DAFTAR ISI
E. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data ... 14
F. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 15
BAB II KAJIAN TEORITIK TENTANG BIMBINGAN KARIR DAN KEMATANGAN KARIR REMAJA A. Konsep Dasar Bimbingan Karir di Sekolah ... 17
B. Kematangan Karir ... 33
C. Pengembangan Program Bimbingan Karir ... ... 39
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 54
B. Definisi Operasional Variabel ... 56
C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 58
D. Prosedur Penelitian ... 63
E. Pengumpulan Data ... 65
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kematangan Siswa SMK N 11 Bandung ... 68 B. Gambaran Umum Sekolah dan Program Bimbingan dan Konseling
SMK N 11 Bandung ... 70 C. Hasil Uji Coba Lapangan Program Bimbingan Karir ... 91 D. Pembahasan Hasil Penelitian Program Bimbingan Karir untuk
Meningkatkan Kematangan Karir Siswa SMK ... 95
E. Hasil Akhir Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa SMK………...……….111 F. Keterbatasan Penelitian ... 112
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 114 B. Rekomendasi ... 115
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Tugas Perkembangan Karir ……….………4
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian …….………..………59
Tabel 4.1 Rencana Kegiatan Program Bimbingan Karir………...86
Tabel 4.2 Nilai Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen...91
Tabel 4.3 Uji berpasangan Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen...92
Tabel 4.4 Perbedaan Skor Posttest Kelompok Kontrol dan Posttest Kelompok Eksperimen...93
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Lokasi SMK N 11 Bandung ………..………..…71
Gambar 4.2 Ruang Kelas SMK N 11 Bandung………..……….72
Gambar 4.3 Suasana Kegiatan Perkenalan Peneliti dengan Siswa…..………99
Gambar 4.4. Kegiatan Pre test pada Siswa……….……..100
Gambar 4.5. Lembar Kontrak Perilaku ………...101
Gambar 4.6. Suasana Kelas Saat Kegiatan………..….102
Gambar 4.7. Ekspektasi Siswa………..103
Gambar 4.8. Hasil Tugas Kegiatan What Would I be………..104
Gambar 4.9. Kegiatan Where Are You Going to ………105
Gambar 4.10 Kegiatan Materi I Have Choices……….106
Gambar 4.11 Penyampaian Materi dari Narasumber………107
Gambar 4.12 Kegiatan Every problems have solution……….……….108
Gambar 4.13 Kegiatan Materi Now I Know What I’ll Be………....109
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Profil Umum Kematangan Karir Siswa SMK ………69
Grafik 4.2 Profil Kematangan Karir Siswa SMK pada Setiap Indikator…………71
Grafik 4.3 Profil Efektifitas Program Kematangan Karir Siswa SMK pada
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah. Latar belakang masalah
digunakan oleh peneliti sebagai landasan dalam melakukan kajian terhadap
masalah dan pencarian solusi dalam penelitian. Pembahasan latar belakang
dilanjutkan dengan identifikasi masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan asumsi penelitian. Bab ini diakhiri dengan
memaparkan ringkasan dari metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Remaja merupakan salah satu tahapan dari siklus kehidupan manusia yang
banyak dibahas oleh para ahli, sebab banyak hal menarik yang dapat ditelaah.
Masa remaja merupakan fase kehidupan yang sangat penting dalam siklus
perkembangan individu, karena mengarah pada masa dewasa yang sehat
(Konapka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman&Riva, 1996; Santosa, 2010). Masa ini
menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi dari status kanak-kanak menuju
dewasa, remaja tidak termasuk golongan anak-anak tidak pula termasuk golongan
orang dewasa (Maslihah, 2009).
Usia remaja adalah usia dimana individu mulai belajar berinteraksi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama ( Piaget:1969).
Mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak lagi, namun belum dapat
dikategorikan dewasa karena remaja masih kurang dapat bertanggung jawab atas
Karakteristik khusus dari masa remaja di antaranya ialah masa untuk
mencari identitas dirinya dan masa ‘storm and stress’. Erik Erikson berpendapat bahwa “ dalam masa remaja, remaja selalu berusaha melepaskan diri dari milieu orangtua dan mendekati teman sebaya sebagai suatu proses untuk mencari
identitas ego”. Teori ini diperkuat oleh teori Blowby (Hurlock; 1985) yang
berbunyi ”remaja mengalami detachment (menjauh) dari orang tua, di lain pihak mengalami attachment (mendekati) dengan peergroup yang berperan untuk membagi perasaan dan menenangkan emosinya. Pendapat tersebut
mendeskripsikan bahwa remaja akan merasa nyaman mengutarakan masalahnya
dengan sesama temannya dibanding dengan orang tua mereka sendiri. Mengenai
hal-hal yang tidak akan lepas dalam pemenuhan tugas-tugas perkembangan yang
harus dilaksanakannya yang akan berpengaruh pada keberhasilan tugas-tugas
berikutnya. Maka dari itu untuk mengatasi masalah diperlukan cara yang tepat
untuk membersamai anak-anak dalam perkembangannya.
WHO (1974) menyatakan bahwa remaja adalah suatu masa dimana
individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa
serta peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2004).
Hurlock (dalam Maslihah, 2009) membagi masa remaja menjadi dua
bagian, yaitu remaja awal dan akhir. Hurlock (1973) memberi batasan masa
Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan
aliran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun. Secara
lebih detail dipaparkan bahwa usia remaja memiliki batasan usia sekitar 11-12
sampai dengan 15-16 tahun untuk remaja awal dan remaja akhir sekitar 15-16
sampai dengan18-21 tahun.
Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-remaja
untuk berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat penganut aliran
kontemporer memasukan mereka dalam kategori remaja. Banyak permasalahan
yang muncul pada masa remaja ini. Masalah yang umumnya dialami remaja
muncul sebagai akibat dari adanya perubahan fisik, masalah sosial, akademik,
serta karir. Perubahan fisik yang terjadi menjadi sumber masalah tersendiri bagi
remaja, hal ini terkait dengan mulai munculnya hasrat seksual yang ingin
terpuaskan seiring dengan matangnya organ-organ seksual. Permasalahan sosial
yang terjadi pada masa remaja berkaitan dengan hubungan yang lebih akrab
dengan teman sebaya baik melalui pertemanan maupun percintaan. Dalam
bidang akademik, remaja juga kerap mengalami berbagai permasalahan, misalnya
terganggunya kegiatan belajar karena berpacaran atau kenakalan remaja lain,
penggunaan narkoba.
Permasalahan lain dari remaja yang tidak dapat dihindari berhubungan
dengan karir. Salah satunya masalah kesiapan karir. Hal ini menjadi konsekuensi
logis dari perkembangan remaja dimana terdapat tuntutan bagi untuk
mempersiapkan karir. Hal ini sejalan dengan pernyataan Havighurst (Hurlock,
(1) Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita, (2) Mencapai peranan sosial pria dan wanita, (3) menerima
keadaan fisik diri dan menggunakannya secara efektif, dan (4) Mencapai
kemandirian emosional. Pada upaya untuk mencapai peranan sosial pria dan
wanita dimana di dalamnya terkandung upaya pencapaian karir. Tugas
perkembangan karir menurut Jordaans (Charles Healey,1982) pada remaja sendiri
dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 1.1. Tugas Perkembangan Karir
Aspek Profil Perilaku
A. Pengetahuan 1. Mengetahui program/tujuan sekolah
2. Mengetahui mata pelajaran pokok dalam program studinya
3. Mengetahui karakteristik pelajaran secara akurat.
4. Mengetahui tugas pokok yang harus dilakukan.
5. Mengetahu persyaratan pekerjaan yang diminati.
6. Mengetahui tata cara memperoleh pekerjaan yang diminati.
7. Mengetahui tingkat kepuasan dari pekerjaan yang diminati.
8. Mengetahui Ketrampilan/ keahlian yang diperlukan dalam
pekerjaan yang diminati.
9. Mengetahui gaji dari pekerjaan yang diminati.
10. Mengetahui proses kenaikan pangkat pekerjaan yang diminati.
B. Mencari Infor-masi
1. Membaca buku/ bahan lain yang berkaitan dengan informasi pekerjaan.
2. Mendiskuasikan pilihan-pilihan karir dengan guru, orang tua, konselor.
3. Berdiskusi dengan orang yang berpengalaman dengan
pekerjaan yang diminati
4. Mengikuti kursus yang mendukung pekerjaan yang diminati.
C. Sikap 1. Meyakini bahwa dia orang yang bertanggung jawab dengan
pengambilan keputusan karir meskipun memerlukan bantuan orang lain.
2. Mempercayai pentingnya pendekatan sistemis dalam
merencanakan dan memecahkan masalah.
3. Bertanggung jawab untuk memperoleh informasi.
4. Meyakini bahwa memecahkan masalah sekolah dan pekerjaan
merupakan tanggung jawab sendiri.
D. Perencanaan dan Pengambilan
1. Memilih salah satu alternatif pekerjaan dari berbagai pekerjaan.
2. Mampu mempertimbangkan berapa lama waktu untuk
Aspek Profil Perilaku
Keputusan 3. Mampu merencanakan apa yang harus dilakukan setelah
menamatkan sekolah.
4. Dapat memilih program studi lanjutan berdasar minat dan
pilihan kerjanya.
5. Mengambil keputusan ditempat mana akan bekerja.
E. Ketrampilan karir 1. Menggunakan sumber-sumber informasi karir.
2. Menjelaskan proses pengambilan keputusan karir.
3. Meningkatkan perolehan ketrampilan akademik/non akademik.
4. Dapat menggunakan bahan-bahan untuk meningkatkan
ketrampilan.
5. Mengelola waktu secra efektif.
6. Menganalisis data tentang dirinya.
7. Membiasakan diri bekerja dengan efektif dan bekerjasama
dengan orang lain.
Permasalahan karir yang terjadi pada remaja biasanya berkaitan dengan
pemilihan jenis pendidikan, yang mengarah pada pemilihan jenis pekerjaan
dimasa depan. Permasalahan ini penting untuk diperhatikan sehubungan dengan
banyaknya kebingungan yang dialami remaja dalam menentukan arah karirnya.
Tidak hanya itu kebimbangan karir pada remaja akan berakibat pada tingkat
kematangan perkembangan kepribadian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Saka, Gati, dan Kelly (2008) tentang pemilihan karir remaja. Menurut
mereka remaja yang tidak memiliki pilihan karir yang jelas cenderung memiliki
gangguan emosi dan kepribadian seperti pesimistis, gangguan kecemasan
(anxiety), dan konsep diri negatif serta self esteem yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Creed & Patton (2003) terhadap 166 siswa SMA di Australia
menunjukkan bahwa kematangan karir berkaitan dengan kematangan konsep diri
secara umum. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kematangan karir
pada remaja menunjukkan kemampuan remaja dalam memenuhi harapan sosial
Remaja dapat sangat merasakan masalah karir ketika berada pada
tingkatan sekolah menengah atas (SMA/SMK). Pada jenis Sekolah Menengah
Atas tidak akan terlalu terlihat dampak dari masalah karir ini. Masalah terlihat
lebih membebani siswa-siswi yang masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan yang
memang lebih disiapkan sebagai seorang individu yang siap bekerja. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang telah
mengkhususkan diri mendidik siswa dalam bidang ilmu tertentu. Seyogyanya
siswa yang masuk di SMK telah memiliki pilihan yang mantap mengenai arah
karir sebab mereka telah memilih sekolah dengan bidang keilmuan tertentu.
Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang tidak yakin dengan pilihan
karirya. Hal tersebut menunjukkan belum tercapainya kematangan karir
dikalangan siswa SMK.
Sekolah Menengah Kejuruan saat ini menjadi program utama dari
pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah Sekolah
Menengah Kejuruan di Indonesia. Penambahan jumlah Sekolah Menengah
Kejuruan berdampak dengan bertambahnya siswa di Sekolah Menengah
Kejuruan. Perbandingan siswa SMK : SMA adalah 43 : 57 dari total 7.719 SMK.
Pada tahun 2009 pemerintah berusaha untuk menyeimbangkan jumlah siswa
SMK:SMA menjadi 50 : 50. Tahun 2009 jumlah siswa SMK di seluruh Indonesia
sudah mencapai 3.878.652 (Kemendiknas. Dit PSMK, 2009)
Berbagai strategi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas individu di
Sekolah Menengah Kejuruan telah dilakukan. Hasil dari usaha yang dilakukan
yang cenderung masih mengalami berbagai masalah. Khususnya yang berkaitan
dengan masalah karir. Permasalahan karir siswa SMK telah menjadi kajian dari
banyak pihak.
Syamsu Yusuf (2000: 195) menyebutkan perkembangan berpikir pada
remaja antara lain “ dapat memikirkan masa depan dengan membuat perencanaan
dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya”. Maka berdasar
pendapat ini, remaja mau tidak mau harus menyadari bahwa dia harus segera
memilih dan mempersiapkan karir yang tepat dengan potensi dan kondisinya.
Pada kenyataannya, masih banyak ditemukan siswa yang baru sadar
memilih dan merencanakan kerja pada saat masa-masa kritis (terlalu terlambat
melakukan pilihan dan persiapan). Subrata (2001: 36) melakukan survey
persiapan karir sejumlah siswa SMA di Surabaya menunjukkan 85% siswa ragu
terhadap karir masa depannya, 80% belum menetapkan karir masa depannya
dengan mantap, 75% mengalami kesulitan dalam memutuskan dan merencanakan
karir dengan baik. Walaupun begitu 90% menyadari pemilihan karir merupakan
proses yang penting yang dengannya seseorang bisa mempersiapkan diri dengan
melakukan pilihan-pilihan pendidikan maupun latihan. Purwoko, (2002: 32) yang
melakukan survey terhadap mahasiswa di beberapa PTN di Surabaya menemukan
82% mahasiswa memilih jurusan bukan berdasar pemilihan dan persiapan karir
yang telah dilakukan semasa SMU. Beberapa mahasiswa bahkan menyatakan
pilihannya hanya berdasar spekulasi-spekulasi dengan tujuan asal dapat kuliah di
Urgensi bimbingan karir dan tuntutan dalam pengembangan karir di
Indonesia dikarenakan adanya beberapa fenomena. Fenomena karir tersebut antara
lain: (a) angka pengangguran masih tinggi, (b) masih ada dikotomi di masyarakat
antara pekerjaan yang bergengsi dengan tidak, misalnya, masih ada anggapan
pekerjaan bertani lebih rendah dari pegawai, (c) muncul banyak SMK yang akan
melahirkan tenaga kerja menengah dengan keterampilan tertentu, tetapi masih
banyak yang belum memiliki kompetensi standar, (d) lulusan dunia pendidikan
kebanyakan menguasai teori tapi minim dalam praktek-pengalaman, (e) lulusan
dunia pendidikan lebih banyak dibekali dengan komptensi yang sifatnya hard skill (academic skill dan vocational skill berupa pengetahuan dan keterampilan), tapi lemah dalam pembinaan kompetensi soft skill (personal skill dan social skill antara lain: kecakapan dalam mengenal diri sendiri, percaya diri, berpikir rasional
tanggung jawab, disiplin, kemauan kerja prestatif, jujur, keterampilan
bekerjasama, nilai-nilai yang harus dianut dalam bekerja, kemampuan
beradapatasi dengan perubahan, dsb), (f) masih banyak orang yang bekerja
sekedar memenuhi kebutuhan hidup, belum untuk kebahagiaan dan
kebermanfaatan bagi kehidupan diri dan masyarakat serta lingkungan, (g)
kebanyakan orang masih mengejar karir yang linier, (h) para siswa memilih
pendidikan lanjut, dan jurusan di Perguruan Tinggi belum didasarkan pada
orientasi karir yang jelas (Moh Surya: 2009).
Masalah karir kongkrit yang dirasakan oleh siswa menurut Supriatna
(2009) antara lain: (a) siswa kurang memahami cara memilih program studi yang
dunia kerja yang cukup, (c) siswa masih bingung memilih pekerja, (d) siswa
masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan
minat, (e) siswa merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat
sekolah, (f) siswa belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan
pendidikan tertentu, jika setelah tamat tidak memasuki dunia kerja, (g) siswa
belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan, dan
keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan serta prospek pekerjaan untuk
masa depan karirnya.
Layanan atau program Bimbingan karir di Indonesia seharusnya
memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa dalam perkembangan karir
sehingga memeiliki ketrampilan karir pada saat meninggalkan bangku sekolah.
Hoyt (2001) mengemukakan ada empat kebutuhan utama yaitu kebutuhaan untuk:
(1) merencanakan pendidikan pasca sekolah menengah yang berorientasi karir, (2)
memperoleh ketrampilan umum dalam cakap kerja, adaptasi kerja, dan
peningkatan kerja sehingga mampu mengikuti perubahan dunia kerja setelah
dewasa, (3) penekanan pentingnya nilai-nilai kerja, (4) merencanakan cara-cara
menyibukkan diri dalam pekerjaan sebagai bagian dari keseluruhan
perkembangan karir.
Program layanan Bimbingan Karir sangat diperlukan khususnya untuk
meningkatkan kematangan karir bagi siswa. Berdasarkan paparan yang ada di atas
maka peneliti berusaha untuk melakukan kajian lebih lanjut untuk
mengembangkan program peningkatan kematangan karir melalui layanan
Berdasarkan teori Super (1981) tahapan perkembangan karir remaja
berada pada tahap eksplorasi (eksploration) dengan rentang usia 17-22 tahun.
Tahap ini diawali sejak individu memiliki kesadaran bahwa pekerjaan merupakan
bagian dari kehidupannya karenanya setiap orang harus bekerja. Untuk bekerja
terdapat beberapa persiapan diri yang komplek, salah satu hal penting adalah
pendidikan dan atau latihan.
Sistem kerja dan sistem pendidikan telah diatur sedemikian rupa sehingga,
pilihan-pilihan bidang pendidikan pada gilirannya akan menentukan jenis karir
individu masa akan datang. Hampir 70 % siswa dari 320 siswa Sekolah Menengah
kelas I dan II yang di survei tidak mempersiapkan diri dalam pilihan pendidikan
yang diorientasikan pada kecenderungan arah pilih karirinya.( Purwoko,2000)
Secara lebih mendalam tidak dipahami bahwa karir masa akan datang sangat
ditentukan pilihan pendidikan saat ini. Banyak siswa yang bercita-cita menjadi
ahli teknisi, atau kedokteran tetapi mereka tidak mempersiapkan diri untuk masuk
pada jurusan IPA termasuk jurusan dan karakteristik perguaruan tinggi.
Penjurusan di SMK dimaknai secara parsial sebagai sekedar mengelompokkan
konsentrasi studi atau kemampuan akademik siswa saja yang tidak terkait dengan
pilihan karirnya.
Paparan fakta di atas mencerminkan siswa kita sebagian masih mengalami
kebingungan terkait dengan persiapan karirnya. Saucks (1999) menegaskan bahwa
peserta didik membutuhkan latihan-latihan khusus yang antara lain adalah :
serta meningkatkan kemampuan dan potensinya. Memperhatikan latar belakang
masalah yang telah dijabarkan, peneliti memfokuskan kajian pada program
bimbingan karir dalam upaya meningkatkan kematangan karir siswa kelas X SMK
N 11 Bandung.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Permasalahan kematangan karir yang telah dibicarakan di atas merupakan
gambaran yang sama dengan keadaan di SMKN 11 Bandung. Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 11 merupakan satu dari 15 SMK di Kota Bandung. Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 11 merupakan sekolah yang pada awalnya masuk
dalam kelompok Jurusan manajemen dan Bisnis. Pada perkembangannya SMK
Negeri 11 Bandung menambah muatan kelompok jurusan dengan rekayasa
perangkat lunak. SMK Negeri 11 saat memiliki lima jurusan yaitu; rekayasa
perangkatlunak, administrasiperkantoran, akuntansi,dan penjualan.
Sekolah Menengah Kejuruan 11 Bandung saat ini memiliki 1880 siswa. Pada
tingkat pertama 20 kelas, tingkat kedua memiliki 13 kelas dan pada tingkat akhir
memiliki 13 kelas. Besarnya jumlah siswa di SMK 11 Bandung tidak didukung
oleh adanya tenaga Bimbingan dan Konseling di sekolah tersebut. Sekolah
Menengah Kejuruan memiliki 3 tenaga guru Bimbingan dan Konseling dua
diantaranya merupakan tenaga kontrak. Pelaksanaan layanan Bimbingan dan
Konseling di SMK Negeri 11 Bandung masih sangat minim. Siswa di SMK
jurusan. Menurut siswa SMK Negeri 11 pilihan untuk masuk ke SMK lebih
banyak didasarkan atas masukan dan desakan dari orang tua. Hal tersebut
menyebabkan masalah tambahan bagi siswa dan guru di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 11 Bandung.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan diketahui bahwa
layanan Bimbingan dan Konseling masih belum optimal dilakukan. Hal tersebut
pada akhirnya berdampak pada layanan Bimbingan karir yang diberikan kepada
siswa. Masih dibutuhkan upaya dan tindakan serta program untuk membantu
siswa dalam meningkatkan kematangan karirnya.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka dirumuskan masalah dalam
penelitian sebagai berikut. Bagaimanakah program bimbingan karir dalam upaya
meningkatkan kematangan karir siswa SMK?
Secara lebih detail peneliti menjabarkannya dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah profil kematangan karir siswa SMK sebelum mendapatkan
program bimbingan karir?
2. Bagaimanakah profil kematangan karir siswa SMK setelah mendapatkan
program bimbingan karir?
3. Upaya apa yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk
meningkatkan kematangan karir siswa?
4. Bagaimana rumusan program bimbingan karir untuk meningkatkan
5. Bagaimana efektivitas Program Bimbingan Karir yang untuk meningkatkan
kematangan karir siswa di SMK Negeri 11 Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian secara umum bertujuan untuk merumuskan program bimbingan
dan konseling karir dalam upaya meningkatkan kematangan karir siswa SMK.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan khusus
penelitan ini adalah untuk mengkaji secara empiris beberapa hal di bawah ini:
a. Mengetahui profil kematangan karir siswa kelas X SMK Negeri 11
Bandung.
b. Melakukan kajian bagaimana program bimbingan dan konseling karir yang
telah dilaksanakan di SMK Negeri 11 Bandung.
c. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling di
SMK 11 Bandung, sebagai landasan penyusuna program layanan
Bimbingan.
d. Mengetahui apakah program bimbingan dan konseling karir untuk
meningkatkan kematangan karir siswa SMK sesuai dengan kondisi SMK
Negeri 11 Bandung.
e. Menguji dan mengkaji keefektifan program bimbingan dan konseling karir
dalam meningkatkan kematangan karir siswa kelas X di SMK Negeri 11
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak,
diantaranya sebagai berikut.
1. Manfaat secara teoretis
Penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 11 Bandung ini secara teoretis
berusaha untuk meningkatkan kematangan karir siswa SMK. Penelitian untuk
meningkatkan kematangan karir siswa ini diharapkan dapat menjadi
tambahan penguat teori dalam layanan Bimbingan dan Konselng khususnya
Bimbingan Karir.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi guru Bimbingan dan Konseling dan sekolah dapat digunakan untuk
membantu dalam merumuskan program serta upaya meningkatkan
kematangan karir siswa.
b. Bermanfaat bagi siswa (konseli) khususnya dalam memberikan
pengetahuan dan keterampilan untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan
kematangan karir.
E. Metode Penelitian, dan Teknik Analisis Data
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
pendekatan pendekatan kuantitatif, yakni pendekatan ilmiah yang didesain untuk
menjawab pertanyaan penelitian secara spesifik dengan menggunakan angka
statistk. Data hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan uji statistik
tertentu yang sesuai dengan jenis data dan penjabaran hasil penelitian yang ingin
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu penyelidikan
dimana minimal salah satu variabel dimanipulasi untuk mempelajari hubungan
sebab-akibat (MacLin, 2002 dalam Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2005). Sedangkan
Fraenkel dan Wallen (1993) dalam Hartanto (2010) penelitian eksperimen
merupakan metode yang paling ‘powerful’ sekaligus sebagai metode terbaik untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengembangan dari Inventori (Career Maturity Inventori) yang disusun oleh peneilit sebagai instrumen utama, pedoman observasi, dan pedoman wawancara
sebagai instrumen pendukung. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis data kuantitatif dengan teknik analisis parametrik.
F. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Bandung tepatnya di SMK Negeri 11
Bandung. Pemilihan SMK Negeri 11 Bandung dikarenakan adanya kemungkinan
bagi peneliti untuk mengembangkan dan melakukan penelitian. Layanan
Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 11 Bandung berdasarkan hasil
penelusuran peneliti (observasi dan wawancara) dianggap memiliki visibilitas
yang tinggi. Guru Bimbingan dan konseling di SMK Negeri 11 memiliki
pemahaman yang memadai mengenai layanan Bimbingan Karir, dan pentingnya
proses kematangan karir siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah 638 sementara subyek penelitian
ini berdasarkan masukan dan diskusi yang dilakukan peneliti bersama dengan
guru Bimbingan dan Konseling di SMK Negeri 11 Bandung. SMK Negeri 11
Bandung berlokasi di Jl. Budi Cilember, Kel.Sukaraja, Cicendo, Kota Bandung
54
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas beberapa hal yang bekaitan dengan metode
penelitian yang diawali dengan pembahasan mengenai pendekatan dan metode
penelitian, definisi operasional variabel,pengembangan instrumen penelitian,
populasi dan sampel, prosedur penelitian dan yang terakhir adalah teknik analisis
data hasil penelitian.
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni pendekatan
ilmiah yang didesain untuk menjawab pertanyaan penelitian secara spesifik
dengan menggunakan angka statistik(Soehartono dalam Suryani, 2009). Data hasil
penelitian akan diolah dengan menggunakan uji statistik tertentu yang sesuai
dengan jenis data dan penjabaran hasil penelitian yang ingin dicapai.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu penyelidikan
dimana minimal salah satu variabel dimanipulasi untuk mempelajari hubungan
sebab-akibat (MacLin, 2002 dalam Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2005). Sedangkan
Fraenkel dan Wallen (1993) dalam Hartanto (2010) penelitian eksperimen
merupakan metode yang paling ‘powerful’ sekaligus sebagai metode terbaik untuk menjelaskan hubungan kausal antar variabel.
Penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab
akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang lain
dibagi atas penelitian eksperimental sungguhan (true eksperimental) dan eksperimen semu (quasi eksperimental). Penelitian eksperimen sungguhan (true eksperimental) berusaha menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan desain nyata. Sementara itu, penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental) merupakan penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak
memungkinkan untuk mengadakan control atau memanipulasi semua variabel
yang relevan. Harus terdapat kompromi dalam menentukan validitas kinternal dan
eksternal sesuai dengan batasan yang ada.
Penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasi eksperimental), melihat kondisi tempat penelitian yang tidak memungkinkan atau sulit0020untuk
mengadakan control atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Desain yang
digunakan dalam penelitian eksperimen semu ini adalah desain nonRandomized
Control Group Pretest-Posttest Design. Desain ini dipilih karena sesuai dengan karakteristik dalam penelitian eksperimen yang akan dilakukan oleh peneliti. Pada
desain ini peneliti akan melakukan pretest dan post test untuk mengetahui hasil
dari tindakan (treatment) yang akan diberikan selama proses penelitian berlangsung.
Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Group Pretest Independent Variabel Posttest
Experiment Y1 X Y2
B. Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang dibahas yaitu program
bimbingan karir dan kematangan karir. Kedua variabel tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut.
1. Program Bimbingan Karir
Program bimbingan karir adalah seperangkat rencana atau rancangan kegiatan
yang disusun secara sistematis, teknis, terukur, dan terjadwal, berdasarkan
pada landasan tertentu dengan tujuan untuk membantu siswa dalam mencapai
kesuksesan optimal dalam bidang karir.
Pada penelitian ini program bimbingan karir yang dimaksud adalah program
yang dibuat peneliti untuk digunakan dalam kegiatan bimbingan karir di
SMKN 11 Bandung yang diharapkan mampu meningkatkan kematangan karir
siswa dengan cara mengakomodir kebutuhan siswa dalam mengatasi
hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan potensi karirnya. Program
ini mengacu pada analisis empiris terhadap profil kematangan karir siswa
yang dijadikan sampel penelitian.
2. Kematangan Karir
Kematangan karir atau career maturity dalam Bahasa Inggris, menurut Donald R. Super, tokoh yang mengembangkan teori perkembangan karir
mendefinisikan sebagai : “…the readiness to make appropriate career decision, readiness to make a good choice(s)”. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah kesiapan untuk membuat pilihan dan keputusan karir secara
kematangan karir sebagai berikut:”..the maturity of an individual’s vocational behavior as indicated by the similarity between his behavior and that of the oldest individual’s in his vocational stage”, yang artinya kesesuaian antara perilaku individu dengan perilaku karir yang diharapkan
pada tahap vokasional tertentu sesuai dengan usianya.
Pada penelitian ini kematangan karir yang dimaksud kesesuaian perilaku
siswa dengan jalur karir yang dipilih, yang diukur dari aspek atau dimensi
kematangan karir yang dirumuskan oleh Crites (1981, dalam Manrihu, 1986)
yaitu sikap dan kompetensi. Sikap adalah kecenderungan siswa dalam
keterlibatan, independensi, pengenalan, kompromi, dan ketegasan dalam
pilihan karir. Adapun yang dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan
siswa dalam pemahaman diri, informasi pekerjaan, penetapan tujuan,
perencanaan, dan pemecahan masalah pada proses pemilihan karir. Setiap
aspek memiliki beberapa indikator yang akan dijelaskan berikut ini.
a. Aspek Sikap.
Mengukur sikap-sikap siswa terhadap pemilihan karir, kecenderungan
disposisional yang dimanifestasikan dalam:
1) Keterlibatan : keterlibatan siswa dalam proses keputusan karir
2) Independensi : tingkat ketidakteikatan dalam pross pengambilan
keputusan
3) Orientasi : tingkat orientasi dalam proses pengambilan
keputusan dalam karir
5) Kompromi: kompromi dalam proses pengambilan keputusan karir
b. Kompetensi.
Meliputi aspek:
1) Pemahaman diri: penilaian dari sifat-sifat dan kecenderungan hiotesis
seseorang dalam hubungan dengan keberhasilan dan kepuasan karir
2) Pengetahuan Pekerjaan: pengetahuan tentang syarat-syarat pekerjaan,
pendidikan/latihan, dan pengetahuan praktis tentang pekerjaan
3) Pemilihan Pekerjaan: nilai-nilai pribadi yang dikejar dalam proses
pengambilan keputusan karir
4) Perencanaan:l angkah-langkah logis dalam proses pengambilan
keputusan karir
5) Pemecahan Masalah: pemecahan masalah dalam proses pengambilan
keputusan karir.
C. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Kisi-kisi Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan adalah inventori kematangan karir
yang dikonstruksi dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan konsep dari Crites
Tabel 3.1
Independensi: tingkat ketidakterikatan dalam proses pengambilan keputusan
1 4 5
Orientasi: tingkat orientasi dalam proses pengambilan keputusan dalam karir
6 0 6
Ketegasan: kepastian memutuskan pilihan karir
1 4 5
Kompromi: kompromi dalam proses pengambilan keputusan karir
3 0 3
Kompetensi
Pemahaman Diri: penilaian dari sifat-sifat dan kecenderungan hipotesis seseorang dalam hubungan dengan keberhasilan dan kepuasan karir
2 1 3
Pengetahuan Pekerjaan: pengetahuan tentang syarat-syarat pekerjaan, dalam proses pengambilan keputusan karir
2. Penimbangan Instrumen (Judgement Ahli) dan Uji Keterbacaan
Upaya untuk mendapatkan instrumen yang berkualitas harus dilakukan
peneliti untuk memperoleh hasil penelitian yang baik. Item yang dikembangkan
oleh peneliti berupa instrumen kematangan karir harus dikaji dan ditelaah secara
kepada pakar dalam bidang bimbingan dan konseling yaitu: Ipah Saripah, Mubiar
Agustin, dan Ilfiandra. Ketiga ahli tersebut memiliki kualifikasi dan pengalaman
yang memadai dalam Bimbingan dan Konseling.
Langkah yang selanjutnya dilakukan oleh peneliti adalah melakukan uji
coba instrumen kepada siswa kelas X SMKN 11 Bandung. Pada ujicoba
digunakan dua kelas di SMK N 11 Bandung. Jumlah siswa pada dua kelas
tersebut adalah 69 orang siswa. Peneliti juga melibatkan dua orang guru
Bimbingan dan Konseling di SMKN 11 Bandung yang berkualifikasi pendidikan
Strata 1 (S-1) Bimbingan dan Konseling.
3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Uji Validitas
Pengertian validitas menurut Suharsimi Arikunto (2002: 144) adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Instrumen penelitian ini menggunakan jenis validitas isi.
Menurut Saifuddin Azwar (1997) validitas isi merupakan validitas yang
diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan análisis rasional atau lewat
profesional judgement. Teknik ini sering disebut dengan Delphi Techniques (Cohen, Manion, &Morisson, 2000). Teknik ini merupakan upaya untuk
mengambil keputusan dengan merngirimkan rancangan program untuk
divalidasi oleh para ahli, yang kemudian diambil kesimpulan secara umum
Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauh
mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi (dengan
catatan tidak keluar dari batasan tujuan ukur) objek yang hendak diukur” atau
“sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (1972:121-126) dimana
Content validity adalah validitas yang meletakkan titik berat pada isi atau kurikulum yang telah diketahui anak-anak. Dengan kata lain adalah validitas
suatu instrumen yang dipandang dari segi alat ukurnya yaitu seberapa alat
ukur yang dirancang telah mencerminkan isi keseluruhan variabel yang
diteliti. Empirical validity (validitas empiris) adalah validitas yang selalu menggunakan sebagai kriterium bagaimana derajat kesesuaian antara apa
yang dinyatakan oleh hasil pengukuran dengan keadaan yang senyatanya.
Validitas instrumen akan diukur dengan rumus korelasi produk moment.
b. Uji Reliabilitas
Pengertian reliabilitas instrumen menurut Suharsimi Arikunto
(1998:170) adalah sebagai berikut. Reliabilitas menunjuk pada suatu
pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu
instrumen yang dapat dipercaya akan mengasilkan data yang dapat dipercaya
juga. Instrumen tersebut dapat menghasilkan data yang sama walaupun
datanya diambil beberapa kali, dengan syarat kondisi saat pengukuran tidak
instrumen yang skor butirnya bukan 1 atau 0 melainkan skala bertingkat atau
rating scale digunakan rumus alpha dari Cronbach sebagai berikut:
k : banyaknya butir pernyataan (item)
Σ 2
Koefisien reliabilitas yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan
dengan r table. Jika r dihitung > r tabel, berarti instrumen tersebut reliabel
dan siap digunakan dalam penelitian. Norma reliabilitas yang digunakan
dikelompok ke dalam lima kelas dengan rank yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
1) Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel 2) Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel 3) Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel 4) Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel
5) Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel (Triton, 2005).
c. Populasi dan Sampel
Populasi menurut Furqon (2008) adalah sekumpulan objek, atau
orang atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum
wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek atau subyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Pada penelitian ini yang
menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X SMKN 11 Bandung tahun
ajaran 2010-2011.
Sampel dapat didefinisikan sebagai bagian dari suatu populasi.
Pada penelitian ini akan digunakan teknik penarikan sampel simple random sampling (sampel acak sederhana), sehingga semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.Di SMKN 11 Bandung, siswa kelas X berjumlah 18 kelas dengan rata-rata
jumlah siswa perkelas antara 32-38 orang, dengan jumlah keseluruhan
siswa sebanyak 638 orang. Jumlah kelas sebanyak 18 akan diacak
sehingga mendapatkan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian,
kemudian dipilih lagi secara acak untuk dijadikan satu kelompok kontrol
dan satu kelompok eksperimen.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan memalui beberapa tahap yaitu
1. Tahap pralapangan
Peneliti mengadakan survei pendahuluan yang dilakukan selama
bulan Juli-Oktober 2010. Selama proses survey ini peneliti melakukan
Bandung. Peneliti juga menempuh upaya konfirmasi ilmiah melalui
penelusuran literatur buku dan referensi pendukung penelitian.
Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan
penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian yang digunakan
dalam melakukan penelitian. Proses yang dilakukan peneliti
selanjutnya adalah administrasi. Proses administrasi yang dilakukan
peneliti meliputi kegiatan yang berkaitan dengan perijinan kepada
pihak yang berwenang dan tahap ini dilaksanakan pada bulan Oktober
2010.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan atau Eksperimen
Peneliti pada tahap ini memasuki fase rangka pengumpulan data.
Pada tahap ini peneliti berusaha untuk memberikan treatmen sebagai
usaha untuk meningkatkan kematangan karir siswa di SMKN 11
Bandung. Tahap penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November2010. Kegiatan ekperimen dilakukan dalam setting
kelompok selama 6 pertemuan (treatment). Pada setiap pertemuan
menggunakan waktu selama 45 menit. 6 pertemuan tersebut di luar
waktu untuk melakukan kegiatan pretes dan posttes.
3. Tahap Analisis Data
Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data.
Peneliti dalam tahap ini setelah melakukan serangkaian proses
eksperimen dan kemudian mulai melakukan analisa data kuantitatif
peneliti menempuh proses penelaahan hasil instrumen yang telah
dibagikan. Penelaahan tersebut dilakukan setelah peneliti mendapatkan
hasil analisis data SPSS. Tahap ini dilaksanakan pada bulan November
2010 dan dilakukan bersamaan dengan proses konsultasi serta
pembimbingan penelitian.
4. Tahap evaluasi dan pelaporan
Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan
pembimbingan dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan.
Tahap ini dilakukan pada bulan Desember 2010.
E. Pengumpulan Data
Data yang ingin didapat pada penelitian ada dua macam yaitu data
tentang profil kematangan karir siswa dan data yang akan diolah untuk
mengetahui efektifitas program bimbingan karir untuk meningkatkan
kematangan karir siswa. Data-data tersebut didapat dari instrumen
penelitian yang digunakan dan diberikan kepada siswa pada saat pretest
dan posttest.
Instrumen penelitian berupa pernyataan-pernyataan yang disusun
menggunakan skala likert. Skala ini dipilih peneliti karena dapat
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang dalam
fenomena sosial Sugiyono 2001:73). Dalam skala Likert responden
jawaban yang tergantung dari data penelitian yang diperlukan oleh
peneliti. Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai berupa angka.
F. Teknik Analisis Data Penelitian
Analisis data menurut Nasution (2002: 126) yaitu menyusun data
agar dapat ditafsirkan. Adapun tujuan analisis data adalah menyempitkan
dan membatasi penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur dan
tersusun sistematis dan lebih rapi.Analisis data mencakup seluruh kegiatan
mengklasifikasikan, menganalisa, memaknai dan menarik kesimpulan dari
semua data yang terkumpul dalam tindakan. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dengan teknik analisis
parametrik. Digunakannya statistik parametris karena data yang digunakan
berbentuk interval. Statistik parametris bekerja dengan asumsi bahwa data
yang akan diuji berdistribusi normal.
Peneliti akan melakukan analisis data tentang profil kematangan
karir siswa kelas X SMKN 11 Bandung, dilanjutkan dengan menganalisis
efektifitas program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan karir
siswa. Penafsiran data dilakukan dengan cara mendeskripsikan makna
yang terkandung di dalam angka-angka.
Profil kematangan karir diterjemahkan dari data dengan
menghitung nilai rata-rata (mean), modus, dan median. Sedangkan
efektifitas program bimbingan karir untuk meningkatkan kematangan
posttest. Uji t dilakukan untuk menguji perubahan yag terjadi akibat suatu
perlakuan peneliti terhadap sampel dan membandingkan perilaku subjek
sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (Furqon, 2008).
Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan :
Rata rata sampel 1 Simpangan baku sampel 2
Rata rata sampel 2 varians sampel 1
Simpangan baku sampel 1 varians sampel 1
korelasi antara dua sampel
(Sugiyono: 2007)
t X X
114
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bagian penutup dari penelitian ini dipaparkan tentang kesimpulan dan
rekomendasi penelitian. Kesimpulan dibuat berdasarkan data yang diperoleh
peneliti di lapangan mengenai program Bimbingan karir untuk meningkatkan
kematangan karir siswa di SMK N 11 Bandung. Bagian rekomendasi ditujukan
kepada pihak sekolah khusunya guru Bimbingan dan Konseling, akademisi
Bimbingan dan Konseling serta bagi penelitian lanjutan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan kuasi eksperimen terhadap
pelaksanaan Program Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kematangan karir
yang dilakukan peneliti pada siswa di SMK N 11 Bandung, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil temuan penelitian sebelum diberikan Program Bimbingan Karir
menunjukkan bahwa kematangan karir siswa kelas X SMK N 11 Bandung
secara umum berada pada kategori sedang dengan jumlah 40 orang siswa
dengan prosentase 59,70 %. Pada kategori tinggi terdapat 12 siswa dengan
prosentase 17,91%, sedangkan kategori rendah sebesar 22,39 % dengan
jumlah siswa 15 orang.
2. Profil kematangan karir siswa SMK setelah mendapatkan program bimbingan
karir menunjukkan peningkatan secara signifikan pada seluruh indikator .
3. Belum terdapat upaya memadai yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan
siswa.
4. Program Bimbingan Karir untuk meningkatkan kematangan karir yang telah
disusun dalam Rencana Kegiatan Program Bimbingan Karir (action plan) dapat diimplemtasikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 11 Bandung.
Hal ini menunjukkan bahwa Program Bimbingan Karir untuk meningkatkan
kematangan karir sebaiknya dibuat sesuai dengan rancangan yang telah dibuat
peneliti.
5. Program Bimbingan Karir yang dilaksanakan peneliti terbukti efektif untuk
meningkatkan kematangan karir siswa SMK N 11 Bandung.
B. Rekomendasi
1. Bagi Sekolah
Kematangan karir merupakan aspek penting dalam karir siswa. Hal
terbukti dengan adanya hasil penelitian yang menunjukkan hal tersebut.
Pentingnya kematangan karir bagi siswa seharusnya disadari oleh sekolah dengan
pembuatan kebijakan mengenai pembuatan program layanan Bimbingan karir.
Kepala sekolah dapat membuat kebijakan berupa pemberian layanan
bimbingan karir khususnya melalui strategi layanan Bimbingan dalam setting
kelas (classroom guidance). Hal ini dapat dijadikan landasan pijak bagi guru Bimbingan dan Konseling untuk membantu siswa dalam mencapai kematangan
Bimbingan Karir hendaknya menjadi pertimbangan bagi sekolah dalam
menyelenggarakan kegiatan ini. Guru Bimbingan dan Konseling dapat
menggunakan Program Bimbingan karir untuk meningkatkan indikator yang
terbukti efektif meningkat pada penelitian ini.
2. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling
Layanan Bimbingan karir bagi siswa SMK merupakan hal yang penting.
Masalah kematangan karir pada siswa merupakan permasalahan yang akan
muncul berulang di berbagai tempat dan setting waktu. Hal ini menjadi sebuah
kajian yang menarik untuk terus digali dalam berbagai macam perspektif. Bagi
Program Studi Bimbingan dan Konseling dapat menggunakan penelitian ini
sebagai bahan kajian baik secara teoretik maupun secara praktik. Program Studi
Bimbingan dan Konseling dapat melakukan kajian lebih mendalam dengan
mengintegrasikannya ke dalam mata kuliah Bimbingan Karir. Hal ini menjadi
upaya untuk semakin menambah dan meningkatkan keterampilan bagi calon
praktisi di sekolah.
3. Peneliti Selanjutnya
Memperhatiakan hasil dari penelitian ini, peneliti selanjutnya yang tertarik
menelaah tema bimbingan karir hendaknya memperhatikan hal- lain yang belum
dilaksanakan pada penelitian ini, antara lain penggunaan instrumen penelitian
kualitatif sebagai pendamping. Hal tersebut diharapkan dapat memperkaya hasil
mendalam dan observasi sebagai andalan dari data kualitatif.
Pilihan kegiatan Bimbingan Kelompok juga akan dapat menjadi strategi
yang lebih individual, dan mampu lebih peka terhadap kebutuhan siswa yang
spesifik dikarenakan adanya perbedaan dari masing-masing individu dalam
masalah dan upaya pemecahannya.
Agustin, Mubiar. (2003). Kontribusi Aktivitas Akademik dan Kemahasiswaan Terhadap Kematangan Karir Mahasiswa. Skripsi. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI. Tidak diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Cresswell. (2008). Educational Research.. New Jersey: Pearson Education Inc.
Creed, Peter A. dan Patton, Wendy A. (2003). Predicting Two Components of Career Maturity in School Based Adolescents. Journal of Career Development 29 (4): pp 277-290.
Crites, O. John. (1981). Career Conseling: Model, Method, and Materials. New York: Mc. Graw-Hill Inc.
Dessler, G. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2008). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.
Dillard, J. M. (1985). Life Long Career Planning. Ohio: A Bell & Howell Company.
Dody Hartanto. (2010). Efektivitas Konseling Kognitif-Perilaku untuk Mereduksi Perilaku Mencontek (Eksperimen pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010). Tesis. Bandung: Prodi Bimbingan dan Konseling SPs UPI. Tidak diterbitkan
Engels, Dennis W., Harris, Henry L. (1999). Career Development: A Vital Part Of Contemporary Education. National Association of Secondary Principals (NASSP) Bulletin. Academic Research Library.
Furqon. (2001). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Hatten, Kenneth J, dan Stephen R. Rosenthal. (2001). Researching for the Knowledge Edge. New York: Amacom.
Healy, Ch. C. (1982). Career Guidance Through the Life Stages. Los Angeles: Allyn and Bacon, Inc.
Herr, EL dan Cramer, SH. (1984). Career Guidance and Counseling Through the Life Span, Boston: Little Brown Company.
Illfiandra. (1997). Kontribusi Konsep Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa. Skripsi. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP. Tidak diterbitkan.
IOWA Kindergarten Community College. (2001). Comprehensive and Guidance Program Development Guide. State of IOWA. Des Moines; Department of Education Grimes State Office Building.
Isaacson, L. (1993). Career Information, Career Counseling, and Career Development. Boston: Ally and Bacon.
Kidd, J. M. (2006). Understanding Career Counseling Theory: Research and Practice. Sage Publication.
Mangkunegara, A. P. (2003). Perencanaan & Pengembangan SumberdayaManusia. Bandung: Refika Aditama.
Manrihu, M. T. (1986). Studi Tentang Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir Siswa SMA di Sulawesi Selatan. Disertasi. Bandung: Prodi Bimbingan dan Konseling SPs IKIP. Tidak diterbitkan.
Maslihah, S. (2009). Peran Pelatihan Orientasi Karir Dalam Meningkatkan Pengetahuan Orientasi Karir Remaja Kelas X SMAN 4 Bandung. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana UNPAD:tidak diterbitkan.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurihsan, J. dan Sudianto, A. (2005). Manajemen Bimbingan & Konseling di SMA (Kurikulim 2004). Jakarta: PT. Grasindo.
Permen No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Rauf, M. Y. (2006). Program Bimbingan Karir untuk Mencapai Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas, Tesis. Bandung: Prodi Bimbingan dan Konseling SPs UPI. Tidak diterbitkan
Ruff, Melvyn, et.al. (2001). Careers Guidance in Context. Sage Publication.
Saifuddin, A. (2006). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
424.
Santosa, H. (2010). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Seksal Sehat Remaja. Tesis. Bandung: Prodi Bimbingan dan Konseling SPs UPI. Tidak diterbitkan.
Sarwono, S.W. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo.
Sharf, R.S. (1992). Applying Career Develompment Theory to Counseling. California: Pasific Grove.
Steven, D. B. and Robert W.L.(2005). Career Development and Counseling: Putting Theory and Research to Work. New York: John Wiley & Sons Inc.
Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Super, D. E. (1975). The Psychology of Career: An Introduction to Vocational Development.
New York: Harper.
Toha, M. (2001). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar & Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo.