• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT PARTISIPATIF - KOLABORATIF (PARKOL) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU BIOLOGI SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT PARTISIPATIF - KOLABORATIF (PARKOL) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU BIOLOGI SMA."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

PERNYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv

UCAPAN TERIMA KASIH vi

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah Penelitian 8

C. Definisi Operasional 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) 11

B. Pendekatan Pelatihan 13

C. Asas-Asas Umum Pelatihan 17

D. Model-Model Pelatihan 20

E. Pembelajaran Partisipatif 26

F. Pengembangan Kurikulum Diklat Partisipatif 32

(2)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian 40

B Desain Penelitian 41

C Prosedur Penelitian 43 D. Lokasi dan Subyek Penelitian 63 E. Teknik Pengumpulan Data 63 F. Pengembangan Instrumen Penelitian 64 G. Analisis Data 65 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA 66 B Pengembangan Model Diklat Partisispatif-Kolaboratif 68

C Implementasi Model Diklat 77 D. Hasil Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model Diklat 99

E. Tanggapan Peserta terhadap Pelaksanaan Model Diklat 111

F. Karakteristik Model Diklat 117

G. Keterbatasan dan Hambatan Penelitian 126

BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 128

B. Saran 131

C. Rekomendasi 132

DAFTAR PUSTAKA 134

(3)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jenis-Jenis Program diklat yang Dilaksanakan oleh LPMP

Kalimantan Timur(Kaltim)

46

Tabel 3.2 Kondisi Tenaga Fungsional/Widyaiswara LPMP Kaltim 47

Tabel 3.3 Struktur Program Diklat Guru Biologi SMA Pola 20 Jam 52

Tabel 3.4 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Metabolisme 54

Tabel 3.5 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Genetika 55

Tabel 3.6 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Bioteknologi 59

Tabel 3.7 Jenis Jenis Instrumen Penelitian yang Dikembangkan 64

Tabel 4.1 Hasil Studi Pendahuluan tentang Kebutuhan Diklat Berdasarkan

Kompetensi Profesional Guru Biologi SMA

67

Tabel 4.2 Hasil Studi Pendahuluan tentang Kebutuhan Diklat Berdasarkan

Kompetensi Pedagoi Guru Biologi SMA

68

Tabel 4.3 Hasil Survey Pendapat Guru tentang Pelaksanaan Diklat yang

Pernah diikuti

70

Tabel 4.4 Urutan Kebutuhan Diklat Berdasarkan Kompetensi Profesional

Guru Biologi SMA

79

Tabel 4.5 Urutan Kebutuhan Diklat Berdasarkan Kompetensi Pedagoi

Guru Biologi SMA

82

Tabel 4.6 Struktur Program Diklat Guru Biologi SMA Pola 30 Jam 86

Tabel 4.7 Hasil Observasi Pelaksanaan Model Diklat Partisipatif 88

Tabel 4.8 Uraian Peran Fasilitator dan Peserta pada setiap Tahapan

Implementasi Model Diklat

97

(4)

Diklat Berdasarkan Materi Metabolisme

Tabel 4.10 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model

Diklat Berdasarkan Materi Genetika

101

Tabel 4.11 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model

Diklat Berdasarkan Materi Bioteknologi

104

Tabel 4.12 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model

Diklat Berdasarkan Materi Model-Model Pembelajaran

105

Tabel 4.13 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model

Diklat Berdasarkan Materi Pendekatan Pembelajaran

107

Tabel 4.14 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model

Diklat Berdasarkan Materi Media Pembelajaran

108

(5)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Critical Event (Nadler, 1982) 21

Gambar 2.2 Siklus Pelatihan Lima Tahap (Goad, 1982) 22

Gambar 2.3 Model Siklus Pelatihan Lima Tahap (Mayo & Du Bois, 1987) 23

Gambar 2.4 Tahapan Model Pelatihan Partisipatif (Sudjana, 2000) 24

Gambar 3.1 Skema Paradigma Penelitian 42

Gambar 3.2 Skema Tahapan Penelitian 45

Gambar 4.1 Tahapan Pelaksanaan Model Diklat 72

Gambar 4.2 Identifikasi Partisipasi Peserta pada Tahap Implementasi

Model Diklat

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.1

Lampiran 1.2

Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA Tahap I

Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA Tahap II

139

142

Lampiran 1.3 Lembar Observasi Tahap Perencanaan Program Diklat Guru Biologi SMA

147

Lampiran 1.4 Lembar Observasi Aktivitas Dalam Kegiatan Diklat 148 Lampiran 1.5 Angket Peserta Diklat Terhadap Pelaksanaan Model Diklat 149 Lampiran 1.6 Kisi-Kisi dan Soal Metabolisme Untuk Diklat Guru Biologi

SMA

152

Lampiran 1.7 Kisi-Kisi dan Soal Genetika Untuk Diklat Guru Biologi SMA 163 Lampiran 1.8 Kisi-Kisi dan Soal Bioteknologi Untuk Diklat Guru Biologi

SMA

172

Lampiran 1.9 Soal Pre & Post-Test Diklat Guru Biologi SMA 184 Lampiran 2.1 Hasil Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi

SMA Tahap I

196

Lampiran 2.2 Hasil Studi Pendahuluan Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA Tahap II

199

Lampiran 2.3 Hasil Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA Tahap II

201

Lampiran 2.4 Hasil Analisis Tanggapan Peserta Diklat Terhadap Pelaksanaan Model Diklat Partisipatif

205

Lampiran 3 Panduan Diklat Guru Biologi SMA 206

Lampiran 4 Silabus Diklat Peningkatan Profesionalitas Guru Biologi SMA

216

Lampiran 5 Bahan Ajar Diklat Guru Biologi SMA 222

Lampiran 6 Modul Diklat 272

(7)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini berbagai perubahan, pengembangan dan

transformasi telah berlangsung dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor

pendidikan. Perubahan mendasar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah

upaya peningkatan kesejahteraan bagi guru yang diimbangi dengan peningkatan

profesionalisme guru. Berdasarkan fakta ini, keprofesionalan seorang guru dapat

dilihat dengan adanya sejumlah pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang

dimiliki dan dibutuhkannya. Dalam era kompetitif ini guru harus dapat

mengembangkan dirinya baik secara profesi maupun secara individu, dalam rangka

melaksanakan tanggung-jawabnya. Hal ini untuk memenuhi perannya, tuntutan

profesi, dan kebutuhan dinamis yang berbeda dari siswanya serta lingkungan

masyarakat. Guru harus menjadi pemrakarsa agen perubahan, pengembang, dan

transformasi nilai-nilai keilmuan dalam masyarakat. Dalam kaitan dengan peran

tersebut, sebagai agen perubahan dalam sistem manajemen mutu pendidikan, guru

membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mendidik siswa

dalam usaha meningkatkan ekspektasi dan standar kinerja (Ozen, 2008).

Sejalan dengan tuntutan tersebut, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mensyaratkan adanya empat standar

(8)

pedagogi, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi

profesional.

Guru adalah agen sentral pendidikan dalam keikutsertaan mencerdaskan

bangsa dituntut memiliki kemampuan profesional yang memadai dan komitmen yang

tinggi dalam menjalankan profesi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya

kenyataan di lapangan bahwa siswa memperoleh pembelajaran sangat dipengaruhi

oleh cara guru dalam membelajarkan siswanya (NRC,1996). Lebih lanjut dinyatakan

bahwa guru sains yang efektif akan selalu menciptakan kondisi lingkungan yang

memberikan guru dan para siswa kesempatan berintraksi sebagai pebelajar yang aktif.

Siswa akan belajar berinteraksi langsung dengan berbagai sumber belajar, sementara

guru sains akan belajar memahami berbagai perbedaan karakteristik siswa dalam

minat, kemampuan, dan pengalaman belajar dalam sains serta belajar memberikan

dukungan dan bimbingan kepada siswanya secara efektif. Dalam upaya peningkatan

kompetensi guru sains, pengembangan profesional guru harus berlangsung secara

berkelanjutan dan sepanjang hidup, paling tidak sejak menjadi seorang mahasiswa

sampai akhir profesinya sebagai guru (NRC, 1996). Hal ini sejalan dengan

pernyataan bahwa standar penyiapan guru sains meliputi tiga level yaitu preservice,

guru pemula, dan guru profesional. Dengan demikian, guru harus selalu berusaha

meningkatkan kemampuan dirinya untuk menjadi guru yang profesional (NSTA &

(9)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam tuntutan seperti tersebut di atas sangat esensial adanya suatu program

pengembangan profesional guru yang berkelanjutan, efektif, dan efisien. Salah satu

upaya pengembangan adalah melalui program In-service Education and Training

(INSET) sebagai suatu pertimbangan yang menjadi peluang bagi guru untuk

mengembangkan diri baik secara profesi maupun secara individu (Ozen, 2008). Hal

tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (diklat)

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme guru

(Noor, 2001).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap Guru Biologi SMA di tiga

wilayah yaitu: Kota Samarinda, Kab Kuningan, dan Kab Subang dengan jumlah

responden guru sebanyak 30 orang menunjukkan bahwa, sekitar 70% guru tidak

dilibatkan dalam perencanaan program diklat, 20% dilibatkan dalam bentuk mengisi

angket/kuesioner, sekitar 10% guru kadang terlibat kadang tidak. Lebih lanjut hasil

studi tersebut menunjukkan sekitar 75 % menyatakan setuju kalau para peserta diklat

terlibat/dikutsertakan sejak perencanaan program diklat, sekitar 20 % menyatakan

sangat setuju dan 5% menyatakan tidak setuju. Hasil survei tersebut juga

menunjukkan sekitar 95% adanya kesediaan guru untuk terlibat dalam penyusunan

perencanaan program diklat (Darwangsa, 2011a). Hal ini semakin menguatkan

dugaan bahwa diklat guru yang selama ini dilaksanakan masih lebih dominan bersifat

top down dan masih berorientasi proyek. Seperti yang diungkapkan bahwa program

(10)

massal dan top-down sehingga kurang memperhatikan sisi aspek motivasi dan

kebutuhan individu guru (Widodo , Riandi, & Suprianto, 2011).

Perubahan paradigma pembinaan guru berimplikasi pada perubahan

pendekatan pengembangan dan pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(PTK) yang partisipatif, proaktif, membangun willingness to change, dan

membangun integritas pribadi yang tinggi dalam melaksanakan tugas profesi

(Mariana, 2012). Oleh karena itu perlu adanya sistem diklat guru yang secara khusus

melibatkan calon-calon peserta diklat untuk berpartisipasi secara aktif sejak tahap

perencanaan diklat. Dengan adanya partisipasi dari calon-calon peserta diklat sejak

tahap perencanaan diharapkan guru akan mampu merefleksikan apa yang telah

mereka lakukan dalam menjalankan profesinya serta melakukan upaya-upaya

perbaikan untuk meningkatkan kinerja profesi di masa yang akan datang. Partisipasi

dan kolaborasi yang dimunculkan oleh guru pada setiap tahapan proses diklat

diharapkan akan mampu meningkatkan peran serta dan tanggung jawab guru

terhadap hasil program diklat yang telah dilaksanakan.

Dalam upaya memperbaiki sistem diklat tersebut, di Yogyakarta telah

dikembangkan Pelatihan model demand driven (Soenarto, 2000). Model ini memiliki

karakteristik antara lain: materi dikembangkan dari hasil analisis kebutuhan, proses

seleksi peserta menerapkan sistem obyektifitas, pelaksanaan kegiatan memenuhi

prinsip-prinsip profesionalitas, perbaikan dalam pemantauan dan evaluasi. Beberapa

(11)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

melibatkan peserta yang banyak, (3) sosialisasinya dilaksanakan melalui birokrasi.

Berbagai penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan di lapangan menyebabkan

kurang berkembangnya model ini (Soenarto, 2000). Pelatihan dengan model

pembelajaran IPA berbasis organisasi belajar bagi guru Sekolah Dasar (SD)

menunjukkan bahwa model ini dapat meningkatkan profesionalisme secara signifikan

pada penguasaan konsep, keterampilan proses, kemampuan melakukan pembelajaran

IPA (Sarwanto, 2008).

Departemen Pendidikan Nasional melalui kegiatan Science Education

Quality Improvement Project (SEQIP) telah melakukan sistem diklat yang

memfokuskan pada pembaharuan metode pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar

(Rusdi, 2007). Diklat SEQIP ini melibatkan guru Pemandu Bidang Studi (PBS) IPA

dengan menggunakan pendekatan discovery/penemuan (Suwono, 2002). Kegiatan

diklat yang dilaksanakan ini dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA bagi PBS

(Ibrohim, & Suwono, 2002). Lebih lanjut dikatakan bahwa berbagai kelemahan yang

terjadi dari sistem SEQIP ini diantaranya; (1) orientasi pelatihan adalah dengan

penggunaan alat peraga/kit SEQIP, sementara jumlah kit SEQIP terbatas; (2) materi

pendalaman konten dirasakan cukup sulit, sehingga banyak guru PBS yang tidak

melanjutkan program ini karena merasa tidak mampu mengikutinya. Sementara

kelemahan lain dari program ini adalah pola waktu diklat yang terlalu lama (9

(12)

sekolah dan guru PBS enggan melakukan kegiatan pengimbasan pada guru-guru

yang lain dalam satu gugus (Suwono, 2002).

Kelemahan dari sistem diklat guru selama ini adalah pada level manajemen

pelaksanaan kegiatan. Diklat yang selama ini dilaksanakan menggunakan

pembiayaan besar baik yang berasal dari anggaran pemerintah ataupun pinjaman dari

luar negeri. Kegiatan diklat yang seharusnya menjadi bagian dari tugas dan kegiatan

profesi rutin bagi guru-guru pun kegiatannya “diproyekkan”. Kelemahan dari

manajemen pelaksanaan sistem diklat antara lain: (1) sering terjadinya penyimpangan

dalam pelaksanaan diklat, (2) lemahnya sistem tindak lanjut, (3) tidak konsistensinya

sistem monitoring dan evaluasi. Kondisi ini mengakibatkan inovasi lembaga/sekolah

untuk meningkatkan profesionalisme berdasarkan kemampuan yang dimilikinya

menjadi sangat rendah (Supriadi, 2003).

Model pelatihan partisipatif yang dikembangkan oleh Sudjana sejak tahun

1979 merupakan adaptasi dari model pelatihan yang dikembangkan oleh Centre for

International Education (CIE) University of Massachussetts yang dikenal dengan

Model Sembilan Langkah. Model ini telah banyak diujicobakan pada berbagai jenis

pelatihan khususnya pada pendidikan non formal di berbagai instansi. Namun secara

khusus pengembangan model ini pada guru untuk jenjang pendidikan formal belum

dilakukan. Karakteristik model ini adalah adanya kegiatan pembelajaran partisipatif

yang terdiri atas kegiatan membelajarkan dan kegiatan belajar yang

(13)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menilai kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa model ini memiliki

prinsip-prinsip pembelajaran yang berdasarkan kebutuhan belajar (learning need),

berorientasi pada tujuan pembelajaran (learning objectives oriented), belajar

berdasarkan pengalaman (expriential learning), dan berpusat pada peserta didik

(participant centred) (Sudjana, 2000a). Karakteristik model ini akan lebih efektif jika

diintegrasikan dengan pembelajaran kolaboratif untuk dapat melibatkan secara aktif

calon peserta diklat sehingga sejak perencanaan calon peserta diklat merasa ikut

bertanggung jawab terhadap program diklat yang akan dilaksanakan.

Pembelajaran kolaboratif menggunakan interaksi sosial sebagai sarana untuk

membangun pengetahuan (Robert, 2004). Lebih lanjut dikemukakan pendapat tentang

kolaboratif sebagai sebuah filosofi interaksi dan gaya hidup personal seseorang

bertanggungjawab terhadap tindakannya, termasuk dalam pembelajaran dan

menghargai kemampuan dan kontribusi temannya. Kolaboratif adalah adanya

keterlibatan bersama dari seluruh partisipan dalam upaya terkoordinasi untuk

memecahkan masalah, agak berbeda dengan kooperatif yang menyelesaikan tugas

dengan pembagian kerja antar partisipan (Robert, 2004).

Konsep pembelajaran kolaboratif ini sangat sesuai dengan karakteristik

pembelajaran partisipatif sehingga pengembangan model diklat partisipatif ini

difokuskan pada desain program diklat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,

(14)

(berkolaborasi) dengan fasilitator menyusun rancangan progam yang akan

diimplementasikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka karakteristik model partisipatif yang

diintegrasikan dengan kolaboratif akan memberikan kesempatan bagi guru

berkontribusi bagi pengembangan program diklat sejak perencanaan. Dengan

demikian pengembangan model partisipatif-kolaboratif ini diharapkan akan mampu

meningkatkan kemandirian belajar (self directed learning) bagi guru dalam mencapai

profesionalisme berdasarkan standar-standar yang telah ditentukan.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang utama dalam penelitian

ini adalah ”Bagaimana model Diklat partisipatif-kolaboratif yang dapat meningkatkan

kompetensi guru biologi SMA?”

Permasalahan tersebut di atas dapat diuraikan secara lebih khusus dalam

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa kebutuhan diklat Guru Biologi SMA untuk meningkatkan kompetensi?

2. Bagaimana kegiatan pada tahapan pengembangan Model Diklat Partisipatif

yang kolaboratif?

3. Apakah Model Diklat Partisipatif yang kolaboratif dapat meningkatkan

kompetensi profesional dan pedagogi Guru Biologi SMA?

4. Bagaimana respon/tanggapan guru terhadap pelaksanaan Model Diklat

(15)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Bagaimana Karakteristik Model Diklat Partisipatif yang kolaboratif?

C. Definisi Operasional

Untuk lebih memperjelas rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas

dalam bentuk pertanyaan penelitian, maka berikut ini diuraikan definisi operasional

yang berkaitan dengan beberapa istilah yang digunakan dalam rumusan masalah

penelitian tersebut.

1. Partisipasi adalah keikusertaan peserta diklat untuk mengambil peran aktif

secara bersama-sama (kolaborasi) dalam merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi program diklat yang dilaksanakan.

2. Kolaboratif adalah adanya keterlibatan bersama dari seluruh peserta dalam

upaya terkoordinasi dengan fasilitator dalam merencanakan, melaksanakan,

dan mengevaluasi program diklat untuk memecahkan masalah pembelajaran

di sekolah.

3. Pengembangan Model Diklat Partisipatif yang kolaboratif merupakan

program diklat guru yang dikembangkan berdasarkan peran aktif peserta

diklat secara bersama-sama (kolaborasi) dengan fasilitator, serta

penyelenggara diklat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi

kegiatan diklat.

4. Kompetensi adalah kemampuan guru dalam menjalankan tugas atau

(16)

kompetensi profesional, pedagogi, sosial, dan kepribadian. Pada penelitian ini

yang diukur hanya kompetensi profesional dan kompetensi pedagogi.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah mengembangkan model diklat

partisipatif-kolaboratif yang dapat meningkatkan kompetensi Guru Biologi SMA.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai model acuan bagi stakeholder dalam melaksanakan diklat

pengembangan profesi guru

2. Sebagai referensi dalam pengembangan model diklat yang akan

dilaksanakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

atau Dinas Pendidikan Propinsi /Kab/Kota.

3. Menjadi model pengembangan profesionalitas guru-guru khususnya

dalam pengelolaan MGMP guru-guru SMA pada Dinas Pendidikan

(17)

Haksan Darwangsa, 2013

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Membangun profesionalitas guru merupakan bagian dari sistem pendidikan

yang harus dikelola secara sistematik dan berkelanjutan. Pendidikan dan pelatihan

(diklat) bagi guru merupakan salah cara dalam meningkatkan kemampuan dan

kompetensi bagi seorang guru. Untuk mencapai tujuan pelaksanaan diklat yang

efektif maka perencanaan diklat harus mengacu pada stándar kompetensi dan profesi

guru yang ideal. Input, proses, output, dan outcomes sejak perencanaan hingga

evaluasi diklat menjadi bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya,

sehingga sejak perencanaan profil kompetensi guru yang akan menjadi input dalam

proses kegiatan diklat sudah dapat dipetakan secara baik. Dengan demikian proses

selanjutnya akan lebih memudahkan dalam melakukan analisis kebutuhan bagi guru

secara tepat.

Berdasarkan pada kebutuhan belajar bagi guru akan lebih mengefektifkan

proses pelaksanaan diklat yang dilaksanakan, sehingga hasil yang diharapkan dari

suatu kegiatan diklat akan menjadi optimal dan berdampak baik bagi pengembangan

profesi guru secara berkesinambungan khususnya bagi individu guru atau pun rekan

sejawat. Pengembangan program diklat yang berbasis pada partisipatif sejak tahap

perencanaan, pelaksanaan , hingga evaluasi akan memberikan kesempatan kepada

peserta diklat untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga terjadi

(19)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Proses kolaborasi antara peserta dan fasilitator dimulai sejak analisis

kebutuhan guru, penentuan tujuan program diklat dan desain program diklat dapat

memberikan pemahaman yang sama terhadap apa dan bagaimanan rencana program

diklat yang akan dilaksanakan. Terjadinya pemahaman dan harapan yang sama

terhadap tujuan yang diinginkan dari suatu kegiatan diklat dapat mendorong

terciptanya suasana kondusif dalam proses pembelajaran sehingga peserta dapat

terlibat aktif dalam memberikan sumbang saran/pendapat dalam setiap tahapan

kegiatan pembelajaran. Dengan semakin terciptanya suasana yang komunikatif antara

peserta dengan fasilitator, permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses

pembelajaran dapat diselesaikan dengan cepat dan dapat memberikan dampak yang

baik terhadap peserta diklat. Secara skematik paradigma penelitian ini dapat dilihat

pada Gambar 3.1.

B. Desain Penelitian

Seperti yang telah diungkapkan pada bab satu bahwa tujuan penelitaian ini

adalah mengembangkan model diklat partisipatif yang efektif untuk meningkatkan

kompetensi guru biologi SMA. Maka jenis penelitian yang digunakan adalah

Research and Development (R&D) dengan desain penelitian yang digunakan One

group pretest postest yang dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu: 1) Studi

Pendahulauan, 2) Penyusuanan program yang meliputi perancangan dan

pengembangan, 3) validasi dan revisi program, 4) implementasi program (Gall,et al.

(20)
(21)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan

(Creswell, 1998). Pendekatan pertama, yakni pendekatan kualitatif yang digunakan

untuk mendeskripsikan bagaimana tingkat partisipasi guru-guru biologi dalam

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan diklat serta bagaimana

respon guru terhadap pola-pola kegiatan yang diberikan dalam diklat tersebut.

Pendekatan ini digunakan untuk melukiskan keterlibatan guru dengan gambaran yang

holistik dan kompleks, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan rinci informan

dan melakukan studi dalam tatanan yang alami. Pendekatan kedua, yaitu pendekatan

kuantitatif yang digunakan untuk penelitian pengembangan model diklat, khususnya

dalam menelaah hasil studi eksprimental untuk melihat dampak Model Diklat

Partisipatif tersebut terhadap guru-guru. Penelitian ini sebagai studi yang difokuskan

untuk pengembangan Program Diklat yang berbasis pada partisipasi dan kolaborasi

peserta, fasilitator dalam pelaksanaan program diklat tersebut, sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu menghasilkan Model Diklat Partisipatif

yang dapat meningkatkan profesionalitas guru biologi SMA. Rincian tahapan-tahapan

kegiatan penelitian ini dapat ditunjukkan pada bagan gambar 3.2 dan diuraikan

sebagai berikut:

1. Tahap Pertama : Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan yang dilakukan sebagai bagian dari analisis kebutuhan

untuk pengembangan model diklat. Pada tahap awal penelitian ini dilakukan studi

pendahuluan untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi yang diperlukan

(22)

profesionalitas bagi guru-guru biologi SMA. Kegiatan studi pendahulun difokuskan

pada pengumpulan informasi-informasi yang berkaitan dengan hasil-hasil penelitian

yang relevan dengan model yang akan dikembangkan, teori-teori yang mendukung

terhadap pengembangan model diklat, bagaimana partisipasi guru-guru yang telah

mengikuti diklat, bagaimana program-program diklat yang telah dilaksanakan oleh

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur dan analisis

kebutuhan awal diklat guru-guru biologi di lapangan berkaitan dengan kompetensi

profesional dan kompetensi pedagogi. Hasil kegiatan pengumpulan informasi atau

kajian teori serta hasil penelitian-peneltian yang relevan, dan hasil studi pendahuluan

menjadi acuan dalam menganalisis dan merumuskan draf model awal diklat. Analisis

kebutuhan yang dilakukan melalui studi literatur dan studi lapangan.

a. Studi Dokumentasi

Hasil studi dokumen tentang program diklat yang dilaksanakan oleh Lembaga

Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur selama periode tahun 2007

sampai tahun 2010 terlihat pada Tabel 3.1. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan

bahwa program diklat yang dilaksanakan oleh LPMP sangat kurang bahkan jenis

diklat yang khusus untuk guru-guru biologi SMA tidak ada. Berdasarkan hasil

wawancara dengan penanggung jawab program diklat dan Kepala LPMP Kaltim,

beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya program diklat yang dilaksanakan

oleh LPMP; (1) sumber pendanaan dari pusat sangat terbatas (2) program-program

LPMP lebih difokuskan pada pemberdayaan MGMP/KKG melalui blockgrant,

sehingga LPMP hanya berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan-kegiatan yang

(23)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

TAHAP I  Identifikasi Bahan Ajar &

(24)

Tabel 3.1 Jenis Program Diklat yang dilaksanakan oleh LPMP Kaltim

No Nama Diklat Tahun Pelaksana Jumlah Peserta

1 Pembekalan Pendidikan

3 Workshop Diklat Sistem Jarak Jauh Bahasa Inggris

2007 LPMP Kaltim 20 orang

4 Pengembangan KTSP Bagi Guru SD

9 Pengelolaan sistem Jarak Jauh Bahasa Inggris

12 Pembekalan Program KTSP 2009 LPMP Kaltim 40 orang

13 Peningkatan Kompetensi Tenaga

16 Pembekalan Program CLCC 2009 LPMP Kaltim 60 orang

17 Pembekalan Kelompok

(25)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil studi literatur dan dokumen lain yang sangat relevan dalam perencanaan

dan pengembangan program diklat adalah tersedianya tenaga-tenaga widyaiswara

sebagai faslilitator/narasumber pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)

Kalimantan Timur yang memenuhi standar-standar kuantitas maupun kualitas. Dari

data yang ada jumlah Widyaiswara (WI) serta kualifikasi pendidikan yang dimiliki

terlihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kondisi Tenaga Fungsional/Widyaiswara LPMP Kaltim Tahun 2011

No Nama Pegawai Kualifikasi

Pendidikan

11 Tendas, S.Pd S1 Pend.Matematika WI Pertama

12 Hendro, ST S1 Teknik Informatika WI Pertama

(26)

Dari Tabel 3.2 tersebut di atas terlihat bahwa jumlah dan komposisi tenaga

fungsional/WI yang ada pada LPMP Kaltim masih jauh dari kebutuhan yang ideal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala LPMP, diperlukan bahwa secara

matematis dengan jumlah Kab/Kota yang ada di Provinsi Kaltim yaitu sebanyak 14

Kab/Kota maka secara ideal jumlah tenaga fungsional yang seharusnya tersedia di

LPMP Kaltim sebanyak 42 orang dengan asumsi tiga widyasiswara untuk satu

Kab/Kota sehingga masih kekurangan tenaga widyaiswara sebanyak 28 orang. Dari

jumlah tenaga fungsional yang ada rata-rata kualifikasi pendidikan yang

dipersyaratkan untuk seoarang widyaiswara minimal S2 sebagian besar telah

memenuhi ketentuan ini. Diharapkan dengan kualifikasi pendidikan yang dimiliki,

seorang WI mampu berperan sebagai fasilitator bagi guru-guru yang ada di sekolah.

Dari hasil wawancara dengan pimpinan LPMP Kalimantan Timur didapatkan

informasi bahwa dalam mengatasi kekurangan tenaga fungsional yang ada selama ini,

dilakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi setempat untuk mendapatkan

tenaga-tenaga ahli yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam kegiatan-kegiatan

pelatihan disamping itu juga tenaga-tenaga instruktur dari Dinas Pendidikan

Propinsi/Kab/Kota yang berpengalaman dalam bidang studi/ mata diklat tertentu

untuk dapat digunakan dalam kegiatan diklat-diklat yang diselenggarakan oleh LPMP

(27)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Studi Lapangan

Studi lapangan ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari guru-guru

Biologi SMA terkait dengan partisipasinya dalam melakukan perencanaan program

diklat dan kebutuhan diklat guru untuk meningkatkan profesionalitasnya. Dalam

kegiatan ini peneliti melakukan identifikasi awal pada tiga lokasi/daerah yaitu; Kota

Samarinda, Kab Kuningan, Kab Subang dengan menyebarkan angket / kuesioner dan

melakukan wawancara kepada guru-guru Biologi SMA (n = 30). Hasil identifikasi

kebutuhan diklat selanjutnya dianalisis sebagai acuan dalam melakukan rancangan

pengembangan model diklat yang akan diterapkan.

Dari hasil studi tersebut didapatkan data dan informasi bahwa jumlah guru

biologi SMA/SMK telah mengikuti diklat memperoleh jenis Diklat Mata Pelajaran

sebesar 25%, dan jenis Diklat Profesi/Kependidikan sebesar 75%. Diperoleh

informasi juga bahwa sekitar 70% guru tidak dilibatkan dalam perencanaan program

diklat, 20% dilibatkan dalam bentuk mengisi angket/kuesioner, sekitar 10% guru

kadang terlibat kadang tidak. Lebih lanjut hasil studi tersebut menunjukkan sekitar

75% menyatakan setuju kalau para peserta diklat terlibat/dikutsertakan sejak

perencanaan program diklat, sekitar 20% menyatakan sangat setuju dan 5 %

menyatakan tidak setuju. Hasil studi tersebut juga menunjukkan adanya kesediaan

guru untuk terlibat dalam penyusunan perencanaan program diklat yaitu, menyatakan

bersedia sekitar 95 %, dan tidak setuju 5% (Darwangsa, 2011) . Berdasarkan data

(28)

oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan untuk itu hanya berdasarkan

pada asumsi-asumsi yang tidak didukung oleh data dan informasi yang valid

mengenai apa yang dibutuhkan oleh guru-guru di lapangan. Materi diklat yang

selama ini didapatkan oleh guru-guru pada saat mengikuti kegiatan lebih didominasi

oleh materi-materi yang ditentukan oleh fasilitator pada institusi tersebut yang belum

dibutuhkan oleh guru. Institusi penyelenggara diklat lebih mengutamakan materi

yang sesuai dengan latar belakang fasilitator yang dimiliki tanpa menyesuaikan

kebutuhan guru dengan narasumber yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

Pada beberapa instansi penyelenggara diklat di daerah-daerah kalau pun

dilakukan identifikasi kebutuhan diklat hanya sebatas menjadi informasi yang tidak

digunakan pada saat kegiatan diklat. Fenomena ini semakin menjadikan guru hanya

sebagai obyek kegiatan proyek sehingga kegiatan diklat yang dilakukan belum

mempunyai dampak yang baik terhadap pengembangan profesionalitas guru. Dari

hasil analisis studi pendahuluan ditemukan ada sekitar 95% bersedia jika calon

peserta diklat dilibatkan/diikutsertakan dalam perencanaan dan penyusunan program

diklat. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme guru untuk ikut berpartisipasi dalam

suatu program diklat sangat tinggi. Kondisi ini menjadi hal yang positif untuk lebih

mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan diklat.

2. Tahap Kedua: Pengembangan Model Diklat

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penyusunan Draf Model Diklat

(29)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1) Merancang model program diklat berbasis partisipasi yang didasarkan pada hasil

studi pendahuluan, kondisi objektif lapangan, hasil-hasil kajian yang relevan,

analisis kebijakan, serta hasil kajian terhadap kebutuhan profesi guru yang

mendesak.

2) Mendeskripsikan struktur Program Diklat yang dapat meningkatkan

profesionalitas guru serta kerangka model pembelajarannya yang didasarkan pada

analisis guru biologi SMA di tiga Kab/Kota.

3) Merancang dan mempersiapkan material diklat yang meliputi modul-modul

pembelajaran, panduan kegiatan diklat, bahan ajar, media serta keperluan lain

berdasarkan saran dan masukan guru biologi SMA di tiga Kab/Kota.

4) Merancang alat evaluasi berupa soal-soal untuk pre dan post test serta

instrumen-instrumen lainnya yang terkait dengan tujuan penelitian.

Dari hasil analisis kebutuhan tersebut selanjutnya dilakukan verifikasi ulang

kepada guru-guru biologi SMA terkait hasil tersebut dan melakukan diskusi untuk

meminta saran dan masukan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

materi-materi tersebut. Dari hasil diskusi dan wawancara terhadap beberapa guru diperoleh

informasi bahwa materi-materi tersebut dirasakan sulit bagi guru-guru di lapangan

baik dari aspek pemahaman konsep maupun dalam hal membelajarkan kepada

siswa. Guru-guru mengalami kesulitan dalam penggunaan media dan model

pembelajaran yang sesuai dengan materi-materi tersebut. Guru-guru selama ini

(30)

guru belum pernah membelajarkan materi-materi tersebut dengan menggunakan

pendekatan atau model pembelajaran khusus.

Berdasarkan saran-saran dan masukan serta harapan-harapan yang terungkap

dalam diskusi dan wawancara tersebut, selanjutnya disusun rancangan struktur

program diklat secara kolaborasi dengan calon peserta diklat. Hasil rancangan

struktur program diklat tersebut terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Struktur Program Diklat Guru Biologi SMA Pola 20 Jam

Keterangan : KA = Kepala LPMP Kaltim

PJA = Penanggung Jawab Akademik

FAS = Fasilitator/Narasumber

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan diklat dan desain struktur program diklat

yang disepakati secara bersama-sama antara peserta dan fasilitator, maka disusun dan

disiapkan modul-modul diklat, panduan pelaksanaan diklat, bahan ajar, serta media-

media pembelajaran yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan pelaksanaan

diklat yang akan datang. Ada tiga modul diklat yang dipersiapkan berdasarkan MATERI

PROGRAM

MATA SAJIAN JML JP NARA

SUMBER UMUM 1. Kebijakan Kelembagan

2. Orientasi Program

PENUNJANG 9. Tindak Lanjut/Action Plan 1 FAS

(31)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kebutuhan calon peserta yaitu: (1) Modul diklat Metabolisme, (2) Modul diklat

Bioteknologi, dan (3) Modul diklat Genetika. Materi – materi pedagogi/kependidikan

digunakan buku/bahan-bahan ajar yang telah tersedia. Salah satu judul buku / bahan

ajar tersebut adalah Strategi Belajar Mengajar Biologi.

3. Tahap Ketiga: Verifikasi Model Diklat

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Melakukan validasi teoritik konseptual model program diklat kepada para ahli

2) Melakukan validasi kelayakan model program kepada praktisi di lapangan

3) Merevisi model program diklat berdasarkan berdasarkan pertimbangan para

ahli dan praktisi

4) Melakukan validasi terhadap soal-soal yang telah dirancang melalui uji coba

kepada guru-guru biologi.

Dari hasil verifikasi yang dilakukan ada beberapa hal yang perlu mendapatkan

perhatian dan perbaikan berdasarkan saran dan masukan para ahli dan praktisi di

lapangan antara lain: (1) waktu pelaksanaan diklat, (2) modul-modul serta bahan ajar

mengalami beberapa perubahan dan perbaikan, (3) fasilitator/narasumber yang sesuai

dengan keahliannya, (4) pola rekrutmen peserta diklat.

Hasil validasi terhadap soal-soal yang telah dirancang juga mengalami

berbagai perubahan komposisi berdasarkan uji validitas yang diperoleh di lapangan.

Secara rinci hasil validasi butir soal-soal tersebut dapat terlihat pada Tabel 3.46,

(32)

Tabel 3.4 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Metabolisme

No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

(33)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

Soal KS (%) Ket IDP (%) Ket Pengecoh Skor Ket Baru

Berdasarkan Tabel 3.4 tampak bahwa dari hasil validasi buitr soal pre-postest

pada materi metabolisme dari jumlah 57 butir soal yang diujicoba terdapat 33 butir

soal yang dapat diterima sesuai dengan kriteria yang ada, 24 butir soal dinyatakan

ditolak atau tidak valid untuk digunakan dalam instrumen ini.

Hasil uji validasi butir soal untuk materi Genetika secara rinci terlihat pada

Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Genetika

No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

(34)

No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

Berdasarkan Tabel 3.5 tersebut di atas tampak dari hasil analisis validasi butir

(35)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terdapat 26 butir soal yang dinyatakan diterima atau valid untuk dapat digunakan

sebagai instrumen, sedangkan sisanya 16 butir soal dinyatakan ditolak atau tidak

valid untuk digunakan sebagai instrumen sesuai dengan kriteria yang ada.

Hasil uji validasi soal untuk materi Bioteknologi secara rinci terlihat pada

Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Bioteknologi

No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

(36)

No Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

Soal KS (%) Ket IDP (%) Ket Pengecoh Skor Ket Baru

31 30.77 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.307 DITERIMA 14

32 30.77 Sedang 25 CUKUP Baik 0.338 DITERIMA 15

33 15.38 Sukar -25 KURANG Baik -0.346 TOLAK - 34 61.54 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.403 DITERIMA 16

35 76.92 Mudah 50 BAIK Sangat Baik 0.513 DITERIMA 17

36 76.92 Mudah 25 CUKUP Sangat Baik 0.307 DITERIMA 18

37 69.23 Sedang 0 KURANG Baik 0.039 TOLAK - 38 69.23 Sedang 75 S.BAIK Baik 0.603 DITERIMA 19

39 61.54 Sedang -25 KURANG Baik -0.163 TOLAK - 40 76.92 Mudah 50 BAIK Sangat Baik 0.479 DITERIMA 20

41 76.92 Mudah 0 KURANG Buruk 0.238 TOLAK - 42 30.77 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.307 DITERIMA 21

43 38.46 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.282 DITERIMA 22

44 7.69 S.Sukar 25 CUKUP Baik 0.201 TOLAK - 45 30.77 Sedang 50 BAIK Baik 0.558 DITERIMA 23

46 30.77 Sedang 50 BAIK Baik 0.495 DITERIMA 24

47 61.54 Sedang -25 KURANG Buruk -0.222 TOLAK - 48 53.85 Sedang 25 CUKUP Sangat Baik 0.431 DITERIMA 25

49 69.23 Sedang 25 CUKUP Baik 0.29 DITERIMA 26

50 61.54 Sedang -25 KURANG Buruk -0.192 TOLAK - 51 69.23 Sedang 75 S.BAIK Baik 0.792 DITERIMA 27

52 69.23 Sedang 0 KURANG Baik 0.056 TOLAK - 53 92.31 S.Mudah 25 CUKUP Baik 0.56 DITERIMA 28

54 0 S.Sukar 0 KURANG Buruk 0.192 TOLAK - 55 84.62 Mudah 50 BAIK Sangat Baik 0.747 DITERIMA 29

Berdasarkan pada Tabel 3.6 di atas tampak bahwa hasil analisis validasi soal

untuk materi Bioteknologi dari 55 jumlah butir soal yang diujicobakan terdapat 29

butir soal yang dinyatakan diterima atau valid untuk digunakan sebagai instrumen

pada penelitian ini, sisanya sebanyak 26 butir soal dinyatakan ditolak atau tidak valid

(37)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.Tahap Keempat: Melakukan Implementasi Model Diklat Partisipatif

a. Tahap Perencanaan

Tahap ini dilakukan dengan pengisian format identifikasi kebutuhan oleh

masing-masing calon peserta yang telah disiapkan oleh fasilitator serta melakukan

wawancara terhadap beberapa calon peserta untuk menggali beberapa informasi yang

terkait dengan alasan-alasan yang dijadikan sebagai dasar dalam menentukan pilihan

materi-materi yang sangat dibutuhkan dalam diklat tersebut. Setelah pengisian

kuesioner dan wawancara selanjutnya dilakukan analisis terhadap identifikasi

kebutuhan dan hasil analisis tersebut kemudian dilakukan verifikasi ulang terhadap

calon peserta dan meminta saran serta tanggapan terhadap hasil identifikasi tersebut.

Berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara peserta dan fasilitator dilakukan

penentuan materi-materi yang akan disajikan pada kegiatan diklat tersebut.

Setelah menentukan materi-materi pokok yang akan disajikan dalam kegiatan

diklat tersebut peserta diberikan kesempatan untuk memberikan masukan/saran

terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan terkait dengan

materi-materi yang akan disajikan. Selanjutnya peserta diminta juga untuk

memberikan masukan-masukan terhadap harapan-harapan untuk mengatasi

permasalahan di sekolah yang terkait dengan pembelajaran materi tersebut untuk

menjadi bahan pertimbangan dan persiapan dalam pelaksanaan diklat. Pada tahap ini

juga fasilitator meminta masukan-masukan peserta mengenai narasumber/fasilitator

yang akan menyajikan materi-materi yang tersebut terkait dengan

(38)

narasumber/fasilitator adalah agar penyelenggara diklat menyiapkan

narasumber/fasilitator yang sesuai dengan keahlian dari materi yang akan disajikan.

Dari materi-materi yang telah disepakati, fasilitator bersama-sama dengan

peserta mendiskusikan rancangan struktur program diklat yang disiapkan kemudian

dirumuskan tujuan dan pendekatan yang akan diterapkan sesuai dengan karakteristik

materi diklat. Selanjutnya desain program ini yang menjadi landasan bagi fasilitator

untuk mempersiapkan pembelajaran diklat yang dilaksanakan sesuai dengan

komitmen bersama antara fasilitator dengan peserta diklat. Kegiatan pada tahap ini

dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan diklat bagi-bagi

guru yang akan mengikuti program diklat tersebut.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:

1) Melakukan implementasi model diklat khususnya merancang tahap perencanaan

berkolaborasi dengan guru-guru yang aktif dalam kegiatan MGMP Mata

Pelajaran Biologi SMA di Kota Samarinda sebanyak 18 orang selama 1 hari

2) Melakukan diskusi mengenai hasil perencanaan tersebut untuk mendapatkan

saran dan pendapat dalam mempersiapkan program pelaksanaan diklat

selanjutnya.

3) Merancang dan mendesain ulang struktur program berdasarkan hasil analisis

identifikasi kebutuhan diklat guru dan masukan dari praktisi.

4) Hasil revisi/penyempurnaan struktur program diklat dianggap sudah siap untuk

(39)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Tahap Pelaksanaan

Sebelum melakukan kegiatan diklat, terlebih dahulu diinformasikan kepada

calon peserta melalui surat pemanggilan peserta kepada masing-masing Kepala

Sekolah. Daftar nama-nama calon peserta yang akan mengikuti kegiatan ini terlampir

dalam surat pemanggilan tersebut sesuai dengan kesepakatan pada tahap

perencanaan, bahwa peserta yang bisa ikut dalam kegiatan diklat adalah guru-guru

yang ikut dalam tahap perencanaan diklat. Sesuai surat panggilan kepada calon

peserta diklat, jumlah calon peserta diklat yang rencananya diundang sebanyak 15

orang dengan cadangan tiga orang dari jumlah yang diskenariokan untuk

mengantisipasi adanya calon peserta yang berhalangan pada saat kegiatan

dilaksanakan. Dari hasil konfirmasi peserta diklat yang direncanakan untuk ikut

dalam kegiatan ini ternyata tak satu pun yang mengundurkan diri atau berhalangan

untuk mengikuti kegiatan ini, sehingga surat untuk tiga orang cadangan yang

namanya tercantum dalam daftar surat pemanggilan tersebut tidak jadi dikirim ke

sekolah agar tidak terjadi jumlah peserta yang melebihi target peneliti. Ada hal yang

tidak terduga pada hari pelaksanaaan kegiatan, semua calon peserta yang terlampir

dalam surat panggilan termasuk yang menjadi cadangan hadir semua walaupun

terlambat dan tidak mengikuti pre test. Setelah peneliti berdiskusi dengan fasilitator

dan panitia lainnya, diputuskan peserta yang terlambat dan tidak ikut pre test tetap

diikutkan hingga akhir program. Hal ini menunjukkan bahwa antusias guru-guru

(40)

merupakan uji lapangan/uji empirik yang dilkukan pada subyek penelitian (guru-guru

yang aktif dalam MGMP Biologi Kota Samarinda).

c. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini evaluasi yang dilakukan peneliti melibatkan peserta terhadap

keseluruhan aspek program mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pada

tahap evaluasi. Dalam memperoleh gambaran tentang tanggapan peserta terhadap

pelaksanaan model yang dilaksanakan, dilakukan penilaian dengan menggunakan

angket pendapat peserta tentang rangkaian seluruh tahapan kegiatan.

Kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pelatihan (implementasi model)

meliputi:

1) Sebelum pelaksanaan pembelajaran diklat, dilakukan tes awal/pre-test. Pada saat

pre-test peserta yang ikut sebanyak 15 orang, setelah pre-test selesai peserta

bertambah tiga orang sehingga jumlah peserta yang mengikuti kegiatan diklat ini

sampai selesai sebanyak 18 orang. Pre-test ini dilakukan untuk menjaring

kemampuan awal terkait dengan konsep dan pembelajaran.

2) Melaksanakan evaluasi proses pembelajaran (keterlaksanaan program) melalui

observasi kegiatan pelaksanaan diklat.

3) Melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran pasca kegiatan diklat melalui post-test,

dan pengisian angket tertutup dan terbuka mengenai respon peserta terhadap

(41)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Samarinda dengan tempat pelaksanaan

diklat Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur. Subyek

penelitian adalah para Guru Biologi SMA se-Kota Samarinda yang terhimpun dan

aktif mengikuti kegiatan MGMP sebanyak 18 orang. Subyek dalam penelitian ini

ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Guru Biologi yang berijazah sarjana (S1) pendidikan biologi atau non pendidikan

biologi yang telah mendapatkan akta IV

2. Guru tersebut mengajar di kelas XII

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data

diantaranya:

a. Pada tahap penelitian pendahuluan digunakan teknik wawancara, observasi,

angket, dan dokumentasi.

b. Pada tahap pengembangan model konseptual diklat digunakan teknik analisis,

diskusi, saran pendapat.

c. Pada tahap implementasi model digunakan angket dan catatan kejadian serta

dokumentasi pembelajaran diklat.

d. Pada tahap evaluasi program diklat digunakan angket, soal test, wawancara, dan

(42)

F. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, ada yang perlu diuji-cobakan

terlebih dulu sebelum digunakan dan ada pula yang tak memerlukan ujicoba.

Instrumen yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan untuk setiap

tahapan-tahapan penelitian. Jenis-jenis instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini

terlihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Jenis – Jenis Instrumen Penelitian yang Dikembangkan

No Tahapan Penelitian

Jenis Instrumen Sasaran Aspek Kajian

1 Studi Pendahuluan Pedoman Wawancara, Dokumentasi, angket

Angket, wawancara - Peserta Diklat - Fasilitator 5 Tahap Evaluasi Angket - Peserta diklat

- Fasilitator

(43)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Analisis Data

Data yang diperoleh pada panelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif berupa: (1) Profil analisis kebutuhan guru biologi

berdasarkan level pengalaman mengajar; (2) Karakteristik model diklat partisipatif

(3) peran guru dan fasilitator dalam pengembangan program diklat partisipatif (4)

tanggapan guru terhadap pelaksanaan model diklat partisipatif. Data-data kualitatif

tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data kuantitatif meliputi peningkatan

kompetensi profesional dan pedagogi guru Biologi SMA sesudah mengikuti diklat.

Analisis peningkatan kompetensi profesional dan pedagogi ditentukan dari

gain(g) test yang dicapai dari penggunaan model Diklat Partisipatif. Gain test

ditentukan dari skor posttest dan pretest yang dinormalisasi dengan rumus Meltzer

(2002).

Keterangan :

Nilai (g) : ≥ 0.7 , kategori tinggi Nilai (g) : 0.3 < g < 0.7, kategori sedang

Nilai (g) : ≤ 0.3, kategori rendah

Skor posttest – Skor Pretest (g) =

(44)

BAB V

KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model diklat

partisipatif-kolaboratif yang dapat meningkatkan kompetensi Guru Biologi SMA

adalah pada tahap perencanaan dimulai dari identifikasi kebutuhan peserta,

menentukan tujuan, mendesain program, dan struktur program diklat yang dilakukan

dengan melibatkan seluruh peserta diklat secara bersama-sama. Selanjutnya pada

tahap pelaksanaan pembelajaran, narasumber berperan sebagai fasilitator dalam

memotivasi dan melibatkan secara aktif peserta dalam mengungkapkan

pengalaman-pengalaman belajar, permasalahan-permasalahan pembelajaran di sekolah serta

mendorong peserta lebih aktif dalam memberikan tanggapan-tanggapan dalam

diskusi untuk pemecahan masalah yang terkait dengan pembelajaran dan

permasalahan yang dihadapi di sekolah. Pada tahap evaluasi fasilitator mengarahkan

peserta untuk secara bersama-sama menyusun program tindak lanjut dari kegiatan

yang telah dilaksanakan untuk melakukan program desiminasi kepada rekan-rekan

sejawat di sekolah atau di MGMP serta mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan

tanggapan peserta terhadap pelaksanaan model diklat.

Kebutuhan diklat guru-guru Biologi SMA berdasarkan kompetensi

profesional yang menjadi prioritas utama secara berurutan adalah (1) Metabolisme,

(2) Genetika, dan (3) Bioteknologi. Prioritas kebutuhan kompetensi profesional ini

(45)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kepada siswanya. Sedangkan berdasarkan kompetensi pedagogi yang menjadi

prioritas kebutuhan diklat adalah (1) model-model pembelajaran, (2) pendekatan

pembelajaran, dan (3) media pembelajaran. Prioritas kebutuhan kompetensi

profesional ini didasarkan pada kurangnya pemahaman dalam mengimplementasikan

topik-topik tersebut dalam pembelajaran.

Penerapan model diklat ini berjalan dengan baik sesuai dengan

karakteristik-karakteristik yang dikembangkan mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai

tahap evaluasi. Hal ini ditandai dengan rata-rata skor hasil observasi sebesar 2.6 dari

skor maksimal 3. Tahap perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan ; identifikasi

kebutuhan diklat, menentukan tujuan program, mendesain program, membuat

struktur program diklat. Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan implementasi

pembelajaran diklat yang dimulai dengan orientasi program, pembelajaran dengan

berbagai pendekatan yang bersifat partisipatif. Tahap evaluasi meliputi kegiatan

penyusunan program tindak lanjut, pre & post test, serta respon/tanggapan peserta

terhadap pelaksanaan model diklat.

Model diklat ini dapat meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogi

bagi guru-guru biologi SMA. Peningkatan kompetensi ini dapat dilihat dari hasil

pre- test dan post-test dengan peroleh nilai N gain rata-rata untuk kompetensi

profesional sebesar 0.46 dan kompetensi pedagogi sebesar 0.67, yang berarti

peningkatan dengan kategori sedang. Peningkatan kompetensi profesional terlihat

dari pemahaman terhadap konsep-konsep mengenai Siklus Krebs dan proses

(46)

peningkatan pemahaman terlihat konsep-konsep mengenai struktur DNA, alel, gen,

dan sintesis protein. Sedangkan pada materi Bioteknologi peningkatan pemahaman

terlihat pada konsep-konsep mengenai plasmid, kloning, kultur jaringan, DNA

sintesis, dan antibodi monoklonal. Hasil observasi juga menunjukkan adanya

pemahaman yang sama antara fasilitator dengan peserta terhadap konsep-konsep

tersebut yang sebelumnya menjadi perdebatan dan perbedaan pemahaman konsep.

Sedangkan peningkatan pada kompetensi pedagogi terlihat pada pemahaman konsep

yang sudah dapat membedakan dengan jelas antara model-model pembelajaran dan

pendekatan pembelajaran pada saat mengerjakan tugas kelompok dalam menyusun

RPP untuk kegiatan peer teaching.

Tanggapan peserta diklat terhadap pelaksanaan model ini mempunyai

kecenderungan sangat setuju ( skala nilai rata-rata 3.4 dari skala 4). Hal ini berarti

bahwa model ini secara umum sangat positif terhadap peningkatan kompetensi

guru-guru biologi SMA. Respon peserta juga menunjukkan bahwa model ini merupakan

hal baru bagi peserta terutama dalam keterlibatan peserta dalam menentukan

kebutuhan diklat yang akan dilaksanakan dan juga sesuai dengan apa yang mereka

rencanakan secara bersama-sama dengan pelaksanaan diklat tersebut.

Karakteristik dari model diklat ini adalah Pertama, materi diklat berbasis

pada kebutuhan. Keterlibatan dan partisipasi aktif calon peserta diklat dalam

merumuskan kebutuhannya dengan berkolaborasi sesama peserta dan fasilitator dapat

memberikan gambaran kebutuhan keadaan nyata (actual condition) dan keadaan

(47)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

permasalahan yang dialami peserta di sekolah. Proses pembelajaran model diklat

partisipatif ini dikembangkan dari permasalahan yang telah dialami oleh peserta

diklat baik berupa pengetahuan maupun keterampilan yang telah dimiliki berdasarkan

pengalaman mereka dengan siswanya. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran

dalam kegiatan diklat ini lebih difokuskan pada pendekatan pemecahan masalah.

Ketiga, pola perencanaan diklat yang intensif dan kolaboratif dengan melibatkan

secara aktif calon peserta diklat dalam merencanakan kebutuhan yang diinginkan

pada penyusunan program diklat tersebut semakin memberikan motivasi kepada

peserta diklat untuk lebih berpartisipasi aktif dan memberikan rasa tanggung jawab

dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan program diklat. Keempat berpusat pada

peserta (participant centered). Model ini berorientasi pada pencapaian kebutuhan

belajar bagi peserta diklat, maka desain diklat ini sejak perencanaan calon peserta

menjadi fokus utama dalam menentukan langakah-langkah strategis untuk persiapan

pelaksanaan diklat tersebut. Proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan didasarkan

dan disesuaikan dengan latar belakang peserta diklat, sehingga peran utama yang

diharapkan dalam proses pembelajaran adalah adanya keterlibatan secara aktif bagi

peserta dalam proses pembelajaran tersebut untuk mencapai tujuan belajar yang

telah disepakati secara bersama-sama. Jika fokus model pengembangan profesional

ini adalah peserta diklat/guru, maka sasaran pembelajaran guru secara tidak langsung

(48)

B. Saran-Saran

Saran-saran dan masukan untuk peningkatan dan pengembangan model diklat

ini adalah pertama, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model diklat

ini untuk materi-materi biologi yang lain khususnya yang dianggap bermasalah/sulit

sehingga permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam membelajarkan

materi-materi tersebut dapat teratasi dengan cepat. Kedua, diperlukan adanya

konsistensi para penyelenggara diklat sejak tahap perencanaan diklat sampai tahap

pelaksanaan terutama dari identifikasi kebutuhan diklat , sasaran calon peserta diklat,

narasumber/fasilitator. Ketiga, diperlukan koordinasi yang sinergis dari berbagai

pihak dalam pelaksanaan model diklat menjadi sangat penting terutama yang terkait

langsung dengan penyiapan dan pembinaan profesi guru-guru Biologi yaitu lembaga

– lembaga pendidikan pre service (LPTK), lembaga pendidikan in service (LPMP,

Badan diklat), Dinas Pendidikan Kab/Koata dan Propinsi yang terlibat langsung

ataupun tidak langsung dalam pengembangan profesionalisme guru. Keempat, dalam

menerapkan model ini perlu memperhatihan kebutuhan guru-guru berdasarkan

kompetensi yang dimilikinya sehingga dapat diintegrasikan antara materi yang

dibutuhkan dengan standar kompetensi yang dimiliki.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini maka pengembangan model diklat ini untuk

dapat efektif meningkatkan kompetensi guru perlu merekomendasikan beberap hal

kepada pihak-pihak yang terkait antara lain; pertama, lembaga-lembaga

(49)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

efisiensi bagi guru hendaknya materi-materi diklat yang diberikan harus betul-betul

menjadi bagian dari kebutuhan guru. Oleh karena itu ketelibatan guru-guru dalam

ikut merencanakan dan menentukan desain progaram diklat akan sangat

mempengaruhi keberhasilan pengembangan model diklat ini. Kedua, lembaga

lembaga pendidikan (pre service) yang mempersiapkan calon-calon guru dalam

pengembangan kurikulumnya senantiasa mengikuti kebutuhan guru-guru di lapangan,

sehingga tidak terjadi kesenjangan yang dipelajari pada LPTK dengan apa yang akan

mereka kelak hadapi ketika menjadi seorang guru di sekolah.

Ketiga, Untuk Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas-Dinas

Pendidikan Kab/Kota dan Propinsi dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan

perlu melakukan kerjasama dengan LPTK dalam hal penyediaan narasumber agar

dalam pendalaman materi-materi tertentu yang dibutuhkan oleh guru-guru sesuai

dengan ahlinya. Keempat, lembaga-lembaga yang memiliki tugas dan fungsi dalam

pembinaan profesionalisme guru-guru dapat melakukan adopsi dan adaptasi untuk

pengembangan model diklat ini serta melakukan pengembangan kepada guru-guru

selain mata pelajaran Biologi dan satuan pendidikan lainnya dengan tetap

memperhatikan tahapan-tahapan model yang telah dikembangkan dan memperbaiki

hal-hal yang masih kurang. Kelima, mengingat materi yang diberikan dalam model

ini berdasarkan pada pilihan peserta diklat, maka dalam pengembangan model ini

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. (1996). Strategi Membangun Motivasi dalam Pembelajaran Orang

Dewasa. Bandung: Agta Manunggal Utama.

Abdulhak, I. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: CV Andira

Atmodiwirio, S. (2005). Manajemen Pelatihan. Jakarata : Ardadizya Jaya.

Bal, S., Samanci, N. K., & Bozkurt, O. (2007). University Student Knowledge and Attitude about Genetic Engineering. Eurasia Journal of Mathematics, Science

& Technology Education. 3, (2) 119 – 126.

Clark D. & Holt, J. (2001) Philosophy: a key to open the door to critical thinking.

Nurse Education Today. 21, (1), 71-78.

Colavito, M.C. (2000). Integrating Biotechnology into a Non-majors Biology Curriculum. Journal of Industrial Microbiology & Biotechnology. 24, (3), 308 -309.

Crag, L.R. (1987). Training and Development Handbook: A Guide to Human Resources Development. New York: McGraw-Hill Book Company.

Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. Amerika: Sage Publications International Educational and Professional Publisher.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. & Siregar, N. (2000). Pedagogi Materi Subyek: Meletakkan Dasar

Keilmuan dari PBM. Makalah pada Seminar Staf Dosen FPMIPA dalam

rangka Mensosialisasikan Pedagogi Materi Subyek. UPI. Bandung.

Darwangsa, H. (2011a). Identifikasi Kebutuhan Guru Biologi SMA. Proceeding Seminar Nasional Pendidikan IPA. F.KIP MIPA. Universitas Sriwijaya Palembang tanggal 17 September 2011.

Darwangsa, H. (2011b). Desain Program Diklat Partisipatif Untuk meningkatkan Profesionalisme Guru Biologi SMA. Prosiding Seminar Nasional MIPA. FMIPA. Universitas Negeri Semarang tanggal 29 Oktober 2011.

Depdiknas. (2005a). Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen. Jakarta : Fokus Media.

Depdiknas. (2005b). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Jakarta : Fokus Media.

Depdiknas. (2007c). Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar

Gambar

Tabel 4.10
Gambar 2.1 Model Critical Event (Nadler, 1982)
Gambar 3.1. Skema Paradigma Penelitian
Gambar 3.2 Skema Tahapan Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Reaksi manusia terhadap potensi bencana alam yang paling banyak Reaksi manusia terhadap potensi bencana alam yang paling banyak adalah dengan cara menghindar, yaitu dengan cara

Respon siswa positif terhadap pembelajaran diantaranya karena siswa diberi kebebasan dan keleluasaan untuk beraktivitas seperti siswa melihat selintas dengan cepat

Menjaga kelangsungan dan pengembangan ekosistem pada E- Repository USU merupakan tanggung jawab bersama oleh pustakawan Perpustakaan USU dengan tetap mempertahankan interaksi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRA MENULIS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada bulan ramadhan seperti ini merupakan kesempatan yang baik untuk meningkatkan iman dan takwa bagi umat muslim

El desarrollo de una diversidad creativa exige la plena realización de los derechos culturales, tal como los define el Artículo 27 de la Declaración Universal de Derechos Humanos y

Ketersediaan energi yang dianjurkan adalah 2.200,00 kal / kapita / hari dan total protein yang dianjurkan adalah sebesar 57,00 gram / kapita / hari, sedangkan

Bangunan : No. Izin UU Gangguan/HO : No. Izin Teknis lainnya : No. Tanggal Hanya diisi sesuai dengan Perizinan yang telah dimiliki. Modal Kerja : Jumlah :. Apabila