Observasi Kaum Dhuafa
Pengantar
Masih ingat apa yang diperintahkan Kiai Ahmad Dahlan kepada santri-santrinya setelah mengkaji surat al-Ma’un? Mencari kaum dhuafa. Tepat sekali. Para santri kemudian diperintahkan untuk melakukan aksi lapangan untuk menyantuni fakir miskin. Inilah upaya untuk mewujudkan praksis Islam dalam realitas kehidupan. Inilah upaya mengamalkan ajaran Islam sebagai alat
transformasi sosial menuju keadaan yang lebih baik. Inilah manifestasi dari dakwah pencerahan.
Pada saat itu apa yang dilakukan para santri tentunya masih dalam taraf yang sederhana.
Mereka cukup berjalan sekeliling kauman menyusuri jalan-jalan untuk mencari kaum dhuafa.
Apa yang mereka lakukan ini sesungguhnya adalah observasi dalam tingkat yang sederhana.
Kemudian tentu saja dengan mudahnya mereka menemukan para pengemis dan anak jalanan atau keluarga miskin lalu mereka santuni.
Namun dalam konteks kekinian, upaya untuk menemukan kaum dhu’afa tidaklah cukup hanya dengan berkeliling sederhana. Kemiskinan saat ini telah menjadi problem sosial yang cukup rumit. Perlu kehati-hatian dalam melihat kemiskinan sehingga nantinya dapat
memberikan bantuan yang tepat sasaran. Pengemis di jalanan yang secara penampilan adalah orang miskin pada kenyataan belum tentu demikian. Apalagi jika melihat penyebabnya.
Sekalipun mereka benar-benar miskin, ternyata penyebabnya tidak sesederhana hanya sekedar kekuarangan sadang dan pangan.
Oleh karenanya, sebelum kita turun lapangan untuk membantu mereka, kita akan harus melakukan observasi terlebih dahulu terhadap obyek (kaum dhuafa) yang nantinya akan kita beri bantuan/berdayakan. Observasi ini selain bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat juga sekaligus sebagai media dakwah dan wahana pembelajaran bagi mahasiswa.
Pengertian dan Teknik Observasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata observasi adalah peninjauan secara cermat.
Kemudian mengobservasi artinya adalah mengamati atau mengawasi dengan teliti. Morris mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat suatu gejala dengan bantuan instrumen- instrumen dan merekamnya dengan tujuan ilmiah atau tujuan lain. (Morris, 1973: 906).
Weick mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melakukan pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodeaan serangkaian perilaku dan suasana berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. (Weick, 1976: 253).
Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati objek penelitian secara langsung. Hal itu bertujuan untuk memperoleh hasil yang akurat karena peneliti dapat menyaksikan, memahami, serta memperhatikan objek dari dekat.
Dalam melakukan observasi setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan yaitu:
1. Pemilihan (selection)
Pemilihan (selection) artinya pengamat menfokuskan pengamatan pada suatu topik atau obyek tertentu yang relevan dengan tujuan observasi. Pada saat mendatangi obyek tentu saja kita melihat, mendengar dan menangkap kesan atas berbagai hal. Jangan sampai kemudian hal ini malah membuyarkan perhatian sehingga malah focus pada hal-hal yang tidak relevan dengan topik dan tujuan observasi.
2. Pencatatan (recording)
Pencatatan (recording) adalah upaya merekam kejadian-kejadian baik menggunakan tulisan, alat perekam suara, video, maupun foto.
3. Pengkodeaan (encoding)
Pengkodean (encoding) adalah proses mensortir dan menyederhanakan catatan, kemudian mencoba menghubungkan antara data yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan tertentu selaras dengan topik dan tujuan observasi. (Miles dan Huberman, 1984:16).
Observasi yang kita lakukan di dalam mata kuliah Kemuhammadiyahan ini tidak hanya bertujuan untuk mengumpulkan data. Tapi, sebagaiamana telah disinggung dalam pengantar di atas, mempunyai tiga tujuan utama yaitu:
1. Sebagai alat pengumpulan data
Melalui observasi ini kita akan mendapatkan data-data penting terkait dengan pemberdayaan kaum dhuafa. Di sinilah kemudian kita harus perhatikan tiga langkah di atas agar data yang kita dapatkan sesuai dengan yang diharapkan.
Sebagai media pembelajaran
Dengan bertemu langsung dengan kaum dhuafa kita harus belajar menangkap hikmah dan pelajaran penting yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kita.