• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAPAI TAHUN 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAPAI TAHUN 2012."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Faktor-faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Katarak di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

Skripsi S1 Oleh : Monika Puspasari Pembimbing 1 : Prof. Dr.dr. Rizanda Machmud, M.Kes Pembimbing II : Isniati, SKM, MPH

Gangguan penglihatan terdiri dari penglihatan kurang dan kebutaan. Kebutaan di Indonesia paling banyak disebabkan oleh katarak. Prevalensi katarak pada penduduk umur besar dari 30 tahun di Indonesia menurut Riskesdas 2007 sebesar 1,8% sedangkan di wilayah Kerja Puskesmas Lapai adalah 3,1%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paparan sinar matahari, diabetes mellitus, konsumsi sayuran, konsumsi protein hewani, kebiasaan merokok, tingkat pendidikan dan status ekonomi dengan kejadian katarak di wilayah kerja Puskesmas Lapai.

Desain penelitian Kasus Kontrol. Kasus adalah penderita katarak berumur 40 tahun ke atas diambil dari rekam medik. Matching: usia dan jenis kelamin. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing adalah 46 orang, besar sampel adalah 92 orang.

Hasil penelitian didapatkan jumlah responden pada kelompok kasus: terpapar sinar matahari (43,5%), diabetes mellitus (4,3%), konsumsi sayuran tidak setiap hari (65,2%), konsumsi protein hewani tidak setiap hari (15,2%), kebiasaan merokok (32,6%), tingkat pendidikan rendah (47,8%) dan status ekonomi miskin (17,4%). Hasil uji bivariat terdapat hubungan bermakna antara paparan sinar matahari dengan: kejadian katarak (p=0,003; OR = 4,286) dan konsumsi sayuran tidak setiap hari (p=0,002; OR=3,875). Tidak terdapat hubungan bermakna antara diabetes mellitus, konsumsi protein tidak setiap hari, kebiasaan merokok, tingkat pendidikan dan status ekonomi terhadap kejadian katarak.

Oleh karena itu, saran dari peneliti segera memeriksakan diri dan menghindari faktor-faktor risiko yang dapat mempercepat terjadinya katarak serta pemilihan kontrol adalah responden yang telah dinyatakan bebas dari katarak dibuktikan dengan rekam medis. Setiap variabel diperjelas dengan pertanyaan yang lebih rinci.

Skripsi telah dipertahankan di depan sidang penguji skripsi dan dinyatakan lulus pada tanggal 19 Juli 2012 Abstrak telah disetujui oleh Penguji

Tanda Tangan:

Penguji I Penguji II

Nama Terang Dr. dr. Hafni Bachtiar, MPH dr. H. Winardi, MSc

Mengetahui : Dekan FKM UNAND

Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, M.Sc, Ph.D, Sp.GK NIP. 19630507 199001 2 001

Alumnus telah terdaftar ke Fakultas/ Universitas dan mendapat Nomor Alumnus : Petugas Fakultas / Universitas

(2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Risk Factors Relating to The Cataract in The Area Working Health Community Center Of Lapai In Year 2012

Skripsi S1 Oleh : Monika Puspasari Counsellor I : Prof. Dr.dr. Rizanda Machmud, M.Kes Counsellor II : Isniati, SKM, MPH

Impaired vision consists of comprises eyesight and blindness. In Indonesia, blindness most caused by cataracts. The prevalence of cataract in the population aged more than 30 years old in Indonesia is 1.8% by Riskesdas 2007. Meanwhile, in the Work Health Center Lapai was 3.1%. This study aims to determine the relationship between sunlight exposure, diabetes mellitus, consumption of vegetables, animal protein consumption, smoking, education level and economic status with the prevalence of cataracts in the working area Lapai health center.

Case control study design. Cases are cataract patients aged 40 years old and more was taken from medical records. Matching: age and gender. The number of cases and controls respectively were 46 people, a sample size is 92 people.

The study found the number of respondents in the cases: exposure to sunlight (43.5%), diabetes mellitus (4.3%), consumption of vegetables is not every day (65.2%), consumption of animal protein is not every day (15.2 %), smoking (32.6%), low educational level (47.8%) and poor economic status (17.4%). Bivariate test results are significant relationships between exposure to the sun: the incidence of cataract (p = 0.003; OR = 4.286) and not daily consumption of vegetables (p = 0.002; OR = 3.875). There is no significant relationship between diabetes mellitus, not daily protein intake, smoking habits, education level and economic status on the incidence of cataracts.

So, the research suggest that people to check their eye health immediately and avoid the risk factors that may accelerate the occurrence of cataract, then the selection of controls is the respondent who has been declared free of cataracts, will proof by medical records. Each variable to be clarified with more detailed questions.

Skripsi telah dipertahankan di depan sidang penguji skripsi dan dinyatakan lulus pada tanggal 19 Juli 2012 Abstrak telah disetujui oleh Penguji

Tanda Tangan:

Examiner I Examiner II

Nama Terang Dr. dr. Hafni Bachtiar, MPH dr. H. Winardi, MSc

Mengetahui : Dekan FKM UNAND

Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, M.Sc, Ph.D, Sp.GK NIP. 19630507 199001 2 001

Alumnus telah terdaftar ke Fakultas/ Universitas dan mendapat Nomor Alumnus : Petugas Fakultas / Universitas

(3)

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN KATARAK DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS LAPAI TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Syarat untuk Mendapatkan Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

MONIKA PUSPASARI

No. BP. 0810332051

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

(4)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 5

1.3. Tujuan Penelitian 5

1.3.1. Tujuan Umum

5

1.3.2. Tujuan Khusus

5

1.4. Manfaat Penelitian

7

1.4.1. Manfaat Teoritis

7

1.4.2. Manfaat Praktis

7

1.5.Ruang Lingkup Penelitian 7

(5)

2.1. Penyakit Katarak 8

2.1.1.Pengertian Katarak

8

2.1.2.Macam-macam Katarak 9

2.1.3.Gejala Katarak 14

2.1.4. Akibat Katarak 16

2.1.5. Pemeriksaan Diagnostik

16

2.1.6. Pengobatan Katarak 19

2.1.7. Pencegahan Katarak

23

2.2. Faktor-faktor Risiko Katarak

24

2.2.1.Paparan Sinar Matahari

25

2.2.2.Diabetes Mellitus

26

2.2.3.Nutrisi

28

2.2.4.Kebiasaan Merokok

29

2.2.5.Tingkat Pendidikan

31

2.2.6.Status Ekonomi

31

2.3. Kerangka Teori

33

2.4. Kerangka Konsep

34

(6)

3.1. Desain Penelitian

35

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

35

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

36

3.4. Defenisi Operasional

39

3.5. Instrumen Penelitian

43

3.6. Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisa Data

43

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

46

4.2. Karakteristik Responden

47

4.2.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin 48

4.2.2. Karakteristik Responden berdasarkan Umur 48

4.3. Analisa Univariat

48

4.3.1. Paparan Sinar Matahari

49

4.3.2. Diabetes Mellitus

50

4.3.3. Konsumsi Sayuran

50

4.3.4. Konsumsi Protein Hewani

(7)

4.3.5. Kebiasaan Merokok

52

4.3.6. Tingkat Pendidikan

52

4.3.7. Status Ekonomi

53

4.4. Analisa Bivariat

54

4.4.1. Hubungan antara Paparan Sinar Matahari dengan Kejadian

Katarak di wilayah Kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

54

4.4.2. Hubungan Diabetes Mellitus dengan Kejadian Katarak

di wilayah Kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

55

4.4.3. Hubungan Konsumsi Sayuran dengan Kejadian Katarak

di wilayah Kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

55

4.4.4. Hubungan Konsumsi Protein Hewani dengan Kejadian

Katarak

di wilayah Kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

56

4.4.5. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Katarak

di wilayah Kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

56

4.4.6. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Katarak

di wilayah Kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

57

4.4.7. Hubungan Status Ekonomi dengan Kejadian Katarak

di wilayah Kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

57

(8)

5.1. Karakteristik Responden

59

5.2. Analisa Univariat

60

5.2.1. Gambaran Distribusi Frekuensi Paparan Sinar Matahari

dengan Kejadian Katarak di Wilayah Kerja Puskesmas

Lapai Tahun 2012

60

5.2.2. Gambaran Distribusi Frekuensi Diabetes Melitus dengan

Kejadian Katarak di Wilayah Kerja Puskesmas

Lapai Tahun 2012

62

5.2.3. Gambaran Distribusi Frekuensi Konsumsi Sayuran dengan

Kejadian Katarak di Wilayah Kerja Puskesmas

Lapai Tahun 2012

63

5.2.4. Gambaran Distribusi Frekuensi Konsumsi Protein Hewani

dengan Kejadian Katarak di Wilayah Kerja Puskesmas

Lapai Tahun 2012

64

5.2.5. Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok

dengan Kejadian Katarak di Wilayah Kerja Puskesmas

Lapai Tahun 2012

65

5.2.6. Gambaran Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

dengan Kejadian Katarak di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai

Tahun 2012

66

5.2.7. Gambaran Distribusi Frekuensi Status Ekonomi dengan

(9)

Tahun 2012

67

5.3. Analisa Bivariat

5.3.1. Hubungan Paparan Sinar Matahari dengan Kejadian Katarak

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

68

5.3.2. Hubungan Diabetes Mellitus dengan Kejadian Katarak

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

70

5.3.3. Hubungan Konsumsi Sayuran dengan Kejadian Katarak

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

71

5.3.4. Hubungan Konsumsi Protein Hewani dengan Kejadian Katarak

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

72

5.3.5. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian

Katarak

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

73

5.3.6. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Katarak

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

75

5.3.7. Hubungan Status Ekonomi dengan Kejadian Katarak

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

76

5.4. Keterbatasan Penelitian

77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

(10)

6.2. Saran

Tabel 2.1 Perbedaan stadium katarak senil 12

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

48

Tabel 4.2 Distribusi Umur Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

48

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Paparan Sinar Matahari pada Penderita Katarak di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

49

Tabel 4.4 Distribusi Paparan Sinar Matahari menurut Pertanyaan Penelitian mengenai Paparan Sinar Matahari yang Dialami oleh Responden yang Menderita Katarak di wilayah Kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

49

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Diabetes Melitus pada Penderita Katarak di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

50

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Konsumsi Sayuran pada Penderita Katarak di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

50

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Konsumsi Protein Hewani pada Penderita Katarak

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

51

(11)

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012 52

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan pada Penderita Katarak di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

52

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Status Ekonomi pada Penderita Katarak di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

53

Tabel4.11Hubungan antara Paparan Sinar Matahari dengan Kejadian Katarak

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

54

Tabel4.12Hubungan antara Diabetes Melitus dengan Kejadian Katarak di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

55

Tabel4.13Hubungan antara Konsumsi Sayuran dengan Kejadian Katarak di

wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012 55

Tabel4.14Hubungan antara Konsumsi Protein Hewani dengan Kejadian Katarak

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012 56

Tabel4.15Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Katarak

di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012 56

Tabel4.16Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Katarak di wilayah kerja Puskesmas Lapai Tahun 2012

57

Tabel4.17Hubungan antara Status Ekonomi dengan Kejadian Katarak di wilayah

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 20 orang (62,5%) yang melakukan kebiasaan menggantung pakaian kotor.Uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p

Kabupaten Blora pada tahun 2012, selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa prevalensi belum mencapai pada kondisi eliminasi indikator secara nasional angka kesakitan

Kesimpulan : Usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, pola makan dan mobilitas fisik berisiko terhadap kejadian rematik artritis pada lansia

Pada tahun 2022 prevalensi diabetes mellitus tipe II untuk Kota Jambi sebesar 11,679 dengan proporsi 2,04 % per 100 jumlah penduduk.Tujuan penelitian ini adalah

Tujuan :Untuk mengetahui hubungan antara faktor kebiasaan asupan garam, konsumsi makanan berlemak, merokok dan olahraga dengan kejadian hipertensi pada lansia di Pusling

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelembaban udara dalam rumah (p=0,039), kebiasaan merokok anggota keluarga dalam rumah (p=0,001), dan kebiasaan menggunakan

Mengetahui hubungan antara kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria diwilayah kerja Puskesmas Tarusan tahun 2011.. Mengetahui hubungan

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan kegemukan dan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Rawang Kota Sungai Penuh Tahun