• Tidak ada hasil yang ditemukan

MITIGASI BENCANA LONGSOR PADA KOMUNITAS KASATUAN ADAT BANTEN KIDUL DI KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MITIGASI BENCANA LONGSOR PADA KOMUNITAS KASATUAN ADAT BANTEN KIDUL DI KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 1752/UN.40.2.4/PL/2013

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

MITIGASI BENCANA LONGSOR PADA KOMUNITAS

KASATUAN ADAT BANTEN KIDUL DI KECAMATAN

CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Pada Program Pendidikan Geografi

Oleh YOGA SEPTIAN

0901005

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

No. Daftar FPIPS: 1752/UN.40.2.4/PL/2013

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Mitigasi Bencana Longsor Pada

Komunitas Kasatuan Adat Banten

Kidul di Kecamatan Cisolok

Kabupaten Sukabumi

Oleh

Yoga Septian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Yoga Septian 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

No. Daftar FPIPS: 1752/UN.40.2.4/PL/2013

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

YOGA SEPTIAN NIM : 0901005

MITIGASI BENCANA LONGSOR DALAM KEARIFAN LOKAL WARGA KASATUAN ADAT BANTEN KIDUL DI KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI (Penerapan Kearifan Lokal Dalam Kehidupan)

Disetujui Dan Disahkan Oleh Pembimbing I

Prof. Dr. Rd. Gurniwan Kamil Pahsya, M.Si NIP: 19610323 198603 1 002

Pembimbing II

Ir. Yakub Malik, M.Pd NIP: 19590101 198901 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Geogrfi,

(4)

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

MITIGASI BENCANA LONGSOR PADA KOMUNITAS KASATUAN ADAT BANTEN KIDUL DI KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI

Oleh

YOGA SEPTIAN (0901005)

Penelitian ini dilaksanakan pada komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul atau biasa disebut warga Kasepuhan yang ada di Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, dengan tujuan untuk mengetahui upaya mitigasi bencana longsor yang ada pada kearifan lokal warga Kasepuhan, pengaruh kondisi geografisnya terhadap kearifan lokal mereka dalam mitigasi bencana longsor, pola pendidikan mitigasi bencana pada anak-anak warga Kasepuhan dan implementasi nilai-nilai kearifan lokal warga Kasepuhan di SMA Negeri 1 Cisolok.

Desain penelitian menggunakan Kualitatif Verifikatif dengan teknik pengambilan sampel bola salju (rolling snowball). Ada empat rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1) Bagaimanakah upaya mitigasi bencana longsor di dalam kearifan lokal Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi. 2) Apakah kondisi geografis mempengaruhi kearifan lokal warga Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul di dalam upaya mitigasi bencana longsor di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi. 3) Bagaimanakah pola pendidikan mitigasi bencana pada anak-anak warga Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi. 4) Bagaimanakah implementasi nilai-nilai kearifan lokal Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul dalam mitigasi bencana longsor pada mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Cisolok.

Kesimpulannya adalah tradisi warga Kasepuhan merupakan bagian dari upaya mitigasi bencana longsor, khusunya mengenai pandangan hidup, sistem perladangan, bentengan, ngalelemah, ngabeberah dan talutug. Bertambahnya jumlah penduduk dan larangan berladang oleh PERHUTANI secara perlahan merubah sistem perladangan menjadi sistem sawah. Tidak ada waktu khusus dalam pendidikan mitigasi bencana bagi anak-anak warga Kasepuhan, pendidikan berlangsung mengikuti pola pewarisan tradisi. Nilai-nilai kearifan lokal warga Kasepuhan diimplementasikan dalam mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Cisolok.

(5)

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

LANDSLIDES DISASTER MITIGATION ON COMMUNITIES KASATUAN ADAT BANTEN KIDUL IN DISTRICT OF CISOLOK SUKABUMI

By

YOGA SEPTIAN (0901005)

The research was conducted in Communities Kasatuan Adat Banten Kidul or so-called people Kasepuhan in the village Sirnaresmi Cisolok Sukabumi district, with the purpose to knowing the landslide disaster mitigation efforts that exist in local widom people Kasepuhan, geography influence on their local wisdom in disaster mitigation landslides, disaster mitigation education pattern in children people Kasepuhan and implementation values of local wisdom people Kasepuhan in SMA Negeri 1 Cisolok .

The design of research is Qualitative Verification with using the rolling snowball sampling technique. There are four formulation of the problem in this study, namely: 1) How landslide disaster mitigation efforts in the local wisdom of Communities Kasatuan Adat Banten Kidul in Cisolok Sukabumi district. 2) Does geography affect local widom of Communities Kasatuan Adat Banten Kidul in mitigating landslides in Cisolok Sukabumi district. 3) How does the pattern of disaster mitigation education to children of Communities Kasatuan Adat Banten Kidul Cisolok Sukabumi distrik. 4) How is the implementation the values local wisdom of Communities Kasatuan Adat Banten Kidul in landslide hazard mitigation on the subject of Geography at SMA Negeri 1 Cisolok .

The conclusion is tradition people Kasepuhan are part of the landslide disaster mitigation efforts, especially about the way of life, farming systems, bentengan, ngalelemah, ngabeberah and talutug. Increase of population and sivting cultivate ban by PERHUTANI gradually changes into a system ricefield cultivation. There is no specific time in the disaster mitigation education for children of pople Kasepuhan, education took place following the tradition of inheritance patterns. Values of local wisdom people Kasepuhan implemented in geography subjects in SMA Negeri 1 Cisolok .

(6)

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

a. Latar Belakang ... 1

b. Rumusan Masalah ... 4

c. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

d. Manfaat Penelitian ... 5

e. Definisi Oprasional ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

a. Longsor ... 8

1. Pengertian Longsor ... 8

2. Tipe-Tipe Longsor ... 8

3. Proses Longsor ... 11

4. Faktor-Faktor Penyebab Longsor ... 13

b. Mitigasi Bencana ... 18

1. Pengertian Mitigasi ... 18

2. Pengertian Bencana ... 19

3. Pengertian Resiko Bencana ... 20

4. Mitigasi Bencana Longsor ... 24

(7)

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian dan Makna Kearifan Lokal ... 26

1. Lokasi Penelitian dan Jumlah Penduduk ... 57

2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan ... 58

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Katagori Usia ... 60

5. Kondisi Geologi ... 62

6. Kondisi Tanah ... 64

7. Kondisi Topografi ... 67

8. Kondisi Iklim ... 67

(8)

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

10.Warga Kasepuhan dan Tradisinya ... 73

11.Sejarah Warga Kasatuan Adat Banten Kidul ... 75

12.Status Lahan Warga Kasepuhan di Kecamatan Cisolok ... 79

b. Pembahasan ... 82

1. Mitigasi bencana longsor di dalam kearifan lokal Komunitas Kasepuhan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi ... 82

2. Kondisi geografis mempengaruhi kearifan lokal warga Komunitas Kasepuhan Adat Banten Kidul Di Dalam Upaya Mitigasi Bencana Longsor Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi ... 118

3. Pola pendidikan mitigasi bencana pada anak-anak warga Komunitas Kasepuhan Adata Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi ... 122

4. Implementasi nilai-nilai kearifan lokal Masyarakat Kasatuan Adat Banten Kidul Dalam Mitigasi Bencana Longsor Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri 1 Cisolok ... 129

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 134

a. Simpulan ... 134

b. Saran ... 135

(9)

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Alur Analisis Data ... 54

Bagan 4.1 Alur Perladangan ... 89

Bagan 4.2 Alur Kegiatan Persawahan ... 101

Bagan 4.3 Skema Belajar Kebudayaan ... 123

(10)

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe-Tipe Longsor ... 9

Tabel 2.2 Klasifikasi Penggunaan Lahan ... 15

Tabel 2.3 Klasifikasi Pelapukan Batuan ... 15

Tabel 2.4 Klasfikasi Tekstur Tanah ... 16

Tabel 2.5 Klasifikasi Penggunaan Lahan ... 17

Tabel 2.6 Klasifikasi Curah Hujan ... 18

Tabel 3.1 Katagori Informan ... 49

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Sirnaresmi ... 58

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Desa Sirnaresmi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 60

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Desa Sirnaresmi Berdasarkan Katagori Usia ... 61

Tabel 4.4 Klasifikasi Iklim Junghun ... 68

(11)

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Peta Administratif Desa Sirnaresmi ... 47

Gambar 4.1 Fisiografi Regional Jawa barat ... 62

Gambar 4.2 Geologi regional Jawa Barat ... 63

Gambar 4.3 Peta Formasi Batuan Desa Sirnaresmi ... 65

Gambar 4.4 Peta Jenis Tanah Desa sirnaresmi ... 66

Gambar 4.5 Peta Kemiringan Lereng Desa Sirnaresmi ... 69

Gambar 4.6 Peta Curah Hujan Desa Sirnaresmi ... 70

Gambar 4.7 Peta Zona Kerentanan Longsor Kabupaten Sukabumi ... 71

Gambar 4.8 Lokasi Longsor di Desa Sirnaresmi ... 72

Gambar 4.9 Skema Tilu Sapamulu, Dua Sakarupa, Hiji Eta-eta Keneh ... 74

Gambar 4.10 Spanduk Seren Taun Tahun 2012 ... 77

Gambar 4.11 Kored ... 91

Gambar 4.12 Lantayan ... 93

Gambar 4.13 Pare Ranggeuy ... 93

Gambar 4.14 Lauit ... 95

Gambar 4.15 Kirai ... 95

Gambar 4.16 Longsor di Lahan Persawahan ... 106

Gambar 4.17 Gaya Pengontrol Kestabilan Lereng ... 112

(12)

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.19 Sketsa Teras Individu ... 115

(13)

1

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul merupakan sekelompok masyarakat yang mendiami kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Merupakan bagian dari etnik Sunda yang mendiami wilayah pulau Jawa di bagian barat. Terbukti bahasa pengantar yang digunakan setiap harinya adalah Bahasa Sunda. Keberadaan mereka tersebar di tiga wilayah administratif, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Sampai saat ini meraka masih kuat mempertahankan tradisi yang diwariskan oleh para leluhurnya yang mereka sebut dengan

“Tatali Paranti Karuhun”.

Tatali Paranti Karuhun adalah suatu tradisi yang di dalamnya memuat sejumlah pengetahuan dan norma-norma menganai cara bertani dan memanfaatkan alam bagi para warga Kasepuhan. Sesungguhnya tradisi ini merupakan tradisi orang Sunda pada umumnya jaman dahulu, namun karena orang Sunda saat ini sudah banyak meninggalkannya maka tradisi tersebut seperti khusus milik warga Kasepuhan. Karena sifatnya eksklusif, dimiliki warga Kasepuhan, maka tradisi tersebut dapat dikatakan sebagai Kearifan lokal (Local Wisdom).

(14)

2

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Bentang alam Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan komplek pegunungan yang memiliki beberapa puncak, yang salah satu diantaranya adalah puncak Gunung Halimun. Keadaan demikian mengakibatkan kawasan tersebut memiliki tingkat kemiringan lereng yang tinggi. Dirjen PHKA Departemen Kehutanan (2003) menyebutkan, dari luas wilayahnya yang mencapai 113.357 Ha, sebagian besar wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak berada pada kemiringan lereng 45% (75% dari luas areal). Kondisi demikian mengakibatkan karakteristik topografis wilayah tersebut berada pada tingkat curam hingga sangat curam.

Kemiringan lereng merupakan faktor paling utama yang mengontrol gerakan tanah. Kemiringan lereng wilayah TNGHS yang demikian mengakibatkan potensi gerakan tanah atau longsor kian besar. Kuswaji, (2006) menyebutkan; kemiringan lereng yang melebihi 200 atau sekitar 40% umumnya berpotensi terhadap longsor, apalagi ditambah dengan jumlah curah hujan tahunan yang mencapai 4.000-5.000 mm semakin memperbesar potensi longsor pada wilayah tersebut. Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Mayangsunda dkk (2011) mengkalisifakasikan, jumlah curah hujan tahunan yang mencapai angka 4.500 - 5.500 mm berada pada level besar dalam pengaruhnya terhadap longsor.

(15)

3

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Konsekuensi ketaatan mereka terhadap tradisi ini adalah bahwa mereka sampai sekarang berhasil mencapai swasembada pangan. Mereka tidak mengalami kekurangan pangan, karena tradisi yang mereka pertahankan memungkinkan mereka mencapai hal tersebut. Harian berita SINDO (2012) menyampaikan, produksi panen pada tahun 2012 meningkat dari tahun sebelumnya hingga mencapai 100 lumbung. Apa yang menjadi inti tradisi mereka dalam pemenuhan pangan? Tiada lain adalah cara mereka memproduksi pangan bertumpu pada perladangan dan persawahan. Sistem persawahan jauh lebih muda dibandingkan dengan perladangan. Usianya kurang lebih baru sekitar lima puluh tahunan. Masuknya sistem persawahan dilatarbelakangi oleh larangan Departeman Kehutanan terhadap aktivitas perladangan yang dilakukan oleh warga Kasepuhan di kawasan Taman Nasional karena dianggap dapat merusak kawasan hutan. Larangan ini mengakibatkan lahan perladangan warga Kasepuhan menjadi terbatas, sehingga mereka terpaksa mulai mengupayakan sistem persawahan. Namun tetap saja perladangan merupakan asal dan inti dari tradisi Tatali Paranti Karuhun. Sejarah panjang mengenai tradisi Tatali Paranti Karuhun ini memungkinkan kebaradaan dan eksistensi tradisi mereka merupakan hasil adaptasi dengan keadaan lingkungan alam di sekitarnya. Sangat mungkin sekali tradisi yang sekarang masih bertahan ini bersifat sangat adaptif terhadap keadaan lingkungannya.

Mengingat kondisi geografis wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak seperti yang disebutkan di atas, juga keberhasilan warga Kasepuhan dalam swasembada pangan maka ada kemungkinan bahwa di dalam tradisi Tatali Paranti Karun terdapat upaya mitigasi bencanan yang oleh penduduk setempat tidak dibahasakan dengan mitigasi bencana, tetapi dengan bahasa yang lainnya.

(16)

4

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

judul penelitian tersebut dengan “MITIGASI BENCANA LONGSOR PADA KOMUNITAS KASATUAN ADAT BANTEN KIDUL DI

KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI”. Penulis berharap semoga penelitian ini mendapatkan persetujuan dan dukungan.

B. Rumusan Maslah

Dalam upaya menemukan jawaban dari masalah yang disampaikan, diperlukan rumusan masalah. Rumusan masalah deperlukan agar jawaban terarah dan sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah upaya mitigasi bencana longsor di dalam kearifan lokal Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi?

2. Apakah kondisi geografis mempengaruhi kearifan lokal warga Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul di dalam upaya mitigasi bencana lonsor di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi?

3. Bagaimanakah pola pendidikan mitigasi bencana pada anak-anak warga Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi?

4. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai kearifan lokal Masyarakat Kasatuan Adat Banten Kidul dalam mitigasi bencana longsor pada mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Cisolok?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud mengetahui upaya mitigasi bencana yang dilakukan oleh orang-orang tradisional, khusunya pada Komunitas Kasepuhan di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi.

(17)

5

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Menganalisa bagaimanakah upaya mitigasi bencana longsor di dalam kearifan lokal Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi.

2. Menganalisa apakah kondisi geografis mempengaruhi kearifan lokal warga Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul di dalam upaya mitigasi bencana longsor di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi.

3. Mengidentifikasi pola pendidikan mitigasi bencana pada anak-anak warga Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi.

4. Menganalisa bagaimanakah implementasi nilai-nilai kearifan lokal Masyarakat Kasatuan Adat Banten Kidul dalam mitigasi bencana longsor di SMA Negeri 1 Cisolok.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teortis hasil penelitian ini dapat menambah koleksi dan masukan bagi para peneliti lain dalam mengembangkan keilmuan mengenai Mitigasi Bencana.

2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak tertentu dalam melakukan upaya Mitigasi Bencana.

3. Bagi para pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan terkait dengan upaya Mitigasi Bencana.

4. Kemudian manfaat bagi penulis sendiri, penelitian ini dapat menambah wawasan dan cakrawala berpikir serta melatih kepekaan terhadap data, fenomena, fakta, gejala, kejadian yang terjadi sehingga dapat menarik kesimpulan dan menentukan tindakan.

E. Definisi Operasional

(18)

6

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1) Mitigasi Bencana

Mitigasi bencana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala upaya yang ditujukan untuk mengurangi resiko yang disebakan oleh kejadian bencana. Upaya ini dapat dilakukan oleh masyarakat, pemerintah dan lembaga/badan swasta tertentu di suatu wilayah. UU. No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan : Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Mitigasi bencana merupakan tanggapan atas kesadaran terhadap keadaan lingkungan sekitar, terutama potensi bencana dan resiko/kerugian yang akan diperoleh. Dalam beberapa kasus di lapangan upaya ini bisa tidak disadari, sesungguhnya tindakan yang dilakukan merupakan bentuk mitigasi bencana. Contoh, anjuran untuk membuang sampah pada tempatnya. Karena anjuran tersebut dapat mengurangi timbunan sampai pada aliran-aliran sungai yang mengakibatkan bencana banjir.

Dalam menganilisa mitigasi bencana dalam Kearifan Lokal warga Kasepuhan, penulis membaginya ke dalam tiga bagian, yaitu sebelum bencana, ketika terjadi bencana dan pasca bencana.

2) Resiko

Resiko adalah potensi kerugian yang akan diperoleh akibat peristiwa bencana. Ada beberapa macam kerugian, yaitu : luka, sakit, jiwa terancam, kerusakan harta benda, hilangnya rasa aman, mengungsi, gangguan terhadap kegiatan kemasyarakatan bahkan kematian. Dalam UU. No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana disebutkan: resiko adalah potensi kerugian yang ditimbulkan oleh peristiwa bencana pada suatu wilayah pada kurun waktu tertentu berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta benda dan gangguan kegiatan kemasyarakatan.

(19)

7

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Longsor adalah gerakan massa panyusun lereng baik batuan atau tanah keluar lereng akibat pengaruh gravitasi. Longsor terjadi ketika kestabilan lereng terganggu, sehingga longsor merupakan suatu peristiwa alamiah dimana alam mencari keseimbangan baru setelah keseimbangan sebelumnya terganggu. BAKORNAS PB (2007:26) menyebutkan : Longsoran merupakan salah satu gerakan massa tanah atau batuan ataupun pencampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.

4) Kearifan Lokal

Dalam pemahaman yang sederhana kearifan lokal adalah budaya atau kebudayaan. Tidak semua kebudayaan bersifat baik/arif, sehingga kebudayaan yang sifatnya baik/arif itulah kearifan lokal. Kearifan lokal lahir pada komunitas lokal tertentu pada suatu wilayah sehingga kearifan lokal dinggap lebih tradisional dari budaya masyarakat pada umumnya, namun memiliki nilai tinggi. Sama halnya dengan budaya, kearifan lokal memiliki sistem nilai, norma, kepercayaan, pengetahuan, pandangan dan tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan oleh warganya. Rosidi, (2011:29) menyebutkan : kearifan lokal itu saya kira terjemaahan dari Local Genius. Istilah Local Genius sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Quaaritch Wales pada tahun 1948-1949 dengan arti “kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan itu

(20)

46

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III berisi tentang metode penelitian, terdiri dari: lokasi penelitian, metode penelitian, desain penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, pemeriksaan dan keabsahan data dan teknik analisis data.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Kasepuhan Sirnaresmi, Kasepuhan Ciptamulya dan Kasepuhan Ciptagelar. Desa Sirnaresmi memiliki luas 4.917 Ha dengan batas-batas wilayah:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lebak

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cicadas dan Cikelat Kecamatan Cisolok

3. Sebelah timur berbatasan dengan desa Cihamerang Kecamatan Kalapa Nunggal

4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Cicadas Kecamatan Cisolok . Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi penelitian ini silahkan bisa dilihat pada gambar 3.1.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kualitatif Verifikatif dengan metode fenomenologi guna mendukung kajian Geografi Budaya

(Antropogeografy) yang lengkap mengenai mitigasi bencana longsor dalam

(21)

47

Yoga Septian, 2013

(22)

48

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pemikiran, kemauan dan keyakinan subjek tentang sesuatu di luar subjek. Pandangan demikian disebabkan karena fenomenologi melihat kejadian yang ada pada dunia nyata merupakan satu kesatuan dengan kesadaran manusia.

Berbeda halnya dengan desain penelitian grounded research yang tertutup terhadap teori dari luar, desain penelitian kualitatif verifikatif masih terbuka terhadap teori lain namun posisinya lemah. Teori dimanfaatkan hanya sekedar untuk memberikan gambaran kepada peneliti terhadap masalah yang diteliti. Setelah itu peneliti mengeksplor sendiri data di lapangan dan kemudian menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan. Bungin, (2010:70) mengatakan: …. Namun dalam hal memperlakukan teori, format kualitatif verifikatif lebih longgar dalam dalam arti tetap terbuka pada teori, pengetahuan tentang data dan tidak mengaharuskan peneliti menggunakan “kacamata kuda”.

Desain penelitian verivikatif kualitatif tidak memandang masalah dari kacamata kuda, artinya hanya memandang masalah berdasarkan data dari lapangan dan tertutup pada teori dari luar. Desain ini masih terbuka terhadap teori namun posisi lemah. Aflikasi dari desain penelitian ini, peneliti mencantumkan tinjauan pustaka pada BAB II sebagai landasan berpijak. Diharapkan tinjauan pustaka tersebut dapat memberikan arahan terhadap hasil penelitian.

C. Subjek Penelitian

(23)

49

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Jumlah informan bisa saja sedikit ataupun banyak, hal tersebut bergantung kepada: tepat tidaknya memilih informan pokok, dan kompleksitas dan keragaman fenomena sosial yang diteliti. Ketepatan dalam informan awal akan berpengaruh terhadap kelancaran penumpulan informasi, yang pada gilirannya akan menentukan efisiensi dan efektivitas penelitian.

Informan yang baik harus memenuhi: 1). Memiliki data informasi potensial atas tradisi yang dimilikinya melalui, 2). Memiliki keterlibatan langsung dalam masalah penelitian 3). Memiliki ketersediaan waktu banyak dalam memberikan data informasi 4). Dapat menyampaikan apa yang mereka ketahui dan alami dalam bahasanya sendiri serta harapannya. Mengacu pada penjelasan tersebut, peneliti menentukan informan yang terbagi ke dalam dua katagori. Untuk lebih jelasnya, silahkan dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Katagori Informan

No. Informan Pokok Informan Pangkal

1. Ketua Adat Kasepuhan (Abah)

Banten Kidul di Desa Sirna Resmi.

Warga di lingkungan Masyarakat Kasatuan Adat Banten Kidul.

2.

Kokolot lembur (ketua kampung) di lingkungan Masyarakat Kasatuan Adat Banten Kidul.

(24)

50

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu D. Sumber Data

Sumber data dikelompokan menjadi dua katagori, yaitu : 1. Data Primer

Data primer merukan data yang diperoleh langsung di lapangan. Data ini diperoleh melalui wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada para ketua kampung (Abah) di Kasepuhan Sirnaresmi, Kasepuhan Ciptamulya dan Kasepuhan Ciptagelar atau warga lain yang dianggap memahami topik yang akan diteliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi dan literatur mengenai kearifan lokal Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul berupa: religi dan pandangan hidup, mata pencaharian, pengolahan lahan, pengolahan hutan dan perubahan kearifan lokal, pendidikan dan pelestariannya, serta literatur lain yang dianggap relevan.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi. Ada dua prosedur yang digunakan, yaitu:

1. Wawancara Mendalam (indeft Interview)

(25)

51

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a) Menentukan informan yang dapat memberikan informasi. b) Menyiapkan pedoman wawancara

c) Menghubungi informan untuk diwawancarai.

d) Melakukan wawancara yang diperlukan, kemudian didokumentasikan dengan menggunakan alat perekam, seperti camera dan alat tulis.

e) Melakukan pengecekan data atau informasi yang diterima dengan memeriksa informasi yang ada dalam tulisan, camera dan recorder. f) Merekap hasil wawancara sebagai bahan analisis.

Langkah-langkah tersebut dilakukan agar mendapatkan informasi yang akurat mengenai mitigasi bencana dalam kearifan lokal Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul sehingga peneliti mampu menginterpretasikannya secara benar dan akurat.

2. Observasi Partisipasi (observasi participan)

Observasi adalah suatu metode pengumpulan data melalui pengamatan dan penginderaan. Peneliti terjun langsung ke lapangan bersama-sama dengan masyarakat guna memperoleh informasi yang dibutuhkan. Sedangkan observasi partisipasi adalah observasi dimana peneliti ikut hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Bungin, (2010:116) mengatakan: observasi partisipasi yang dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan.

Hasil observasi ini akan didokumentasikan melalui catatan, kamera atau

handy camp. Dokumentasi ini diperlukan untuk menghindari kesalahan yang

(26)

52

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a) Mempersiapkan pedoman observasi.

b) Selama beberapa waktu penelitian, peneliti tinggal di rumah ketua adat, guna memperoleh informasi mengenai mitigasi bencana longsor dalam kearifan lokal Masyarakat Kasatuan Adat Banten Kidul. c) Melakukan observasi lapangan dengan hasilnya dalam bentuk

catatan yang sistematis, foto dan video yang diperoleh dari lapangan. d) Menyempurnakan catatan, foto, video dan data lainnya yang

diperoleh di lapangan.

e) Melakukan sortasi untuk mengetahui data mana yang tidak diperlukan, data yang kurang dan data yang belum diperoleh, setelah itu data yang kurang dan belum didapatkan disempurnakan sebagai upaya tindak lanjut.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen yang dimiliki ketua kasepuhan, monografi desa, laporan penelitian baik pemerintah maupun perseorangan yang ada kaitannya dengan masalah penelitian. Data yang diperoleh berupa data sekunder namun sangat berguna karena dapat memabantu peneliti dalam menganalisa.

F. Pemeriksaan dan Keabsahan Data

Hasil penelitian akan terbentur dengan persoalan keabsahan, tidak terkecuali penelitian kualitatif. Persoalan ini disebabkan oleh 1). Subjektivitas peneliti yang terlalu berlebihan, 2). Alat penelitan berupa wawancara dan observasi memiliki kelemahan apalagi dilakukan secara terbuka, dan 3). Informan yang kurang credible akan mempengaruhi hasil penelitian. Untuk

(27)

53

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Pengambilan data primer akan dilakukan dengan menggunakan cara observasi partisipasi dan wawancara mendalam di lapangan selama beberapa waktu.

2. Data yang terkumpul akan dicek silang dengan cara membandingkan data yang diperoleh melalui observasi partisipasi dengan wawancara mendalam. Jika ada data yang tidak relevan maka akan dilakukan konvirmasi kepada informan.

3. Cek silang juga dilakukan pada informan yang berbeda. Jika ada ketidak sesuaian data, maka akan dilakukan konvirmasi kepada masing-masing informan.

4. Data yang sudah terkumpul dan disusun ke dalam laporan juga akan dilakukan cek silang kembali kepada informan. Tujuannya adalah untuk memastikan kesesuaian antara maksud informan dengan pemahaman peneliti. Jika terdapat ketidak sesuaian, maka perbaikan akan dilakukan berdasarkan maksud yang dikehendaki informan.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data data merupakan upaya mengolah dan menata data agar menjadi informasi yang mudah dipahami. Anailis data dilakukan untuk tujuan: 1). Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena dari awal sampai akhir sehingga dapat dapat diketahui gambaran secara tuntas dari proses fenomena tersebut, dan 2). Untuk mengetahui makna dibalik data yang dukumpulkan.

(28)

54

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

konten analisis menampilkan tiga syarat yaitu: objektivitas, pendekatan sistematis dan generalisasi. Secara analitik mencakup upaya-upaya; klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi menggunakan kriteria dan klasifikasi, dan menggunakan teknik dalam membuat prediksi.

Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang dikumpulakan baik melalui wawancara, obervasi maupun studi dokumentasi yang ditulis dalam bentuk catatan. Catatan terdiri dari dua macam, catatan deskriptif dan catatan reflektif. Catatan deskriptif menampilak kejadian, sedangkan catatan reflektif berisi tentang ide, kerangka pikiran, perhatian peneliti terhadap fenomena, sehingga catatan reflektif ini lebih bersifat komentar. Setelah data ditelaah, berikutnya dilakukan reduksi dengan jalan abstraksi. Abstraksi merupakan upaya membuat rangkuman inti yang perlu dijaga. Langkah selanjutnya adalah menyusun satuan-satuan dan katagorisasi dan langkah terakhir adalah menafsirkan dan atau memberikan makna terhadap data. Analisi data menurut Miles dan Huberman, dalam Hermanto (2012:121) dalam bagan 3.1:

Sumber: Disertasi Hermanto (2012)

Bagan 3.1

Alur Analisis Data

Pengumpulan Data

Penyesuaian Data

Verifikasi dan penarikan kesimpulan

(29)

55

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Analis data penelitian ini diuaraikan melalui beberapa tahapan yaitu: 1. Menyusun Transkip Hasil Wawancara

Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan memindahkan transkrip hasil wawancara (interview) dan data hasil observasi (observation) tentang Kearifan Lokal Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul catatan yang lebih sistematis.

2. Pemrosesan Satuan (Unitizing) Dan Katagori

Satuan adalah init terkecil yang mengandung makna utuh dan berdiri sendiri. Penyusunan data dilakukan berdasarkan satuan yang disesuaikan dengan indikator yang sudah ditentukan. Kategorisasi disusun berdasarkan kriteria terentu yang mungkin saja berdasarkan namanya, fungsinya atau kriteria lain. Pada tahap katagorisasi peneliti sudah mulai melangkah mencari ciri-ciri setiap katagori, bukan atas pertimbangan sepertinya mirip, melainkan pada ada atau tidaknya muncul ciri katagori pada masing-masing satuan. Peneliti melakukan analisis katagori data atas dasar pendapat, intuisi, dan pendapat tertentu (reduksi data). Aktivitas pokok katagorisasi meliputi; 1). Mengelompokan transkrif yang telah dibuat, 2). Merumuskan katagori untuk merumuskan kesimpulan, 3). Menjaga agar katagori dapat tersusun secara sistematis.

3. Penafsiran/Pemaknaan Data

Tujuan dari penafsiran/pemaknaan data adalah: 1). Analisis data yang diperoleh dan ditafsirkan/dimaknai sehinga menghasilkan katagori yang telah ditetapkan, 2). Menafsirkan katagori di lapangan dan hubungannya antara katagori, 3). Melakukan substansi data berdasarkan data dilapangan sehingga diperoleh kesimpulan.

(30)

56

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dengan teori yang ada sebelumnya membuat makna dari katagorisasi menjadi semakin jelas. Pemaknaan dimulai dengan menafsirkan hubungan antara katagorisasi dengan teori berdasarkan pemikiran dan intuisi peneliti, lalu mendeskripsikan agar menjadi lebih sistematis. Jika sudah tercapai dan peneliti sudah merasa yakin akan hasilnya, maka hasil penelitian sudah benar dapat dipertanggungjawabkan.

H. Indikasi Fenomena

(31)

134

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Kemunculan kearifan lokal dan perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari kondisi geogarfis wilayah dimana kearifan lokal itu ada. Kearifan lokal merupakan produk pikiran manusia sebagai jawaban atas tantangan yang diberikan alam kepada manusia dalam upaya mempertahankan eksistensi hidupnya. Kearifan lokal asli suatu daerah memiliki tingkat adaftasi tinggi sehingga kearifan lokal tersebut akan sejalan dengan ekosistem wilayah tersebut. Setelah mencermati pembahasan dalam BAB IV, ada beberapa hal yang perlu disampaikan di sini sebagai simpulan, antara lain sebagai berikut.

1. Kearifan lokal warga Kasepuhan merupakan bentuk upaya mitigasi bencana longsor, khusunya mengenai sistem perladangan, pandangan hidup, bentengan, ngalelemah, ngabeberah dan talutug. Besar kemungkinan kearifan lokal warga Kasepuhan yang bertahan sampai sekarang diperoleh melalui tray and error. Sehingga kearifan lokal tersebut sangat adaptif dengan alam lingkungannya yang berbukit-bukit. 2. Pertumbuhan jumlah penduduk warga Kasepuhan menjadi penyebab berubahnya sistem pertanian warga Kasepuhan yang tadinya berladang menjadi sistem persawahan. Ini karena perladangan memerlukan lahan yang luas, sedangkan pertambahan jumlah penduduk membuat lahan menjadi terbatas.

(32)

135

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

berulang-ulang dalam berbagai kegiatan yang menyangkut tradisi. Sedangkan internalisasi terjadi ketika anak-anak warga Kasepuhan tidak harus diperintah dan diajarkan lagi dalam berbagai kegiatan tradisinya.

4. Tradisi warga Kasepuhan adalah karya besar manusia yang mencerminkan kemampuan adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Kita bisa belajar dari mereka mengenai bagaimana cara berdapatasi di lingkungan alam yang berbukit-bukit dari mereka, lebih dikhususkan pada upaya mitigasi bencana longsor. Tradisi ini sangat bagus kita sebarluaskan terutama pada generasi muda. Khusus di SMA Negeri 1 Cisolok, tradisi ini di perkenalkan pada mata pelajaran Geografi di kelas sepuluh pada subbab pedosfer.

Dari beberapa simpulan yang disampaikan di atas, ada satu benang merah yang bisa kita ambil, yaitu kearifan lokal yang diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia pada jaman dulu, khususnya orang Sunda memiliki kekayaan nilai yang sangat tinggi. Perlu kajian lebih lanjut agar berbagai macam kekayaan yang masih tersimpan dapat ditemukan.

B. Saran

Adapun saran yang hendak saya sampaikan pada bagian yang akhir ini adalah :

(33)

136

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Mitigasi bencana sampai saat ini dirasa belum maksimal. Rasanya masih asing di telinga warga ketika kata tersebut diucapkan. Mengikut sertakan kearifan lokal masyarakat Indonesia dalam upaya mitigasi bencana adalah suatu langkah yang bijak karena kearifan lokal merupakan bagian dari kehidupan warga.

3. Khusus bagi warga Kasepuhan sendiri, saat ini lahan yang mereka tinggali statusnya masih bersengketa dengan pihak PERHUTANI. Sebaiknya sengketa ini segera diselesaikan agar status lahan yang mereka tinggali menjadi jelas dan hak-hak mereka sebagai masyarakat adat diakui.

Demikianlah beberapa saran yang hendak peneliti sampaikan dalam penelitian ini. Besar harapan penilitian ini dapat memberikan manfaat.

(34)

136

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adimiharja, Kusnaka. 1992. Kasepuhan Yang Tumbuh di Atas yang Luruh. Bandung : PT. Tarsito.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT. AdiMahasatya. BAKORNAS PB. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Mitigasinya di

Indonesia. Jakarta. Direktorat Mitigasi, Lakhar BAKORNAS PB.

Bungin, Burhan. M. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta :Kencana.

Danadibrata, R. A. 2006. Kamus Basa Sunda. Bandung : PT. Kiblat Buku Utama. Erwinantu. 2012. Saba Baduy Sebuah Perjalanan Wisata Budaya Inspiratif.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Harsojo.1984. Pengantar Antropologi. Jakarta :Binacipta.

Kamil Pahsya, Gurniwan. 2006. Geografi : Pemahaman Konsepdan Metodologi. Bandung :Buana Nusantara.

Karnawati, Dwikorita. 2005. Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia

dan Upaya Penanggulangannya. Yogyakarta: Jurusan Teknik Geogologi

Fakultas Teknik UGM.

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI PRESS. Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropolgi I. Jakarta: PT. RinekaCipta. Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi II. Jakarta: PT RinekaCipta. Mulyoutami, E. dkk. 2010. Perubahan Pola Perladangan. Bogor: World

Agroforesty Centre.

Nandi. 2007. Longsor. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi

PERMEN PU. 2007. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor. Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum

Rafi’I, S. 1995. Meteorologi dan Klimatolog. Bandung: Angkasa

Pemerintah. 2008. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Jakarta: Pemerintah RI

Rosidi, Ajip. 2010. Mencari Sosok Manusia Sunda. Jakarta: PT. DuniaPustaka Jaya.

(35)

137

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatandan Analisis

Keruangan. Bandung : Alumni.

Sumardjo, Jakob. 2009. Simbol-Simbol Artepak Budaya Sunda. Bandung: Kelir. Tika, Pabundu.1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2012. Pedoman Penulisan KaryaI lmiah. Bandung: UPI.

Skripsi, Tesis dan Disertasi :

Ayuni, Fithri Nuru. 2011. Persepsi Masyarakat Terhadap Tanah Longsor di

Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung. Bandung. Skripsi Jurusan

Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Hermanto.2012. Revitalisasi Nilai-Nilai Pendidikan IPS (Studi Etnopedagogik

Pada Kesatuan Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul Di Kabupaten Sukabumi). Disertasi Doktor pada PPS PIPS-UPI Bandung:

Tidak Diterbitkan

Kodir, A. 2009. Keanekaragaman dan Bioprospek Jenis Tanaman Dalam Sistem

Kebun Talun di Kasepuhan Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat. Bogor: IPB

Kurniawan, Iwan. 2002. Sistem Pengelolaan Lahan Oleh Masyarakat Kasepuhan

di Sekitar Taman Nasional Gunung Halimun. Bogor: Fakultas

Kehutanan-IPB

Noviantri, AD. 2011. Kelembagaan Lokal Dalam Pemanfaatan Aren dan Peranan

Hasil Gula Aren Bagi Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Kasepuhan. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia-IPB

Jurnal dan Laporan Penelitian:

Gunadi, Sunarto, dkk. 2004. Tingkat Bahaya Longsor di Kecamatan Sami Galuh

dan Daerah Sekitarnya, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Gedung Pasca Sarjana UGM

Kamil Pasya, G. 2007. Perlindungan Hutan Melalui Kearifan Lokal. Bandung: Pendidika Geografi-UPI

Kuswaji, dkk. 2006. Analisis Tingkat Bahaya Longsor Tanah di Kecamatan

Banjar Mangu Kabupaten Banjarnegara. Surakarta: F.Geografi-UMS

(36)

138

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Mubekti, dkk. 2008. Mitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor Menggunakan

Teknik Pemodelan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan). Jakarta: Pusat Teknologi

Inventarisasi Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Maryani, Enok. 2006. Geografi Dalam Perspektif Keilmuan dan Pendidikan di Persekolahan. Bandung: Pendidikan Geografi-UPI

Nugroho J.A, dkk. 2011. Pemetaan Daerah Rawan Longsor Dengan

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Hutan Lindung Kabupaten Mojokerto). Jakarta: LAPAN

Permana, E. Cecep, dkk. 2011. Kearifan Lokal Tentang Mitigasi Bencana Pada

Masyarakat Baduy. Depok: UI

Internet :

Akhmad, Sudrajat. 2010: Definisi Pendidikan Menurut UU No. 20 Tahun 2003

Tentang SISDIKNAS: www.akhmadsudrajat.wordpres.com (24 Juli 2013)

Afdhal. 2010. Catatan Seorang Ekplorator: Pertambangan, Mass Wasting.Tersedia di www.afdhal-eksplorator.blogspot.com (24 Juli 2013)

Badan Penanggulangan Bencana. 2012. Definisi Bencana. Tersedia di

www.bnpb.go.id(24 Juli 2013)

DEPHUT. 2012. Stuktur Sosial Warga Kasepuhan dan Masing-Masing Peran

Terhadap Pelestarian Kearifan Lokal. Tersedia di www.dephut.go.id(24 Juli 2013)

Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, BAPPENAS. 2013.

www.bappenas.go.id (5 September 2013)

Geografi. 2004. Longsor Tanah. Tersedia di www.geografi-geografi.blogspot.com

(5 September 2013)

P2MB UPI. 2010. Apakah Mitigasi Bencana Itu. Tersedia di

www.p2mb.geografi.upi.edu (5 September 2013)

Tim Wacana Nusantara. 2012. Masyarakat Kasatuan Adat Banten Kidul. Tersedia di www.antaranews.com(23 juli 2013)

Undang-undang 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Tersedia di

(37)

139

Yoga Septian, 2013

Mitigasi Bencana Longsor Pada Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul Di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

SINDO. 2012. Seren Taun. Tersedia di www.sindonews.com (23 juli 2013)

Gambar

Gambar 4.20 Ngalelemah ............................................................................
Tabel 3.1 Katagori Informan

Referensi

Dokumen terkait

Disajikan pernyataan, peserta didik mampu menyebutkan bagian jantung burung Pilihan Ganda 4 4 C1 5 IPA 3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan

Rasa marah yang diekspresikan secara destruktif, misalnya dengan perilaku agresif dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat

Azolla dapat tumbuh pada kondisi yang lembab dan akan mati pada.

keterampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

Dari beberapa teori mengenai iklim kelas tersebut, maka dapat diambil pengertian bahwa iklim kelas merupakan kondisi psikologis dan hubungan sosial yang terbentuk dari

Apakah bapak ada menghubungi atau melaporkan ke tingkat II atau puskesmas mengenai kasus DBD tersebut?.?. Kesepakatan, komitmen

[r]

fungisida yang diberikan mampu memberikan pengaruh yang nyata, namun pada pengamatan hambatan relatif konsentrasi fungisida yang diberikan kurang berpengaruh dalam