PENINGKATAN LAJU DISOLUSI
MELOKSIKAM DENGAN TEKNIK
CO-GRINDING
(PENGGILINGAN BERSAMA)
MENGGUNAKAN HYDROXYPROPYL
METHYLCELLULOSE (HPMC) 6 CPS
SKRIPSI SARJANA FARMASI
Oleh
AGNESIA SHERRY WITARSAH
0811011005
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
vi ABSTRAK
vii ABSTRACT
1
I. PENDAHULUAN
Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia obat yang penting dalam
meramalkan derajat absorpsi obat dalam saluran cerna. Obat-obat yang mempunyai
kelarutan kecil dalam air seringkali menunjukkan laju disolusi dan ketersediaan
hayati yang rendah. Laju disolusi merupakan tahap penentu (rate limiting step) pada
proses absorpsi obat (Racz, 1989; Shargel dan Yu, 1999; Leuner dan Dressman,
2000). Disolusi adalah proses melarutnya zat padat dalam medium pelarut. Uji
disolusi pada dasarnya merupakan sarana fisika yang digunakan dalam
pengembangan produk obat dan pengendalian mutu. Pengujian disolusi juga telah
diterapkan pada investigasi kesetaraan hayati sediaan obat dan kemungkinan
diperluas penggunaannya di bidang lain di industri farmasi (Banakar, 1992; Siregar,
2010).
Berbagai metode untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi senyawa
obat telah banyak dilakukan antara lain dengan metode mikronisasi, pembuatan
dispersi padat, pembentukan prodrugs, kompleks inkubasi obat dengan pembawa,
dan modifikasi senyawa menjadi bentuk garam dan solvat (Chiou dan Riegelman,
1971; Abdou, 1989).
Salah satu metode menarik dan sederhana yang sedang dikembangkan untuk
meningkatkan laju pelarutan dan ketersediaan hayati obat-obat yang sukar larut
adalah teknik co-grinding dengan polimer yang mudah larut air (Chono, Takeda,
2
senyawa obat yang sukar larut air dengan berbagai polimer akan meningkatkan efek
solubilisasi dan ketersediaan hayati, oleh karena modifikasi sifat padatan senyawa
obat. Pada saat penggilingan, padatan kristalin akan mengalami transformasi menjadi
fase amorf dalam rantai-rantai polimer (Friedrich, Nada, dan Bodmeier, 2005). Jika
dibandingkan dengan berbagai teknik peningkatan kelarutan lain, teknik co-grinding
merupakan cara yang sederhana dan ramah lingkungan karena tidak memerlukan
pelarut organik (Garg, Singh, Rao, Bindu, dan Balasubramaniam, 2009).
Salah satu contoh senyawa obat yang memiliki masalah kelarutan dalam air
adalah meloksikam. Meloksikam adalah obat antiinflamasi non-steroid (OAINS)
yang digunakan untuk pengobatan osteoartritis dan reumatoid artritis (Turck, Roth,
dan Busch, 1996). Meloksikam praktis tidak larut dalam air, tetapi sangat mudah larut
dalam etanol (96%) dan metanol (British Pharmacopoeia, 2009). Kelarutan yang
rendah dari meloksikam ini menyebabkan kesulitan saat memformulasi sediaan oral
dan parenteral (Awasthi, Kumar, Manisha, Yadav, dan Kumar, 2011).
Hypromellose (hydroxypropyl methylcellulose) atau lebih dikenal dengan
sebutan HPMC adalah suatu polimer yang terlarut dalam air dingin dan dalam
campuran air dan alkohol. HPMC adalah salah satu polimer yang bisa digunakan
untuk meningkatkan kelarutan, biovaibilitas, dan laju disolusi obat yang buruk
(Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).
Dalam penelitian ini digunakan meloksikam dan HPMC dengan melakukan
pencampuran secara bersama antara meloksikam dan HPMC. Metode co-grinding
3
transformasi menjadi fase amorf melalui penggilingan. Dari metode ini, dapat diamati