• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMATANGAN KARIER SISWA SMK PUTRA TAMA BANTUL YOGYAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEMATANGAN KARIER SISWA SMK PUTRA TAMA BANTUL YOGYAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

KEMATANGAN KARIER SISWA SMK PUTRA TAMA BANTUL YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Regina Pinasthika

079114108

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Karya kecil ini kupersembahkan untuk :

Bapak dan Ibu yang selalu mendukungku,

Budhe terkasih,

Keluarga besarku,

Teman spesialku,

Sahabat-sahabat baikku,

(5)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.

Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

( Pengkothbah 3: 11 )

Aku telah mencari Tuhan,

lalu ia menjawab aku,

Dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 06 Februari 2012 Penulis

(7)

KEMATANGAN KARIER SISWA SMK PUTRA TAMA BANTUL YOGYAKARTA

Regina Pinasthika

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan karier siswa di SMK Putra Tama Bantul Yogyakarta. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMK Putra Tama Bantul Yogyakarta yang saat ini duduk di bangku kelas XI dan XII berjumlah 122 siswa. Data dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala kematangan karier yang disusun dengan teknik Likert. Aspek-aspek yang digunakan dalam pembuatan skala kematangan karier adalah orientasi pada pilihan, klarifikasi konsep diri individu, informasi pekerjaan, kemandirian, fantasi dan prediksi, tanggungjawab, konsistensi pilihan, global awareness, dan vocational development. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk. Validitas konstruk dapat diestimasi melalui pengujian terhadap konsekuensi-konsekuensi praktis mengenai hasil tes pada kondisi tertentu. Dalam hal ini adalah skala kematangan karier.Skala kematangan karier ini memiliki reliabilitas 0,917. Analisis data dilakukan dengan uji t menggunakan one sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 22,47. Sedangkan nilai signifikansinya adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 (p = 0,000 < 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang signifikan kematangan karier siswa SMK. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa kematangan karier siswa SMK Putra Tama yang tergolong tinggi telah terbukti secara signifikan.

(8)

CAREER MATURITY OF PUTRA TAMA VOCATIONAL HIGH SCHOOL STUDENTS IN BANTUL YOGYAKARTA

Regina Pinasthika

ABSTRACT

This study aims to determine the maturity level of students in Putra Tama Vocational High School of Bantul, Yogyakarta. The research subjects were 122 students who were in XI and XII grade. The research findings were analyzed by using career maturity scale. They were arranged by using Likert technique. Aspects that are used in the manufacture of career maturity scale is on the choice of orientation, clarification of the concept of individual self, employment information, independence, fantasy and prediction, responsibility, consistency of choice, global awareness, and vocational development. This study use validity of the construct, which is estimated by testing against on the simply consequences of certain condition. The career maturity scale had reliability on 0.917. By conducting t-test, one sample t-test was applied for analyzing the findings. The research result shows that t value was 22,47 whereas the significant value was 0.000 smaller than 0.05 (p = 0.000 < 0.05). The research findings shows the different average of vocational school students’ career maturity. It can be stated that the career maturity of vocational students who belong to the Putra Tama Vocational High School has been shown to be significantly higher.

(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Regina Pinasthika

Nomor Mahasiswa : 079114108

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Kematangan Karier Siswa SMK Putra Tama Bantul Yogyakarta Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 06 Februari 2012

Yang menyatakan

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa, Putra, dan Roh Kudus atas segala berkat dan karunianya, sehingga skripsi yang berjudul Kematangan Karier Siswa SMK Putra Tama Bantul Yogyakarta ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Maka, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Yesus Kristus, semangat sejatiku. Aku mengucapkan terimakasih atas semua anugerah yang telah Engkau berikan dalam hidupku, serta penyertaan-Mu yang tiada henti dari waktu ke waktu;

2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memeriksa satu persatu tulisan penulis guna memberikan inspirasi dan dorongan melalui masukan-masukan, kritik, dan arahan demi kesempurnaan penulisan skripsi tersebut, serta pengertiannya atas keterbatasan penulis;

(11)

5. Monica Eviandaru Madyaningrum, M. Psych., selaku dosen penguji ketiga yang telah memberikan banyak masukan dan membantu penulis untuk lebih memahami mengenai tujuan penelitian;

6. Ibu MM. Nimas Eki Suprawati, Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan dorongan untuk semangat kuliah

dan memberikan masukan untuk tidak “ngoyo” dalam menjalani

perkuliahan;

7. Ibu Maria Laksmi Anantasari, S.Psi., M.Si. sebagai dosen Fakultas Psikologi yang telah memberi banyak inspirasi melalui pengalaman-pengalaman yang dibagikan. You are my inspiration, Mom…!!;

8. Segenap staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma khususnya Ibu Susan, Ibu Tanti, Ibu Dewa, Ibu Nimas, Ibu Tanti, Ibu Agnes, Ibu Siwi, Mbak Devi, Mbak Etta, Bapak Pratik, Bapak Agung, Bapak Heri, Bapak Minto, Bapak Cahya, Bapak Priyo, Bapak Subagyo, Bapak Didik, Bapak Siswa yang telah memberikan berbagai pengetahuan dalam dunia psikologi yang bermanfaat dan menarik; 9. Bapak Drs. Simon Suharyanta, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK

Putra Tama, yang telah memberikan ijin padaku untuk melakukan penelitian serta membimbingku selama pelaksanaan penelitian;

(12)

11.Mas Gandhung, Mbak Nanik, dan Pak Gik, trimakasih sudah membantuku mengurus semua administrasi yang berkaitan dengan skripsiku, juga administrasi akademik yang lain selama empat tahun terakhir ini;

12.Bapak, Stephanus Nasuko dan Ibu, Bernadeta Suhardjilah, orangtuaku yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan, perhatian, pengertian, dukungan dan segalanya untukku, serta selalu memberikan semangat kepadaku;

13.Agustinus Nico Agtus, yang telah hadir dan mengisi hidupku selama beberapa tahun terakhir ini, untuk mendukung dan memberikan perhatian dan kasih sayang, serta telah menjadi orang pertama yang

“mengangkatku” kembali di saat aku tepuruk dan putus asa, juga

semangatnya yang istimewa sehingga membuatku lebih kreatif dalam berimajinasi untuk menyelesaikan penelitian ini;

14.Sahabat-sahabat terbaikku, Dewi “cuantiekz” dan Rara “boncel”. Trimakasih teman, atas semua hal yang sudah kita lakukan bersama selama kuliah ini, dan tentunya atas kerjasama kita dalam penelitian ini. Termasuk berpusing-pusing bersama mulai dari menentukan topik penelitian, sampai pada akhir maju ujian. Kisah kita tak akan kulupakan!!

(13)

penelitian. Trimakasih banget ya Teman, sudah mau kurepotkan dengan berbagai pertanyaan;

16.Teman-teman angkatan 2007, atas kebersamaan dan perjuangannya

selama empat tahun terakhir ini. Tanpa kalian, aku tidak akan berarti…

Trimakasih, kawan!!

17. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, yang telah mendukung proses penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa masih memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk meningkatkan kualitas penulisan ini.

Yogyakarta, 06 Februari 2012

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR SKEMA ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

(15)

BAB II : LANDASAN TEORI ……… 11

A. Perkembangan Karier ... 11

B. Kematangan Karier ... 15

1. Pengertian Kematangan Karier ……….. 15

2. Tahapan Perkembangan Karier pada Siswa SMK …………. 17

3. Aspek-aspek dalam Kematangan Karier ……… 17

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karier …... 23

C. Siswa ……… 29

D. Pendidikan Kejuruan (Sekolah Menengah Kejuruan) …………. 33

1. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ……... 33

2. Fungsi Pokok SMK ……… 34

E. Dinamika Kematangan Karier pada Siswa SMK ……… 35

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ………. 39

A. Variabel Penelitian ………... 39

B. Definisi Operasional ……… 39

C. Subjek Penelitian ………. 41

D. Metode Pengumpulan Data ………. 42

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ……… 45

1. Validitas ………. 45

2. Reliabilitas ………. 46

F. Hasil Uji Coba ………. 48

(16)

BAB IV : PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ………... 53

A. Pelaksanaan Penelitian ………... 53

B. Hasil Penelitian ……… 54

1. Uji Normalitas ……… 54

2. Deskripsi Data Penelitian secara Umum ………... 55

3. Kategorisasi Kematangan Karier Siswa SMK Putra Tama ... 58

4. Deskripsi Kedudukan Masing-Masing Aspek Kematangan Karier ……… 60

C. Pembahasan ……… 61

BAB V : PENUTUP………. 76

A. Kesimpulan ………. 76

B. Saran ………... 76

DAFTAR PUSTAKA ………... 78

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penskoran Item Favorabel dan Unfavorabel Skala Kematangan Karier ….. 43

Tabel 2. Blue Print Skala Kematangan Karier ………. 44

Tabel 3. Kisi-kisi Sebaran Item Skala Kematangan Karier (untuk uji coba) ………... 45

Tabel 4. Distribusi Item Sahih dan Gugur Skala Kematangan Karier ……….. 50

Tabel 5. Blue Print Skala Kematangan Karier (Setelah Uji Coba) ……….. 51

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data Kematangan Karier ……….. 54

Tabel 7. Deskripsi Statistik Data Empirik ………. 56

Tabel 8. Mean Teoritik, Mean Empirik, dan Standar Deviasi ……….. 57

Tabel 9. Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik ……….. 58

Tabel 10. Kategorisasi Kematangan Karier Siswa SMK Putra Tama ………... 59

Tabel 11. Deskripsi Data Masing-masing Aspek ………... 60

(18)

DAFTAR SKEMA

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A SKALA UJI COBA (SKALA KEMATANGAN KARIER) … 83 Lampiran B SKALA PENELITIAN (SKALA KEMATANGAN KARIER) 96

Lampiran C DATA HASIL UJI COBA ………... 105

Lampiran D DATA PENELITIAN ……… 123

Lampiran E ANALISIS DATA PENELITIAN ………...………….. 128

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada masa remaja, salah satu tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah menentukan masa depan, atau mempersiapkan karier secara ekonomi (Havigurst dalam Hurlock, 2005). Remaja tidak hanya dibantu oleh pihak-pihak di dalam keluarga seperti orangtua ketika mempersiapkan karier tersebut, akan tetapi remaja bisa juga dibantu oleh lembaga-lembaga atau institusi seperti sekolah melalui pendidikan formal. Pendidikan nasional di Indonesia akhir-akhir ini mengacu pada persiapan tenaga kerja siap pakai. Pendidikan dituntut untuk mampu menyikapi tenaga kerja yang terampil guna memenuhi tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

(21)

dalam rentang usia 15-19 tahun, sudah mulai untuk menentukan alternatif jabatan. Para siswa tersebut mulai menentukan pekerjaan dan karier apa yang hendak mereka pilih setelah lulus nanti.

(22)

Melihat fenomena tersebut, lembaga SMK harus pandai-pandai untuk melakukan pemilihan substansi yang akan diajarkan, supaya dapat memenuhi kebutuhan individu (siswa) dan masyarakat. Pemilihan substansi yang hendak diajarkan merupakan masalah pelik dalam merencanakan kursus-kursus pendidikan. Ini disebabkan pada saat itu timbul pertanyaan dari mana substansi itu harus diambil, dan bagaimana caranya dapat membenarkan pemasukan substansi itu dalam rencana pendidikan (Nolker dan Schoenfeldt, 1983).

Selain itu, perlu pula dipertimbangkan sampai sejauh mana pendidikan yang direncanakan itu benar-benar memenuhi kebutuhan yang ada di masyarakat. Hal ini juga berarti bahwa keterampilan serta kemampuan yang dijadikan sasaran proyek pendidikan itu nanti benar-benar dapat dimanfaatkan dalam sistem lapangan kerja. Oleh karena itu, dalam pemilihan substansi harus diberikan perhatian yang sepadan pada pasaran tenaga kerja serta kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi di segi teknis.

Salah satu contoh SMK yang menyediakan kualifikasi keterampilan sesuai permintaan pasar adalah SMK Putra Tama Bantul. Hal ini dibuktikan dengan adanya kerjasama dengan sebuah perusahaan Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang menyalurkan lulusan SMK tersebut ke sebuah perusahaan di luar Negeri, khususnya Malaysia. SMK Putra Tama menyediakan kualifikasi dalam bidang ekonomi, otomotif, dan penyiaran

(23)

sebuah perusahaan makanan dan garmen di Malaysia. Tidak semua siswa dapat langsung bekerja di luar negeri setelah lulus. Hanya siswa yang masuk dalam peringkat lima besar yang bisa langsung disalurkan untuk bekerja di Malaysia. Selebihnya, mereka harus mencari pekerjaan sendiri, atau berdasarkan referensi dari sekolah. Walaupun demikian, SMK tersebut sudah mengirimkan banyak lulusannya ke perusahaan-perusahaan di Malaysia.

Berdasarkan data statistik dari SMK Putra Tama, lulusan tahun ajaran 2007/2008 dari jurusan akuntansi 22 siswa, Pemasaran 26 siswa, serta Penyiaran (broadcasting) 17 siswa. Sebanyak 22 siswa lulusan akuntansi, 10 siswa bekerja pada perusahaan swasta, 9 siswa bekerja mandiri/wiraswasta, 1 siswa melanjutkan sekolah, dan 2 siswa belum bekerja. Sebanyak 26 siswa lulusan pemasaran, 20 bekerja pada perusahaan swasta, 5 mandiri/wiraswasta, 1 melanjutkan sekolah, dan tidak ada yang belum bekerja/menganggur. Sedangkan dari 17 siswa lulusan penyiaran, 12 siswa bekerja pada perusahaan swasta, 2 siswa mandiri/wiraswasta, 3 siswa belum bekerja, serta tidak ada yang melanjutkan sekolah. Data tersebut menunjukkan bahwa SMK Putra Tama cukup mampu membimbing dan mengarahkan siswanya untuk memperoleh pekerjaan di kemudian hari.

(24)

lulusan Universitas 820.020. Angka ini tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya. Pada bulan Agustus 2009, angka pengangguran terbesar berasal dari lulusan SMK, yaitu 3,9 juta. Dari lulusan SMP 1,8 juta. Di susul dari lulusan SD, yaitu 1,6 juta, serta lulusan Universitas 701.651. Berdasarkan data tersebut, dapat diartikan bahwa tidak semua lulusan SMK dapat tertampung dalam dunia kerja (Badan Pusat Statistik, 2010).

(25)

dibutuhkan di beberapa perusahaan besar di Kabupaten Semarang adalah tekstil. Akan tetapi, banyak lulusan SMK yang tidak punya kompetensi di bidang tersebut. "Banyak SMK yang tidak mengajarkan tentang pertekstilan, sehingga lulusan yang dikeluarkan oleh sekolah tidak sesuai dengan kondisi pasar," katanya (www.berita8.com, 2010).

Peneliti mencoba melakukan wawancara dengan beberapa orangtua siswa lulusan SMK yang saat ini anaknya menganggur, untuk mencari salah satu fakta yang terjadi di Yogyakarta (wawancara, 24 Maret 2011). Sebagian besar dari orangtua yang peneliti wawancarai mengungkapkan bahwa alasan utama mereka menyekolahkan anaknya ke SMK adalah karena keterbatasan biaya. Mereka menyadari bahwa anaknya tidak mempunyai keahlian khusus atau tidak menyukai keahlian yang ditawarkan oleh sekolah. Akan tetapi, daripada anak-anak mereka putus sekolah, lebih baik disekolahkan ke SMK yang biayanya relatif lebih murah. Setelah lulus SMK, anak-anak mereka mencoba untuk melamar pekerjaan dengan kemampuan yang sangat minim. Alhasil, banyak perusahaan atau toko yang menolak mereka sebagai pekerjanya.

(26)

cukup dan kemampuan menentukan karier di masa depan, maka diharapkan siswa akan lebih matang secara karier.

Kematangan karier sangat dibutuhkan siswa untuk mencapai karier yang diharapkan. Kematangan karier merupakan keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karier yang khas bagi tahap perkembangan tertentu (Super, dalam Winkel,2004). Super (dalam Savickas, 2001) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karier jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karier didukung oleh informasi yang adekuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Selain itu, kematangan karier merupakan daftar perilaku yang bersangkutan dengan mengidentifikasi, memilih, merencanakan, dan melaksanakan tujuan-tujuan karier yang tersedia bagi individu tertentu dalam perbandingannya dengan yang dimiliki oleh kelompok sebayanya; dapat dipandang sebagai taraf rata-rata dalam perkembangan karier bagi usianya (Super, 1957;Here & Cramer, 1984; 14-15, dalam Manrihu, 1992).

(27)

yang mempengaruhi kematangan karier siswa adalah keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, teman sebaya, lingkungan sekolah, faktor realitas, dan proses pendidikan (Sukardi, 1987).

Seorang siswa dapat dikatakan mempunyai kematangan karier apabila siswa memiliki kemampuan untuk membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan faktor-faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan (Super, dalam Winkel, 2004).

Fenomena yang terjadi di SMK Putra Tama menunjukkan bahwa tidak semua siswa mempunyai kematangan karir yang sama. Hal tersebut dibuktikan dengan kesempatan kerja yang berbeda bagi para siswa. Hanya siswa yang masuk peringkat lima besar yang dianggap mampu bekerja dan langsung disalurkan untuk bekerja di sebuah perusahaan oleh pihak sekolah. Selebihnya, para lulusan tersebut harus mencari pekerjaan sendiri. Bisa juga dari referensi yang diberikan oleh sekolah. Ada bukti lain yang menunjukkan bahwa kematangan karier dari masing-masing siswa berbeda. Menurut salah seorang guru Bimbingan Konseling di SMK Putra Tama, dari sekian banyak siswa di sekolah ini kematangan kariernya berbeda-beda (wawancara, 31 Maret 2011). Siswa yang terlihat memiliki kematangan karier yang cukup adalah siswa jurusan akuntansi.

(28)

sebagai sampel oleh peneliti karena SMK tersebut merupakan salah satu SMK di Bantul yang menyediakan kualifikasi keterampilan sesuai permintaan pasar. Peneliti sangat tertarik untuk memahami lebih lanjut mengenai fenomena tersebut, sehingga ingin melakukan sebuah penelitian dengan judul Kematangan Karier Siswa SMK Putra Tama Bantul.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana kematangan karir siswa di SMK Putra Tama Bantul?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kematangan karier siswa di SMK Putra Tama Bantul.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kajian di bidang ilmu psikologi perkembangan, khususnya mengenai kematangan karier pada siswa SMK.

2. Manfaat Praktis

(29)
(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PERKEMBANGAN KARIER

Dalam kehidupan orang dewasa, bekerja merupakan suatu bagian yang pokok yang akan mengisi sebagian besar waktu dalam hidupnya dan menuntut sebagian besar pikirannya serta memenuhi sebagian besar perasaannya. Selain itu, jabatan yang dipangku seseorang akan ikut menentukan pola kehidupan sehari-hari dalam lingkungan pergaulan sosial. Dalam memangku jabatan tertentu, ada perkembangan sejarahnya yang meliputi jangka waktu yang lama. Garis perkembangan waktu tersebut sering disebut dengan istilah career development atau perkembangan karier (Winkel, 2004). Perkembangan karier tersebut dimulai sejak seorang individu lahir hingga pada saat individu memasuki masa pensiun.

Di bawah ini akan dipaparkan mengenai teori perkembangan karier dan tugas perkembangan karier pada dewasa awal.

1. Teori Pembentukan Identitas dan Proses Perkembangan Karier (Erick Erickson)

(31)

perkembangan karier juga dinyatakan ada hubungan antara dua proses yang mempengaruhi kemampuan untuk menyusun rencana karier yang mungkin dihubungkan untuk perkembangan pembentukan identitas, yaitu :

a. Exploration (Eksplorasi / penjelajahan)

Individu mencoba untuk memahami semua hal tentang dirinya dan lingkungan sekitarnya, serta mempertimbangkan berbagai macam alternative jabatan atau pekerjaan.

b. Commitment (Komitmen / perjanjian)

Membuat sebuah pilihan dari antara pilihan yang ada dan melanjutkan hingga mencapai tujuannya (Lemme, 1999).

2. Teori Konsep Diri yang Vokasional atau Vocational Self-concept (Donald E. Super)

Menurut Super (Winkel, 2004), proses perkembangan karier dibagi dalam lima tahap :

a. Fase Pengembangan (Growth)

(32)

b. Fase Eksplorasi (Exploration)

Dari usia 15 tahun sampai 24 tahun. Orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.

c. Fase Pemantapan (Establishment)

Dari usia 25 sampai 44 tahun. Bercirikan usaha-usaha memantapkan diri melalui pengalaman-pengalaman selama menjalani karier tertentu.

d. Fase Pembinaan (Maintenance)

Dari usia 45 tahun sampai 64 tahun. Orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya.

e. Fase Kemunduran (Decline)

(33)

3. Tugas-tugas Perkembangan Karier Dewasa Awal

Selain tahap perkembangan karier, Super (dalam Winkel, 2004) juga mengungkapkan mengenai tugas-tugas perkembangan karier, yaitu :

a. Perencanaan garis besar masa depan (Crystalization) Berkisar antara usia 14-18 tahun, yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya.

b. Penentuan (Specification)

Antara usia 18-24 tahun, yang bercirikan mengarahkan diri ke bidang jabatan tertentu dan mulai memangku jabatan itu.

c. Pemantapan (Establishment)

Antara usia 24-35 tahun, yang bercirikan membuktikan diri mampu memangku jabatan yang terpilih.

d. Pengakaran (Consolidation)

Sesudah usia 35 tahun sampai masa pension. Bercirikan mencapai status tertentu dan memperoleh senioritas. Tugas-tugas perkembangan karier tersebut harus dikuasai oleh tiap-tiap individu untuk mencapai tahap-tahap karier selanjutnya.

(34)

individu lahir hingga pada masa pensiun. Individu mulai memahami kemampuan yang ada pada dirinya, kemudian mencoba untuk menentukan jabatan apa yang diinginkan, sesudah itu individu membuktikan diri mampu memangku jabatan yang telah dipilihnya, serta terakhir adalah individu mrncapai status tertentu dan memperoleh senioritas. Selain itu, individu juga mempunyai tugas-tugas dalam perkembangan kariernya yang harus diselesaikannya untuk mencapai kematangan karier.

B. KEMATANGAN KARIER

1. Pengertian Kematangan Karier

Super mengembangkan konsep kematangan vokasional (career maturity; vocational maturity), yang merujuk pada keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu (Winkel, 2004). Sejalan dengan Super, Yost dan Corbishly mengungkapkan bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan dan kesiapan seseorang untuk bernegosiasi dan membuat keputusan karir yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan karirnya (dikutip Seligman, 1994, dalam Komandyahrini et al, 2008).

(35)

dan melaksanakan tujuan-tujuan karier yang tersedia bagi individu tertentu dalam perbandingannya dengan yang dimiliki oleh kelompok sebayanya; dapat dipandang sebagai taraf rata-rata dalam perkembangan karier bagi usianya (Super, 1957;Here & Cramer, 1984; 14-15, dalam Manrihu, 1992).

Sedangkan Brown & Brooks (1990) mendefinisikan kematangan karier sebagai kesiapan kognitif dan afektif dari individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan kepadanya, karena perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan-harapan dari orang-orang dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan perkembangan tersebut (dalam Komandyahrini, dkk., 2008).

Sejalan dengan Brown & Brooks, Anastasi (1979) menyebut istilah kematangan vokasional dengan kematangan karier, yang menunjuk pada penguasaan individu terhadap tugas-tugas perkembangan yang dialami sesuai dengan tingkat umur dan efektivitas mereka dalam menghadapi perkembangan yang dialami tersebut (dalam Wahyono, 2001).

(36)

2. Tahapan Perkembangan Karier pada Siswa SMK

Siswa SMK termasuk pada tahapan karier eksplorasi. Tahap eksplorasi merupakan tahap dimana remaja mengembangkan kesadaran terhadap dirinya dan dunia kerja dan mencoba peran-peran baru. Pilihan sementara terhadap bidang pekerjaan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan, minat, kemampuan dan nilai-nilai. Maka kematangan karier dapat diartikan sebagai keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan karir yang ditandai dengan memiliki informasi mengenai pendidikan dan karir, mengarahkan diri pada eksplorasi yang sistematis terhadap dunia kerja, memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan, memiliki kesadaran terhadap gaya hidup yang diinginkan, berkembangnya citra diri dengan jelas, positif dan realistik, serta mampu membentuk rencana karir sementara dan tujuan yang sesuai dengan citra diri dan gaya hidup yang diinginkan (Seligman, 1994 dalam Wijaya & Taganing, 2008).

3. Aspek-aspek dalam Kematangan Karier

Dalam proses kematangan karier, ada beberapa aspek penentunya. Pietrofesa dan Splete (1975, dalam Ramdhani dan Helmi, 2008) mengemukakan tujuh aspek penentu kematangan karir. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut :

(37)

c. Global Awareness, yaitu kesadaran mengenai peranan pihak lain di luar dirinya.

d. Information Exploration atau melakukan eksplorasi untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan karirnya

e. Decision Making atau pengambilan keputusan f. Planning atau perencanaan terhadap masa depannya

g. Vocational Developing yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan vokasional.

Di sisi lain, seseorang dapat dikatakan matang secara karier jika individu tersebut :

a. sudah mempunyai kemampuan untuk membuat rencana, b. adanya kerelaan untuk memikul tanggung jawab,

c. serta kesadaran akan faktor-faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan (Super, dalam Winkel, 2004).

Sejalan dengan Super, Seligman, 1979 (dalam Wijaya dan Taganing, 2008), mengungkapkan bahwa seseorang dikatakan mempunyai kematangan karier yang positif jika ditandai oleh suatu urutan proses dalam kehidupan, yang meliputi :

a. Meningkatnya kesadaran diri

(38)

c. Meningkatnya kesesuaian antara kemampuan, minat, dan nilai dengan karir yang diinginkan

d. Meningkatnya kesadaran akan karir yang diinginkan

e. Meningkatnya kemampuan, perencanaan dan kesuksesan karir f. Meningkatnya sikap yang berhubungan dengan karir (orientasi

berprestasi, kemandirian, perencanaan komitmen, motivasi, self efficacy)

g. Meningkatnya kepuasan dan kesuksesan dalam perkembangan karirnya.

Di sisi lain, Crites, 1969 (dalam Pamungkas, 2003) mengungkapkan beberapa aspek mengenai kematangan karier, yaitu: 1. Orientasi pada pilihan

Individu harus memiliki orientasi terhadap apa yang akan dilakukannya di masa yang akan datang, termasuk di dalamnya adalah menentukan pilihan karier dan menentukan aktivitas yang sesuai dengan pilihan kariernya. Prosesnya dimulai saat individu mengembangkan kesadaran diri, yang dimiliki dengan adanya orientasi yang jelas dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bidang akademik, pemilihan kurikulum, dan pelatihan yang harus dilakukan.

2. Klarifikasi Konsep Diri Individu

(39)

melakukan aktivitas yang sesuai dengan pilihan karier individu. Kematangan karier dapat dilakukan dengan mengembangkan kemampuan diri, serta ciri sifatnya. Individu yang mengembangkan kemampuan dirinya, ia akan semakin siap dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan pilihan kariernya.

3. Informasi Pekerjaan

Individu juga akan mencari informasi yang berkaitan dengan pilihan kariernya. Dalam hal ini termasuk juga informasi tentang pekerjaan dan klasifikasi yang dibutuhkan untuk memasuki pekerjaan tersebut. Informasi dan pemahaman akan membuat perencanaan karier berjalan lancar. Lebih jauh lagi, informasi yang diperoleh mengenai pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkungan akan membantu orang-orang untuk membuat harapan terhadap pekerjaan yang realistis dan memperoleh tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi.

4. Kemandirian

(40)

keputusan dalam hal karier. Kematangan karier individu ditandai dengan tingkat kemandirian yang tinggi pada diri individu dalam menentukan pilihan kaiernya.

5. Fantasi dan Prediksi

Hal yang penting dilakukan untuk menentukan pilihan karier adalah dengan melakukan fantasi dan prediksi tentang dirinya pada saat memasuki beberapa alternatif pekerjaan. Hal ini dilakukan sebagai seleksi pribadi terhadap alternatif pilihan karier. Proses ini juga dilakukan untuk menghindari proses trial and error

dalam memilih karier. 6. Tanggungjawab

(41)

7. Konsistensi Pilihan

Crites (1969) menyatakan bahwa kematangan karier individu ditandai dengan konsistensi pilihan karier yang tinggi, semakin konsisten pilihan karier individu, maka semakin jelas tujuan kariernya.

Dari beberapa aspek yang diungkapkan oleh para tokoh di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa aspek kematangan karier, yaitu meningkatnya kesadaran diri, kemampuan individu dalam membuat rencana dalam hidupnya (orientasi pada pilihan), kemampuan individu dalam mengambil sebuah keputusan, tanggungjawab pada keputusan (pilihan), serta mempunyai motivasi dan komitmen (konsistensi pada pilihan). Berkaitan dengan aspek kematangan karier tersebut, penulis akan menggunakan tujuh aspek kematangan karier yang diungkapkan oleh Crites (1969), sebagai dasar pembuatan item skala. Aspek tersebut adalah orientasi pada pilihan, klarifikasi konsep diri individu, informasi pekerjaan, kemandirian, fantasi dan prediksi, tanggungjawab, konsistensi pada pilihan. Selain itu, penulis juga menggunakan beberapa aspek kematangan karier dari Pietrofesa dan Splete (1975). Aspek tersebut adalah Global awareness,

yaitu kesadaran mengenai peranan pihak lain di luar dirinya, serta

(42)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kematangan Karier

Kematangan karier bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal atau faktor-faktor sosial. Faktor internal meliputi :

a) Kemampuan inteligensi,

Kemampuan inteligensi yang dimiliki seseorang dapat dipergunakan sebagai pertimbangan dalam memasuki suatu jabatan, pekerjaan, atau karier, dan juga sebagai pelengkap dalam memasuki suatu jenjang pendidikan tertentu.

b) Bakat dan minat

Suatu kondisi dan kualitas yang memungkinkan individu untuk berkembang pada masa mendatang. Bakat perlu diketahui sedini mungkin untuk memberikan bimbingan belajar yang paling sesuai dengan bakat dan membantu menentukan pemilihan karier ataupun pendidikan lanjutan. Minat juga sangat berpengaruh dalam perkembangan karier. Tidak akan mungkin orang yang tidak berminat akan suatu pekerjaan akan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

c) Sikap dan Kepribadian

(43)

mempunyai peran yang berpengaruh bagi seseorang dalam menentukan arah pilih jabatan.

d) Nilai

Nilai digunakan oleh manusia sebagai suatu patokan dalam melakukan tindakan. Nilai-nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang dipilihnya, serta berpengaruh terhadap prestasi kerjanya. Individu yang memiliki nilai moral tinggi akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi pula dalam pekerjaanya.

e) Hobi atau kegemaran dan Penggunan waktu luang

Seseorang memiliki kecenderungan untuk menentukan arah pilihan jabatan yang sesuai dengan hobinya, karena hobi yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap prestasi kerjanya.

f) Prestasi dan Keterampilan

Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuni oleh individu berpengaruh terhadap arah pilih jabatan di kemudian hari. Selain itu juga penguasaan individu terhadap suatu perbuatan.

g) Aspirasi dan pengetahuan sekolah atau pendidikan sambungan, serta Pengetahuan tentang dunia kerja

(44)

yang diterima, hak dan kewajiban, serta tempat pekerjaan itu berada.

h) Pengalaman kerja

Pengalaman kerja yang pernah dialami siswa pada waktu duduk di bangku sekolah atau di luar sekolah.

i) Kemampuan dan keterbatasan fisik, penampilan lahiriah, serta Masalah dan keterbatasan pribadi

Masalah dari aspek diri sendiri ialah selalu ada kecenderungan yang bertentangan ketika menghadapi masalah tertentu sehingga seseorang merasa tidak senang, benci, khawatir, takut, pasrah dan bingung apa yang harus dikerjakan. Sedangkan keterbatasan pribadi ialah misalnya mudah meledak emosinya atau cepat marah, mudah dihasut, dapat mengendalikan diri, mau menang sendiri, dan lain-lainnya.

Di samping faktor internal, ada faktor eksternal yang mempengaruhi kematangan karier siswa, yaitu keluarga, latar belakang sosial ekonomi, gender, teman sebaya, lingkungan sekolah, faktor realitas, dan proses pendidikan (Sukardi, 1987).

(45)

karena bersama-sama menciptakan ruang gerak hidup. Faktor-faktor tersebut, yaitu :

a) Masyarakat

Lingkungan social budaya di mana orang muda dibesarkan. Lingkungan tersebut luas sekali dan berpengaruh sangat besar terhadap cara pandang keluarga yang akan diajarkan dan ditanamkan kepada anak-anak. Pandangan ini mencakup nilai-nilai tinggi-rendahnya sebuah pekerjaan, peran gender dalam sebuah pekerjaan, serta peran gender dalam kehidupan masyarakat.

b) Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah

Laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat; stratifikasi golongan sosial ekonomi masyarakat tinggi, sedang, rendah; serta pembedaan masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup bagi anggota kelompok lain. Misalnya, orang dewasa muda yang hidup di daerah terbelakang dan berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah, maka kesempatan kerja sangat terbatas dan kurang bervariasi.

c) Status sosial ekonomi keluarga

(46)

d) Pengaruh dari anggota-anggota keluarga besar dan keluarga inti Orangtua, saudara-saudara dari orangtua, dan kakak-kakak menyatakan harapannya mengenai pandangan-pandangan tertentu terhadap pendidikan. Orang muda harus menentukan sikapnya sendiri terhadap harapan dan pandangan itu, dengan dua kemungkinan, yaitu bila ia menerimanya maka ia akan mendapat dukungan dalam rencana masa depannya (vocational planning). Sebaliknya, jika ia tidak menerimanya, maka ia akan dihadapkan pada sikap oposisi keluarga yang tidak mendukung keputusannya. e) Pendidikan sekolah

Pandangan-pandangan yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf tenaga-tenaga bimbingan dan pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan, serta kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau perempuan.

f) Pergaulan dengan teman-teman sebaya

(47)

g) Tuntutan-tuntutan yang melekat pada jabatan dan pada program-program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil di dalamnya.

Di sisi lain, Super dan Thompson, 1979 (dalam Komandyahrini, dkk., 2008), mengidentifikasikan enam faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan karier seseorang, yaitu :

a) Kesadaran untuk membuat rencana ke depan. Termasuk di dalamnya adalah kesadaran seseorang dalam membuat perencanaan kariernya;

b) Kemampuan mengambil keputusan; c) Informasi umum mengenai karier;

d) Pengetahuan dan kemampuan menggunakan sumber informasi; e) Pengetahuan mengenai dunia kerja dan kemampuan (skiils); f) Informasi yang lebih rinci mengenai pekerjaan yang dipilih.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Manrihu (2009) pada siswa SMA di Sulawesi Selatan, kematangan karier juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsep diri, aspirasi okupasional, serta minat-minat vokasional (Manrihu, 2009).

(48)

dan proses pendidikan. Faktor eksternal tersebut banyak mempengaruhi kematangan karier siswa, mengingat siswa hidup berdampingan dengan orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.

C. SISWA

Di dalam dunia pendidikan, khususnya di lingkungan Sekolah, tentu memiliki anggota atau warga sekolah. Anggota yang paling penting adalah siswa (anak didik). Anak didik (siswa) dipahami sebagai individu yang belajar dan sebagai individu dengan segala perbedaannya (Djamarah, 2002 dalam Wijaya & Taganing, 2008). Dalam penelitian ini, subyek yang akan digunakan adalah siswa SMK. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa adalah subjek belajar yang menempati posisi sentral kegiatan belajar mengajar dalam suatu lembaga SMK.

(49)

Di sisi lain, ada aspek-aspek psikologis yang menyertai perubahan-perubahan fisik. Salah satu hal yang paling terlihat tentang aspek psikologis dari perubahan fisik ketika memasuki masa remaja adalah bahwa remaja mulai disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka (Santrock, 2005). Berkembangnya fisik pada remaja akan mempengaruhi kebutuhan-kebutuhan remaja. Seperti misalnya kebutuhan-kebutuhan akan penampilan yang semakin diperhatikan. Sebagian besar remaja akan merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Remaja selalu ingin berusaha untuk memperbaiki penampilan mereka. Keprihatinan timbul dalam diri remaja ketika ada kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Para remaja menyadari bahwa mereka yang berpenampilan menarik akan diperlakukan dengan lebih baik daripada yang kurang menarik. (Hurlock, 2005).

(50)

Sejalan dengan perkembangan fisik, perkembangan kognitif pada remaja mulai berubah. Pemikiran mereka semakin abstrak, logis, dan idealistis. Remaja lebih mampu untuk menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang dipikirkan orang lain tentang diri mereka, serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial. Pemikiran remaja mulai berallih ke pemikiran operasional formal. Pemikiran operasional formal berlangsung dari usia 11 tahun hingga 15 tahun (Piaget, dalam Santrock, 2005). Pemikiran operasional formal lebih abstrak dari pemikiran seorang anak. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret aktual sebagai dasar pemikiran mereka. Sebaliknya, remaja dapat membangkitkan situasi-situasi khayalan, kemungkinan-kemungkinan hipotesis, dan penalaran-penalaran yang benar-benar abstrak. Remaja melihat orang lain dan dirinya sebagaimana yang ia inginkan bukan sebagaimana adanya. Terutama dalam hal cita-cita. Selain itu, remaja mulai berpikir logis. Mereka mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji secara sistematis pemecahan masalah tersebut. Pemikiran tersebut sering disebut Piaget sebagai ”pemikiran deduktif hipotesis” (Santrock, 2005).

(51)

diterapkan dalam dunia nyata. Hal ini disebabkan luasnya pengalaman itu sangat penting dalam proses tersebut. Remaja perlu banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis. Kesalahan pengambilan keputusan pada remaja kemungkinan terjadi ketika dalam kenyataan, hal yang menjadi masalah adalah orientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untuk memberi pilihan-pilhan yang memadai bagi remaja (Santrock, 2005).

Perkembangan lain yang terlihat pada remaja adalah perkembangan sosial dan emosi. Secara sosial, relasi remaja dengan teman atau kelompok sebaya menjadi lebih luas. Remaja meluangkan waktu lebih banyak untuk bergaul dengan teman sebaya. Hal ini menyebabkan remaja mulai tergabung dengan kelompok-kelompok dan Klik. Kesetiaan remaja dalam kelompok, klik, klub, organisasi, dan tim memiliki peran kendali yang sangat kuat terhadap kehidupan banyak remaja (McLellan, Haynie, & Strouse, 1993, dalam Santrock, 2005). Peran kendali tersebut bisa berkaitan dengan pemikiran remaja mengenai masa depan mereka. Semakin banyak teman dan relasi, remaja semakin bisa untuk berpikir secara luas mengenai masa depannya, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana remaja berpikir dalam pengambilan keputusan setelah lulus sekolah pada nantinya.

Secara emosi, masa remaja disebut sebagai masa ”badai dan

(52)

dalam suatu tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan pada masa kanak-kanak mereka kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi hal tersebut. Pada periode ini, remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan emosi yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara (ngambek), atau dengan suara keras mengkritik orang yang menyebabkan amarah. Bila seorang remaja ingin mencapai kematangan emosi, maka remaja perlu untuk melakukan katarsis emosi untuk menyalurkan emosinya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada masa remaja terjadi beberapa perkembangan dalam diri individu, yaitu perkembangan secara fisik, kognitif, sosial dan emosi. Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masa remaja tersebut mempengaruhi perkembangan individu di masa selanjutnya, termasuk masa-masa di mana seorang individu harus melakukan pengambilan keputusannya mengenai karier yang akan dipilihnya.

D. PENDIDIKAN KEJURUAN (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)

1. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

(53)

latihan keterampilan (‘House of Committee on Educational and

Labour’, dalam Hamalik, 1990).

Dengan demikian dapat disimpulkan, Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu lembaga yang mendidik siswanya untuk mengembangkan bakat, keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja.

2. Fungsi Pokok SMK

Berdasarkan rumusan mengenai SMK tersebut, dapat ditafsirkan bahwa SMK mempunyai tiga fungsi pokok (Hamalik, 1990):

a) Fungsi Pengembangan Bakat

SMK berusaha memberikan pelayanan secara luas bagi para siswa yang ingin mengembangkan bakat dan minatnya yang terkait dengan bidang lapangan kerja tertentu;

b) Fungsi Pendidikan Dasar Keterampilan dan Kebiasaan yang Mengarah Pada Dunia Kerja

SMK berusaha memberikan keterampilan-keterampilan dasar serta kebiasaan-kebiasaan yang diperlukan, yang terarah pada dunia kerja yang ada di masyarakat;

c) Fungsi Kepelatihan

(54)

pendidikan dasar tertentu. Fungsi ketiga ini merupakan gabungan dari fungsi pertama dan kedua, sehingga SMK ini harus mampu memberikan pelayanan terhadap macam-macam kebutuhan untuk memperoleh pengalaman melalui pendidikan.

Ketiga fungsi pokok SMK tersebut merupakan bagian dari faktor-faktor eksternal penting yang mempengaruhi perkembangan kematangan karier siswa. Di SMK siswa dibimbing untuk mengembangkan bakat dan kemampuan yang telah dimiliki. Selain itu, siswa diberikan pelatihan-pelatihan keterampilan dasar serta kebiasaan-kebiasaan yang terarah pada dunia kerja, dan diberi pelayanan mengenai bermacam-macam kebutuhan untuk memperoleh pengalaman melalui pendidikan. Hal ini berarti, lingkungan sekitar siswa sangat berpengaruh terhadap perkembangan kematangan karier siswa. Apabila siswa dapat menerima dan menyerap semua hal itu dengan baik, serta mengolahnya dengan faktor-faktor yang ada di dalam diri siswa, maka siswa tersebut bisa dikatakan sudah mempunyai kematangan karier.

E. DINAMIKA KEMATANGAN KARIER PADA SISWA SMK

(55)

Siswa SMK termasuk dalam rentang usia 15-24 tahun, yang sudah mulai untuk menentukan alternatif jabatan. Hal ini sesuai dengan pandangan Super (dalam Winkel, 2004) mengenai proses perkembangan karier. Siswa SMK termasuk dalam tahap eksplorasi, yaitu merupakan tahap dimana remaja mengembangkan kesadaran terhadap dirinya dan dunia kerja dan mencoba

peran-peran baru. Para siswa tersebut mulai menentukan pekerjaan dan karier apa

yang hendak mereka pilih setelah lulus nanti. Maka, lembaga SMK diharapkan bisa menjadi sarana untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja.

(56)

F. SKEMA PENELITIAN

REMAJA

FISIK KOGNITIF SOSIAL DAN

EMOSI masuk ke dunia kerja, serta

(57)

38 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian, yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya, berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala ilmiah, sehingga sampai pada sebuah pemahaman yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Data-data yang dicari untuk memperoleh pemahaman harus dapat dipercaya kebenarannya (Narbuko & Achmadi, 2007).

(58)

A. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011).

Variabel dalam penelitian ini adalah Kematangan Karier, berdasarkan aspek-aspek Kematangan Karier dari Crites serta Pietrofesa dan Splete.

B. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dimaksudkan untuk membatasi arti variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga tidak akan terjadi salah pengertian dalam menginterpretasikan data dan hasil penelitian yang akan diperoleh.

Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah Kematangan Karier. Kematangan Karier adalah kesiapan seorang individu untuk bernegosiasi dan membuat keputusan karier sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kariernya. Kematangan karier diukur dengan menggunakan skala kematangan karier yang dibuat oleh peneliti.

(59)
(60)

mewujudkan tujuan yang berkaitan dengan karier yang telah dipilih. Memiliki Konsistensi Pilihan yaitu memiliki pilihan karier yang tetap. Semakin konsisten pilihan karier individu, maka semakin jelas tujuan kariernya. Global Awareness merupakan kesadaran mengenai peranan pihak lain di luar dirinya, serta Vocational Developing dilakukan untuk mengembangkan kemampuan vokasional.

Skala kematangan karier akan diukur menggunakan model Summated Rating Methode. Skor Total yang diperoleh subjek dari hasil skala akan menunjukkan tingkat kematangan karier subjek. Semakin tinggi skor total yang diperoleh dari skala akan menunjukkan tingkat kematangan karier subjek yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh dari skala akan menunjukkan tingkat kematangan karier subjek yang rendah.

C. SUBJEK PENELTIAN

(61)

mengalami kebimbangan dalam melakukan dan memilih suatu hal. Di kelas XI ini remaja mulai memikirkan mengenai masa depan, termasuk dalam hal karier. Maka peneliti akan mencoba melihat bagaimana kematangan karier siswa kelas XI dan XII tersebut.

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala. Skala merupakan sekumpulan pernyataan yang disusun dengan cara-cara tertentu mengenai suatu obyek yang hendak diungkap dan dikenakan kepada individu. Dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah skala kematangan karier.

Skala ini bertujuan untuk melihat bagaimana kematangan karier seseorang. Skala kematangan karier ini disusun berdasarkan aspek-aspek dari Crites (1969), serta Pietrofesa dan Splete (1975). Aspek-aspek tersebut adalah :

a. Orientasi pada Pilihan

b. Klarifikasi Konsep Diri Individu c. Informasi Pekerjaan

d. Kemandirian

(62)

h. Global Awareness

i. Vocational Developing

Skala Kematangan Karier terdiri dari item yang bersifat unfavorabel

(pernyataan bentuk negatif) dan Favorabel (pernyataan bentuk positif). Pada skala Kematangan Karier ini, subjek diminta untuk memilih jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), S (Sesuai), SS (Sangat Sesuai) terhadap pernyataan yang tercantum pada skala tersebut sesuai dengan keadaan diri subjek.

Pada skala Kematangan Karier ini, item yang bersifat favorabel diberi skor 4 sampai dengan 1, sesuai dengan alternatif jawaban yang diberikan subjek yaitu dari SS sampai STS. Sedangakn item yang bersifat unfavorabel

diberi skor 1 sampai dengan 4, sesuai dengan alternatif jawaban yang diberikan subjek yaitu dari SS sampai STS. Mengenai hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

(63)

Tabel 2

Blue Print Skala Kematangan Karier

No. ASPEK Jumlah Bobot (%)

1. Orientasi pada pilihan 10 11,11 2. Klarifikasi konsep diri

individu

10 11,11

3. Informasi pekerjaan 10 11,11

4. Kemandirian 10 11,11

5. Fantasi dan prediksi 10 11,11

6. Memiliki tanggung jawab 10 11,11 7. Memiliki konsistensi pilihan 10 11,11

8. Global awareness 10 11,11

9. Vocational Developing 10 11,11

(64)

Tabel 3

Kisi-Kisi Sebaran Item Skala Kematangan Karier (untuk Uji Coba)

No. ASPEK Item Favorabel Item

Unfavorabel Jumlah

1. Orientasi pada pilihan 2,5,9,11,13 30,34,36,42,48 10 2. Klarifikasi konsep diri

individu 1,27,31,41,49 52,56,60,32,38 10

3. Informasi pekerjaan 3,7,15,37,47 20,22,54,58,62 10

4. Kemandirian 17,19,21,51,45 4,10,16,28,40 10

5. Fantasi dan prediksi 43,59,63,67,71 24,26,44,50,55 10 6. Memiliki tanggung

jawab 61,64, 90,69,73, 8,14,23,76,89 10

7. Memiliki konsistensi

pilihan 25,29,57,79,81 12,74,46,82,85 10

8. Global awareness 18,53,80,70,87 35,65,68,88,86 10

9. Vocational Developing 33,72,78,84,83 6,39,66,75,77 10

Jumlah item/butir 45 45 90

Skala Kematangan Karier akan diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas skala.

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

1. Validitas

(65)

pengukuran tersebut. Alat ukur yang valid adalah yang memiliki varians eror yang kecil, sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang ”sebenarnya” atau angka yang mendekati keadaan

sebenarnya (Azwar, 2007).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk. Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoretik yang hendak diukurnya. Dalam hal ini, isi skala mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran. Validitas konstruk dapat diestimasi melalui pengujian terhadap konsekuensi-konsekuensi praktis mengenai hasil tes pada kondisi tertentu. Dalam hal ini adalah skala kematangan karier. Apabila hasilnya sesuai dengan harapan, maka tes atau skala itu dianggap memiliki validitas konstruk yang baik.

2. Reliabilitas

(66)

item dengan skor item total yang akan menghasilkan koefisien korelasi item total ( (Azwar, 2007). Koefisien korelasi yang baik adalah ≥ 0,30 pada taraf signifikansi 0,05 karena memiliki daya pembeda yang memuaskan. Sedangkan item dengan nilai 0,30 dianggap buruk karena memiliki daya diskriminasi rendah sehingga tidak dimasukkan dalam item yang digunakan dalam penelitian atau dinyatakan gugur (Nurgiyantoro, dkk, 2002). Penyeleksian item dilakukan menggunakan program SPSS for windows 17.

Setelah melakukan seleksi item, kemudian dilakukan pengujian terhadap reliabilitas. Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil dari pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (Azwar, 2007). Reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan pendekatan konsistensi internal, yaitu berupa butir-butir pernyataan. Prinsip pengujian metode ini adalah pengujian terhadap konsistensi antar bagian atau konsistensi antar item dalam tes. Suatu tes dinyatakan reliabel jika memiliki konsistensi yang tinggi di antara komponen-komponen yang membentuk tes secara keseluruhan (Azwar, 2005).

(67)

reliabilitas, yaitu mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin rendah koefisien reliabilitas, yaitu mendekati angka 0, berarti semakin rendah reliabilitasnya. Koefisien reliabilitas yang mencapai angka =1,00 atau bahkan =0,0, tidak akan pernah dijumpai dalam pengukuran secara psikologis. Hal ini disebabkan terdapatnya berbagai sumber error dari dalam diri manusia dan dalam pelaksanaan pengukuran yang sangat mudah mempengaruhi kecermatan hasil pengukuran (Azwar, 2007). Pengukuran koefisien reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

Alpha Chronbach dalam program SPSSfor windows 17.

F. HASIL UJI COBA

(68)

1. Uji Coba Skala

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba alat ukur penelitian, untuk melihat validitas dan reliabilitas item yang nantinya akan digunakan untuk penelitian. Peneliti mengambil seluruh siswa kelas X Akuntansi, X Pemasaran, X Broadcasting, dan X Otomotif sebagai subjek dalam uji coba alat ukur yang dilaksanakan tanggal 27 September 2011.

Subjek uji coba alat ukur penelitian ini berjumlah 50 orang, meliputi laki-laki berjumlah 33 siswa dan perempuan berjumlah 17 siswi. Seluruh skala kecemasan berjumlah 50 bendel dan dapat dianalisis.

2. Hasil Uji Coba

Seluruh item skala dianalisis untuk menunjukkan apakah item tersebut lolos seleksi atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk penelitian. Seleksi item atau analisis item dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 17 dengan melihat Corrected Item-Total Correlations.

(69)

Tabel 4

Distribusi Item Sahih dan Gugur Skala Kematangan Karier

No. ASPEK Item Favorabel Item Unfavorabel Jumlah

1. Orientasi pada pilihan 2,5,9,11,13 30,34,36,42,48 10

2. Klarifikasi konsep diri

individu 1,27,31,41,49 52,56,60,32,38 10 3. Informasi pekerjaan 3,7,15,37,47 20,22,54,58,62 10 4. Kemandirian 17,19,21,51,45 4,10,14,28,40 10 5. Fantasi dan prediksi 43,59,63,67,71 24,26,44,50,55 10 6. Memiliki tanggung

jawab 61,64, 90,69,73, 8,16,23,76,89 10

7. Memiliki konsistensi

pilihan 25,29,57,79,81 12,74,46,82,85 10

8. Global awareness 18,53,80,70,87 35,65,68,88,86 10 9. Vocational Developing 33,72,78, 83, 84 6,39,66,75,77 10

Jumlah item/butir 45 45 90

(70)

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa item yang gugur dengan sebaran pada tiap-tiap aspek yang tidak merata. Akan tetapi, peneliti tidak melakukan revisi terhadap sebaran skala yang tidak merata tersebut dengan alasan peneliti mengalami kendala ketika harus melakukan tryout (uji coba) ulang. Hal ini disebabkan sulitnya mencari waktu yang sesuai dengan jadwal pelajaran di SMK Putra Tama yang cukup padat. Selain itu, pada masing-masing aspek masih terwakili antara item favorabel dan unfavorabel.

Tabel 5

Blue PrintSkala Kematangan Karier (Setelah Uji Coba)

No. ASPEK Item Favorabel Item Unfavorabel Jumlah

1. Orientasi pada pilihan 2, 9,11,13 34 5

2. Klarifikasi konsep diri

individu 27,31,41,49 32 5

3. Informasi pekerjaan 47 22,54,58 4

4. Kemandirian 17,51,45 10, 28 5

5. Fantasi dan prediksi 59,63,67,71 24,26,44,55 8

6. Memiliki tanggung jawab 61,64, 90,69,73, 76 6

7. Memiliki konsistensi pilihan 29,57,79,81 46,82,85 7

8. Global awareness 18, 80,70 68, 86 5

9. Vocational Developing 33,72,78, 83 39 5

(71)

3. Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur ini diselidiki dengan bantuan program yang terdapat pada SPSS for Windows 17 dengan teknik Cronbach’s Alpha. Pada skala Kematangan Karier diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,917 dari 50 item, yang berarti skala ini reliabel.

G. METODE ANALISIS DATA

(72)

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta ijin terlebih dahulu kepada pihak SMK Putra Tama melalui Kepala Sekolah, dengan menyertakan surat ijin penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan nomor surat 89.a/D/KP/Psi/USD/X/2011. Setelah kepala sekolah memberikan ijin, maka peneliti segera melakukan penelitian.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2011 di SMK Putra Tama Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah tersebut merupakan satu-satunya SMK swasta Katholik yang berada di Kabupaten Bantul, yang beralamat di Jalan Mgr. Albertus Soegiyopranoto No. 2 Bantul.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Putra Tama. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki maupun perempuan, berusia antara 15-19 tahun, serta merupakan siswa SMK Putra Tama kelas X dan XI. Jumlah siswa SMK Putra Tama adalah 172 siswa.

(73)

melalui kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan). Total subjek penelitian ini adalah 122 siswa. Peneliti membagikan skala sebanyak 122 exemplar, sesuai dengan jumlah subjek penelitian.

B. HASIL PENELITIAN 1. Uji Normalitas

Setelah memperoleh data hasil penelitian, kemudian dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas. Uji normalitas tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan berasal dari kelompok distribusi normal. Hasil uji normalitas akan diperlihatkan pada tabel 6.

Tabel 6

Hasil Uji Normalitas Data Kematangan Karier

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

TOTAL

N 122

Normal Parametersa,,b Mean 148.7049

Std. Deviation 11.66452

Most Extreme Differences Absolute .066

Positive .066

Negative -.066

Kolmogorov-Smirnov Z .732

Asymp. Sig. (2-tailed) .657

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

(74)

dengan nilai p lebih dari 0,05 (0,657>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor kematangan karier pada subjek penelitian yang telah diambil terbukti tidak menyimpang dari distribusi normal.

2. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum

Subjek penelitian ini berjumlah 122 siswa, yang terdiri dari 67 perempuan dan 55 laki-laki. Usia subjek berkisar antara 15 hingga 18 tahun. Subjek seluruhnya merupakan siswa SMK Putra Tama Bantul, yang saat ini duduk di kelas XI dan XII.

Sebagian besar subjek sudah mempunyai cita-cita sejak awal masuk SMK, meskipun sebagian subjek mengalami perubahan cita-cita dari awal masuk SMK hingga saat ini. Masing-masing jurusan dapat terlihat perbedaan rencana subjek di kemudian hari. Siswa jurusan Akuntansi sebagian besar mempunyai rencana untuk bekerja atau berwiraswasta dan jika bekerja mereka memilih sebagai pekerja kantor. Beberapa dari siswa akuntansi juga berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Cita-cita subjek cenderung sama dari awal masuk SMK hingga pada saat ini.

(75)

cenderung sama dari awal masuk SMK hingga saat ini. Beberapa dari subjek ingin menekuni pekerjaan seperti jurusan yang ditekuni saat ini, yaitu sebagai penyiar radio. Siswa dari Jurusan Otomotif sebagian besar memiliki cita-cita yang sama sejak masuk SMK hingga saat ini. Subjek pada umumnya memiliki rencana untuk wirausaha mandiri setelah lulus SMK nanti.

Berdasarkan hasil penelitian dan setelah diolah menggunakan teknik komputerisasi dengan program SPSS for Windows 17, diperoleh deskripsi statistik data empirik yang dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Deskripsi Statistik Data Empirik

N Subjek

Mean Std.

Deviation

Skor

Minimum Maximum

122 148 11,66452 119 179

Berdasar data di atas dapat dilihat bahwa skor minimum empirik atau jumlah skor minimal yang diperoleh subjek sebesar 119 dan skor maksimum empirik atau jumlah skor maksimal yang diperoleh subjek sebesar 179. Mean empirik atau rata-rata skor subjek sebesar 148 dan standar deviasi sebesar 11,66452.

(76)

penelitian, yang diperoleh dari angka yang merupakan rata-rata data hasil penelitian. Mean teoritik adalah rata-rata dari alat ukur penelitian, yang diperoleh dari angka yang menjadi titik tengah alat ukur penelitian.

Pada skala kematangan karier ini, diperoleh jarak sebaran 50 (50 x 1) sampai dengan 200 (50 x 4), dengan luas sebaran 150 (200 – 50). Sehingga diperoleh mean teoritik 125 [(50+200)/2]. Berikut ini disajikan mean teoritik, mean empirik, dan standar deviasi hasil penelitian pada tabel 8.

Tabel 8

Mean teoritik, Mean empirik, dan Standar Deviasi

Kematangan

(77)

dilakukan dengan uji statistik one sample t-test dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows 17. Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa mean empirik secara signifikan lebih besar dari mean teoritik. Berikut ini adalah hasil uji statistik one sample t-test.

Tabel 9

Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 22,47. Sedangkan nilai signifikansinya adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 (p = 0,000 < 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang signifikan kematangan karier siswa SMK. Hal ini membuktikan bahwa secara signifikan mean empirik lebih besar dari mean teoritik. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa kematangan karier siswa SMK Putra Tama tergolong tinggi dan telah terbukti secara signifikan.

3. Kategorisasi Kematangan Karier Siswa SMK Putra Tama

Kategori kematangan karier diperoleh dengan memasukkan skor total yang telah diperoleh subjek penelitian ke dalam norma kategorisasi skala kematangan karier. Berikut ini adalah pengkategorisasian yang disertai persentase jumlah subjek dari setiap kategorisasi:

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Gambar

Tabel 1  Penskoran Item Favorabel dan Unfavorabel Skala Kematangan
Tabel 2
Tabel 3  Kisi-Kisi Sebaran Item Skala Kematangan Karier
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

Roller Conveyor adalah suatu alat untuk memindahkan material dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih rendah dengan menggunakan roller tanpa penggerak yang

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah

Peserta yang telah melakukan pendaftaran akan dihubungi oleh pihak panitia pada tanggal 5 Oktober 2016 untuk konfirmasi.. Formulir pendaftaran dapat diambil di sekretariat