Hukum Perikatan & Hukum Perjanjian
7 September 2021
Aida Maysriwigati Mustafa S.Pd.,S.H.,M.H.
Dosen Program Studi Hukum Bisnis
Email: aida.Mustafa@podomorouniversity.ac.id; HP: 081227608300
Bagaimana Hubungan antara
Perikatan & Perjanjian?
Perikatan
Perjanjian
Undang- Undang
Berdasarkan UU saja
UU karena perbuatan manusia
Perbuatan sesuai hukum
Perbuatan Melawan Hukum 1. Adanya
kesepatakan
2. Kecakapan
3. Suatu hal tertentu
4. Sebab yang halal
Syarat Subjektif:
Dapat dibatalkan
Syarat
Objektif: Batal demi hukum Tertulis= Kontrak
Tidak Tertulis
Perbedaan
Perikatan
•
Hubungan hukum antara dua orang atau lebih berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.•
masing-masing pihak mempunyai hak hukum untuk menuntutpelaksanaan prestasi dari masing- masing pihak yang telah bersepakat untuk terikat.
•
Perikatan dapat lebih dipersamakan dengan pengertian Kontrak(contract)
Perjanjian
• Peristiwa hukum dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.
• tidak ditegaskan hak
hukum yang dimiliki oleh masing- masing pihak yang berjanji.
• Perjanjian dapat lebih
dipersamakan dengan
agreement
Aspek Hukum Perikatan
Definisi
Mariam Darus Badrulzaman
”Hubungan (hukum) yang terjadi di antara dua orang atau lebih, yang terletak di bidang harta kekayaan,
dengan pihak yang satu berhak atas prestasi dan
pihak lainnya wajib memenuhi prestasi tersebut”
Para Pihak
Kreditur - Berpiutang
• Pihak yang berhak atas prestasi
• pihak yang aktif
• boleh seseorang yang tidak diketahui ataupun tidak disyaratkan untuk
diketahui keberadaannya
• penggantian kreditur dapat terjadi secara sepihak.
Debitur - Berutang
•
pihak yang wajib memenuhi prestasi•
pihak yang pasif•
disyaratkan harus selamanya diketahui, karena seseorang tidaklah dapat menagih seorang lainnya jika keberadaannya tidak diketahui ataupun tidak dikenal•
Penggantian debitur harus diketahui oleh krediturObjek Perikatan (prestasi) Ps 1234 KUHPerdata
sesuatu yang ingin dicapai oleh kedua belah pihak di dalam perjanjian itu:
–
Untuk memberikan sesuatu;
–
Untuk berbuat sesuatu;
–
Untuk tidak berbuat sesuatu.
Asas –Asas Perikatan
• Kepercayaan
• Persamaan Hukum
• Keseimbangan
• Kepastian Hukum
• Moral
• Kepatutan
• Kebiasaan
• Perlindungan
Jenis Perikatan
OBJEK
– Untuk memberikan sesuatu;
– Untuk berbuat sesuatu;
– Untuk tidak berbuat sesuatu;
– Perikatan manasuka;
– Perikatan fakultatif;
– Perikatan generic dan spesifik;
– Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi;
– Perikatan yang sepintas lalu dan terus menerus;
SUBJEK
– Perikatan tanggung menanggung
(hoofdelijk/solidair);
– Perikatan pokok &
(principale & accessoir);
DAYA KERJA
–
Perikatan dengan waktu;
–
Perikatan bersyarat.
PERIKATAN U/ MEMBERIKAN SESUATU PS 1235-1238 KUH PERDATA
Termaktub kewajiban yang berutang untuk
menyerahkan harta benda yang bersangkutan dan merawatnya sebagaimana bapak rumah tangga yang
baik, sampai pada saat penyerahannya.
Jual Beli, Sewa Beli, Tukar Menukar.
PERIKATAN U/ BERBUAT & TIDAK BERBUAT SESUATU PS 1239-1242 KUHPERDATA
Pasal 1239 KUH Perdata
“Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang
tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajibannya memberikan
penggantian biaya, rugi dan bunga”.
PERIKATAN BERSYARAT
PS 1253, 1259-1267 KUHPERDATA
Pasal 1253 KUH Perdata
“Perikatan adalah bersyarat jika digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan perikatan, sehingga
terjadinya peristiwa semacam itu menurut terjadi atau tidak
terjadinya peristiwa tersebut”.
PERIKATAN BERSYARAT
PS 1253, 1259-1267 KUHPERDATA
Batasan terhadap syarat :
– bertujuan melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan;
– bertentangan dengan kesusilaan;
– dilarang undang-undang;
– pelaksanaannya tergantung dari kemauan orang yang terikat.
Pasal 1266 KUH Perdata
“Ingkar janji yang merupakan syarat batal dalam suatu perjanjian timbal balik”
PERIKATAN DNG KETETAPAN WAKTU PS 1268-1271 KUHPERDATA
suatu perikatan yang tidak menangguhkan perikatan, hanya menangguhkan
pelaksanaannya
PERIKATAN MANASUKA/ALTERNATIF PS 1272-1277 KUHPERDATA
Debitur dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu barang yang disebutkan dalam perikatan, tetapi ia tidak dapat memaksa yang berpiutang
untuk menerima sebagian dari barang yang
satu dan sebagian dari barang yang lain
PERIKATAN TANGGUNG RENTENG/
TANGGUNG MENANGGUNG PS 1278-1303 KUHPERDATA
•
Terjadi antara beberapa orang berpiutang
•
Dalam perjanjian mengatur secara tegas kepada masing-masing diberikan hak untuk menuntut pemenuhan seluruh hutang
•
Pembayaran yang dilakukan kepada salah satu
membebaskan orang yang berhutang meskipun
perikatan menurut sifatnya dapat dipecah atau
dibagi antara orang yang berpiutang.
PERIKATAN DAPAT ATAU TIDAK DAPAT DIBAGI PS 1296-1303 KUHPERDATA
objeknya adalah mengenai suatu barang yang penyerahannya, atau suatu perbuatan yang pelaksanaannya dapat dibagi-bagi, baik secara
nyata ataupun perhitungan.
PERIKATAN DNG ANCAMAN HUKUMAN PS 1304-1312 KUHPERDATA
– Ancaman hukuman adalah suatu keterangan, yang sedemikian rupa disampaikan oleh seseorang untuk adanya jaminan pelaksanaan perikatan, dengan maksud:
• untuk memastikan agar perikatan itu benar-benar dipenuhi;
• untuk menetapkan jumlah ganti rugi tertentu apabila terjadi wanprestasi
• untuk menghindari pertengkaran tentang hal tersebut.
– Ancaman hukuman ini bersifat accessoir.
– Batalnya perikatan pokok mengakibatkan batalnya ancaman hukuman.
– Batalnya ancaman hukuman tidak berakibat batalnya perikatan pokok.
Schuld & Haftung dalam Perikatan
•
Schuld -> kewajiban kreditur untuk
menyerahkan prestasi kepada debitur.
•
Haftung -> kewajiban debitur untuk
menyerahkan harta kekayaannya untuk diambil kreditur sebanyak utang debitur, guna pelunasan hutang si debitur, apabila debitur tidak memenuhi kewajiban
membayar utang tersebut.
Jaminan Harta Benda Pribadi
Pasal 1131 KUH Perdata
“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan
perseorangan”.
Prestasi, Wanprestasi & Ganti Rugi
•
Prestasi (performance) -> pelaksanaan dari isi
kontrak yang telah diperjanjikan menurut tata cara yang telah disepakati bersama (term and condition).
•
wanprestasi (cidera janji; default; non-fulfillment;
ataupun breach of contract) -> suatu kondisi tidak dilaksanakannya suatu prestasi/ kewajiban
sebagaimana mestinya yang telah disepakati
bersama – sebagaimana yang dinyatakan dalam
kontrak.
MACAM-MACAM
PRESTASI – Objek
Perikatan (PS 1234)
–
Untuk
memberikan sesuatu;
–
Untuk berbuat sesuatu;
–
Untuk tidak
berbuat sesuatu.
WANPRESTASI
• Wanprestasi berupa tidak memenuhi
prestasi;
• Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi;
• Wanprestasi berupa tidak sempurna
memenuhi prestasi.
PENYEBAB WANPRESTASI
•
kesengajaan;
•
kelalaian
•
tanpa kesalahan (kesangajaan dan/
kelalaian).
Konsekwensi yuridis dari wanprestasi ->
timbulnya hak dari pihak yang dirugikan dalam
kontrak tersebut untuk menuntut ganti rugi dari
pihak yang melakukan wanprestasi.
SOMASI (AKTA LALAI)
seseorang tidak memenuhi prestasi -> maka pada umumnya (dengan beberapa perkecualian) -> tidak dengan sendirinya dianggap telah melakukan wanprestasi.
Apabila tidak telah ditentukan lain dalam kontrak atau undang- undang -> wanprestasi – resmi – terjadi setelah dinyatakan
lalai–> dikeluarkannya “akta lalai”
Pasal 1238 KUH Perdata
“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang telah ditentukan”.
PENGECUALIAN AKTA LALAI
•
Ditentukan termin waktu dalam kontrak;
•
Debitur:
•
tidak memenuhi prestasi;
•
keliru memenuhi prestasi;
•
mengakui atau memberitahukan bahwa dia dalam keadaan wanprestasi.
•
Ditentukan dalam undang-undang bahwa
wanprestasi terjadi demi Hukum
Force Majeure & Akibat Hukumnya
•
keadaan dimana seorang debitur terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan/peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak.
•
Keadaan/peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur
•
debitur tidak dalam keadaan beritikad buruk.
•
Peristiwa tersebut terjadinya tidak telah diasumsikan terlebih dahulu kemungkinannya (seandainya telah diasumsikan
kemungkinannya, maka para pihak harusnya telah menegoisiasikannya di dalam kontrak).
Contoh: air bah, banjir badang, meletusnya gunung merapi, gempa
bumi, mogok massal serta munculnya peraturan baru yang melarang
pelaksanaan prestasi dari kontrak tersebut.
SEBAB TERJADINYA FORCE MAJEUR
•
karena sebab-sebab yang tidak terduga;
•
karena keadaan memaksa;
•
karena perbuatan tersebut dilarang.
•
PERUBAHAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN
AKIBAT FORCE MAJEUR
para pihak dibebaskan untuk melaksanakan prestasi dan tidak ada satu (1) pihak pun yang
dapat meminta ganti rugi karena tidak dilaksanakannya kontrak bersangkutan
(Pasal 1244 & 1245 KUH Perdata)
MACAM FORCE MAJEURE
Objektif Subjektif Absolute
Relative Permanent Temporer
Hapusnya Perikatan PS 1381 KUHPERDATA
•
Pemenuhan Perikatan – karena pembayaran – karena penawaranpembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
– karena pembaharuan utang
•
Penjumpaan, Pencampuran &pembebasan Utang
– karena perjumpaan utang atau kompensasi
– karena percampuran utang – karena pembebasan utang
•
karena musnahnya barang yang terutang•
Kebatalan dan Pembatalan Perikatan serta Berlakunya Syarat Batal– karena kebatalan atau pembatalan
– karena berlakunya suatu syarat batal
•
karena lewat waktu,sebagaimana yang diatur dalam buku keempat KUH Perdata.
PEMBAYARAN
Pasal 1382 KUH Perdata
”Tiap perikatan dapat dipenuhi oleh siapa saja yang berkepentingan, sepertinya seorang yang turut berutang atau seorang penanggung utang. Suatu perikatan bahkan dapat dipenuhi juga oleh seorang
pihak ketiga, yang tidak mempunyai kepentingan, asal saja orang pihak ketiga itu bertindak atas nama dan untuk melunasi utannya si berutang, atau jika ia
bertindak atas namanya sendiri, asal ia tidak
menggantikan hak-hak si berpiutang”.
PIHAK LAIN YANG DAPAT MELAKUKAN PEMBAYARAN
•
turut berutang;
•
penanggung utang - Pasal 1820 KUH Perdata
”Penanggungan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna
kepentingan pihak kreditor, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya debitor
manakala orang ini sendiri tidak
memenuhinya”.
PENAWARAN PEMBAYARAN TUNAI DIIKUTI PENYIMPANAN/PENITIPAN
Pasal 1404 - 1412 KUH Perdata -> hanya berlaku untuk perikatan yang mempunyai
prestasi untuk menyerahkan atau memberikan sesuatu yang berupa benda bergerak.
”Jika si berpiutang menolak pembayaran, maka si
berutang dapat melakukan penawaran pembayaran
tunai apa yang diutangnya, dan jika si berpiutang
menolaknya, menitipkan uang atau barangnya
kepada Pengadilan.
PEMBAHARUAN UTANG
• Novasi -> merupakan salah satu bentuk hapusnya perikatan yang terwujud dalam bentuk lahirnya perikatan baru.
• Pasal 1413 KUH Perdata
– Apabila seorang debitor membuat suatu perikatan utang baru guna orang yang mengutangkan kepadanya, yang menggantikan utang yang lama, yang dihapuskan karenanya;
– Apabila seorang debitor baru ditunjuk untuk menggantikan debitor lama, yang oleh kreditor dibebaskan dari perikatannya;
– Apabila sebagai akibat suatu persetujuan baru, seorang kreditor baru ditunjuk untuk menggantikan kreditor lama, terhadap siapa debitor dibebaskan dari perikatannya.
• dengan terjadinya pembaharuan utang (novasi) maka perikatan lama menjadi hapus dengan terbentuknya perikatan baru yang dibuat oleh para pihak yang sama.
PENJUMPAAN UTANG
• kompensasi adalah menunjuk pada suatu keadaan dimana dua orang saling memiliki kewajiban atau utang satu terhadap lainnya.
• penghapusan utang-utang mereka satu terhadap yang lainnya, dengan cara memperjumpakan utang pihak yang satu dengan utang pihak yang lain. Pasal 1425 KUH Perdata.
• Pada Pasal 1426 KUH Perdata -> 3 syarat untuk dapat terjadinya perjumpaan utang:
– kedua kewajiban atau utang yang diperjmpakan tersebut haruslah utang yang telah ada pada waktu perjumpaan serta telah jatuh tempo dan dapat ditagih serta dapat dihitung besarnya;
– kewajiban atau utang tersebut ada secara bertimbal balik antara dua pihak, yang satu merupakan debitor sekaligus kreditor terhadap yang lainnya.
Sehingga harus adanya dua pihak yang saling berutang secara timbal balik.
– Kewajiban atau utang yang diperjumpakan tersebut haruslah utang dengan wujud prestasi yang sama atau objek yang sama, atau jumlah uang yang sama.
PENCAMPURAN UTANG
• Pasal 1436 KUH Perdata
”Apabila kedudukan-kedudukan sebagai kreditor dan debitor berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum suatu percampuran utang dengan mana piutang dihapuskan”.
• ”Percampuran utang yang terjadi pada diri debitor utama, berlaku juga untuk keuntungan para penanggung utangnya.
• tidak sekali-kali mengakibatkan hapusnya utang pokok.
• Percampuran yang terjadi pada diri salah satu debitor tanggung
menanggung, tidak berlaku untuk keuntungan para debitor tanggung menanggung lain hingga melebihi bagiannya dalam utang yang ia sendiri menjadi debitornya”.
• Perkawinan, yang dari dilangsungkannya perkawinan maka percampuran utang secara terbatas dapat terjadi dengan bersatunya harta bersama dari suami istri; Merger (Penggabungan); konsolidasi (Peleburan).
PEMBEBASAN HUTANG
•
perbuatan yang dilakukan oleh kreditor yang membebaskan debitor dari kewajibannya untuk memenuhi prestasi, atau utang berdasarkan pada perikatannya kepada kreditor
tersebut.
•
menghapuskan perikatan yang melahirkan utang yang sedianya harus dipenuhi atau dilaksanakan oleh debitor tersebut.
•
Pasal 1294 KUH Perdata
”jika kreditor telah membebaskan salah satu debitor dari perikatannya tanggung menanggung, dan satu atau beberapa debitor lainnya jatuh dalam keadaan tidak mampu, maka bagian orang-orang yang tak mampu ini harus dipikul bersama-sama oleh debitor-debitor lainya dan debitor yang telah melunasi utangnya, menurut imbangan bagian masing-
masing”.
MUSNAHNYA BARANG YANG TERUTANG
• Eksistensi ataupun keabsahan dari adanya suatu perjanjian adalah digantungkan pada keberadaan dari objek yang diperjanjikan.
• ketika benda yang menjadi objek perikatannya musnah, tidak dapat diperdagangkan ataupun hilang, maka hapuslah perikatannya, asal kan barang tersebut musnah, ataupun hilang di luar salahnya debitor dan sebelum ia lalai menyerahkannya.
• Dalam hal kebendaan yang musnah, hilang atau karena sesuatu hal tidak dapat lagi diperdagangkan -> memberikan hak atau tuntutan ganti rugi kepada debitor terhadap pihak ketiga mengenai kebendaan
• perikatan bersumber dari undang-undang sebagai perbuatan melawan hokum -> musnahnya kebendaan yang sedianya harus dikembalikan
berdasarkan pada perikatan yang bersumber dari undang-undang karena perbuatan melawan hukum tersebut tidak menghapuskan kewajiban
debitor untuk mengganti harga dari kebendaan tersebut.
KEBATALAN & PEMBATALAN
BERLAKUNYA SYARAT BATAL
Syarat sahnya suatu perjanjian -> Pasal 1320 KUH Perdata
–
subjektif -> DAPAT DIBATALKAN
–
Objektif -> BATAL DEMI HUKUM
PEMBATALAN
• Tidak terjadi kesepakatan bebas dari para pihak yang membuat perjanjian
– Kekhilafan – paksaan – penipuan
hak untuk meminta pembatalan perjanjian adalah pada saat ia mengetahui telah terjadi nya kekhilafan, paksaan atau penipuan pada dirinya.
• Salah satu pihak dalam perjanjian tidak cakap untuk bertindak dalam hukum dan atau tidak memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan atau perbuatan hukum tertentu.
Setelah pihak yang tidak cakap tersebut menjadi cakap dan atau oleh wakilnya yang sah -> berhak untuk memintakan pembatalan perjanjian.
perikatan yang lahir dari perjanjian itupun hapus demi hokum -> semua kebendaan dan orang-orangnya dipulihkan sama seperti keadaan sebelum perjanjian dibuat
PS 1446 AYAT 1 KUHPERDATA
•
”semua perikatan yang dibuat oleh orang-
orang yang belum dewasa, atau orang-orang yang berada di bawah pengampuan adalah batal demi hukum (”dapat dibatalkan”) dan atas tuntutan yang dimajukan oleh atau dari pihak mereka, harus dinyatakan batal
(”dibatalkan”), semata-mata atas dasar
kebelumdewasaan atau pengampuannya”.
PENUNTUTAN TEHADAP PEMBATALAN
dapat diajukan dalam jangka waktu lima (5) tahun terhitung sejak:
•
Dalam hal kebelumdewasaan sejak hari kedewasaannya;
•
Dalam hal pengampuan, sejak hari pencabutan pengampuan;
•
Dalam hal paksaan, sejak hari paksaan itu telah berhenti;
•
Dalam hal kekhilafan atau penipuan, sejak hari diketahuinya kekhilafan atau penipuan itu;
•
Dalam hal perbuatan seorang perempuan bersuami yang dilakukan tanpa kuasa suami, sejak hari pembubaran
perkawinan;
•
Dalam hal batalnya suatu perikatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1341, maka sejak hari diketahuinya bahwa
kesadaran yang diperlukan untuk kebatalan itu ada.
SYARAT BATAL SEBAGAI SEBAB BERAKHIRNYA PERIKATAN
•