Informasi Dokumen
- Penulis:
- LUKMAN NUR HAKIM
 - Maman Khoeruman
 - Joko Mulyono
 - Sukamto
 - Imam Chotib
 - Moch. Wahyudi
 - Rita Yunia
 - M. Andi S
 - Angga
 
 - Pengajar:
- Drs. Fauzie Rafei, M.Si
 - Jonathan M. Taba
 
 - Sekolah: Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kemendagri
 - Mata Pelajaran: Pengelolaan Aset Desa
 - Topik: Pedoman Umum Kodefikasi Aset Desa
 - Tipe: Pedoman
 - Tahun: 2017
 - Kota: Jakarta
 
Ringkasan Dokumen
I. Latar Belakang dan Tujuan Kodefikasi Aset Desa
Pedoman Umum Kodefikasi Aset Desa 2017 disusun sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa, khususnya Pasal 28 ayat (2). Dokumen ini bertujuan menciptakan kesamaan persepsi mengenai pengelolaan aset desa yang sesuai aturan perundang-undangan. Lebih jauh, pedoman ini bertujuan memberikan kejelasan penggolongan dan kodefikasi aset desa secara nasional, menciptakan penatausahaan aset yang baku, seragam, dan terpadu untuk tertib administrasi dan pengelolaan aset yang efektif dan efisien. Hal ini penting mengingat otonomi desa yang semakin besar menuntut akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan sumber daya, termasuk aset desa.
1.1 Relevansi dengan Tata Kelola Pemerintahan Desa
Pedoman ini sangat relevan dalam konteks good governance di tingkat desa. Dengan sistem kodefikasi yang jelas dan terstandarisasi, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan aset desa meningkat. Sistem ini memudahkan pengawasan masyarakat dan mencegah potensi penyimpangan. Pedoman ini juga mendukung prinsip-prinsip pengelolaan aset yang baik, seperti fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, dan akuntabilitas. Penerapannya berkontribusi pada terwujudnya pemerintahan desa yang bertanggung jawab dan akuntabel kepada masyarakat.
1.2 Pentingnya Keseragaman dan Standarisasi
Salah satu poin penting adalah penciptaan keseragaman dan standarisasi dalam penatausahaan aset desa. Sebelumnya, mungkin terdapat perbedaan metode pencatatan dan penggolongan aset di berbagai desa. Pedoman ini memberikan kerangka kerja yang seragam di seluruh Indonesia, sehingga memudahkan perbandingan data, monitoring, dan evaluasi kinerja pengelolaan aset desa di tingkat nasional. Standarisasi ini juga memudahkan akses informasi dan analisis data untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.
II. Sistem Kodefikasi Aset Desa: Kode Barang, Kode Lokasi, dan Kode Register
Pedoman ini menjabarkan sistem kodefikasi aset desa yang terdiri dari tiga kode utama: Kode Barang, Kode Lokasi Barang, dan Kode Register. Kode Barang menggunakan sepuluh digit angka yang menunjukkan golongan, bidang, kelompok, sub kelompok, dan sub-sub kelompok barang. Kode Lokasi Barang menunjukkan identitas kepemilikan (Kode Desa) berdasarkan Permendagri Nomor 56 Tahun 2015. Kode Register menggabungkan kode lokasi, kode pengguna barang, tahun perolehan, kode barang, dan nomor urut pendaftaran, memberikan identitas unik pada setiap aset desa.
2.1 Analisis Kode Barang dan Implikasinya
Sistem kode barang yang hierarkis (lima level) memungkinkan klasifikasi aset desa yang rinci dan terstruktur. Ini penting untuk inventarisasi, pelaporan, dan analisis aset. Penggunaan kode numerik memudahkan pencarian data, pemrosesan informasi, dan pembuatan laporan. Sistem ini juga menyediakan fleksibilitas untuk penambahan bidang dan sub-bidang baru sesuai kebutuhan di masa mendatang, sehingga pedoman ini dapat beradaptasi dengan perkembangan di lapangan.
2.2 Kode Lokasi dan Kode Register: Aspek Administrasi dan Keamanan
Kode Lokasi Barang memastikan kejelasan kepemilikan aset. Integrasi dengan Kode Desa yang sudah ada memudahkan integrasi data antar instansi pemerintah. Kode Register, dengan nomor urut unik, memberikan identitas yang aman dan mencegah duplikasi data. Sistem ini meningkatkan keamanan aset dan mempermudah pelacakan jika terjadi kehilangan atau kerusakan. Labelisasi barang dengan kode register juga memudahkan identifikasi fisik aset di lapangan.
2.3 Penggunaan Satuan dan Labelisasi
Pedoman ini juga mengatur penggunaan satuan barang yang baku (nasional dan internasional) untuk kuantitas aset. Hal ini penting untuk keakuratan data dan perbandingan antar desa. Labelisasi aset, dengan pengecualian pada beberapa golongan, meningkatkan visibilitas dan keamanan aset. Penyesuaian bentuk dan ukuran label dengan kearifan lokal menunjukkan perhatian terhadap konteks lokal. Meskipun begitu, penting untuk memastikan konsistensi dan keterbacaan kode pada label tersebut.
III. Implikasi Prosedural dan Regulasi
Pedoman ini memiliki implikasi prosedural dan regulasi yang signifikan. Pemerintah desa wajib mengacu pada pedoman ini dalam menatausahakan aset desa. Pedoman ini menjadi acuan dalam proses pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan aset. Ketidakpatuhan terhadap pedoman ini dapat berdampak pada administrasi desa dan potensi permasalahan hukum. Pedoman ini mendukung peningkatan kapasitas aparatur desa dalam pengelolaan aset desa melalui sistem yang lebih tertib dan terintegrasi.
3.1 Penguatan Kapasitas Aparatur Desa
Penerapan pedoman ini menuntut peningkatan kapasitas aparatur desa dalam hal penatausahaan aset. Pelatihan dan pendampingan diperlukan untuk memastikan pemahaman dan implementasi yang tepat. Kemampuan untuk menggunakan sistem kodefikasi dan melakukan penatausahaan aset secara prosedural dan terintegrasi sangat penting untuk keberhasilan pengelolaan aset desa. Kemampuan tersebut akan memastikan keamanan dan keberlanjutan aset desa.
3.2 Aspek Hukum dan Sanksi
Meskipun pedoman ini bukan peraturan perundang-undangan formal, namun acuannya penting untuk memastikan pengelolaan aset desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketidakpatuhan terhadap pedoman ini bisa berimplikasi pada potensi permasalahan hukum terkait pengelolaan aset desa. Pedoman ini menjadi acuan dalam audit dan pengawasan pengelolaan aset desa.