PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE,
AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP PESERTA DIDIK KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 4 BANDUNG
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hakekat Geografi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Geografi
Oleh
Anita Novianti
0906009
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND
SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
PESERTA DIDIK KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 4 BANDUNG
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hakekat Geografi)
Oleh
Anita Novianti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Anita Novianti
Universitas Pendidikan Indonesia
2013
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
No. Daftar FPIPS : 1814 / UN.40.2.4 / PL / 2013
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE,
AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP PESERTA DIDIK KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 4 BANDUNG
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hakekat Geografi)
ANITA NOVIANTI
NIM : 0906009
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I,
Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd 19620304 198704 2 001
Pembimbing II,
Dr. H. Mamat Ruhimat, M.Pd 19610501 198601 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 4 BANDUNG
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi Materi Hakekat Geografi)
Oleh:
Anita Novianti (0906009)
Pembimbing:
Dr. Hj. Epon Ningrum, M. Pd Dr. H. Mamat Ruhimat, M.Pd
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada indikator translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi melalui penerapan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) serta untuk mengidentifikasi kendala penerapan model pembelajaran SSCS. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan melibatkan peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung yang berjumlah 30 orang peserta didik terdiri atas 12 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Analisis data yang didapat dari lembar observasi, tes, dan lembar kerja peserta didik (LKS) menggunakan rata-rata dan persentase (untuk data kuantitatif) dan merefleksi setiap pelaksanaan tindakan (untuk data kualitatif). Hasil penelitian menunjukkan: (1) Penerapan model pembelajaran SSCS dapat meningkatkan proses pembelajaran sehingga mendukung efektivitas pembelajaran yang mencerminkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari tindakan pertama, kedua, dan ketiga mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik. (2) Pemahaman konsep pada peserta didik mengalami peningkatan. Hal itu ditunjukan dengan perolehan rata-rata nilai pemahaman konsep pada setiap indikatornya yang terus meningkat pada setiap tindakan. Pada tindakan pertama, rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep peserta didik pada indikator translasi adalah 40,2, pada indikator interpretasi adalah 35,3, dan pada indikator ekstrapolasi adalah 38,4. Kemudian di tindakan kedua, pada indikator translasi adalah 49,3, pada indikator interpretasi adalah 48, dan pada indikator ekstrapolasi adalah 51,8, dan di tindakan ketiga, pada indikator translasi adalah 58,7, pada indikator interpretasi adalah 53,3, dan pada indikator ekstrapolasi adalah 57. (3) Kendala penerapan model pembelajaran SSCS, antara lain alokasi waktu yang dibutuhkan dalam penerapan model pembelajaran SSCS relatif lama, guru belum terbiasa dalam menerapkan model pembelajaran SSCS, dan peserta didik mengalami kesulitan dalam membuat pertanyaan-pertanyaan pada fase search yang disebabkan oleh kurang terbiasanya dalam mengungkapkan masalah dalam bentuk pertanyaan secara tertulis dengan bahasa sendiri.
IMPLEMENTATION OF SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS) LEARNING MODEL TO INCREASE THE CONCEPT COMPREHENSION OF STUDENTS IN CLASS X IPS 1 SMA NEGERI 4
BANDUNG
(Classroom Action Research On Geography Lesson Subject Of Hakekat Geography)
By:
Anita Novianti (0906009)
Lecturer:
Dr. Hj. Epon Ningrum, M. Pd Dr. H. Mamat Ruhimat, M.Pd
ABSTRACT
This research intended to increase the concepts comprehension of the student, includes translation, interpretation, and extrapolation by the Search, Solve, Create,
and Share (SSCS) learning model’s application, and to identify constraints in the
implementation of the SSCS learning model. The method used is the Classroom Action Research with apply students of class X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung with a total of 30 students consisting of 12 men and 18 women. Analysis of data obtained from the observation sheet, test, and worksheet students (LKS) use a average and percentage (for quantitative data) and reflect any implementation measures (for qualitative data). The results of reseacrh showed: (1) with the application of the SSCS learning model can increase learning process so that to support the effectiveness of learning process from the first action, second, and third are experiencing the better learning. (2) The concepts comprehension of the student has increased. It is indicated with value of the concepts comprehension on each indicators that increase in every actionon sub chapter Hakekat Geografi. In the first act, value of concepts comprehension on translation aspect is 40,2, on interpretation aspect is 35,3, and on extrapolation aspect is 38,4. In the second act, value of concepts comprehension on translation aspect is 49,3, on interpretation aspect is 48, and on extrapolation aspect is 51,8, and in the third act, value of concepts comprehension on translation aspect is 58,7, on interpretation aspect is 53,3, and on extrapolation aspect is 57. (3) Constraints of SSCS learning model’s application needed long time allocation, the teacher doesn’t got into the way of
SSCS learning model’s application, and students a hard time to make questions on
search phase because they don’t got into the way to disclose a problem in question
with native language.
DAFTAR ISI
LEMBAR HAK CIPTA
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 9
1.5 Penjelasan Istilah ... 10
1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
2.1 Pembelajaran ... 13
2.2 Teori Belajar Kognitif ... 19
2.3 Pemahaman Konsep ... 24
2.4 Model Pembelajaran SSCS ... 31
2.5 Pemahaman Mata Pelajaran Geografi ... 38
2.6 Penelitian Tindakan Kelas ... 42
2.7 Hipotesis Tindakan ... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53
3.1 Lokasi Penelitian ... 53
3.2 Faktor-faktor yang diteliti/ Aspek yang dikaji ... 53
3.3 Metode Penelitian ... 53
3.4 Desain Penelitian ... 54
3.5 Prosedur Penelitian ... 57
3.6 Penjelasan Istilah ... 62
3.7 Instrumen Penelitian ... 63
3.8 Teknik Pangumpulan Data ... 69
3.9 Analisis Data ... 70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 74
4.1.1 Kondisi Pembelajaran Sebelum Tindakan ... 74
a. Proses Pembelajaran... 74
b. Hasil Belajar ... 79
4.1.2 Kondisi Pembelajaran Setelah Tindakan ... 81
a. Tindakan Pertama... 81
b. Tindakan Kedua ... 95
c. Tindakan Ketiga ... 108
4.1.3 Peningkatan Setiap Tindakan ... 119
a. Proses Pembelajaran... 119
b. Pemahaman Konsep ... 124
4.1.4 Kendala Proses Pembelajaran ... 129
4.2 Pembahasan... 129
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 133
5.1 Kesimpulan ... 133
5.2 Saran ... 134
DAFTAR PUSTAKA ... x
LAMPIRAN – LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hierarki Ranah Kognitif Menurut Revisi Taksonomi Bloom ... 21
Tabel 2.2 Peranan Guru Pada Model Pembelajaran SSCS ... 35
Tabel 2.3 Peranan Peserta didik dalam Model Pembelajaran SSCS ... 36
Tabel 2.4 Keuntungan Model Pembelajaran SSCS... 37
Tabel 3.1 Uji Coba Instrumen Tes ... 65
Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 67
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda... 68
Tabel 3.4 Klasifikasi Koefesien Reliabilitas ... 69
Tabel 3.5 Kriteria Skor Tes Jawaban Benar... 71
Tabel 3.6 Rublik Penilaian Lembar Kerja Peserta didik ... 72
Tabel 3.7 Indikator Keberhasilan Peserta Didik ... 73
Tabel 4.1 Aktivitas Guru Sebelum Tindakan ... 76
Tabel 4.2 Aktivitas Peserta didik Sebelum Tindakan ... 77
Tabel 4.3 Hasil Belajar Sebelum Tindakan... 79
Tabel 4.4 Aktivitas Guru Tindakan Pertama ... 82
Tabel 4.5 Aktivitas Peserta didik Tindakan Pertama ... 83
Tabel 4.6 Pemahaman Konsep Tindakan Pertama ... 90
Tabel 4.7 Aktivitas Guru Tindakan Kedua ... 97
Tabel 4.8 Aktivitas Peserta didik Tindakan Kedua ... 99
Tabel 4.9 Pemahaman Konsep Tindakan Kedua ... 105
Tabel 4.10 Aktivitas Guru Tindakan Ketiga ... 109
Tabel 4.11 Aktivitas Peserta didik Tindakan Ketiga ... 112
Tabel 4.12 Pemahaman Konsep Tindakan Ketiga ... 118
Tabel 4.13 Peningkatan Aktivitas Guru ... 121
Tabel 4.14 Peningkatan Aktivitas Peserta didik ... 122
Tabel 4.15 Peningkatan Rata-rata Pemahaman Konsep ... 124
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Fase Model Pembelajaran SSCS ... 34
Gambar 2.2 Skema Konsep Penelitian ... 41
Gambar 2.3 Model Penelitian Tindakan Kelas John Elliot 1 ... 47
Gambar 2.4 Model Penelitian Tindakan Kelas John Elliot 2 ... 48
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas John Elliot ... 55
Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Proses Pembelajaran ... 123
Gambar 4.2 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep ... 125
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh
kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
dalam melakukan suatu pekerjaan. Upaya untuk meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran selalu dilakukan tanpa henti.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang saling berhubungan dan
tidak dapat dipisahkan guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Dua
konsep tersebut menjadi terpadu manakala terjadi interaksi antara guru dengan
peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik pada saat pembelajaran
itu berlangsung. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Sudjana (2010) bahwa “interaksi guru – peserta didik sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif”.
Sehingga, guru dan peserta didik adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya
proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen yang saling
berpengaruh dan mempengaruhi satu sama lain. “Sebagai suatu sistem, tentu saja
kegiatan pembelajaran mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan,
bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta
evaluasi” (Djamarah dan Zain, 2006). Kelemahan yang ada pada satu komponen
dapat melemahkan komponen lainnya. “Dalam kegiatan belajar mengajar
melibatkan semua komponen pembelajaran, kegiatan belajar akan menentukan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan” (Djamarah dan Zain, 2006). Semua
komponen diupayakan secara maksimal agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Proses pembelajaran di sekolah saat ini dapat dikatakan masih lemah, karena
belum ditetapkannya standar yang menjadi pedoman rujukan bagaimana
seharusnya proses pembelajaran itu berlangsung. Dewasa ini, proses pembelajaran
2
selera guru. Tidak ada standar yang jelas dan tegas yang wajib dipedomani oleh
semua guru di sekolah secara nasional, sehingga hasil dari proses pembelajaran
tersebut tidak efisien, tidak efektif, dan tidak produktif. Selain itu, menurut
Sanjaya (2008),
Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan pemahaman. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, otak peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Alhasil, peserta didik hanya pintar secara teoritis tetapi kurang dalam mengaplikasikan teori yang didapatnya tersebut dalam memecahkan masalah yang mereka temukan.
Guru memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan suasana belajar
yang dapat menarik perhatian peserta didik. Sehingga peserta didik dapat
mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam pembelajaran. Selain itu, guru
juga berperan sebagai model bagi peserta didik, dimana wawasan dan
pengetahuan guru akan mengantarkan peserta didik untuk dapat berpikir secara
kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, sehingga
peserta didik dapat memahami isi dari materi pelajaran dengan baik.
Berdasarkan hasil pengamatan kelas yang dilakukan oleh peneliti di SMA
Negeri 4 Bandung tanggal 14 September 2012 di kelas X-1 pada pembelajaran
geografi materi Hakekat Geografi sub materi Prinsip-prinsip geografi, diperoleh
fakta sebagai berikut; pada kegiatan awal, setelah guru mengecek kehadiran
peserta didik, guru tidak memberitahu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
tujuan pembelajaran, akan tetapi langsung membahas materi pelajaran. Selain itu,
pada saat kegiatan inti berlangsung, setelah guru menjelaskan materi pelajaran,
guru membagi peserta didik menjadi sepuluh kelompok, masing-masing
kelompok beranggotakan empat orang. Setelah itu, guru membagikan Lembar
Kerja Peserta didik (LKS) kepada masing-masing kelompok. Kemudian peserta
didik mengerjakan LKS yang telah dibagikan hingga selesai jam pelajaran.
Pengerjaan LKS dilanjutkan di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan
3
Pada saat menerangkan materi pelajaran, guru menggunakan papan tulis
sebagai media belajar, walaupun didalam kelas sudah tersedia laptop, dan
infocus/proyektor. Selain itu, diketahui bahwa tidak semua peserta didik memiliki
buku pelajaran sebagai sumber belajar mereka. Kondisi kelas saat guru
menerangkan materi pelajaran terlihat jarang peserta didik yang mengajukan
pertanyaan mengenai materi yang disampaikan oleh guru, begitupun ketika guru
mengajukan pertanyaan, peserta didik cenderung serentak dalam menjawab dan
itu pun hanya beberapa peserta didik, terlihat pula beberapa peserta didik yang
membuka handphone, dan berbicara atau ngobrol dengan teman sebangku.
Begitupun saat mengerjakan Lembar kerja Siswa (LKS) yang hanya didominasi
oleh beberapa anggota kelompok saja, anggota lainnya hanya melihat anggota
yang lain mengerjakan. Sampai dengan jam pelajaran selesai, tidak terlihat proses
peserta didik mengkomunikasikan atau mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Pengerjaan LKS dilanjutkan di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan
berikutnya. Sebelum membubarkan peserta didik, guru memberikan tes evaluasi
dengan soal berbentuk pilihan ganda berjumlah lima soal guna menilai
kemampuan peserta didik dalam memahami materi pelajaran.
Selain melakukan pengamatan kelas, pada hari dan tanggal yang sama,
peneliti melakukan juga kegiatan wawancara kepada guru dan peserta didik
setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada saat wawancara dengan
guru, penulis mendapatkan keterangan bahwa guru merasa model pembelajaran
yang diterapkan masih kurang efektif, masih banyak peserta didik yang sibuk
dengan kegiatannya sendiri dan kurang memperhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh guru, alokasi yang dimiliki untuk pelajaran geografi pun dinilai
guru masih kurang, yaitu 2 x 45 menit dalam satu kali pertemuan selama
seminggu, padahal materi yang harus disampaikan sangat banyak . Hal yang sama
dikemukakan oleh peserta didik pada saat wawancara, mereka berpendapat bahwa
materi pelajaran geografi itu terlalu banyak dan mereka merasa kesulitan dalam
menghafal semua materi yang diajarkan bahkan mengenai konsep-konsep dalam
4
Pemahaman terhadap geografi itu sering terganggu karena kurangnya penjabaran terhadap konsep-konsep dalam kajian geografi. Melalui penjabaran secara kontekstual dan operasional terhadap setiap konsep yang dikemukakan, maka pemahaman tentang geografi dapat dicapai seperti yang diharapkan.
Hal-hal diatas mengugkapkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran
geografi dinilai masih kurang efektif, memiliki kecenderungan pada metode
tertentu, dan kadang-kadang tidak memperhatikan tingkat kemampuan peserta
didik dalam memahami informasi yang disampaikan. Selain itu, peserta didik
kurang aktif dalam proses belajar, peserta didik lebih banyak mendengar dan
menulis, menyebabkan isi pelajaran sebagai hafalan sehingga peserta didik tidak
memahami konsep yang sebenarnya, pembelajaran lebih berpusat pada guru
sehingga peserta didik kurang kreatif, materi serta sumber belajar yang digunakan
masih kurang, serta penggunaan media pembelajaran yang kurang optimal.
Selain itu, berdasarkan pengalaman mengajar guru mata pelajaran geografi,
guru menilai bahwa materi Hakekat Geografi merupakan materi yang dianggap
paling sulit oleh peserta didik dalam mempelajari pelajaran geografi. Hal itu
karena melihat perolehan nilai peserta didik dalam ulangan harian materi Hakekat
Geografi yang mendapat nilai rata-rata dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) dan secara keseluruhan tidak ada satu orang pun peserta didik yang
mendapat nilai diatas KKM. Pernyataan guru tersebut didukung dengan data
sekunder yang dimiliki guru mengenai nilai ulangan harian peserta didik, baik
pada tahun ajaran 2011-2012 maupun pada tahun ajaran 2012-2013. Pada hasil
yang diperoleh oleh peserta didik pada ulangan harian mata pelajaran geografi
materi Hakekat Geografi, dapat terjelaskan bahwa pada tahun pelajaran
2011-2012 dengan KKM 70, didapat nilai dengan rata-rata 45,97 dan pada tahun
pelajaran 2012 -2013 dengan KKM 75, didapat nilai dengan rata-rata 49,78. Hal
demikian mengungkapkan bahwa perolehan nilai peserta didik masih jauh
dibawah KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Perolehan nilai ulangan
geografi yang masih di bawah KKM dan masih adanya peserta didik yang
mendapatkan nilai dibawah KKM menunjukkan bahwa peserta didik kurang
5
menunjukkan bahwa peserta didik masih kesulitan dalam memahami konsep
geografi sehingga berpengaruh pada hasil belajar yang dicapainya.
Materi Hakekat Geografi merupakan materi yang diberikan pada awal
pelajaran geografi di SMA dan merupakan dasar dalam memahami ilmu geografi
yang berisi pengertian geografi, konsep-konsep geografi, pendekatan geografi,
aspek-aspek geografi, prinsip-prinsip geografi dan manfaat ilmu geografi. Seperti
yang dikemukakan oleh Waluya (2009), bahwa “dengan mempelajari tentang
hakekat geografi sebagai disiplin ilmu dan manfaatnya bagi kehidupan manusia di
permukaan bumi, diharapkan peserta didik memahami berbagai konsep,
pendekatan, dan prinsip yang digunakan dalam ilmu geografi, serta ruang lingkup
yang menjadi kajiannya”.
Selain itu, materi Hakekat Geografi merupakan materi yang dapat
mengarahkan peserta didik untuk lebih memahami gejala-gejala yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dalam pembelajaran
geografi yang dilihat dari aspek keterampilan yaitu mengembangkan keterampilan
mengumpulkan, mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek
keruangan serta mampu mengembangkan keterampilan analisis, sintesis dan
kecenderungan dan hasil-hasil interaksi berbagai gejala geografis (Depdiknas:
2004). Sejalan dengan itu, Sudaryono (2007) mengemukakan,
Tujuan pengajaran geografi adalah mengembangkan kemampuan berpikir geografis, untuk dapat melihat dan memahami interaksi dan interrelasi keruangan dari gejala-gejala fisikal maupun sosial, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan teknologi di bidang geografi, untuk diterapkan dalam kegiatan produksi dan pelayanan kepada masyarakat. Tujuan tersebut tentu tidak akan pernah tercapai tanpa adanya pemahaman terhadap geografi secara benar.
Maka dari itu, keterampilan dalam memahami konsep materi pelajaran
geografi perlu diterapkan dalam pembelajaran geografi agar peserta didik cepat
tanggap dan dapat memecahkan masalah dalam pembelajaran.
Kemampuan memahami konsep materi pelajaran diperlukan karena
kemampuan tersebut dapat memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan
6
memahami suatu konsep dengan baik mampu memberikan argumen yang logis
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga mampu menghadapi
berbagai tantangan yang dihadapinya dalam kehidupan di lingkungan sekolah,
masyarakat maupun negara.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, mulai dari pengamatan kelas, hasil
wawancara guru dan peserta didik serta data sekunder nilai ulangan harian mata
pelajaran geografi pada materi Hakekat Geografi didapat hasil bahwa dalam
proses pembelajaran di kelas, mata pelajaran geografi dianggap sebagai mata
pelajaran yang mengandung banyak istilah-istilah yang sulit dihapal oleh peserta
didik, model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar kurang
mengedepankan kemampuan peserta didik dalam memahami konsep yang ada
pada pelajaran geografi, pencapaian hasil belajar peserta didik pada ulangan
harian menunjukkan tingkat pemahaman peserta didik yang rendah terhadap
materi pelajaran.
Kondisi seperti diatas tidak dapat dibiarkan secara terus menerus, untuk itu
diperlukan upaya yang harus dilakukan agar pembelajaran lebih mengutamakan
kemampuan peserta didik dalam memahami konsep geografi, bukan hanya
menghafal materi pelajaran seperti yang dikemukakan oleh peserta didik. Hal ini
menunjukkan perlu adanya usaha guru untuk lebih meningkatkan kualitas
pembelajaran geografi. Salah satunya dengan memilih model pembelajaran yang
bisa mengatasi permasalahan peserta didik yang kesulitan dalam memahami
materi pelajaran. Model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran
yang benar-benar menekankan pada aspek pemahaman konsep sehingga peserta
didik dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Dalam upaya memahami
konsep tersebut diharapkan peserta didik sendirilah yang dengan aktif
membentuknya bukan hasil dari meniru atau menghapal apa yang dijelaskan oleh
guru. Peserta didik memperoleh pengetahuan berupa pemahaman konsep melalui
pengenalan konsep pada benda atau fenomena yang konkrit dan pengalaman
mereka sendiri yang dapat berupa kegiatan mengenali, mengeksplorasi, dan
7
Perubahan dalam proses pembelajaran geografi perlu dilakukan, hal ini karena
melihat dalam dua tahun pelajaran secara berturut-turut, khususnya pelajaran
geografi di SMA Negeri 4 Bandung, yakni tahun ajaran 2011-2012 dan
2012-2013 pada materi Hakekat Geografi memperlihatkan hasil belajar peserta didik
yang kurang memuaskan. Sehingga, agar hal tersebut tidak terulang kembali pada
tahun ini, yaitu pada tahun ajaran 2013-2014 diperlukan adanya solusi yang tepat
untuk memperbaiki proses pembelajaran geografi agar peserta didik kelas X
mampu memahami konsep geografi dengan baik dan mendapatkan hasil belajar
yang maksimal. Misalnya, dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap konsep ilmu geografi.
Model pembelajaran yang memiliki kriteria seperti yang dikemukakan diatas
adalah model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS). Oleh karena
itu, pada penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian pada pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share
(SSCS). Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) adalah
model pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving (Ramson:
2010). Model ini didesain untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu.
Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) melibatkan peserta
didik dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya serta
memecahkan masalah nyata. Pizzini (Ramson, 2010) menjelaskan bahwa “terdapat empat tahapan dalam model ini, yaitu tahapan Search, tahapan Solve, tahapan Create, dan tahapan Share”.
Pada tahap search peserta didik mengajukan pertanyaan-pertanyaan
penyelidikan tentang topik yang mereka sukai untuk diselidiki. Selanjutnya pada
tahap solve peserta didik membuat desain untuk rancangan yang akan digunakan
untuk penyelidikan tersebut. Setelah melakukan penyelidikan, peserta didik
melakukan analisa dan menginterpretasikan data yang diperolehnya. Peserta didik
selanjutnya menentukan cara yang akan digunakan untuk mengkomunikasikan
8
pembelajaran SSCS adalah share. Pada tahap ini peserta didik membagi atau
memberikan hasil dan evaluasi dari penyelidikan yang dilakukannya.
Model pembelajaran SSCS ini sudah dikaji oleh Ramson (2010), dalam skripsinya yang berjudul “Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir
Kritis Peserta didik SMP Pada Topik Cahaya”, yang menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran SSCS berpengaruh lebih baik terhadap
kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis peserta didik dari pada
pembelajaran secara konvensional. Selain itu, Rifani (2013) juga mengkaji dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle dan Model
Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) terhadap Pemahaman
Konsep Pada Pembelajaran Geografi di SMA (Studi Eksperimen Kelas XI di
SMAN 1 Cihaurbeuti, Ciamis)” mengungkapkan bahwa penerapan model
pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dapat meningkatkan
pemahaman konsep peserta didik dan meningkatkan efektifitas aktifitas peserta
didik dalam pembelajaran yang tercermin dalam pertemuan kesatu, kedua, dan
ketiga yang mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik.
Salah satu penelitian yang dapat memberikan perbaikan pada proses belajar
mengajar adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) menerapkan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif sehingga
mendorong untuk dilakukannya perbaikan, tindakan perbaikan yang tepat dan
didukung melalui suatu model yang dapat mendukung upaya peningkatan
pemahaman konsep pada peserta didik.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengangkat judul “Penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta didik
Kelas X IPS 1 SMA Negeri 4 Bandung (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata
9
Rumusan masalah diatas dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share
(SSCS) pada proses pembelajaran geografi di kelas X IPS 1?
2. Apakah penggunaan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share
(SSCS) dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik kelas X IPS 1
pada indikator translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi?
3. Apa saja kendala penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and
Share (SSCS) pada proses pembelajaran geografi di kelas X IPS 1?
1.3Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
mengetahui gambaran mengenai penerapan model pembelajaran Search, Solve,
Create, and Share (SSCS) untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik
pada proses pembelajaran geografi di kelas X IPS 1. Secara khusus, penelitian ini
bertujuan:
1. Untuk mendeskripsikan penerapan Model Pembelajaran Search, Solve,
Create, and Share (SSCS) pada proses pembelajaran geografi di kelas X IPS 1.
2. Untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik kelas X IPS 1 pada
indikator translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi dengan menggunakan Model
Pembelajaran Search, Solve,Create, and Share (SSCS).
3. Untuk mengidentifikasi kendala yang ditemukan dalam penerapan Model
Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pada proses
pembelajaran geografi di kelas X IPS 1.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dan
sebagai sumbangan pemikiran terhadap berbagai pihak, baik secara teoritis
maupun praktis, yakni:
10
Dengan diterapkannya model pembelajaran Search, Solve, Create, and
Share (SSCS) dapat membantu guru menghasilkan pengetahuan yang shahih
dan relevan bagi kelas mereka dan untuk memperbaiki mutu pembelajaran
dalam jangka pendek.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta Didik
1. Memberikan pengalaman belajar yang secara langsung dirasakan
saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Search, Solve,Create, and Share (SSCS).
2. Meningkatnya kemampuan peserta didik dalam translasi,
interpretasi, dan ekstrapolasi konsep dalam pembelajaran geografi.
3. Mengembangkan pola berfikirnya dalam pembelajaran geografi.
4. Meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran geografi.
b. Bagi Guru atau Pendidik, dapat memberikan inovasi baru kepada guru
dan pendidik lainnya dalam model pengajaran yang nantinya akan
digunakan saat kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian tujuan
pembelajaran dan proses pembelajaran berhasil dan lebih efektif.
c. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif model
pembelajaran dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian Standar
Kelulusan sehingga dapat meningkatkan prestasi sekolah.
d. Bagi guru lain, termotivasi untuk melakukan peningkatan kualitas
belajar peserta didik melalui tindakan kelas.
e. Bagi peneliti, yaitu sebagai calon pendidik dapat memperoleh
pengalaman baru dalam proses perbaikan pembelajaran, khususnya
dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.
1.5Penjelasan Istilah
11
Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) adalah
model pembelajaran yang memakai pendekatan Problem Solving, didesain
untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu. Model pembelajaran
SSCS melibatkan peserta didik dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan
minat bertanya, mengungkapkan argumen atau jawaban sementara, serta
memecahkan masalah-masalah yang nyata. Penggunaan model pembelajaran
SSCS ini terdiri dari empat fase, yakni fase Search, fase Solve, fase Create,
dan fase Share.
1.5.2 Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan peserta didik dalam memahami konsep-konsep baik dalam
translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi konsep.
Setelah mengamati penjelasan diatas mengenai model pembelajaran Search,
Solve, Create, and Share (SSCS) dan Pemahaman Konsep beserta
indikator-indikatornya, peneliti akan mencoba menerapkan model pembelajaran tersebut
pada topik Hakekat Geografi di kelas X IPS 1, untuk mengetahui pemahaman
konsep pada peserta didik. Masing-masing indikator yang dicapai oleh peserta
didik untuk peningkatan kemampuan pemahaman peserta didik dalam memahami
suatu konsep ilmu dapat dilihat dari jawaban peserta didik pada tugas kelompok
dan tes yang diberikan di akhir pembelajaran.
1.6Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap
bab dan bagian bab dalam skripsi, yakni dari bab 1 sampai dengan lampiran.
Struktur organisasi dalam skripsi ini, antara lain:
BAB I Pendahuluan
Menguraikan latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan penjelasan istilah.
12
Menguraikan berbagai kajian teori yang terkait dengan permasalahan
yang diambil, meliputi model pembelajaran Search, Solve, Create,
and Share (SSCS) dan pemahaman konsep serta hipotesis tindakan.
BAB III Metode Penelitian
Menjelaskan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan
ataupun proses yang ditempuh dalam penelitian. Sehubungan dengan
hal tersebut, bab ini meliputi beberapa penjelasan mengenai setting
penelitian, faktor-faktor yang diteliti/ aspek yang dikaji, metode
penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, penjelasan istilah,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan
indikator keberhasilan.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Membahas pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan
temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pernyataan
penelitian, tujuan penelitian, dan pembahasan dan atau analisis
temuan.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil
analisis temuan penelitian dan saran yang diberikan dari hasil
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Setting Penelitian
Setting penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 4
Bandung pada kelas X (sepuluh) semester 1 (ganjil) tahun pelajaran 2013-2014.
SMA Negeri 4 Bandung berada di jalan Gardujati No. 20 kota Bandung. Peserta
didik yang dijadikan subjek penelitian adalah peserta didik kelas X IPS 1 dengan
jumlah peserta didik 30 orang, peserta didik laki-laki berjumlah 12 orang dan
peserta didik perempuan berjumlah 18 orang.
3.2Faktor-faktor yang diteliti/ Aspek yang dikaji
Adapun faktor-faktor yang diteliti/aspek yang dikaji pada penelitian ini yaitu
pemahaman konsep peserta didik yang meliputi indikator translasi, interpretasi,
dan ekstrapolasi serta penggunaan model pembelajaran Search, Solve, Create, and
Share (SSCS) oleh guru pada sub materi pokok Hakekat Geografi.
3.3Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). PTK adalah suatu penelitian praktis yang bertujuan
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas, dengan
cara melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Pendapat lain dikemukakan oleh Kurt Lewin dalam Kunandar (2012) bahwa “penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun menurut Kemmis
dan Mc. Taggart dalam Kunandar (2012), yaitu
54
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan
kelas adalah suatu pengamatan yang dilakukan didalam kelas dari tahap
perencanaan setelah ditemukan masalah, kemudian pelaksanaan tindakan,
pengamatan atau observasi, dan refleksi dalam memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Penelitian menggunakan PTK karena terdapat masalah yang benar-benar
terjadi pada proses pembelajaran geografi di kelas.
Dengan penelitian tindakan kelas ini, terdapat cara atau prosedur baru dalam
memperbaiki dan meningkatkan profesionalitas guru dalam proses pembelajaran
di kelas. Hal ini dilakukan dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses
dan hasil yang dicapai peserta didik. Penelitian Tindakan kelas merupakan salah
satu solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yang dilakukan
oleh guru secara langsung dalam pembelajaran di kelas (Ningrum, 2009).
Sehingga diharapkan dengan dilakukannya PTK ini dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik dalam mata
pelajaran geografi.
3.4Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model
yang dikembangkan oleh John Elliot. Berikut adalah model PTK dari John Elliot yang tersaji pada gambar 3.1. “Desain PTK John Elliot dilaksanakan dalam satu siklus yang terdiri dari beberapa tindakan, yaitu tindakan satu, tindakan dua, dan
tindakan tiga” (Kusumah dan Dwitagama, 2010). Pemilihan model PTK John
Elliot dengan satu siklus yang terdiri dari tiga tindakan didasarkan pada pemikiran
bahwa didalam mata pelajaran terdiri dari beberapa pokok bahasan dan setiap
pokok bahasan terdiri dari beberapa materi yang tidak dapat diselesaikan dalam
satu kali tindakan. Pelaksanaan satu tindakan merupakan satu kali pertemuan.
Dalam setiap tindakan terdiri atas tiga kegiatan, yaitu perencanaan (planning),
55
Model PTK yang diungkapkan John Elliot meliputi beberapa tahapan, yaitu
Perencanaan, Pelaksanaan dan Observasi, dan Refleksi. Adapun penjelasan terkait
empat tahap tersebut:
Gambar 3.1
Model Penelitian Tindakan Kelas John Elliot
56
Sumber: Kusumah dan Dwitagama, 2010 a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan
tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada observasi awal sebelum
penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah
tindakan secara rinci seperti segala keperluan pelaksanaan penelitian tindakan
kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran (RPP),
metode dan strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek
penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencana.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat
sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran
kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah
disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang
diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek
penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa
yang terjadi di kelas.
c. Pengamatan (Observation)
Pada tahap observasi dilakukannya pengamatan langsung terhadap
pelaksanaan tindakan. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui
ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang
sedang berlangsung.
d. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas
hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil
refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan perbaikan terhadap
rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah
dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi
dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu
dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara
57
3.5Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah melalui tiga tindakan
dalam satu siklus. Adapun dalam setiap tindakan terdiri dari tiga kegiatan yaitu:
perencanaan (planning), pelaksanaan dan observasi (action and observe), dan
refleksi (reflection).
3.5.1 Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan, adapun yang harus dipersiapkan sebelum
pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut :
a. Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
berpedoman pada kurikulum yang berlaku,
b. Menyusun intrument tes, yaitu test berbentuk pilihan ganda dan
menentukan kriteria penilaian terhadap nilai tes dan tugas kelompok
sehingga diperoleh hasil belajar,
c. Menentukan objek yang diobservasikan, observasi akan dilakukan oleh
observer secara langsung dan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran,
d. Mempersiapkan media pembelajaran dengan menggunakan slide
presentation. Isi dari tiap-tiap slide tersebut, antara lain Standar
Kompetensi, Kompetensi Inti, Indikator dan Tujuan Pembelajaran,
Petunjuk Pembelajaran dengan menggunakan Model Search, Solve,
Create, and Share (SSCS), dan kesimpulan materi pembelajaran.
e. Mempersiapkan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang akan digunakan
oleh peserta didik dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti,
f. Menentukan Observer,
g. Menentukan waktu pelaksanaan sesuai dengan program semester,
h. Melakukan koordinasi dengan Observer,
58
Pelaksanan pembelajaran pada setiap tindakan merupakan implementasi
dari tahap perencanaan atau dalam pengertian yang lebih sederhana
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada RPP. Pokok
bahasan yang akan diberikan selama pelaksanaan adalah memahami konsep,
pendekatan, prinsip, aspek, dan manfaat geografi. Pemilihan materi
pembelajaran mengikuti program semester yang sudah ditentukan oleh
sekolah tempat penelitian. Penjabaran mengenai langkah-langkah pada
pelaksanaan setiap tindakan sebagai berikut :
a. Tindakan 1
Proses pembelajaran tindakan 1 membahas tentang pengertian geografi
dan konsep-konsep geografi. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
tindakan 1 sebagai berikut :
1. Pada awal kegiatan, setelah guru mengabsen kehadiran peserta didik, guru
memberi apersepsi dengan mengajukan pertanyaan mengenai pengertian
geografi dan konsep-konsep geografi kepada peserta didik. Guru
memberikan pertanyaan agar peserta didik tanggap mengenai pelajaran
yang akan disampaikan.
2. Tahap selanjutnya guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan
menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
dilanjutkan dengan penyampaian petunjuk pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share
(SSCS).
3. Selanjutnya, guru membagi peserta didik kedalam 5 (lima) kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 6 (enam) anggota. Guru
mengintruksikan agar peserta didik berada pada kelompok yang telah
dibentuk. Peserta didik diberi permasalahan yang terdapat dalam Lembar
Kerja Peserta didik (LKS), permasalahan yang terdapat dalam LKS berupa
perintah-perintah agar peserta didik membuat pertanyaan-pertanyaan
59
geografi dan konsep-konsep geografi, kemudian peserta didik diarahkan
agar membuat jawaban sementara dari pertanyaan tersebut.
4. Peserta didik berdiskusi bersama anggota kelompoknya untuk
menyelesaikan LKS.
5. Peserta didik secara aktif mendiskusikan materi yang disajikan dalam LKS
kemudian guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok.
6. Guru meluruskan dan menyimpulkan serta memberikan uraian singkat
untuk memperjelas hasil presentasi peserta didik.
7. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
8. Pelaksanan observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran geografi lainnya
atau orang lain secara objektif yang bertindak sebagi observer. Untuk
keperluaan analisis, observer menggunakan lembar observasi dan catatan
lapangan yang telah disediakan oleh peneliti guna memperoleh gambaran
terhadap jalannya pelaksanaan disetiap tindakan.
9. Pelaksanaan tes, berupa pemberian soal evaluasi yang dilaksanakan
diakhir kegiatan untuk mengukur kemampuan pemahaman peserta didik
mengenai materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran yaitu
mengenai pengertian geografi dan konsep-konsep geografi.
b. Tindakan 2
Proses pembelajaran tindakan 2 membahas tentang pendekatan geografi
dan aspek-aspek geografi. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran tindakan 2
adalah sebagai berikut :
1. Pada awal kegiatan, setelah guru mengabsen kehadiran peserta didik, guru
memberi apersepsi dengan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan mengenai meteri yang
akan dipelajari, yaitu tentang pendekatan geografi dan aspek-aspek
geografi kepada peserta didik. Guru memberikan pertanyaan agar peserta
60
2. Tahap selanjutnya guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan
menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
dilanjutkan dengan penyampaian petunjuk pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share
(SSCS).
3. Selanjutnya, guru menginstruksikan agar peserta didik kembali kepada
kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya, yakni terdiri
dari 5 (lima) kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 (enam)
anggota. Peserta didik diberi permasalahan yang terdapat dalam Lembar
Kerja Peserta didik (LKS), permasalahan yang terdapat dalam LKS berupa
perintah-perintah agar peserta didik membuat pertanyaan-pertanyaan
mengenai hal-hal yang belum dipahaminya mengenai materi pendekatan
geografi dan aspek-aspek geografi, kemudian peserta didik diarahkan agar
membuat jawaban sementara dari pertanyaan tersebut.
4. Peserta didik berdiskusi bersama anggota kelompoknya untuk
menyelesaikan LKS.
5. Peserta didik secara aktif mendiskusikan materi yang disajikan dalam LKS
kemudian guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok.
6. Guru meluruskan dan menyimpulkan serta memberikan uraian singkat
untuk memperjelas hasil presentasi peserta didik.
7. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
8. Pelaksanan observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran geografi lainnya
atau orang lain secara objektif yang bertindak sebagi observer. Untuk
keperluaan analisis, observer menggunakan lembar observasi dan catatan
lapangan yang telah disediakan oleh peneliti guna memperoleh gambaran
terhadap jalannya pelaksanaan disetiap tindakan.
9. Pelaksanaan tes, berupa pemberian soal evaluasi yang dilaksanakan
61
mengenai materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran yaitu
mengenai pendekatan geografi dan aspek-aspek geografi.
c. Tindakan 3
Proses pembelajaran tindakan 3 membahas tentang prinsip-prinsip
geografi. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran tindakan 3 sebagai berikut :
1. Pada awal kegiatan, setelah guru mengabsen kehadiran peserta didik, guru
memberi apersepsi dengan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan mengenai meteri yang
akan dipelajari, yaitu tentang prinsip-prinsip geografi dan manfaat ilmu
geografi kepada peserta didik. Guru memberikan pertanyaan agar peserta
didik tanggap mengenai pelajaran yang akan disampaikan.
2. Tahap selanjutnya guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan
menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
dilanjutkan dengan penyampaian petunjuk pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share
(SSCS).
3. Selanjutnya, guru menginstruksikan agar peserta didik kembali kepada
kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya, yakni terdiri
dari 5 (lima) kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 (enam)
anggota. Peserta didik diberi permasalahan yang terdapat dalam Lembar
Kerja Peserta didik (LKS), permasalahan yang terdapat dalam LKS berupa
perintah-perintah agar peserta didik membuat pertanyaan-pertanyaan
mengenai hal-hal yang belum dipahaminya mengenai materi pengertian
geografi dan konsep-konsep geografi, kemudian peserta didik diarahkan
agar membuat jawaban sementara pertanyaan tersebut.
4. Peserta didik berdiskusi bersama anggota kelompoknya untuk
menyelesaikan LKS.
5. Peserta didik secara aktif mendiskusikan materi yang disajikan dalam LKS
kemudian guru menunjuk salah satu perwakilan kelompok untuk
62
6. Guru meluruskan dan menyimpulkan serta memberikan uraian singkat
untuk memperjelas hasil presentasi peserta didik.
7. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
8. Pelaksanan observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran geografi lainnya
atau orang lain secara objektif yang bertindak sebagi observer. Untuk
keperluaan analisis, observer menggunakan lembar observasi dan catatan
lapangan yang telah disediakan oleh peneliti guna memperoleh gambaran
terhadap jalannya pelaksanaan disetiap tindakan.
9. Pelaksanaan tes, berupa pemberian soal evaluasi yang dilaksanakan
diakhir kegiatan untuk mengukur kemampuan pemahaman peserta didik
mengenai materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran yaitu
mengenai prinsip-prinsip geografi dan manfaat ilmu .
3.5.3 Refleksi (Reflection)
Tahap refleksi (reflection) yaitu mengadakan evaluasi mengenai hasil
analisi data terkait proses dan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Bersama guru mata pelajaran, peneliti menganalisis dan melakukan refleksi
terhadap pelaksanaan dari setiap tindakan yang dilaksanakan, merancang
ulang rencana pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya dalam
bentuk perbaikan-perbaikan. Refleksi ini dilaksanakan setelah pelaksanaan
masing-masing tindakan, refleksi tindakan satu untuk perbaikan pada
pelaksanaan tindakan dua, dan refleksi tindakan dua untuk perbaikan
pelaksanaan tindakan tiga.
3.6Penjelasan Istilah
3.6.1 Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS)
Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) adalah
model pembelajaran yang memakai pendekatan Problem Solving, didesain
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan
pemahaman terhadap konsep ilmu. Model pembelajaran SSCS melibatkan
63
mengungkapkan argumen atau jawaban sementara, serta memecahkan
masalah-masalah yang nyata. Penggunaan model pembelajaran Search, Solve,
Create, and Share (SSCS) ini terdiri dari empat fase, yakni fase Search, fase
Solve, fase Create, dan fase Share.
3.6.2 Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan tingkat kemampuan peserta didik untuk
menerangkan suatu objek atau subjek pembelajaran dengan kata-kata sendiri
atau berbeda dengan yang terdapat dalam buku pelajaran juga kemampuan
peserta didik untuk menginterpretasikan atau menarik kesimpulan dari suatu
simbol, misalnya data atau tabel, grafik, dan lain sebagainya.
Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan peserta didik dalam memahami konsep-konsep baik dalam
translasi, interpretasi, dan ektrapolasi konsep yang dilihat dari jawaban peserta
didik dalam lembar kerja peserta didik dan tes yang diberikan setelah
pembelajaran dilaksanakan.
Translasi adalah kemampuan peserta didik untuk menerjemahkan suatu
hal dari bentuk abstrak ke bentuk konkrit atau suatu simbol kedalam bentuk
lain, seperti gambar, tabel, grafik, dan lain sebagainya. Interpretasi adalah
kemampuan peserta didik untuk memahami atau menafsirkan isi dari suatu
bacaan dan yang terakhir adalah Ekstrapolasi, yakni kemapuan peserta didik
untuk menyimpulkan suatu hal serta mengkomunikasikan kesimpulan yang
telah dibuatnya.
3.7Instrumen Penelitian
Dalam memperoleh data penelitian maka peneliti mengunakan Lembar
Observasi untuk mengamati aktivitas guru dan peserta didik serta suasana kelas
selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar Kerja Peserta didik (LKS)
untuk mengukur kinerja peserta didik hasil dari kerjasama kelompok dan tes
evaluasi untuk mengukur pemahaman peserta didik, terutama dalam aspek
translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi. Berikut ini penjelasan masing-masing
64
3.7.1 Lembar Observasi
Lembar Observasi digunakan untuk merangkum aktifitas yang dilakukan
oleh guru dan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Bentuk
dari Lembar Observasi ini, yakni berupa tabel dengan poin-poin aktifitas guru
dan peserta didik yang berpedoman pada RPP.
3.7.3 Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk menuliskan atau mencatat hal-hal
yang tidak tersampaikan dalam lembar observasi.
3.7.4 Lembar Kerja Peserta didik (LKS)
LKS merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan
dan cara berfikir peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang ada
serta mengukur kinerja peserta didik dalam bekerjasama dengan
kelompoknya. Selain itu, LKS ini berfungsi untuk mengukur aktivitas peserta
didik selama pelaksanaan tindakan dan mengukur pemahaman konsep peserta
didik dalam memahami materi pembelajaran secara berkelompok.
3.7.5 Tes
Tes adalah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan dan intelegensi kemampuan atau bakat
yang dimiliki individu. Pada penelitian ini tes akan dilakukan pada akhir
kegiatan yang mana akan digunakan untuk mengevaluasi hasil pembelajaran
peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran di kelas, berupa pemahaman
peserta didik dalam memahami konsep ilmu yang didapatnya dalam aspek
translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian adalah berupa test dengan
soal-soal yang berbentuk pilihan ganda dengan lima option yaitu (A, B, C, D,
dan E) yang sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu dan dianalisis agar
diperoleh soal yang baik dan layak digunakan. Instrumen dalam penelitian ini
untuk mengujikan pemahaman konsep geografi yang berbentuk instrumen tes ,
65
Tahapan yang dilakukan seperti validitas soal, tingkat kesukaran soal,
daya pembeda soal, dan reliabilitas soal sehingga kelayakan soal yang
dijadikan instrumen dalam peneltian ini terjamin. Berikut ini penjelasan lebih
rinci mengenai tahapan yang diigunakan dalam pengujian instrumen dan
kesimpulan mengenai instrumen yang telah diuji:
[image:34.595.117.572.240.737.2]
Tabel 3.1
Uji Coba Instrumen Tes
Tindakan No. Soal
Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda
Status Soal
Reliabilitas
Nilai Penjelasan Nilai Penjelasan Nilai Penjelasan Nilai Ket
Pertama
1 0,290 Invalid 0,917 Mudah 0,167 Jelek Diperbaiki
0,746 Sangat Tinggi
2 0,495 Valid 0,556 Sedang 0,444 Baik Diterima
3 0,092 Invalid 0,139 Sukar 0,167 Jelek Diperbaiki
4 0,310 Invalid 0,583 Sedang 0,278 Cukup Diperbaiki
5 0,203 Invalid 0,889 Mudah 0,222 Cukup Diperbaiki
6 0,339 Valid 0,861 Mudah 0,167 Jelek Diperbaiki
7 0,341 Valid 0,278 Sukar 0,333 Cukup Diterima
8 0,539 Valid 0,528 Sedang 0,500 Baik Diterima
9 0,431 Valid 0,306 Sedang 0,389 Cukup Diterima
10 0,523 Valid 0,361 Sedang 0,500 Baik Diterima
11 0,028 Invalid 0,667 Sedang 0,000 Jelek Diperbaiki
12 0,515 Valid 0,556 Sedang 0,444 Baik Diterima
13 0,350 Valid 0,583 Sedang 0,278 Cukup Diterima
14 0,364 Valid 0,806 Mudah 0,167 Jelek Diperbaiki
15 0,498 Valid 0,333 Sedang 0,556 Baik Diterima
Kedua
1 0,000 Invalid 0,000 Sukar 0,000 Jelek Diperbaiki
0,534 Cukup
2 -0,029 Invalid 0,289 Sedang -0,260 Jelek Diperbaiki
3 0,000 Invalid 0,000 Sukar 0,000 Jelek Diperbaiki
4 0,103 Invalid 0,289 Sedang 0,053 Jelek Diperbaiki
5 0,326 Valid 0,553 Sedang 0,368 Cukup Diperbaiki
6 0,610 Valid 0,158 Sukar 0,211 Cukup Diterima
7 0,378 Valid 0,474 Sedang 0,316 Cukup Diterima
8 0,425 Valid 0,263 Sukar 0,316 Cukup Diterima
9 0,288 Invalid 0,289 Sukar 0,368 Cukup Diperbaiki
10 0,472 Valid 0,132 Sukar 0,053 Jelek Diperbaiki
11 0,209 Invalid 0,289 Sukar 0,263 Cukup Diperbaiki
12 0,486 Valid 0,526 Sedang 0,421 Baik Diterima
66
14 0,566 Valid 0,447 Sedang 0,474 Baik Diterima
15 0,629 Valid 0,632 Sedang 0,421 Baik Diterima
Ketiga
1 0,153 Invalid 0,933 Mudah 0,000 Jelek Diperbaiki
0,037
Sangat Renda
h
2 0,441 Valid 0,933 Mudah 0,133 Jelek Diperbaiki
3 0,306 Invalid 0,967 Mudah 0,067 Jelek Diperbaiki
4 -0,056 Invalid 0,867 Mudah 0,000 Jelek Diperbaiki
5 0,227 Invalid 0,800 Mudah 0,133 Jelek Diperbaiki
6 0,481 Valid 0,833 Mudah 0,333 Cukup Diterima
7 0,402 Valid 0,700 Sedang 0,333 Cukup Diperbaiki
8 0,068 Invalid 0,300 Sedang 0,200 Jelek Diperbaiki
9 0,000 Invalid 1,000 Mudah 0,000 Jelek Diperbaiki
10 0,347 Invalid 0,800 Mudah 0,267 Cukup Diperbaiki
11 0,173 Invalid 0,967 Mudah 0,067 Jelek Diperbaiki
12 0,374 Valid 0,467 Sedang 0,267 Cukup Diterima
13 0,441 Valid 0,933 Mudah 0,133 Jelek Diperbaiki
14 0,436 Valid 0,867 Mudah 0,133 Jelek Diperbaiki
15 0,441 Valid 0,933 Mudah 0,133 Jelek Diperbaiki
Sumber: Hasil Penelitian, 2013
3.7.5.1 Validitas Soal
Validitas instrumen sangat mutlak dilakukan untuk suatu penelitian,
menurut Silalahi (2009)
Validasi adalah sejauhmana dalam skor suatu instrumen (item-item dan kategori respon yang diberikan kepada suatu variabel khusus) mencerminkan kebenaran perbedaan antara individu-individu, kelompok-kelompok, atau situasi-situasi dalam karakteristik (variabel) yang diketemukan dalam ukuran.
Kemudian pengertian lebih sederhana dikemukakan oleh Arikunto
(2007) bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau keshahihan suatu alat ukur”.
Validitas soal dalam penelitian ini menggunakan analisis butir
r-biserial dengan rumus:
√
Keterangan :
rbis(i) = Koreasi biserial poin ke-i
xi = Rata-rata skor total responden yang menjawab benar
xt = Rata-rata skor total semua responden
pi = Proporsi jawaban benar
67
St = Standar deviasi skor total
(Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran Geografi oleh Sri Hayati)
3.7.5.2 Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui tingkatan soal
yang ada dalam penelitian ini. Kategori soal terdiri dari tiga jenis, yaitu
soal mudah, sedang, dan sukar. Menurut Arikunto (2007), “soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar”. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar menyebabkan
peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba karena diluar jangkauannya.
Dalam menentukan tingkat kesukaran masing-masing soal, peneliti
menggunakan indeks kesukaran dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
[image:36.595.117.513.195.629.2](Arikunto, 2007)
Tabel 3.2
Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal
Klasifikasi Indeks Kesukaran Harga Koefesien Kriteria
0,00 < P ≤ 0,30 Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
Sumber: Arikunto, 2007
3.7.5.3 Menghitung Daya Pembeda Soal
Daya Pembeda ini diujikan dengan maksud untuk mengetahui apakah
soal yang diajukan dalam penelitian ini mampu membedakan antara
68
sebuah soal yang tidak mampu dijawab oleh peserta didik yang pintar
namun dapat dijawab oleh peserta didik yang tidak pintar, maka akan
dipertanyakan kualitas butir soal tersebut.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi yang disingkat D. Dalam menghitung Daya Pembeda Soal,
peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
D = Daya pembeda butir
BA = Banyaknya subjek kelompok atas yang menjawab soal dengan
betul
JA = Banyaknya subjek kelompok atas
BB = Banyaknya subjek kelompok bawah yang menjawab soal dengan
betul
JB = Banyaknya subjek kelompok bawah
[image:37.595.119.514.235.591.2](Arikunto, 2007)
Tabel 3.3
Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Harga Koefesien Kriteria
0,00 - 0,20 Jelek 0,21 - 0,40 Cukup
0,41 - 0,70 Baik
0,71 - 1,00 Baik Sekali Sumber: Arikunto, 2007
3.7.5.4 Reliabilitas Soal
Reliabilitas adalah pengukuran statistik untuk mengetahui sejauh mana
keajegan suatu instrumen penelitian, hal ini digunakan untuk mengetahui
kemungkinan resiko error dalam pengambilan data peneltian. Menurut
Silalahi (2009), bahwa
69
Sehingga dapat disimpulkan bahwa reliabilitas digunakan untuk
melihat keajegan suatu instrumen agar dapat digunakan. Untuk
memperoleh indeks reabilitas soal dapat dicari dengan menggunkan rumus
Product Moment, sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
X = Skor butir belahan ganjil Y = Skor butir belahan genap N = Jumlah Responden
(Purwanto, 2011)
Setelah data yang didapat terkumpul, maka dimasukan kedalam rumus
Spearman-Brown :
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
= Korelasi antara dua belahan instrumen
[image:38.595.119.513.193.624.2](Arikunto: 2007)
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefesien Reliabilitas
Koefesien Reliabilitas Keterangan 0,000 - 0,200 Sangat Rendah
0,200 - 0,400 Rendah
0,400 - 0,600 Cukup
0,600 - 0,800 Tinggi
0,800 – 1,000 Sangat Tinggi Sumber: Riduwan (2011)
3.8Teknik Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan observer secara
kolaboratif. Menurut Lincoln dan Guba dalam Wiriatmadja (2009), terdapat tujuh
karakter yang harus dimiliki oleh seorang penelti di dalam penelitian, diantaranya,
70
pengetahuan; memproses dengan segera; klarifikasi dan kesimpulan; serta
kesempatan dalam eksplorasi. Ketujuh karakter inilah yang kemudian mendasari
peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Adapun teknik dalam
pengumpulan data yang umum digunakan dalam penelitian tindakan, sebagai
berikut:
3.8.1 Observasi
Observasi sering disebut juga sebagai pengamatan, yaitu kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indera. Mengacu pada peneltian ini, maka peneliti melakukan observasi
dengan cara pastisipatif. Jadi, peneliti terlibat langsung ke lapangan dengan
mengadakan pengamatan terhadap objek terteliti.
Observasi dalam PTK digunakan untuk memantau aktifitas guru dan
peserta didik dan mencatat setiap tindakan guru dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Selain itu, observasi dilakukan untuk menemukan kelemahan
yang terjadi, baik dari segi aktifitas guru, maupun peserta didik guna
dievaluasi dan diperbaiki pada tindakan pembelajaran berikutnya.
3.8.2 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis seperti arsip termasuk buku tentang pendapat, teori, dalil, atau
hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Studi
dokumentasi yang digunakan dalam peneltian ini berupa silabus, rpp, daftar
nilai, lembar kerja peserta didik, dan lembar jawaban tes. Selain itu, peneliti
menggunakan kamera sebagai alat perekam suasana pembelajaran di kelas.
3.9Analisis Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu
data kuantitatif yang didapatkan dari hasil tes dan hasil kerja kelompok atau
lembar kerja peserta didik yang dilakukan oleh peserta didik dan data kualitatif
yang didapatkan dari hasil observasi aktivitas di kelas selama proses
71
3.9.1 Data Kuantitatif
Data kuantitatif dianalisis secara statistika sederhana yaitu persentase
sehingga diperoleh hasil yang nantinya akan dibandingkan dengan KKM dan
nilai peserta didik setiap tindakan kelas ini dan guna melihat apakah
penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil atau tidak. Data
kuantitatif mengenai pemahaman konsep peserta didik meliputi nilai tes dan
LKS. Pengolahan dan analisis dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengolahan data tes dilakukan dengan memberi skor mentah terhadap
setiap jawaban peserta didik berdasarkan kriteria yang telah dibuat.
Bentuk soal adalah pilihan ganda berjumlah 15 soal. Untuk satu butir
soal yang dijawab benar akan mendapatkan skor sebesar 6,7 (enam koma
tujuh), untuk 15 butir soal yang dijawab benar akan mendapatkan skor
100, dan bagi soal yang dijawab salah tidak ada pengurangan point.
Penskoran jawaban peserta didik terhadap tes objektif dilakukan dengan
rumus sebagai berikut:
Sk =
Keterangan: Sk = Skor jawaban yang diperoleh
[image:40.5