• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASi FPTK IKIP BANDUNG 1983 DENGAN KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASi STM NEGERI II BANDUNG 1984.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASi FPTK IKIP BANDUNG 1983 DENGAN KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASi STM NEGERI II BANDUNG 1984."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

IKIP BANDUNG 1983 DENGAN KURIKULUM ELEKTRONIKA

KOMUNIKASl STM NEGERI II BANDUNG 1984

T E S I S

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung dalam rangka Menyelesaikan Jcnjang Strata - 2

Pengembangan Kurikulum Teknologi

O 1 e h : M U K H 1 D 1 N No. Pokok : 459/F/XVI - 8

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLBH

PROF. SORIMUDA NASUTION, M.A., Ph.D. Pembimbing I

DR. DADANG SULAEMAN

Pembimbing II

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

~ {—Q Halaman

PERSETDJUAN DAN PENGESAHAN i i

KATA PENGANTAR iv

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL ' xi

DAFTAR GAMBAR xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Pentingnya Masalah 3

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 9

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Relevansi Kurikulum 16

B. Kriteria Relevansi 22

C. Mutu Kurikulum 49

D. Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung dan Kurikulum Elek

tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung

1983 53

BAB I I I RANCANGAN PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian 103

B. Asumsi Penelitian 103

C. Fokok-pokok Pertanyaan Penelitian .... 104

D. Metoda Penelitian 105

E. Alat Pengumpul Data 108

F. Rancangan Pengolahan Data Penelitian.. 115

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Pengumpulan Data Penelitian 117

(4)

Halaman

B. Pengolahan Data Penelitian

118

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

A. Kesimpulan Hasil Penelitian

216

B. Pembahasan Hasil Penelitian 217

C. Implikasi Hasil Penelitian 222

D. Rekomendasi 228

E. P e n u t u p 229

DAFTAR KEPUSTAKAAN 230

LAMPIRAN-LAMPIRAN • 234

(5)

TABEL : Halaman

1. Struktur Kurikulum Program S. 1 82 2. Daftar Alat-alat Ruangan Laboratorium Elek

tronika 234

3. Daftar Barang Inventaris Milik Negara

Menu-rut Keadaan Pada Tanggal 1 April 1986 (FPTK

IKIP Bandung/Ruangan Bengkel Elektronika

Arus Lemah) 238

4. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro

nika Komunikasi STM Negeri II Bandung 110 5. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi

FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro nika Komunikasi STM Negeri II Bandung

Ditin-jau Berdasarkan Pokok Bahasan 111

6. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi

FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro nika Komunikasi STM Negeri II Bandung

Ditin-jau Berdasarkan Fasilitas Praktek 112

7. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro nika Komunikasi STM Negeri II Bandung

Ditin-jau Berdasarkan Pengalokasian Waktu Belajar 113

8. Kriteria Relevansi Untuk Menentukan Bahwa

Mata Kuliah Dalam Kurikulum Elektronika Ko

munikasi FPTK IKIP Bandung Relevan Dengan Mata Pelajaran Dalam Kurikulum Elektronika

STM Negeri II Bandung 114

9. Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP

Bandung 1983 120

10. Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri

Tahun 1984 122

11. Pokok Bahasan Yang Ada Dalam Kurikulum Elek

tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983.. 123-148

(6)

TABEL : Halaman

12. Pokok Bahasan Yang Ada Dalam Kurikulum

Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban

dung 1984 149-170

13. Relevansi Mata Kuliah Kurikulum Elektroni ka Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Ma

ta Pelajaran Dalam Kurikulum Elektronika

Komunikasi STM Negeri II Bandung 172 14. Relevansi Pokok Bahasan Kurikulum Elektro

nika Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege

ri II Bandung 178

15. Judul Pokok Bahasan Yang Sama 173

16. Relevansi Alat Ukur dan Bahan Praktek Da

lam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung dengan Alat Ukur dan Bahan/Fa-s i l i t a Bahan/Fa-s Praktek Untuk Kurikulum Elektroni

ka Komunikasi STM Negeri II Bandung 189

17. Fasilitas Praktek Yang~Dimiliki STM Juga

Dimiliki oleh FPTK IKIP Bandung 187 18. Perbandingan Pengalokasian Waktu Dalam Ku

rikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektronika Komu

nikasi STM Negeri II Bandung 195 19. Kriteria Relevansi Untuk Menentukan Bahwa

Mata Kuliah Dalam Kurikulum Elektronika Ko

munikasi FPTK IKIP Bandung Relevan Dengan

Mata Pelajaran Dalam Kurikulum Elektronika

Komunikasi STM Negeri II Bandung 199

20. Prosentase Target Pencapaian Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung

Tahun 1983 200

21. Prosentase Target Pencapaian Kurikulum

Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban

dung 1984 20Z+

22. Prosentase Kehadiran Dosen-dosen Dalam

Mengajar Bidang Studi Kurikulum 1983 Elek

tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 205

[image:6.595.94.498.98.732.2]
(7)

23. Prosentase Kehddiran Guru-guru Dalam

Menga-jar Program Studi Elektronika Komunikasi STM

Negeri II Bandung 207

24. Hasil Pengolahan Data dan Asumsi Penelitian

Sesuai Dengan Dokumen Kurikulum 210 25. Hasil Pengolahan Data dan Asumsi Penelitian

Sesuai Dengan Pelaksanaannya 211

[image:7.595.125.475.109.749.2]
(8)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR : Halaman

1. Perkembangan komponen mikro-elektro elektro nika dengan peningkatan kepadatan elemen,

tingkat Integrasi dan kemampuannya 24

2. Perkembangan komponen elektronika, bidang

komputer (Computer & Communication) 25

3. Perkembangan peralatan komunikasi antara

ma-nusia dengan komputer 26

4. Komposisi Produksi

Robot Pintar (Inteligeht

Robot) 27

5. a. Bentuk Tabung; b. Bentuk Transistor; dan

c. Bentuk I. C 2$

6. Perkembangan Integrated Service Digital Net

work (ISDN) 30

7. Ruang Lingkup Kurikulum

43

8. Bentuk Gambar sinusoida melalui osciloscope.

48

9. Kemerosotan Kurikulum yang berjalan pada

se-bagian penduduk

53

10. Pol a Kurikulum 1984 55

11. Struktur jenjang dan penjurusan Kurikulum di STM Negeri II Bandung Tahun 1984 Rumpun Elek

tronika 5/

12. Hubungan ranah kognitif, ranah psikomotorik,

dan ranah afektif yang menyatu 64

13. Pola Kurikulum Elektronika Komunikasi

FPTK

IKIP Bandung

80

14. Pengembangan Kurikulum

Elektronika

Komuni

kasi IKIP Bandung 1983 92

15. Gambaran sumber data penelitian

108

16. Kodefikasi untuk nama mata kuliah/nama mata

pelajaran

^9

(9)

17. Kodefikasi untuk pokok bahasan mata kuliah/

mata pelajaran 119

18. Diagram profil relevansi Kurikulum yang di-capai oleh Kurikulum Elektronika Komunikasi

FPTK IKIP Bandung 1983 198

19. Diagram relevansi Kurikulum Elektronika Ko

munikasi FPTK IKIP Bandung ditinjau secara

Actual Curriculum 208

20. Hubungan relevansi antara IKIP Bandung, STM

Negeri II Bandung dan Industri 220 21. Hubungan antara IKIP, STM dan Industri .... 223 22. Tahapan penyusunan program perkuliahan .... 223

[image:9.595.87.487.93.604.2]
(10)

BAB I

P E R M A S A L A H A N

A. Latar Belakang

Permasalahan ini adalah sampai sejauh manakah Kuri

kulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung relevan

dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban

dung.

Melihat bentuk permasalahan ini, maka akan

terse-lip di dalamnya dua kelompok pelajaran atau lebih yang relevan, setengah relevan, seperempat relevan, dan sete-rusnya, mengapa demikian ? Seperti diketahui bahwa Kuri

kulum Elektronika Komunikasi adalah merupakan bidang ilmu

yang sangat cepat berkembangnya dibandingkan dengan ilmu

lainnya, apa yang dipelajari oleh para mahasiswa hari ini

mungkin sudah tidak relevan lagi untuk berikutnya,

sehing-ga bila mahasiswa tersebut telah lulus akan mensehing-galami

ke-sulitan dalam mengajar di STM. Seperti kita ketahui bahwa

setiap kali kita mempelajari ilmu baru, maka

diperlukan

sarana dan prasarana yang cukup. Kelompok pelajaran yang tidak relevan ini kami duga berasal dari Teknologi maju

yang masuk ke Indonesia tanpa melalui

perguruan

tinggi

dalam hal ini IKIP Bandung.

Teknologi maju yang masuk ke Indonesia ini

(11)

Teknolo-ware diartikan sebagai peralatan mesin-mesin dan

penun-jangnya, sedangkan yang diartikan Software yaitu

sejum-lah program-program untuk menggerakkan teknologi hard

ware tersebut di atas.

Teknologi yang dibahas pada permasalahan ini ada lah teknologi Elektronika Komunikasi, misalnya : Sistem

Transmisi seperti Radio SSB/HF, VHF dan UHF,JUK 204,PCM, Sistem Telepon Kendaraan Bermotor, Radio Teleraetri,TDMA, Stasiun Bumi Kecil dan lain sebagainya, Teknologi Snitching Terminal dan Teknologi Komputer. Untuk menjawab

tantang-an ini maka STM bergegas merubah posisi urikulumnya gu

na menyiapkan teknisi yang mampu menangani Teknologi ter sebut di atas. Akibat perubahan posisi Kurikulum STM

di-perlukan sarana dan prasarananya. Muncul Sekolah Proyek Pembangunan Teknologi Menengah dengan peralatan yang

ki-ra-kira ada di Industri dengan harapan Kurikulum STM akan

relevan dengan kebutuhan Industri, dan pemakai Teknologi. Munculnya Sekolah Proyek Pembangunan dengan bantuan da

ri Bank Dunia atau Negara maju lainnya membawa dampak po sitif dan negatif. Positif bagi pengelola Proyek dan

pe-nunjang lainnya karena dapat ikut memanfaatkan hadirnya teknologi. Dampak negatif muncul bagi guru yang baru me ngajar di STM berhubung mereka ini tidak akan bisa menga

(12)

seko-3

lah berbeda dengan yang ada di bangku kuliah seperti di

IKIP Bandung. Keluhan muncul baik dari sekolah maupun da ri para lulusan itu sendiri, anak sekolah tidak mengeta-hui masalah ini, mereka hanya dapat mencemoohkan; guru

baru tidak dapat mengajar kami.

Isue lulusan Perguruan Tinggi/IKIP tidak siap

kai bermunculan. Padahal sebenarnya bukan tidak siap

pa-kai tetapi proses mengalimya Teknologi tidaklah melalui IKIP sebagai produsen guru tetapi langsung ke STM seba

gai pemakai Teknologi dan peraroses Teknologi. Isue lulus

an IKIP Bandung Jurusan Elektronika Komunikasi tidak re levan dengan kebutuhan tenaga Guru di STM sebenarnya ti dak seluruhnya benar sampai di manakah kadar relevansi-nya ini yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini.

B. Pentingnya Masalah

Tuntutan akan relevansi kurikulum sering kita da-patkan melalui pelbagai mas media seperti surat kabar, majalah ilmiah, buletin dan Iain-lain. Apa yang dituntut

tidak lain supaya yang diajarkan di sekolah dapat lang

sung diterapkan di masyarakat tanpa melalui pendidikan

dahulu. Tuntutan ini muncul di sekolah maupun perguruan tinggi sebagai akibat dari raasuknya teknologi ke Indone sia tidak melalui pendidikan formal sehingga timbul ma

(13)

pemro-tenaga untuk memproses teknologi baru tersebut, sehingga

timbullah kesenjangan antara teknologi baru dan teknologi

lama di sekolah dan dipakai latihan anak-anak guna

menem-puh sejumlah mata pelajarannya, sedangkan peralatan yang dipakai di sekolah sebenarnya sudah tidak digunakan lagi di Industri, sehingga walaupun lulusan sekolah terampil

di sekolah maka belumlah tentu terampil di Industri, ka

rena apa ? Peralatan yang ada di dunia Industri sudah ba

r u s e m u a .

Sebagaimana telah diterangkan pada bagian terda-hulu, bahwa di dalam kelompok mata pelajaran pada Kuriku

lum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung dicuri-gai ada beberapa mata pelajaran yang tidak terdapat pada

Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung, se hingga kita katakan bahwa Kurikulum IKIP Bandung tidak

relevan dengan Kurikulum STM Negeri II Bandung. Bila be

berapa mata pelajaran yang terdapat di dalam Kurikulum STM tetapi tidak diajarkan di IKIP akan mengakibatkan be

berapa dampak yang timbul di antaranya.

1. Kesenjangan Teknologi antara IKIP dan STM semakin me^

lebar

(14)

pela-5

jaran baru yang berasal dari teknologi baru, seperti :

Komputer, Sistem Digital, Praktek Pengukuran dengan mem-pergunakan Pesawat Digital. Mengapa demikian ? Karena ke lompok pelajaran ini merupakan dasar bagi pengembangan Teknologi berikutnya sehingga bila tidak mengikuti kon-sep pengembangan ilmu ini, maka para mahasiswa akan di-hadapkan kepada permasalahan yang lebih rumit dalam meng-ajarkan ilmunya kepada para siswa STM walaupun mereka me' miliki daya nalar yang kuat terhadap ilmunya pada waktu

diperoleh di bangku kuliah.

2. Mutu Lulusan Menurun

Idealnya para lulusan IKIP telah menguasai mata pelajaran-mata pelajaran yang ada di STM sehingga begitu mereka diterjunkan kepada masyarakat tidak terdapat ke-canggungan dalam mengajar. Lain halnya apabila para ma hasiswa tidak dipersiapkan dengan sejumlah bekal di bang ku kuliah, maka pada waktu mereka ditempatkan di mana

mereka bekerja maka akan terjadi transfer ilmu yang se

makin berkurang; katakanlah apabila jumlah mata pelajar an yang harus dikuasai oleh seorang lulusan adalah 10 mata pelajaran tetapi karena di IKIP hanya dapat menye-diakan 6 mata pelajaran saja, maka sebenarnya yang akan dikuasai oleh para mahasiswa tidak enam mata pelajaran

(15)

(1). Dosen jarang memberi kuliah karena langkanya dosen dosen yang ahli dalam Kesuatu bidang sehingga IKIP

raengambil dosen luar biasa.

(2). Jumlah hadir dosen tetap dalam memberi kuliah tidak

18 kali pertemuan tetapi hanya 6 kali pertemuan

di-sebabkan karena waktu pertemuan diganggu oleh rapat-rapat, sakit, halangan yang mendadak dan lain seba-gainya.

(3). Fasilitas praktek yang terbatas.

(4). Kurangnya motivasi mahasiswa untuk belajar. (5). Langkanya buku teks yang berbahasa Indonesia.

(6). Kecilnya insentif dosen, terutama dosen luar biasa.

Semua ini akan merupakan faktor-faktor yang menyatu da lam proses pembentukan calon guru yang akan diterjunkan mengajar STM, bila dikalkulasi semua faktor ini maka se benarnya dia hanya menguasai 75 % dari enam mata pelajar an tersebut atau eekitar 4,5 mata pelajaran yang

dikua-sainya. Bila 4,5 ini dilakukan transfer lagi pada

siswa-nya jelas transfer ini tidak akan lebih 100 %f disebab-kan adisebab-kan terjadi lagi "error" dalam penerimaan pelajaran dari gurunya dan bila kita hitung 75 % saja dari 4,5 ma ka ilmu yang dimiliki siswa sebenarnya hanya 3,4 mata pel-ajaran yang dikuasai. Oleh karena itu tidaklah harus berkecil hati apabila adanya sorotan yang tajam terhadap

Kurikulum IKIP. Oleh karena itu kita tidak akan

(16)

lu-lusan sekolah tidak siap pakai.

3. Pemborosan Dalam Dunia Pendidikan

Setelah kita memperhatikan apa yang telah

diurai-kan pada mutu lulusan yang menurun, maka bila ini terja

di terus tanpa ada perbaikan akan terjadilah pemborosan

uang dan tenaga. Pemborosan uang terjadi

karena

dengan

adanya lulusan yang mutunya

tidak

memenuhi

persaratan

yang minimal, maka sebagai konsekuensi logis dari

peru-sahaan tersebut sebagai penerima tenaga kerja mereka

men-dirikan semacam Diklat (Pendidikan dan Latihan). Adanya

pendirian semacam Diklat ini jelas akan mengeluarkan

ang-garan yang tidak sedikit bagi Diklat itu katakan saja un

tuk penggajian karyawan tetapnya setiap bulan

mau tidak

mau akan berkisar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupi

ah) dengan pengelola 15 orang. Belum terhitung

adminis-trasi pengelolaan Diklat maka bila ditotalkan

keseluruh-an akkeseluruh-an berkisar Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta ru

piah) per tahun. Ini contoh untuk Diklat yang belum

be

gitu maju, maka dapat kita bayangkan apabila seluruh

per-usahaan

mempunyai Diklat jelas ini tentu akan mengaluar

kan biaya orde milyaran rupiah oleh karena itu secara

Na-sional terjadi pemborosan dalam dunia pendidikan.

Belum

kalau kita kaji dari Pendidikan itu sendiri sebagai con

toh bila para mahasiswa yang belajar di IKIP ini

(17)

juta rupiah) pertahun perorang, maka uang ini sebenarnya

akan habis terus oleh setiap mahasiswa baik itu yang pintar, yang rajin, yang malas, dan yang jarang kuliah. Bila kita totalkan keseluruhan biaya/anggaran pendidikan

maka akan terdapat anggaran pendidikan yang tidak

efek-t i f dan efisien dipakai.

Selain terjadi pemborosan uang dalam dunia pendi dikan, terjadi pula pemborosan tenaga. Misalnya seorang mahasiswa yang seharusnya mereka menerima pelajaran 10 mata kuliah tetapi dalam pelaksanaannya dia hanya mene rima 8 mata kuliah, maka waktu yang 2 mata kuliah lagi tidak digunakan oleh para mahasiswa menjadi 10 tapi

mung-kin digunakan untuk hal yang belum tentu produktif; be lum lagi bila dihitung kemampuan dari tenaga

administra-si yang harusnya menangani 10 mata kuliah tetapi hanya 8

mata kuliah, jelas ini ada kesenjangan 2 mata kuliah ter,

buang. Sisi lain pada Perusahaan bila tenaga

pengelola

Diklat ini dikerjakan untuk hal yang produktif bagi

Per-usahaannya, maka akan merupakan sumber pemasukan

keuang-an ykeuang-ang tidak sedikit. Oleh karena itu secara makro kita

akan mendapatkan pemborosan ganda dalam dunia pendidikan

i n i .

Oleh karena itu bila tiga dampak dalam relevansi

kurikulum tidak diperhatikan, maka akan sulitlah merubah

posisi kurikulum di Perguruan Tinggi terhadap kebutuhan

(18)

bahwa permasalahan relevansi kurikulum ini akan memiliki arti yang pen ting sekali bagi masukan di Perguruan Ting-gi dalam rangka menata kembali Kurikulumnya dan akan me rupakan hal yang menarik bagi peneliti di bidang pengem bangan Kurikulum dalam mengembangkan wawasan berpikirnya terhadap Spesialisasi Kurikulum sebagai Bidang Studi.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengalimya teknologi maju ke dunia Industri dan masyarakat pemakai teknologi menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam dunia pendidikan terutaraa bagi seko lah formal yang menyelenggarakan Sekolah Teknologi Elek tronika. Umumnya teknologi yang masuk dan berkembang pe-sat ini dalam bidang Komputer Sistem Transmisi Digital, dan Sistem Digital Telepon. Hadirnya teknologi ini tentu

disertai dengan peralatan Hardware dan Software dari per

alatan tersebut, terjadilah transfer teknologi di dunia

industri oleh negeri peraberi teknologi. Dalam dunia atau

masyarakat industri alih teknologi ini berjalan sesuai

dengan kontrak pembelian barang dari negara pengimpor

teknologi. Pada masyarakat luas sebagai pemakai teknolo gi timbul masalah, barang yang sudah mereka terima dalam

kurun waktu tertentu terjadi keausan, barang rusak, suku

(19)

Sebagai jawaban dari ini semua atas perkembangan

teknologi di masyarakat maka STM merubah posisi

kuriku-lumnya dari Kurikulum 1976 ke Kurikulum 1984 dengan ciri

yang lebih spesifik lagi. Kurikulum 1976 sifatnya masih

umum misal Jurusan yang ada di STM Negeri II hanya ada

dua yakni STM Jurusan Listrik Arus Kuat dan STM Jurusan

Arus Lemah, kini Arus Lemah berubah menjadi Program Stu

di Elektronika Komunikasi, Elektronika Industri dan

Te-lepon dan Telegraf. Berdirinya Jurusan ini tidak lain se bagai jawaban atas perkembangan teknologi di dalam bi dang Telepon Digital yang dikelola oleh Perusahaan-peru

sahaan seperti PT. INTI, PT. INDOSAT, PERUMTEL, LEN LIPI

dan lain sebagainya, sedangkan dalam Transmisi Digital

dikelola oleh Perusahaan-perusahaan RFC, PT. INTI, LEN

LIPI dan lain sebagainya.

Bila kita kaji dengan berubahnya kurikulum di STM

dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984 akan membawa

kon-sekuensi penyediaan guru, penyediaan sarana dan

prasara-na serta maprasara-najemen yang baik. Khusus mengeprasara-nai penyedia an guru, maka di STM sendiri timbul masalah siapa

guru-nya ? Diambil dari mana ? Yang sudah ada ditatar ? Se

perti kita ketahui bahwa guru teknologi.di STM sangatlah

terbatas adanya, sehingga bila yang terbatas ini ditatar

di suatu lembaga tertentu timbul masalah siapa

penggan-tinya ?

Jalan lain minta bantuan pada IKIP Bandung

Ju

(20)

11

Bagaimana kondisi IKIP Bandung dengan Kurikulum Elektro

nika Koraunikasinya ?

Secara garis besar Kurikulum Elektronika Komuni

kasi IKIP terstruktur sebagai kelompok-kelompok mata ku

l i a h :

1. MKDU atau Mata Kuliah Dasar Umum.

2. MKDK atau Mata Kuliah Dasar Kependidikan.

3. PBM atau Proses Belajar Mengajar.

4. MKDU Khusus IKIP Bandung. 5. MKDK Khusus IKIP Bandung.

6. MKBS Wajib atau Mata Kuliah Bidang Studi Wajib. 7. MKBS Pilihan atau Mata Kuliah Bidang Studi Pilihan.

8. PPL atau Praktek Pengalaman Lapangan.

Kelompok-kelompok mata kuliah ini akan menjadi bekal ba

gi calon guru STM. Suatu ciri daripada Jurusan Elektro

nika atau Fakultas Teknologi dari Fakultas lainnya yang ada di IKIP adalah bahwa setiap mata kuliah

wajib/pilih-an Bidwajib/pilih-ang Studi selalu disertakwajib/pilih-an dengwajib/pilih-an praktek. Apa

yang dipraktekan tentunya harus menunjang

materi

teori

di kelas* dan peralatan atau pesawat praktek ini tentu nya harus sesuai dengan apa yang dimiliki oleh STM, per alatan STM dan pesawat elektronikanya harus sesuai de

ngan yang ada di Industri supaya kelak tidak ada

kecang-gungan dalam praktek, ini ideal. Sekarang apakah

kondi-sinya demikian ?

Apa yang ada di Industri tersedia

di

(21)

apa yang ada di Industri sebagian ada di STM, apa yang ada di STM sebagian ada di IKIP, sampai seberapa jauhkah atau sampai berapa prosenkah relevansi peralatan ini ten

tu harus dikaji atau diteliti. Apakah dengan adanya per

alatan sebagian peralatan ada di IKIP dan sebagian lagi

ada di STM sudah cukup untuk menjadikan seorang guru

baik; ini merupakan masalah. Di sisi lain seperti materi teori apakah adanya sejumlah teori dalam Kurikulum IKIP ada pula di dalam Kurikulum STM ? Bila ada sampai sebe rapa jauh, apakah ada persaratan minimal untuk seorang

guru dalam menguasai materi bidang studi supaya kelak ia dapat mengajar dengan baik dan akhirnya apakah

diperlu-kan lama belajar di perguruan tinggi lebih besar dari pa da lama belajar di STM ? Apakah dengan adanya sebagian

peralatan yang ada sama dengan peralatan di STM, materi pelajaran di STM sebagian ada di IKIP, dan jumlah jam pelajaran di IKIP lebih besar dari jumlah jam pelajaran

di STM akan menghasilkan lulusan yang siap pakai ? Tentu sulit kita akan menjawabnya, karena apa ? Di dalam ku rikulum sendiri secara garis besar dapat dibangun atas unsur-unsur tujuan, materi pelajaran, metoda mengajar dan

evaluasi. Adanya materi belajar yang memadai belumlah

tentu kurikulum itu baik. Adanya tujuan yang terarah be

lum tentu akan menghasilkan lulusan yang baik tanpa

di-barengi dengan materi pelajaran yang cukup ? Adanya

tu

(22)

13

tentu kita dapat melihat output lulusan yang baik tanpa

diikut sertakan unsur evaluasi ? Terlepas dari pengerti an kurikulum sebagai rencana, kurikulum sebagai

pengalam-an belajar, kurikulum sebagai suatu proses maupun kuri kulum sebagai Bidang Studi, maka di dalam pengertian pe

nelitian ini kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran

yang disajikan sekolah atau universitas.

Dengan demikian fokus penelitian ini dibatasi pa da kurikulum yang diartikan sebagai sekumpulan mata ku liah atau mata pelajaran yang tertuang dalam Garis Besar Program Perkuliahan dan Garis Besar Program Pengajaran

atau GBPP dengan mengambil subjek penelitian dalam rele

vansi materi kuliah Bidang Studi Elektronika Komunikasi

di antara Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II

Bandung tahun 1984 dengan Kurikulum Elektronika Komuni kasi FPTK IKIP Bandung tahun 1983. Bila kita rumuskan

permasalahan relevansi kurikulum ini dapat kita nyatakan:

Sampai sejauh manakah Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung tahun 1983 relevan terhadap Kurikulum

Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung tahun 1984? Permasalahan ini raasih umum, oleh karena itu bisa dibagi lagi menjadi sub masalah berikut ini :

(1). Sampai sejauh manakah nama mata kuliah- mata kuliah

di dalam kurikulum elektronika komunikasi FPTK IKIP

Bandung tahun 1983 relevan terhadap nama mata

(23)

Elek-tronika Komunikasi STM Negeri II Bandung ?

(2). Sampai sejauh manakah pokok bahasm-pokok bahasan da

lam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Ban

dung relevan dengan pokok-bahasan-pokok bahasan da

lam Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II

Bandung ?

(3). Sampai sejauh manakah fasilitas untuk praktek yang

ada dalam Kurikulum Elektronika Komunikasi di FPTK

IKIP Bandung relevan terhadap fasilitas untuk prak tek yang ada dalam Kurikulum Elektronika Komunikasi

STM Negeri II Bandung ?

(4). Sampai sejauh manakah jumlah jam belajar dalam Ku

rikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung re

levan terhadap jumlah jam belajar mengajar di dalam

Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban

dung ?

Untuk menjawab sub

permasalahan - sub permasalahan

ini, maka Tesis dibagi atas

5 Bab

yang meliputi berikut

i n i :

Bab

I

Permasalahan yang ada

ten tang relevansi Kuriku

lum mengenai timbulnya masalah, pentingnya ma

salah, dan batasan suatu

masalah yang

selanjut-nya dirumuskan.

Bab

II

Relevansi kurikulum, kriteria relevansi, mutu

u-rikulum dan Kuu-rikulum Elektronika Komunikasi

di

(24)

Elek-tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983.

Bab III Rancangan penelitian yang terurai atas tujuan

penelitian, asumsi penelitian, pertanyaan pene

litian, metoda penelitian, alat pengumpul data

dan rancangan pengolahan data penelitian.

Bab IV Pelaksanaan penelitian, tempat dilaksanakan pe

nelitian, pengumpulan data, dan pengolahan data

penelitian.

Bab V Penelitian dengan hasilnya dan pembahasannya

yang terurai atas kesimpulan, hasil penelitian,

pembahasan hasil penelitian, implikasi hasil pe»

(25)
(26)

BAB I I I

RANCANGAN PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Relevansi antara mata kuliah di dalam Kurikulum

Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung dengan ma

ta pelajaran Kurikulum Elektronika Komunikasi STM

Negeri II Bandung 1984.

2. Relevansi pokok bahasan Kurikulum Elektronika Ko

munikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dengan pokok bahas

an mata pelajaran Kurikulum Elektronika Komunikasi

STM Negeri II Bandung 1984.

3. Relevansi fasilitas praktek Kurikulum Elektronika

Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dengan fasilitas

praktek Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege

ri II Bandung 1984.

4. Relevansi lamanya waktu belajar dalam Kurikulum

Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 de

ngan waktu belajar dalam Kurikulum Elektronika Ko

munikasi STM Negeri II Bandung 1984.

B. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian dalam relevansi kurikulum

ini,

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung

(27)

sepenuhnya dilaksanakan oleh para dosen.

2. Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban

dung dilaksanakan sepenuhnya oleh para guru.

3. Lulusan FPTK IKIP Bandung mengajar di STM Negeri II

Bandung.

4. Lama studi di IKIP Bandung lebih lama jika

diban-dingkan dengan waktu belajar di STM Negeri II Ban

dung.

5. Kurikulum STM menjadi dasar bagi perencanaan Kuri

kulum IKIP Bandung khususnya Kurikulum Elektronika

Komunikasi.

C. Pokok-pokok Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini dikemukakan pertanyaan- per

tanyaan yang berbunyi : "Sampai Sejauh Manakah Kurikulum

Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983

relevan

dengan

Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II

Bandung 1984". Selanjutnya diperinci lagi menjadi

subper-tanyaan sebagai berikut :

1. Apakah nama mata kuliah-nama mata kuliah

bidang

studi terkecuali mata kuliah Fisika, Matematika,

Statistik dalam Kurikulum Elektronika

Komunikasi

FPTK IKIP Bandung 1983 relevan dengan nama ma

ta pelajaran-nama mata pelajaran dasar

kejuruan

dan kejuruan dalam Kurikulum Elektronika Komunika

(28)

pela-105

jaran Matematika, Bahasa Inggris, Koperasi dan

Ma-najemen, Fisika dan Kimia ?

2. Apakah pokok bahasan-pokok bahasan dalam mata ku liah bidang studi terkecuali mata kuliah Matemati ka, Fisika, Statistik dalam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 relevan dengan

pokok bahasan-pokok

bahasan

di dalam mata

pela

jaran dasar kejuruan dan kejuruan terkecuali mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Koperasi dan

Manajemen, Fisika dan Kimia dalam Kurikulum Elek tronika Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ? 3. Apakah ada fasilitas praktek untuk Kurikulum Elek

tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 relevan dengan fasilitas praktek untuk Kurikulum Elektro

nika Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ?

4. Apakah alokasi waktu Kurikulum Elektronika Komuni

kasi FPTK IKIP Bandung 1983 relevan dengan pem

berian waktu (alokasi) dalam Kurikulum Elektroni

ka Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ?

D. Metoda Penelitian

Kegiatan penelitian ini tergolong ke dalam pene

litian kuantitatif. Karena sifat penelitiannya kuantita

tif, maka perhitungan statistik digunakan secara

sederha-na dan memakai studi perbandingan dokumenter serta kaji

(29)

Karena sifat penelitiannya kuantitatif maka pene

litian dilakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah doku

men Kurikulum yang penulis peroleh dari Kepala Sekolah

Teknologi Menengah Negeri II Bandung, Kepala BLPT, Ketua

Jurusan Elektro FPTK IKIP Bandung dan para dosen Jurusan

Elektro FPTK IKIP Bandung untuk dianalisis yang

selanjut-nya dilakukan prosentase. Dokumen yang tidak lengkap pe

nulis tanyakan langsung pada pembuat dokumen tersebut de

ngan maksud untuk lebih jelas lagi uraian dari dokumen

tersebut. Misalnya di Jurusan Elektro ada beberapa doku

men Kurikulum yang dibuat oleh dosen tetapi isi daripada

dokumen tersebut ada beberapa istilah yang penulis sen

diri belum tahu tujuannya.

Selain daripada membandingkan Dokumen sesuai de

ngan yang tertera dari dokumen resmi pemerintah maka

pe-neliti ingin melihat pelaksanaan di lapangan tentang wak

tu belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa, antara

guru dan muridnya. Dokumen yang dilihat di sini

adalah

berapa frekuensi perkuliahan seorang dosen dan berapakah

frekuensi guru dalam mengajar dalam setiap semester mu

lai tahun 1984/1985 untuk STM dan mulai tahun 1982/1983

untuk Jurusan Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung.

Kodifikasi. Kodifikasi dimaksudkan untuk

menying-kat dan memudahkan dalam mengklasifikasi nama mata pela

jaran, nama mata kuliah, pokok bahasan

mata

pelajaran,

(30)

dilak-10?

sanakan sebagai berikut : Setelah semua dokumen Kuriku

lum terkumpul maka nama mata pelajaran, nama mata kuliah

dikodifikasi uraian lebih detail mengenai kodifikasi

di-jelaskan pada bagian pelaksanaan penelitian.

Tabulasi. Tabulasi dimaksudkan untuk menganalisis

perbandingan kedua .dokumen Kurikulum. Dengan melalui ta

bulasi ini kita akan melihat berapa %tingkat relevansi

yang dicapai. Bentuk tabulasi ada empat yakni : tabulasi

mengenai nama mata kuliah Elektronika Komunikasi di FPTK

IKIP Bandung yang dibandingkan dengan nama mata pelajar

an Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung. Tabula

si mengenai pokok bahasan nama mata kuliah yang

diban

dingkan dengan pokok bahasan nama mata pelajaran,

dari

tabulasi ini kita dapat melihat prosentase yang

dicapai

dari pokok bahasan Kurikulum Elektronika Komunikasi IKIP

terhadap pokok bahasan Kurikulum Elektronika

Komunikasi

STM Negeri II Bandung. Tabulasi alokasi waktu

dimaksud

kan untuk melihat perbandingan antara alokasi waktu bela

jar di IKIP dibandingkan dengan alokasi waktu belajar di

STM Negeri II Bandung. Akhirnya tabulasi tentang Fasili

tas Praktek dimaksudkan untuk melihat perbandingan

peng-gunaan alat ukur dan bahan praktek yang dipakai

di IKIP

terhadap STM. Secara ringkas dari mana sumber penelitian

(31)

Sumber Penelitian

Kurikulum Elek

tronika Komuni

kasi STM 1984.

Kurikulum Elek

tronika Komunika si IKIP 1983

Jumlah Nama Mata Ku

liah/mata pelajaran.

*)

10 ; 29 ;

Jumlah Pokok Bahasan 174 244

Fasilitas praktek 148 39

Alokasi waktu 240 160

J

Keterangan

^ Nama mata pelajaran seperti Gambar Teknik I, Gam

bar Teknik 2; Nama mata pelajarannya dijadikan sa

tu menjadi Gambar Teknik. Begitu pula untuk yang

lainnya.

^ Nama mata kuliah seperti Elektronika 1, Elektroni

ka 2 disatukan namanya dalam penelitian ini men

jadi nama mata kuliah Elektronika. Begitu pula un

tuk yang lainnya.

Gambar 1 5

Gambaran Sumber Data Penelitian

E. Alat Pengumpul Data

Untuk menyusun alat pengumpul data ini dilakukan

melalui tahapan berikut ini :

1. Nama Mata Kuliah dan Nama Mata Pelajaran. Alat pengum

pul data untuk kedua dokumen Kurikulum ini ialah

da

lam bentuk tabel. Tabel ini disebut sebagai Relevansi

Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung,

[image:31.595.50.537.61.577.2]
(32)

109

II Bandung ditinjau berdasarkan pemberian nama mata

kuliah dan nama mata pelajaran.

2. Pokok bahasan. Sama halnya seperti pada penyusun

an alat pengumpul data nama mata pelajaran dan nama

mata kuliah, hanya saja dalam hal ini nama diganti de

ngan pokok bahasan.

3. Fasilitas Praktek. Fasilitas praktek dalam bahasan di

sini diuraikan atas alat ukur dan bahan praktek. Pe

nyusunan ini sebenarnya sama dengan penyusunan

untuk

alat pengumpul data (instrumen) pada pemberian nama

mata pelajaran/nama mata kuliah ataupun pokok bahasan

hanya saja kalau pada nama mata pelajaran maupun po

kok bahasan memakai kodefisikasi dalam tabelnya, pada

fasilitas praktek tidak digunakan dikarenakan

kesulit-an dalam pengelompokkkesulit-an barkesulit-ang.

4. Alokasi waktu. Penyusunan alat pengumpul data sama se^

perti pada nomor 1, 2, dan 3 di atas.

5. Analisis tabel. Tabel yang sudah dibuat pada nomor 1,

2, 3 dan 4 perlu dianalisis. Maka semua nama mata pe

lajaran/nama mata kuliah, pokok bahasan, alokasi wak

tu, dan Fasilitas Praktek Kurikulum Elektronika Komu

nikasi IKIP Bandung maupun STM Negeri II Bandung

di-masukkan ke tabel. Tabel tersebut disusun sebagai

(33)

TABEL 4

RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK

IKIP BANDUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI STM NEGERI II BANDUNG DITIN

JAU BERDASARKAN PEMBERIAN NAMA.

x^Naraa mata Kuliah

Xw dalam Kurikulum

Na- >vElektronika Ko-ma \munikasi FPTK

mata pe- xJ-KIP Bandung lajaran >y1983

dalam Kuriku- x. lum Elektronika Nv

Komunikasi STM Ne-\

geri II Bandung 1984 \

J

u

m

1

a

h

y.,

•4 •• . "

— — *

m

J

Jumlah

i _ _

i

[image:33.595.86.530.137.658.2]
(34)

TABEL 5

RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BANDUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA

KOMUNIKASI STM NEGERI II - BANDUNG DITINJAU BERDASARKAN POKOK

BAHASAN

111

NPokok Bahasan dalam N^Kurikulum Elektro-PokokNsJiika Komunikasi

bahasan\FPTK IKIP

Ban-dalam Ku-\dung 1983

rikulum N. Elektronika >v

1

J

u

m

1

a

h Negeri II Bandung 1984\

— •

.

[image:34.595.70.511.89.692.2]
(35)

TABEL 6

RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP

BAN-DUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI STM

NEGERI II BANDUNG DITINJAU BERDASARKAN FASI LITAS PRAKTEK YANG DIPAKAI

N. F a s i l i t a s Praktek FaV. dalam Kurikulum siliV. Elektronika Ko

tas Ku\munikasi FPTK rikulum NJKIP Bandung

Elektroni \1983

ka Komuni- \

' ' <

J

u

m

1

a

h kasi STM Ne- N V

geri II Bandung 1984\

4

<

-1

[image:35.595.89.496.125.593.2]
(36)

113

TABEL 7

RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BAN

DUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI STM NEGERI I I BANDUNG DITINJAU BERDASAR

KAN PENGALOKASIAN WAKTU BELAJAR

r

^Alokasi waktu dalam

Ku-clu^v^rikulum Elektronika

riku-^\Komunikasi

FPTK

lum ELek^^TICIP

Bandung

tronika Ko- ^v!983

tnunikasi STM Ne-^v

geri II Bandung 1984"^^ •

J

u

m

1

a

h

j

j

_j

. .

J u m l a h

[image:36.595.52.502.127.658.2]
(37)

TABEL 8

KRITERIA RELEVANSI UNTUK MENENTUKAN BAHWA KURIKULUM ELEK TRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BANDUNG RELEVAN TER

HADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI STM NEGERI I I BANDUNG

No. Urt

Penyusunan Bahan Penga jaran dalam Kurikulum Elektronika Komunikasi Sekolah Teknologi Mene

ngah Negeri II Bandung.

Penyusunan Bahan Pengajarar

dalam Kurikulum Elektroniks Komunikasi FPTK IKIP - Ban

dung

Tingkat Relevansi

a b c d

1.

Penentuan Nama Mata Pelajaran atau Nama Mata Kuliah.

2. Penentuan Pokok Ba hasan

3.

Penentuan Fasilitas Praktek

4. Penentuan AlokasiWaktu.

.

Keterangan :

a = Jumlah item (%).

b = Jumlah Nama Mata Pelajaran atau Nama Mata Kuliah {%)

c = Jumlah Satuan per Unit {%).

d = Jumlah jam di STM dibandingkan dengan jumlah jam di

[image:37.595.89.498.94.610.2]
(38)

115

F. Ran can gan Pengolahan Data Penelitian

Pengolahan data perbandingan kurikulum ini dibagi

atas tahap-tahap sebagai berikut :

1. Kodefikasi. Semua nama mata kuliah/nama mata pela

jaran, semua pokok bahasan, semua alokasi waktu ma ta kuliah, mata pelajaran dilakukan kodefikasi.

2. Tabulasi berdasarkan prosentase. Setelah data yang memang harus dimasukkan ke dalam tabel selesai ma

ka dilakukan analisis tabel dengan cara sebagai be rikut bilamana ada kesamaan mata kuliah dengan na

ma mata pelajaran maka diberi W/7/fa untuk selanjut-nya dilakukan prosentase {%).

3. Tafsiran. Setelah diperoleh data dalam bentuk pro sentase, maka selanjutnya ditafsirkan. Bilamana-hasilnya kurang dari 100 %maka peneliti menilai

sebagai sesuatu yang tidak relevan. Karena untuk

menyatakan bahwa Kurikulum IKIP relevan dengan Ku rikulum STM, maka guru harus lebih tinggi di dalam perolehan bahan pengajarannya dibandingkan dengan

murid.

4. Aktual Kurikulum. Maksud aktual kurikulum di sini

(39)

jum-lah pokok bahasan yang dibahas adajum-lah sesuai terte-ra dalam GBPP berjumlah 10 buah. Peneliti ingin me ngetahui apakah 10 pokok bahasan ini dilaksanakan seluruhnya dalam dua Semester tersebut ataukah ti

dak oleh gurunya, kalau tidak berapa % yang dapat

dilaksanakan. Data yang peneliti peroleh dari BLPT

maupun STM Negeri II Bandung dimasukkan pada tabel Prosentase target pencapaian Kurikulum Elektronika

Komunikasi 1984 STM Negeri II Bandung. Dengan cara

yang sama peneliti peroleh pada Jurusan Elektro di FPTK IKIP Bandung.

Di samping peneliti meneliti tentang target penca

paian kurikulum di atas peneliti juga mengumpulkan

data tentang frekuensi perkuliahan serta frekuensi pengajaran di STM. Datanya peneliti peroleh dari BLPT, Kepala STM Negeri II Bandung dan dari Ketua

Jurusan Elektro FPTK IKIP Bandung yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel untuk selanjutnya diana

l i s i s .

5. Analisis Kuantitatif. Maksud dari analisis kuanti

tatif di sini adalah peneliti raengkaji isi dokumen

yang sesuai dengan dokumen kurikulum resmi

(40)
(41)

A. Kesimpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti

lakukan terhadap Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung maupun Kurikulum STM Negeri II Bandung, pada bab ini penulis akan simpulkan terhadap pertanyaan - per tanyaan yang telah penulis ajukan di dalam Bab III. Kesim-pulan-kesimpulan dimaksud meliputi :

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku kan terhadap pemberian nama mata kuliah di dalam Kuri

kulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 di

nilai tidak relevan dengan sejumlah nama mata pelajar an yang terdapat di dalam Kurikulum Elektronika Komu nikasi Sekolah Teknologi Menengah (STM) Negeri II Ban

dung 1984 dengan prosentase relevansi yang dicapai se

besar 30 %.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku kan terhadap isi mata kuliah dan isi mata pelajaran di kedua lembaga pendidikan tersebut dapatlah

disimpul-kan :

a. Isi mata kuliah dalam dokumen Kurikulum Elektronika

Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dinilai tidak re^

levan dengan dokumen Kurikulum Elektronika

(42)

217

kasi STM Negeri II Bandung 1984 dengan prosentase

relevansi yang dicapai 53,4 %.

b. Pemberian isi mata kuliah di dalam Kurikulum Elek

tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 terhadap

para mahasiswa dinilai tidak relevan terhadap

pe-nyampaian isi mata pelajaran di dalam Kurikulum

Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984

terhadap para siswanya dengan prosentase relevansi

yang dicapai 40,6 %.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku

kan terhadap fasilitas praktek yang ada di Jurusan Elek

tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dinilai ti^

dak relevan dengan fasilitas praktek yang ada di STM

Negeri II Bandung/BPLT Bandung dengan tingkat

relevan

si yang dicapai 22,9 %•

4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku kan terhadap pengalokasian waktu belajar yang ada da lam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung

dinilai relevan dengan pengalokasian waktu belajar pa

da Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban

dung dengan prosentase relevansi yang dicapai 147,2

%.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Tujuan FPTK IKIP Bandung adalah menghasilkan tena

(43)

akhli yang berpribadi dalam bidang kependidikan teknologi

dan kejuruan. Berdasarkan tujuan ini tersirat di dalamnya

bahwa FPTK IKIP Bandung Jurusan Elektro menghasilkan

guru-guru Elektronika Komunikasi yang kelak mengajar di Seko lah Teknologi Menengah Jurusan Elektronika Komunikasi. Ku

rikulum dalam lembaga pendidikan FPTK IKIP Bandung sa

ngat berperan dalam proses penyediaan guru-guru teknologi.

Oleh karena itu kualitas guru teknologi yang dihasilkan

oleh FPTK IKIP Bandung ditentukan oleh mutu Kurikulum.

Mutu kurikulum dikatakan baik bilamana relevan de

ngan kebutuhan atau dengan perkataan lain dapat

dinyata

kan bahwa Kurikulum FPTK IKIP Bandung bermutu bilamana re

levan dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM

Negeri

II Bandung. Coombs dalam hal ini menyebutnya "

rele

vance to the needs of its environment". (1968 : 106).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti

lakukan terhadap relevansi kurikulum di kedua lembaga ini

terjadi beragam kadar relevansi untuk empat aspek

(nama,

pokok bahasan atau isi, fasilitas praktek dan alokasi wak

tu). Adanya pencapaian target kurikulum yang kurang

atau

tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan akan

menye-babkan menurunnya mutu kurikulum sehingga kurikulum tidak

efektif di dalam pelaksanaannya. Adanya kurikulum yang ti

dak efektif untuk beberapa program akan menimbulkan

mero-sotnya mutu kurikulum (Arich Lewy, 1977 : 73). Meromero-sotnya

(44)

219

tidak mencapai performance student yang diharapkan karena

lulusan tidak mencapai standar minimal dalam penguasaan

materi bidang studi. Coombs (1968 : 105) lebih jauh mene-kankan bahwa untuk mencapai mutu diperlukan : a standard examination, sedangkan Sikun Pribadi (1985) mengeraukakan-nya untuk mencapai mutu diperlukan indeks kumulatif mini mal yang harus dicapai. Lulusan FPTK IKIP Bandung ini ten tu akan merupakan masukan di dalam proses kurikulum di Se kolah Teknologi Menengah. Dengan demikian sebanarnya ada

hubungan yang sangat erat sekali antara IKIP di satu pi hak sebagai penghasil guru, dan STM sebagai penerima gu

ru. Merosotnya mutu kurikulum di IKIP akan membawa dampak

bahwa para lulusan tidak akan dapat mengajar secara baik.

Mengapa demikian ?

Seperti kita ketahui bahwa di STM te

lah muncul sekolah proyek pembangunan dengan biayanya da

ri bank dunia, pada sekolah tersebut kurikulum

ditingkat-kan, para guru diadakan penataran dengan tujuan untuk

me-ningkatkan mutu guru. Dengan demikian mutu kurikulum

di

STM meningkat. Ironisnya sampai saat ini proyek

peningkat-an di IKIP'Bpeningkat-andung khususnya Juruspeningkat-an Elektronika FPTK be

lum ada proyek semacam ini.

Sekolah Teknologi Menengah bertujuan

menghasilkan

teknisi tingkat menengah yang dapat bekerja di perusahaan

Industri Elektronika Komunikasi. Industri Elektronika ini

(45)

setiap saat berkembang (Lihat gambaran perkembangan tekno

logi pada Bab II). Oleh karena itu kita bisa menyimpulkan

bahwa perkembangan kurikulum yang ada di STM akan selalu

berorientasi pada perkembangan Industri Elektronika. Is

tilah relevansi pada Kurikulum STM adalah dihubungkan de

ngan kebutuhan Industri, mutu Kurikulum STM dikatakan ba ik bila relevan dengan perkembangan Industri Elektronika

yang ada.

Kurikulum FPTK IKIP Bandung bermutu apabila rele van dengan Kurikulum STM, Kurikulum STM bermutu bila re

levan dengan kebutuhan industri, dan bila digambarkan

hu-bungannya ditunjukkan pada gambar 18.

Kurikulum Elektroni ka Korau -nikasi FPTK IKIP

Bandung

Al

Rele-Tyl van

A

V

Kurikulum Elektroni ka Komuni kasi STM Negeri

Gambar 18.

Hubungan Relevansi Antara IKIP Bandung, STM

Negeri II Bandung dan Industri

Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung rele

van dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II

Bandung bila dipenuhinya 4 kriteria yakni nama mata kuli

ah relevan dengan nama mata pelajaran, isi mata kuliah re

levan dengan isi mata pelajaran, fasilitas praktek di IKIP

(46)

221

IKIP Bandung relevan dengan alokasi waktu di STM Nege

ri II Bandung. Keempat kriteria ini saling berkaitan

satu sama lain, tidak tercapainya salah satu aspek da

ri keempat ini maka mutu tidak akan tercapai. Hasil pe

nelitian mengenai relevansi kurikulum di kedua lembaga

pendidikan ini menunjukkan bahwa aspek nama mata kuli

ah, aspek isi mata kuliah dan fasilitas praktek

dini

lai tidak relevant

Adanya kadar relevansi yang ada ini mengartikan kepada

kita bahwa mutu kurikulum dinilai merosot baik ditin

jau dari dokumen yang ada maupun

segi pelaksanaannya.

Oleh karena itu informasi pengetahuan yang terjadi pa

da siswa sangat minim sekali dengan apa yang harus dia

kerjakan sehingga transfer akan sulit sekali

dilaksa

nakan oleh para lulusan. Bruner lebih jauh lagi

menam-bahkan bilamana informasi yang ada pada diri mahasiswa

tidak sesuai maka discovery tidak akan pernah terjadi.

Sejalan dengan itu Perkins yang dikutip oleh

Dedi S.,

mengungkapkan bahwa transfer hanya akan mungkin terja

di apabila isi mata kuliah sepadan dengan isi mata pe

lajaran (1986).

Kurikulum Elektronika Komunikasi STM relevan de

ngan Industri Elektronika Komunikasi apabila di dalam

nya terkait bahwa isi mata pelajaran sesuai dengan bu

ku Instruktion manual yang ada di Industri dan fasili

(47)

Untuk mem proses Industri Elektronika dari bahan mentah

menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi, maka

alat ukur, mesin-mesin dan bahan-bahan maupun instruk-tion manual sangat berperan sekali. Alat ukur,

mesin-mesin, bahan-bahan untuk memproses peralatan dikelom-pokkan ke dalam hardware, sedangkan buku-buku yang ber isi petunjuk pelaksanaan, berisi program-program untuk menjalankan peralatan dikelorapokkan ke dalam software. Kedua kelompok ini satu sama lain saling tunjang me nunjang, tanpa berfungsinya software maka hardware ti

dak akan jalan, adanya software sedangkan hardware ti

dak ada maka industri tidak berarti apa-apa.

Melihat permasalahan di atas dan data yang ada

berdasarkan hasil penelitian di atas, maka timbul per tanyaan upaya apa yang harus dilakukan oleh IKIP Ban

dung dalam hal ini ? Upaya yang harus dilakukan oleh

IKIP Bandung dalam kondisi seperti ini akan penulis

je-laskan pada implikasi hasil penelitian.

C. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa upa

ya yang perlu dilakukan oleh IKIP Bandung. Namun

sebelum

melangkah pada upaya tersebut ada baiknya kita lihat

hu

bungan yang mungkin membantu dalam peningkatan mutu pen

(48)

223

•STM-IKIP

•INDUSTRI

Gambar 20.

Hubungan antara IKIP, STM & Industri

Hubungan antara IKIP dan STM bisa bersifat lembaga

karena keduanya masih dalam satu Departemen sehingga upa

ya kerja sama dapat lebih erat. Upaya peningkatan mutu da

pat dilakukan dalam dua bagian, yaitu :

1. Upaya Internal: Maksud upaya internal ini meliputi :

a. Penyusunan program perkuliahan sesuai dengan

tuntut-an GBPP STM. Penyusuntuntut-an kurikulum untuk IKIP Ban

dung dapat dilaksanakan dengan cara berikut ini :

STRUKTUR KURIKULUM

— " T

ALOKASI WAKTU

x —

* NAMA MATA KULIAH *

ISI MATA KULIAH

L

TEORI PRAKTEK

Gambar 21

[image:48.595.74.500.261.634.2]
(49)

Seperti terlihat pada gambar 20, maka

penyusunan

program perkuliahan yang telah berjalan dimulai de

ngan pertanyaan kita akan menyusun struktur kuriku

lum apa ?

Berdasarkan struktur tersebut maka

bia

sanya dari pusat sudah ditentukan

berapakah alokasi

SKS untuk setiap program perkuliahan ? Setelah me

ngetahui berapa jumlah alokasi SKS untuk bidang stu

di, maka disusunlah sejumlah mata kuliah yang

seki-ranya sesuai dengan alokasi SKS yang telah ditetap

kan dari Pusat. Untuk memberikan nama mata kuliah

dari program perkuliahan hendaknya berpedoman kepa

da GBPP STM yang telah ditetapkan sehingga nama ma ta kuliah relevan dengan nama mata pelajaran yang

ada di STM. Masalah pemberian nama ini selain

ber

pedoman kepada GBPP STM, maka harus pula berpedoman

kepada Industri karena GBPP STM mengacu kepada

in

dustri. Setelah pemberian nama dianggap relevan ma

ka dari nama akan terurai isi mata kuliah yang

di

sebut pokok bahasan. Untuk perkuliahan

Elektronika

Komunikasi ini selain adanya teori maka di sana ter

dapat pula praktek perbandingan pengalokasian anta

ra teori dan praktek ini hendaknya disesuaikan

de

ngan tujuan program perkuliahan. Supaya isi

perku

liahan ini cocok dengan nama mata kuliah yang telah

ditetapkan, maka hendaknya disesuaikan kembali

de

(50)

225

berpedoman kepada struktur disiplin ilmu dari seti ap bidang studi. Melalui struktur disiplin ilmu se

cara mendasar untuk setiap jenis ilmu maka akan me

mudahkan para mahasiswa dalam melakukan transfer di

dalam belajar.

b. Fasilitas praktek dilengkapi sesuai dengan tuntutan

program. Upaya ini dapat dilakukan dengan jalan me

minta anggaran yang lebih besar lagi melalui D.I.P atau dapat pula dengan jalan mengerjakan para maha

siswa untuk membuat alat untuk praktek (tetapi ke

mampuan terbatas baik ditinjau dari presisi peralat

an maupun keandalannya).

c. Adanya penetapan penguasaan indeks prestasi yang mi

nimal untuk bidang studi. Indeks prestasi

bagaima-napun akan memegang peranan dalam mengukur penguasa

an bidang studi yang dicapai oleh para mahasiswanya.

d. Control. Adanya kontrol terhadap pelaksanaan kuri

kulum dimaksudkan untuk memantau sampai sejauh mana

pencapaian target kurikulum yang telah dilaksanakan

atau dilakukan oleh para dosen, dan sampai sejauh

manakah pelaksanaan SKS dilakukan oleh para dosen.

e. Peningkatan kualitas dosen. Kurikulum bagaimana ba

iknya pun tanpa adanya peningkatan mutu para

dosen

(51)

1986). Dengan nada yang sama Sujadi mengemukakan, bahwa untuk tenaga akademik di Perguruan Tinggi se

yogyanya para dosen ditingkatkan dengan jalan meng

ikuti program S.2 (1987).

Apa yang dikemukakan oleh kedua akhli tersebut

be

nar adanya, namun yang tahu persis akan kondisi pa ra dosen adalah alumni FPTK itu sendiri, maka untuk

mencapai ini semua para dosen dapat ditingkatkan de

ngan melalui seminar, penataran, mengikuti program

S.2 untuk bidang studi yang diperlukan seperti Elek

tronika, Informatika, dan lain sebagainya yang

ber-hubungan dengan bidang studi. Adanya peningkatan mu

tu saat ini melalui program S.2 untuk FPTK IKIP Ban

dung sebenarnya untuk Jurusan Elektro kurang begitu

membantu dalam men$ngkatkan pengetahuan para dosen

di bidang studinya. Seperti diketahui bahwa

produk

IKIP Bandung tidak memperoleh ilmu keteknikan seca

ra penuh tetapi sudah terbagi dengan program kepen

didikan, program umum dan program khusus

IKIP Ban

dung, sehingga beban studi untuk bidang studinya se

benarnya sudah berkurang lagi bila ditinjau

dari

perolehan SKS-nya.

2. Upaya Eksternal; Upaya eksternal dimaksudkan ialah

di-adakannya kerjasama antara kedua lembaga tersebut

me

(52)

me-227

nukar informasi, praktek mengajar dengan bimbingan se

cara in ten si f. Di samping IKIP mengundang para guru

untuk presentasi mengenai materi apa yang

disampaikan-nya dan hambatan apa yang dirasakan dalam medisampaikan-nyampaikan

materi pelajaran pada para siswanya, juga

mengundang

Kepala Sekolah atau Kepala BLPT untuk diskusi.

Hubungan antara IKIP dan Industri bisa dilaku

kan kerja sama dalam beberapa hal, misalnya :

a. Pengiriman mahasiswa untuk praktek kerja.

b. Mengadakan seminar dengan mengundang para

Industria-wan untuk memaparkan perkembangan Teknologi Elektro

nika Komunikasi.

c. Mengirimkan dosen muda untuk bekerja di Industri se

lama waktu tertentu guna mengetahui- sampai di mana

perkembangan Industri Elektronika Komunikasi.

d. Meminta kesediaan staf akhli Industri

Elektronika

Komunikasi menjadi dosen luar biasa di

FPTK - IKIP

Bandung.

e. Sebagai timbal balik dari Industri maka IKIP

dapat

berperan dalam

hal pembinaan pegawai lewat

Pendidik

an dan latihan (Diklat) yang ada pada Industri ter

sebut.

f. Dalam penyusunan program perkuliahan selain

mengi-kut sertakan para guru STM juga mengundang para

In-dustriawan (staf akhli dalam bidang Elektronika Ko

munikasi) guna ikut berpartisipasi dalam penyusunan

(53)

D. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan hasil pe nelitian serta telaahan teori maupun konsep-konsep yang

ada, maka pada penelitian ini ada beberapa

rekomendasi

yang perlu penulis sampaikan yaitu :

1. Bila GBPP ini merupakan pedoman para dosen serta

para

guru dalam melaksanakan tugasnya, maka GBPP di IKIP ha

rus mempunyai standar.

2. Bila masalah "nama dan isi mata kuliah ini adalah meru

pakan hal yang penting, maka dalam penyusunan GBPP di

IKIP hendaknya selalu berpedoman kepada GBPP STM.

3. Seperti diketahui bahwa bidang Ilmu Elektronika

Komu

nikasi ini merupakan cabang ilmu yang paling cepat da

lam perkembangannya, maka IKIP harus mengadakan kerja

sama dengan STM dan Industri Elektronika

yang ada di

Indonesia.

4. Apabila faktor guru ini merupakan penentu dari mutu

pendidikan, maka seyogyanya mutu dosen selalu diadakan

peningkatan seiring dengan perkembangan Teknologi Elek

tronika Komunikasi.

5. Apabila fasilitas ini merupakan bagian dari

kurikulum

maka seyogyanya setiap tahun diadakan penambahan

ke

lengkapan fasilitas praktek.

6. Untuk meningkatkan kualitas lulusan IKIP Bandung pada

(54)

dite-229

rapkan indeks kumulatif minimal untuk bidang studi. 7. Perlu dikaji lebih mendalam lagi mengenai masalah pe

nerapan SKS di STM maupun di IKIP Bandung sehubungan dengan adanya perbedaan sistem SKS antara IKIP dengan

STM.

8. Apabila masalah relevansi ini merupakan faktor ekster

nal dalam mutu kurikulum, maka hendaknya dalam penyu

sunan setiap GBPP IKIP hendaknya selalu berpedoman ke

pada GBPP STM dan IKIP dalam hal ini Jurusan Elektro

nika Komunikasi c.q. Pengembang Kurikulum Elektroni ka Komunikasi selalu mengadakan monitoring terhadap

perkembangan GBPP STM. Adanya monitoring kurikulum da

ri pengembang kurikulum Elektronika Komunikasi

FPTK

IKIP Bandung akan menekan kesenjangan tingkat relevan

si yang dicapai oleh IKIP Bandung.

E . p e n u t u p

Sehubungan dengan terbatasnya waktu, pengetahuan

peneliti dan literatur yang kurang lengkap dan dengan

ber-akhirnya penulisan Bab V ini, maka penulis akhiri

penulis-an tesis ini. Mudah-mudahpenulis-an relevpenulis-ansi kurikulum ini meru

pakan masukan bagi Pengembang Kurikulum Elektronika Komu

nikasi FPTK IKIP Bandung dalam upaya meningkatkan mutu

(55)

&?££$

&&

&

&

(56)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bogdan, Robert C, (1982), Qualitative for Education An^.

Introduction to Theory and Methods. Allyn and Bacon, Inc., Sydney.

Bend, Rudyard K. and Henry Kronenberg, Boradman Charies C. , (1960), Principles of Secondary Education. Sixth

Edition, McGraw Hill Book Company, New York.

Beredy, George Z.F.,(1969), Essays on World Education the

Crisis of Supply and Demand. Oxford University, Press Inc., London.

Brands, G.A. and R.W.Lieve, (1948), Kramers' Woordentolk

Verklarend Woordenhoek, S. Gravenhage, Batavia, G. B.

Van Zoor Zonen's, Uitgevermij, N.V.

Bridgman, PW.,(1960), The Logic of Modern Physics. The

MacMillan Company, New York.

Bruner, S. Jerome, (1960), The Process of Education. Vin

tage Books, New York.

Bartee, Thomas C.,(1981), Digital Computer'Fundamentals.

McGraw Hill International Book Company, Tokyo.

Cauberghe, J.,(1946), Engelsch Wordenhoek. N.V. Brepos,

Turnhout (Belgie).

Claude, S. Shannon,(1949), Mathematical Theory of Commu^

nication, University of Illionis, Urbana.

Cowel, Charles C, Anthony A. -Annarino, Hazelton Helen W,

(198O), Curriculum Theory and Design in Physical Edu

cation. C. V. Mosby Company, London.

Doll, Ronald C.,(1974), Curriculum Improvement. Allyn

&

Bacon Inc., Boston.

Echols, John M. and

Shadily Hassan,(1981), An Indonesian

English Dictionary. PT. Gramedia, Jakarta.

Earle, Charles Funk Litt D. , (1981), New Practical Stan^

dard Dictionary. PT. Gramedia, Jakarta.

Finch, Curtis R. John R. , Crunkilton, (1979), Curriculum

Development in Vocational and Technical Education.

Allyn and Bacon, Inc., Sydney.

(57)

Gardner, John, (1977), Creative Tape Recording. A Newnes Technical Book Hayden Book Company, Inc, London. GBPP Bidang Studi (Program S.1 Kurikulum 1983) FPTK IKIP

Bandung, (1985), Depdikbud, FPTK-IKIP Bandung.

GBPP Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan. (1976), Dep dikbud R.I., Jakarta.

GBPP Kurikulum 1984 SMKTA.. (1985), Depdikbud R.I.

Hornby, E.V. GatenbyTH. Wakefield, (1973), The

Advanced

Learner's Dictionary of Current English. Oxford Uni

versity Press, London.

Ibrahim, R., (1980), Suatu Sistem Untuk Menilai Kurikulum

yang Sedang Dikembangkan Di Indonesia. Disertasi

Dok-tor Ilmu Pendidikan Perpustakaan, Sekolah Pasca Sar-jana, IKIP Bandung.

Iskandar Alisjahbana, (1980), Teknologi dan Perkembangan. Yayasan Idayu, Jakarta.

Jarolimek, John, (1977), Social Studies in Elementary Edu-cation, McMillan, New York.

Koentjaraningrat, (1977), Metode-metode Penelitian Masya rakat, P.T. Gramedia, Jakarta.

Kirk,-Russel, (1978), Decadence and Renewal-in the Higher

Learning An Episodic History of America University and College Since 1953. Gateway Editions, Ltd, South

Bend, Indiana.

Kennedy, Electronic Communication Systems. McGraw - Hill, Kogakusha, Ltd., Tokyo.

Lewy, Arich, (1977), Planning the School Curriculum. Uni

ted Nations Educational, Scientific and Cultural Or

ganizations.

Nasution, S., (1982), Asas-asas Kurikulum, Jemmars,

Ban

dung.

, (1982), Metoda Research. Jemmars, Bandung.

, (1980), Disertasi Thesis Skripsi Report Paper. Jem

mars, Bandung.

, (1982), Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar &

(58)

232

Nasbitt, John, (1982), Megatrends. Werner Books, New York Nolker, Helmut dan Schoenfeldt, (1983), Pendidikan Keju

ruan. PT. Gramedia, Jakarta.

Owen, J.G., (1973)» The Management of Curriculum Develop

ment, Cambridge University Press. Pikiran Rakyat. (1986), Desember.

Pollard, Michael, (1976), A Handbook of Resources for Pri mary. Schools. Wilmer Brothers Ltd., London.

Romine, A. Stephen, (1954), Building the Schools Curricu

lum. The Ronald Press Company, New York.

Raby, Susana, Ed., (1981).-Intelligence : The Batle for

the Mind. H.J. Eysenck Versus Leon Kamin, Pan Books,

Rowntree, Derek, (1982), Educational Technology in Curri

culum Development. Second Edition, Harper and Row, Publishers, London.

Saylor, J. Galen-and Alexander, William, Lewis, Arthur., (1974), Planning Curriculum for Schools. Holt,

Rine-hart and Winston, Inc., New York.

Saylor J. Galen and Alexander William, Lewis ArthurT(1974) Curriculum Planning for Better Teaching and Learning,

Holt Sounders International Editions, Tokyo.

Seely, Samuel, (tanpa tahun), Radio Electronics. McGraw

Hill Electrical and Electronic Engineering Series.

Scot, M. Gladys, (1959), Research Methods. American Asso -ciation for Health Washington D.C.

Sirait K.T., (1984), Masalah Kesenjangan Kuantitatif dan Kualitati f antara Permintaan dan Pengadaan Tenaga

Ker-ja Elektronik Tingkat Tertier. Lustrum ke-V, ITB.

Soegijoko Soegijardjo, (1986), Pengantar Mikroprosesor. Pu

sat Antar Universitas Bidang Mikro-elektronika, ITB.

Suara Karya. (1987), Januari.

Suharsimi Ari Kunto, •( 1985), Prosedur Penelitian.Suatu Pen

dekatan. Praktek, Bina Aksara, Jakarta.

Taba, Hilda, (1962), Curriculum

Development.

Theory

and

(59)

Thomas, Murray, (1962), Integrated Teaching Materials. Longman, Green and Company, New York.

Tisna Amidjaja, D.A., (1980), Pola Pembaharuan Sistem

Pen-didikan Tenaga KepenPen-didikan di Indonesia. Depdikbud,

Proyek Pembinaan Pengendalian Proyek-Proyek DIKTI., Jakarta.

Tisna Amidjaja, D.A., (-1980), Pedoman Pelaksanaan Pola Pem

baharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di In

donesia, Depdikbud, Proyek Pembinaan Pengendalian

Proyek-Proyek Dikti., Jakarta.

Toddy, Dennis and Coolen John, (1981), Electronic Commu

nications. Second Edition, Reston Publishing Compa ny, Inc., Canada.

Tuckman,-B.W., (1975), Measuring Educational Outcomes Fun

damentals of Testing. Harcourt Brace Jovanovich, Inc,

New York.

Turner, Rufus P., (1957), Transistors Theory and Practice,

Second Edition, D. B. Taraporevala Sons & Co., P. V.T,

Ltd. , India.

William, D^ Cooper, (1978), Electronic Instrumentation and

Measurement Techniques. 2nd Ed., Prentice Hall, Inc,

USA.

Winarno Surachmad, (1969), Pendidikan Indonesia Dalam Tan

tangan, Penyusunan Pedoman Keguruan.

Wojowasito, (1967), Kamus Belanda-Indonesia. Penerbit

Ich-tiar, London.

Wheeler, D.K. , (1967), Curriculum Process. Hodder &

Stough-ten, London.

Zais, Robert S., (1976), Curriculum; Principles and Foun

dations. Harper and Row, Publisher, Inc.

Zherebstov, (1969), Fundamentals of Radio. Mir Publishers,

Gambar

TABEL:
TABEL:
GAMBAR:
Gambar15
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran Histologi Ren Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW Setelah Pemberian Ekstrak Segar dan Ekstrak Etanol Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)..

Dengan menyimak teks teks informasi tentang gangguan pada organ pencernaan (maag/diare) yang terdapat dalam ppt yang tautannya telah dibagikan di grup WA, siswa dapat berdiskusi

Umumnya, dalam mendesain besarnya daya dukung tiang pancang, data parameter tanah yang digunakan adalah berupa hasil penyelidikan tanah yang dilakukan sebelum tiang tersebut

Informan III: Hai Adam ketualah engkau. Dalam jantung anak si anu. Kata Muhammad di sini tempat engkau. Sujud kata Tuhan di sini tempat. Engkau diam na kata Siti

design concept and performance evaluation of the newly developed advanced DWDM RoFSO system capable of simultaneously transmitting multiple Radio Frequency (RF) signals carrying

Abstrak: Kajian yang dijalankan adalah berbentuk eksperimental yang melibatkan ujian pre dan ujian post untuk mengukur dan mengumpul data berkaitan dengan

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan suatu proses mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, baik dengan cara

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ukuran butir, karakteristik sedimen dan menganalisis laju pengendapan sedimen yang terjadi di Pulau Anakan di muara