manajemen yang baik dan untuk meningkatkan kemampuan pegawai yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kinerja.

Kegiatan pelatihan kerja sebagai sarana yang dapat digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan umum, serta keahlian pada pada bidang dan tugas para karyawan. Dampak yang diharapkan dari adanya pelatihan kerja adalah mampu meningkatkan kinerja karyawan (Fibriany dan Oktaviani, 2019). Hasil dari pelatihan yang diberikan perusahaan kepada karyawan diharapkan dapat merubah kinerja karyawan menjadi lebih baik, yang dapat dilihat pada hasil perkerjaan yang dilakukan oleh setiap karyawan melalui penilaian kinerja ataupun hasil yang terlihat setiap hari.

(9)

kualitas dan kuantitas kinerja karyawan yang baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Pelatihan kerja dapat dikembangkan sesuai dengan standar kompetensi yang ada. Pada saat pelatihan berlangsung ada proses membangun dan mengembangkan kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga sumber daya manusia menjadi kompeten. Selanjutnya, tenaga kerja secara bersamaan menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tuntutan sumber daya manusia dalam bekerja sesuai dengan standar kompetensi lembaga yang dipersyaratkan, baik di sektor publik maupun swasta (Prabawati, et al., 2017).

Pelatihan kerja adalah elemen kunci untuk meningkatkan kinerja individu. Pelatihan kerja akkan memegang kunci untuk membuka peluang pertumbuhan individu dan mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi. Program pelatihan akan membantu dalam memperkenalkan individu dengan pengetahuan baru, pembaruan keterampilan sehingga secara langsung akan memperkuat daya saing sumber daya manusia (Bhat, 2013). Melalui pelatihan kerja, maka tenaga kerja menjadi ahli dalam pekerjaannya dan mampu memberikan hasil yang lebih baik. Pelatihan kerja adalah instrumen fundamental dalam mencapai keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Pelatihan memainkan peran penting, meningkatkan kinerja sekaligus meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya menempatkan organisasi pada posisi terbaik untuk menghadapi persaingan.

Untuk mengetahui hasil, dampak maupun manfaat yang diperoleh dari pelatihan yang diberikan kepada tenaga volunteer maka perlu dilakukan evaluasi

(10)

terhadap setiap program pelatihan yang diselenggarakan Rumah Bahasa Surabaya. Setelah pelatihan diberikan, tentunya perlu diketahui sejauhmana kontribusi pelatihan tersebut terhadap perubahan atau peningkatan kinerja maupun kompetensi dari masing-masing tenaga volunteer. Hal ini penting mengingat bahwa belum tentu suatu pelatihan yang diselenggarakan oleh organisasi memberikan hasil yang efektif sesuai dengan tujuan pelatihan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Selama ini Rumah Bahasa Surabaya belum pernah melakukan evaluasi terhadap program pelatihan kerja sehingga tidak diketahui efektifitas dan efisiensi dari pelatihan yang diselenggarakan Rumah Bahasa Surabaya.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Pelatihan Kerja Tenaga Volunteer di Rumah Bahasa Surabaya.”

1.2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang diajukan sesuai dengan uraian yang terdapat di latar belakang sebagai berikut.

1. Bagaimana pelaksanaan pelatihan kerja tenaga volunteer di Rumah Bahasa Surabaya?

2. Bagaimana evaluasi pelaksanaan pelatihan kerja tenaga volunteer di Rumah Bahasa Surabaya?

3. Apa yang menjadi kendala pelaksanaan pelatihan kerja tenaga volunteer di Rumah Bahasa Surabaya?

(11)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pelatihan kerja dalam meningkatkan kinerja tenaga Volunteer di Rumah Bahasa Surabaya. Secara lebih spesifik tujuan penelitiannya sebagai berikut.

1. Untuk menggambarkan pelaksanaan pelatihan kerja tenaga volunteer di Rumah Bahasa Surabaya.

2. Untuk menjelaskan evaluasi pelaksanaan pelatihan kerja tenaga volunteer di Rumah Bahasa Surabaya.

3. Untuk mengidentifikasi kendala pelaksanaan pelatihan kerja tenaga volunteer di Rumah Bahasa Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi positif terkait dengan hasil penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dan praktis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan pelatihan kerja dalam rangka meningkatkan kinerja sumber daya manusia. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya di masa mendatang yang memiliki topik sama.

(12)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memberikan masukan tentang pelaksanaan pelatihan kerja tenaga volunteer di Rumah Bahasa Surabaya.

1.5. Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan saat ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Fokus penelitian terkait dengan pengembangan sumber daya manusia berupa pelatihan kerja. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tenaga volunteer yang terdapat di Rumah Bahasa Surabaya.

Gambar

Gambar 1.1. Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia  Sumber: UNDP (2019)
Tabel 1. 1 Tingkat Pendidikan Tenaga Volunteer di Rumah Bahasa Surabaya  Tingkat Pendidikan  Jumlah
Tabel 1. 2 Pengalaman Mengajar Tenaga Volunteer di Rumah Bahasa Surabaya  Pengalaman Mengajar  Jumlah
Tabel 1. 3 Kinerja Tenaga Volunteer di Rumah Bahasa Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut

Perairan Muara Badak memiliki 24 jenis plankton, dari hasil analisis indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi menunjukkan bahwa perairan ini

o Clip, digunakan untuk ‘memotong’ dan ’menggunting’ suatu layer (layer yang bertindak sebagai objek) berdasarkan (batas- batas yang di miliki oleh) layer yang lain

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya melalui Bidang Permukiman berupaya untuk selalu mereview dan memperbaharui status dari Database infrastruktur,

Sehingga walaupun memiliki penjualan hasil produksi yang tinggi, dengan adanya kompetisi industri yang semakin ketat dan guna mengoptimalkan kinerja industri maka efisiensi teknis

Sejalan dengan budaya pembelajaran yang berkelanjutan, akademi perusahaan juga akan memastikan adanya program- program pengembangan manajemen yang terintegrasi, dari

Pada pengukuran dengan sela bola, makin tinggi nilai perbandingan dari sampai dengan medan listrik yang terbantuk diantara kedua elektroda tersebut akan mendekati bentuk medan

Untuk menghindari unsur subjektif dalam melakukan penyeleksian penerima beasiswa, maka tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan suatu aplikasi sistem pendukung keputusan yang