• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR SISWA SMKN DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR SISWA SMKN DI KOTA BANDUNG."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT... iv

PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR GRAFIK... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian... 1

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah... 12

C.Tujuan Penelitian... 13

D.Manfaat Penelitian... 14

E. Struktur Organisasi Disertasi... 14

BAB II KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR DAN KEMATANGAN KARIR SMK A.Hakekat Bimbingan dan Konseling Karir di SMK... 16

1. Konsep Dasar dan Prinsip Bimbingan dan Konseling Karir ... 20

2. Tujuan dan Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Karir ... 27

3. Tugas Perkembangan Karir Siswa SMK ... 34

B.Konsep Kematangan Karir ... 37

1. Pengertian Kematangan karir... 37

(2)

Meningkatkan Kematangan Karir ... 60

1. Konsep Konseling Karir Berdasarkan Pendekatan Trait and Factor ... 65

2. Relevansi Pendekatan Konseling Karir Trait and Factor Untuk Meningkatkan Kematangan Karir ... 73

D.Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 77

E. Asumsi Dasar dan Kerangka Berpikir ... 81

F. Hipotesis Penelitian ... 83

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Metode Penelitian... 84

B.Definisi Operasional Variabel ... 92

C.Pengembangan Instrumen Penelitian... 94

D.Lokasi dan Subjek Penelitian... 101

E. Teknik Analisis Data... 107

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian... 108

1. Studi Pendahuluan... ... 108

2. Hasil Studi Lapangan... ... 111

3. Pengembangan Model Hipotetik Konseling Karir Trait and Factor Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa ... 118

4. Hasil Validasi Rasional Model Konseling Karir Trait and Factor Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa ... 119

5. Hasil Uji Coba Terbatas ... 123

6. Hasil Uji Coba Diperluas ... 125

7. Model Akhir Konseling Karir Trait and Factor Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa... 129

8. Hasil Validasi Model Konseling Karir Trait and Factor Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa ... 147

(3)
(4)

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen kematangan karir siswa (Bagian A) 97 Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen faktor yang mempengaruhi kematangan

karir siswa (Bagian B1) 99

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen faktor yang mempengaruhi kematangan

karir siswa (Bagian B2) 100

Tabel 3.4 Subjek penelitian pengembangan model konseling karir trait

and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa 102 Tabel 3.5 Kriteria kematangan karir 103 Tabel 3.6 Kriteria untuk penafsiran skor kematangan karir 104 Tabel 3.7 Hasil uji normalitas data kematangan karir 105 Tabel 3.8 Hasil uji homoginitas variansi data kematangan karir 106 Tabel 4.1 Profil faktor yang mempengaruhi kematangan karir siswa

SMKN program keahlian Teknik Bangunan per aspek 114 Tabel 4.2 Profil faktor yang mempengaruhi kematangan karir siswa

SMKN program keahlian Teknik Bangunan per bidang keahlian 115 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi upaya siswa meningkatkan kematangan

karir tingkat SMKN total 117

Tabel 4.4 Keterkaitan temuan hasil penelitian dengan model konseling

Karir trait and factor 141

Tabel 4.5 Paired samples statistics kelompok siswa SMKN 5 Bandung 126 Tabel 4.6 Paired samples test kelompok siswa SMKN 5 Bandung 126 Tabel 4.7 Paired samples statistics kelompok siswa SMKN 6 Bandung 127 Tabel 4.8 Paired samples test kelompok siswa SMKN 6 Bandung 128 Tabel 4.9 Paired samples test kelompok eksperimen 148

Tabel 4.10 Group statistics 149

Tabel 4.11 Independent samples test 149 Tabel 4.12 Hasil perhitungan ANCOVA skor posttest kematangan karir

(5)

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran 83

(6)

Grafik 1.1 Perkembangan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia 2 Grafik 4.1 Profil kematangan karir siswa SMKN Program Keahlian

Teknik Bangunan 109

Grafik 4.2 Profil aspek-aspek kematangan karir siswa SMKN Program

Keahlian Teknik Bangunan 110

Grafik 4.3 Profil faktor yang mempengaruhi kematangan Karir Siswa

SMKN Program Keahlian Teknik Bangunan 113

Grafik 4.4 Peningkatan indikator aspek kematangan karir siswa pasca

(7)

Lampiran I Rangkuman Hasil Penimbangan Pakar dan Uji Keterbacaan Instrumen

Penelitian 184

Lampiran II Data dan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 197 Lampiran III Instrumen Penelitian Sebelum dan Setelah Uji Coba 237 Lampiran IV Model Hipotetik Konseling Karir Trait and Factor untuk Meningkatkan

Kematangan Karir Siswa 253

Lampiran V Data Hasil Validasi Rasional Model Konseling Karir 280 Lampiran VI Surat Keputusan Direktur SPS UPI 283 Lampiran VII Surat Permohonan Izin Melakukan Observasi/ Penelitian 286 Lampiran VIII Surat Keterangan Selesai Penelitian 288

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia pekerjaan. Bidang pekerjaan semakin terdiferensiasi atau terspesifikasi di samping dirasakan semakin banyak juga mempersyaratkan kemampuan yang lebih tinggi, sehingga persaingan untuk memasuki dunia kerja juga semakin ketat dan kompetitif. Di sisi lain, sistem penerimaan kerja yang berorientasi pada formasi, kini cenderung berubah kearah kualifikasi dan kompetensi. Akibatnya, apabila seseorang tidak mempersiapkan diri secara baik dan maksimal sebagai sumber daya manusia yang handal, dikhawatirkan akan kalah dalam persaingan di dunia pekerjaan, yang pada akhirnya akan menjadi pengangguran.

(9)

Grafik 1.1.

Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia Menurut Pendidikan Februari 2008 – Agustus 2009

(Dalam Persen)

Berdasarkan grafik 1.1, TPT untuk pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi yaitu sebesar 14,59 persen pada Agustus 2008, TPT SMK pada Februari 2009 sebesar 15,69 persen dan TPT SMK pada Agustus 2009 sebesar 17, 26 persen. Padahal, sejak tahun 2007 kebijakan pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) hingga pada tahun 2015 mentargetkan proporsi SMK : SMA menjadi 70 : 30, dengan harapan agar lulusannya yang ingin bekerja bisa langsung masuk ke pasar kerja (BPS, 2009).

(10)

Di sisi lain, walaupun pemerintah terus mendorong minat lulusan SLTP untuk melanjutkan studi di SMK namun sejauh ini daya serap lapangan kerja terhadap lulusan SMK masih rendah. Idealnya secara nasional yang bisa langsung memasuki dunia kerja sekitar 80-85 persen, sedangkan selama ini yang terserap baru 61 persen (Samsudi, Republika Online: Senin, 31 Maret 2008).

Peserta didik pada SMK dibekali oleh berbagai keterampilan yang sesuai dengan bidang kejuruan yang dipilihnya, sehingga diharapkan kelak setelah lulus dapat langsung bekerja atau berwirausaha. Usia siswa SMK berada pada masa remaja (rentang 15/16 – 18/19 tahun) yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Hal tersebut ditandai terjadinya gejolak di dalam dirinya terkait dengan masalah-masalah sikap, hubungan sosial, moral dan intelektualnya. Perubahan fisik dan psikis pada masa peralihan sangat mempengaruhi dan mengganggu kesetabilan kepribadiannya.

(11)

emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, (5) Melakukan pemilihan dan persiapan untuk jabatan, (6) Memperoleh kebebasan ekonomi, (7) Persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga, (8) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik, (9) Memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial, dan (10) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman berperilaku.

Tugas-tugas perkembangan di atas menggambarkan kebutuhan individu siswa yang harus diperoleh dari pengalamannya selama mengikuti pembelajaran di sekolah, interaksi dengan masyarakat, dan pola hubungan keluarganya. Sejalan dengan kebutuhan tersebut, pembelajaran di SMK seyogyanya memiliki ciri kepekaan atau daya suai terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja pada khususnya. Komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja ditandai dengan selalu menyesuaikan pada perkembangan ilmu dan teknologi, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi dan jasa. Dengan demikian, diharapkan pendidikan kejuruan bersifat responsif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi untuk menghadapi prospek karir siswa sebagai calon tenaga kerja tingkat menengah dimasa mendatang.

(12)

memberikan penghasilan. Padahal karir tidak sesederhana itu, karir lebih dari sekedar memperoleh pekerjaan dan jabatan. Karir memiliki perspektif jangka panjang dan terkait dengan tujuan hidup. Karir sangat berkaitan dengan perkembangan personal seseorang dan menjadi bagian penting dalam kesuksesan hidup. Mengingat nilai strategisnya, karir perlu direncanakan secara baik.

Menurut Isaacson & Brown (1997) pekerjaan tidak serta merta merupakan karir. Pekerjaan (work, job, employment) bersifat sementara, artinya masih memungkinkan seseorang merasa kurang cocok dan cenderung berubah-rubah, sehingga menunjuk pada setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan karir (career) merupakan pekerjaan atau jabatan yang diyakini sebagai panggilan hidupnya, yang mewarnai seluruh gaya hidupnya. Oleh karena itu, dalam memilih karir dibutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang.

(13)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan karir dimasa remaja meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dimiliki seseorang yang akan mempengaruhi perkembangan karirnya adalah nilai -nilai kehidupan yang ia anut, taraf inteligensi, bakat khusus yang dimiliki, minat, sifat, informasi tentang bidang-bidang pekerjaan, serta keadaan fisik seseorang. Sedangkan faktor eksternal yang akan mempengaruhi perkembangan karir seseorang adalah masyarakat (lingkungan sosial budaya), keadaan sosial ekonomi suatu negara atau daerah, status sosial-ekonomi keluarga, pengaruh dan ekspektasi dari keluarga besar dan inti, pendidikan, pertemanan, serta tuntutan yang melekat pada masing-masing pekerjaan.

Beberapa permasalahan yang dialami para siswa SMK saat ini, di antaranya ada kecenderungan siswa SMK belum mampu mengetahui kemampuan yang ada pada dirinya dan belum mampu menyelaraskan kemampuan tersebut untuk memilih karir yang sesuai dengan keadaan dirinya. Oleh karena itu, masalah pilihan karir siswa SMK memegang peranan sangat penting karena siswa diharapkan setelah lulus dapat sukses membina karir dimasa depan. Namun dalam kenyataannya banyak lulusan SMK menghadapi kesulitan dalam menentukan jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan potensinya, tidak dapat menerapkan keterampilan yang diperolehnya di masyarakat, dan bahkan tidak dapat mengambil keputusan dalam pilihan karirnya.

(14)

bekerja sebagai awal dalam meniti karir yang dipilihnya, bahkan kalaupun mereka bekerja ternyata tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya . Adanya rasa ketidakpuasan dalam bekerja dan cenderung asal mendapat pekerjaan, di samping ada juga yang memilih untuk berwirausaha atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Hasil identifikasi kesenjangan kompetensi lulusan SMK untuk bekerja di dunia usaha dan industri (DUDI), baik pada aspek hard skill maupun soft skill mengindikasikan bahwa SMK perlu memberikan perhatian yang lebih dalam membekali lulusannya. Pengembangan secara berimbang baik aspek hard skill seperti: pemahaman instruksi kerja, wawasan kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, dan pemahaman standart operational

procedure (SOP) yang diterapkan di DUDI, maupun aspek soft skill seperti:

kedisiplinan, kejujuran, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan adaptasi, harus menjadi prioritas utama pihak SMK. Hal di atas sejalan dengan pendapat Chaniago, B., (2009) bahwa soft skill adalah kemampuan yang digunakan dalam berinteraksi, berhubungan, serta bekerja sama dengan orang lain. Soft skill begitu signifikan diperlukan oleh siswa-siswa SMK sebagai persiapan terjun di dunia kerja.

(15)

konseling (BK) dalam melakukan eksplorasi dan komitmen vokasional. Mungkin mereka membutuhkan informasi dari orang lain, tetapi sebagai pribadi mereka bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya. Mereka akan memandang guru BK sebagai "salah satu" sumber informasi, bukan "satu-satunya" sumber informasi.

Kematangan karir siswa SMK adalah kematangan dalam memilih karir yang akan menjadi pilihan dan jalan hidupnya dimasa depan. Pemilihan karir merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hayat bagi mereka yang mencari banyak kepuasan dari pekerjaannya. Pemilihan karir yang dibuat pada awal proses perkembangan vokasional sangat berpengaruh terhadap pilihan-pilihan selanjutnya, sehingga untuk membentuk sikap tersebut secara optimal, di SMK mutlak dibutuhkan program bimbingan karir.

(16)

dan memasuki dunia kerja, di samping tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kecenderungan penyelenggaraan bimbingan dan konseling karir belum sesuai dengan hakikat bimbingan dan konseling karir di SMK pada umumnya. Siswa masih belum mengetahui arti pentingnya layanan bimbingan dan konseling karir bagi dirinya. Akibatnya, ketika guru BK masuk ke kelas untuk memberi penjelasan secara umum tentang segala sesuatu yang menyangkut prospek karir, siswa terkadang masih menyepelekan. Artinya, program bimbingan dan konseling karir tersebut belum dilaksanakan secara terarah, sistematis dan optimal, sehingga terlihat kurang efektif. Hal ini terjadi karena program layanan bimbingan dan konseling karir masih dilaksanakan secara insidental.

Salah satu pentingnya bimbingan dan konseling di SMK, terutama bidang karir adalah memberikan gambaran dan harapan yang akan dicapai oleh siswa dimasa yang akan datang di dunia karirnya. Hal di atas, mengindikasikan perlu dikembangkan suatu model bimbingan dan konseling karir yang efektif. Adanya keterpaduan antara program bimbingan karir dan pembelajaran di sekolah akan menghasilkan lulusan SMK yang siap kerja dan memiliki kematangan karir. Salah satu pendekatan konseling karir yang bertujuan untuk meningkatkan kematangan karir siswa adalah konseling karir trait and factor.

(17)

analisis pekerjaan (misalnya kegiatan bimbingan kelompok yang bertujuan memperoleh gambaran diri vokasional, pemberian dan eksplorasi informasi karir), dan mengintegrasikannya dalam wujud penentuan pilihan karir dalam layanan-layanan bimbingan yang kontinyu, baik berupa pertemuan individual maupun layanan-layanan lain.

Beberapa alasan peneliti terkait dengan perlunya konseling karir trait

and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa ditinjau dari hakekat

teori trait and factor, adalah: Pertama, setiap individu memiliki seperangkat

trait yang unik yang dapat diukur secara valid dan reliabel (akurat dan

stabil); Kedua, bidang pekerjaan menuntut individu memiliki trait tertentu untuk mencapai keberhasilan, meskipun individu pekerja yang memiliki trait dengan rentangan dan jenis karakteristik (kemampuan) yang beragam akan menuai keberhasilan dalam pekerjaan yang tersedia; Ketiga, memilih pekerjaan adalah proses yang agak linier/langsung dan mungkin dilakukan dengan mencocokkan trait yang dimiliki individu dengan tuntutan bidang kerja tertentu; dan Keempat, semakin dekat hubungan (kesesuaian) antara karakteristik personal (trait) dengan tuntutan dunia kerja, akan semakin besar kemungkinan sukses kerja yang berupa produktivitas dan kepuasan kerja (productivity and satisfaction).

(18)

sehingga membantu siswa mengenal diri sendiri dan mengenal ciri-ciri lingkungan. Kedua hal ini sangat diperlukan sebagai masukan dalam memikirkan pilihan okupasi secara matang. Bimbingan dan konseling karir memiliki tujuan diantaranya dapat meningkatkan pengetahuan tentang dunia kerja dan dapat mengembangkan sikap, nilai-nilai diri sendiri serta dalam menghadapi pilihan pekerjaan dan persiapan memasukinya.

(19)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pada usia remaja (siswa SMA/SMK) seseorang seharusnya telah mengambil keputusan karir. Untuk dapat memilih dan merencanakan karir secara tepat, dibutuhkan kematangan karir. Kematangan karir meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kem ampuan memilih suatu pekerjaan, dan kemampuan untuk merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan. Kematangan dalam menentukan pilihan karir dan langkah-langkah pendidikan dan pelatihan yang tepat akan mengantar seseorang menjadi individu memiliki kematangan karir yang mempunyai daya saing dalam bursa kerja. Sebaliknya, belum matangnya karir seseorang dapat menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan karirnya.

(20)

Melalui bimbingan dan konseling karir di SMK diharapkan siswa mampu untuk memahami dirinya, tingkat kemampuannya serta mampu mengetahui gambaran yang lengkap tentang karakteristik karirnya. Dengan demikian, siswa dapat menumbuhkan profesionalisme dalam menghadapi dunia kerja dan kematangan siswa dalam memilih karir yang akan dijalaninya nanti berdasarkan kemampuan yang dimiliki.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah model konseling karir trait and factor efektif untuk

meningkatkan kematangan karir siswa SMK?”. Agar penelitian ini lebih

terfokus, maka secara rinci rumusan masalah penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kematangan karir siswa SMK?

2. Faktor-faktor apakah yang menentukan kematangan karir siswa SMK? 3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan siswa untuk meningkatkan

kematangan karir siswa SMK?

4. Bagaimana model hipotetis konseling karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMK?

5. Bagaimana efektifitas model konseling karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMK?

C. Tujuan Penelitian

(21)

Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut perlu ditemukan terlebih dahulu gambaran: (1) kematangan karir siswa SMK, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir siswa SMK, (3) jenis upaya yang dilakukan siswa dalam meningkatkan kematangan karir siswa SMK, (4) model hipotetis konseling karir trait and factor, dan (5) efektifitas model konseling karir trait

and factor dalam meningkatkan kematangan karir siswa SMK.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna untuk membantu memperkaya dan mengembangkan khasanah teori tentang dinamika kematangan karir siswa dan melengkapi berbagai model intervensi konseling karir untuk meningkatkan kematangan karir. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dipergunakan oleh guru bimbingan dan konseling (konselor) sebagai rujukan dalam memberikan bimbingan karir kepada siswa SMK sehingga dapat meningkatkan kematangan karir siswa. Bagi dunia usaha/industri, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal dalam proses rekruitme n tenaga kerja yang terkait dengan tingkat kematangan karir siswa SMK.

E. Struktur Organisasi Disertasi

(22)
(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model konseling karir dengan pendekatan trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir (career

maturity) siswa. Kerangka isi dan komponen model disusun berdasarkan kajian

konsep dan teori kematangan karir, kajian konsep konseling trait and factor, kajian hasil penelitian terdahulu yang relevan, analisis permasalahan kematangan karir, dan kajian empiris tentang kondisi aktual layanan bimbingan dan konseling karir yang terkait dengan peningkatan kematangan karir.

Dalam penelitian ini, metode kuantitatif dan kualitatif digunakan secara bersama-sama. Menurut Cresweel (2002), terdapat tiga model metode kualitatif-kuantitatif, yaitu two-phase design, dominant-less dominant design, dan mixed

methods design. Dalam penelitian ini dipilih mixed methods design, karena

metode kuantitatif dan kualitatif digunakan secara terpadu dan saling mendukung. Design ini termasuk exploratory mixed methods yaitu prosedur penelitian dilakukan menggunakan kualitatif untuk mengeksplorasi dan menganalisis suatu gejala, dan kemudian mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif yang berkaitan dengan data kualitatif.

(24)

kematangan karirnya. Selain angket, metode kuantitatif digunakan untuk menguji efektifitas model konseling karir trait and factor.

Metode kualitatif dilakukan dengan fokus group discussion (FGD) melibatkan konselor sekolah sebagai peserta diskusi untuk mengkaji substansi model hipotetik konseling karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa. Selain FGD, metode kualitatif digunakan untuk mengamati pelaksanaan model pada waktu pelaksanaan uji coba model.

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian pengembangan ini diarahkan sebagai “a process used to develop and validate educational product” (Borg & Gall, 2003). Produk dalam bidang pendidikan yang

dimaksud adalah berupa model konseling karir trait and factor yang efektif untuk meningkatkan kematangan karir siswa.

Penelitian dan pengembangan dalam pelaksanaannya menggunakan beberapa metode, yaitu metode deskriptif, metode partisipatif kolaboratif dan metode eksperimental. Tujuan setiap metode penelitian tersebut, yaitu:

(25)

masalah penelitian ini, yaitu : (1) Bagaimana gambaran kematangan karir siswa SMK?, (2) Faktor-faktor apakah yang menentukan kematangan karir siswa SMK?, dan (3) Upaya-upaya apakah yang dilakukan siswa untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMK?

2. Metode partisipatif kolaboratif untuk proses uji kelayakan model hipotetik konseling karir trait and factor. Uji kelayakan model dilaksanakan dengan uji rasional, uji keterbacaan, uji kepraktisan dan uji coba terbatas. Uji rasional melibatkan empat orang pakar konseling, uji keterbacaan melibatkan 15 siswa dari berbagai jurusan (bidang keahlian) di SMKN di Kota Bandung, sedangkan uji kepraktisan dilaksanakan melalui diskusi terfokus dengan melibatkan para guru bimbingan dan konseling pada beberapa jurusan (bidang keahlian) di SMKN di Kota Bandung. Data atau informasi yang diperoleh melalui metode ini berupa data kualitatif yang akan menjawab masalah penelitiana: “Bagaimana model hipotetis konseling karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMK?”.

3. Metode eksperimental menggunakan teknik eksperimen semu (quasi

experimental design) yang menggunakan rancangan Pretest-Posttest

Nonequivalent Group Design. Dilaksanakan dalam uji lapangan model

hipotetik untuk memperoleh gambaran efektivitas model konseling karir trait

and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa, dan menjawab

masalah penelitian: “Bagaimana efektifitas model konseling karir trait and

(26)

Selanjutnya, menurut Borg & Gall (2003), tahapan yang seyogyanya ditempuh dalam penelitian pengembangan ini meliputi: (1) penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting), (2) perencanaan (planning), (3) pengembangan model awal (develop preliminary form of product), (4) uji coba model awal (preliminary field testing), (5) revisi model awal (main

product revision), (6) uji coba terbatas (main field testing), (7) revisi model uji

coba (operational product revision), (8) uji coba lebih luas (operational field

testing), (9) revisi model akhir (final product revision), dan (10) desiminasi dan

implementasi (dissemination and implementation). Tahap desiminasi dan implementasi tidak termasuk kegiatan yang dilaksanakan peneliti. Untuk keperluan sosialisasi dan distribusi akan dilakukan melalui penulisan artikel pada jurnal ilmiah. Berikut ini digambarkan langkah pengembangan model konseling:

VALIDASI PENGEMBANGAN

PERENCANAAN PELAPORAN

STUDI PENDAHULUAN

DESAIN AKHIR UJI COBA LEBIH LUAS

- Desain halus - Implementasi - Evaluasi - Penyempurnaan UJI COBA TERBATAS

- Desain kasar - Implementasi - Evaluasi - Penyempurnaan L A P O R A N UJI MODEL

- Tes awal - Implementasi - Tes akhir

KONKLUSI - Rumusan model awal - Uji kelayakan terbatas model STUDI LITERATUR - Teori

- Hasil penelitian terdahulu STUDI LAPANGAN - Kondisi kematangan karir siswa

- Kondisi guru BK - Kondisi

pelaksanaan BK - Kondisi sarana

dan prasarana BK

Gambar 3.1 STUDI

LITERATUR - Teori

- Hasil penelitian terdahulu STUDI LAPANGAN - Kondisi kematangan karir siswa

- Kondisi guru BK - Kondisi

pelaksanaan BK - Kondisi sarana

(27)

Masing-masing dari tahapan penelitian pengembangan model diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengumpulan Data

Pada tahap ini, ada dua hal yang dilakukan yaitu studi literatur dan studi lapangan. Pada studi literatur, digunakan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan teoritis yang memperkuat model yang akan dikembangkan. Melalui studi literatur dikaji ruang lingkup model, keluasan penggunaan, kondisi pendukung, dan langkah-langkah yang paling tepat untuk mengembangkan model. Studi literatur memberikan gambaran hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan untuk mengembangkan model.

2. Perencanaan

Hasil studi pendahuluan yang telah diuraikan di atas, selanjutnya dijadikan sebagai bahan masukan untuk merumuskan model awal (hipotetik) konseling karir

trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa. Struktur model awal

konseling karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa meliputi: (1) Rasional, menjelaskan pentingnya konseling karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa. (2) Tujuan, menjelaskan gambaran tentang sikap dan perilaku siswa yang diharapkan muncul melalui model konseling karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa. (3) Asumsi, menjelaskan prinsip-prinsip mendasar dalam melaksanakan layanan konseling karir trait and factor. (4) Target intervensi, menjelaskan perubahan yang terjadi pada pribadi siswa yang terlibat dalam konseling karir trait and

(28)

model konseling karir trait and factor (6) Langkah-langkah model, menjelaskan aktivitas yang harus dijalani oleh konselor dan proses konseling tahapan pelaksanaan konseling yang dimulai dari kegiatan persiapan dan kegiatan pokok. Kegiatan pokok meliputi tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap penutup. Masing-masing tahapan mencakup beberapa langkah atau sesi. (7) Kompetensi konselor, menjelaskan keahlian-keahlian yang dituntut pada konselor yang akan menyelenggarakan layanan konseling karir trait and factor. (8) Struktur dan isi intervensi, menjelaskan gambaran singkat tentang langkah kerja atau kegiatan yang dilakukan untuk mengimplementasikan model, dan 9) Evaluasi dan indikator keberhasilan, menjelaskan tentang proses mengukur keberhasilan konseling konseling karir trait and factor, serta indikator keberhasilannya.

3. Pengembangan Model Awal (Hipotetik)

Model awal (hipotetik) merupakan draft kasar dari model yang akan dibuat. Meskipun demikian, draft model tersebut disusun selengkap dan sesempurna mungkin. Draft atau model awal dikembangkan oleh peneliti berdasarkan hasil kajian konseptual, kajian hasil penelitian terdahulu, dan kondisi objektif kematangan karir hasil penelitian pendahuluan.

4. Uji Coba Model Awal

(29)

dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Validasi rasional model selain dilakukan melalui konsultasi dengan pakar bimbingan dan konseling, juga dengan cara peneliti menyampaikan rumusan model konseling untuk ditelaah oleh para pakar dan memberikan saran/masukan sebagai bahan penyempurnaan model konseling sebelum diujicobakan ke lapangan.

5. Revisi Model Awal

Hasil validasi rasional terhadap rumusan model awal konseling dijadikan sebagai bahan masukan untuk pengembangan model. Sebelum dilakukan uji coba lapangan, dilakukan diskusi dan pembahasan terhadap model konseling di sekolah dengan guru bimbingan dan konseling. Tanggapan dan komentar dari para guru tersebut menjadi pertimbangan dalam menyempurnakan model konseling, terutama berkaitan dengan implementasi model dan kemungkinan pemberlakuan model di sekolah.

6. Uji Coba Terbatas

(30)

7. Revisi Model Uji Coba Terbatas

Penyempurnaan model dilakukan setelah uji coba terbatas di SMKN 6 Bandung. Pada tahap penyempurnaan model awal ini dilakukan hanya pada satu kelas dan menggunakan pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih difokuskan terhadap proses, sehingga revisi yang dilakukan bersifat penyempurnaan internal model, seperti keseuaian waktu, materi, dan langkah konseling. Hasil revisi model konseling karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMK terlampir.

8. Uji Coba Lapangan Lebih Luas

Uji coba ini dilakukan agar model yang dikembangkan memenuhi standar tertentu. Oleh karena itu target populasinya pun disesuaikan. Uji coba dan penyempurnaan pada tahap model awal masih difokuskan kepada pengembangan dan penyempurnaan materi model, belum memperhatikan kelayakan dalam konteks populasi. Kelayakan populasi dilakukan dalam uji coba dan penyempurnaan model yang telah disempurnakan. Dalam tahap ini, uji coba dan penyempurnaan dilakukan dalam jumlah sampel yang lebih luas yaitu berasal dari dua sekolah, dengan sampel subjek 30 orang (masing-masing sekolah diambil 15 orang siswa). Langkah-langkah uji coba model lebih luas ini sesuai dengan hasil penyempurnaan uji model terbatas dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

(31)

uji coba model ini dilakukan secara sistematis sesuai dengan langkah-langkah dan prosedur yang terdapat dalam model hasil revisi.

9. Revisi Model Akhir

Penyempurnaan model dari hasil uji lapangan lebih luas ini lebih memantapkan model yang dikembangkan, karena uji cobanya dilaksanakan pada sampel yang lebih luas (dua kelas masing-masing satu kelas SMKN 5 dan SMKN 6 Bandung). Hasil evaluasi selain perbaikan yang bersifat internal, juga penyempurnaan model ini didasarkan pada evaluasi hasil, sehingga pendekatan yang digunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.

B.Definisi Operasional Variabel 1. Kematangan Karir Siswa SMK

Definisi kematangan karir dalam penelitian ini adalah keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas perkembangan karir yang ditandai dengan memiliki: (1) informasi tentang diri seperti kebutuhan, peran hidup, nilai kerja, minat terhadap jabatan, dan dan informasi lain yang relevan, (2) kemampuan untuk mengambil keputusan yang efektif dalam memilih karir, (3) pengetahuan tentang dunia kerja, (4) kemampuan untuk mengintegrasikan informasi diri dengan informasi karir, dan (5) kemampuan untuk membuat dan menerapkan suatu rencana karir.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir Siswa

(32)

Lingkungan masyarakat tempat tinggal (LM), (3) Wawasan tentang dunia kerja (WD), (4) Lingkungan sekolah (LS), (5) Dukungan infrastruktur dalam membantu rencana karir masa depan (DI), dan (6) Sikap terhadap konsepsi pekerjaan/jabatan (SK).

3. Upaya Siswa untuk Meningkatkan Kematangan Karir

Upaya siswa yang dilakukan siswa dalam penelitian ini mencakup: (1) Diskusi dengan guru BK, (2) Diskusi dengan guru mata pelajaran, (3) Diskusi dengan orang tua, (4) Diskusi dengan saudara kandung (kakak yg sudah bekerja), (5) Diskusi dengan saudara ayah/ibu, (6) Diskusi dengan teman sekolah, (7) Diskusi dengan teman di rumah, (8) Membaca buku/majalah tentang dunia kerja/karir, (9) Menghadiri seminar/diskusi tentang karir, (10) Memperhatikan acara, tayangan, informasi dunia kerja/karir di internet/televisi, (11) Memanfaatkan waktu luang untuk bekerja sesuai bidang yang diinginkan, dan (12) Memperhatikan iklan-iklan lowongan kerja, dll.

4. Model Konseling Karir Trait and Factor

Model konseling karir trait and factor adalah pola pemberian bantuan kepada siswa yang dilakukan dengan melakukan tiga model aktivitas. Pertama, analisis diri (personal analysis), yaitu mempelajari individu dengan cara menggali informasi tentang diri dengan mengandalkan berbagai alat tes terstandar. Kedua, analisis pekerjaan (job analysis), yaitu mempelajari lapangan kerja sehingga individu memperoleh gambaran tentang ciri-ciri, tuntutan, imbalan yang akan diperoleh, dan segala sangsi yang terkandung, tantangan yang akan dihadapi,

(33)

Ketiga, mengintegrasikan trait and factor dengan lapangan kerja dengan cara mencocokkan karakter diri individu dengan lapangan kerja, sehingga individu memiliki dasar yang kuat dalam menentukan pilihan pekerjaan.

Model konseling karir trait and factor memungkinkan hubungan antara guru/konselor dengan konseli merupakan hubungan guru ke siswa. Keterlibatan konselor secara ekslusif dalam langkah-langkah proses konseling diawali dengan: analisis atau pengumpulan data yang relevan; sintesis atau organisasi dari data itu untuk memperoleh gambaran yang selengkap mungkin tentang konseli; diagnosis atau pernyataan kesimpulan tentang semua unsur pokok masalah konseli dan sebab-musababnya; prognosis atau perkiraan tentang perkembangan konseli selanjutnya serta berbagai implikasi dari hasil kegiatan diagnosis; konseling atau wawancara terhadap konseli untuk memikirkan penyelesaian terhadap problem yang dihadapi konseli; tindak lanjut (follow-up) atau bantuan kepada konseli apabila timbul masalah lagi dan evaluasi terhadap efektifitas konseling.

C.Pengembangan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini telah dikembangkan tiga perangkat instrumen penelitian, yaitu: (1) Angket pengungkap kematangan karir siswa SMK (Bagian A), (2) Angket pengungkap faktor yang mempengaruhi kematangan karir siswa (Bagian B), dan (3) Angket pengungkap upaya-upaya yang dilakukan siswa SMK dalam meningkatkan kematangan karir (Bagian C).

(34)

negatif. Setiap pernyataan disediakan dua alternatif pilihan jawaban (dikotomi),

yaitu “ya” atau “tidak”. Selanjutnya, untuk mengetahui gambaran kematangan

karir siswa, apabila siswa menjawab “ya” untuk item pernyataan positif

memperoleh skor satu (1) dan jika menjawab “tidak” memperoleh skor nol (0).

Pada item pernyataan negatif berlaku sebaliknya, yaitu apabila siswa menjawab

“ya” memperoleh skor nol (0) dan jika menjawab “tidak” memperoleh skor satu

(1).

Data faktor yang mempengaruhi kematangan karir siswa dijaring melalui instrumen faktor yang mempengaruhi kematangan karir siswa terdiri atas dua bagian. Pertama, bagian B1 untuk mengungkap aspek lingkungan keluarga dan teman (LK), lingkungan masyarakat tempat tinggal (LM), dan wawasan tentang dunia kerja (WD). Skala penilaian yang digunakan untuk setiap item pernyataan disediakan empat alternatif pilihan yaitu: tidak pernah (TP), kadang-kadang (KD), sering (SR), dan selalu (SL). kedua, bagian B2 untuk mengungkap aspek lingkungan sekolah (LS), dukungan infrastruktur (DI), dan sikap terhadap terhadap konsepsi pekerjaan/jabatan (SK). Skala yang digunakan model skala Likert, di mana untuk setiap item pernyataan disediakan empat alternatif pilihan yaitu: tidak setuju (TS), kurang setuju (KS), setuju (ST), dan sangat setuju (SS).

(35)

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data yang layak dipakai, setiap item yang dikembangkan dari kisi-kisi instrumen (sebanyak 50 item untuk Format A, 65 item untuk Format B, dan 12 item untuk Format C) dikoreksi oleh tiga orang penimbang untuk dikaji secara rasional dari segi isi dan redaksi item, serta ditelaah kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap. Ketiga penimbang tersebut sebagai pakar konseling yang memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai, dan berkualifikasi pendidikan doktor konseling. Setiap penimbang memberikan koreksinya. Terhadap item yang menurut penimbang kurang layak, dilihat dari segi materi, konstruksi, atau bahasa, dilakukan revisi seperlunya sesuai dengan saran-saran para penimbang tersebut.

Pada langkah berikutnya sebelum dilakukan uji coba instrumen, dihadirkan para siswa SMK kelas XI sebanyak 15 orang untuk melakukan uji keterbacaan terhadap setiap butir item dalam instrumen. Terhadap item pernyataan yang dirasakan sulit dipahami oleh siswa dilakukan penyempurnaan, baik dari segi materi, konstruksi, terutama dalam penggunaan bahasa. Rangkuman hasil penimbangan pakar dan uji keterbacaan ini dijadikan bahan untuk perbaikan dan pengembangan instrumen sebelum diujicobakan disajikan di lampiran I.

Kegiatan uji coba instrumen melibatkan sebanyak 80 siswa yang diambil masing-masing 40 orang siswa kelas XI dari SMKN 5 dan SMKN 6 Bandung. Perhitungan uji validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan program SPSS for

Window versi 15.0. Hasil uji validitas instrumen kematangan karir (Bagian A)

(36)

nomor: 14, 22, 30, 32, 38, 42, dan 48. Hasil uji reliabilitas instrumen kematangan karir diperoleh koefisien Spearman-Brown = 0,939.

[image:36.595.110.524.278.756.2]

Kisi-kisi instrumen kematangan karir hasil penimbangan tim pakar, hasil uji keterbacaan, dan hasil uji coba (validitas dan reliabilitas) yang selanjutnya digunakan sebagai instrumen penelitian untuk menjaring data kematangan karir siswa (Bagian A) disajikan pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Kematangan Karir Siswa (BAGIAN A)

ASPEK INDIKATOR PULTA

RESPON-DEN NOMOR ITEM a. Informasi diri (Self Information/ SI) 1) Memahami kebutuhan-kebutuhan dalam memilih

pekerjaan (needs) 2) Memahami

peran-peran hidup dalam memilih pekerjaan (life roles)

3) Memahami nilai-nilai kerja dalam memilih bidang pekerjaan (work values) 4) Memahami minat

dalam memilih bidang pekerjaan (occupational

interests) 5) Mengetahui

informasi lain yang relevan (other

relevant information)

Kuesi-oner

Siswa 1,2

3,4 5,6 7,8 9,10,11,12 b. Pengambilan keputusan (Decision Making/ DM)

1) Mengenali kebutuhan akan suatu keputusan

2) Menentukan tujuan membuat keputusan

3) Memiliki alternatif keputusan lain

4) Mengevaluasi

Kuesi-oner

Siswa 13

15,16

17,18

(37)

alternatif keputusan

5) Memilih alternatif yang terbaik 21 c. Informasi karir (Career Information/ CI)

1) Memiliki kesadaran terhadap informasi karir

2) Memiliki sikap positif terhadap informasi karir

3) Mengetahui sumber-sumber informasi karir

4) Memiliki komitmen karir masa depan

Kuesi-oner

Siswa 23,24,25

26,27 28,29 31 d. Memadukan antara informasi diri dengan informasi karir (Integration

of SI with CI/INT)

1) Memahami tuntutan karir yang akan dipilih

2) Mampu memadukan informasi diri dan informasi karir

Kuesi-oner

Siswa 33,34,35,

36,37 39,40, 41 e. Perencanaan karir (Career Planning/ CP)

1) Memahami persiapan rencana karir

2) Memahami penerapan rencana karir

Kuesi-oner

Siswa 43,44,45,

46,47

49,50

Jumlah item instrumen kematangan karir (Bagian A) setelah item yang tidak valid (tujuh butir) dibuang menjadi berjumlah 43 item. Selanjutnya, pemberian nomor yang baru dalam instrumen setelah hasil uji coba diurutkan kembali mulai dari nomor 1 s.d nomor 43.

(38)
[image:38.595.107.518.276.560.2]

hasil penimbangan tim pakar, hasil uji keterbacaan, dan hasil uji coba (validitas dan reliabilitas) yang selanjutnya digunakan sebagai instrumen penelitian untuk menjaring faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir siswa (Bagian B1) disajikan pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir Siswa (BAGIAN B1)

ASPEK INDIKATOR PULTA

RESPON-DEN NOMOR ITEM 1. Lingkungan keluarga dan teman (LK) 1) Keterlibatan keluarga

2) Keterlibatan teman-teman

Kuesi-oner

Siswa 1,7,13,19,24, 25,31,32,34 2,8,14,20,26, 33 2. Lingkungan masyarakat tempat tinggal (LM)

1) Keterlibatan orang dewasa di

lingkungan masyarakat

2) Kondisi lingkungan tempat tinggal

Kuesi-oner

Siswa 3,9,15, 27, 35 4,10,16,21, 28 3. Wawasan tentang dunia kerja (WD) 1) Usaha mendapatkan wawasan dunia kerja

2) Manfaat wawasan tentang dunia kerja

Kuesi-oner

Siswa 5,11,17,22, 29

6,12,18,23, 30

Jumlah item instrumen faktor yang mempengaruhi kematangan karir di atas (Bagian B1) setelah item yang tidak valid (satu butir) dibuang menjadi berjumlah 34 item. Selanjutnya, pemberian nomor yang baru dalam instrumen setelah hasil uji coba diurutkan kembali mulai dari nomor 1 s.d nomor 34.

(39)

butir dari 30 butir, yaitu butir nomor: 2, 10, 25, 28, dan 30. Hasil uji reliabilitas instrumen faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir diperoleh koefisien

Spearman-Brown = 0,819. Kisi-kisi instrumen faktor-faktor yang mempengaruhi

[image:39.595.107.519.276.758.2]

kematangan karir hasil penimbangan tim pakar, hasil uji keterbacaan, dan hasil uji coba (validitas dan reliabilitas) yang selanjutnya digunakan sebagai instrumen penelitian untuk menjaring faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir siswa (Bagian B2) disajikan pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir Siswa (BAGIAN B2)

ASPEK INDIKATOR PULTA

RESPON-DEN NOMOR ITEM 1. Lingkungan keluarga dan teman (LK) 1) Keterlibatan keluarga

2) Keterlibatan teman-teman

Kuesi-oner

Siswa 1,7,13,19,24, 25,31,32,34, 2,8,14,20,26, 33 2. Lingkungan masyarakat tempat tinggal (LM)

1) Keterlibatan orang dewasa di

lingkungan masyarakat

2) Kondisi lingkungan tempat tinggal

Kuesi-oner

Siswa 3,9,15, 27

4,10,16,21, 28 3. Wawasan tentang dunia kerja (WD) 3) Usaha mendapatkan wawasan dunia kerja

4) Manfaat wawasan tentang dunia kerja

Kuesi-oner

Siswa 5,11,17,22, 29

6,12,18,23, 30 4. Lingkungan

sekolah (LS)

1) Keterlibatan guru BK

2) Keterlibatan guru BS

Kuesi-oner

Siswa 1,7,13,20,24 8,14,21 5. Dukungan infrastruktur dalam membantu rencana karir masa depan 1) Dukungan keluarga 2) Dukungan masyarakat

3) Dukungan sekolah

Kuesi-oner

(40)

(DI) 6. Sikap

terhadap konsepsi pekerjaan/ja- batan (ST)

1) Peluang kerja 2) Persepsi kerja

Kuesi-oner

Siswa 5,11,18, 6,12,19,23

Jumlah item instrumen faktor yang mempengaruhi kematangan karir di atas (Bagian B2) setelah item yang tidak valid (lima butir) dibuang menjadi berjumlah 25 item. Selanjutnya, pemberian nomor yang baru dalam instrumen hasil uji coba diurutkan kembali mulai dari nomor 1 s.d nomor 25.

Berdasarkan hasil uji coba tersebut di atas, terhadap butir-butir yang tidak valid yang berjumlah 13 butir tidak disertakan (dibuang) dan sebanyak 102 butir yang valid digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian. Data hasil uji coba, instrumen sebelum dan sesudah uji coba disajikan pada lampiran II dan III.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMKN 5 dan SMKN 6 di Kota Bandung. Subjek penelitian (sampel) adalah siswa kelas XI tahun akademik 2010/2011 program keahlian Teknik Bangunan. Pada tahap studi pendahuluan ini pengambilan sampel teknik two stage cluster sampling. Pemilihan kelas sampel dilakukan secara acak berdasarkan kelompok bidang keahlian (tahap satu), kemudian dari setiap kelas sampel terpilih dilakukan acak untuk menetapkan sejumlah siswa yang akan diteliti tingkat kematangan karirnya (tahap dua).

(41)
[image:41.595.107.517.284.748.2]

SMKN 5 kelas XI Teknik Gambar Bangunan (TGB1) berjumlah 15 siswa yang ditentukan secara acak dan pada tahap uji coba model diperluas, subjek penelitian adalah siswa SMKN 5 kelas XI TGB1 dan siswa SMKN 6 kelas XI TGB3 masing-masing berjumlah 15 siswa yang ditentukan secara acak. Selanjutnya, pada tahap uji efektifitas model konseling, subjek penelitian adalah siswa SMKN 6 berjumlah 60 siswa yang berasal dari kelas TGB1 berjumlah 30 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas TGB2 berjumlah 30 siswa sebagai kelompok kontrol. Secara rinci, subjek penelitian ini disajikan pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Subjek Penelitian Pengembangan Model Konseling Karir Trait and Factor untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa

TAHAP

PENELITIAN SUBJEK PENELITIAN

JUMLAH POPULASI JUMLAH SAMPEL 1. Studi Pendahuluan

1. Siswa SMKN 5 Bidang Keahlian: a. Teknik Survey Pemetaan (TSP) b. Teknik Gambar Bangunan (TGB) c. Teknik Konstruksi Batu Beton

(TKBB)

2. Siswa SMKN 6 Bidang Keahlian: a. Teknik Konstruksi Kayu (TKK) b. Teknik Gambar Bangunan (TGB)

89 190 72 188 206 57 146 23 47 107 2. Validasi Rasional Model Awal

Pakar Bimbingan dan Konseling

Praktisi (guru Bimbingan dan Konseling)

3 3

3. Uji Coba Model Terbatas

Siswa SMKN 6 kelas XI TGB 15

4. Uji Coba Model Lebih Luas

Siswa SMKN 5 kelas XI TGB Siswa SMKN 6 kelas XI TGB

15 15

5. Uji

Efektivitas Model

Siswa SMKN 6 Bidang Keahlian Teknik Gambar Bangunan a. Kelompok Eksperimen b. Kelompok Kontrol

(42)

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi dua jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kematangan karir, faktor yang mempengaruhi kematangan karir, dan upaya siswa meningkatkan kematangan karir berbentuk data kuantitatif, sedangkan data penilaian kelayakan model oleh para ahli, pendapat siswa pada setiap akhir sesi intervensi (refleksi), dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling berbentuk data kualitatif. Untuk menganalisis data kuantitatif digunakan analisis statistik deskriptif seperti pengukuran tendensi pusat (central tendency), pengukuran dispersi (dispersion), dan distribusi frekuensi. Sedangkan untuk data kualitatif digunakan analisis non statistik melalui inferensi yang logis berdasarkan pertimbangan dan kondisi aktual.

[image:42.595.141.519.637.753.2]

Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini untuk menafsirkan secara rinci mengenai gambaran kematangan karir secara keseluruhan dan gambaran aspek-aspek kematangan karir siswa SMKN program keahlian Teknik Bangunan adalah sebagai berikut: untuk gambaran tingkat kematangan karir siswa berada pada kategori matang dan belum matang dilakukan dengan membandingkan skor kematangan yang diperoleh siswa (Xi) dengan skor rata-rata idealnya (� ) seperti pada tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5

Kriteria Kematangan Karir

Kriteria Kategori Penafsiran

Xi ≥� Matang Siswa memiliki kematangan karir yang cukup (tidak perlu

ditingkatkan)

(43)
[image:43.595.139.519.204.757.2]

Selanjutnya untuk kriteria aspek kematangan karir siswa berada pada kategori matang dan belum matang seperti tertera pada tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6

Kriteria untuk Penafsiran Skor Kematangan Karir Aspek Kematangan

Karir Penafsiran

Self Information (SI)

Matang Siswa memiliki informasi diri (SI) yang cukup, skor SI antara 8 s.d 12 (tidak perlu ditingkatkan)

Belum Matang

Siswa memiliki informasi diri (SI) yang tidak cukup, skor SI antara 4 s.d 7 (perlu ditingkatkan)

Siswa memiliki informasi diri (SI) yang kurang, skor SI antara 0 s.d 3 (harus ditingkatkan)

Decision Making (DM)

Matang

Siswa memiliki kemampuan dalam membuat keputusan (DM) yang cukup, skor DM antara 6 s.d 8 (tidak perlu ditingkatkan)

Belum Matang

Siswa memiliki kemampuan dalam membuat keputusan (DM) yang tidak cukup, skor DM antara 3 s.d 5 (perlu ditingkatkan)

Siswa memiliki kemampuan dalam membuat keputusan (DM) yang kurang, skor DM antara 0 s.d 2 (harus ditingkatkan)

Career Information (CI)

Matang

Siswa memiliki informasi karir (CI) yang cukup, skor CI antara 6 s.d 8 (tidak perlu ditingkatkan)

Belum Matang

Siswa memiliki informasi karir (CI) yang tidak cukup, skor CI antara 3 s.d 5 (perlu ditingkatkan)

Siswa memiliki informasi karir (CI) yang kurang, skor CI antara 0 s.d 2 (harus ditingkatkan)

Integration of SI with CI

(INT) Matang

Siswa memadukan informasi diri (SI) dengan informasi karir (CI) dengan cukup, skor INT antara 6 s.d 8 (tidak perlu ditingkatkan)

(44)

antara 3 s.d 5 (perlu ditingkatkan)

Siswa memadukan informasi diri (SI) dengan informasi karir (CI) masih kurang, skor INT antara 0 s.d 2 (harus ditingkatkan)

Career Planning (CP)

Matang

Siswa memiliki kemampuan merencanakan karir (CP) yang cukup, skor CP antara 5 s.d 7 (tidak perlu ditingkatkan)

Belum Matang

Siswa memiliki kemampuan merencanakan karir (CP) yang belum cukup, skor CP antara 3 s.d 4 (perlu ditingkatkan)

Siswa memiliki kemampuan merencanakan karir yang kurang, skor CP antara 0 s.d 2 (harus ditingkatkan)

Sebelum data digunakan dalam analisis uji hipotesis semua pasangan data terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan persyaratan data. Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung normalitas dan homoginitas variansi sebaran skor kematangan karir siswa dari setiap kelompok uji.

[image:44.595.112.527.99.664.2]

Hasil uji normalitas setiap kelompok data menggunakan formula “ One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test” dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Hasil Uji Normalitas Data Kematangan Karir

Kelompok Data

Nilai

Kolmogorov-Smirnov Z

Nilai p

Signifikansi Keterangan

Eksperimen Pretest 0,588 0,879 Normal

Posttest 0,556 0,917 Normal

Kontrol Pretest 0,828 0,500 Normal

Posttest 0,530 0,942 Normal

(45)

berdistribusi normal karena mempunyai nilai signifikansi atau nilai probabilitas p > 0,05.

Selanjutnya hasil perhitungan pengujian homoginitas variansi data dengan

menggunakan “Levene’s Test of equality of error variances” dapat dilihat pada

[image:45.595.109.530.272.562.2]

tabel 3.8.

Tabel 3.8

Hasil Uji Homoginitas Variansi Data Kematangan Karir Nilai Levene

Statistic F df1 df2

Nilai p

Signifikansi Keterangan

1,971 3 116 0,122 Homogin

Hasil uji homoginitas varians menunjukkan bahwa varians homogin karena mempunyai nilai signifikansi atau nilai probabilitas p > 0,05.

Ternyata, hasil perhitungan yang terlihat pada kedua tabel menunjukkan bahwa semua kelompok data pada penelitian ini berdistribusi normal dan varian yang homogin. Dengan demikian data semua kelompok siswa pada penelitian telah diketahui memenuhi syarat untuk dilakukan perhitungan secara inferensial guna menguji hipotesis yang telah diajukan.

Selanjutnya, untuk mengetahui keefektifan penggunaan model konseling karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa telah dilakukan kegiatan eksperimen menggunakan teknik eksperimen semu (quasi experimental

design) dengan rancangan Pretest-Posttest Nonequivalent Group Design.

(46)

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen Non R O1 X O2

Kontrol Non R O3 - O4

Keterangan: Non R = penempatan subjek dalam kelompok tanpa acak O1 dan O3 = pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol O2 dan O4 = posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol X = perlakuan penelitian, menggunakan model konseling

karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMK

Uji efektivitas model tersebut dilakukan uji beda data skor rerata kematangan karir siswa sebelum dan sesudah perlakuan. Untuk keperluan ini telah digunakan rumus statistik t-test berpasangan. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah skor posttest yang diperoleh konseli setelah mengikuti konseling karir trait

and factor dipengaruhi oleh skor pretest, akan dilakukan analisis kovarians

(ANCOVA) dengan data skor pretest sebagai kovariat. Dengan ANCOVA ini sebelumnya diuji terhadap skor pretest kedua kelompok itu tidak ada perbedaan (identik).

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model konseling karir trait and factor yang dikembangkan ini efektif untuk meningkatkan kematangan karir siswa. Secara khusus kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Profil kematangan karir siswa SMKN Program Keahlian Teknik Bangunan di Kota Bandung menunjukkan sebagian besar siswa berada pada kategori belum matang. Siswa yang belum matang karirnya cenderung belum memahami tentang informasi diri (self information/SI), belum mampu membuat keputusan (decision

making/DM), belum memiliki informasi karir (career information/CI), belum

mampu memadukan antara informasi diri dengan informasi karir (integration of

SI with CI/INT), dan belum memiliki perencanaan karir (career planing). Siswa

yang belum matang karirnya lebih banyak berasal dari bidang keahlian Teknik Gambar Bangunan (TGB) dibandingkan dengan siswa yang berasal dari bidang keahlian lain, yaitu Teknik Konstruksi Kayu (TKK), Teknik Survey Pemetaan (TSP), dan Teknik Konstruksi Batu dan Beton (TKBB).

(48)

meliputi aspek-aspek: (1) lingkungan keluarga dan teman (LK) berupa keterlibatan orang tua/wali siswa dalam keluarga dan teman-teman di sekolah, (2) lingkungan masyarakat tempat tinggal (LM) berupa keterlibatan masyarakat dan kondisi lingkungan tempat tinggal siswa, (3) wawasan tentang dunia kerja (WD) berupa usaha siswa untuk mendapatkan dan memanfaatkan wawasan tentang dunia kerja, (4) lingkungan sekolah (LS) berupa keterlibatan guru BK dan guru bidang studi di sekolah, (5) dukungan infrastruktur (DI) berupa dukungan keluarga, masyarakat dan sekolah, dan (6) sikap terhadap konsepsi pekerjaan/jabatan (SK) berupa peluang dan persepsi kerja siswa, merupakan faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap kematangan karirnya.

3. Upaya siswa untuk meningkatkan kematangan karirnya menunjukkan sebagian besar siswa kelas XI tahun ajaran 2010/2011 SMKN Program Keahlian Teknik Bangunan di Kota Bandung melakukan aktivitas-aktivitas seperti diskusi dengan orang tua/wali, diskusi dengan guru mata pelajaran dan diskusi dengan teman sekolah, memperhatikan iklan-iklan lowongan kerja, dan diskusi dengan saudara ayah/ibu. Sebaliknya, jenis upaya siswa yang terkait langsung dengan kegiatan bimbingan karir dan program pengembangan karir di sekolah, seperti diskusi dengan guru BK dan magang di perusahaan/indutri menunjukkan aktivitas yang jarang dilakukan.

(49)

pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan, (4) validasi, dan (5) pelaporan. Rumusan model terdiri atas substansi model, panduan pelaksanaan, dan lembar kerja konseli. Substansi model memuati: (1) Rasional, (2) Tujuan, (3) Asumsi, (4) Target intervensi, (5) Komponen model, (6) Langkah-langkah model, (7) Kompetensi konselor, (8) Struktur dan isi intervensi, dan (9) Evaluasi dan indikator keberhasilan.

5. Model konseling karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa menunjukkan hasil yang efektif membantu meningkatkan kematangan karir siswa SMKN di Kota Bandung. Kematangan karir siswa sebelum dan setelah menggunakan konseling karir trait and factor berbeda secara signifikan pada taraf signifikansi 95%. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan skor kematangan karir pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan konseling karir trait and factor.

(50)

kematangan karir dalam hal kemampu mengambil keputusan (Decision

Making/DM), yaitu memilih alternatif yang terbaik dari beberapa alternatif yang

ada.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan penelitian, berikut ini akan dipaparkan beberapa rekomendasi penelitian yang ditujukan untuk pihak-pihak terkait dengan implementasi model konseling karir trait and factor untuk meningkatkan kematangan karir siswa.

1. Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor

a. Kematangan karir siswa merupakan kesiapan pengetahuan dan sikap siswa untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap perkembangan karirnya. Oleh karena itu dipandang perlu guru bimbingan dan konseling memberikan layanan konseling karir trait and factor yang mengarahkan siswa memahami informasi diri, mampu membuat keputusan, memiliki informasi karir, mampu memadukan antara informasi diri dengan informasi karir, dan memiliki perencanaan karir.

(51)

akan lebih memilih berkonsultasi dengan guru BK dalam menyelesaikan masalah karirnya.

c. Sosialisasi layanan konseling karir trait and factor dilakukan sejak awal siswa diterima di lingkungan sekolah dan dijadwalkan secara berkesinambungan. Sehingga siswa menjadi terbiasa mengikuti bimbingan dan konseling di sekolah, siswa merasakan manfaat dan pentingnya konseling karir untuk membekali pengetahuan dan sikap dalam menentukan pilihan karir.

2. Kepala Sekolah Sebagai Koordinator Layanan Bimbingan dan Konseling

a. Perlu upaya pihak sekolah untuk lebih mendukung kegiatan-kegiatan siswa yang berorientasi pada perkembangan karir siswa sebagai calon tenaga kerja di dunia usaha dan industri. Kegiatan-kegiatan seperti praktek industri, seminar karir, kunjungan industri, dll., menjadi penting untuk dioptimalkan di masa mendatang.

b. Untuk mengoptimalkan hasil konseling karir ini dibutuhkan pemahaman dan keterampilan konselor sekolah berkaitan dengan implementasinya di kelas. Dengan demikian, model ini harus disosialisasikan melalui kegiatan-kegiatan pelatihan dan pembinaan kepada guru bimbingan dan konseling di sekolah.

(52)

a. Faktor-faktor kematangan karir yang diteliti belum menjelaskan keterkaitan dengan berbagai faktor demografis siswa, seperti: jenis kelamin, ras, suku bangsa, status sosial, dll. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya perlu melibatkan faktor-faktor di atas.

b. Untuk mendukung optimalisasi pelaksanaan konseling karir ini, perlu dilakukan penelitian berkaitan dengan tingkat kesiapan siswa dan guru bimbingan konseling/konselor untuk melaksanakan konseling karir ini. c. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan terkait dengan cakupan

wilayah penelitian dan jenis bidang keahlian yang ada di SMK. Perlu penelitian lebih lanjut sebagai replikasi penelitian dengan mengembangkan penelitian dan jenis bidang keahlian yang ada di SMK yang lebih luas, sehingga dapat menyempurnakan model konseling karir

trait and factor sesuai dengan perubahan dan tuntutan karir di masa

(53)

Aljufri, B.S. dan Kumaidi. (1991). “Kepekaan Skala Minat Kejuruan Terhadap Pengelompokan Mmurid SMTA Menurut Jenis Sekolah”. Prosiding Seminar

nasional Hasil Penelitian Perguruan Tinggi. Jakarta: DP3M, Dikti, Depdikbud: 169-187.

Azhar, El Hami, dkk. (2006). Tingkat Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir

UNPAD. Bandung: Fakultas Psikologi UNPAD

Biro Pusat Statistik RI. (2009). Survey Angkatan Kerja Nasional Tahun 2007-2009. Jakarta: Pusdatinaker.

Borg R. Walter, Gall Meredith D. (2003). Educational Research: An Introduction, Fifth Edition, New York: Longman

Brown, Duane, et.al. (2002). Career Choice and Development: Applying

Contemporary Theories to Practice. San Fransisco: Jossey-Bass

Publishers.

Brown, D. & Brooks, L. (1991). Introduction to Career Development: Origins,

Evaluation, and Current Approaches. San Fransisco: Jossey-Bass

Publishers.

Chaniago, B., (2009). Pengembangan Diri dan Soft Skill di SMK. Sumber: Pikiran Rakyat.

Cresweel, J.W. (2002). Educational Research: Planning Conducting and Evaluating

Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Merrill Prentice Hall

Crites, John O. (1981). Career Counseling: Models, methods, and materials. New York: McGraw-Hill.

Dahlan, S. (2002). “Inventori Pemahaman Pola Minat Jabatan: Suatu Alternatif Peranti

Bimbingan Karir”. Jurnal Educandum (Edisi Oktober).

_________ (2005). Penggunaan Inventori Spok tuah Arahan Diri (STAD) Dalam

Membantu Siswa SMA Memahami Dirinya. Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian

Teori dan Praktek Kependidikan, (2):98-106

Depdiknas. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Pada

Jalur Pendidikan Formal. Bandung: ABKIN

Depnakertrans RI. (1996). Klasifikasi Jabatan Indonesia. Jakarta.

Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Rosda Karya.

Dewa Ketut Sukardi. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

(54)

Fuhrmann, Barbara S. (1990). Adolescence, Adolescents. Second Edition. Glenview, Illinois: A Division of Scott, Foresman and Company

Hiebert, Bryan. (2009). Raising the Profile of Career Guidance: Educational

and Vocational Guidance Practitioner. Int J Educ Vocat Guidance (2009)

9:3–14, DOI 10.1007/s10775-008-9152-x

Holland, J.L. (1997). Making Vocational Choices: A theory of Vocational Personalities

and Work Environments (3rd ed.). Odessa, Florida: Psychological

Assessment Resources.

Isaacson, L, E & Brown, D.. (1997). Career Information, Career Counseling and Career

Development (6th Ed). Boston : Ally & Bacon.

Iqbal, M. (2010). Model Bimbingan Perkembangan Untuk Pengembangan Konsep Diri

dan Kematangan Karir Siswa Madrasyah Aliyah di Bandar Lampung.

Disertasi: SPS UPI

Jamaluddin, M. Syaikh, M. (2001). Psikologi Anak dan Remaja Muslin. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar

Jigau, M. et al. (2007). Career Counseling: Compendium of Methods and Techniques. Bucharest: AFIR ISBN 973-7714-29-6

Kasim, A. (2001). Bimbingan Konseling di Sekolah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Bimbingan Konseling Universitas Negeri Jakarta.

Keeling, B. dan Tuck, B.F. (1979). The Validity of Holland’s Occupational Typology With Male and Famale New Zealand Secondary Scholl Students. New Zealand

Journal of Educational Studies, 14:50-57.

Langley, R., Du Toit, R. & Herbst, DL (1996). Manual for the Career Development

Questionnaire (CDQ). Pretoria: Human Sciences Research Council.

Manrihu, Mohammad Thayeb. (1986). Studi Tentang Beberapa Faktor yang

Mempengaruhi Kematangan Karir Siswa di Sulawesi Selatan. Disertasi tidak

Diterbitkan. Fakultas Pasca Sarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Bandung.

Miller, M.J. and Miller, T.A. (2005). Theoretical Application of Holland’s Theory to Individual Decision-Making Style: Implications for Career Counselors. Journal of Employment Counseling. Alexandria: Mar 2005. 42, (1):20-29.

Munandir. (1994). Program Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi dan Masalah

(55)

Muslihudin, dkk. 2004. Bimbingan dan Konseling (Makalah). Bandung : LPMP Jawa Barat.

Naidoo, A.V., Bowman, S.L. & Gerstein, L.H. (1998). Demographics, Causality, Work

Salience, and Career Maturity of African-American Student: A Causal Model.

Journal of Educational Behaviour, vol 53. 15-17.

Osipow, SH & Fitzgerald, LF. (2001). Theories of Career Development. Boston: Allyn and Bacon.

Patton, W. & Creed, PA (2001). Developmental Issues in Career Maturity and Career

Decision Status. The Career Development Quarterly, 49(4), 336-351.

Patton, W. & Lokan, J. (2001). Prespectives on Donal’s Super’s Construct of Career Maturity. International for Education and Vocational Guidance, 1, 31-48.

Payne and Sabaroche. (1985). Personality an Type and Occupational Preperence: Testing Holland’s Theory in Caribbean. International Journal for the Advencemen of

Counseling, 8(2):147-156

Peterson, G.W. et al. (2007). Person Environment Congruence, Self Efficacy, and

Environment Identity in Relation to Job Satisfaction: A career Decision Theory Perspective. Journal of Employment Counseling. Alexandria: Mar

2007. 44, (1):29-40.

Post, A. et al. (2002). Handbook on Career Counseling: A Practical Manual for

Developing, Implementating and Assessing Career Counseling Services in Higher Education Settings. Paris: UNESCO.

Powel & Luzzo, D. A. (1998). Effects of DISCOVER on the Career Maturity of Middle

School Students. The Career Quarterly Vol.45, 170 – 172.

Prayitno dan Amti. (2004). Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK). Jakarta : Kerjasama Koperasi Karyawan Pusgrafin dengan

Penerbit Penebar Aksara.

Reardon, R.C., Bullock, E.E., and Meyer, K.E. (2007). A Holland’s Perspective on the U.S. Workforce from 1960 to 2000. The Career Development Qurterly.

Alexandria: Mar 2007. 55, (3):262-275.

Reardon, R.C. and Wright, L.K. (1999). The Case of Mady: Applying Holland’s Theory and Cognitive Information Processing Theory. The Career Development

(56)

Alexandria: Mar 2007, 55.(3):194-206.

Repetto, E. (2001). Following Super’s Heritage: Evaluation of a Career Development Program in Spain. International Journal for Educational and Vocational

Guidance Vol. 1, 107 – 120.

Rojewski, J. W. (1994). Predicting Career Maturity Attitude in Rural Economically

Disadvantaged Youth, Journal of career development, 21, 49-61.

Rojewski, J. W., & Hill, R. B. (1998). Influence of Gender and Academic

Gambar

Gambar 3.1 Langkah pengembangan model
Grafik 4.3  Profil faktor yang mempengaruhi kematangan Karir Siswa
Grafik 1.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia
Gambar 3.1 Langkah Pengembangan Model
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kematangan karir adalah kemampuan individu dalam menguasai tugas perkembangan karir sesuai dengan tahap

Hasil penelitian tentang kematangan karir menunjukkan sebanyak 28 (43,1%) siswa memiliki tingkat kematangan karir dalam kategori tinggi, siswa tingkat kematangan karir sedang

Kematangan karir merupakan kemampuan individu dalam menguasai tugas perkembangan karir sesuai dengan tahapan perkembagan karir, dengan menunjukkan perilaku yang

Pada aspek kompetensi, secara keseluruhan menunjukkan kematangan karir yang tinggi, artinya mahasiswa sudah memiliki penguasaan terhadap kemampuan untuk mencari

Kematangan karir adalah sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan karirnya termasuk komponen pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan

Oleh sebab itu, diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan kematangan karir peserta didik yang mendapatkan layanan informasi karir menggunakan media komik lebih tinggi

Dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan diri, dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir (Shertzer & Stone

Agar peserta didik terhindar dari kesulitan membuat keputusan karir, hendaknya peserta didik memiliki kesiapan untuk terlibat pada proses membuat keputusan karir, memiliki