• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala ISSN: Volume 17, Number 2, Agustus 2017 E-ISSN: DOI: /jks.v17i2.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Kedokteran Syiah Kuala ISSN: Volume 17, Number 2, Agustus 2017 E-ISSN: DOI: /jks.v17i2."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

75

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala ISSN: 1412-1026

Volume 17, Number 2, Agustus 2017 E-ISSN: 2550-0112

Pages: 75-83 DOI: https://doi.org/10.24815/jks.v17i2.8986

HUBUNGAN TERAPI MODALITAS INDIVIDU DAN KELOMPOK PADA PASIEN GANGGUAN JIWA TERHADAP KESIAPSIAGAAN

MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA GEMPA BUMI DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSJ ACEH

1Sarah Ainun, 2Muchlisin ZA, 3Imran

1Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Aceh

2Dosen Prodi Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala

3Dosen Jurusan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Email: syarahainun@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan melalui metode terapi individu dan terapi aktivitas kelompok (TAK) dalam meningkatkan kesiapsiagaan ODGJ menghadapi bencana gempa bumi di BLUD RSJ Aceh. Metode penelitian experiments design dengan rancangan model true experiments (pre test-post tes control group design). Sampel berjumlah 30 ODGJ dari 9 ruang rawat inap intermediate, dibagi dalam tiga kelompok; kelompok kontrol 10 ODGJ, terapi individu 10 ODGJ dan TAK 10 ODGJ menggunakan teknik Random Sampling. Tehnik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukan tidak ada peningkatan nilai post-test pada kelompok kontrol terhadap parameter pengetahuan, sikap, dan tindakan. Terapi individu, peningkatan tertinggi dijumpai pada parameter tindakan yaitu 10,7 (meningkat 60%). TAK peningkatan nilai tertinggi pada parameter tindakan yaitu 7,3 (meningkat 52,52%). Maka dapat disimpulkan p<0,05/terapi modalitas individu dan TAK menunjukan adanya peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan ODGJ dalam menghadapi bencana gempa bumi. (JKS 2017; 2: 75-83)

Kata kunci: Kesiapsiagaan gempa bumi, terapi modalitas, gangguan jiwa

Abstract.This study aims to determine the relationship of increasing the parameters of knowledge, attitude, and action through individual therapy and group activity therapy in improving the preparedness of patients facing earthquake disaster at mental hospital. This reserch methode use Experimental design with true experiments model design (pre test-post test control group design). The sampling technique used is simple random sampling with sample size of 30 patients drawn from 9 intermediate inpatient rooms. Patients were divided into three group; 10 controls, 10 individual, and 10 group activity therapy. Data were collected through interviews and obsevation. The results showed that there was no increase of post-test in the control group on the parameters of knowledge, attitude, and action. The highest increase was found in the action parameter of 10.7 ( increase 60%) for individual therapy 7.3 (increased 52.52%) for group actifity therapy.. Therapy of individual modalities and therapy group activities are indicates existence in improving the knowledge, attitudes, and actions of patients in the face of the earthquakes. (JKS 2017; 2: 75-83)

Keywords: Earthquake preparedness, modal therapy, mental disorder

Pendahuluan

Pasien gangguan jiwa atau disebut juga Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) merupakan komunitas/masyarakat yang rentan terhadap bencana, sehingga ODGJ perlu dipersiapkan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan yang bertujuan untuk peningkatan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam upaya pengurangan resiko bencana (PRB).1

Menurut Assistant Secretary for Preparedness and Response bahwa perencanaan khusus

untuk mobilisasi ODGJ dalam kondisi darurat bencana harus diintegrasikan ke dalam rencana utama rumah sakit.2 Demikian juga dengan setiap Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berkaitan dengan ODGJ harus mencerminkan rumah sakit atau rencana operasi darurat keseluruhan fasilitas.2

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh telah memiliki SOP evakuasi ODGJ dan staf dalam kondisi darurat gempa, SOP tersebut masih belum efektif, hal ini disebabkan belum memiliki

(2)

Ainun et al.- Hubungan Terapi Modalitas Individu dan

76

jadwal/kegiatan rutin terhadap pendidikan dan simulasi kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi dan belum terintegrasinya PRB ke dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan jiwa.3 Hasil penelitian Nursa’ada menyimpulkan bahwa kesiapsiagaan BLUD RSJ Aceh dalam menghadapi bencana gempa bumi termasuk kategori belum siap.4

Berdasarkan observasi langsung saat gempa bumi 11 April 2012 pukul 15.38 WIB, dengan kekuatan 8.5 Skala Ricter, terlihat kepanikan dan ketakutan ODGJ yang keluar ruangan menyelamatkan diri dan tidak mengetahuhi cara menghadapi gempa bumi, tidak mengikuti arah evakuasi, serta tidak berkumpul di tempat evakuasi yang telah ditentukan. Sebagai antisipasi ancaman bencana gempa bumi harus adanya pengelolaan menghadapi ancaman gempa bumi pada ODGJ yang diintegrasikan kedalam rencana utama RSJ.

Pengelolaan peningkatkan kemampuan ODGJ dalam menyelesaikan masalah, mengubah prilaku destruktif dan maladaptif, sosialisasi antar ODGJ dan lingkungan, dan sebagainya.

BLUD RSJ Aceh telah menggunakan konsep asuhan keperawatan terapi individu dan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) melalui pendekatan komunikasi terapeutik, yang dikembangkan oleh Keliat.5 Namun sejauh ini belum diketahui teknik atau metode terapi tersebut efektif terhadap penanganan resiko bencana gempa bumi pada ODGJ. Hasil penelusuran referensi sampai saat ini menunjukkan bahwa belum ada penelitian terkait hal tersebut.

Berdasarkan paparan di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji efektivitas terapi individu dan TAK di atas pada ODGJ dalam upaya peningkatan kesiapsiagaan bencana gempa bumi di BLUD RSJ Aceh.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian experiments design dengan rancangan model

true experiments jenis(pre test-post tes control group design)6 yaitu dua kali pengukuran pada tiga kelompok, 1). kelompok kontrol (tidak diberikan perlakuan), 2). kelompok terapi individu (diberikan perlakuan), dan 3).

kelompok terapi aktivitas kelompok (TAK) (diberikan perlakuan). Pengukuran pertama dilakukan sebelum perlakuan diberikan (pre- test) pada pertemuan ke-1,selanjutnya pada kelompok terapi individu dan TAK diberikan perlakuan sebanyak 6 kali pada waktu yang berbeda, dan pengukuran kedua dilakukan sesudah perlakuan diberikan (post-test) pada pertemuan ke-7. Pengumpulan data lapangan dilaksanakan untuk mendapatkan sejumlah data primer langsung dar ilapangan (lokasipenelitian) dengan menggunakan teknik wawancara langsung dan observasi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang dirawat inap di ruang Intermidiate yang berjumlah 9 ruang.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling6 berdasarkan kriteria diperoleh sampel sebanyak 220 sampel. Selanjutnya dengan menggunakan teknik simple random sampling didapatkan 30 ODGJ sebagai sampel. Dibagi dalam 3 kelompok; 10 ODGJ kelompok kontrol, 10 ODGJ kelompok terapi individu, dan 10 ODGJ kelompok TAK.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian dilakukan pada tanggal 16 November sampai dengan 2 Desember 2015 di ruang rawat inap Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Aceh. Data hasil pre-test dan post-test masing-masing parameteri tertera pada pada histogram gambar 1, 2 dan 3.

(3)

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 17 (2): 75-83, Agustus 2017

77

Gambar 1 Nilai pre-test dan post-test parameter pengetahuan

Gambar 2 Nilai pre-test dan post-test parameter sikap

(4)

Ainun et al.- Hubungan Terapi Modalitas Individu dan

78

Gambar 3 Nilai pre-test dan post-test parameter tindakan

Hasil pre-test dan post-tes untuk masing- masing parameter menunjukkan bahwa pada perlakuan kontrol tidak terjadi adanya peningkatan nilai (Gambar 1, 2, dan 3). Pada kelompok eksperimen, parameter pengetahuan menunjukkan peningkatan nilai post-tes yang lebih baik dijumpai pada perlakuan individu (Gambar 1). Pada parameter sikap

menunjukkan bahwa peningkatan nilai tertinggi dijumpai pada perlakuan individu (Gambar 2), sedangkan pada parameter tindakan menunjukkan bahwa perlakuan individu memberikan peningkatan nilai yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan kelompok (Gambar 3).

Tabel 1 Kisaran Nilai Rerata Pre-test dan Post-test Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen

Perlakuan Pengetahuan Sikap Tindakan

Pre-test Post-test p-value Pre-test Post-test p-value Pre-test Post-test p-value

Kontrol 4,70 4,70 - 3,50 3,50 - 5,70 5,70 -

Individu 5,80 12,00 0,0001 4,50 7,20 0,0001 8,40 19,10 0,0001

Kelompo

k 6,50 10,20 0,0001 4,10 6,00 0,002 6,60 13,90 0,004

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa kisaran nilai rerata pre-test dan post-test kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan nilai baik terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan (Tabel 1). Sementara itu, kelompok eksperimen mengalami peningkatan.

Nilai rerata post-test yang tertinggi dijumpai pada perlakuan individu terhadap parameter pengetahuan (12,00), sikap (7,20) dan tindakan (19,10). Nilai signifikansi (p-value) pada

kelompok kontrol tidak dapat dihitung disebabkan tidak ada perbedaan hasil antara pre-test dan post-test. Sementara itu, p-value pada perlakuan individu maupun perlakuan kelompok terhadap parameter pengetahuan, sikap, dan tindakan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Hal ini membuktikan bahwa hipotesis awal (Ho) ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil antara kelompok eksperimen pre-test dan post-test.

(5)

Ainun et al.- Hubungan Terapi Modalitas Individu dan

82

Tabel 2 Nilai Selisih Rerata dan Standar Deviasi Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen.

Perlakuan Parameter

Total

Pengetahuan Sikap Tindakan

Kontrol 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0

Individu 6,20 ± 3,26 2,70 ± 1,49 10,70 ± 5,03 19,60 ± 8,60

Kelompok 3,70 ± 1,83 1,90 ± 1,45 7,30 ± 6,08 12,90 ± 7,92

p-value 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001

Berdasarkan hasil uji Anova pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan terapi modalitas terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan (p<0,05). Hasil uji lanjut terhadap nilai rerata menujukkan bahwa pada parameter pengetahuan peningkatan nilai tertinggi dijumpai pada perlakuan individu (6,20 ± 3,26). Selanjutnya, hasil uji lanjut terhadap parameter sikap, peningkatan nilai tertinggi dijumpai pada perlakuan individu (2,70 ± 1,49). Sementara itu, hasil uji lanjut terhadap parameter tindakan, peningkatan nilai tertinggi juga dijumpai pada perlakuan individu (10,70 ± 5,03) . Hasil uji lanjut terhadap nilai rerata total dari ketiga parameter menujukkan bahwa nilai tertinggi dijumpai pada perlakuan individu (19,60 ± 8,60).

Pembahasan

Hasil pre-test dan post-tes untuk masing- masing parameter menunjukkan pada kelompok eksperimen, parameter pengetahuan, sikap, dan tindakan menunjukkan peningkatan nilai post-tes yang lebih tinggi dijumpai pada perlakuan individu dibandingkan perlakuan kelompok. Asumsi peneliti peningkatan nilai yang lebih baik pada perlakuan individu dipengaruhi oleh faktor metode interaksi one by one peneliti-ODGJmempengaruhi tingkat konsentrasi ODGJ lebih baik (konsentrasi penuh), peneliti juga dapat menjaga pasien tetap pokus pada materi yang diberikan dan mengendalikan stimulus eksternal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Sheridan mendapatkan bahwa terapi individu lebih efektif dibandingkan terapi kelompok dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi khususnya pada aspek sintak (struktur bahasa) dan semantik (makna yang terkandung dalam suatu bahasa) pada anak-anak perempuan autis umur 6 tahun.7,8

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap parameter pengetahuan, sikap, dan tindakan pada kelompok

eksperimen. Asumsi peneliti hal ini diduga karena perlakuan diberikan secara berulang- ulang sebanyak 6 kali dengan metode dimana ODGJ melihat, mendengar dan mempraktekan sehingga terbentukanya pola pengetahuan, sikap dan tindakan yang benar dalam menghadapi gempa bumi.9,12,13 Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Dale dalam 2 minggu setelah partisipan berpartisipasi pada tingkat keterlibatan mendengar, melihat, demosntrasi, partisipasi dalam diskusi, dan melakukan secara nyata dapat mengingat 90%

materi yang diberikan untuk diterapkan pada situasi yang dimaksud dalam kehidupan sehari- hari.7,13

Kesimpulan

Metode terapi individu menujukkan peningkatan nilai tertinggi parameter pengetahuan (6,20 ± 3,26), parameter sikap (2,70 ± 1,49), dan parameter tindakan (10,70 ± 5,03). Selanjutnya diperoleh p-value untuk masing-masing parameter p<0’05,sehingga ada pengaruh perlakuan terapi individuuntuk peningkatan kesiapsiagaan ODGJ menghadapi bencana gempa bumi di BLUD RSJ Aceh.

Metode TAK menunjukan peningkatan nilai parameter pengetahuan (3,70 ± 1,83), parameter sikap (1,90 ± 1,45), dan parameter tindakan (7,30 ± 6,08). Selanjutnya diperoleh p-value untuk masing-masing parameter p<0’05,sehingga ada pengaruh perlakuan terapi individuuntuk peningkatan kesiapsiagaan ODGJ menghadapi bencana gempa bumi di BLUD RSJ Aceh.

Daftar Pustaka

1. Abdullah, A. N., Retnosari, A., dan Sudibyo, S. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Kebutuhan Pengunjung Apotek terhadap Informasi Obat di Kota Depok. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 13 (4): 334-354.

2. Assistant Secretary for Preparedness and Response. 2010.Planning for Psychiatric Patient Movement During Emergencies and

(6)

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 17 (2): 75-83, Agustus 2017

83 Disasters. USA: Department of Health and

Human Services.

3. BLUB RSJ Pemerintah Aceh, 2013. Laporan Data Jumlah Pasien Dan Staff Perawat. Banda Aceh: BLUD RSJ Pemerintah Aceh

4. Nursa’adah, 2013. Kesiapsiagaan Staf dan BLUD Rumah Sakit Jiwa Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi. M.Si, Universitas Syiah Kuala.

5. Keliat, B. A., & Akemat, 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

6. Suryabrata. 2011. Metodologi Penelitian.

Jakarta : Raja Grafindo Persada

7. Sheridan, M. C. 2012. A Comparison Of Group Versus Individual Therapy On The Output Of Appropriate Utterances In A Six- Year-Old Girl With Autism: A Case Study.

Thesis. University of Kentucky, Uknowledge.

8. Nandinanti, I.N, Yaunin, Y., Nurhajjah, S.

2015. Efek Electro Convulsive Therapy (ECT) terhadap Daya Ingat Pasien Skizofrenia di RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(3): 883-888.

9. Murniati, B. 2011. Pengaruh Pendekatan Analisis Nilai Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Sikap Kepedulian Sosial Peserta Didik (Studi Eksperimen Kuasi di Kelas VIII SMPN1 1 Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah). Edisi Khusus, No. 2: 201-212.

10. Mustofa, A. 2009. Perubahan Budaya Public Service Organizations (PSOs) Dalam Meningkatkan Kinerja Layanan Publik. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis. 9 (1): 19-28.

11. Rutan J. S. dan Alonso A. 1982. Group Therapy, Individual Therapy, or Both?.

International Journalof Group Psychotherapy.

32(3): 267-282.

12. Sunarto, K. 2004. Pengantar Sosiologi. Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

13. Suharyat, Y. 2009. Hubungan antara Sikap, Minat, dan Prilaku Manusia. Region. 1 (2): 1- 19.

Gambar

Gambar 1 Nilai pre-test dan post-test parameter pengetahuan
Gambar 3 Nilai pre-test dan post-test parameter tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil survey mutu pengelolaan pendidikan yang meliputi 7 (tujuh) standar dan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) 22,2% institusi memiliki rumusan visi, misi

Carpal tunnel syndrome merupakan neuropati tekanan terhadap nervus medianus terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi, lingkungan kerja, kepemimpinan, disiplin kerja, dan kinerja karyawan pada perusahaan penyedia

Jurnal Konseling Andi Matappa Volume 4 Nomor 1 Februari 2020 Hal 28 34 p ISSN 2549 1857; e ISSN 2549 4279 (Diterima Oktober 2019; direvisi Desember 2019; dipublikasikan Februari 2020)

Nama Jurnal, Tahun terbit, Volume, Nomor,

string bagianhutan_nama = tx_namahutan.Text;

menjawab pertanyaan yang berkaitan teknik pengelasan pelat pada sambungan sudut Tugas :  Hasil pekerjaan pada pengelasan pelat pada sambungan sudut menggunakan proses las MIG/MAG

Plastik jenis tertentu (misalnya PE, PP, PVC) tidak tahan panas, berpotensi melepaskan bahan berbahaya yang berasal dari sisa monomer dari polimer ke dalam bahan pangan