• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN. Ketua Peneliti. T. Murdani, S. Ag, M. IntlDev NIDN: ID Peneliti : Anggota: Fahrulrizal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN. Ketua Peneliti. T. Murdani, S. Ag, M. IntlDev NIDN: ID Peneliti : Anggota: Fahrulrizal"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGARUH BANTUAN LEMBAGA

INTERNASIONAL DI DAERAH BEKAS BENCANA ALAM TERHADAP PERUBAHAN PRILAKU SOSIAL

MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN (STUDY KASUS DI KECAMATAN TRIENG GADENG)

Ketua Peneliti

T. Murdani, S. Ag, M. IntlDev NIDN: 2019057502 ID Peneliti : 201905750204000

Anggota:

Fahrulrizal

Kategori Penelitian Unggulan Nasional Bidang Ilmu Kajian Dakwah dan Komunikasi Sumber Dana DIPA UIN Ar-Raniry Tahun 2018

PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN

LEMBAGAPENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

(3)

PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT

PENERIMA BANTUAN (STUDI KASUS DI KECAMATAN TRIENG GADENG)

b. Kategori Penelitian : Penelitian Pembinaan peningkatanKapasitas c. No. Registrasi : No. Reg :

171010000007852

d. Bidang Ilmu yang diteliti : Ilmu Sosial 2. Peneliti/Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : T . M u r d a n i , S . A g . , M . I n t l D e v

b. Jenis Kelamin : Pria

c. NIP(Kosongkan bagi Non PNS) :

197505192014111001

d . NIDN :

2019057502

e. NIPN (ID Peneliti) : 201905750204000

f. Pangkat/Gol. : III/a

g. Jabatan Fungsional : P e n a t a M u d a h. Fakultas/Prodi : Dakwah Dan Komunikasi

3. Anggota Peneliti : Fahrulrizal

4. Lokasi Penelitian : Pidie Jaya

5 Jangka Waktu Penelitian : 7 (Tujuh) Bulan 6. Th Pelaksana Penelitian : 2018

7. Jumlah Biaya Penelitian : Rp. 15.000.000

8. Sumber Dana : DIPA UIN Ar-Raniry Banda Aceh Tahun 2018 9. Output dan Outcome Penelitian : a. Laporan Penelitian; b. Publikasi Ilmiah; c. HKI

Mengetahui, Banda Aceh, 15 Oktober 2018

Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan Peneliti, LP2M UIN Ar-Raniry Banda Aceh,

Dr. Muhammad Maulana, M.Ag T. Murdani, S.Ag,.M.IntlDev

NIP. 197204261997031002 NIDN.

2019057502

Menyetujui:

Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh,

(4)
(5)

mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi atau bertahan hidup paska bencana. Seperti yang terjadi di Pidie Jaya merupakan bencana gempa bumi yang merengut korban jiwa, harta dan merusak ribuan rumah warga. Paska gempa pemerintah dan pihak swasta bahu membahu membantu masyarakat untuk mempercepat upaya pemulihan baik rohani Maupin ekonomi. Namun bantuan yang datang tidak selalu membawa dapak positive. Untuk itu penelitian ini mencoba menggali dampak bantuan terhadap masyarakat khususnya di kecamatan Trienggadeng paska rehabilitasi dan rekonstruksi gempa bumi tahun 2016. Penelitian ini melihat perubahan sosial masyarakat yang siknifikan baik dari perubahan positif dan negatif. Masyarakat sudah sangat terbuka terhadap dunia luar dan banyak melakukan perubahan pada prilaku sosial namun terdapat juga konflik sosial akibat bantuan yang kurang dalam mekanisme pendistribusiannya.

Kata Kunci: Bantuan, Bencana Alam, Prilaku Sosial

(6)

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam senantiasa kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW pembawa risalah kebenaran bagi seluruh umat manusia. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pembimbing seminar, Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Ar-Raniry yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Bantuan Lembaga Internasional di Daerah Bekas Bencana Alam Terhadap Perubahan Prilaku Sosial Masyarakat Penerima Bantuan (Study Kasus di Kecamatan Trieng Gadeng)”

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

intelektual dalam bidang pengembangan masyarakat dan

kesejahteraan sosial di Aceh khususnya dan Indonesia

umumnya. Penulis sadar bahwa karya ini masih sangat

sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Akhirnya, penulis

menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memerlukan

perbaikan dan penyempurnaan, karena itu saran dan kritik

yang membangun sangat penulis harapkan.

(7)
(8)

LEMBARAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Mamfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Studi Kepustakaan ... 9

B. Bantuan ... 10

C. Lembaga Internasional ... 11

D. Bencana Alam ... 11

E. Perubahan Prilaku Sosial ... 13

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 19

B. Metode Pengumpulan Data ... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Lokasi Penelitian... 26

(9)

C. Sosial Masyarakat ... 29 D. Sikap dan Pandangan terhadap Bantuan

Paska Gempa ... 30 E. Perubahan Sosial Dalam Masyarakat F. Faktor-Faktor Terjadinya Perubahan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran-Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA... 44

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang paling sering

dilanda bencana dalam sepuluh tahun terakhir. Baik

bencana dalam kategori kecil seperti banjir, meletusnya

gunung berapi, kebakaran hutan hingga yang paling

dahsyat seperti gempa bumi dan tsunami. Gempa bumi

dalam beberapa tahun terakhir ini telah menjadi bencana

yang cukup sering menimpa rakyat Indonesia khususnya

Aceh. Oleh karena itu pemerintah Indonesia telah

membentuk Badan Penanggulangan Bencana Nasional

(BASARNAS) agar dapat memberi respon cepat ke

daerah-daerah yang dilanda bencana. Namun demikian

tingkat kerusakan yang terjadi akibat bencana membuat

bangsa Indonesia membutuhkan bantuan dan uluran

tangan pihak asing untuk melakukan pembangunan

kembali. Salah satu contoh nyata adalah apa yang terjadi

ketika terjadi gempa bumi dan disusul oleh gelombang

tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004. Dalam

upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pemerintah Indonesia

memerlukan berbagai bantuan dari pihak lain agar

pembangunan paska bencana dapat direalisasikan

(11)

gempa bumi mengguncang Pidie jaya pada tahun 2016.

Karena tingkat kerusakan yang begitu parah maka pemerintah Aceh dan pemerintah Indonesia harus menerima berbagai macam bantuan yang diberikan oleh berbagai lembaga internasional yang datang paska bencana. Metode pemberian bantuan ialah dengan mengantar lansung dan mendirikan kantor di lokasi bencana. Bantuan yang diberikan berupa pembangunan kembali rumah yang telah rusak total atau hanya merehap terhadap rumah yang rusak total, pembagian sembako, uang tunai dan berbagai bantuan modal usaha untuk membantu percepatan pemulihan kembali baik mental dan ekonomi masyarakat yang tertimpa bencana.

Namu demikian, bantuan itu sendiri ternyata

merupakan bagian dari bencana di tengah-tengah

masyarakat. Bagi masyarakat Aceh yang merupakan

masyarakat mayoritas beragama islam memiliki nilai-

nilai sosial budaya yang sangat kental dengan

keislamannya dan memiliki mekanisme tersendiri dalam

menghadapi bencana dan paska bencana dimana mereka

berasumsi lebih kepada persoalan ibadah dan kondisi

ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama. Sehingga

mendapatkan teguran dari sang pencipta. Untuk itu

mereka akan lebih taat dan saling bantu membantu serta

saling mengingatkan dalam beribadah.

(12)

Kondisi tersebut menjadi sangat jauh berbeda ketika adanya bantuan yang diberikan baik oleh pemerintah Indonesia sendiri maupun dari berbagai lembaga internasional. Dimana konflik-konflik kecil dan persaingan-persaingan untuk mendapatkan bantuan dengan melakukan berbagai manipulasi data terjadi di mana-mana.

Konflik-konflik tersebut telah berkontribusi

banyak terhadap perubahan dan pergeseran nilai-nilai

sosial budaya didalam masyarakat. Sesuatu yang lazim

ketikan masyarakat itu berubah dan memang semestinya

mesti terjadi berbagai dinamika sosial disetiap saat dan

perubahan sosial merupakan gejala berubahnya struktur

sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat dan

merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa

dalam setiap masyarakat. Perubahan sosial di masyarakat

meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan

dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor

atau unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti

ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi

pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau

unsur baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi pada

bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada

masa lampau.

(13)

Menurut Syani Abdul (2002), perubahan- perubahan pada kehidupan masyarakat merupakan fenomena sosial yang sangat wajar, oleh karena itu setiap manusia mempunyai kepentingan yang tidak terbatas.

Perubahan-perubahan akan nampak setelah tatanan sosial dan kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan kehidupan yang baru.

Namun pergeseran nilai-nilai budaya karena berbagai bantuan masyarakat internasional merupakan suatu perubahan yang harus di kaji, karena diperngaruhi oleh berbagai budaya yang sangat berbeda dengan budaya local baik dalam sudut pandang kehidupan sosial maupun keagamaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka penulis bermaksud untuk menginvestigasi lebih jauh bagaimana perubahan sosial masyarakat kecamatan Trienggadeng, Kabupaten Pidie Jaya paska rehabilitasi gempa bumi tahun 2016. Ekplorasi ini akan melihat dan memilah antara perubahan positif dan negative yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakangmasalah di atas maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

(14)

Untuk menjaga agar penelitian ini tetap konsisten pada topik yang sudah dirancang maka penelitian dimaksud akan dilakukan berdasarkan rumusan masaalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sikap dan pandangan masyarakat terhadap bantuan yang diberikan baik oleh pemerintah maupun masyarakat internasional di kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya?

2. Perubahan sosial apa saja yang terjadi di dalam masyarakat setelah proses rekonstruksi dengan menggunakan bantuan baik dari pemerintah maupun masyarakat internasional di kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya?

3. Apa saja factor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial setelah proses rekonstruksi dengan menggunakan bantuan baik dari pemerintah maupun masyarakat internasional di kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam karya ilmiah merupakan

target yang hendak di capai melalui serangkaian aktifitas

penelitian. Karena segala penelitian yang dikerjakan

(15)

memiliki tujuan sesuai permasalahannya. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana sikap dan pandangan masyarakat terhadap bantuan yang diberikan baik dari pemerintah maupun masyarakat internasional di kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.

2. Untuk mengetahui dan memahami berbagai bentuk perubahan sosial yang terjadi terhadap masyarakat di kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya setelah proses rehabilitasi dan rekontruksi.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ada, maka yang menjadi manfaat penelitian sebagai berikut:

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ada, maka yang menjadi manfaat penelitian sebagai berikut:

1) SecaraTeoritis

a. Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan

khusunya dalam bidang pengembangan

masyarakat dan kesejahteraan sosial terhadap

masyarakat di daerah bekas bencana alam dan

pengaruh lembaga internasional terhadap

(16)

perubahan sosial masyarakat. Dapat menambah wawasan pembaca dan peneliti sendiri.

b. Sebagai informasi awal dan dapat di tindak lanjuti bagi yang meneliti lebih jauh dan mendalam, tentang perubahan perilaku masyarakat, sesuai dengan bidang ilmu yang digeluti.

2) Secara Praktis:

a. Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran yang jelas tentang dampak bantuan lembaga internasional terhadap perubahan sosial masyarakat local khususnya yang terjadi di kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan

evaluasi sekaligus bahan masukan kepada

peneliti selanjutnya dan pengambil kebijakan

khususnya yang berhubungan dengan perubahan

prilaku dan sosial masyarakat di daerah-daerah

paska bencana alam.

(17)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Study Kepustakaan

Berdasarkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai Pengaruh Bantuan Lembaga Internasional di Daerah Bekas Bencana Alam Terhadap Perubahan Prilaku Sosial Masyarakat Penerima Bantuan (Study Kasus di Kecamatan Trieng Gadeng), maka peneliti melakukan telaah terhadap beberapa karya tulis atau penelitian terdahulu yang relevan dengan objek penelitian tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya kesamaan kajian, dan sekaligus menjadikan bahan referensi dalam penelitian ini.

Pembahasan yang berkenaan dengan topik serupa telah dilakukan oleh seorang peneliti lain sebelumnya, dimana yang bersangkutan melakukan pengkajian sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana.

Namun wilayah kajian dan objek yang di teliti hasil yang akan dianalisa berbeda dengan penelitian ini.

Adapun penelitian tersebut adalah; Warhamni

menungkapkan bahwa kehidupan sosial keagamaan

penyintas pasca bencana memang mengalami perubahan

terutama dalam persoalan rasa kebersamaan dan

kebudayaan saling membantu-membantu. Aparatur

(18)

gampoeng harus bekerja keras untuk melestarikan budaya gotong royong dan saling membantu setelah para pemberi bantuan meninggalkan desa mereka.

Sedangkan penelitian ini akan menfokus kepada pengaruh bantuan dari lembaga-lembaga nasional dan internasional terhadap perubahan prilaku sosial masyarakat di kecamatan Trienggadeng kabupaten Pidie Jaya.

B. Bantuan

Bantuan merupakan pemberian dari seseorang kepada orang lain, baik itu berupa pemberian cuma-cuma maupu utang atau ada perjanjian lainnya atara pemberi dengan penerima. Bantuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberian baik dari individu maupun kelompok individu kepada orang lain atau sekelompok orang yang baru saja ditimpa musibah.

Bantuan yang diberikan bertujuan untuk membantu kelompok masyarakat yang tertimpa musibah bencana alam agar mampu segera bangkit untuk menjalankan kehidupan normalnya kembali.

C. Lembaga Internasional

Lembaga Internasional merupakam lembaga non

(19)

memberikan bantuan kemanusiaan kepada kelompok tertentu dan dalam kondisi tertentu. Menurut EU Learning (nd) Lembaga internasional merupakan sebuah badan yang mempromosikan kerjasama sukarela dan koordinasi andara atau dengan anggota-anggotanya.

Lembaga Internasional yang dimaksud didalam penelitian ini adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bukan berasal dari Indonesia yang memberikan bantuan dalam rangka proses rekonstruksi di kabupaten Pidie Jaya setelah musibah gempa bumi pada tahun 2016.

D. Bencana Alam

Bencana alam dapat terjadi setiap saat dan tanpa peringatan dini sama sekali. Bencana alam tidak dapat ditunda ataupun di jadwal ulang, sehingga masyarakat sangat memerlukan kesadaran kesiagaan bencana agar mampu meminimalisir korban baik harta benda maupun korban nyawa.

Menurut Carter (2008) bencana alam adalah suatu

kejadian baik itu secara alamiah ataupun karena campu

tangan manusia baik secara tiba-tiba maupun perlahan-

lahan yang berdampak terhadap kesengsaraan manusia

dan mereka harus menanggapinya dengan tindakan yang

luar biasa melebihi kemampuan yang ada. Dalam Seri

Kesiagaan Bencana, Bencana Alam diartikan sebagai

(20)

suatu gangguan yang hebat yang menyebabkan korban manusia, kerusakan harta dan lingkungan, yang melebihi kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasinya hanya dengan mengandalkan kemampuan sumberdayanya sendiri. Kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan akibat bencana ini sering dikenal sebagai dampak bencana.

Sedangkan menurut undang-undang tentang penanggulangan bencana bab 1 pasal 1 menyatakan bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau non alam maupun ulah tangan manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerusakan harta benda, dan dampak psikologi.

E. Perubahan Prilaku Sosial

Perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan

dapat diamati secara langsung. Proses mental adalah

pikiran, perasaan dan motif yang dialami secara pribadi

namun tidak dapat diamati secara langsung. Meskipun

tidak dapat dilihat pikiran dan perasaan, proses mental

adalah sesuatu yang ril.

(21)

Sedangkan perilaku menekankan pada studi ilmiah terhadap respons perilaku yang dapat diamati dan faktor lingkungan yang memicu munculnya perilaku tersebut.

Pendekatan ini berfokus pada interaksi riil organisme dengan lingkungannya dengan kata lain berfokus pada perilaku, bukan perasaan. Prinsip pendekatan perilaku telah diterapkan secara luas untuk membantu manusia mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik.

Perubahan prilaku sosial merupakan gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat dan merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Menurut Masrizal (2014) perubahan sosial di masyarakat meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan soaial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsure baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau.

Menurut Nanang (2016) ada beberapa factor

terjadinya perubahan sosial, pertama factor yang berasal

dari dalam seperti bertambahnya jumlah penduduk,

kedua adanya penemuan-penemuan baru semacan

(22)

technologi yang memungkinkan suatu masyarakat berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Kedua, adalah faktor dari luar, diantaranya terjadi bencana Alam yang memaksa sekelompok masyarakat untuk mengungsi atau mereka harus menyesuaikan diri dengan pembangunan fisik yang ada setelah bencana. Selain dari itu peperangan juga menjadi pendorong terjadinya perubahan sosial.

Perubahan sosial merupakan sesuatu yang terus menerus terjadi karena manusia merupakan mahkluk sosial yang paling dinamis. Menurut Robert (1993) menutip dari Wilbert perubahan sosial adalah sebuah perubahan struktur sosial dimana pola-pola perilaku dan interaksi sosial merupakan output dari perubaha itu sendiri dan bergesernya norma, nilai dan fenomena kultural. Perubahan sosial juga terjadi padan tataran bergesernya pola hubungan sosial dan prilaku didalam sebuah masyarakat.

Menurut Sztompka (2008) perubahan sosial secara

umum dapat dipahami sebagai suatu proses pergeseran

atau berubahnya struktur atau tatanan didalam

masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap,

serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan

penghidupan yang lebih bermartabat. Pada tingkat

makro, terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan

(23)

komunikasi, dan organisasi, dan ditingkat mikro sendiri terjadi perubahan interaksi, dan perilaku individual.

Masyarakat bukan sebuah kekuatan fisik (entity), tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat ganda.

Soeryono (2002) mengutip dari Sumardjan mengatakan bahwa perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap dan prilaku diantara kelompok-kelompok masyarakat.

Secara garis besar dapat kita simpulkan perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada defenisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan memengaruhi struktur masyarakat lainnya.

Sedangkan pengertian suatu sistem mempunyai

pengertian tertentu. Ada yang menyebutkan maksud dari

suatu sistem merupakan untuk mencapai suatu tujuan

(goal) dan ada yang menyebutkan untuk mencapai suatu

sasaran (objectives). Goal biasanya dihubungkan dengan

ruang lingkup yang lebih sempit. Bila merupakan sistem

utama, misalnya sistem kemasyarakatan, maka istilah goal

lebih tepat diterapkan. Sedangkan untuk sistem budaya,

(24)

sistem politik, sistem ekonomi atau sistem-sistem lainnya yang merupakan bagian atau subsistem dari sistem kemasyarakatan, maka istilah objectives yang lebih tepat.

Jadi penggunaan istilah ini, sangat tergantung pada ruang lingkup dari mana memandang sistem tersebut.

Sering kali tujuan (goal) dan sasaran (objectives) digunakan bergantian dan tidak dibedakan.

Masrijal (2014) juga mengatakan Perubahan sosial juga merupakan gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat dan merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.

Proses perubahan dalam masyarakat itu terjadi karena manusia adalah makhluk yang berfikir dan bekerja. Disamping itu selalu berusaha untuk memperbaiki nasib serta kekurangan-kekurangannya untuk mempertahankan hidup (survive). Namun Masrijal juga berpendapat bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu, karena keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya atau disebabkan oleh ekologi.

Tingkatan perubahan adalah suatu kecepatan

yang dengannya berbagai unsur struktur budaya dan

sosial muncul, lenyap atau diganti oleh unsur-unsur lain.

(25)

kepada beberapa faktor, yang sama dengan faktor-faktor yang menentukan tingkat penerimaan sistem-sistem sosial terhadap perubahan.

Mustafa (1989) menjelaskan bahwa perubahan

sosial dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sumber-sumber

daya alam, atau lokasi geografis dalam hubungannya

dengan masyarakat-masyarakat lain tingkat

keterhubungan atau keterpisahan. Ada juga bersifat

kultural, seperti keberadaan dasar pengetahuan, keahlian,

dan inovasi-inovasi yang baru.

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kecamatan Trieng Gadeng, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Indonesia. Penelitian ini akan dilakukan selama 4 (empat) bulan sejak Mei sampai Agustus 2018.

2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan studi lapangan dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau ucapan, tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati, dimana peneliti dapat mengenali subyek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata verba, bukan dalam bentuk angka.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah yang berwujud informasi dari berbagai

(27)

masyarakat penerima bantuan den berbagai perubahan prilaku sosial didalam masyarakat.

Sumber data dapat diperoleh dari orang-orang yang dianggap memiliki pengetahuan yang cukup terhadap informasi yang dibutuhkan melalui wawancara, dokumentasi dan pengamatan langsung, informan kunci dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini.

B. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara mendalam,

wawancara akan dilakukan secara resmi terstruktur dengan menentukan aspek-aspek atau tema wawancara sebelum turun ke lapangan. Wawancara akan dilakukan dengan para pimpinan kecamatan, pimpinan gampoeng dan masyarakat penerima bantuan.

2. Focus Group Discussion (FGD),

FGD dilakukan untuk mendapatkan data

yang konkrit dan komprehensif dari sejumlah

stakeholder dilapangan, khusunya di kecamatan

Trieng Gadeng kabupaten Pidie Jaya.

(28)

3. Observasi, (pengamatan langsung)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi partisipasi moderate (sedang) yaitu berusaha menyeimbangkan posisi sebagai orang dalam yang mengamati dari dekat dan sebagai orang luar yang mengamati dari luar. Peneliti masuk kedalam latar, bergaul dan berbincang-bincang dengan subyek. Selain menggunakan cara observasi terbuka juga dilakukanobservasi yang berlangsung pada latar yang alami.

5. Dokumentasi

Kajian dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data konkrit tentang latar belakang masyarakat, berbagai kebijakan ketika pembagian bantuan, berbagai jenis bantuan atau program yang dijalankan, serta berbagai literature yang pernah ditulis.

6. Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis data kualitatif yang bersifat deskriptif,

(29)

menginterpretasikan situasi dan kondisi setiap hubungan atau proses yang sedang berlangsung sehingga diperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Terdapat perbedaan yang khas antara penelitian kuantitatif dan kualitatif adalah pada teknik analisa data yang digunakan. Biasanya penelitian kuantitatif menggunakan teknik statistik, sedangkan pada penelitian kualitatif menggunakan teknik non statistik, karena data seluruhnya adalah kualitatif.

Moeloeng berpendapat tentang analisis data adalah untuk menemukan unsur-unsur atau bagian- bagian yang berisikan kategori yang lebih kecil daripada penelitian. Menurut Moh. Kasiram, proses analisis data dalam penelitian kualitatif sudah bisa dimulai sejak akan masuk lapangan, sedang berada di lapangan, dan setelah selesai pengumpulan data di lapangan.

Dari kutipan-kutipan di atas dapat dipahami

bahwa dalam melakukan analisis data yang telah

dikumpulkan di lapangan haruslah sistematis dan

objektif, artinya berdasarkan data dan fakta yang terjadi

di lapangan sehingga mampu dipertanggungjawabkan

secara ilmiah. Selanjutnya data atau informasi yang

dicatat di lokasi penelitian atau yang didapatkan di

(30)

lapangan harus dianalisis secara terus menerus untuk mendapatkan jawaban tentang efektifitas program yang diteliti tersebut.

Data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi dalam penelitian ini kemudian diolah dan dianalisa secermat mungkin untuk kemudian menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai dan dipertanggungjawabkan dalam menjawab berbagai tujuan dan fokus permasalahan, jadi dalam mengolah dan menganalisa data penulis menggunakan triangulasi, yaitu sebuah teknik pemeriksaan keabsahan data yang didapat di lapangan dengan cara membandingkan antara data yang satu dengan data yang lain.

Lexy J. Moeleong menyatakan bahwa triangulasi adalah data yang didapat dari sumber yang lain lalu digunakan untuk pengecekan atau sebagai pembanding dari satu data ke data lainnya. Hal ini dapat dicapai dengan cara:

1. 1. Membandingkan data dari hasil pengamatan dengan data dari hasil wawancara.

2. 2. Membandingkan apa yang dikatakan oleh

orang di depan umum dengan yang dikatakan

(31)

3. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan orang ketika tidak sedang dalam penelitian.

4. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang umum.

5. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen atau data yang ada keterkaitan.

Data yang telah terkumpul dalam bentuk verbal

dalam penelitian ini berikutnya akan diolah agar menjadi

ringkas dan sistematis, dengan penekanan pada data

setiap lokasi untuk kemudian dianalisis secara mendalam

sebagai hasil kajian yang kemudian dirangkum dalam

laporan yang disajikan secara objektif, sistematis dan

ilmiah.

(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu kabupaten termuda di Aceh, kabupaten ini lahir dari hasil pemekaran dari Kabupaten Pidie yang beribu kota pemerintahannya di Kecamatan Meureudu. Kabupaten Pidie Jaya disahkan pada 2 Januari 2007 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007. Kabupaten Pidie Jaya terdiri dari delapan Kecamatan, yakni Kecamatan Bandar Baru dengan ibu kotanya Lueng Putu, Kecamatan Pante Raja ibu kotanya Keude Pante Raja, Kecamatan Trienggadeng Ibu kotanya Keude Trienggadeng, Kecamatan Meureudu Ibukotanya Kota Meureudu, Kecamatan Meurah Dua Ibu kotanya Simpang Puet, Kecamatan Ulim Ibu kotanya Keude Ulim, Kecamatan Jangka Buya Ibu kotanya Keude Jangka Buya, Kecamatan Bandar Dua Ibu kotanya Ulee Gle. Selain itu, Kabupaten Pidie Jaya terdapat 34 Mukim dan 222 Gampong (Desa), serta memiliki luas wilayah 1.162,84 Km².

Letak Georafi Kabupaten Pidie Jaya berada pada 4°54′ 15,702″N sampai 5° 18′ 2,244″ N dan 96°1′

13,656″E sampai 96°22’1,007 ″E. Secara Topografi

(33)

2300 mdpl dengan tingkat kemiringan lahan antara 0 sampai 40%.

B. Kecamatan Trieng Gadeing

Trienggadeing merupakan kecamatan yang

memiliki luas wilayah 79,37 Km

2

dan memiliki 27

gampoeng yakni, Panton Raya, Peulandon Tunong,

Peulandok Teungoh, Buloh, Dayah Ujong Baroh, Matang,

Dee, Dayah Teumanah, Tampui, Reusep, Mesjid

Peuduek, Tuha, Paya, Mesjid Trienggadeing, Tung Kleut,

Me Pangwa, Rawasari, Cot Makaso, Kuta Pangwa,

Meucat Pangwa, Dayah pangwa, Cot Lheu Rheung,

Meue, Keude, Raya, Me Peuduek dan Sagoe. Jumlah

penduduk 21.526 dengan rincian laki-laki berjumlah

10.296 dan perempuan berjumlah 11.230.

(34)

Adapun batas wilayah kecamatan Trienggadeng, sebelah utara berbatasan dengan Laut Selat Malaka. sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Bukit Barisan.

Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Meureudu, kecamatan Bandar Baru, kecamatan Ulim, kecamatan Jangka Buya, dan kecamatan Bandar Dua.

Dalam penelitian ini pengumpulan data berfokus pada lima gampoeng yakni, gampoeng Rawasari, gampoeng Meue, gampoeng Cot Lheu Rheng, gampoeng Tampui dan gampoeng Me Pangwa.

Table berikut ini memberikan sekilas gambaran tentang lima gampoeng diatas.

No Nama

Desa

Luas Wilayah

Jumlah penduduk

Total Laki-

laki

Perempu an 1 Rawasa

ri 1,50 km

2

460 484 944

2 Meue 1,90 km

2

858 846 1,704

3

Cot Lheu

Rheung 2,50 km

2

421 402 841

(35)

4 Tampui 1,00 km

2

403 582 985

5 Me

Pangwa 3,00 km

2

385 504 889

Pemilihan gampoeng dilakukan dengan acak diaman didalamnya terdapat gampoeng yang rusak parah setelah terjadinya gempa, ada yang rusak sedang dan ada yang rusak ringan, namun ketiga kategori tersebut menerima bantuan paska kerusakan yang diakibatkan oleh gempa yang terjadi pada Februari 2016.

C. Sosial Masyarakat

Masyarakat Pidie Jaya sebagaimana masayarakat Aceh lainnya merupakan komunitas masyarakat yang sangat kentara dengan syariat Islam. Masyarakat dalam kecamatan Trienggadeng merupakan suatu komunitas yang tidak dapat dipisahkan dalam ajaran islam baik dalam susunan strata sosial dan juga dat istiadat. Hal ini jelas terlihat dalam sistim pemerintahan di gampoeng yang sangat besar pengaruh imam dan pemuka agama disamping gechik dan perangkat gampoeng lainnya.

Sistim kekerabatan juga sangat kental dipengaruhi oleh

ajaran Islam yang mereka anut. Setiap gampoeng di

Aceh, kecamatan Trienggadeng khususnya memiliki

meunasah (balai) yang memiliki multi fungsi. Disamping

(36)

fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, meunasah juga berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat, pendidikan, kesesahat, bahkan kegiatan olah raga.

Pengambilan keputasan terhadap kepentingan bersama dilakukan dengan musyawarah dimana didalamnya terlibat berbagai unsur; aparat gampoeng, perwakilan dusun, kepemudaan, dan imuem, namun adakalanya perempuan tidak dilibatkan.

Masyarakat kecamatan Trienggadeing dalam kesehariannya memiliki berbagai kegiatan ekonomi dan profesi, mulai dari pegawai negeri, pedagang, pengusaha, nelayan, petani (kebun, tambak, dan sawah). Mayoritas dari penduduk Trienggadeng berprofesi sebagai petani kebun dan sawah.

Pendidikan masyarakat sudah cukup moderat, dimana ramai generasi muda yang sudah menjadi sarjana dan terpencar diberbagai pelosok Aceh dan bahkan diluar Aceh.

D. Sikap dan Pandangan terhadap Bantuan Paska Gempa

Masyarakat di kecamatan Trienggadeng pada

umumnya sudah bisa digolongkan kedalam kondisi

masyarakat yang moderat. Sikap moderat menurut

(37)

masyarakat lebih toleran dan memiliki prilaku kompromi terhadap suatu persoalan yang baru.

Kondisi sosial masyarakat terhadap bantuan dapat digolongkan kedalam tiga kategori, menerima, menerima dengan curiga dan menolak.

1. Menerima,

Kebanyakan masyarakat kecamatan Trienggadeng tidak memiliki masaalah berarti terhadap pendatang khususnya yang membawa bantuan setelah musibah gempa yang menimpa daerah mereka. Merekapun sangat menyadari bahwa dari sejumlah lembaga yang datang dengan bantuan banyak juga lembaga yang berasal dari kelompok non muslim. Namun dengan kondisi yang tidak menentu setelah gempa mereka tidak mempersoalkan bantuan dimaksud.

Pandangan ini menunjukkan bahwa mereka mampu memahami kondisi dan isu yang berkembang namun mampu merasionalisasikannya sehingga mereka mampu menghubungkannya bahwa tidak ada pengaruh bantuan terhadap keyakinan yang mereka anut selama ini.

Pada akhirnya memang terbukti bahwa mereka

saat ini tidak menemukan adanya kegiatan atau bantuan

(38)

yang ada kaitannya dengan pemurtadan atau ajaran yang menyimpang dari keyakinan mereka, sehingga mereka mengekpresiasikan bahwa mereka sangat beruntung tidak terpengaruh dengan berbagai isu negative selama pendistribusian bantuan setelah bencana gempa bumi.

2. Menerima dengan rasa curiga

Kondisi ini dirakan oleh sebagian masyarakat

Trienggadeng paska bencana gempa bumi. Seiring

datangnya bantuan untuk pemulihan bencana isu

terhadap adanya misi tertentu dibalik bantuan

khususnya dari non muslim juga ikut dihembuskan oleh

sumber yang tidak diketahui. Isu ini tersebar dari mulut

ke mumulut di desa mereka sehingga mereka

meningkatkan rasa kewaspadaan. Namun kebanyakan

dari kelompok ini menerima bantuan walaupun penuh

dengan rasa was-was. Bila bantuan yang datang dari

institusi non muslim mereka selalu memeriksanya secara

seksama dan sangat berhati-hati terhadap proses

administrasi yang diminta oleh institusi pembawa

bantuan, walaupun pekerja dilapangan merupakan

orang Aceh sendiri.

(39)

3. Menolak

Walaupun demikian terdapat sejumlah situasi dimana masyarakat masih tertutup dan menolak bantuan dari lembaga non muslim. Penolakan ini terjadi karena adanya isu yang berkembang akan adanya misi terselubung dalam bantuan khususnya yang berkaitan dengan agama dan kepercayaan masyarakat selama ini.

Penolakan umumnya terjadi terhadap bantuan rumah, sehingga pada akhirnya ramai masyarakat yang tidak mendapatkan rumah setelah masa rehabilitasi berakhir.

Penolakan bantuan juga terjadi terhadap bantuan lainnya seperti bantuan selimut dan makanan tetapi tidak dominan. Setelah masa darurat dan rehabilitasi selesai mereka merasa sedikit menyesal telah mempercayai isu yang tidak jelas sumbernya tersebut.

Pada akhirnya mereka sendiri yang sangat dirugikan karena tidak mendapat bantuan rumah dan peralatan lainnya. Penyesalan ini dapat dilihat ketika peneliti mencoba mngoreksi informasi tentang mengapa mereka percaya terhadap isu yang tidak jelas tersebut.

Dalam penyaluran bantuan dilapangan peneliti

juga menemukan kendala yang berbagai macam

bentuknya. Ada bantuan yang diberikan langsung oleh

indic=vidu namun bantuan ini tidak dapat mencukupi

(40)

seluruh desa, hanya orang orang yang dipih secara acak

saja yang dapat, shingga menimbulkan kecemburuan

dan kurang puas bagi masyarakat yang lainnya. Ada

juga bantuan yang diberikan dengan jumlah kecil

melalui perangkat gampoeng, bantuan ini sering menjadi

polemik bagi aparat gampoeng karena tidak langsung

membagikannya kepada masyarakat. Alasan aparat

gampoeng sebenarnya cukup logis, yakni bila bantuan

didistribusikan akan mengakibatkan konflik dan

keributan didalam masyarakat, sehingga aparat

gampoeng lebih memilih untuk menunda

pendistribusian sambil menunggu datangnya bantuan

lain. Jika barang tersebut makanan pokok mungkin

sedikit mudah karena walau sedikit tetapi masih bisa

lansung didistribusikan dengan menyesuaikan jumlah

yang didapat oleh seorang penerima. Tetapi kalau

bantuan tersebut berupa sarung, selimut dan sejenisnya

tidak mungkin disesuaikan. Kondisi ini sangat rentan

didalam masyarakat karena menimbulkan berbagai

prasangka dan kecurigaan. Ramai masyarakat yang

beranggapan kalau bantuan yang sudah datang tidak

didistribusikan oleh aparat gampoeng karena ingin

kuasai sendiri atau hanya akan diberikan kepada

kerabanya saja. Tidak jarang polemik ini terjadi dan

(41)

dan saling mencurigai. Hal ini mengakibatkan terjadinya kerenggangan keharminisan yang telah mereka miliki di gampoeng sebelum terjadinya gempa bumi. Bahkan kondisi keretakan ini juga terjadi sesama anggota keluarga khususnya kalau ada anggota keluarga yang terlibat dalam kegiatan pendistribusian bantuan.

E. Perubahan Sosial Dalam Masyarakat

Perubahan yang terjadi didalam masyarakat paska selesainya Rehabilitasi dan rekonstruksi gempa bumi dapat dibagi menjadi dua keompok yaitu perubahan positif dan perubahan negative

1. Perubahan Positif

Sebahagian besar masyarakat trienggadeng

mengalami perubahan yang cukup kearah yang

cukup baik paska rehabilitasi dan rekonstruksi

gempa Pidie Jaya. Kelompok masyarakat ini

khususnya di pusat kota kecamatan yang

memiliki berbagai usaha yang sangat erat

kaitannya dengan kegiatan rekonstruksi. Ketika

lembaga, individu, institusi dan kelompok

masyarakat yang datang mereka akan singgah

beberapa hari dan berbelanja berbagai keperluan

sehari-hari atau untuk proses rekonstruksi yang

pada kenyataannya membantu mempercepat

(42)

proses pemulihan kegiatan ekonomi di kecamatan Trienggadeng.

Disamping itu ramai masyarakat yang ikut terlibat langsung dengan bekerja pada perusahaan- perusahaan atau pemborong yang ikut serta dalam membangun rumah dan fasilitas umum lainnya. Kondisi ini selain membantu pemulihan ekonomi keluarga, anggota masyarakat yang terlibat juga memiliki pengalaman bagaimana sistem bekerja pada perusahaan dan pemborong yang sangat ketat dengan penggunaan keuangan, jam kerja dan kejar target. Mereka yang terlibat memiliki pengalaman yang berbeda dengan apa yang selama ini mereka praktekkan sendiri baik tukang maupun pekerja bangunan lepas di kecamantan mereka.

Kecamatan Trienggadeng merupakan daerah yang dikategorikan rusak berat akibat gempa bumi sehingga proses rekonstruksi mendapat porsi yang lebih besar dari kecamatan lainnya.

Porsi ini mengakibatkan banyak lembaga dan

institusi yang datang. Sehingga masyarakat

banyak yang bersentuhan langsung dengan

(43)

interaksi tersebut tentu ada nilai positif dan negatif. Namun dari sisi positif terjadinya penyerapan dan pengadopan budaya positif terhadap budaya local, baik tingkah laku, cara berbicara, menegur dan menyapa, dan budaya antusiasme kerja untuk kehidupan yang lebih layak.

Interaksi langsung tentunya menjadi salah satu sarana untuk bertukar cerita tentang daerah asal masing-masing yang menambah wawasan bagi masyarakat lokal mengenai daerah-daerah lain baik di Aceh itu sendiri maupun Indonesia bahkan luar negeri.

2. Perubahan Negatif

Suatu hal yang tidak bisa dipisahkan adalah nilai

positif dan negatif, dimana nilai positif selalu

diikuti oleh nilai negatif yang merupakan dua

kutup yang selalu beriringan. Perubahan positif

ini sangat kentara terhadap kelompok masyarakat

yang memiliki resistensi yang tinggi terhadap hal-

hal yang baru. Kelompok masyarakat ini sangat

tegas menolak ide-ide baru, kondisi baru ataupun

dengan berbagai alasan. Nilai positif juga dapat

terjadi ketika masyarakat over reaktif terhadap

(44)

hal-hal yang baru dimana mereka menerimanya dengan bulat bulat tanpa menyaring dan menyesuaikannya dengan budaya dan karakter mereka sendiri. Situasi ini nantinya menjadi persoalan internal bagi mereka ketika para pekerja rekonstruksi telah melaksanakan tugasnya dan kembali ke tempat asal mereka.

Interaksi langsung baik dengan mekanisme kerja perusahaan dan sistem borongan maupun berbagi cerita terhadap daerah masing-masing. Ketika ada anggota masyarakat yang tidak mampu memenuhi target kerja yang telah dibebankan tentunya akan diberikan sangsi. Sangsi ini nantinya akan menjadi persoalan sendiri bagi masyarakat yang mungkin belum pernah mengalami kondisi semacam ini. Terdapat sejumlah masyarakat kecamatan Trienggadeng yang mengalami hal yang serupa dan menilai kondisi ini dari sudut pandang yang berbeda.

Cerita dari ienteraksi langsung juga ada kalanya

akan menambah prejudis dan steritipe terhadap

kelompok masyarakat tertentu ketika masyarakat

salah memahami cerita yang digambarkan.

(45)

F. Faktor-Faktor Terjadinya Perubahan Sosial

Paska usaha rekonstruksi dan rehabilitasi di Pidie jaya khususnya kecamatan Trienggadeng ternyata baik disadari maupun tidak telah banyak membawa berbagai perubahan didalam masyarakat itu sendiri. Beberapa penyebab perubahan sebenarnya diakibatkan oleh bencana gempa itu sendiri sedangkan lainnya ternyadi karena interaksi sosial antara para pekerja rekonstruksi dengan masyarakat Tdi kecamatan Trienggadeng.

1. Bagi masyarakat kecamatan Trienggadeng yang merupakan komunitas masyarakat Islam, musibah gempa bumi yang mereka alami merupakan sebuah teguran ataupun cobaan, sehingga setelah gempa melanda masyarakat lebih agamis dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban agama yang selama ini mereka tinggalkan. Desa-desa didalam kecamatan Trienggadengpun telah melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan seperti shalat berjama’ah, ceramah agama, pengajian dan zikir bersama secara rutin. Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh ibu Rahmawati dari gampoeng Tampui,

“Setelah terjadinya gempa masyarakat menjadi

lebih taat beragama, shalat berjama’ah lima

(46)

waktu, melakukan pengajian rutin dengan mengundang teungku-teungku, dan mengikuti zikir bersama di desa masing-masing maupun di kecamatan. Masyarakat kelihatannya lebih taat dan patuh terhadap ajaran agama”.

2. Disamping taat beragama ternyata proses rekonstruksi juga merubah sikap masyarakat yang dulunya dianggap sangat sosial menjadi sedikit materialistis, dimana masyarakat sudah mulai menghargai sesuatu dengan uang. Budaya gotong royong hanya untuk kepentingan public selebihnya merupakan pekerjaan yang harus dikonvensi dengan uang. Disamping itu ada juga masyarakat yang sedikit mengalami ketergantungan terhadap bantuan dan menjadi malas dalam bekerja dan berusaha.

3. Dalam pendistribusian bantuan masyarakat

mensinyalir banyak terjadinya penyelewengan dan

nepotisme sehingga menghilangkat rasa percaya

terhadap aparat gampoeng. Kondisi ini menimbulkan

sikap kurang percaya dan saling curiga didalam

masyarakat. Disamping itu masyarakat sendiri melihat

bahwa orang-orang yang dekat dengan aparat

gampoeng atau malah kerabatnya sendiri mendapat

(47)

bahkan rumah walaupun rumah mereka tidak begitu

rusak. Salah satu sumber yang tidak mau

didentifikasikan menunjukkan contoh ketikan tim

peneliti berada dilapangan. Perpecahan karena

kecurigaan tidak dapat dihindari sehingga

mengakibatkan timbulnya rasa individualism dan rasa

saling tidak percaya.

(48)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Musibah gempa bumi yang terjadi di Pidie Jaya khusunya kecamatan Trienggadeng yang kemudian diikuti oleh datangnya berbagai bantuan adri berbagai daerah, intstitusi dan organisasi telah mengakibatkan terjadinya perubahan sikap dan prilaku masyarakat kearah positif dan juga negatif pada saat yang bersamaan.

Perubahan positif telah mendorong terjadinya perubahan sikap didalam masyarakat yang dianggap dapat memperbaiki situasi yang ada. Nilai-nilai positif yang diadopsi selama proses rekonstruksi dan rehabilitasi telah mampu memotivasi masyarakat untuk berfikir lebih maju dan lebih moderat. Pengalaman selama proses tersebut telah mengajarkan mereka untuk tidak lagi mudah percaya kepada isu-isu yang tidak jelas sumber kebenarannya. Masyarakat juga menunjukkan sikap lebih kritis dari sebelumnya, mereka punya keinginan yang kuat untuk mencari tahu apa yang mereka kurang tahu khususnya yang berkaitan dengan kepentingan mereka.

Masyarakat juga telah memiliki keinginan yang kuat

untuk menjadi lebih baik dan mengadopsi motivasi dan

(49)

Perubahan yang terjadi ternyata juga telah mengubah sedikit tradisi yang mereka pertahankan selama ini seperti sikap saling bantu menbanti telah mengalami degradasi yang cukup siknifikan dimana masyarakat lebih ekonomis dan individualis. Sikap saling tidak percaya telah tumbuh didalam masyarakat yang diakibatkan oleh sistem distribusi bantuan yang kurang baik selama proses rekonstruksi dan rehabilitasi berlangsung. Sikap ini telah mengakibatkan benih-benih komflik sosial didalam masyarakat yang sewaktu-waktu bila tidak di kelola dengan baik. Perpecahan antara masyarakat dengan aparat gampoeg dan tokoh masyarakat bisa dilihat dari cara dan informasi yang disampaikan oleh warga ketika proses interview, walau tidak semua gampoeng menunjukkan sikap yang sama.

B. Saran - Saran

Dari pemaparan hasil penelitian diatas dapat dipahami bahwa setiap proses rehabilitasi dan rekonstruksi dapat berdampak baik berupa sesuatu yang positif maupun negatif terhadap masyarakat setempat.

Untuk itu baik pemerintah daerah maupun lembaga

bantuan perlu memperhatikan hal hal yang berkaitan

dengan sistem dan metode bantuan yang mereka

lakukan.

(50)

1. Pemerintah daerah sebaiknya memiliki control penuh terhadap semua bantuan untuk menghindari berbagai dampak dan isu-isu yang tidak bersumber didalam masyarakat

2. Pemerintah perlu memerhatikan konflik sensitifitas yang diakibatkan oleh sistem distribusi bantuan yang tidak terkoordinir.

3. Lembaga diluar pemerintah hendaknya melakukan koordinasi penuh dan pendampingan dari pemerintah daerah agar tidak menimbulkan kesalahpahaman didalam masyarakat

4. Perlu diadakan evaluasi terhadap para pemegang

amanah pendistribusian bantuan untuk

menghindari penyelewengan dan upaya untuk

memperkaya diri dan keluarganya dari bantuan

dimaksud

(51)

Daftar Pustaka

Basrawi, A, S., (2002), Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Makro, Surabaya: Insan Cendikia

Masrijal, Pengendalian Masalah Sosial Melalui Kearifan Lokal, (Banda Aceh: Syiah Kuala University Press Darusalam, 2014), hal.79

Kasiram, M., ( 2008), Metodologi Penelitian Kualitatif- Kuantitatif, Cet. I. Malang: UIN Maliki Press

Mustafa O, A,. (1989), Sosiologi Modernisasi, Telaah Krisis Tentang Teori Riset dan Realitas, Cet. I, (Yogyakarta:

PT Tiara Wacana Yogya, 1989), h al. 200.

Muhajir, N., (1996), Metodologi Penelitian Kualitatif:

Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik, Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama, cet. VII Yogyakarta: Rake Sarasin

Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial,

(Jakarta: Pt Rineka Cipta, 1993), hal. 4.

(52)

Nanang, M,. (2016), Sosiologi Perubahan Sosial,

Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial, Ed Revisi, cet. 4 Jakarta: Rajawali Press. Hal. 16

Shulamit, R., (1992), Feminist Method in Social Research, terj. Lisabona Rahman dan j. Bambang Agung, Jakarta: Women Research Institute.

Soeryono, S.,(2002), Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta:

Rajawali Press, hal. 24.

Susilahati, (nd) ,Seri Kesiagaan Perempuan Dalam Menghadapi Bencana, Meningkatkan Kesiagaan Perempuan Dalam Menghadapi Bencana…,hal.

23.

UU RI No. 24. Tahun 2007, Tentang Penanggulangan Bencana.

Warhamni, (2015), Kehidupan Sosial Keagamaan Penyintas Pasca Gempa di Kampung Blang

Mancung Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh

Tengah (Skripsi tidak dipublikasikan), Banda

Aceh: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

(53)

http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-

moderat-dan-contohnya/

(54)

Gambar

Table  berikut  ini  memberikan  sekilas  gambaran tentang lima gampoeng diatas.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian terhadap hipotesis 1 yang telah dilakukan pada Bab IV menunjukkan bahwa kualitas produk sebagai variabel bebas memiliki pengaruh positif yang

Untuk genset G3508, aturlah 2301A LSSC untuk bisa bekerja secara isochronous dengan memutar potensio Droop, Load Gain, dan menutup terminal Open For Droop pada frekwensi kerja

Meningkatnya jumlah ibu rumahtangga yang bekerja di luar rumah ditandai dengan terbukanya kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki untuk memperoleh pendidikan

Pencadangan ataupun penetapan suatu daerah menjadi kawasan ekowisata bertujuan untuk mengharmonisasikan antara kebutuhan ekonomi masyarakat dengan keinginan untuk

Kepemilikan bersama atas hal-hal yang fisik (sharing in the physical sense) dan psikologis (sharing in the psiciological consiousnes). Apa yang di bagi dalam definisi

penampang melintang akar dengan luas penampang melintang batang atau basal area. Diameter seluruh akar proksimal diukur pada jarak 20 cm dari dasar batang. Demikian pula

Oleh Stasi St Lusia Rumbai Sabtu, 25 Agustus 2012 waktu belum menunjukkan pukul sembilan pagi, rombongan dari Paroki Santo Paulus Labuh Baru yang dipimpin Pastor

Dalam tabel program acara dan deskripsi acara di atas dapat dilihat bahwa dari keseluruhan jadwal acara selama seminggu di Radio Elisa Fm terdapat format siaran yang mayoritas adalah