• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KINERJA GURU TERHADAP MOTIVASI MENGAJAR UNTUK MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI DASAR PELAJARAN GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SISWA KELAS 2 DI SMK NEGERI 5 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KINERJA GURU TERHADAP MOTIVASI MENGAJAR UNTUK MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI DASAR PELAJARAN GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SISWA KELAS 2 DI SMK NEGERI 5 BANDUNG."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP MOTIVASI MENGAJAR UNTUK MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI DASAR PELAJARAN GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SISWA KELAS 2 DI SMK NEGERI 5

BANDUNG

THESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Dalam Menenpuh Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan

Oleh : Dodi Nuryahya

NIM : 0706371

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang Diajar melalui Pembelajaran Berbasis Komputer dengan Pembelajaran Tradisional (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa SMK Pasundan 2 Bandung)” adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Bandung, 16 September 2009 Yang membuat pernyataan

(4)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Thesis ioni yang berjudul “ Hubungan Kinerja Guru Terhadap Motivasi mengajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Pelajaran Gambar Konstruksi Bangunan Siswa Kelas 2 Di SMK Negeri 5 Bandung “.

Tesis ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.

Pembahasan dalam Thesis ini dikelompokandalam lima bab yaitu : Bab

pertama, membahas latar belakang masalah, identifikasi masaklah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Bab kedua, membahas kajian teoritis, Bab

ketiga, membahas metodologi penelitian. Bab keempat, berisi tentang anlisis

pengujian hipotesis serta pembahasan hasil-hasil penelitian. Bab kelima, berisi tentang kesimpulan, implikasi dan saran.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan thesis ini, baik isi maupun kaidah penulisan masih banayk sekali terdapat kekurangan, sehingga penulis sangan mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari semua pihak guna memperbaiki berbagai kekurangan baik dari segi keilmuan maupun aspek metodologinya.

Akhirnya penulis takm lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan tesis ini.

(5)
(6)
(7)

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN ………. I

LEMBAR PERNYATAAN ………. ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB. I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ………....…...…….. 1

1.2. Identifikasi Masalah ...………....…... 9

1.3. Rumusan Masalah ... 10

1.4. Tujuan Penelitian ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 11

1.6. Kerangka Berfikir ... 13

1.7. Hipotesis Penelitian ... 18

BAB. II : KAJIAN PUSTAKA ... 21

2.1. Profesi Guru ... ... 21

2.2. Peran Guru Kejuruan ...………... 22

2.3. Gambaran Keadaan SMK.... ... 26

2.4. Motivasi Belajar... 28

2.5. Tujuan Pemberian Motivasi ... 45

2.6. Kompetensi ... 48

(8)

3.2. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 73

3.3. Instrumen Penelitian ... 73

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 76

3.5. Uji Coba Instrumen ... 77

3.6. Revisi Instrumen ... 81

3.7. Prosedur Penelitian dan Teknik Analisis Data ... 81

3.8. Hipotesisi Statistik ... 90

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

4.1. Profil SMKN 5 Bandung ... 92

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 93

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 135

4.4. Keterbatasan Penelitian ... 137

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI ... 139

5.1. Kesimpulan ... 139

5.2. Saran ... 141

5.3. Implikasi ... 143

(9)

Tabel 2.1. Struktur Standar Kompetensi ... 62

Tabel 2.2. Level Kompetensi Kunci ... 62

Tabel 2.3. Pembelajaran Kompetensi dan Bukan Kompetensi ... 66

Tabel 3.3. Interpretsasi Koefisien Korelasi ... 78

Tabel 3.4. Hasil Uji Realiabilitas ... 80

Tabel 4.1. Variabel Kinerja Guru ... 94

Tabel 4.2. Distribusi Frekwensi Kinerja Guru ... 95

Tabel 4.3. Variabel; Motivasi ... 96

Tabel 4.4. Distribusi Frekwensi Variabel Motivasi ... 97

Tabel 4.5. Variabel Kompetensi ... 98

Tabel 4.6. Distribusi Frekwensi Variabel Kompetensi ... 99

Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas ... 102

Tabel 4.8. Korelasi Kinerja Guru dengan Motivasi ... 104

Tabel 4.9. Hasil Analisis Regresi ... 105

Tabel 4.10. Koefisien Determinasi Variabel Kinerja Guru ... 107

Tabel 4.11. Analisis Regresi Variabel Motivasi ... 109

Tabel 4.12. Koefisien Determinasi Variabel Motivasi ... 111

Tabel 4.13. Analisis regresi Kinerja Guru dan Motivasi ... 112

Tabel 4.14. Hasil Uji Anova ... 114

Tabel 4.15. Tabel Penolong Variabel X1 dengan Y ... 124

(10)

Gambar 1.1. Peran Guru ... 17

Gambar 2.1. Motivasi Sebagai Pembangkit Dorongan ... 38

Gambar 2.2. Maslow Needs Hierarchy ... 38

Gambar 2.3. Ciri Ciri Orang Termotivasi ... 47

Gambar 2.4. Format Struktur Kompetensi ... 61

Gambar 3.1. Disain Penelitian ... 73

Gambar 3.2. Kisi Kisi Instrumen Penelitian ... 75

Gambar 4.1. Histogram Kinerja Guru ... 95

Gambar 4.2. Histogram Motivasi ... 95

Gambar 4.3. Histogram Konpetensi ... 99

Gambar 4.4. Garis Persamaan Regresi X1 – Y ... 122

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagi bidang kehidupan banyak membawa perubahan, terutama tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan, banyak hal yang mempengaruhi perkembangan pendidikan di masa mendatang, diantaranya adalah kemajuan teknologi informasi yang pesat, persaingan yang semakin ketat dalam memperoleh lapangan pekerjaan yang ditandai dengan ciri-ciri berkembangnya teknologi baru yang menuntut peningkatan kompetensi, berdampak pada sekolah menengah kejuruan yang dituntut untuk menghasilkan lulusan yang siap latih dan mempunyai kemampuan bekerja dengan tuntututan keahlian yang dibutuhkan dunia kerja..

Pendidikan kejuruan sebagai salah satu subsistem dari pendidikan nasional, sesuai dengan ketentuan pada Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, bahwa :

(12)

Penjelasan diatas mengandung makna bahwa pendidikan yang bermanfaat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa harus ditunjang oleh usaha setiap warga negara untuk mengembangkan seluruh potensi dan kemampuannya, termasuk mengambangkan kemampuan kognitif, efektif dan psikomotorik, yang diperoleh diantaranya melalui jalur pendidikan formal yang menyiapkan peserta didik memiliki keunggulan kompetitif di dunia kerja. Salah satu pendidikan formal dimaksud adalah pendidikan kejuruan.

Pendidikan kejuruan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 15 dijelaskan bahwa “ Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu “. Tindak lanjut dari implementasi Undang-Undang diatas adalah menyiapkan lulusan sekolah kejuruan dalam hal ini SMK , menjadi warga negara yang kreatif untuk mengembangkan sikap profesional dalam pekerjaan sesuai dengan Standar Kompetensi Nasional yang mengacu pada tuntutan pasar kerja dan industri di berbagai bidang keahlian.

Salah satu kunci untuk menjawab tantangan tersebut diantaranya adalah bagaimana guru di sekolah-sekolah kejuruan dapat meningkatan kualitas dan keberhasilan kompetensi/hasil belajar siswa, senada dengan pernyataan tersebut terdapat pendapat yang dikemukakan oleh : Sardiman (2007 : 85) bahwa:

(13)

Berkaitan dengan upaya meningkatkan pembelajaran kompetensi , menurut Fransden dalam Sardiman (2007 :87) :

Jenis motif Self-enhancement melalui aktualsisai diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang, ketinggian dan kemajuan diri menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu dalam belajar hingga daspat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi belajar.

Pengajaran yang berlangsung dalam lingkup pendidikan oleh guru kejuruan

harus memungkinkan pelajar menangani tugas-tugas khusus untuk bidang

kejuruannya, begitu pula dengan masalah dalam bidang profesinya, Nolker ( 1983 :

31).

Pendekatan pembelajaran sekolah kejuruan menganut pendekatan yang terbuka antara guru, siswa dan orang lain yang memahami tentang pengetahuan dan ketrampilan tersebut, kita juga belajar dan tanggap terhadap lingkup di luar sekolah contohnya seperti dunia usaha dan industri sekitar, karena dengan cara yang demikian maka kita akan mengetahui kelemahan dan kelebihan yang kita miliki atau mengontrol diri sendiri untuk beradaptasi sekaligus mengubahnya demi perbaikan.

(14)

peserta didik supaya memiliki keahlian, yaitu menguasai kemampuan standar atau yang dinamakan kompetensi, konsep kompetensi difokuskan pada apa yang yang diharapkan dari seorang pekerja di tempat kerja dan bukan di tempat belajar.

Proses pembelajaran kejuruan, hakikatnya mengacu pada pemahaman aplikatif dari dasar teori yang dipelajari ke arah terapannya, senantiasa memerlukan pendekatan pembelajaran yang mampu membawa siswa didik ke arah pemahaman empirik.

Berbagai pendekatan pembelajaran untuk mencapai keberhasilan mengajar diantaranya ditentukan oleh kesiapan guru, khususnya di sekolah kejuruan SMK yang telah menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK, lebih menekankan kepada belajar pembuktian melalui praktikum. .

(15)

Penguasaan kompetensi dapat dicapai bila sisiwa telah menuasai kompetensi dasar yang menjadi prasyarat untuk melanjutkan belajar pada kompetensi selanjutnya menurut Palan, (2003), (www2.unisba.ac.id/uploads) 12 April 2009 :

“ Kompetensi dasar adalah karakteristik penting seperti pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan seseorang untuk mencapai satandar minimum dalam sebuah pekerjaan”.

Menurut Rosiman (2008) dalam (www.labschool-unj.sch.id/smpjkt/publikasi) 4 Mei 2009) :

“ Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu”.

Kompetensi dasar mata pelajaran memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai siswa sesuai dengan tingkatan pencapaian hasil belajarnya dalam waktu satu tahun sesuai dengan jenjang pendidikannya. Kompetensi dasar mata pelajaran mencakup tiga hal yaitu: Kompetensi dasar, hasil belajar, dan Indikator.

Sedangkan Sanjaya (2005 : 16), menjelaskan

(16)

Berkaitan dengan peran guru dalam menyelengarakan pembelajaran kompetensi, secara khusus PP 19 pasal 28 tahun 2005 menyebutkan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah :

a. Kompetensi Pedagogik.

b. Kompetensi Profesional

c. Kompetensi Pribadi

d. Kompetensi Sosial

Pada bagian lain, Sanjaya (2006 : 15) juga menjelaskan bahwa :

“ Guru adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan “.

“ Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerluakan keahlian khusus di bidang pendidikan dan pengajaran “, Mulyasa (2006 : 37).

Guru harus mempunyai kemampuan verbal untuik menyampaikan pembelajarannya, menguasai bidang yang diajarkan, guru harus berusaha mengintegrasikan pelajaran di kelas dengan pemanfaatan buku pelajaran,

(17)

kesiapannya untuk memberikan pengalaman nyata dengan melibatkan peserta didik selain dalam kegiatan pembelajaran kompetensi juga dalam kegiatan unit produksi, prakerin/magang, kunjungan industri, kerjasama industri, maupun kegiatan penyiapan calon tenaga kerja.

Aspek yang terkandung dalam pembelajaran kompetensi menuntut kesiapan fungsi dan peran guru untuk melakukan perencanaan dan pengelolaan pembelajaran. Dengan memperhatikan karakteristik pembelajaran kompetensi, yaitu menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar, menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, menggunakan berbagai seumber belajar yang memenuhi unsur edukatif, dan menekankan pada penilaian proses dan hasil belajar .

Proses pembelajaran kejuruan, hakikatnya mengacu pada pemahaman aplikatif dari dasar teori yang dipelajari ke arah terapannya, senantiasa memerlukan pendekatan pembelajaran yang mampu membawa siswa didik ke arah pemahaman empirik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya diarahkan untuk menemukan inti materi pelajaran melalui prinsip belajar yang diarahkan untuk meningkatkan pemahaman belajar melalui proses dan pengulangan.

(18)

sekolah menengah kejuruan teknologi juga harus dilengkapi dengan laboratorium dan bengkel yang memadai.

Program pendidikan akan melengkapi kebutuhan yang diperlukan oleh individu-individu yang ingin memasuki dunia kerja dengan segera. Hubungan yang nampak dari program pendidikan itu ditunjukkan oleh karakteristik masing-masing program, antara lain: (1). Mengidentifikasi minat siswa dan konsep-konsep dunia kerja, (2). Memberi bekal siswa melalui penjelajahan dunia kerja/karir dan pembuatan keputusan yang rasional, dan (3). Menyiapkan individu untuk memahami serta menguasai tentang dunia industri dan teknologi yang berkaitan dengan bahan, peralatan/permesinan, manajemen. metode-metode, proses, dan nilai-nilai ekonomi.

(19)

manusia itu adalah pendidikan dan memungkinkan manusia lebih kreatif, lebih bermanfaat, produktif, dan malah bisa menentukan hari depan.

1.2. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan fokus permasalahannya yaitu mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran kompetensi Program Keahlian Gambar Bangunan, dari pengamatan peneliti terhadap situasi pembelajaran praktik di SMK Negeri 5 Bandung, khususnya pada bidang keahlian Gambar Bangunan, ditemui hasil praktik siswa yang menurun dan berdampak terhadap kompetensi kerjanya-nya dikarenakan berbagai faktor antara lain :

1. Kurangnya persiapan guru

2. Belum optimalnya motivasi guru dalam mengajar

3. Kurangnya waktu berlatih dan pengulangan praktik untuk memperkuat kompetensi.

Dari permasalahan-permasalahan tentang pembelajaran khusunya pembelajaran praktik di bengkel ternyata diperlukan suatu pedoman atau tata cara pembelajaran praktik yang ruang lingkupnya sangatlah luas, oleh karena itu peneliti perlu membatasi dalam menganalisis serta mengukur pokok permasalahan pada bengkel praktik teknik bangunan di SMK Negeri 5 Kota Bandung, yang mengacu sesuai penelitian diantaranya :

(20)

2. Seberapa erat hubungan antara motivasi mengajar dengan kompetensi siswa kelas II Bangunan di SMK Negeri 5 Bandung ?

3. Seberapa erat hubungan antara kinerja guru dan motivasi mengajar dengan kompetensi siswa kelas II di SMKN 5 Bandung ?

”Analisis masalah dimaksudkan untuk mengetahui penyebab terjadinya masalah. Hal ini disebabkan karena satu masalah penyebabnya bisa lebih dari dua yang berbeda, maka akan berbeda pula cara mengatasinya”. Soenarto ( 2005 : 23 ).

Maksudnya bila kita menganalisis suatu permasalahan tertentu dan jika permasalahan itu kita ketahui maka akan diketahui pula permasalahan lain yang timbul akibat permasalahan pertama, dengan jelas cara atau metode untuk menanganinya pula pasti berbeda.

I.3 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah dan ruang lingkup penelitian, maka dirumuskan: “BagaimanaHubungan Kinerja Guru Terhadap Motivasi Mengajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Pelajaran

Gambar Konstruksi Bangunan Siswa Kelas 2 Di SMK Negeri 5 Bandung “ Dengan mengacu pada rumusan masalah di atas maka dapat dijabarkan berdasarkan jenis dan tahapan penelitian yang dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan kinerja guru dengan kompetensi siswa kelas II Bangunan di SMK Negeri 5 Bandung ?

(21)

3. Bagaimana hubungan kineja guru dan motivasi mengajar dengan kompetensi siswa kelas II Bangunan di SMK Negeri 5 Bandung? .

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan kemudian di identifikasikan permasalahan yang dirumuskan maka di jabarkan tujuan yang sesuai lingkup penelitian yaitu :

1. Untuk Mendeskripsikan dan menganalisis kinerja guru dalam mengajar siswa kelas II Bangunan di SMK Negeri 5 Bandung

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis motivasi mengajar guru kelas II Bangunan di SMKN 5 Bandung

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kompetensi siswa kelas II Bangunan di SMKN 5 Bandung.

4. Mengukur tingkat hubungan antara kinerja guru dan motivasi belajar dengan kompetensi siswa kelas II Bangunan di SMKN 5 Bandung

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

(22)

2. Diharapkan bisa bermanfaat bagi perkembangan pendidikan teknologi kejuruan khususnya kesiapan guru dalam dalam menyelenggarakan pembelajaran di bengkel praktik gambar bangunan, sehingga dapat memicu motivasi belajar siswa dalam peningkatan kompetensi siswa Bangunan khususnya.

Manfaat Praktis

1) Bagi peneliti, untuk mengetahui hubungan kinerja guru dan motivasi mengajar sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa kelas II Bangunan.

2) Bagi Dinas Pendidikan Kota Bandung, dijadikan sebagai bahan kajian sekaligus masukan untuk berperan aktif dalam peningkatan SDM dan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya pada jenjang Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di Jawa Barat.

3) Bagi kepala sekolah, sebagai bahan masukan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi guru dan siswa pada masa mendatang.

(23)

1.6. Kerangka Berfikir

Reformasi pendidikan adalah merupakan suatu keharusan karena,masih terdapat peserta didik yang tidak bisa menyelesaikan sekolah menengah kejuruan, namun tidak sedikit pula yang belum mendapatkan kesempatan bekerja di industri, oleh karena itu melalui anlisis kinerja guru maka kita akan mengetahui :

1) Apa peranan yang dapat dijalankan oleh guru dalam usaha-usaha untuk memecahkan masalah tersebut di atas.

2) Bila kita ditanya mengenai apa yang dapat dilakukan oleh para pengambil kebijakan di bidang pendidikan maupun pihak industri dan khususnya para pendidik untuk meningkatkan keefektifan dari pembelajaran kompetensi sebagai suatu strategi pelaksanaan pendidikan kejuruan teknologi.

Dalam Pendidikan kejuruan, guru harus memahami bahwa untuk menyampaikan pembelajaran sampai pada tingkat penguasaan, maka diperlukan pengetahuan teknis yang merupakan pengetahuan yang biasa diajarkan dalam lingkungan sekolah serta pengetahuan praktis yang muncul dalam praktek dan tidak dapat atau sangat sulit untuk dirumuskan secara tepat. Pengetahuan praktis tidak mudah dipelajari dan diajarkan melalui cara seperti yang dilakukan dalam lingkungan sekolah”.

(24)

Dari uraian dan pendapat diatas maka, apa yang dilakukan guru dalam mengajar, sangat erat hubungannya dengan hasil belajar siswa kelas II Bangunan di SMK Negeri 5 Bandung, didorong dengan motivasi mengajar yang tinggi, maka dapat mendorong siswa agar bisa berusaha dengan baik untuk mencapai suatu tujuan yang telah rencanakan.

Demikian pula bagi seorang guru, tugas mengajar prinsipnya adalah belajar untuk menyampaikan meteri pembelajaran melalui dorongan dan keinginan agar apa yang disampaikan oleh guru dapat dipahami dan dikuasaai oleh siswa. Menurut Abin Syamsuddin Makmun ( 2005 : 37 ) bahwa motivasi belajar merupakan :

1) Suatu kekuatan ( power ) atau tenaga ( forces ) atau daya ( energy ) atau

2) Suatu keadaan yang kompleks ( a complex state ) dan kesiap sediaan (

preparatory set ) dalam diri individu ( organisme ) untuk bergerak( to move, motion, motive, ) ke arah tujuan tertentu, baik disadarimaupun tidak disadari.

Selain dari pada itu motivasi muncul dan berkembang sesuai dengan melalui :

(1). Datang dari dalam diri individu itu sendiri ( intrinsik ) (2). Datang dari lingkungan (ekstrinsik)

(25)

atau semangat yang menggerakan siswa melakukan berbagai aktivitas belajar”. Diungkapkan juga bahwa dalam belajar di sekolah minimal memiliki tiga komponen motif, diantaranya, (1). Dorongan untuk mengetahui (cognitive drive), (2). Peningkatan diri ( ego enhancement ), dan (3). Kebutuhan untuk mengikat diri ( need for affiliation )

Guru pada sekolah SMK juga harus memberikan pengertian dan pemahaman tentang kompetensi yang merupakan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang yang harusdikuasai oleh siswa , sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif,afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung. Sesuai yang diungkap Gordon dalam Mulyasa (2005 : 38-39) bahwa : Beberapa ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi

diantaranya :

1) Pengetahuan (knowledge), 2) Pemahaman (understanding), 3) Kemampuan (skill),

4) Nilai (value),

5) Sikap (attitude), dan 6) Minat (interest).

(26)

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi. Untuk itu standar kompetensi yang dibutuhkan dari lulusan SMK memang harus ada, karena berkaitan erat dengan kualifikasi kemampuan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.

”Standar kompetensi lulusan pada satuan SMK bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan. untuk bekal hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai kejuruannya” Sugiyono (2005 : 5)

Dalam seminar dan lokakarya nasional ( 21- 22 Desember 2005 ) yang membahas PP, Nomor 19 / 2005 tentang standar pendidik bidang Pendidikan Teknologi kejuruan dimana Dedi Rohendi mengungkapkan bahwa :

”Kualitas lulusan selalu menjadi perhatian utama dalam pendidikan, pandangan bahwa kualitas tenaga kerja SMK masih rendah seharusnya menjadi bahan pemikiran kita semua sebagai praktisi Pendidikan Teknologi Kejuruan, salah satu hal yang berpengaruh terhadap rendahnya kualitas lulusan adalah kompetensi tenaga pendidik” .

(27)

Dalam Penelitiam ini, variabel yang ditinjau adalah hubungan Kinerja Guru

( X1 ), motivasi mengajar ( X2 ) dan Kompetensi ( Y ), yang merupakan variabel-variabel yang secara teoritis diduga memiliki hubungan yang positif. Hubungan yang positif antara variabel-variabel tersebut merupakan kerangka pemikiran yang dijadikan landasan berpikir ilmiah dalam penelitian ini. Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan seperti sebagai berikut :

Gambar 1.1. Kerangka hubungan antar variabel

X

2

X

1

Y

Peran

Guru Evaluator

inisiator

Direktor Transmi

tter

Motivator Informator

Organisat or

(28)

Keterangan :

X1 = Kinerja Guru (variabel bebas) X2 = Motivasi Mengajar ( variabel bebas)

Y = Kompetensi/Hasil Belajar ( variabel terikat ) = Hubungan antar variabel

1. 7 Hipotesis Penelitian

Perumusan hipotesis adalah jawaban sementara yang masih harus diuji kebenarannya , hal ini sesuai dengan ungkapan Furqon (2004 : 16-17) .bahwa: “Merumuskan hipotesis dalam kegiatan penelitian merupakan kebiasaan yang baik untuk mendorong peneliti melakukan kajian yang intensif. Sama halnya dengan apa yang dikemukakan oleh Komaruddin (1993 : 41) yaitu : “ Hipotesis adalah kesimpulan atau perkiraan yang tajam dan cermat yang dirumuskan dan untuk sementara diterima untuk menjelaskan kenyataan-kenyataan, peristiwa-peristiwa, atau kondisi-kondisi yang diperhatikan untuk membimbing penyelidikan lebih lanjut ” . Menanggapi tentang hipotesis sesuai dengan pendapat lain yang dikemukakan oleh Tedjo.N.R, (2002 : 25-26) dapat dinyatakan :

(29)

Berdasarkan pernyataan dan penjelasan di atas maka penulis merasa perlu untuk membuat pernyataan hipotesis yang nantinya akan di uji kebenarannya melalui penelitian ini antara lain sebaga berikut :

1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kinerja guru dengan kompetensi siswa kelas II Bangunan di SMK Negeri 5 Bandung.

2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi mengajar dengan kompetensi siswa kelas II Bangunan di SMK Negeri 5 Bandung

3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kinerja guru dan motivasi mengajar secara bersama sama dengan kompetensi siswa kelas II Bangunan di SMK Negeri 5 Bandung .

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian ini yaitu :

Hipotesis Statistik

1. Ho : ρ x1 y = 0

Ha : ρ x1y ≠ 0

2. Ho : ρ x1 x 2 = 0

Ha : ρ x1 x 2 ≠ 0

3. Ho : ρ x2 y = 0

(30)

4. Ho : ρ x1 x 2y = 0

ρ x1 x 2 y ≠ 0

Keterangan :

Ho: ρx.y = 0, artinya tidak terdapat hubungan.

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Disain Penelitian. 3.1.1 Metode.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif

korelasional karena penelitian berusaha menyelidiki pengaruh antara beberapa

variabel penelitian yaitu variabel kinerja guru, motivasi sebagai variabel prediktor

serta kompetensi/hasil belajar sebagai variabel kriterion. Studi korelasi ini akan

menggunakan analisis korelasi dan regresi.

3.1.2 Disain.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu kinerja guru (X1),

motivasi (X2) dan satu variabel terikat yaitu kompetensi/hasil belajar (Y). Kedua

variabel bebas (X1, X2) dihubungkan dengan variabel terikat (Y) dengan pola

hubungan: (1) Hubungan antara variabel X1 dengan variabel Y, (2) Hubungan

antara variabel X2 dengan variabel Y, (3) Hubungan antara variabel X1, X2

secara bersama-sama dengan variabel Y. Ketiga pola hubungan variabel tersebut

merupakan konstelasi masalah dalam penelitian ini. Pola hubungan antar variabel

(32)
[image:32.612.195.374.104.281.2]

Gambar 3.1 Disain Penelitian 3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Bandung,

Jl. Bojong Koneng No. 37 A Bandung Jawa Barat. 3.2.2 Subjek Penelitian.

Berdasarkan judul maka responden yang dipilih dalam penelitian ini

adalah guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Bandung.

Pengambilan sampel adalah 43 dari 43 populasi dengan dasar jumlah populasi

sedikit sehingga menggunakan sampling jenuh, yaitu teknik pengambilan sampel

apabila semua populasi digunakan sebagai sampel penelitian. ( Ridwan, 64 : 2004)

3.3 Instrumen Penelitian. 3.3.1 Instrumen Pengumpul Data.

Instrumen penelitian ini dikembangkan sesuai dengan variabel yang akan

diukur. Jenis instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

X1

X2 Y

rX1Y

Y X

r 2

(33)

1). Kuesioner (angket).

Kuesioner (angket) merupakan salah satu alat pengumpul data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Sugiyono, 2005: 162). Angket pada umumnya

digunakan untuk meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan,

pembelajaran berbasis kerja dan perilaku responden dalam suatu peristiwa.

Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang

pembelajaran berbasis kerja, motivasi , dan kompetensi/hasil belajar. Model skala

pengukuran yang digunakan untuk menjaring data pada variabel-variabel

penelitian ini adalah :

• Variabel kinerja guru : menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup

model skalaLikert.

• Variabel motivasi : menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model

skala Likert.

• Variabel kompetensi/hasil belajar : menggunakan nilai.

Angket dirancang menggunakan skala Likert dengan lima alternatif

jawaban, maka responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang telah

(34)
[image:34.612.137.513.125.216.2]

Tabel 3.1 Pola Penskoran Pernyataan

No. Opsi Skor Pernyataan

Positif

Skor Pernyataan Negatif

1 Sangat setuju/selalu/sangat baik 5 1

2 Setuju/sering/baik 4 2

3 Ragu-ragu/kadang-kadang/cukup baik 3 3

4 Tidak setuju/jarang/kurang baik 2 4

5 Sangat tidak setuju/tidak pernah/tidak baik 1 5

Sugiyono (2005: 107)

Instrumen disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan tinjauan

pustaka.

2). Dokumentasi/Observasi.

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat

penelitian meliputi data nilai siswa.

3.3.2 Kisi-kisi Penelitian.

Penelitian terdiri dari 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variabel

bebasnya (independen) terdiri dari kinerja guru (X1), motivasi (X2), Variabel

terikat atau dependen (Y) adalah kompetensi/hasil belajar. Ketiga variabel

tersebut kemudian dibuatkan kisi-kisi penelitian yang terdiri dari

variabel/subvariabel dan dimensi. Dimensi instrumen penelitian diperinci menjadi

bentuk butir-butir pernyataan.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Dimensi No. Soal

1 Kinerja Guru ¾ Membuat persiapan semester ¾ Membuat persiapan harian ¾ Melaksanakan PBM ¾ Evaluasi percobaan praktik ¾ Evaluasi praktik/pokok bahasan ¾ Ulangan umum

¾ Pencapaian target semester

1,2,3,4,5,6,78,9,10,11,12,13,14,15 16 s.d. 27

28,29,30,31 32,33.34,35,36,37

38,39,40,41 42,43,44

2 Motivasi ¾ Pencapaian motivasi belajar 1-40

[image:34.612.131.541.565.690.2]
(35)

3.4 Teknik Pengumpulan Data.

Data yang dikumpulkan pada penelitian terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti (atau

melalui petugas yang dilibatkan) dari sumber pertamanya. Data sekunder adalah

merupakan data pendukung , yakni berupa dokumen-dokumen dan data/informasi

lainnya.

Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah

3.4.1 Observasi (Pengamatan Langsung) dan Dokumentasi.

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara

sistematis dan disengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang

diselidiki. Peneliti melakukan observasi pasif karena peneliti tidak ikut serta

dalam aktivitas proses belajar mengajar baik dalam memilih dan mengembangkan

bahan kajian, menyusun dan merencanakan proses belajar mengajar.Observasi

dilakukan untuk mengamati aktivitas sehari-hari semua yang terlibat dalam

populasi penelitian. Kegiatan observasi akan difokuskan pada pengamatan

pembelajaran berbasis kerja, motivasi , dan kompetensi/hasil belajar. Kegiatan ini

dilakukan dalam selang waktu dari bulan April sampai Mei 2009 sehingga

(36)

3.4.2 Kuesioner.

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan

sekumpulan pertanyaan tertulis kepada responden yang telah ditetapkan sasaran

dan jumlahnya (Sugiyono, 2005 :162). Kuesioner yang digunakan dalam

penelitian terlebih dahulu akan diujicoba yakni meliputi uji validitas dan

reliabilitas.

3.5 Uji Coba Instrumen.

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang

digunakan betul-betul mengukur yang seharusnya diukur dan untuk melihat

konsistensi dari instrumen tersebut dalam mengungkap fenomena dari

sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda (Sugiyono

2005 :137).

3.5.1 Uji Validitas Instrumen.

Uji validitas digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(Sugiyono 2005 : 137) sehingga instrumen penelitian bisa memenuhi persyaratan.

Arikunto dikutip oleh Akdon (2005 :143) menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kehandalan atau

kesahihan suatu alat ukur. Untuk mengungkap data yang sesungguhnya, maka

terlebih dahulu instrumen tersebut perlu diujicoba untuk menguji validitas

instrumen tersebut. Hasilnya dihitung dengan menggunakan rumus Pearson

(37)

(Riduan 2008 : 136)

Dimana :

= Koefisien Korelasi

∑x = Jumlah skor item

∑y = Jumlah skor total (seluruh item)

Setelah perhitungan selesai dan instrumen valid, maka dilihat kriteria

[image:37.612.156.505.321.480.2]

penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Riduan (2008: 136)

Untuk menguji signifikansi hubungan yaitu apakah hubungan yang

ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah orang 43 maka

perlu diuji signifikansinya. Rumus uji signifikansi korelasi product moment

adalah sebagai berikut :

keterangan :

( )( )

( )

}

{

( )

}

=

2 2 2 2

y

x

x

n

y

x

y

x

n

r

xy

n

y

{

xy r
(38)

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

Harga thitung selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel, untuk kesalahan

5%. (

α

= 0,05) dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kaidah keputusan :

jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya thitung < ttabel berarti tidak

valid.

3.5.1.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Kinerja Guru (X1)

Variabel ini terdiri dari 44 butir/item pernyataan positif maupun negatif.

Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 28 orang guru, dengan hasil seperti

pada lampiran.

Analisis data menunjukkan hasil bahwa ke 44 butir/item pernyataan

dinyatakan valid dan 44 tidak valid. 0

3.5.1.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi (X2)

Variabel ini terdiri dari 41 butir/item pernyataan positif maupun negatif.

Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 28 orang 28 orang guru, dengan

hasil seperti pada lampiran.

Analisis data menunjukkan hasil bahwa ke 41 butir/item pernyataan

dinyatakan valid 27 dan 14 tidak valid.

3.5.2 Uji Reliabilitas Instrumen.

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari instrumen

dalam mengungkap fenomena dari sekelompok individu meskipun dilakukan

(39)

alat ukur dalam mengukur yang diukurnya, sehingga perbedaan dimensi waktu

alat digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas instrumen

dengan internal consistency dilakukan satu kali. Data kemudian yang diperoleh

dianalisis. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas

instrumen. Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk

mendapatkan hasil penelitian yang baik.

Beberapa teknik atau cara menghitung reliabilitas instrument dapat

dilakukan. Penelitian menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach.

(Usman 2003 : 291).

Uji reabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut :

( )

⎡ −

⎢ ⎣ ⎡

=

2

2

1

1 t

i

S S

k k

α

Dimana : k = jumlah item.

St² = jumlah varians skor total.

Si² = varians responden untuk item ke i.

Menurut Usman .( 2003 :291) , koefisien reabilitas (α) di atas 0,80 sudah

memperlihatkan bahwa instrumen itu reliabel

[image:39.612.162.496.593.676.2]

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen.

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1, X2, dan Y

Variabel Nilai Alpha Keputusan

Kinerja Guru 0,938 Reliabel

(40)

3.6 Revisi Instrumen

Setelah memperhatikan beberapa butir instrument yang tidak valid dalam

analisis validitas di atas, maka setelah dibandingkan dengan kisi-kisi yang telah

disusun di depan ternyata bahwa informasi yang terdapat dalam beberapa butir

yang tidak valid tersebut diprediksi tidak mengganggu proporsi kisi-kisi yang ada,

karena itu diputuskan untuk membuang instrument yang tidak valid .

3.7 Prosedur Penelitian dan Teknik Analisis Data. 3.7.1 Prosedur Penelitian.

Prosedur pengumpulan data ini termasuk pada saat pengambilan data uji

coba instrumen sampai pada pengumpulan data penelitian yang sesungguhnya.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah : (1)

Penggandaan instrumen, (2) mempersiapkan surat izin melaksanakan penelitian.

(3) Penyebaran kuesioner.

3.7.2 Prosedur Pengolahan data.

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan

atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu.

Hasil pengolahan data dapat memberikan makna data yang dikumpulkan sehingga

hasil penelitianpun segera diketahui. Langkah-langkah pengolahan data dalam

penelitian adalah :

(1) Menyeleksi (editing) data yang telah dikumpulkan dengan memeriksa

jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan

editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang mungkin

(41)

dilengkapi atau diperbaiki dengan pengumpulan data ulang ataupun dengan

penyisipan (interpolasi).

[image:41.612.165.362.444.602.2]

(2) Memberi skor terhadap item-item kuesioner berdasarkan pola skor ke dalam

tabel rekapitulasi data (tabulasi).

(3) Menganalisis data kemudian diinterpretasikan untuk dapat menarik

kesimpulan.

3.7.3 Teknis Analisa Data.

Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu tahap deskripsi data,

tahap uji persyaratan analisis, dan tahapan pengujian hipotesis.

3.7.3.1 Tahap Deskripsi Data.

Sebelum data dideskripsikan terlebih dahulu data mentah dikonversikan

menjadi Z skor dan T skor. Adapun perhitungan data mentah menjadi Z skor dan

T skor untuk setiap variabel adalah sebagai berikut :

SD M X

Zskor=( − ) Riduan (2007:181)

Dimana :

N X

M=

1 )

( 2

− −

=

N M X

SD i

Z

TSkor=50+10 Riduan (2007:189)

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap deskripsi data ini adalah

membuat tabulasi data untuk setiap variabel, mengurutkan data secara interval dan

(42)

rata-rata (mean), dan simpangan baku. Deskripsi data dilakukan dengan

menggunakan program MS Exel 2003 dan SPSS.

3.7.3.2 Tahap Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis yang akan dilakukan adalah uji normalitas dan uji

homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya

sebaran data yang akan dianalisis.Uji homogenitas untuk memastikan kelompok

data berasal dari populasi yang homogen. Uji normalitas menggunakan uji

Lilliefors, sedangkan uji homogenitas menggunakan uji Bartleth.

3.7.3.2.1 Uji Normalitas Data X1, X2 dan Y

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji ini perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi normalitas sebaran. Formula/rumus yang digunakan untuk melakukan suatu uji (t-test misalnya) dibuat dengan mengasumsikan bahwa data yang akan dianalisis berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu : (a) uji kertas peluang normal; (b) uji lillefors dan (c) uji chikuadrat. Dalam penelitian ini digunakan uji normalitas metode Lilliefors dengan cara sebagai berikut:

Langkah-langkah uji normalitas data dengan uji Lilliefors :

a. Mengurutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang terbesar dan

menentukan frekuensi tiap-tiap data.

(43)

c. Menentukan besar peluag untuk masing-masing nilai z berdasarkan tabel z,

selanjutnya disebut dengan Q (z).

d. Menghitung frekuensi kumulatif relatif dari masing-masing nilai z,

selanjutnya disebut dengan S (z).

e. Menentukan nilai Lo = F (z) – S (z) dan membandingkannya dengan nilai Lt

dari tabel Liliefors.

f. Kaidah keputusan :

Ho : sampel berdistribusi normal

H1 : sampel berdistribusi tidak normal

Lo <Lt , maka terima Ho yang berarti sampel berdistribusi normal

Lo> Lt, maka tolak Ho yang berarti sampel tidak berdistribusi normal.

3.7.3.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggnakan uji Bartleth. Sesuai

dengan ketentuan, kriteria homogenitas menurut uji Barleth adalah χ²h< χ²t, maka

data mempunyai varian yang homogen atau berasal dari populasi yang homogen.

Untuk melakukan pengujianhomogenitas menggunakan uji Bartlet yaitu dengan

menggunakan rumus:

χ2

hitung= (lon10).[B-Σ(dk) Log Si2] (Riduan 2008 : 178)

dimana : ... ... . . 2 1 2 2 1 1 2 + + + + = n n S n S n

Si dan B=LogS2.

( )

n−1

Selanjutnya membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel untuk alpa α= 0,05 dan

derajat kebebasan (dk) = n – 1.

Kriteria pengujian:

(44)

Jika χ2hitung < χ2tabel maka distribusi data homogen.

Hasil perhitungan uji homogenitas pada lampiran 4

3.7.3.3 Tahap Pengujian Hipotesis.

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan

analisis korelasi dan regresi. Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua

digunakan teknik analisis korelasi dan regresi linear sederhana sedangkan untuk

menguji hipotesis ketiga digunakan teknik korelasi dan regresi linear ganda. Uji

keberartian menggunakan uji t dan uji F pada taraf signifikansi α = 0,05.

Sesuai dengan hipotesis dan desain penelitian yang telah dikemukakan,

maka dalam pengujiannya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Untuk mengetahui hubungan antara X1 dengan Y; X2 dengan Y;

digunakan rumus korelasi sederhana Pearson Product Moment berikut:

(Riduan 2008 : 136)

Dimana :

rxy = Koefisien korelasi

∑x = Jumlah skor item

∑y = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah sampel

Nilai korelasi PPM dilambangkan (r), apabila nilai r telah diperoleh dari hasil

(45)

3.7.3.3.1 Uji Multikoliner

Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antar variabel bebas

apakah variabel bebasnya saling independent atau tidak independent.

Rumus yang digunakan untuk mencari korelasi antar variabel bebas adalah

Pearson Product Moment berikut:

(

)(

)

(

)

{

}

{

(

)

}

− = 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 . 1 . . X X n X X n X X X X n rX X

Jika harga rX1X2≥0,8 artinya X1 dan X2 tidak independent.

Jika harga rX1X2≤0,8 artinya X1 dan X2 saling independent.

3.7.3.3.2Kontribusi variabel X terhadap Y.

Untuk menyatakan besar kecilnya kontribusi variabel X terhadap Y dapat

ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

Dimana :

KD = Nilai koefisien determinan

r = Nilai koefisien korelasi

Untuk uji signifikansi variabel X terhadap Y digunakan rumus seperti

dibawah ini, sedangkan mencari ttabel menggunakan bantuan MsExcel.

Dimana :

t = Nilai t hitung

KD = r2 x 100% (Riduan 2008: 136)

(46)

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

Untuk mengetahui hubungan secara simultan X1, X2, terhadap Y

menggunakan koefisien korelasi ganda, perhitungan dilakukan dengan bantuan

program MsExcel. Dan SPSS

Untuk mengetahui hubungan fungsional antar variabel digunakan metode

regresi :

3.7.3.3.3 Regresi Linear Sederhana

Uji regresi ini bertujuan untuk mencari pola hubungan fungsional antara

variabel X dan Y. Persamaan regresi ini dinyatakan dengan rumus :

bX a Y)= +

Dimana :

Y = Variabel terikat (variabel yang diduga)

X = Variabel bebas

a = Intersep/konstanta

b = Koefisien regresi

Untuk melihat bentuk korelasi antar variabel dengan persamaan regresi

tersebut, maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu melalui persamaan

berikut : 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 ) ( ) )( ( ) )( ( X x n Y X X X Y a ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ ∑ = 2 1 2 1 1 1 1 1 ) ( ) )( ( X x n Y X Y X n b ∑ − ∑ − ∑ ∑ ∑ =

(Riduan 2008: 145)

(47)

Selanjutnya persamaan tersebut diuji keberartian (signifikansi) arah

koefisien dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) yang diolah dengan

bantuan MsExcel dan SPSS

Menguji Signifikansi Liniearitas

1) Mencari jumlah kuadrat eror (JKE)

2) Mencari jumlah kuadrat tuna cocok (JKtc)

3) Mencari rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKrc)

4) Mencari rata-rata jumlah kuadrat tuna eror (RJKE)

5) Mencari nilai Fhitung

Kaidah pengujian linearitas :

Fhitung ≥ Ftabel, maka terima H0, dan tolak Ha artinya data berpola tidak

linear.

Fhitung ≤ Ftabel, maka tolak H0 , terima Ha artinya data berpola linear.

Dengan taraf signifikan (α) = 0,05; mencari Ftabel menggunakan rumus:

Ftabel = F (1- α) (dk= TC), (dk= E)

Selanjutnya pada umumnya semua besaran yang diperoleh, disusun dalam

sebuah daftar yang disebut analisis varians (ANAVA) sebagaimana terlihat pada

lampiran Tabulasi data pengelompokan variable X1, X2 terhadap Y

⎬⎫ ⎩ ⎨ ⎧Σ Σ = k E n Y Y JK 2 2 ( )

E s TC JK JK

JK = Re +

(48)

3.7.3.3.4 Regresi Linear Ganda.

Uji regresi linear ganda bertujuan untuk membuktikan ada atau tidak

adanya hubungan fungsional atau kausal antara variabel bebas X1, X2, terhadap

Y. Pengujian data dilakukan menggunakan bantuan program MsExcel..

Persamaan regresi linear ganda dinyatakan dalam rumus : Y = a + b1X1 + b2X2

(

)

=

=

n

X X X 2 2 2 2 2 2

( )

= − =

∑ ∑

nY Y Y 2 2 2

( )( )

= − =

n Y X Y X Y

X1 1 1

(

)( )

=

=

Xn Y

Y X Y

X2 2 2

( )(

)

=

=

X n X

X X X

X1 2 1 2 1 2

( )

(

) (

)(

)

( ) ( )

(

)

2

2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 . . . . .

− − = x x x x y x x x y x x b ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ − ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ − =

n x b n x b n y

a 1. 1 2. 2

( )

=

=

nX
(49)

3.8 Hipotesis Statistik.

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut :

Hipotesis I : Ho :

r

y1 = 0 Tidak terdapat hubungan yang positip dan

signifikan antara kinerja guru dengan

kompetensi/hasil belajar.

H1 :

r

y1 ≠ 0 Terdapat hubungan yang positip dan

signifikan antara kinerja guru dengan

kompetensi/hasil belajar.

Hipotesis II : Ho :

r

y2 = 0 Tidak terdapat hubungan yang positip dan

signifikan antara motivasi dengan

kompetensi/hasil belajar.

H1 :

r

y2 ≠ 0 Terdapat hubungan yang positip dan

signifikan antara motivasi dengan

kompetensi/hasil belajar.

Hipotesis III : Ho :

r

y12 = 0 Tidak terdapat hubungan yang positip dan

signifikan antara kinerja guru, motivasi

secara bersama-sama dengan

kompetensi/hasil belajar.

H1 :

r

y12 ≠ 0 Terdapat hubungan yang positip dan

signifikan antara kinerja guru, motivasi

secara bersama-sama dengan

(50)

Keterangan :

Ho : Hipotesis Nol.

H1 : Hipótesis Alternatif.

r

y1 : Koefisien korelasi antara kinerja guru (X1) dengan

kompetensi/hasil belajar (Y).

r

y2 : Koefisien korelasi antara motivasi (X2) dengan

kompetensi/hasil belajar (Y).

r

y12 : Koefisien korelasi antara kinerja guru (X1), motivasi (X2)
(51)

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI 5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang erat signifikan antara kinerja guru dengan kompetensi/hasil belajar.

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif kinerja guru akan diiringi dengan meningkatnya kompetensi/hasil belajar. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif kinerja guru, akan diiringi dengan menurunnya kompetensi/hasil belajar. Terdapat hubungan yang erat antara kinerja guru dengan kompetensi hasil belajar “ dapat diterima.

2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi dengan kompetensi/hasil belajar

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin tinggi motivasi, akan diiringi dengan meningkatnya kompetensi/hasil belajar. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif motivasi, akan diiringi dengan menurunnya kompetensi/hasil belajar yang telah teruji linear dan signifikan.

Kekuatan hubungan antara variabel X2 dan Y ditunjukkan oleh koefisien korelasi rx2y sebesar 0,721 dan koefisien determinasi KD = r

2

(52)

karena itu hipótesis yang menyatakan “Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kompetensi/hasil belajar “ dapat diterima.

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan secara bersama-sama antara pembelajaran berbasis kerja dan motivasi dengan kompetensi/hasil belajar.

Hal ini memberikan pengertian bahwa semakin positif baik pembelajaran berbasis verja dan motivasi, maka semakin tinggi pula kompetensi/hasil belajar. Sebaliknya semakin negatif kinerja guru dan motivasi, maka semakin rendah pula kompetensi/hasil belajarnya.

(53)

5.2. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan positif antara kinerja guru, serta motivasi secara bersama-sama terhadap hasil belajar. Hal ini menegaskan bahwa sebagai komponen utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah adalah kesiapan dan motivasi guru.

Kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran terkait profesi

keguruannya. Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang memerlukan beberapa

bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi

kepentingan umum. Dengan kata lain sebuah profesi rnemerlukan kemampuan

dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya. Pekerjaan yang bersifat

profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang

(54)

mempunyai pengalaman yang baik. Dalam kaitan ini, guru akan membawa dan mengembangkan berbagai upaya pendidikan di sekolah ke dalam kehidupan di masyarakat, dan juga membawa kehidupan di masyarakat ke sekolah. Selanjutnya sebagai pendidik masyarakat, bersama unsur masyarakat lainnya guru berperan mengembangkan berbagai upaya pendidikan yang dapat menunjang pencapaian hasil pendidikan yang bermutu. Dengan kata lain, guru yang berpengalaman harus mampu memecahkan problema pengajaran dan pendidikan untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa dengan dkungan fasilitas yang memadai.

Kerja guru harus berorientasi pada capaian kompetensi dan hasil belajar, seperti yang diisyaratkan dalam kurikulum SMK adisi 2004 KTSP, bahwa pendekatan pemelajaran berbasis kompetensi menganut prinsip pemelajaran tuntas (mastery learning), untuk dapat menguasai sikap (attitude), ilmu pengetahuan, (knowledge), dan ketrampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai profesinya seperti yang dituntut oleh suatu kompetensi.

Agar dapat belajar secara tuntas, maka siswa perlu diberikan pembelajaran dalam bentuk :

1. Learning by doing, yaitu belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata yang memberikan pengalaman bermakna dan dikembangkan menjadi pemelajaran berbasis produksi

(55)

Untuk tercapaianya ketuntasan belajar, seorang guru harus memiliki : 1. Kompetensi Pribadi

2. Kompetensi Profesional

3. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan 4. Kompetensi Pedagogik

Bagi guru SMK, peran guru dalam proses pembelajaran sebagai fasilitator, pengelola, demonstrator dan evaluator teraktualisasai dalam kegiatan pembelajaran dari mulai memantau kegiatan dan kemajuan belajar siswa, melakukan bimbingan guna membantu kelancaran dan keberhasilan belajar serta menentapkan penyelesaian suatu tahap pemelajaran sebagai dasar untuk memutuskan kelanjutan pemelajaran tahap berikutnya dan mewujudkan hasil belajar yang berorientasi pada produk hasil belajar, yang mempunyai implikasi terhadap pengakuan hasil belajar kompetensi siswa melalui verifikasi, hasil belajar, unjuk kerja dan pencapaian kompetensi.

5.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan seperti diuraikan di atas, di bawah ini diajukan beberapa saran sebagai berikut :

(56)

menyelenggarakan pendidikan dan menindaklanjuti hasil yang telah dicapai sehingga tercapai peningkatan kualitas pengajaran yang berdampak pada meningkatnya pencapaian hasil relajar siswa.

2. Kemampuan personal guru perlu ditingkatkan dan menjadi bekal penting untuk percaya diri dan memiliki motivasi tinggi untuk memberikan pengajaran terbaik pada siswa sesuai tujuan dan sasaran pembelajaran yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan positif antara kinerja guru, motivasi guru secara bersama-sama terhadap pencapaian kompetensi siswa dalam bentuk hasil belajar. Hal ini menegaskan bahwa sebagai komponen utama untuk meningkatkan keberhasilan siswa, guru memiliki peranan besar terhadap tinggi rendahnya pencapaian hasil belajar siswa.

3. Kompetensi siswa selain dipengaruhi motivasi, juga kompetensi guru, dimana kinerja guru harus ditingkatkan melalui pembiasaan melatih ketrampilan, karena pencapaian kompetensi mengajar dan mendidik hanya berdasarkan untuk memenuhi tuntutan kurikulum belumlah lengkap bila tidak dilengkapi dengan pembiasaan kerja yang berorientasi produk dan iklim kerja yang sebenarnnya.

(57)

terpuji sehingga dapat membantu menumbuhkan perilaku yang baik serta akhlak mulia pada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Guru pada idealnya harus dijadikan idola dan dihormati oleh peserta didik, maka guru harus mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk menunjukkan perilaku yang baik, berdisiplin dan menanamkan nilai-nilai moral yang sangat penting bagi perkembangan kejiwaan siswanya. Perilaku guru akan memberikan warna dan corak tersendiri terhadap watak peserta didik di kemudian hari. Oleh karena itu sikap disiplin perlu ditumbuhkan melalui ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan, norma atau etika yang berlaku.

Banyak komponen yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di sekolah, antara lain kompetensi guru, sarana dan prasarana yang memadahi, pembiayaan yang cukup, administrasi dan manajemen yang baik. Dari sekian banyak komponen, guru merupakan komponen yang paling penting dalam mencapai suatu keberhasilan, bagaimanapun baiknya komponen yang ada di sekolah, jika guru kurang memiliki kompetensi yang cukup memadai, maka hasil belajar yang diperoleh kurang baik.

(58)

yang sangat mahal. Oleh karena itu, maka kompetensi guru teknik dalam mengelola sarana dan prasarana praktik sangat diperlukan.

Dengan terujinya hubungan signifikan antara variable bebas dan variable terikat, maka hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan jalan meningkatkan kesiapan guru dalam pembelajaran, meningkatkan kemampuan personal dan profesional guru sebagai motivasi untuk meningkatkan upaya megajar dan menyelanggarakan pendidikan yang sesuai tujuan dan sasaran hasil relajar..

Peningkatan kesiapan guru dapat dilakukan melalui tiga hal yaitu dengan meningkatkan conceptual skills, human skill dan technical skill dari kepala sekolah.

(1). Peningkatan technical skill yaitu melalui usaha peningkatan kecakapan

spesifik tentang proses, prosedur atau teknik-teknik atau merupakan kecakapan khusus dalam menganalisis hal-hal khusus dan penggunaan fasilitas, peralatan serta teknik pengetahuan yang spesifik.

(2). Peningkatan human skill, yaitu melalui usaha peningkatan kecakapan

untuk bekerja sama secara efektif sebagai anggota kelompok dan untuk menciptakan usaha kerjasama dilingkungan kelompok

(3). Peningkatan social skills, yaitu melalui usaha peningkatan kemampuan

(59)

Peningkatan kesiapan guru dalam pembelajaran PBL dapat dilakukan melalui beberapa langkah sebagai berikut :

• Meningkatkan keterampilan akademik

• Memahami tujuan, bentuk dan karaktristik seta mekanisme pembelajaran kompetensi.

• Meningkatkan pemahaman persiapan mengajar sesuai tujuan dan sasaran pembelajaran kompetensi.

Sedangkan dari aspek motivasi, kesiapan guru dalam pembelajaran kompetensi dapat ditingkatkan manakala tujuan pemberian motivasi telah dipahami dan dilakukan sesuai tujuan kurikuler dan tuntutan industri, diantaranya adalah :

ƒ Meningkatkan moral dan kepuasan kerja ƒ Meningkatkan produktifitas kerja

ƒ Mempertahankan kestabilan organisasi kerja ƒ Meningkatkan kedisiplinan

ƒ Mengefektifkan jumlah personil kerja

ƒ Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik ƒ Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi

ƒ Meningkatkan tingkat dan jabatan kerja

(60)

Syaodih Sukmadinata, Nana, 1997. Pengembangan Kurikulum, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Sanjaya, Wina, 2006, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi, Jakarta, Kencana

Syaodih Sukmadinata, Nana, 2005, Metode Penelitian Pendidikan, Badung : Remaja Rosda Karya

Anwar, Hadi. 2000. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium. Sesuai ISO/IEC 17025:2000. General Requiremants for the Competence of Testing and Calibration

Laboratories. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lexy, J. Moeloeng. 1999. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Karya.

Nasution S. 1999. Metode penelitian naturalistik – kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasution S. 1999. Bebagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. Bandung:

Bumi Aksara

Abin Syamsuddin Makmun, ( 2005 ) Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem

Pengajaran Modul Unit 2, Edisi Revisi, PT.Remaja Rosda Karya Bandung

Agus Guntur PM, (2006) dalam seminar tentang “ Peran APINDO Dalam Memfasilitasi Lulusan LPTK – PTK” tidak diterbitkan.

Arep Ishak & Tanjung Hendri (2003), Manajemen Motivasi. Jakarta . PT.Gramedia Widyasarana Indonesia

Akdon & Sahlan Hadi (2005), Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk

Administrasi & Manajemen. Dewa Ruchi. Bandung.

Bachtiar Hasan (2003) , Perencanaan Pengajaran Bidang studi, Edisi ke 2 , Pustaka Ramadhan Bandung.

Bailey, T. R. (Ed.). (1995). Learning to work: Employer involvement in

school-to-work transition programs. Washington, DC: The Brookings Institution.

Bragg, D., Hamm, R., & Trinkle, K. (1995). Work-based learning in two-year

colleges in the United States. Berkeley, CA: National Center for Research in

(61)

Republic of Germany

Haw.G, Hughes.P (1998) Education for the 21 st Century in the Asia-Pasifik Region, Unesco Confrence , 1998

Dedi Rohendi (2005), Seminar dan Lokakarya Nasional. Tentang PP.Nomor 19, UPI Bandung . Tidak diterbitkan.

David Boud and Nicky Solomon, (2003) Work-based Learning, A New Higher

Education, The Society for Research into Higher Education & Open

University Press.

Degeng, I.N.S. ( 1989). Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: P2LPTK Depdiknas. 2004. Informasi GBPP Kurikulum SMK Edisi 2004. Bagian.I & II.

Furqon (2005), Statistika Terapan untuk Penelitian, Alfaberta. Bandung.

Galbreath, J. (1999). Preparing the 21st Century Worker: The Link Between

Computer-Based Technology and Future Skill Sets. Educational Technology

Nopember-Desember 1999.

Gagne, R.M. (1974). Essentials of Learning for Instruction. New York: Holt Rinehart and Winston.

Gagne, R.M. dan Briggs, L.J.(1979). Principles of Instructional Design. New York: Holt Rinehart and Winston

Hager, P. & Becket, D. (1999). Making judgments as the basis for workplace learning – preliminary research findings. Sydney: University of Technology.

Hasibuan, Malayu S.P. (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara

GBPP (2004), Garis-Garis Besar Program Pendidikan dan Pelatihan Kurikulum SMK Edisi 2004.Bagian II, Depdiknas

Peraturan Pemerintah. Nomor 19 Tahun 2005 , Tentang kualifikasi, Kompetensi, dan

Sertifikasi. Departemen Pendidikan Nasional, Tidak diterbitkan

PP.Nomor 19 Tahun 2003,, Tentang Undang-Undang Nomor 20 Tentang Sistem

(62)

Departemen Pendidikan Nasional. Tidak diterbitkan

CBT. Awarennes Vol.3. 2002 Kerjasama Indonesia Australia untuk Pengembangan

Ketrampilan Proyek Metal.

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Tahun 2001, Kompetensi Pendidikan

Nasional, Depdiknas, Tidak diterbitkan

Komaruddin Sastradipura,(1994), Pengantar Manajemen Perusahaan. Jakatra.PT.Raja Grafindo Persada.

Masriam Bukit, (2006), Bahan Kuliah Kurikulum Pendidikan Kejuruan. Semester 2. Pascasarjana (S2). PTK-UPI

Manullang.M. ( 1985 ), Manajemen Personalia. Jakarta : Ghalia Indonesia.

M.Husni Thamrin, (2005) Kumpulan Diktat Pengelolaan Bengkel, PPPG.Teknologi dan Kejuruan. Tidak diterbitkan.

Mulyasa, (2005), Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Konsep,Karakteristik, Implementasi ). PT. Remaja Rosdakarya.Bandung

Munther W.Al-Masri, ( 1998). Learning to Do, Pillar 2. Education For The 21.st Century In the Asia- Pasific Region : Report on the Melbourne Unesco Conference .

Moekijat, (1995), Tata Laksana Kantor Manajemen Perkantoran, Yogyakarta : Mandar Maju

Nana Syaodih Sukmadinata,(2004). Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi,Yayasan Kusuma Karya Bandung.

Sugiyono . ( 2005), Dalam Seminar Tentang. Peran Asosiasi Pendidikan Teknik Dan

kejuruan Indonesia ( Aptekindo ) dalam Implementasi Standar Nasional Pendidikan Pada Pendidikan kejuruan. Tidak diterbitkan.

Suharsimi Arikunto. (1992), Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Rineka Cipta Jakarta

Sugilar. (2004), Belajar Dalam Lingkungan Kerja Sebagai Lapangan Kajian dan

Penelitian . Jurnal Pendidikan, Vol.5, No. 1. Departemen Pendidikan

(63)

Ilmu Ekonomi YKPN.

Siagian , Sondang. P. (1995), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aaksara

Ridwan,(2004),Teknik Menyusun Thesis Bandung: PT Alfabeta

Sardiman. AM, (1986), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

(64)

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka hubungan antar variabel
Gambar 3.1  Disain Penelitian
Tabel 3.2  Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan pembatasan permasalahan yang akan dikaji dalam Tugas Akhir ini adalah bagaimana sistem kerja pengaman beban lebih dan hubung singkat pada motor induksi tiga phasa,

Apabila pegawai ke luar negeri bukan dalam rangka hubungan kerja, seperti ekspatriat berlibur kembali ke negaranya, maka pembayaran fiskal tersebut tidak boleh dimasukkan

Motor induksi adalah motor listrik arus bolak balik yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan statornya, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada

PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUN ATAU THT/JHT SERTA PNS, ANGGOTA TNI/POLRI, PEJABAT NEGARA DAN PENSIUNANNYA YANG PENGHASILANNYA MELEBIHI PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK

Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, maka penulis menarik kesimpulan bahwa tingkat kecemasan menghadapi kematian pada manula yang masih memiliki

Materi pelatihan yang saya ikuti diberikan sesuai dengan kebutuhan sebagai fungsi pengelola keuangan.. Saya memiliki pengalaman untuk menjalankan tugas di

Oleh sebab itu penelitian ini bermaksud mempelajari bagaimana gambaraan pencapaian tugas perkembangan waria yang nampak berhasil memenuhi tugas-tugas perkembangan dewasa madya

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak puas dengan 3 program Jamsostek yang diterapkan PT Biotis Nusantara yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja,