• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN KARIR : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KEMATANGAN KARIR SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SERTA IMPLIKASINYA BAGI BIMBINGAN KARIR : Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

viii A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Metode Penelitian... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KEMATANGAN KARIR DAN BIMBINGAN KARIR A. Kematangan Karir ... 12

B. Konsep Karir dan Kematangan Karir ... 18

1. Pengertian Karir ... 18

2. Perkembangan Karir ... 20

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir ... 27

C. Konsep Bimbingan Karir ... 29

1. Definisi Bimbingan Karir ... 29

2. Tujuan Bimbingan Karir ... 33

3. Kegiatan Bimbingan Karir ... 36

4. Program Bimbingan Karir ... 37

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 45

B. Pendekatan Penelitian ... 46

C. Metode Penelitian... 46

D. Definisi Operasional ... 47

1. Kematangan Karir ... 47

2. Bimbingan Karir ... 49

E. Instrumen Penelitian... 51

(2)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

ix

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen ... 52

2. Uji Kelayakan Berdasarkan Penilaian Pakar ... 53

3. Uji Keterbacaan Instrumen ... 54

4. Uji Validitas ... 54

5. Uji Reliabilitas Instrumen ... 55

G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data ... 56

H. Prosedur dan Tahap Penelitian ... 59

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 81

B. Rekomendasi ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 87

(3)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

x

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Kematangan Karir Menurut Super dan Crites ... 16

Tabel 2.2 Tugas Perkembangan Karir Remaja Tahap Eksplorasi ... 24

Tabel 3.1 Populasi Sampel Penelitian ... 45

Tabel 3.2 Pola Skor Opsi Alternatif Respon ... 52

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kematangan Karir Siswa ... 52

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Item ... 55

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r ... 56

Tabel 3.6 Tingkat Reliabilitas Instrumen ... 56

Tabel 3.7 Kategori Pemberian Skor Alternatif Respon ... 57

Tabel 3.8 Kategori Tingkat Kematangan Karir ... 59

Tabel 4.1 Gambaran Umum Kematangan Karir Siswa Kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 ... 62

Tabel 4.2 Persentase Kematangan Karir Siswa pada Indikator Komitmen dalam Proses Pemilihan Kelanjutan Studi dan Pekerjaan ... 65

Tabel 4.4 Persentase Kematangan Karir Siswa pada Indikator Keterlibatan dalam Proses Pemilihan Kelanjutan Studi dan Pekerjaan Tahun Ajaran 2011-2012 ... 66

Tabel 4.5 Persentase Kematangan Karir Siswa pada Indikator Kemandirian dalam Mengambil Keputusan ... 67

(4)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

xi

DAFTAR BAGAN

Bagan Judul Halaman

Bagan 2.1 Ragam Layanan Bimbingan dan Konseling ... 31 Bagan 3.1 Alur Penelitian ... 61

(5)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Judul Halaman

Grafik 4.1 Gambaran Umum Kematangan Karir Siswa Kelas X

SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 ... 63 Grafik 4.2 Gambaran Umum Kematangan Karir Siswa Kelas

pada Setiap Indikator ... 64 Grafik 4.3 Pencapaian Kematangan Siswa pada Indikator Komitmen dalam

Proses Pemilihan Kelanjutan Studi dan Pekerjaan ... 65 Grafik 4.4 Pencapaian Kematangan Siswa pada Indikator Keterlibatan dalam

Proses Pemilihan Kelanjutan Studi dan Pekerjaan ... 67 Grafik 4.5 Pencapaian Kematangan Siswa pada Indikator Kemandirian

dalam Mengambil Keputusan ... 68 Grafik 4.6 Pencapaian Kematangan Siswa pada Indikator Penentuan

(6)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

memasuki masa remaja madya yang berusia 15-18 tahun. Masa remaja merupakan

suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang sejak berakhirnya

masa kanak-kanak sampai datangnya awal masa dewasa (Alberty dalam

Syamsuddin, 2007: 130).

Menurut Havighurst (Yusuf, 2004: 83) pada masa remaja terdapat

beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan, salah satu tugas

perkembangan yang harus dicapai siswa SMA yaitu memilih dan mempersiapkan

karir atau pekerjaan. Penguasaan keterampilan-keterampilan karir sangat

diperlukan mengingat remaja sudah memikirkan kebutuhan-kebutuhan yang

diinginkan dalam mencapai hidup. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock

(1980: 221) bahwa anak Sekolah Menengah Atas mulai memikirkan masa depan

mereka secara sungguh-sungguh. Pada akhir masa remaja, minat pada karir

seringkali menjadi sumber pikiran. Remaja belajar membedakan antara pilihan

pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan.

Jika dilihat dari perkembangan karir menurut Super (Dillard, 1985: 20-21)

masa remaja termasuk ke dalam tahap eksplorasi pada tingkat tentatif. Pada tahap

ini faktor-faktor yang diperhitungkan dalam pemilihan karir adalah kebutuhan,

minat, kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan (peluang). Tahap ini merupakan tahap

(7)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mengkristalisasikan, menspesifikasikan, serta mengimplementasikan pilihan

karirnya.

Menurut Supriatna (2009: 17) keberhasilan menyelesaikan tugas

perkembangan dalam perkembangan tertentu akan membantu individu dalam

menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada periode perkembangan

selanjutnya. Demikian sebaliknya, kegagalan dalam mencapai tugas

perkembangan pada periode tertentu akan menghambat penyelesaian tugas

perkembangan pada periode selanjutnya.

Namun, di sisi lain siswa SMA dalam hal ini remaja tidak dengan mudah

menyelesaikan tugas perkembangan karirnya. Siswa seringkali mempunyai

permasalahan yang berhubungan dengan kelanjutan studi atau pekerjaan setelah

lulus. Hal ini sesuai dengan pendapat Supriatna (2009: 23) masalah-masalah yang

sering muncul diantaranya kebingungan dalam memilih program studi, memilih

jurusan di perguruan tinggi, menentukan cita-cita atau bahkan tidak memahami

bakat dan minat yang dimiliki, dan merasa cemas untuk mendapat pekerjaan

setelah tamat sekolah. Kebingungan yang sering dialami siswa diantaranya pada

saat mereka akan memilih jurusan di kelas XI ataupun memutuskan pilihan

pendidikan setelah lulus SMA, ditambah adanya perasaan cemas dalam

menghadapi masa depan dan dunia kerja.

Selain itu, fenomena yang sering muncul sampai saat ini bahwa dalam

menentukan pilihan karirnya siswa SMA masih sering mengikuti teman atau

orang tua. Kondisi ini diperkuat oleh pendapat Darajat (Rauf, 2006: 7) yang

(8)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Tidak jarang kita mendengar remaja mengeluh bahwa hari depannya suram, tidak jelas, di mana akan bekerja, profesi apa yang cocok baginya dan sebagainya. Akan tetapi di lain pihak ia tidak melihat jalan untuk menghadapinya, kerena kenyataan hidup dalam masyarakat yang tidak memberikan kepastian kepadanya. Hal ini erat hubungannya dengan macam dan jenis sekolah serta jenis serta sistem pendidikan yang dilaluinya.

Oleh karena itu permasalahan karir yang telah dikemukakan harus segera

dicari jalan keluarnya, jika hal ini dibiarkan tanpa ada upaya untuk mencari jalan

keluarnya maka siswa tidak akan memiliki perencanaan dan pengambilan

keputusan yang matang. Hal tersebut senada dengan pendapat Santrock (1996:

484) bahwa salah satu hal yang berperan penting dalam pemilihan karir remaja

yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan.

Hasil penelitian Prihantoro (2007: 39) yang menyebutkan siswa kelas X

SMAN 2 Majalengka sebagian besar memiliki kemampuan merencanakan karir

yang rendah yaitu 27,8%. Dari penelitian tersebut juga diperoleh data bahwa dari

sembilan kemampuan yang harus dimiliki oleh remaja dalam merencanakan karir,

kemampuan dalam hal kemandirian pengambilan keputusan karir adalah yang

terendah.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Nurbani (2006: 74) masalah karir

yang dirasakan siswa kelas II SMK Negeri 7 Bandung berada pada kategori

tinggi. Masalah itu meliputi aspek masalah pemahaman minat, nilai-nilai,

cita-cita, fisik, kurangnya informasi tentang pengembangan kemampuan dalam

bekerja, kesulitan dalam mempersiapkan diri mengikuti SPMB dan kesulitan

dalam memilih pekerjaan. Penelitian Nurlaelasari (2009: 89) menyimpulkan

(9)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pada kategori cukup matang. Aspek yang paling rendah dari tugas-tugas

perkembangan karir yaitu mengenai aspek pemahaman diri dan dunia kerja.

Hasil penelitian Rauf (2006: 91) menunjukkan bahwa kematangan karir

siswa SMA Negeri Kota Pekanbaru berdasarkan program studi yaitu berdasarkan

program IPA dan IPS adalah program IPA (25,83% matang, 48,33% kurang

matang, 25,83% tidak matang), dan program IPS (18,10% matang, 54,31% kurang

matang, 27,59% tidak matang). Aspek sikap yang terendah yaitu pada indikator

kemandirian, sementara aspek kompetensi yaitu mengenai pemahaman diri.

Hasil penelitian Prihantoro (2007: 39), Nurbani (2006: 74), Nurlaelasari

(2009: 89) dan Rauf (2006: 91) menunjukkan gejala rendahnya kematangan karir

siswa, dimana masih banyak siswa yang belum memiliki kesiapan dalam memilih

dan memutuskan karirnya. Sebuah pilihan yang tidak matang dan tidak terencana

akan membuat siswa berada dalam kebingungan yang berkelanjutan. Apabila

dicermati, maka permasalahan yang dihadapi siswa sebagian besar sama, antara

lain: (a) siswa pada umumnya tidak paham dengan potensinya sendiri, sehingga

ragu-ragu dalam menentukan penjurusan atau bidang studi di perguruan tinggi

yang diinginkan, (b) kurang mengetahui cara memilih program studi, (c) wawasan

dan pemahaman siswa mengenai jurusan yang ada di sekolah (IPA, IPS dan

Bahasa) dan di perguruan tinggi (d) siswa belum mempunyai perencanaan yang

matang mengenai pendidikan maupun pekerjaan yang akan dipilih nanti.

Permasalahan kematangan karir merupakan permasalahan masa depan

remaja sehingga harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, seperti dalam hal

(10)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

keputusan karir merupakan bagian dari aspek pembangun dalam kematangan

karir. Super (Sharf, 1992: 155) mengemukakan bahwa kematangan karir diartikan

sebagai kesiapan individu dalam membuat keputusan-keputusan karir yang tepat

(readiness to make a good choices) yang meliputi aspek-aspek perencanaan karir

(career planning), eksplorasi karir (career exploration), pengetahuan tentang

membuat keputusan (desicion making), pengetahuan tentang informasi dunia kerja

(world of work information), pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih

disukai (knowledge of preferred occupational group), realisme keputusan karir

(realism), dan orientasi karir (career orientation).

Supriatna (2009: 45) kematangan karir akan mendasari kemampuan siswa

untuk menganalisis peluang karir, yang muaranya adalah pengambilan keputusan

karir dengan tepat. Selain itu, kematangan karir merupakan persiapan awal untuk

meraih sukses dalam berkarir.

Lebih lanjut Crites (Sharf, 1992: 154) menyatakan bahwa kematangan

karir seseorang ditandai adanya sikap dan kompetensi terhadap karir. Dengan

sikap berarti individu mampu mengambil keputusan terhadap karir dan

bertanggung jawab atas segala konsekuensi keputusan, sedangkan kompetensi

menunjukan kemampuan individu memahami kekuatan diri dalam kaitannya

dengan dunia pekerjaan.

Kematangan karir pada siswa SMA ditunjukkan dengan kesiapannya

dalam hal mengambil keputusan dan mampu mempertimbangkan resiko-resiko

atas keputusan yang diambil itu. Sikap yang ditunjukkan adalah kesiapan dalam

(11)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

keputusan dan pengetahuan tentang informasi dunia kerja.

Salah satu upaya untuk membantu siswa dalam menghadapi permasalahan

kematangan karir yaitu melalui bimbingan karir. Bimbingan karir sebagai bagian

integral dari program pendidikan dapat membantu siswa dalam merencanakan

masa depan, mengembangkan dan mengambil keputusan karir secara tepat. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Yusuf dan Nurihsan (2006:11) bahwa “bimbingan karir yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan,

pengembangan, dan penyelesaian masalah karir”. Melalui layanan bimbingan

yang komprehensif, diharapkan peserta didik dapat menyelesaikan tugas-tugas

karirnya, seperti kesiapan membuat perencanaan karir dan mengambil keputusan

karirnya dengan tepat.

Pentingnya bimbingan karir sesuai dengan tujuannya yaitu siswa memiliki

kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir (Kartadinata dkk,

2007: 16).

Menurut Surya (2009: 3) bimbingan karir dilaksanakan untuk mencapai

kompetensi pemahaman informasi pendidikan, pengenalan dunia kerja, orientasi

dan informasi jabatan dan usaha serta pengenalan konsep diri berkaitan dengan

bakat dan kecenderungan pilihan jabatan serta arah pengembangan karir.

Munandir (1996: 71) mengemukakan bahwa bimbingan karir diberikan di

SMA mengingat siswa-siswa SMA ada dalam masa kritis berkenaan dengan tahap

perkembangannya, yaitu dalam usia remaja akhir dan menghadapi pilihan antara

melanjutkan ke perguruan tinggi dan keharusan memikirkan secara lebih serius

(12)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Berdasarkan uraian di atas, dipandang penting untuk mengembangkan

bimbingan karir yang akan membantu siswa dalam mengembangkan kematangan

karirnya. Dengan adanya kebutuhan itu, diharapkan dapat dijadikan dasar dalam

penyusunan dan pengembangan program bimbingan karir siswa kelas X SMA

PGRI I Bandung. Dengan demikian, penelitian ini diberi judul ”Profil

Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya bagi

Bimbingan Karir”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Ditinjau dari tugas-tugas perkermbangan karir menurut Supriatna (2006:

22) siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berada pada tahap eksplorasi. pada

tahap ini, siswa sudah mengenal keterampilan membuat keputusan dan

memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir, menyadari

minat dan kemampuan serta dapat menghubungkannya dengan kesempatan kerja,

mampu mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat

dan kemampuannya, dan memperoleh latihan untuk memperoleh dan

keterampilan memasuki pekerjaan.

Namun, di sisi lain siswa SMA tidak mudah menyelesaikan tugas-tugas

perkembangan karirnya. Fenomena yang terjadi banyak siswa yang kebingungan

dalam memilih program studi, tidak memahami bakat dan minat yang dimiliki,

tidak mampu mengambil keputusan dengan tepat, tidak mempunyai cita-cita di

masa depan, dan tekanan orang tua yang mengharuskan mereka memilih jurusan

(13)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Fenomena di atas, menggambarkan bahwa siswa SMA belum mencapai

tugas-tugas perkembangan karirnya, artinya belum mencapai kematangan karir

yang memadai. Super (Winkel, 1997: 259) mengemukakan bahwa kematangan

karir menunjuk pada keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas

perkembangannya pada tahap tertentu. Dengan kata lain, individu yang berhasil

menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada setiap tahapan cenderung

mencapai tingkat kematangan yang lebih besar pada tahapan selanjutnya.

Oleh karena itu, salah satu upaya untuk membantu siswa dalam

menghadapi masalah karir yaitu melalui bimbingan karir. Bimbingan karir sebagai

bagian integral dari program pendidikan dapat membantu siswa dalam

merencanakan masa depan dan mengembangkan serta mengambil keputusan

secara tepat.

Pentingnya bimbingan karir sesuai dengan tujuannya yaitu siswa memiliki

kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir (Kartadinata dkk,

2007: 16).

Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya, menunjukkan

betapa pentingnya bimbingan karir dilaksanakan sebagai layanan untuk

meningkatkan kematangan karir siswa. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini adalah, “Bagaimana rumusan program bimbingan karir hipotetik

berdasarkan profil kematangan karir siswa Kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun

Ajaran 2011-2012?”. Permasalahan tersebut dirumuskan ke dalam

(14)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1. Seperti apa profil kematangan karir siswa kelas X SMA PGRI I Bandung

Tahun Ajaran 2011-2012?

2. Seperti apa rancangan program bimbingan karir hipotetik berdasarkan profil

kematangan karir siswa kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran

2011-2012?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merumuskan program

bimbingan karir yang efektif berdasarkan profil kematangan karir siswa kelas X

SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. Adapun secara khusus

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan profil kematangan karir siswa kelas X SMA PGRI I

Bandung Tahun Ajaran 2011-2012

2. Mendeskripsikan program bimbingan karir hipotetik berdasarkan profil

kematangan karir siswa kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran

2011-2012

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk memperoleh jawaban

tentang permasalahan yang terjadi pada masa sekarang secara aktual tanpa

menghiraukan kejadian pada waktu sebelumnya (Arikunto, 2002: 136).

Metode ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara sistematis dan

(15)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Ajaran 2011-2012. Gambaran kematangan karir siswa tersebut menjadi dasar

rujukan dalam perumusan program bimbingan karir.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang terkait. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di SMA PGRI I Bandung, program

bimbingan karir yang disusun dapat dijadikan tambahan alternatif bantuan

untuk mengembangkan kematangan karir siswa sehingga dapat

mengoptimalkan peran bimbingan dan konseling dalam membantu siswa

mencapai kompetensi yang harus dimilikinya.

2. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini

diharapkan menambah wawasan baru dalam mata kuliah Bimbingan dan

Konseling Karir Remaja sehingga mampu dimanfaatkan secara maksimal

baik itu dari pihak jurusan maupun mahasiswa Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan secara umum.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai rujukan pengembangan penelitian

selanjutnya dengan mengangkat tema-tema baru dari lingkup penelitian

yang sama, sesuai dengan kondisi aktual remaja siswa SMA dan fokus

penelitian yang lebih luas.

F. Struktur Organisasi Skripsi

(16)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Bab I terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan

masalah, metode penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur

organisasi skripsi.

Bab II terdiri dari teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti yaitu Kematangan Karir, Konsep dan Perkembangan Karir, Konsep

Bimbingan Karir, dan Penelitian Terdahulu yang Relevan.

Bab III merupakan penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian yang

memuat beberapa komponen yaitu lokasi dan subjek penelitian, pendekatan

penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,

pengembangan instrumen, serta prosedur dan tahap penelitian.

Bab IV memuat dua hal utama yaitu pengolahan atau analisis data untuk

menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan.

Bab V merupakan hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam

(17)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI I Bandung, yang beralamat di Jalan

Sukagalih No. 80 Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012, penentuan anggota populasi

didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut.

1. Siswa SMA kelas X merupakan siswa yang berada pada masa remaja,

dalam tugas perkembangan karir, remaja berada pada tahap eksplorasi,

pada tahap ini remaja mulai memikirkan berbagai pilihan karir dimana

pada kelas X siswa harus memilih salah satu jurusan/program studi di

sekolah baik IPA, IPS atau Bahasa.

2. Kelas X perlu memiliki kematangan karir agar ketika memasuki kelas XI

dan XII sudah memiliki cita-cita yang mantap dan tidak mengalami

hambatan-hambatan dalam memilih kelanjutan studi atau pekerjaan.

Berikut jumlah subjek penelitian untuk mengetahui profil atau gambaran

umum kematangan karir siswa yang diuraikan dalam Tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah

1 X-1 42

2 X-2 41

3 X-3 41

4 X-4 38

(18)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang

menghasilkan data hasil secara nyata dalam bentuk angka-angka sehingga

memudahkan proses analisis dan penafsirannya dengan menggunakan perhitungan

statistik (Riduan, 2005: 5). Data yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu

gambaran umum kematangan karir siswa yang diungkap melalui Instrumen

Kematangan Karir. Selanjutnya data ini dianalisis dan dilakukan penafsiran

dengan menggunakan perhitungan statistik, sehingga dihasilkan suatu data yang

teruji secara ilmiah. Data yang dihasilkan merupakan profil kematangan karir

siswa. Profil kematangan karir siswa dijadikan dasar dalam penyusunan program

bimbingan karir.

C. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode

untuk mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat tentang

kematangan karir siswa kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012.

Gambaran kematangan karir siswa tersebut menjadi dasar rujukan dalam

(19)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ada dua konsep yang perlu dijelaskan secara

operasional, yaitu kematangan karir dan bimbingan karir.

1. Kematangan Karir

Crites (Westbrook, 1967: 5) mengungkapkan kematangan karir “the

maturity of an individual’s vocational behavior as indicated by the similarity

between his behavior and that of the oldest individuals in his vocational life

stage”, definisi ini lebih menekankan kematangan karir sebagai tahapan hidup

(life stage).

Dillard (1985: 32) mengemukakan bahwa kematangan karir merupakan

sikap individu dalam pembuatan keputusan karir yang ditampakkan oleh tingkat

konsistensi pilihan karir dalam suatu periode tertentu.

Super (Sharf, 1992: 155) mengemukakan bahwa kematangan karir

diartikan sebagai kesiapan individu dalam menentukan pilihan-pilihan karir yang

tepat meliputi aspek sikap terhadap perencanaan karir (career planning), dan

melakukan eksplorasi karir (career exploration), aspek pengetahuan tentang

membuat keputusan (desicion making), pengetahuan tentang informasi dunia kerja

(world of work information), pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih

disukai (knowledge of preferred occupational group), dan realisme (realism).

Gribbons & Lohnes (Supraptono, 1994: 18) menjelaskan bahwa

kematangan karir lebih luas dari sekedar pemilihan pekerjaan karena akan

melibatkan kemampuan individu baik dalam membuat keputusan maupun

(20)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Super (Winkel, 1997: 579) mengembangkan konsep kematangan karir

yang menunjuk pada keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas

perkembangan yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Dengan kata lain,

individu yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada setiap

tahapan cenderung mencapai tingkat kematangan yang lebih besar pada masa

kehidupan selanjutnya.

Crites (Alvarez, 2008: 753) compares a person's maturity with others who

differ in age, but are in the same stage of maturity, for example, students in the

exploratory stage (15-21 years). Definisi ini diartikan sebagai perbandingan

kedewasaan seseorang dengan orang lain yang memiliki perbedaan usia, tetapi

berada pada tahap kematangan yang sama, seperti siswa yang berada dalam tahap

eksplorasi.

Alvarez Gonzalez et al (Alvarez, 2008: 753) mengungkapkan kematangan karir “as behaviors that a person manifest in the intent to carry out different

career developmental task, appropriate to each stage of maturity”. Definisi ini

menekankan bahwa kematangan karir sebagai perwujudan perilaku seseorang

untuk mencapai tugas-tugas perkembangan karir sesuai dengan tahapan

kematangannya.

Berdasarkan pada pengertian kematangan karir secara konseptual dari

pendapat beberapa ahli di atas, maka kematangan karir dapat disimpulkan sebagai

kesuksesan individu dalam menyelesaian tugas-tugas perkembangan karir sesuai

dengan tahapan tertentu dan kesiapan individu untuk membuat

(21)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Kematangan karir mencakup dua dimensi utama, dimensi sikap dan

kompetensi. Dalam penelitian ini kematangan karir dibatasi hanya pada aspek

sikap. Oleh karena itu, secara operasional, kematangan karir dalam penelitian ini

adalah respon siswa kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012

terhadap pernyataan tertulis tentang kesiapan mengambil keputusan yang ditandai

oleh komitmen dalam proses pemilihan, keterlibatan dalam proses pemilihan,

kemandirian dalam mengambil keputusan, dan penentuan keputusan kelanjutan

studi dan pekerjaan yang diminati.

Kemudian, aspek-aspek tersebut disusun dalam pernyataan instrumen yang

berbentuk skala untuk memperoleh data mengenai profil kematangan karir siswa.

Profil kematangan karir siswa SMA dijadikan sebagai dasar penyusunan program

bimbingan karir.

2. Bimbingan Karir

Berikut ini dijelaskan definisi bimbingan karir menurut Winkel (1997), Yusuf

dan Nurihsan (2006) serta Supriatna (2009).

Winkel (1997: 139) menyebutkan bahwa bimbingan karir adalah

bimbingan yang mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih

lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap

mengemban jabatan dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari

lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.

Yusuf dan Nurihsan (2006: 11) mengemukakan bahwa bimbingan karir

(22)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir, seperti pemahaman

terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri,

pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir,

penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi.

Dengan layanan bimbingan karir individu mampu menentukan dan mengambil

keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya

sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.

Supriatna (2009: 11) mengemukakan bahwa bimbingan karir merupakan

suatu proses bantuan, layanan, pendekatan terhadap individu agar dapat mengenal

dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan yang

sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan

mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang

diambilnya sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.

Berdasarkan penjelasan tentang bimbingan karir yang dikemukakan oleh

para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan bimbingan karir yaitu proses

bantuan yang dilaksanakan oleh guru pembimbing kepada siswa agar siswa

mampu memahami diri, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan dan

menentukan keputusan dengan mempertimbangkan keadaan diri dan

lingkungannya.

Secara operasional program bimbingan karir dalam penelitian ini adalah

rumusan satuan layanan yang dikembangkan berdasarkan profil kematangan karir

siswa kelas X SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 agar siswa

(23)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1) Memiliki komitmen dan keterlibatan dalam proses pemilihan kelanjutan

studi dan pekerjaan

2) Mandiri dalam mengambil keputusan secara rasional dan bertanggung

jawab.

3) Menentukan keputusan kelanjutan studi dan pekerjaan di masa yang akan

datang.

Struktur layanan yang dikembangkan terdiri rasional, deskripsi

kebutuhan, tujuan layanan, sasaran layanan, pengembangan tema, media dan alat

pendukung, tahapan atau langkah implementasi program serta evaluasi sebagai

upaya mengembangkan kematangan karir siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang kematangan

karir siswa berupa skala pengukuran Rating-scale dengan alternatif respon skala

4 berupa pernyataan mulai dari Sangat Sesuai (SS), Cukup Sesuai (CS), Kurang

Sesuai (KS) dan Tidak Sesuai (TS).

Adapun teknik pengekoran dalam instrumen ini, jika pertanyaan positif,

siswa yang menjawab pada kolom Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4 (empat),

kolom Cukup Sesuai (CS) diberi skor 3 (tiga), kolom Kurang Sesuai (KS) diberi

skor 2 (dua), dan kolom Tidak Sesuai (TS) diberi skor 1 (satu). Jika pertanyaan

negatif, siswa yang menjawab pada kolom Sangat Sesuai (SS) diberi skor 1 (satu),

kolom Cukup Sesuai (CS) diberi skor 3 (tiga), kolom Kurang Sesuai (KS) diberi

(24)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Secara sederhana, tiap opsi alternatif respon mengandung arti dan nilai

skor seperti tertera pada Tabel berikut.

Tabel 3.2

Pola Skor Opsi Alternatif Respon

Pernyataan Skor Alternatif Respon

SS CS KS TS

Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap kematangan karir siswa

dikembangkan dari definisi operasional yang di dalamnya mengandung aspek dan

indikator untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan skala.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Kematangan Karir Siswa

Aspek Indikator Batasan

(25)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Kemandirian

2. Uji Kelayakan Berdasarkan Penilaian Pakar

Instrumen yang telah disusun kemudian diuji selanjutnya ditimbang oleh 3

orang ahli atau pakar yaitu dosen dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, yaitu Dr.

Ipah Saripah, M.Pd, Dr. Ilfiandra, M.Pd dan Dra. SA. Lily Nurilah, M.Pd.

Penimbangan instrumen dilakukan untuk melihat kesesuaian butir-butir

pernyataan baik dari segi bahasa, konstruk maupun konten/isi. Instrumen yang

ditimbang oleh para ahli di klasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu memadai,

dan tidak memadai. Memadai artinya butir instrumen tersebut bisa langsung

digunakan, dan tidak memadai artinya butir instrumen tersebut tidak bisa

digunakan atau harus dibuang. Selanjutnya hasil pertimbangan instrumen tersebut

dijadikan landasan dalam penyempurnaan instrumen yang telah di susun.

(26)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mengalami revisi baik dari segi bahasa, konstruk maupun konten/isi. (hasil

pertimbangan judgment terlampir).

3. Uji Keterbacaan Instrumen

Uji keterbacaan dilakukan pada tiga orang siswa kelas X Sekolah

Menengah Atas yang tidak menjadi sampel penelitian. Uji keterbacaan dilakukan

untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari item pernyataan pada Rating-Scale

yang akan dijadikan alat pengungkap kematangan karir siswa Sekolah Menengah

Atas. Setelah dilakukan uji keterbacaan, pernyataan dalam instrumen yang kurang

jelas diperbaiki sesuai kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa.

Berdasarkan uji keterbacaan terhadap instrumen kematangan karir, semua siswa

menyatakan bahwa mereka mengerti dengan pernyataan yang dimaksud dalam

instrumen.

4. Uji Validitas

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan terhadap siswa kelas Tahun X

SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. Uji validitas bertujuan untuk

menujukkan kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data

penelitian. Suatu instrumen dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur yang

digunakan tersebut valid sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur yang sebenarnya harus diukur (Sugiyono, 2008: 173). Pengujian

validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS For Windows Versi

16.0. Validitas item dilakukan dengan menganalisis daya pembeda menggunakn

prosedur pengujian Spearman’s rho.

(27)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

65 butir item pernyataan dari angket kematangan karir siswa hanya terdapat 56

butir item pernyataan valid yang memiliki daya pembeda yang signifikan pada

0.05 dan 9 butir item pernyataan yang tidak valid. Ini artinya terdapat 56 butir

item pernyataan yang dapat digunakan dalam penelitian di lapangan. (Hasil

penghitungan SPSS terlampir).

Hasil uji validitas setiap item secara rinci dapat dilihat dalam tabel 3.4

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Item

Kesimpulan Nomor Item Jumlah

Valid 1,2,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,2 1,22,23,24,25,26,27,28,29,30,32,35,37,38,39,40,41 ,42,43,44,46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58, 59,60,63,65

56

Tidak Valid 3,31,33,34,36,45,61,62,64 9

Jumlah 65

5. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil

pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila

instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya

sama atau relatif sama (Syaodih, 2007: 230). Untuk menguji reliabilitas instrumen

digunakan dalam penelitian ini, diolah dengan metode statistika memanfaatkan

program komputer SPSS for Windows Versi 16.0.

Adapun kriteria untuk mempresentasikan derajat reliabilitas instrumen/

(28)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi

0,90 – 1, 00 Hubungan Sangat Tinggi

0,70 – 0,90 Hubungan Tinggi

0,40 – 0,70 Hubungan Cukup

0,20 – 0,40 Hubungan Rendah

Kurang dari 0,20 Hub. Dapat dikatakan tidak ada

Hasil perhitungan menggunakan SPSS for Windows Versi 16.0 pada 56

item penyataan yang valid diperoleh harga reliabilitas sebagai berikut.

Tabel 3.6

Tingkat Reliabilitas Instrumen

Cronbach's Alpha N of Items

,876 56

Berdasarkan pengolahan data diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,876.

Dengan demikian data yang dihasilkan oleh instrumen penelitian ini menunjukkan

reliabilitas yang tinggi. Artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan tinggi,

yang menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat dapat dipercaya sebagai alat

pengumpul data dan tidak perlu direvisi.

G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data 1. Penyeleksian Data

Tujuan penyeleksian data adalah memilih data yang memadai untuk

diolah, dimana yang mempunyai kelengkapan dalam pengisian, baik identitas

(29)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

instrumen yang disebarkan.

2. Penyekoran Data Hasil Penelitian

Penyekoran dilakukan secara sederhana dengan mengacu pada pedoman

penyekoran sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Pernyataan Skor Alternatif Respon

SS CS KS TS

Positif (+) 4 3 2 1

Negatif (-) 1 2 3 4

3. Penentuan Konversi Skor

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis sebagai bahan acuan

dalam menyusun program bimbingan karir. Data-data yang diperoleh dari hasil

penyebaran angket kemudian diolah untuk menentukan kategori kematangan

karir, apakah siswa berada pada kategori tinggi, sedang atau rendah. Adapun

untuk menentukan kedudukan subjek dalam kategori kematangan karir tersebut

dilakukan teknik pengelompokan skor dengan menggunakan rumus skor aktual

sebagai berikut.

(30)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

rentang skor untuk menentukan kedudukan siswa dalam tingkatan kematangan

karirnya yaitu di dapatkannya skor aktual sebagai berikut :

X : Rata-rata aktual =

Berdasarkan perhitungan batas lulus (Rakhmat dan Solehuddin. 2006: 64),

maka pembagian kategori kematangan karir siswa disajikan dalam Tabel 3.8 di

bawah ini.

Tabel 3.8

Kategori Tingkat Kematangan Karir Siswa

No Kriteria Kategori

1 X ≥ 175 Matang

2 175 > x > 167 Cukup matang

3 X ≤ 167 Kurang

matang

Setiap kategori interval mengandung pengertian, dan akan dijabarkan

sebagai berikut.

Matang Siswa pada level ini telah mencapai tingkat perkembangan kematangan karir yang tinggi pada setiap indikatornya. Artinya siswa pada level ini sudah memiliki komitmen dalam proses pemilihan kelanjutan studi dan pekerjaan, mampu melibatkan diri dalam proses pemilihan, mandiri dalam mengambil keputusan secara rasional dan

xn

s

x

0

.

25

(31)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

bertanggung jawab serta dapat menentukan keputusan kelanjutan studi dan pekerjaan di masa yang akan datang. Cukup Matang Siswa pada level ini telah mencapai tingkat perkembangan

kematangan karir yang cukup pada sebagian indikatornya. Artinya siswa pada level ini belum memiliki komitmen dalam proses pemilihan kelanjutan studi dan pekerjaan, mampu melibatkan diri dalam proses pemilihan, mandiri dalam mengambil keputusan secara rasional dan bertanggung jawab serta dapat menentukan keputusan kelanjutan studi dan pekerjaan di masa yang akan datang. Kurang matang Siswa pada level ini belum mencapai tingkat

perkembangan kematangan karir pada setiap indikatornya. Artinya siswa pada level ini tidak memiliki komitmen dalam proses pemilihan kelanjutan studi dan pekerjaan, mampu melibatkan diri dalam proses pemilihan, mandiri dalam mengambil keputusan secara rasional dan bertanggung jawab serta dapat menentukan keputusan kelanjutan studi dan pekerjaan di masa yang akan datang.

H. Prosedur dan Tahapan Penelitian

Penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan serta hasil

pelaporan.

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Menyusun proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan tim

dosen mata kuliah Metode Riset.

b. Melaksanakan seminar proposal penelitian pada mata kuliah Metode

Riset.

c. Merevisi proposal penelitian sesuai dengan saran dan masukan dosen

pada saat penyelenggaraan seminar proposal skripsi.

d. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi

(32)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

e. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk

melanjutkan ke tingkat fakultas. Surat izin penelitian yang telah

disahkan kemudian disampaikan kepada Kepala Sekolah SMA PGRI

I Bandung.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pengembangan instrumen penelitian (meliputi penyusunan kisi-kisi,

penimbangan instrumen, uji keterbacaan serta merevisi instrumen

sesuai hasil penimbangan para ahli dan hasil keterbacaan siswa).

b. Penyebaran Instrumen Kematangan Karir Siswa Kelas X SMA PGRI

I Bandung. Setelah itu, angket yang telah disebar kemudian diolah

dan dianalisis sehingga menghasilkan profil kematangan karir siswa.

c. Pembuatan program bimbingan karir hipotetik berdasarkan profil

kematangan karir siswa Kelas X SMA PGRI I Bandung.

3. Hasil dan Pelaporan

Setelah dilakukan penelitian maka disusun laporan hasil penelitian

berbentuk skripsi dan kemudian dipertanggungjawabkan dalam ujian sidang.

Adapun tahapan pelaksanaan penelitian divisualisaikan dalam Bagan 3.1

(33)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Bagan 3.1 Alur Penelitian Pendahuluan

Identifikasi

masalah Studi pustaka

Judgement ahli terhadap kisi-kisi

instrumen

Profil kematangan karir

Rumusan Program Bimbingan Karir Hipotetik Berdasarkan Profil

Kematangan Karir Siswa

Penyusunan instrumen Instrumen

Standar

(34)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab empat, diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Profil kematangan karir siswa Kelas X SMA PGRI I Bandung secara

umum memiliki tingkat kematangan karir pada kategori matang. Artinya,

secara rata-rata siswa telah mencapai tingkat kematangan karir yang sudah

maksimal pada setiap indikator kematangan karirnya. Indikator yang

dikembangkan pada kematangan karir yaitu komitmen dalam proses

pemilihan, keterlibatan dalam proses pemilihan, kemandirian dalam

mengambil keputusan dan penentuan keputusan kelanjutan studi dan

pekerjaan. Namun, masih ada sebagian siswa yang berada pada kategori

cukup matang dan belum matang.

2. Gambaran indikator kematangan karir siswa Kelas X SMA PGRI I

Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 memiliki hasil: (1) komitmen dalam

proses pemilihan karir persentase yang tertinggi berada pada kategori

matang, yaitu mencapai 48%, (2) keterlibatan dalam proses pemilihan

karir persentase yang tertinggi berada pada kategori cukup matang, yaitu

mencapai 59%, (3) kemandirian dalam mengambil keputusan persentase

yang tertinggi berada pada kategori matang, yaitu mencapai 53%, dan (4)

penentuan keputusan kelanjutan studi dan pekerjaann persentase yang

(35)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

3. Implikasi penelitian disusun dalam program bimbingan karir. Program

bimbingan karir yang disusun meliputi komponen-komponen rasional,

deskripsi kebutuhan, tujuan layanan, sasaran layanan, pengembangan

tema, media dan alat pendukung, tahapan atau langkah implementasi

program serta evaluasi sebagai upaya mengembangkan kematangan karir

siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah dilaksanakan dan

pembahasan mengenai kematangan karir siswa, berikut ini dikemukakan beberapa

rekomendasinya:

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling di SMA PGRI I Bandung diharapkan

mampu melaksanakan program bimbingan karir yang telah dirancang sebagai

upaya membantu siswa meningkatkan kematangan karirnya.

2. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru dalam mata

kuliah Bimbingan dan Konseling Karir Remaja sehingga mampu

dimanfaatkan secara maksimal baik itu dari pihak jurusan maupun mahasiswa

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan secara umum.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian tentang profil kematangan karir siswa ini dapat

(36)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mengajukan beberapa rekomendasi di antaranya:

a. Melakukan penelitian mengenai kematangan karir siswa yang tidak

hanya dilihat dari aspek sikap saja, tetapi dapat ditambahkan dengan

aspek kompetensi tentunya dengan menggunakan teknik pengumpul

data yang lebih beragam.

b. Program yang telah dirumuskan oleh peneliti masih bersifat hipotesis,

dan akan menjadi lebih bermanfaat apabila peneliti selanjutnya yang

akan mengkaji mengenai program bimbingan untuk meningkatkan

karir siswa SMA, dapat mengaplikasikannya.

c. Melakukan penelitian mengenai perbandingan kematangan karir

siswa SMA dan SMK.

d. Peneliti hanya membandingkan dari satu kelas saja, yaitu kelas X,

sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat membandingkan dengan

kelas-kelas yang lainnya dari mulai kelas X-XII. Sehingga dapat

diperoleh gambaran kematangan karir siswa secara keseluruhan.

e. Membandingkan gambaran umum tingkat kematangan karir

berdasarkan kelompok usia, minat kelanjutan studi dan pekerjaan,

(37)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

DAFTAR PUSTAKA

(2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Achdisty, Oktaviana T. (2008). Program Bimbingan untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Skripsi. Bandung: PPB FIP UPI Bandung.

Alvarez, Gonzalez M. (2008). “Career Maturity: a Priority for Secondary Education”. Journal of Research in Educational Psychology. ISSN. 1696-2095. No.16. Vol.6 (3) 2008, pp:749-772. Spain: Departement of Educational Research Methods and Diagnostics, University of Barcelona. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Budiman, Nandang. (2008). Perkembangan Kemandirian pada Remaja, dalam Konsep & Aplikasi Bimbingan dan Konseling. Bandung: Jurusan PPB FIP UPI.

Crites, John. O. (1981). Career Counseling: Models, Methods, and Materials. USA: McGraw-Hill Book Company.

Dillard, J.M. (1985). Life Long Career Planning. Sydney : Charles E merril Publishing Company.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Gani, Ruslan A. (1986). Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa.

Kartadinata, dkk. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Lathifah, Nuryanto I. (2010). Profil Kematangan Karir Siswa SMK. Skripsi. Bandung: PPB FIP UPI Bandung.

Munandir. (1996). Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(38)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pada PPB UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Nurlaelasari, Ida. (2009). Profil Tugas-tugas Perkembangan Karir sebagai Dasar Pengembangan Program Bimbingan Karir di Sekolah Menengah Atas. Skripsi Sarjana pada PPB UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Purwandari, Ari. (2009). Kematangan Vokasional pada Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1 Klaten Ditinjau dari Keyakinan Diri Akademik dan Jenis Kelas. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. [Online]. Terdapat dalam:http://docs.google.com/viewer?url=http://www.gunadarma.ac.id/li brary/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10503080.pdf&chrome =true [20 November 2010]

Purnamasari, Marina. (2012). Profil Kematangan Karir Santri Pondok Pesantren Al-Falah 2 Nagreg Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi Sarjana pada PPB UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Prihantoro, Sri. (2007). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Kemampuan Perencanaan Karir Remaja. Skripsi Sarjana pada PPB UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rauf, M. Yunan. (2006). Program Bimbingan Karir untuk Mencapai Kematangan Karir Siswa SMA. Tesis. Bandung: PPS UPI Bandung.

Rakhmat, Cece dan Solehudin, M. (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Andira.

Rahmi, Septi R. (2009). Program Bimbingan untuk Meningkatkan Kemampuan Merencanakan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas . Skripsi Sarjana pada PPB UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Riduan. (2005). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Salwa, Ema. (2008). Pengembangan Alat Ukur Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas. Tesis Magister pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Santrock, John W. (1996). Adolescence Perkembangan Remaja. Edisi Revisi. Jakarta :Erlangga.

Sharf, Richard S. (1992). Applying Career Development Theory to Counseling. California : Cole Publishing Company.

(39)

Erni Nur Syamsiah, 2012

Profil Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Karir Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Sudrajat, Akhmad. (2008). Konsep Bimbingan Karir. [online]. Tersedia: http://www.akhmadsudrajat.com. [09 Desember 2009].

Supraptono, Eko. 1994. Kontribusi Minat Kejuruan dan Aspirasi Kerja Serta Status Sosial Ekonomi Orang tua terhadap Kematangan Karir Siswa. Tesis pada Program Pasca Sarjana IKIP Bandung: Tidak diterbitkan. Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani

Production.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, Mamat. (2009). Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Menengah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.

Surya, Mohamad. (2009). Dimensi dalam Bimbingan Karir, dalam Minat dalam Pemilihan Karier. Konsepsi, Implikasi dan Implementasinya bagi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana UPI.

Syamsuddin Makmun, A. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja rosdakarya.

Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia.

Westbrook, Bert W and Clary, Joe R. (1967). “The Construction and Validation of

a Measure of Vocational Maturity”. Center Technical Papar No. 16,

Raleigh, North Carolina State University.

Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SLTP dan SLTA). Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Gambar

Grafik  Judul
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.3  Kisi-Kisi Instrumen Kematangan Karir Siswa
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Item
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai layanan bimbingan karir, dukungan keluarga, dan kematangan vokasional telah banyak dilakukan di Indonesia, antara lain oleh Hughey, dkk (1999)

Program Bimbingan Pribadi Berdasarkan Profil Perilaku Agresif Siswa Sekolah Menengah Atas (Studi Deskriptip Terhadap siswa Kelas XI SMA PGRI 1 BANDUNG Tahun Ajaran 2011-2012)

Model bimbingan perkembangan merupakan model yang tepat digunakan untuk pengembangan konsep-diri dan kematangan karir siswa Madrasah Aliyah, karena salah satu

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul “ Profil Kejenuhan Belajar Siswa Berdasarkan Latar Belakang Biografis Serta Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan bimbingan karir di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 3 Banjarmasin meliputi faktor guru Bimbingan dan Konseling,

Judul skripsi : Profil kecerdasan interpersonal siswa dan implikasinya bagi layanan bimbingan kelompok (Studi deskriptif kuantitatif pada siswa-siswi kelas VIIIF

Struktur program bimbingan karir sama dengan struktur program bimbingan konseling pada umumnya yaitu mengacu pada program bimbingan dan konseling komprehensif yang

Self-efficacy karir dan persepsi terhadap masa depan karir memiliki hubungan yang linier dan mempengaruhi kematangan karir pada siswa SMK PGRI Wonoasri dengan