• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN : MAKNA, URGENSI DAN RELEVANSINYA BAGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM. Abstract:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN : MAKNA, URGENSI DAN RELEVANSINYA BAGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM. Abstract:"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Az-Ziqri, Vol. 1 No. 02 Juli-Desember 2019 77 STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN : MAKNA, URGENSI DAN

RELEVANSINYA BAGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

Khabibul Khoir

Abstract:

Thoughts on the development of Islamic education to encourage critical analytical thinking, creative and normative in the face of various practices and current issues in the field of education weeks to be studied and analyzed from fondasionalnnya dimensions so as not to lose the spirit or the spirit of Islam and / fragility philosophical foundation, as well as the face of the trend. Emphasis on the importance of students to live by the values of goodness, spirituality and morality as neglected. In fact the opposite is happening.

Nowadays, many educational institutions have been transformed into industrial business, which has a pragmatic vision and mission.

Education geared to deliver pragmatic individuals who work to achieve material success and social professions that will prosperity themselves, companies and countries.

Key Words. Kebijakan Pendidikan, Pengembangan Pendidikan Islam

(2)

Az-Ziqri, Vol 1. No.02 Juli-Desember 2019 . 78

A. PENDAHULUAN

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.

Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri, perusahaan dan negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi.

79

Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang beradab. Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma pendidikan Barat yang sekular.

Dalam budaya Barat sekular, tingginya pendidikan seseorang tidak berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang bersangkutan. Dampak dari hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin adalah banyaknya dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam kehidupan nyata, mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan berbahagia. Masih ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan rendahnya moral serta

79 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 12.

(3)

Az-Ziqri, Vol. 1 No. 02 Juli-Desember 2019 79

akhlak kehidupan Muslim. Ini terjadi disebabkan visi dan misi pendidikan yang pragmatis. Sebenarnya, agama Islam memiliki tujuan yang lebih komprehensif dan integratif dibanding dengan sistem pendidikan sekular yang semata-mata menghasilkan para anak didik yang memiliki paradigma yang pragmatis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali dan mendeskripsikan kebijakan pendidikan : makna, urgensi, dan relevansinya bagi pengembangan pendidikan Islam, juga memadukannya dalam konteks kebutuhan dari masyarakat secara umum dalam pendidikan, sehingga diharapkan tujuan dan sasaran pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita saat ini.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Kebijakan Pendidikan

Dalam bahasa Indonesia, kata “kebijaksanaan” atau

“kebijakan” yang diterjemahkan dari kata policy tersebut mempunyai konotasi tersendiri. Kata kebijakan diambil dari kata bijaksana atau bijak yang dapat disamakan dengan pengertian wisdom, yang berasal dari kata sifat wise dalam Bahasa Inggris.

Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or not to do).

Kebijakan (policy) secara etimologi (asal kata) diturunkan dari bahasa Yunani, yaitu “Polis” yang artinya kota (city). Dalam hal ini, Syafarudin mengungkapkan bahwa kebijakan berkenaan dengan gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang sama-sama diterima pemerintah/lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha mengejar tujuannya

80

Abidin menjelaskan kebijakan adalah keputusan pemerintah yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat.

81

Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur prilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam

80 Syafaruddin. Efektifitas Kebijakan Pendidikan ( Jakarta: Rieneka Cipat 2008), h 75

81 Abidin, Said Zainal, Kebijakan Publik ( Jakarta: Suara Bebas, 2006), h 17

(4)

Az-Ziqri, Vol 1. No.02 Juli-Desember 2019 . 80

masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berprilaku.

82

Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif.

Berbeda dengan Hukum dan Peraturan, kebijakan lebih adaptif dan interpratatif, meskipun kebijakan juga mengatur “apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh”. Kebijakan juga diharapkan dapat bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan harus memberi peluang diinterpretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.

Masih banyak kesalahan pemahaman maupun kesalahan konsepsi tentang kebijakan. Beberapa orang menyebut policy dalam sebutan kebijaksanaan, yang maknanya sangat berbeda dengan kebijakan. Istilah kebijaksanaan adalah kearifan yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan kebijakan adalah aturan tertulis hasil keputusan formal organisasi. Contoh kebijakan adalah : (1) Undang-Undang, (2) Peraturan Pemerintah, (3) Keppres, (4) Kepmen, (5) Perda, (6) Keputusan Bupati, dan (7) Keputusan Direktur. Setiap kebijakan yang dicontohkan disini adalah bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh objek kebijakan. Contoh ini juga memberi pengetahuan pada kita bahwa ruang lingkup kebijakan dapat bersifat makro, meso, dan mikro. (dalam sosiologi dapat dianalogikan dengan kelompok sosial kecil, sedang, dan besar) Dalam ruang lingkup pendidikan

mikro (sekolah), meso (dinas pendidikan kota/provinsi), maupun makro (departemen).83

Ali Imron dalam bukunya Analisis Kebijakan Pendidikan menjelaskan bahwa kebijakan pendidikan adalah salah satu kebijakan Negara.

84

Carter V Good (1959) memberikan pengertian kebijakan pendidikan (educational policy) sebagai suatu pertimbangan yang didasarkan atas system nilai dan beberapa penilaian atas factor-faktor yang bersifat situasional, pertimbangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk mengopersikan pendidikan yang bersifat melembaga.

Pertimbangan tersebut merupakan perencanaan yang dijadikan

82 Dunn, William, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press 2003)

83 Evi’s Blog archive.htmldiakses 18 September 2015

84 Ali Imron, Kebijakan Pendidikan Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara 2001)

(5)

Az-Ziqri, Vol. 1 No. 02 Juli-Desember 2019 81

sebagai pedoman untuk mengambil keputusan, agar tujuan yang bersifat melembaga bisa tercapai. Kebijakan pendidikan sangat erat hubungannya dengan kebijakan yang ada dalam lingkup kebijakan publik, misalnya kebijakan ekonomi, politik, luar negeri, keagamaan dan lain-lain. Konsekuensinya kebijakan pendidikan di Indonesia tidak bisa berdiri sendiri. Ketika ada perubahan kebijakan publik maka kebijakan pendidikan bisa berubah. Ketika kebijakan politik dalam dan luar negeri, kebijakan pendidikan biasanya akan mengikuti alur kebijakan yang lebih luas. Bahkan pergantian menteri dapat pula mengganti kebijakan yang telah mapan pada jamannya. Bukan hal yang aneh,ganti menteri berganti kebijakan. Masih ingat dibenak kita ada pelajaran PSPB yang secara prinsipil tidak jauh berbeda dengan IPS sejarah dan lucunya materi itu pun di pelajari di PMP (sekarang PKN/PPKN).

2. Fungsi Kebijakan Pendidikan

Faktor yang menentukan perubahan, pengembangan, atau restrukturisasi organisasi adalah terlaksananya kebijakan organisasi sehingga dapat dirasakan bahwa kebijakan tersebut benar-benar berfungsi dengan baik. Hakikat kebijakan ialah berupa keputusan yang substansinya adalah tujuan, prinsip dan aturan-aturan. Format kebijakan biasanya dicatat dan dituliskan sebagai pedoman oleh pimpinan, staf, dan personel organisasi, serta interaksinya dengan lingkungan eksternal.

Kebijakan diperoleh melalui suatu proses pembuatan kebijakan. Pembuatan kebijakan (policy making) adalah terlihat sebagai sejumlah proses dari semua bagian dan berhubungan kepada sistem sosial dalam membuat sasaran sistem. Proses pembuatan keputusan memperhatikan faktor lingkungan eksternal, input (masukan), proses (transformasi), output (keluaran), dan feedback (umpan balik) dari lingkungan kepada pembuat kebijakan. Berkaitan dengan masalah ini, kebijakan dipandang sebagai: (1) pedoman untuk bertindak, (2) pembatas prilaku, dan (3) bantuan bagi pengambil keputusan

85

Berdasarkan penegasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan dibuat untuk menjadi pedoman dalam

85 Pongtuluran, Aris. Kebijakan Organisasi dan Pengambilan Keputusan Manajerial ( Jakarta: LPMP 1995), h 7

(6)

Az-Ziqri, Vol 1. No.02 Juli-Desember 2019 . 82

bertindak, mengarahkan kegiatan dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kebijakan merupakan garis umum untuk bertindak bagi pengambilan keputusan pada semua jenjang organisasi pendidikan .

3. Makna Pengembangan Pendidikan Islam

Istilah pengembangan dapat bermakna Kuantitatif dan Kualitatif . Secara kuantitatif bagaimana menjadikan pendidikan Islam lebih besar, merata dan meluas pengaruhnya dalam konteks pendidikan pada umumnya. Secara kualitataif bagaimana menjadikan pendidikan Islam lebih baik, bermutu dan lebih maju sejalan dengan ide-ide dasar atau nilai-nilai Islam itu sendiri yang seharusnya selalu berada didepan dalam merespon dan mengantisipasi berbagai tantangan pendidikan.

Termasuk dalam pengertian kualitatif adalah bagaimana mengembangkan pendidikan Islam agar menjadi suatu bangunan keilmuan yang kokoh dan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan masyarakat nasional dan trans-nasional, serta pengembangan Iptek.

Pemikiran tentang pengembangan pendidikan Islam mengajak untuk berpikir analitis kritis, kreatif dan normatif dalam menghadapi berbagai praktik dan isu aktual di bidang pendidikan utuk dikaji dan ditelaah dari dimensi fondasionalnnya agar tidak kehilangan roh atau spirit Islam dan / kerapuhan fondasi filosofis, serta menghadapi trend.

Pemikiran atau teori-teori pendidikan yang dibangun oleh para pendahulunya , untuk selanjutnya dapat:

1) Memperkaya nuansa pemikiran dan teori yang ada.

2) Merevisi dan menyempurnakan pemikiran atau teori yang sudah ada

3) Mengganti pemikiran dan teori lama dengan pemikiran dan teori baru.

4) Menciptakan pemikiran dan teori yang belum ada sebelumnya.

86

Dengan demikian pendidikan Islam akan mengalami perubahan , pembaharuan, atau perbaikan yang diikuti dengan

86Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011) , h. 2

(7)

Az-Ziqri, Vol. 1 No. 02 Juli-Desember 2019 83

pertumbuhan dan ditingkatkan secara berkelanjutan untuk dibawa ke arah yang ideal.

Bertolak dari pemikiran diatas, maka pemikiran tentang pengembangan pendidikan Islam dapat mengandung berbagai makna, yaitu:

1) Bagaimana mengembangkan pendidikan Islam sehingga memiliki kontribusi yang signifikan bagi pembangunan masyarakat dan pengembangan iptek.

2) Bagaimana mengembangkan model-model pendidikan Islam yang lebih kreatif dan inovatif dengan tetap komitmen terhadap dimensi-dimensi fondasional dan strukturalnya 3) Bagaimana mengembangkan pemikiran pendidikan Islam

sebagaimana tertuang dan terkandung dalam literatur pendidikan Islam.

87

4. Urgensi Pengembangan Pendidikan Islam

Pengertian Urgensi jika dilihat dari bahasa latin bernam

“urgere” yaitu (kata kerja) yang berarti mendorong…dan jika dilihat dari bahasa inggris bernama “urgent” yang memiliki arti (kata sifat) dan dalam dalam bahasa indonesia “urgensi” (kata benda). Istilah Urgensi menunjuk pada sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk diselesaikan..dengan demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindak lanjuti. Selanjutnya dalam kehidupan pribadi atau masyarakat, pendidikan Islam (tarbiyah) menduduki posisi yang sangat penting. Sebab melalui proses pendidikan pribadi seorang dapat tumbuh dan berkembang secara baik, sesuai yang diharapkan.

88

Tarbiyah dapat membentuk kepribadian seseorang selaras dengan nilai-nilai dan prinsip yang mendasarinya sehingga menjadi kepribadian yang sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai dan prinsip Islam. Seseorang yang telah dididik dengan pola pendidikan Islam, sikap dan perilakunya akan merupakan refleksi total dari keutuhan dirinya yang telah tersibghah nilai- nilai Islam. Akibatnya integritas Islamnya kukuh dan gaya hidupnya Islami. Tidak akan terjadi split personality (kepribadian

87 Ibid h 2

88H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan pendekatan indisipliner, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008) h. 162

(8)

Az-Ziqri, Vol 1. No.02 Juli-Desember 2019 . 84

pecah) yang mengakibatkan seorang muslim kehilangan kepribadiannya dan terseret ke dalam arus gaya hidup yang lain.

Pendidikan Islam mengarahkan kehidupan seorang muslim berkembang dan terus semakin matang. Sikap, perilaku, dan gaya hidupnya bersifat spesifik islami yang berinteraksi secara posiif, baik internal maupun eksternal. Sehingga ia dapat memancarkan arus Islam si tengah-tengah lingkungannya. Ia menjadi manusia yang tangguh yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai arus kehidupan yang melandanya. Tegasnya ia menjadi muslim yang muttaqin.

Pentingnya pendidikan telah diungkapkan beberapa tokoh pendidikan Islam yang mengacu kepada definisi pendidikan Islam, yaitu:

1) Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan mutlak umat manusia, karena (a) untuk menyelamatkan anak-anak di dalam tubuh umat manusia pada umumnya dari ancaman

89

. 2) Muhammad Fadil al-Jamaly (Guru Besar Pendidikan di

universitas Tunisia) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasa r atau fitrah dan kemampuaan ajarannya (pengaruh dari luar).

90

Esensi pendidikan yang harus dilaksankan umat Islam menurut beliau adalah pendidikan yang memimpin manusia kearah akhlak mulia dengan memberikan kesempatan keterbukaan terhadap pengaruh dari dunai luar dan perkembangan dari dalam diri manusia yang merupakan kemampuan dasar yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT. Pandangan beliau ini didasarkan pada firman Allah SWT yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

(QS. an-Nahl: 78)

89 Fathiyyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan al-Ghazaly, (Jakarta:

P3M, 1996), h. 19

90 HM. Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 17

(9)

Az-Ziqri, Vol. 1 No. 02 Juli-Desember 2019 85

Firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 78 tersebut mengindikasikan kepada kita bahwa ketika kita dilahirkan tidak mengetahui sesuatupun. Maka Allah ciptakan pada diri manusia pendengaran, penglihatan dan hati, ini semua untuk membantu manusia dalam proses pendidikan. Tanpa melalui pendidikan manusia tidak mengetahui apa-apa. Dengan pendidikanlah manusia bisa mengetahui tentang segala sesuatu terutama tentang kebesaran Allah SWT.

Pendidikan Islam adalah untuk membentuk budi pekerti.

Sementara budi pekerti adalah jiwa dari pada pendidkan Islam.

Dan Islam telah menyimpulkan bahwa mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam.

Iman Al-Ghazali berpendapat bahwa pentingnya pendidikan Islam ialah usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Pendidikan Islam bukan sekedar mengisi otak dengan segala macam ilmu yang berorientasi pragmatis, melainkan mendidik akhlak dan jiwa (spiritual), mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci berlandaskan iman dan taqwa.

Selanjutnya asumsi yang melandasi teori maupun praktik pendidikan Islam , bukan hanya landasan filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktik pendidikan Islam saja, tatapi masih ada landasan religius/agama maupun landasan yuridis/ hukum yakni landasan dari perundangundangan yang berlaku

91

Terkait dengan penjelasan urgensi diatas pendidikan Islam memiliki ontologi dalam arti ilmu hakikat. Kalau kita membicarakan ilmu hakikat ini sangat luas, apakah hakikat dibalik alam nyata ini, menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang terbatas oleh panca indera kita. Hakikat ialah realitas, realitas ialah ke-real-an, real yakni kenyataan yang sebenarnya, kenyataan yang sesungguhnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukanlah keadaan yang sementara atau keadaan yang menipu, bukan pula keadaan yang berubah dan bukan sesuatu yang fatamorgana. Jadi, ontologi pendidikan adalah menyelami hakikat dari pendidikan Islam, kenyataan dalam pendidikan Islam dengan segala pola organisasi yang melingkupinya, meliputi hakikat pendidikan Islam dan ilmu pendidikan Islam,

91 Muhaiminm Op. Cit h 5

(10)

Az-Ziqri, Vol 1. No.02 Juli-Desember 2019 . 86

hakikat tujuan pendidikan Islam, hakikat manusia sebagai subjek pendidikan yang ditekankan kepada pendidik dan peserta didik, dan hakikat kurikulum pendidikan Islam. Urgensi menunjuk pada sesuatu yang mendorong, Jadi yang dimaksud sesuatu dalam urgensi tersebut adalah hakikat dari pengembangan pendidikan Islam itu sendiri.

Walaupun sebenarnya kajian yang penulis lakukan kali ini belum mampu mengupas secara mendalam tentang hakikat pendidikan Islam dan pola organisasi di dalamnya. Oleh karena itu, penting rasanya untuk diutarakan bahwa masukan, kritik, dari hasil diskusi akan sekiranya membantu dalam penyempurnaan dari tulisan ini dan akan lebih menyenangkan apabila dalam kritik dan saran tersebut disertai rujukan yang jelas, yang akan mempermudah dalam pelacakan.

5. Relevansi Pengembangan Pendidikan Islam

Relevansi adalah sesuatu yang mempunyai kecocokan atau saling berhubungan. Selanjutnya Pendidikan Islam adalah sebuah sarana untuk menyiapkan masyarakat muslim yang benar-benar mengerti tentang Islam. Di sini para pendidik muslim mempunyai satu kewajiban dan tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada anak didiknya, baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan yang lain.

92

Pendidikan Islam lebih mengedepankan nilai-nilai keislaman dan tertuju pada terbentuknya manusia yang ber-akhlakul karimah serta taat dan tunduk kepada Allah semata. Sedangkan pendidikan selain Islam, tidak terlalu memprioritaskan pada unsur-unsur dan nilai-nilai keislaman, yang menjadi prioritas hanyalah pemenuhan kebutuhan inderawi semata

93

.

Pendidikan Islam ke depan harus lebih memprioritaskan kepada ilmu terapan yang sifatnya aplikatif, bukan saja dalam ilmu-ilmu agama akan tetapi juga dalam bidang teknologi. Bila dianalisis lebih jeli selama ini, khususnya sistem pendidikan Islam seakan-akan terkotak-kotak antara urusan duniawi dengan urusan ukhrowi, ada pemisahan antara keduanya. Sehingga dari

92 Rekonstruksi Pendidikan Islam di era Modern, yang telah diterbitkan oleh Harian Serambi Indonesia diakses 18 September 2015

93 Ibid

(11)

Az-Ziqri, Vol. 1 No. 02 Juli-Desember 2019 87

paradigma yang salah itu, menyebabkan umat Islam belum mau ikut andil atau berpartisipasi banyak dalam agenda-agenda yang tidak ada hubungannya dengan agama, begitu juga sebaliknya.

Agama mengasumsikan atau melihat suatu persoalan dari segi normatif (bagaimana seharusnya), sedangkan sains meneropongnya dari segi objektifnya (bagaimana adanya).

Sebagai permisalan tentang sains, sering kali umat Islam Phobia dan merasa sains bukan urusan agama begitu juga sebaliknya.

Dalam hal ini ada pemisahan antara urusan agama yang berorientasi akhirat dengan sains yang dianggap hanya berorientasi dunia saja. Di sini sangat jelas pemisahan dikotomi ilmu tersebut.

94

Islam bukanlah agama sekuler yang memisahkan urusan agama dan dunia. Dalam Islam, agama mendasari aktivitas dunia, dan aktivitas dunia dapat menopang pelaksanaan ajaran agama.

Islam bukan hanya sekedar mengatur hubungan manusia dengan Tuhan sebagaimana yang terdapat pada agama lain, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan dunia. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai rasul. Islam pada hakikatnya, membawa ajaran- ajaran yang bukan hanya mengatur satu segi, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu ialah Al-Qur`an dan al-Sunnah.

Apabila ingin merekonstruksi pendidikan Islam di era modern ini, persoalan pertama yang harus di tuntaskan adalah persoalan

“dikotomi”. Artinya harus berusaha mengintegrasikan kedua ilmu tersebut baik secara filosofis, kurikulum, metodologi, pengelolaan, bahkan sampai pada departementalnya. Perubahan orientasi pendidikan Islam harus dilakukan yaitu “bukan hanya bagaimana membuat manusia sibuk mengurusi dan memuliakan Tuhan dengan melupakan eksistensinya, tetapi bagaimana memuliakan Tuhan dengan sibuk memuliakan manusia dengan eksistensinya di dunia ini

95

.Artinya, bagaimana pendidikan Islam harus mampu mengembangkan potensi manusia seoptimal mungkin sehingga menghasilkan manusia yang memahami

94 Ibid

95 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Safira Insania Press, 2003), h 98.

(12)

Az-Ziqri, Vol 1. No.02 Juli-Desember 2019 . 88

eksistensinya dan dapat mengelola dan memanfaatkan dunia sesuai dengan kemampuannya. Dengan dasar ini, maka materi pendidikan Islam harus di desain untuk dapat mengakomodasi persoalan-persoalan yang menyangkut dengan kebutuhan manusia, yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, teknologi, seni serta budaya, sehingga mampu melahirkan manusia yang berkualitas, handal dalam penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, unggul dalam moral yang di dasarkan pada nilai-nilai ilahiah sebagai produk pendidikan Islam

96

.

Dengan kata lain pendidikan dalam hal ini pendidikan Islam, akan menghasilkan ilmuan yang tidak hanya unggul dalam ilmu sains akan tetapi juga ilmuan yang tahu posisinya sebagai khalifah di muka bumi, yang bertakwa kepada Allah SWT, serta menjalankan apa yang diperintah dan menjauhkan apa yang dilarang oleh-Nya.

Dalam kehidupan sosial, institusi pendidikan baik umum maupun Islam, mendapat tugas suci untuk mengemban misi mulia agar membenahi kualitas hidup manusia jadi lebih baik.

Suatu misi (risalah) kemanusiaan yang sangat bermanfaat dalam rangka membentuk sikap mental lulusan yang berperadaban dan menjunjung tinggi nilai insani.

C. PENUTUP

Bahwa Dari pembahasan di atas, maka dapat penulis simpulkan kebijakan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak, mengarahkan kegiatan dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di era otonomi daerah kebijakan strategis yang diambil Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah adalah : (1) Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (School Based Management), (2) Pendidikan yang berbasis pada partisipasi komunitas Dengan demikian tujuan pendidikan islam terkait dengan berbagai kebijakan yang pemerintah buat dan harus dijalankan dalam dunia pendidikan pada intinya adalah : terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah.

96 Ibid, h. 28

(13)

Az-Ziqri, Vol. 1 No. 02 Juli-Desember 2019 89 DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal, Kebijakan Publik ( Jakarta: Suara Bebas, 2006) Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana

Ilmu, 1997)

Ali Imron, Kebijakan Pendidikan Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara 2001)

Dunn, William, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta:

Gajah Mada University Press 2003)

Evi’s Blog archive.htmldiakses 18 September 2015

Fathiyyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan al-Ghazaly, (Jakarta:

P3M, 1996)

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam tinjauan Teoritis dan Praktis

berdasarkan pendekatan indisipliner, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008)

h. 162

HM. Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h. 17

Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Safira Insania Press, 2003), h 98.

Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pendidikan Islam, (Jakarta:

Rajawali Press, 2011)

Pongtuluran, Aris. Kebijakan Organisasi dan Pengambilan Keputusan

Manajerial ( Jakarta: LPMP 1995)

Rekonstruksi Pendidikan Islam di era Modern, yang telah diterbitkan

oleh Harian Serambi Indonesia diakses 18 September 2015

Syafaruddin. Efektifitas Kebijakan Pendidikan ( Jakarta: Rieneka Cipat 2008)

____________

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Satar Mese, maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk melakukan Pembuktian Kualifikasi terhadap Dokumen Penawaran saudara yang akan dilaksanakan pada :. Adapun

[r]

[r]

[r]

KEDUA Penetapan Harga tersebut dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam proses penunjukan langsung. Ditetapkan

Dari aspek sistem peraturan telah ada prospek pengelolaan non konvensional dengan adanya dasar hukum pengelolaan sampah yang jelas serta telah dilakukannya studi persampahan,

(√) Centang pada kotak yang sudah disediakan (untuk surat observasi kolektif lampirkan daftar