IKIP BANDUNG 1983 DENGAN KURIKULUM ELEKTRONIKA
KOMUNIKASl STM NEGERI II BANDUNG 1984
T E S I S
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung dalam rangka Menyelesaikan Jcnjang Strata - 2
Pengembangan Kurikulum Teknologi
O 1 e h : M U K H 1 D 1 N No. Pokok : 459/F/XVI - 8
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLBH
PROF. SORIMUDA NASUTION, M.A., Ph.D. Pembimbing I
DR. DADANG SULAEMAN
Pembimbing II
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
~ {—Q Halaman
PERSETDJUAN DAN PENGESAHAN i i
KATA PENGANTAR iv
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL ' xi
DAFTAR GAMBAR xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Pentingnya Masalah 3
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 9
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Relevansi Kurikulum 16
B. Kriteria Relevansi 22
C. Mutu Kurikulum 49
D. Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung dan Kurikulum Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
1983 53
BAB I I I RANCANGAN PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian 103
B. Asumsi Penelitian 103
C. Fokok-pokok Pertanyaan Penelitian .... 104
D. Metoda Penelitian 105
E. Alat Pengumpul Data 108
F. Rancangan Pengolahan Data Penelitian.. 115
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Pengumpulan Data Penelitian 117
Halaman
B. Pengolahan Data Penelitian
118
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
216
B. Pembahasan Hasil Penelitian 217C. Implikasi Hasil Penelitian 222
D. Rekomendasi 228
E. P e n u t u p 229
DAFTAR KEPUSTAKAAN 230
LAMPIRAN-LAMPIRAN • 234
TABEL : Halaman
1. Struktur Kurikulum Program S. 1 82 2. Daftar Alat-alat Ruangan Laboratorium Elek
tronika 234
3. Daftar Barang Inventaris Milik Negara
Menu-rut Keadaan Pada Tanggal 1 April 1986 (FPTK
IKIP Bandung/Ruangan Bengkel Elektronika
Arus Lemah) 238
4. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung 110 5. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro nika Komunikasi STM Negeri II Bandung
Ditin-jau Berdasarkan Pokok Bahasan 111
6. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro nika Komunikasi STM Negeri II Bandung
Ditin-jau Berdasarkan Fasilitas Praktek 112
7. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro nika Komunikasi STM Negeri II Bandung
Ditin-jau Berdasarkan Pengalokasian Waktu Belajar 113
8. Kriteria Relevansi Untuk Menentukan Bahwa
Mata Kuliah Dalam Kurikulum Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung Relevan Dengan Mata Pelajaran Dalam Kurikulum Elektronika
STM Negeri II Bandung 114
9. Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP
Bandung 1983 120
10. Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri
Tahun 1984 122
11. Pokok Bahasan Yang Ada Dalam Kurikulum Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983.. 123-148
TABEL : Halaman
12. Pokok Bahasan Yang Ada Dalam Kurikulum
Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung 1984 149-170
13. Relevansi Mata Kuliah Kurikulum Elektroni ka Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Ma
ta Pelajaran Dalam Kurikulum Elektronika
Komunikasi STM Negeri II Bandung 172 14. Relevansi Pokok Bahasan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege
ri II Bandung 178
15. Judul Pokok Bahasan Yang Sama 173
16. Relevansi Alat Ukur dan Bahan Praktek Da
lam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung dengan Alat Ukur dan Bahan/Fa-s i l i t a Bahan/Fa-s Praktek Untuk Kurikulum Elektroni
ka Komunikasi STM Negeri II Bandung 189
17. Fasilitas Praktek Yang~Dimiliki STM Juga
Dimiliki oleh FPTK IKIP Bandung 187 18. Perbandingan Pengalokasian Waktu Dalam Ku
rikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektronika Komu
nikasi STM Negeri II Bandung 195 19. Kriteria Relevansi Untuk Menentukan Bahwa
Mata Kuliah Dalam Kurikulum Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung Relevan Dengan
Mata Pelajaran Dalam Kurikulum Elektronika
Komunikasi STM Negeri II Bandung 199
20. Prosentase Target Pencapaian Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
Tahun 1983 200
21. Prosentase Target Pencapaian Kurikulum
Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung 1984 20Z+
22. Prosentase Kehadiran Dosen-dosen Dalam
Mengajar Bidang Studi Kurikulum 1983 Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 205
[image:6.595.94.498.98.732.2]23. Prosentase Kehddiran Guru-guru Dalam
Menga-jar Program Studi Elektronika Komunikasi STM
Negeri II Bandung 207
24. Hasil Pengolahan Data dan Asumsi Penelitian
Sesuai Dengan Dokumen Kurikulum 210 25. Hasil Pengolahan Data dan Asumsi Penelitian
Sesuai Dengan Pelaksanaannya 211
[image:7.595.125.475.109.749.2]DAFTAR GAMBAR
GAMBAR : Halaman
1. Perkembangan komponen mikro-elektro elektro nika dengan peningkatan kepadatan elemen,
tingkat Integrasi dan kemampuannya 24
2. Perkembangan komponen elektronika, bidang
komputer (Computer & Communication) 25
3. Perkembangan peralatan komunikasi antara
ma-nusia dengan komputer 26
4. Komposisi Produksi
Robot Pintar (Inteligeht
Robot) 27
5. a. Bentuk Tabung; b. Bentuk Transistor; dan
c. Bentuk I. C 2$
6. Perkembangan Integrated Service Digital Net
work (ISDN) 30
7. Ruang Lingkup Kurikulum
43
8. Bentuk Gambar sinusoida melalui osciloscope.
48
9. Kemerosotan Kurikulum yang berjalan pada
se-bagian penduduk
53
10. Pol a Kurikulum 1984 55
11. Struktur jenjang dan penjurusan Kurikulum di STM Negeri II Bandung Tahun 1984 Rumpun Elek
tronika 5/
12. Hubungan ranah kognitif, ranah psikomotorik,
dan ranah afektif yang menyatu 64
13. Pola Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK
IKIP Bandung
80
14. Pengembangan Kurikulum
Elektronika
Komuni
kasi IKIP Bandung 1983 92
15. Gambaran sumber data penelitian
108
16. Kodefikasi untuk nama mata kuliah/nama mata
pelajaran
^9
17. Kodefikasi untuk pokok bahasan mata kuliah/
mata pelajaran 119
18. Diagram profil relevansi Kurikulum yang di-capai oleh Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung 1983 198
19. Diagram relevansi Kurikulum Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung ditinjau secara
Actual Curriculum 208
20. Hubungan relevansi antara IKIP Bandung, STM
Negeri II Bandung dan Industri 220 21. Hubungan antara IKIP, STM dan Industri .... 223 22. Tahapan penyusunan program perkuliahan .... 223
[image:9.595.87.487.93.604.2]BAB I
P E R M A S A L A H A N
A. Latar Belakang
Permasalahan ini adalah sampai sejauh manakah Kuri
kulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung relevan
dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung.
Melihat bentuk permasalahan ini, maka akan
terse-lip di dalamnya dua kelompok pelajaran atau lebih yang relevan, setengah relevan, seperempat relevan, dan sete-rusnya, mengapa demikian ? Seperti diketahui bahwa Kuri
kulum Elektronika Komunikasi adalah merupakan bidang ilmu
yang sangat cepat berkembangnya dibandingkan dengan ilmu
lainnya, apa yang dipelajari oleh para mahasiswa hari ini
mungkin sudah tidak relevan lagi untuk berikutnya,
sehing-ga bila mahasiswa tersebut telah lulus akan mensehing-galami
ke-sulitan dalam mengajar di STM. Seperti kita ketahui bahwa
setiap kali kita mempelajari ilmu baru, maka
diperlukan
sarana dan prasarana yang cukup. Kelompok pelajaran yang tidak relevan ini kami duga berasal dari Teknologi maju
yang masuk ke Indonesia tanpa melalui
perguruan
tinggi
dalam hal ini IKIP Bandung.
Teknologi maju yang masuk ke Indonesia ini
Teknolo-ware diartikan sebagai peralatan mesin-mesin dan
penun-jangnya, sedangkan yang diartikan Software yaitu
sejum-lah program-program untuk menggerakkan teknologi hard
ware tersebut di atas.
Teknologi yang dibahas pada permasalahan ini ada lah teknologi Elektronika Komunikasi, misalnya : Sistem
Transmisi seperti Radio SSB/HF, VHF dan UHF,JUK 204,PCM, Sistem Telepon Kendaraan Bermotor, Radio Teleraetri,TDMA, Stasiun Bumi Kecil dan lain sebagainya, Teknologi Snitching Terminal dan Teknologi Komputer. Untuk menjawab
tantang-an ini maka STM bergegas merubah posisi urikulumnya gu
na menyiapkan teknisi yang mampu menangani Teknologi ter sebut di atas. Akibat perubahan posisi Kurikulum STM
di-perlukan sarana dan prasarananya. Muncul Sekolah Proyek Pembangunan Teknologi Menengah dengan peralatan yang
ki-ra-kira ada di Industri dengan harapan Kurikulum STM akan
relevan dengan kebutuhan Industri, dan pemakai Teknologi. Munculnya Sekolah Proyek Pembangunan dengan bantuan da
ri Bank Dunia atau Negara maju lainnya membawa dampak po sitif dan negatif. Positif bagi pengelola Proyek dan
pe-nunjang lainnya karena dapat ikut memanfaatkan hadirnya teknologi. Dampak negatif muncul bagi guru yang baru me ngajar di STM berhubung mereka ini tidak akan bisa menga
seko-3
lah berbeda dengan yang ada di bangku kuliah seperti di
IKIP Bandung. Keluhan muncul baik dari sekolah maupun da ri para lulusan itu sendiri, anak sekolah tidak mengeta-hui masalah ini, mereka hanya dapat mencemoohkan; guru
baru tidak dapat mengajar kami.
Isue lulusan Perguruan Tinggi/IKIP tidak siap
kai bermunculan. Padahal sebenarnya bukan tidak siap
pa-kai tetapi proses mengalimya Teknologi tidaklah melalui IKIP sebagai produsen guru tetapi langsung ke STM seba
gai pemakai Teknologi dan peraroses Teknologi. Isue lulus
an IKIP Bandung Jurusan Elektronika Komunikasi tidak re levan dengan kebutuhan tenaga Guru di STM sebenarnya ti dak seluruhnya benar sampai di manakah kadar relevansi-nya ini yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini.
B. Pentingnya Masalah
Tuntutan akan relevansi kurikulum sering kita da-patkan melalui pelbagai mas media seperti surat kabar, majalah ilmiah, buletin dan Iain-lain. Apa yang dituntut
tidak lain supaya yang diajarkan di sekolah dapat lang
sung diterapkan di masyarakat tanpa melalui pendidikan
dahulu. Tuntutan ini muncul di sekolah maupun perguruan tinggi sebagai akibat dari raasuknya teknologi ke Indone sia tidak melalui pendidikan formal sehingga timbul ma
pemro-tenaga untuk memproses teknologi baru tersebut, sehingga
timbullah kesenjangan antara teknologi baru dan teknologi
lama di sekolah dan dipakai latihan anak-anak guna
menem-puh sejumlah mata pelajarannya, sedangkan peralatan yang dipakai di sekolah sebenarnya sudah tidak digunakan lagi di Industri, sehingga walaupun lulusan sekolah terampil
di sekolah maka belumlah tentu terampil di Industri, ka
rena apa ? Peralatan yang ada di dunia Industri sudah ba
r u s e m u a .
Sebagaimana telah diterangkan pada bagian terda-hulu, bahwa di dalam kelompok mata pelajaran pada Kuriku
lum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung dicuri-gai ada beberapa mata pelajaran yang tidak terdapat pada
Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung, se hingga kita katakan bahwa Kurikulum IKIP Bandung tidak
relevan dengan Kurikulum STM Negeri II Bandung. Bila be
berapa mata pelajaran yang terdapat di dalam Kurikulum STM tetapi tidak diajarkan di IKIP akan mengakibatkan be
berapa dampak yang timbul di antaranya.
1. Kesenjangan Teknologi antara IKIP dan STM semakin me^
lebar
pela-5
jaran baru yang berasal dari teknologi baru, seperti :
Komputer, Sistem Digital, Praktek Pengukuran dengan mem-pergunakan Pesawat Digital. Mengapa demikian ? Karena ke lompok pelajaran ini merupakan dasar bagi pengembangan Teknologi berikutnya sehingga bila tidak mengikuti kon-sep pengembangan ilmu ini, maka para mahasiswa akan di-hadapkan kepada permasalahan yang lebih rumit dalam meng-ajarkan ilmunya kepada para siswa STM walaupun mereka me' miliki daya nalar yang kuat terhadap ilmunya pada waktu
diperoleh di bangku kuliah.
2. Mutu Lulusan Menurun
Idealnya para lulusan IKIP telah menguasai mata pelajaran-mata pelajaran yang ada di STM sehingga begitu mereka diterjunkan kepada masyarakat tidak terdapat ke-canggungan dalam mengajar. Lain halnya apabila para ma hasiswa tidak dipersiapkan dengan sejumlah bekal di bang ku kuliah, maka pada waktu mereka ditempatkan di mana
mereka bekerja maka akan terjadi transfer ilmu yang se
makin berkurang; katakanlah apabila jumlah mata pelajar an yang harus dikuasai oleh seorang lulusan adalah 10 mata pelajaran tetapi karena di IKIP hanya dapat menye-diakan 6 mata pelajaran saja, maka sebenarnya yang akan dikuasai oleh para mahasiswa tidak enam mata pelajaran
(1). Dosen jarang memberi kuliah karena langkanya dosen dosen yang ahli dalam Kesuatu bidang sehingga IKIP
raengambil dosen luar biasa.
(2). Jumlah hadir dosen tetap dalam memberi kuliah tidak
18 kali pertemuan tetapi hanya 6 kali pertemuan
di-sebabkan karena waktu pertemuan diganggu oleh rapat-rapat, sakit, halangan yang mendadak dan lain seba-gainya.
(3). Fasilitas praktek yang terbatas.
(4). Kurangnya motivasi mahasiswa untuk belajar. (5). Langkanya buku teks yang berbahasa Indonesia.
(6). Kecilnya insentif dosen, terutama dosen luar biasa.
Semua ini akan merupakan faktor-faktor yang menyatu da lam proses pembentukan calon guru yang akan diterjunkan mengajar STM, bila dikalkulasi semua faktor ini maka se benarnya dia hanya menguasai 75 % dari enam mata pelajar an tersebut atau eekitar 4,5 mata pelajaran yang
dikua-sainya. Bila 4,5 ini dilakukan transfer lagi pada
siswa-nya jelas transfer ini tidak akan lebih 100 %f disebab-kan adisebab-kan terjadi lagi "error" dalam penerimaan pelajaran dari gurunya dan bila kita hitung 75 % saja dari 4,5 ma ka ilmu yang dimiliki siswa sebenarnya hanya 3,4 mata pel-ajaran yang dikuasai. Oleh karena itu tidaklah harus berkecil hati apabila adanya sorotan yang tajam terhadap
Kurikulum IKIP. Oleh karena itu kita tidak akan
lu-lusan sekolah tidak siap pakai.
3. Pemborosan Dalam Dunia Pendidikan
Setelah kita memperhatikan apa yang telah
diurai-kan pada mutu lulusan yang menurun, maka bila ini terja
di terus tanpa ada perbaikan akan terjadilah pemborosan
uang dan tenaga. Pemborosan uang terjadi
karena
dengan
adanya lulusan yang mutunya
tidak
memenuhi
persaratan
yang minimal, maka sebagai konsekuensi logis dari
peru-sahaan tersebut sebagai penerima tenaga kerja mereka
men-dirikan semacam Diklat (Pendidikan dan Latihan). Adanya
pendirian semacam Diklat ini jelas akan mengeluarkan
ang-garan yang tidak sedikit bagi Diklat itu katakan saja un
tuk penggajian karyawan tetapnya setiap bulan
mau tidak
mau akan berkisar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupi
ah) dengan pengelola 15 orang. Belum terhitung
adminis-trasi pengelolaan Diklat maka bila ditotalkan
keseluruh-an akkeseluruh-an berkisar Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta ru
piah) per tahun. Ini contoh untuk Diklat yang belum
be
gitu maju, maka dapat kita bayangkan apabila seluruh
per-usahaan
mempunyai Diklat jelas ini tentu akan mengaluar
kan biaya orde milyaran rupiah oleh karena itu secara
Na-sional terjadi pemborosan dalam dunia pendidikan.
Belum
kalau kita kaji dari Pendidikan itu sendiri sebagai con
toh bila para mahasiswa yang belajar di IKIP ini
juta rupiah) pertahun perorang, maka uang ini sebenarnya
akan habis terus oleh setiap mahasiswa baik itu yang pintar, yang rajin, yang malas, dan yang jarang kuliah. Bila kita totalkan keseluruhan biaya/anggaran pendidikan
maka akan terdapat anggaran pendidikan yang tidak
efek-t i f dan efisien dipakai.
Selain terjadi pemborosan uang dalam dunia pendi dikan, terjadi pula pemborosan tenaga. Misalnya seorang mahasiswa yang seharusnya mereka menerima pelajaran 10 mata kuliah tetapi dalam pelaksanaannya dia hanya mene rima 8 mata kuliah, maka waktu yang 2 mata kuliah lagi tidak digunakan oleh para mahasiswa menjadi 10 tapi
mung-kin digunakan untuk hal yang belum tentu produktif; be lum lagi bila dihitung kemampuan dari tenaga
administra-si yang harusnya menangani 10 mata kuliah tetapi hanya 8
mata kuliah, jelas ini ada kesenjangan 2 mata kuliah ter,
buang. Sisi lain pada Perusahaan bila tenaga
pengelola
Diklat ini dikerjakan untuk hal yang produktif bagi
Per-usahaannya, maka akan merupakan sumber pemasukan
keuang-an ykeuang-ang tidak sedikit. Oleh karena itu secara makro kita
akan mendapatkan pemborosan ganda dalam dunia pendidikan
i n i .
Oleh karena itu bila tiga dampak dalam relevansi
kurikulum tidak diperhatikan, maka akan sulitlah merubah
posisi kurikulum di Perguruan Tinggi terhadap kebutuhan
bahwa permasalahan relevansi kurikulum ini akan memiliki arti yang pen ting sekali bagi masukan di Perguruan Ting-gi dalam rangka menata kembali Kurikulumnya dan akan me rupakan hal yang menarik bagi peneliti di bidang pengem bangan Kurikulum dalam mengembangkan wawasan berpikirnya terhadap Spesialisasi Kurikulum sebagai Bidang Studi.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengalimya teknologi maju ke dunia Industri dan masyarakat pemakai teknologi menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam dunia pendidikan terutaraa bagi seko lah formal yang menyelenggarakan Sekolah Teknologi Elek tronika. Umumnya teknologi yang masuk dan berkembang pe-sat ini dalam bidang Komputer Sistem Transmisi Digital, dan Sistem Digital Telepon. Hadirnya teknologi ini tentu
disertai dengan peralatan Hardware dan Software dari per
alatan tersebut, terjadilah transfer teknologi di dunia
industri oleh negeri peraberi teknologi. Dalam dunia atau
masyarakat industri alih teknologi ini berjalan sesuai
dengan kontrak pembelian barang dari negara pengimpor
teknologi. Pada masyarakat luas sebagai pemakai teknolo gi timbul masalah, barang yang sudah mereka terima dalam
kurun waktu tertentu terjadi keausan, barang rusak, suku
Sebagai jawaban dari ini semua atas perkembangan
teknologi di masyarakat maka STM merubah posisi
kuriku-lumnya dari Kurikulum 1976 ke Kurikulum 1984 dengan ciri
yang lebih spesifik lagi. Kurikulum 1976 sifatnya masih
umum misal Jurusan yang ada di STM Negeri II hanya ada
dua yakni STM Jurusan Listrik Arus Kuat dan STM Jurusan
Arus Lemah, kini Arus Lemah berubah menjadi Program Stu
di Elektronika Komunikasi, Elektronika Industri dan
Te-lepon dan Telegraf. Berdirinya Jurusan ini tidak lain se bagai jawaban atas perkembangan teknologi di dalam bi dang Telepon Digital yang dikelola oleh Perusahaan-peru
sahaan seperti PT. INTI, PT. INDOSAT, PERUMTEL, LEN LIPI
dan lain sebagainya, sedangkan dalam Transmisi Digital
dikelola oleh Perusahaan-perusahaan RFC, PT. INTI, LEN
LIPI dan lain sebagainya.
Bila kita kaji dengan berubahnya kurikulum di STM
dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984 akan membawa
kon-sekuensi penyediaan guru, penyediaan sarana dan
prasara-na serta maprasara-najemen yang baik. Khusus mengeprasara-nai penyedia an guru, maka di STM sendiri timbul masalah siapa
guru-nya ? Diambil dari mana ? Yang sudah ada ditatar ? Se
perti kita ketahui bahwa guru teknologi.di STM sangatlah
terbatas adanya, sehingga bila yang terbatas ini ditatar
di suatu lembaga tertentu timbul masalah siapa
penggan-tinya ?
Jalan lain minta bantuan pada IKIP Bandung
Ju
11
Bagaimana kondisi IKIP Bandung dengan Kurikulum Elektro
nika Koraunikasinya ?
Secara garis besar Kurikulum Elektronika Komuni
kasi IKIP terstruktur sebagai kelompok-kelompok mata ku
l i a h :
1. MKDU atau Mata Kuliah Dasar Umum.
2. MKDK atau Mata Kuliah Dasar Kependidikan.
3. PBM atau Proses Belajar Mengajar.
4. MKDU Khusus IKIP Bandung. 5. MKDK Khusus IKIP Bandung.
6. MKBS Wajib atau Mata Kuliah Bidang Studi Wajib. 7. MKBS Pilihan atau Mata Kuliah Bidang Studi Pilihan.
8. PPL atau Praktek Pengalaman Lapangan.
Kelompok-kelompok mata kuliah ini akan menjadi bekal ba
gi calon guru STM. Suatu ciri daripada Jurusan Elektro
nika atau Fakultas Teknologi dari Fakultas lainnya yang ada di IKIP adalah bahwa setiap mata kuliah
wajib/pilih-an Bidwajib/pilih-ang Studi selalu disertakwajib/pilih-an dengwajib/pilih-an praktek. Apa
yang dipraktekan tentunya harus menunjang
materi
teori
di kelas* dan peralatan atau pesawat praktek ini tentu nya harus sesuai dengan apa yang dimiliki oleh STM, per alatan STM dan pesawat elektronikanya harus sesuai de
ngan yang ada di Industri supaya kelak tidak ada
kecang-gungan dalam praktek, ini ideal. Sekarang apakah
kondi-sinya demikian ?
Apa yang ada di Industri tersedia
di
apa yang ada di Industri sebagian ada di STM, apa yang ada di STM sebagian ada di IKIP, sampai seberapa jauhkah atau sampai berapa prosenkah relevansi peralatan ini ten
tu harus dikaji atau diteliti. Apakah dengan adanya per
alatan sebagian peralatan ada di IKIP dan sebagian lagi
ada di STM sudah cukup untuk menjadikan seorang guru
baik; ini merupakan masalah. Di sisi lain seperti materi teori apakah adanya sejumlah teori dalam Kurikulum IKIP ada pula di dalam Kurikulum STM ? Bila ada sampai sebe rapa jauh, apakah ada persaratan minimal untuk seorang
guru dalam menguasai materi bidang studi supaya kelak ia dapat mengajar dengan baik dan akhirnya apakah
diperlu-kan lama belajar di perguruan tinggi lebih besar dari pa da lama belajar di STM ? Apakah dengan adanya sebagian
peralatan yang ada sama dengan peralatan di STM, materi pelajaran di STM sebagian ada di IKIP, dan jumlah jam pelajaran di IKIP lebih besar dari jumlah jam pelajaran
di STM akan menghasilkan lulusan yang siap pakai ? Tentu sulit kita akan menjawabnya, karena apa ? Di dalam ku rikulum sendiri secara garis besar dapat dibangun atas unsur-unsur tujuan, materi pelajaran, metoda mengajar dan
evaluasi. Adanya materi belajar yang memadai belumlah
tentu kurikulum itu baik. Adanya tujuan yang terarah be
lum tentu akan menghasilkan lulusan yang baik tanpa
di-barengi dengan materi pelajaran yang cukup ? Adanya
tu
13
tentu kita dapat melihat output lulusan yang baik tanpa
diikut sertakan unsur evaluasi ? Terlepas dari pengerti an kurikulum sebagai rencana, kurikulum sebagai
pengalam-an belajar, kurikulum sebagai suatu proses maupun kuri kulum sebagai Bidang Studi, maka di dalam pengertian pe
nelitian ini kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran
yang disajikan sekolah atau universitas.
Dengan demikian fokus penelitian ini dibatasi pa da kurikulum yang diartikan sebagai sekumpulan mata ku liah atau mata pelajaran yang tertuang dalam Garis Besar Program Perkuliahan dan Garis Besar Program Pengajaran
atau GBPP dengan mengambil subjek penelitian dalam rele
vansi materi kuliah Bidang Studi Elektronika Komunikasi
di antara Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Bandung tahun 1984 dengan Kurikulum Elektronika Komuni kasi FPTK IKIP Bandung tahun 1983. Bila kita rumuskan
permasalahan relevansi kurikulum ini dapat kita nyatakan:
Sampai sejauh manakah Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung tahun 1983 relevan terhadap Kurikulum
Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung tahun 1984? Permasalahan ini raasih umum, oleh karena itu bisa dibagi lagi menjadi sub masalah berikut ini :
(1). Sampai sejauh manakah nama mata kuliah- mata kuliah
di dalam kurikulum elektronika komunikasi FPTK IKIP
Bandung tahun 1983 relevan terhadap nama mata
Elek-tronika Komunikasi STM Negeri II Bandung ?
(2). Sampai sejauh manakah pokok bahasm-pokok bahasan da
lam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Ban
dung relevan dengan pokok-bahasan-pokok bahasan da
lam Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Bandung ?
(3). Sampai sejauh manakah fasilitas untuk praktek yang
ada dalam Kurikulum Elektronika Komunikasi di FPTK
IKIP Bandung relevan terhadap fasilitas untuk prak tek yang ada dalam Kurikulum Elektronika Komunikasi
STM Negeri II Bandung ?
(4). Sampai sejauh manakah jumlah jam belajar dalam Ku
rikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung re
levan terhadap jumlah jam belajar mengajar di dalam
Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung ?
Untuk menjawab sub
permasalahan - sub permasalahan
ini, maka Tesis dibagi atas
5 Bab
yang meliputi berikut
i n i :
Bab
I
Permasalahan yang ada
ten tang relevansi Kuriku
lum mengenai timbulnya masalah, pentingnya ma
salah, dan batasan suatu
masalah yang
selanjut-nya dirumuskan.
Bab
II
Relevansi kurikulum, kriteria relevansi, mutu
u-rikulum dan Kuu-rikulum Elektronika Komunikasi
di
Elek-tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983.
Bab III Rancangan penelitian yang terurai atas tujuan
penelitian, asumsi penelitian, pertanyaan pene
litian, metoda penelitian, alat pengumpul data
dan rancangan pengolahan data penelitian.
Bab IV Pelaksanaan penelitian, tempat dilaksanakan pe
nelitian, pengumpulan data, dan pengolahan data
penelitian.
Bab V Penelitian dengan hasilnya dan pembahasannya
yang terurai atas kesimpulan, hasil penelitian,
pembahasan hasil penelitian, implikasi hasil pe»
BAB I I I
RANCANGAN PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Relevansi antara mata kuliah di dalam Kurikulum
Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung dengan ma
ta pelajaran Kurikulum Elektronika Komunikasi STM
Negeri II Bandung 1984.
2. Relevansi pokok bahasan Kurikulum Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dengan pokok bahas
an mata pelajaran Kurikulum Elektronika Komunikasi
STM Negeri II Bandung 1984.
3. Relevansi fasilitas praktek Kurikulum Elektronika
Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dengan fasilitas
praktek Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege
ri II Bandung 1984.
4. Relevansi lamanya waktu belajar dalam Kurikulum
Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 de
ngan waktu belajar dalam Kurikulum Elektronika Ko
munikasi STM Negeri II Bandung 1984.
B. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian dalam relevansi kurikulum
ini,
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
sepenuhnya dilaksanakan oleh para dosen.
2. Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung dilaksanakan sepenuhnya oleh para guru.
3. Lulusan FPTK IKIP Bandung mengajar di STM Negeri II
Bandung.
4. Lama studi di IKIP Bandung lebih lama jika
diban-dingkan dengan waktu belajar di STM Negeri II Ban
dung.
5. Kurikulum STM menjadi dasar bagi perencanaan Kuri
kulum IKIP Bandung khususnya Kurikulum Elektronika
Komunikasi.
C. Pokok-pokok Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini dikemukakan pertanyaan- per
tanyaan yang berbunyi : "Sampai Sejauh Manakah Kurikulum
Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983
relevan
dengan
Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Bandung 1984". Selanjutnya diperinci lagi menjadi
subper-tanyaan sebagai berikut :
1. Apakah nama mata kuliah-nama mata kuliah
bidang
studi terkecuali mata kuliah Fisika, Matematika,
Statistik dalam Kurikulum Elektronika
Komunikasi
FPTK IKIP Bandung 1983 relevan dengan nama ma
ta pelajaran-nama mata pelajaran dasar
kejuruan
dan kejuruan dalam Kurikulum Elektronika Komunika
pela-105
jaran Matematika, Bahasa Inggris, Koperasi dan
Ma-najemen, Fisika dan Kimia ?
2. Apakah pokok bahasan-pokok bahasan dalam mata ku liah bidang studi terkecuali mata kuliah Matemati ka, Fisika, Statistik dalam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 relevan dengan
pokok bahasan-pokok
bahasan
di dalam mata
pela
jaran dasar kejuruan dan kejuruan terkecuali mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Koperasi dan
Manajemen, Fisika dan Kimia dalam Kurikulum Elek tronika Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ? 3. Apakah ada fasilitas praktek untuk Kurikulum Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 relevan dengan fasilitas praktek untuk Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ?
4. Apakah alokasi waktu Kurikulum Elektronika Komuni
kasi FPTK IKIP Bandung 1983 relevan dengan pem
berian waktu (alokasi) dalam Kurikulum Elektroni
ka Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ?
D. Metoda Penelitian
Kegiatan penelitian ini tergolong ke dalam pene
litian kuantitatif. Karena sifat penelitiannya kuantita
tif, maka perhitungan statistik digunakan secara
sederha-na dan memakai studi perbandingan dokumenter serta kaji
Karena sifat penelitiannya kuantitatif maka pene
litian dilakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah doku
men Kurikulum yang penulis peroleh dari Kepala Sekolah
Teknologi Menengah Negeri II Bandung, Kepala BLPT, Ketua
Jurusan Elektro FPTK IKIP Bandung dan para dosen Jurusan
Elektro FPTK IKIP Bandung untuk dianalisis yang
selanjut-nya dilakukan prosentase. Dokumen yang tidak lengkap pe
nulis tanyakan langsung pada pembuat dokumen tersebut de
ngan maksud untuk lebih jelas lagi uraian dari dokumen
tersebut. Misalnya di Jurusan Elektro ada beberapa doku
men Kurikulum yang dibuat oleh dosen tetapi isi daripada
dokumen tersebut ada beberapa istilah yang penulis sen
diri belum tahu tujuannya.
Selain daripada membandingkan Dokumen sesuai de
ngan yang tertera dari dokumen resmi pemerintah maka
pe-neliti ingin melihat pelaksanaan di lapangan tentang wak
tu belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa, antara
guru dan muridnya. Dokumen yang dilihat di sini
adalah
berapa frekuensi perkuliahan seorang dosen dan berapakah
frekuensi guru dalam mengajar dalam setiap semester mu
lai tahun 1984/1985 untuk STM dan mulai tahun 1982/1983
untuk Jurusan Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung.
Kodifikasi. Kodifikasi dimaksudkan untuk
menying-kat dan memudahkan dalam mengklasifikasi nama mata pela
jaran, nama mata kuliah, pokok bahasan
mata
pelajaran,
dilak-10?
sanakan sebagai berikut : Setelah semua dokumen Kuriku
lum terkumpul maka nama mata pelajaran, nama mata kuliah
dikodifikasi uraian lebih detail mengenai kodifikasi
di-jelaskan pada bagian pelaksanaan penelitian.
Tabulasi. Tabulasi dimaksudkan untuk menganalisis
perbandingan kedua .dokumen Kurikulum. Dengan melalui ta
bulasi ini kita akan melihat berapa %tingkat relevansi
yang dicapai. Bentuk tabulasi ada empat yakni : tabulasi
mengenai nama mata kuliah Elektronika Komunikasi di FPTK
IKIP Bandung yang dibandingkan dengan nama mata pelajar
an Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung. Tabula
si mengenai pokok bahasan nama mata kuliah yang
diban
dingkan dengan pokok bahasan nama mata pelajaran,
dari
tabulasi ini kita dapat melihat prosentase yang
dicapai
dari pokok bahasan Kurikulum Elektronika Komunikasi IKIP
terhadap pokok bahasan Kurikulum Elektronika
Komunikasi
STM Negeri II Bandung. Tabulasi alokasi waktu
dimaksud
kan untuk melihat perbandingan antara alokasi waktu bela
jar di IKIP dibandingkan dengan alokasi waktu belajar di
STM Negeri II Bandung. Akhirnya tabulasi tentang Fasili
tas Praktek dimaksudkan untuk melihat perbandingan
peng-gunaan alat ukur dan bahan praktek yang dipakai
di IKIP
terhadap STM. Secara ringkas dari mana sumber penelitian
Sumber Penelitian
Kurikulum Elek
tronika Komuni
kasi STM 1984.
Kurikulum Elek
tronika Komunika si IKIP 1983
Jumlah Nama Mata Ku
liah/mata pelajaran.
*)
10 ; 29 ;
Jumlah Pokok Bahasan 174 244
Fasilitas praktek 148 39
Alokasi waktu 240 160
J
Keterangan
^ Nama mata pelajaran seperti Gambar Teknik I, Gam
bar Teknik 2; Nama mata pelajarannya dijadikan sa
tu menjadi Gambar Teknik. Begitu pula untuk yang
lainnya.
^ Nama mata kuliah seperti Elektronika 1, Elektroni
ka 2 disatukan namanya dalam penelitian ini men
jadi nama mata kuliah Elektronika. Begitu pula un
tuk yang lainnya.
Gambar 1 5
Gambaran Sumber Data Penelitian
E. Alat Pengumpul Data
Untuk menyusun alat pengumpul data ini dilakukan
melalui tahapan berikut ini :
1. Nama Mata Kuliah dan Nama Mata Pelajaran. Alat pengum
pul data untuk kedua dokumen Kurikulum ini ialah
da
lam bentuk tabel. Tabel ini disebut sebagai Relevansi
Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung,
[image:31.595.50.537.61.577.2]109
II Bandung ditinjau berdasarkan pemberian nama mata
kuliah dan nama mata pelajaran.
2. Pokok bahasan. Sama halnya seperti pada penyusun
an alat pengumpul data nama mata pelajaran dan nama
mata kuliah, hanya saja dalam hal ini nama diganti de
ngan pokok bahasan.
3. Fasilitas Praktek. Fasilitas praktek dalam bahasan di
sini diuraikan atas alat ukur dan bahan praktek. Pe
nyusunan ini sebenarnya sama dengan penyusunan
untuk
alat pengumpul data (instrumen) pada pemberian nama
mata pelajaran/nama mata kuliah ataupun pokok bahasan
hanya saja kalau pada nama mata pelajaran maupun po
kok bahasan memakai kodefisikasi dalam tabelnya, pada
fasilitas praktek tidak digunakan dikarenakan
kesulit-an dalam pengelompokkkesulit-an barkesulit-ang.
4. Alokasi waktu. Penyusunan alat pengumpul data sama se^
perti pada nomor 1, 2, dan 3 di atas.
5. Analisis tabel. Tabel yang sudah dibuat pada nomor 1,
2, 3 dan 4 perlu dianalisis. Maka semua nama mata pe
lajaran/nama mata kuliah, pokok bahasan, alokasi wak
tu, dan Fasilitas Praktek Kurikulum Elektronika Komu
nikasi IKIP Bandung maupun STM Negeri II Bandung
di-masukkan ke tabel. Tabel tersebut disusun sebagai
TABEL 4
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK
IKIP BANDUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI STM NEGERI II BANDUNG DITIN
JAU BERDASARKAN PEMBERIAN NAMA.
x^Naraa mata Kuliah
Xw dalam Kurikulum
Na- >vElektronika Ko-ma \munikasi FPTK
mata pe- xJ-KIP Bandung lajaran >y1983
dalam Kuriku- x. lum Elektronika Nv
Komunikasi STM Ne-\
geri II Bandung 1984 \
J
u
m
1
a
h
y.,
•4 •• . "
— — *
m
J
Jumlah
i _ _i
[image:33.595.86.530.137.658.2]TABEL 5
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BANDUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA
KOMUNIKASI STM NEGERI II - BANDUNG DITINJAU BERDASARKAN POKOK
BAHASAN
111
NPokok Bahasan dalam N^Kurikulum Elektro-PokokNsJiika Komunikasi
bahasan\FPTK IKIP
Ban-dalam Ku-\dung 1983
rikulum N. Elektronika >v
• 1
J
u
m
1
a
h Negeri II Bandung 1984\
— •
.
'«
[image:34.595.70.511.89.692.2]TABEL 6
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP
BAN-DUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI STM
NEGERI II BANDUNG DITINJAU BERDASARKAN FASI LITAS PRAKTEK YANG DIPAKAI
N. F a s i l i t a s Praktek FaV. dalam Kurikulum siliV. Elektronika Ko
tas Ku\munikasi FPTK rikulum NJKIP Bandung
Elektroni \1983
ka Komuni- \
' ' < •
J
u
m
1
a
h kasi STM Ne- N V
geri II Bandung 1984\
4
<
-1
[image:35.595.89.496.125.593.2]113
TABEL 7
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BAN
DUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI STM NEGERI I I BANDUNG DITINJAU BERDASAR
KAN PENGALOKASIAN WAKTU BELAJAR
r
^Alokasi waktu dalam
Ku-clu^v^rikulum Elektronika
riku-^\Komunikasi
FPTK
lum ELek^^TICIP
Bandung
tronika Ko- ^v!983
tnunikasi STM Ne-^v
geri II Bandung 1984"^^ •
J
u
m
1
a
h
j
j
_j
. .
J u m l a h
[image:36.595.52.502.127.658.2]TABEL 8
KRITERIA RELEVANSI UNTUK MENENTUKAN BAHWA KURIKULUM ELEK TRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BANDUNG RELEVAN TER
HADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI STM NEGERI I I BANDUNG
No. Urt
Penyusunan Bahan Penga jaran dalam Kurikulum Elektronika Komunikasi Sekolah Teknologi Mene
ngah Negeri II Bandung.
Penyusunan Bahan Pengajarar
dalam Kurikulum Elektroniks Komunikasi FPTK IKIP - Ban
dung
Tingkat Relevansi
a b c d
1.
Penentuan Nama Mata Pelajaran atau Nama Mata Kuliah.
2. Penentuan Pokok Ba hasan
3.
Penentuan Fasilitas Praktek
4. Penentuan AlokasiWaktu.
.
Keterangan :
a = Jumlah item (%).
b = Jumlah Nama Mata Pelajaran atau Nama Mata Kuliah {%)
c = Jumlah Satuan per Unit {%).
d = Jumlah jam di STM dibandingkan dengan jumlah jam di
[image:37.595.89.498.94.610.2]115
F. Ran can gan Pengolahan Data Penelitian
Pengolahan data perbandingan kurikulum ini dibagi
atas tahap-tahap sebagai berikut :
1. Kodefikasi. Semua nama mata kuliah/nama mata pela
jaran, semua pokok bahasan, semua alokasi waktu ma ta kuliah, mata pelajaran dilakukan kodefikasi.
2. Tabulasi berdasarkan prosentase. Setelah data yang memang harus dimasukkan ke dalam tabel selesai ma
ka dilakukan analisis tabel dengan cara sebagai be rikut bilamana ada kesamaan mata kuliah dengan na
ma mata pelajaran maka diberi W/7/fa untuk selanjut-nya dilakukan prosentase {%).
3. Tafsiran. Setelah diperoleh data dalam bentuk pro sentase, maka selanjutnya ditafsirkan. Bilamana-hasilnya kurang dari 100 %maka peneliti menilai
sebagai sesuatu yang tidak relevan. Karena untuk
menyatakan bahwa Kurikulum IKIP relevan dengan Ku rikulum STM, maka guru harus lebih tinggi di dalam perolehan bahan pengajarannya dibandingkan dengan
murid.
4. Aktual Kurikulum. Maksud aktual kurikulum di sini
jum-lah pokok bahasan yang dibahas adajum-lah sesuai terte-ra dalam GBPP berjumlah 10 buah. Peneliti ingin me ngetahui apakah 10 pokok bahasan ini dilaksanakan seluruhnya dalam dua Semester tersebut ataukah ti
dak oleh gurunya, kalau tidak berapa % yang dapat
dilaksanakan. Data yang peneliti peroleh dari BLPT
maupun STM Negeri II Bandung dimasukkan pada tabel Prosentase target pencapaian Kurikulum Elektronika
Komunikasi 1984 STM Negeri II Bandung. Dengan cara
yang sama peneliti peroleh pada Jurusan Elektro di FPTK IKIP Bandung.
Di samping peneliti meneliti tentang target penca
paian kurikulum di atas peneliti juga mengumpulkan
data tentang frekuensi perkuliahan serta frekuensi pengajaran di STM. Datanya peneliti peroleh dari BLPT, Kepala STM Negeri II Bandung dan dari Ketua
Jurusan Elektro FPTK IKIP Bandung yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel untuk selanjutnya diana
l i s i s .
5. Analisis Kuantitatif. Maksud dari analisis kuanti
tatif di sini adalah peneliti raengkaji isi dokumen
yang sesuai dengan dokumen kurikulum resmi
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti
lakukan terhadap Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung maupun Kurikulum STM Negeri II Bandung, pada bab ini penulis akan simpulkan terhadap pertanyaan - per tanyaan yang telah penulis ajukan di dalam Bab III. Kesim-pulan-kesimpulan dimaksud meliputi :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku kan terhadap pemberian nama mata kuliah di dalam Kuri
kulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 di
nilai tidak relevan dengan sejumlah nama mata pelajar an yang terdapat di dalam Kurikulum Elektronika Komu nikasi Sekolah Teknologi Menengah (STM) Negeri II Ban
dung 1984 dengan prosentase relevansi yang dicapai se
besar 30 %.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku kan terhadap isi mata kuliah dan isi mata pelajaran di kedua lembaga pendidikan tersebut dapatlah
disimpul-kan :
a. Isi mata kuliah dalam dokumen Kurikulum Elektronika
Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dinilai tidak re^
levan dengan dokumen Kurikulum Elektronika
217
kasi STM Negeri II Bandung 1984 dengan prosentase
relevansi yang dicapai 53,4 %.
b. Pemberian isi mata kuliah di dalam Kurikulum Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 terhadap
para mahasiswa dinilai tidak relevan terhadap
pe-nyampaian isi mata pelajaran di dalam Kurikulum
Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984
terhadap para siswanya dengan prosentase relevansi
yang dicapai 40,6 %.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku
kan terhadap fasilitas praktek yang ada di Jurusan Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dinilai ti^
dak relevan dengan fasilitas praktek yang ada di STM
Negeri II Bandung/BPLT Bandung dengan tingkat
relevan
si yang dicapai 22,9 %•
4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku kan terhadap pengalokasian waktu belajar yang ada da lam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
dinilai relevan dengan pengalokasian waktu belajar pa
da Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung dengan prosentase relevansi yang dicapai 147,2
%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan FPTK IKIP Bandung adalah menghasilkan tena
akhli yang berpribadi dalam bidang kependidikan teknologi
dan kejuruan. Berdasarkan tujuan ini tersirat di dalamnya
bahwa FPTK IKIP Bandung Jurusan Elektro menghasilkan
guru-guru Elektronika Komunikasi yang kelak mengajar di Seko lah Teknologi Menengah Jurusan Elektronika Komunikasi. Ku
rikulum dalam lembaga pendidikan FPTK IKIP Bandung sa
ngat berperan dalam proses penyediaan guru-guru teknologi.
Oleh karena itu kualitas guru teknologi yang dihasilkan
oleh FPTK IKIP Bandung ditentukan oleh mutu Kurikulum.
Mutu kurikulum dikatakan baik bilamana relevan de
ngan kebutuhan atau dengan perkataan lain dapat
dinyata
kan bahwa Kurikulum FPTK IKIP Bandung bermutu bilamana re
levan dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM
Negeri
II Bandung. Coombs dalam hal ini menyebutnya "
rele
vance to the needs of its environment". (1968 : 106).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti
lakukan terhadap relevansi kurikulum di kedua lembaga ini
terjadi beragam kadar relevansi untuk empat aspek
(nama,
pokok bahasan atau isi, fasilitas praktek dan alokasi wak
tu). Adanya pencapaian target kurikulum yang kurang
atau
tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan akan
menye-babkan menurunnya mutu kurikulum sehingga kurikulum tidak
efektif di dalam pelaksanaannya. Adanya kurikulum yang ti
dak efektif untuk beberapa program akan menimbulkan
mero-sotnya mutu kurikulum (Arich Lewy, 1977 : 73). Meromero-sotnya
219
tidak mencapai performance student yang diharapkan karena
lulusan tidak mencapai standar minimal dalam penguasaan
materi bidang studi. Coombs (1968 : 105) lebih jauh mene-kankan bahwa untuk mencapai mutu diperlukan : a standard examination, sedangkan Sikun Pribadi (1985) mengeraukakan-nya untuk mencapai mutu diperlukan indeks kumulatif mini mal yang harus dicapai. Lulusan FPTK IKIP Bandung ini ten tu akan merupakan masukan di dalam proses kurikulum di Se kolah Teknologi Menengah. Dengan demikian sebanarnya ada
hubungan yang sangat erat sekali antara IKIP di satu pi hak sebagai penghasil guru, dan STM sebagai penerima gu
ru. Merosotnya mutu kurikulum di IKIP akan membawa dampak
bahwa para lulusan tidak akan dapat mengajar secara baik.
Mengapa demikian ?
Seperti kita ketahui bahwa di STM te
lah muncul sekolah proyek pembangunan dengan biayanya da
ri bank dunia, pada sekolah tersebut kurikulum
ditingkat-kan, para guru diadakan penataran dengan tujuan untuk
me-ningkatkan mutu guru. Dengan demikian mutu kurikulum
di
STM meningkat. Ironisnya sampai saat ini proyek
peningkat-an di IKIP'Bpeningkat-andung khususnya Juruspeningkat-an Elektronika FPTK be
lum ada proyek semacam ini.
Sekolah Teknologi Menengah bertujuan
menghasilkan
teknisi tingkat menengah yang dapat bekerja di perusahaan
Industri Elektronika Komunikasi. Industri Elektronika ini
setiap saat berkembang (Lihat gambaran perkembangan tekno
logi pada Bab II). Oleh karena itu kita bisa menyimpulkan
bahwa perkembangan kurikulum yang ada di STM akan selalu
berorientasi pada perkembangan Industri Elektronika. Is
tilah relevansi pada Kurikulum STM adalah dihubungkan de
ngan kebutuhan Industri, mutu Kurikulum STM dikatakan ba ik bila relevan dengan perkembangan Industri Elektronika
yang ada.
Kurikulum FPTK IKIP Bandung bermutu apabila rele van dengan Kurikulum STM, Kurikulum STM bermutu bila re
levan dengan kebutuhan industri, dan bila digambarkan
hu-bungannya ditunjukkan pada gambar 18.
Kurikulum Elektroni ka Korau -nikasi FPTK IKIP
Bandung
Al
Rele-Tyl van
A
V
Kurikulum Elektroni ka Komuni kasi STM Negeri
Gambar 18.
Hubungan Relevansi Antara IKIP Bandung, STM
Negeri II Bandung dan Industri
Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung rele
van dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Bandung bila dipenuhinya 4 kriteria yakni nama mata kuli
ah relevan dengan nama mata pelajaran, isi mata kuliah re
levan dengan isi mata pelajaran, fasilitas praktek di IKIP
221
IKIP Bandung relevan dengan alokasi waktu di STM Nege
ri II Bandung. Keempat kriteria ini saling berkaitan
satu sama lain, tidak tercapainya salah satu aspek da
ri keempat ini maka mutu tidak akan tercapai. Hasil pe
nelitian mengenai relevansi kurikulum di kedua lembaga
pendidikan ini menunjukkan bahwa aspek nama mata kuli
ah, aspek isi mata kuliah dan fasilitas praktek
dini
lai tidak relevant
Adanya kadar relevansi yang ada ini mengartikan kepada
kita bahwa mutu kurikulum dinilai merosot baik ditin
jau dari dokumen yang ada maupun
segi pelaksanaannya.
Oleh karena itu informasi pengetahuan yang terjadi pa
da siswa sangat minim sekali dengan apa yang harus dia
kerjakan sehingga transfer akan sulit sekali
dilaksa
nakan oleh para lulusan. Bruner lebih jauh lagi
menam-bahkan bilamana informasi yang ada pada diri mahasiswa
tidak sesuai maka discovery tidak akan pernah terjadi.
Sejalan dengan itu Perkins yang dikutip oleh
Dedi S.,
mengungkapkan bahwa transfer hanya akan mungkin terja
di apabila isi mata kuliah sepadan dengan isi mata pe
lajaran (1986).
Kurikulum Elektronika Komunikasi STM relevan de
ngan Industri Elektronika Komunikasi apabila di dalam
nya terkait bahwa isi mata pelajaran sesuai dengan bu
ku Instruktion manual yang ada di Industri dan fasili
Untuk mem proses Industri Elektronika dari bahan mentah
menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi, maka
alat ukur, mesin-mesin dan bahan-bahan maupun instruk-tion manual sangat berperan sekali. Alat ukur,
mesin-mesin, bahan-bahan untuk memproses peralatan dikelom-pokkan ke dalam hardware, sedangkan buku-buku yang ber isi petunjuk pelaksanaan, berisi program-program untuk menjalankan peralatan dikelorapokkan ke dalam software. Kedua kelompok ini satu sama lain saling tunjang me nunjang, tanpa berfungsinya software maka hardware ti
dak akan jalan, adanya software sedangkan hardware ti
dak ada maka industri tidak berarti apa-apa.
Melihat permasalahan di atas dan data yang ada
berdasarkan hasil penelitian di atas, maka timbul per tanyaan upaya apa yang harus dilakukan oleh IKIP Ban
dung dalam hal ini ? Upaya yang harus dilakukan oleh
IKIP Bandung dalam kondisi seperti ini akan penulis
je-laskan pada implikasi hasil penelitian.
C. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa upa
ya yang perlu dilakukan oleh IKIP Bandung. Namun
sebelum
melangkah pada upaya tersebut ada baiknya kita lihat
hu
bungan yang mungkin membantu dalam peningkatan mutu pen
223
•STM-IKIP
•INDUSTRI
Gambar 20.
Hubungan antara IKIP, STM & Industri
Hubungan antara IKIP dan STM bisa bersifat lembaga
karena keduanya masih dalam satu Departemen sehingga upa
ya kerja sama dapat lebih erat. Upaya peningkatan mutu da
pat dilakukan dalam dua bagian, yaitu :
1. Upaya Internal: Maksud upaya internal ini meliputi :
a. Penyusunan program perkuliahan sesuai dengan
tuntut-an GBPP STM. Penyusuntuntut-an kurikulum untuk IKIP Ban
dung dapat dilaksanakan dengan cara berikut ini :
STRUKTUR KURIKULUM
— " T
ALOKASI WAKTU
x —
* NAMA MATA KULIAH *
ISI MATA KULIAH
L
TEORI PRAKTEK
Gambar 21
[image:48.595.74.500.261.634.2]Seperti terlihat pada gambar 20, maka
penyusunan
program perkuliahan yang telah berjalan dimulai de
ngan pertanyaan kita akan menyusun struktur kuriku
lum apa ?
Berdasarkan struktur tersebut maka
bia
sanya dari pusat sudah ditentukan
berapakah alokasi
SKS untuk setiap program perkuliahan ? Setelah me
ngetahui berapa jumlah alokasi SKS untuk bidang stu
di, maka disusunlah sejumlah mata kuliah yang
seki-ranya sesuai dengan alokasi SKS yang telah ditetap
kan dari Pusat. Untuk memberikan nama mata kuliah
dari program perkuliahan hendaknya berpedoman kepa
da GBPP STM yang telah ditetapkan sehingga nama ma ta kuliah relevan dengan nama mata pelajaran yang
ada di STM. Masalah pemberian nama ini selain
ber
pedoman kepada GBPP STM, maka harus pula berpedoman
kepada Industri karena GBPP STM mengacu kepada
in
dustri. Setelah pemberian nama dianggap relevan ma
ka dari nama akan terurai isi mata kuliah yang
di
sebut pokok bahasan. Untuk perkuliahan
Elektronika
Komunikasi ini selain adanya teori maka di sana ter
dapat pula praktek perbandingan pengalokasian anta
ra teori dan praktek ini hendaknya disesuaikan
de
ngan tujuan program perkuliahan. Supaya isi
perku
liahan ini cocok dengan nama mata kuliah yang telah
ditetapkan, maka hendaknya disesuaikan kembali
de
225
berpedoman kepada struktur disiplin ilmu dari seti ap bidang studi. Melalui struktur disiplin ilmu se
cara mendasar untuk setiap jenis ilmu maka akan me
mudahkan para mahasiswa dalam melakukan transfer di
dalam belajar.
b. Fasilitas praktek dilengkapi sesuai dengan tuntutan
program. Upaya ini dapat dilakukan dengan jalan me
minta anggaran yang lebih besar lagi melalui D.I.P atau dapat pula dengan jalan mengerjakan para maha
siswa untuk membuat alat untuk praktek (tetapi ke
mampuan terbatas baik ditinjau dari presisi peralat
an maupun keandalannya).
c. Adanya penetapan penguasaan indeks prestasi yang mi
nimal untuk bidang studi. Indeks prestasi
bagaima-napun akan memegang peranan dalam mengukur penguasa
an bidang studi yang dicapai oleh para mahasiswanya.
d. Control. Adanya kontrol terhadap pelaksanaan kuri
kulum dimaksudkan untuk memantau sampai sejauh mana
pencapaian target kurikulum yang telah dilaksanakan
atau dilakukan oleh para dosen, dan sampai sejauh
manakah pelaksanaan SKS dilakukan oleh para dosen.
e. Peningkatan kualitas dosen. Kurikulum bagaimana ba
iknya pun tanpa adanya peningkatan mutu para
dosen
1986). Dengan nada yang sama Sujadi mengemukakan, bahwa untuk tenaga akademik di Perguruan Tinggi se
yogyanya para dosen ditingkatkan dengan jalan meng
ikuti program S.2 (1987).
Apa yang dikemukakan oleh kedua akhli tersebut
be
nar adanya, namun yang tahu persis akan kondisi pa ra dosen adalah alumni FPTK itu sendiri, maka untuk
mencapai ini semua para dosen dapat ditingkatkan de
ngan melalui seminar, penataran, mengikuti program
S.2 untuk bidang studi yang diperlukan seperti Elek
tronika, Informatika, dan lain sebagainya yang
ber-hubungan dengan bidang studi. Adanya peningkatan mu
tu saat ini melalui program S.2 untuk FPTK IKIP Ban
dung sebenarnya untuk Jurusan Elektro kurang begitu
membantu dalam men$ngkatkan pengetahuan para dosen
di bidang studinya. Seperti diketahui bahwa
produk
IKIP Bandung tidak memperoleh ilmu keteknikan seca
ra penuh tetapi sudah terbagi dengan program kepen
didikan, program umum dan program khusus
IKIP Ban
dung, sehingga beban studi untuk bidang studinya se
benarnya sudah berkurang lagi bila ditinjau
dari
perolehan SKS-nya.
2. Upaya Eksternal; Upaya eksternal dimaksudkan ialah
di-adakannya kerjasama antara kedua lembaga tersebut
me
me-227
nukar informasi, praktek mengajar dengan bimbingan se
cara in ten si f. Di samping IKIP mengundang para guru
untuk presentasi mengenai materi apa yang
disampaikan-nya dan hambatan apa yang dirasakan dalam medisampaikan-nyampaikan
materi pelajaran pada para siswanya, juga
mengundang
Kepala Sekolah atau Kepala BLPT untuk diskusi.
Hubungan antara IKIP dan Industri bisa dilaku
kan kerja sama dalam beberapa hal, misalnya :
a. Pengiriman mahasiswa untuk praktek kerja.
b. Mengadakan seminar dengan mengundang para
Industria-wan untuk memaparkan perkembangan Teknologi Elektro
nika Komunikasi.
c. Mengirimkan dosen muda untuk bekerja di Industri se
lama waktu tertentu guna mengetahui- sampai di mana
perkembangan Industri Elektronika Komunikasi.
d. Meminta kesediaan staf akhli Industri
Elektronika
Komunikasi menjadi dosen luar biasa di
FPTK - IKIP
Bandung.
e. Sebagai timbal balik dari Industri maka IKIP
dapat
berperan dalam
hal pembinaan pegawai lewat
Pendidik
an dan latihan (Diklat) yang ada pada Industri ter
sebut.
f. Dalam penyusunan program perkuliahan selain
mengi-kut sertakan para guru STM juga mengundang para
In-dustriawan (staf akhli dalam bidang Elektronika Ko
munikasi) guna ikut berpartisipasi dalam penyusunan
D. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan hasil pe nelitian serta telaahan teori maupun konsep-konsep yang
ada, maka pada penelitian ini ada beberapa
rekomendasi
yang perlu penulis sampaikan yaitu :
1. Bila GBPP ini merupakan pedoman para dosen serta
para
guru dalam melaksanakan tugasnya, maka GBPP di IKIP ha
rus mempunyai standar.
2. Bila masalah "nama dan isi mata kuliah ini adalah meru
pakan hal yang penting, maka dalam penyusunan GBPP di
IKIP hendaknya selalu berpedoman kepada GBPP STM.
3. Seperti diketahui bahwa bidang Ilmu Elektronika
Komu
nikasi ini merupakan cabang ilmu yang paling cepat da
lam perkembangannya, maka IKIP harus mengadakan kerja
sama dengan STM dan Industri Elektronika
yang ada di
Indonesia.
4. Apabila faktor guru ini merupakan penentu dari mutu
pendidikan, maka seyogyanya mutu dosen selalu diadakan
peningkatan seiring dengan perkembangan Teknologi Elek
tronika Komunikasi.
5. Apabila fasilitas ini merupakan bagian dari
kurikulum
maka seyogyanya setiap tahun diadakan penambahan
ke
lengkapan fasilitas praktek.
6. Untuk meningkatkan kualitas lulusan IKIP Bandung pada
dite-229
rapkan indeks kumulatif minimal untuk bidang studi. 7. Perlu dikaji lebih mendalam lagi mengenai masalah pe
nerapan SKS di STM maupun di IKIP Bandung sehubungan dengan adanya perbedaan sistem SKS antara IKIP dengan
STM.
8. Apabila masalah relevansi ini merupakan faktor ekster
nal dalam mutu kurikulum, maka hendaknya dalam penyu
sunan setiap GBPP IKIP hendaknya selalu berpedoman ke
pada GBPP STM dan IKIP dalam hal ini Jurusan Elektro
nika Komunikasi c.q. Pengembang Kurikulum Elektroni ka Komunikasi selalu mengadakan monitoring terhadap
perkembangan GBPP STM. Adanya monitoring kurikulum da
ri pengembang kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK
IKIP Bandung akan menekan kesenjangan tingkat relevan
si yang dicapai oleh IKIP Bandung.
E . p e n u t u p
Sehubungan dengan terbatasnya waktu, pengetahuan
peneliti dan literatur yang kurang lengkap dan dengan
ber-akhirnya penulisan Bab V ini, maka penulis akhiri
penulis-an tesis ini. Mudah-mudahpenulis-an relevpenulis-ansi kurikulum ini meru
pakan masukan bagi Pengembang Kurikulum Elektronika Komu
nikasi FPTK IKIP Bandung dalam upaya meningkatkan mutu
&?££$
&&
&
&
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bogdan, Robert C, (1982), Qualitative for Education An^.
Introduction to Theory and Methods. Allyn and Bacon, Inc., Sydney.
Bend, Rudyard K. and Henry Kronenberg, Boradman Charies C. , (1960), Principles of Secondary Education. Sixth
Edition, McGraw Hill Book Company, New York.
Beredy, George Z.F.,(1969), Essays on World Education the
Crisis of Supply and Demand. Oxford University, Press Inc., London.
Brands, G.A. and R.W.Lieve, (1948), Kramers' Woordentolk
Verklarend Woordenhoek, S. Gravenhage, Batavia, G. B.Van Zoor Zonen's, Uitgevermij, N.V.
Bridgman, PW.,(1960), The Logic of Modern Physics. The
MacMillan Company, New York.
Bruner, S. Jerome, (1960), The Process of Education. Vin
tage Books, New York.
Bartee, Thomas C.,(1981), Digital Computer'Fundamentals.
McGraw Hill International Book Company, Tokyo.
Cauberghe, J.,(1946), Engelsch Wordenhoek. N.V. Brepos,
Turnhout (Belgie).
Claude, S. Shannon,(1949), Mathematical Theory of Commu^
nication, University of Illionis, Urbana.
Cowel, Charles C, Anthony A. -Annarino, Hazelton Helen W,
(198O), Curriculum Theory and Design in Physical Edu
cation. C. V. Mosby Company, London.
Doll, Ronald C.,(1974), Curriculum Improvement. Allyn
&
Bacon Inc., Boston.
Echols, John M. and
Shadily Hassan,(1981), An Indonesian
English Dictionary. PT. Gramedia, Jakarta.
Earle, Charles Funk Litt D. , (1981), New Practical Stan^
dard Dictionary. PT. Gramedia, Jakarta.
Finch, Curtis R. John R. , Crunkilton, (1979), Curriculum
Development in Vocational and Technical Education.
Allyn and Bacon, Inc., Sydney.
Gardner, John, (1977), Creative Tape Recording. A Newnes Technical Book Hayden Book Company, Inc, London. GBPP Bidang Studi (Program S.1 Kurikulum 1983) FPTK IKIP
Bandung, (1985), Depdikbud, FPTK-IKIP Bandung.
GBPP Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan. (1976), Dep dikbud R.I., Jakarta.
GBPP Kurikulum 1984 SMKTA.. (1985), Depdikbud R.I.
Hornby, E.V. GatenbyTH. Wakefield, (1973), The
Advanced
Learner's Dictionary of Current English. Oxford University Press, London.
Ibrahim, R., (1980), Suatu Sistem Untuk Menilai Kurikulum
yang Sedang Dikembangkan Di Indonesia. DisertasiDok-tor Ilmu Pendidikan Perpustakaan, Sekolah Pasca Sar-jana, IKIP Bandung.
Iskandar Alisjahbana, (1980), Teknologi dan Perkembangan. Yayasan Idayu, Jakarta.
Jarolimek, John, (1977), Social Studies in Elementary Edu-cation, McMillan, New York.
Koentjaraningrat, (1977), Metode-metode Penelitian Masya rakat, P.T. Gramedia, Jakarta.
Kirk,-Russel, (1978), Decadence and Renewal-in the Higher
Learning An Episodic History of America University and College Since 1953. Gateway Editions, Ltd, SouthBend, Indiana.
Kennedy, Electronic Communication Systems. McGraw - Hill, Kogakusha, Ltd., Tokyo.
Lewy, Arich, (1977), Planning the School Curriculum. Uni
ted Nations Educational, Scientific and Cultural Or
ganizations.
Nasution, S., (1982), Asas-asas Kurikulum, Jemmars,
Ban
dung.
, (1982), Metoda Research. Jemmars, Bandung.
, (1980), Disertasi Thesis Skripsi Report Paper. Jem
mars, Bandung.
, (1982), Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar &
232
Nasbitt, John, (1982), Megatrends. Werner Books, New York Nolker, Helmut dan Schoenfeldt, (1983), Pendidikan Keju
ruan. PT. Gramedia, Jakarta.
Owen, J.G., (1973)» The Management of Curriculum Develop
ment, Cambridge University Press. Pikiran Rakyat. (1986), Desember.
Pollard, Michael, (1976), A Handbook of Resources for Pri mary. Schools. Wilmer Brothers Ltd., London.
Romine, A. Stephen, (1954), Building the Schools Curricu
lum. The Ronald Press Company, New York.
Raby, Susana, Ed., (1981).-Intelligence : The Batle for
the Mind. H.J. Eysenck Versus Leon Kamin, Pan Books,
Rowntree, Derek, (1982), Educational Technology in Curri
culum Development. Second Edition, Harper and Row, Publishers, London.
Saylor, J. Galen-and Alexander, William, Lewis, Arthur., (1974), Planning Curriculum for Schools. Holt,
Rine-hart and Winston, Inc., New York.
Saylor J. Galen and Alexander William, Lewis ArthurT(1974) Curriculum Planning for Better Teaching and Learning,
Holt Sounders International Editions, Tokyo.
Seely, Samuel, (tanpa tahun), Radio Electronics. McGraw
Hill Electrical and Electronic Engineering Series.
Scot, M. Gladys, (1959), Research Methods. American Asso -ciation for Health Washington D.C.
Sirait K.T., (1984), Masalah Kesenjangan Kuantitatif dan Kualitati f antara Permintaan dan Pengadaan Tenaga
Ker-ja Elektronik Tingkat Tertier. Lustrum ke-V, ITB.
Soegijoko Soegijardjo, (1986), Pengantar Mikroprosesor. Pu
sat Antar Universitas Bidang Mikro-elektronika, ITB.
Suara Karya. (1987), Januari.
Suharsimi Ari Kunto, •( 1985), Prosedur Penelitian.Suatu Pen
dekatan. Praktek, Bina Aksara, Jakarta.
Taba, Hilda, (1962), Curriculum
Development.
Theory
and
Thomas, Murray, (1962), Integrated Teaching Materials. Longman, Green and Company, New York.
Tisna Amidjaja, D.A., (1980), Pola Pembaharuan Sistem
Pen-didikan Tenaga KepenPen-didikan di Indonesia. Depdikbud,
Proyek Pembinaan Pengendalian Proyek-Proyek DIKTI., Jakarta.
Tisna Amidjaja, D.A., (-1980), Pedoman Pelaksanaan Pola Pem
baharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di In
donesia, Depdikbud, Proyek Pembinaan Pengendalian
Proyek-Proyek Dikti., Jakarta.
Toddy, Dennis and Coolen John, (1981), Electronic Commu
nications. Second Edition, Reston Publishing Compa ny, Inc., Canada.
Tuckman,-B.W., (1975), Measuring Educational Outcomes Fun
damentals of Testing. Harcourt Brace Jovanovich, Inc,New York.
Turner, Rufus P., (1957), Transistors Theory and Practice,
Second Edition, D. B. Taraporevala Sons & Co., P. V.T,
Ltd. , India.
William, D^ Cooper, (1978), Electronic Instrumentation and
Measurement Techniques. 2nd Ed., Prentice Hall, Inc,
USA.
Winarno Surachmad, (1969), Pendidikan Indonesia Dalam Tan
tangan, Penyusunan Pedoman Keguruan.
Wojowasito, (1967), Kamus Belanda-Indonesia. Penerbit
Ich-tiar, London.
Wheeler, D.K. , (1967), Curriculum Process. Hodder &
Stough-ten, London.
Zais, Robert S., (1976), Curriculum; Principles and Foun
dations. Harper and Row, Publisher, Inc.Zherebstov, (1969), Fundamentals of Radio. Mir Publishers,