Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
UCAPAN TERIMA KASIH vi
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah Penelitian 8
C. Definisi Operasional 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) 11
B. Pendekatan Pelatihan 13
C. Asas-Asas Umum Pelatihan 17
D. Model-Model Pelatihan 20
E. Pembelajaran Partisipatif 26
F. Pengembangan Kurikulum Diklat Partisipatif 32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian 40
B Desain Penelitian 41
C Prosedur Penelitian 43 D. Lokasi dan Subyek Penelitian 63 E. Teknik Pengumpulan Data 63 F. Pengembangan Instrumen Penelitian 64 G. Analisis Data 65 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA 66 B Pengembangan Model Diklat Partisispatif-Kolaboratif 68
C Implementasi Model Diklat 77 D. Hasil Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model Diklat 99
E. Tanggapan Peserta terhadap Pelaksanaan Model Diklat 111
F. Karakteristik Model Diklat 117
G. Keterbatasan dan Hambatan Penelitian 126
BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 128
B. Saran 131
C. Rekomendasi 132
DAFTAR PUSTAKA 134
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jenis-Jenis Program diklat yang Dilaksanakan oleh LPMP
Kalimantan Timur(Kaltim)
46
Tabel 3.2 Kondisi Tenaga Fungsional/Widyaiswara LPMP Kaltim 47
Tabel 3.3 Struktur Program Diklat Guru Biologi SMA Pola 20 Jam 52
Tabel 3.4 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Metabolisme 54
Tabel 3.5 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Genetika 55
Tabel 3.6 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Bioteknologi 59
Tabel 3.7 Jenis Jenis Instrumen Penelitian yang Dikembangkan 64
Tabel 4.1 Hasil Studi Pendahuluan tentang Kebutuhan Diklat Berdasarkan
Kompetensi Profesional Guru Biologi SMA
67
Tabel 4.2 Hasil Studi Pendahuluan tentang Kebutuhan Diklat Berdasarkan
Kompetensi Pedagoi Guru Biologi SMA
68
Tabel 4.3 Hasil Survey Pendapat Guru tentang Pelaksanaan Diklat yang
Pernah diikuti
70
Tabel 4.4 Urutan Kebutuhan Diklat Berdasarkan Kompetensi Profesional
Guru Biologi SMA
79
Tabel 4.5 Urutan Kebutuhan Diklat Berdasarkan Kompetensi Pedagoi
Guru Biologi SMA
82
Tabel 4.6 Struktur Program Diklat Guru Biologi SMA Pola 30 Jam 86
Tabel 4.7 Hasil Observasi Pelaksanaan Model Diklat Partisipatif 88
Tabel 4.8 Uraian Peran Fasilitator dan Peserta pada setiap Tahapan
Implementasi Model Diklat
97
Diklat Berdasarkan Materi Metabolisme
Tabel 4.10 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model
Diklat Berdasarkan Materi Genetika
101
Tabel 4.11 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model
Diklat Berdasarkan Materi Bioteknologi
104
Tabel 4.12 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model
Diklat Berdasarkan Materi Model-Model Pembelajaran
105
Tabel 4.13 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model
Diklat Berdasarkan Materi Pendekatan Pembelajaran
107
Tabel 4.14 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model
Diklat Berdasarkan Materi Media Pembelajaran
108
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Critical Event (Nadler, 1982) 21
Gambar 2.2 Siklus Pelatihan Lima Tahap (Goad, 1982) 22
Gambar 2.3 Model Siklus Pelatihan Lima Tahap (Mayo & Du Bois, 1987) 23
Gambar 2.4 Tahapan Model Pelatihan Partisipatif (Sudjana, 2000) 24
Gambar 3.1 Skema Paradigma Penelitian 42
Gambar 3.2 Skema Tahapan Penelitian 45
Gambar 4.1 Tahapan Pelaksanaan Model Diklat 72
Gambar 4.2 Identifikasi Partisipasi Peserta pada Tahap Implementasi
Model Diklat
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.1
Lampiran 1.2
Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA Tahap I
Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA Tahap II
139
142
Lampiran 1.3 Lembar Observasi Tahap Perencanaan Program Diklat Guru Biologi SMA
147
Lampiran 1.4 Lembar Observasi Aktivitas Dalam Kegiatan Diklat 148 Lampiran 1.5 Angket Peserta Diklat Terhadap Pelaksanaan Model Diklat 149 Lampiran 1.6 Kisi-Kisi dan Soal Metabolisme Untuk Diklat Guru Biologi
SMA
152
Lampiran 1.7 Kisi-Kisi dan Soal Genetika Untuk Diklat Guru Biologi SMA 163 Lampiran 1.8 Kisi-Kisi dan Soal Bioteknologi Untuk Diklat Guru Biologi
SMA
172
Lampiran 1.9 Soal Pre & Post-Test Diklat Guru Biologi SMA 184 Lampiran 2.1 Hasil Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi
SMA Tahap I
196
Lampiran 2.2 Hasil Studi Pendahuluan Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA Tahap II
199
Lampiran 2.3 Hasil Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA Tahap II
201
Lampiran 2.4 Hasil Analisis Tanggapan Peserta Diklat Terhadap Pelaksanaan Model Diklat Partisipatif
205
Lampiran 3 Panduan Diklat Guru Biologi SMA 206
Lampiran 4 Silabus Diklat Peningkatan Profesionalitas Guru Biologi SMA
216
Lampiran 5 Bahan Ajar Diklat Guru Biologi SMA 222
Lampiran 6 Modul Diklat 272
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini berbagai perubahan, pengembangan dan
transformasi telah berlangsung dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor
pendidikan. Perubahan mendasar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah
upaya peningkatan kesejahteraan bagi guru yang diimbangi dengan peningkatan
profesionalisme guru. Berdasarkan fakta ini, keprofesionalan seorang guru dapat
dilihat dengan adanya sejumlah pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
dimiliki dan dibutuhkannya. Dalam era kompetitif ini guru harus dapat
mengembangkan dirinya baik secara profesi maupun secara individu, dalam rangka
melaksanakan tanggung-jawabnya. Hal ini untuk memenuhi perannya, tuntutan
profesi, dan kebutuhan dinamis yang berbeda dari siswanya serta lingkungan
masyarakat. Guru harus menjadi pemrakarsa agen perubahan, pengembang, dan
transformasi nilai-nilai keilmuan dalam masyarakat. Dalam kaitan dengan peran
tersebut, sebagai agen perubahan dalam sistem manajemen mutu pendidikan, guru
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mendidik siswa
dalam usaha meningkatkan ekspektasi dan standar kinerja (Ozen, 2008).
Sejalan dengan tuntutan tersebut, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mensyaratkan adanya empat standar
pedagogi, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi
profesional.
Guru adalah agen sentral pendidikan dalam keikutsertaan mencerdaskan
bangsa dituntut memiliki kemampuan profesional yang memadai dan komitmen yang
tinggi dalam menjalankan profesi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya
kenyataan di lapangan bahwa siswa memperoleh pembelajaran sangat dipengaruhi
oleh cara guru dalam membelajarkan siswanya (NRC,1996). Lebih lanjut dinyatakan
bahwa guru sains yang efektif akan selalu menciptakan kondisi lingkungan yang
memberikan guru dan para siswa kesempatan berintraksi sebagai pebelajar yang aktif.
Siswa akan belajar berinteraksi langsung dengan berbagai sumber belajar, sementara
guru sains akan belajar memahami berbagai perbedaan karakteristik siswa dalam
minat, kemampuan, dan pengalaman belajar dalam sains serta belajar memberikan
dukungan dan bimbingan kepada siswanya secara efektif. Dalam upaya peningkatan
kompetensi guru sains, pengembangan profesional guru harus berlangsung secara
berkelanjutan dan sepanjang hidup, paling tidak sejak menjadi seorang mahasiswa
sampai akhir profesinya sebagai guru (NRC, 1996). Hal ini sejalan dengan
pernyataan bahwa standar penyiapan guru sains meliputi tiga level yaitu preservice,
guru pemula, dan guru profesional. Dengan demikian, guru harus selalu berusaha
meningkatkan kemampuan dirinya untuk menjadi guru yang profesional (NSTA &
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam tuntutan seperti tersebut di atas sangat esensial adanya suatu program
pengembangan profesional guru yang berkelanjutan, efektif, dan efisien. Salah satu
upaya pengembangan adalah melalui program In-service Education and Training
(INSET) sebagai suatu pertimbangan yang menjadi peluang bagi guru untuk
mengembangkan diri baik secara profesi maupun secara individu (Ozen, 2008). Hal
tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (diklat)
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme guru
(Noor, 2001).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap Guru Biologi SMA di tiga
wilayah yaitu: Kota Samarinda, Kab Kuningan, dan Kab Subang dengan jumlah
responden guru sebanyak 30 orang menunjukkan bahwa, sekitar 70% guru tidak
dilibatkan dalam perencanaan program diklat, 20% dilibatkan dalam bentuk mengisi
angket/kuesioner, sekitar 10% guru kadang terlibat kadang tidak. Lebih lanjut hasil
studi tersebut menunjukkan sekitar 75 % menyatakan setuju kalau para peserta diklat
terlibat/dikutsertakan sejak perencanaan program diklat, sekitar 20 % menyatakan
sangat setuju dan 5% menyatakan tidak setuju. Hasil survei tersebut juga
menunjukkan sekitar 95% adanya kesediaan guru untuk terlibat dalam penyusunan
perencanaan program diklat (Darwangsa, 2011a). Hal ini semakin menguatkan
dugaan bahwa diklat guru yang selama ini dilaksanakan masih lebih dominan bersifat
top down dan masih berorientasi proyek. Seperti yang diungkapkan bahwa program
massal dan top-down sehingga kurang memperhatikan sisi aspek motivasi dan
kebutuhan individu guru (Widodo , Riandi, & Suprianto, 2011).
Perubahan paradigma pembinaan guru berimplikasi pada perubahan
pendekatan pengembangan dan pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PTK) yang partisipatif, proaktif, membangun willingness to change, dan
membangun integritas pribadi yang tinggi dalam melaksanakan tugas profesi
(Mariana, 2012). Oleh karena itu perlu adanya sistem diklat guru yang secara khusus
melibatkan calon-calon peserta diklat untuk berpartisipasi secara aktif sejak tahap
perencanaan diklat. Dengan adanya partisipasi dari calon-calon peserta diklat sejak
tahap perencanaan diharapkan guru akan mampu merefleksikan apa yang telah
mereka lakukan dalam menjalankan profesinya serta melakukan upaya-upaya
perbaikan untuk meningkatkan kinerja profesi di masa yang akan datang. Partisipasi
dan kolaborasi yang dimunculkan oleh guru pada setiap tahapan proses diklat
diharapkan akan mampu meningkatkan peran serta dan tanggung jawab guru
terhadap hasil program diklat yang telah dilaksanakan.
Dalam upaya memperbaiki sistem diklat tersebut, di Yogyakarta telah
dikembangkan Pelatihan model demand driven (Soenarto, 2000). Model ini memiliki
karakteristik antara lain: materi dikembangkan dari hasil analisis kebutuhan, proses
seleksi peserta menerapkan sistem obyektifitas, pelaksanaan kegiatan memenuhi
prinsip-prinsip profesionalitas, perbaikan dalam pemantauan dan evaluasi. Beberapa
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
melibatkan peserta yang banyak, (3) sosialisasinya dilaksanakan melalui birokrasi.
Berbagai penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan di lapangan menyebabkan
kurang berkembangnya model ini (Soenarto, 2000). Pelatihan dengan model
pembelajaran IPA berbasis organisasi belajar bagi guru Sekolah Dasar (SD)
menunjukkan bahwa model ini dapat meningkatkan profesionalisme secara signifikan
pada penguasaan konsep, keterampilan proses, kemampuan melakukan pembelajaran
IPA (Sarwanto, 2008).
Departemen Pendidikan Nasional melalui kegiatan Science Education
Quality Improvement Project (SEQIP) telah melakukan sistem diklat yang
memfokuskan pada pembaharuan metode pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar
(Rusdi, 2007). Diklat SEQIP ini melibatkan guru Pemandu Bidang Studi (PBS) IPA
dengan menggunakan pendekatan discovery/penemuan (Suwono, 2002). Kegiatan
diklat yang dilaksanakan ini dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA bagi PBS
(Ibrohim, & Suwono, 2002). Lebih lanjut dikatakan bahwa berbagai kelemahan yang
terjadi dari sistem SEQIP ini diantaranya; (1) orientasi pelatihan adalah dengan
penggunaan alat peraga/kit SEQIP, sementara jumlah kit SEQIP terbatas; (2) materi
pendalaman konten dirasakan cukup sulit, sehingga banyak guru PBS yang tidak
melanjutkan program ini karena merasa tidak mampu mengikutinya. Sementara
kelemahan lain dari program ini adalah pola waktu diklat yang terlalu lama (9
sekolah dan guru PBS enggan melakukan kegiatan pengimbasan pada guru-guru
yang lain dalam satu gugus (Suwono, 2002).
Kelemahan dari sistem diklat guru selama ini adalah pada level manajemen
pelaksanaan kegiatan. Diklat yang selama ini dilaksanakan menggunakan
pembiayaan besar baik yang berasal dari anggaran pemerintah ataupun pinjaman dari
luar negeri. Kegiatan diklat yang seharusnya menjadi bagian dari tugas dan kegiatan
profesi rutin bagi guru-guru pun kegiatannya “diproyekkan”. Kelemahan dari
manajemen pelaksanaan sistem diklat antara lain: (1) sering terjadinya penyimpangan
dalam pelaksanaan diklat, (2) lemahnya sistem tindak lanjut, (3) tidak konsistensinya
sistem monitoring dan evaluasi. Kondisi ini mengakibatkan inovasi lembaga/sekolah
untuk meningkatkan profesionalisme berdasarkan kemampuan yang dimilikinya
menjadi sangat rendah (Supriadi, 2003).
Model pelatihan partisipatif yang dikembangkan oleh Sudjana sejak tahun
1979 merupakan adaptasi dari model pelatihan yang dikembangkan oleh Centre for
International Education (CIE) University of Massachussetts yang dikenal dengan
Model Sembilan Langkah. Model ini telah banyak diujicobakan pada berbagai jenis
pelatihan khususnya pada pendidikan non formal di berbagai instansi. Namun secara
khusus pengembangan model ini pada guru untuk jenjang pendidikan formal belum
dilakukan. Karakteristik model ini adalah adanya kegiatan pembelajaran partisipatif
yang terdiri atas kegiatan membelajarkan dan kegiatan belajar yang
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menilai kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa model ini memiliki
prinsip-prinsip pembelajaran yang berdasarkan kebutuhan belajar (learning need),
berorientasi pada tujuan pembelajaran (learning objectives oriented), belajar
berdasarkan pengalaman (expriential learning), dan berpusat pada peserta didik
(participant centred) (Sudjana, 2000a). Karakteristik model ini akan lebih efektif jika
diintegrasikan dengan pembelajaran kolaboratif untuk dapat melibatkan secara aktif
calon peserta diklat sehingga sejak perencanaan calon peserta diklat merasa ikut
bertanggung jawab terhadap program diklat yang akan dilaksanakan.
Pembelajaran kolaboratif menggunakan interaksi sosial sebagai sarana untuk
membangun pengetahuan (Robert, 2004). Lebih lanjut dikemukakan pendapat tentang
kolaboratif sebagai sebuah filosofi interaksi dan gaya hidup personal seseorang
bertanggungjawab terhadap tindakannya, termasuk dalam pembelajaran dan
menghargai kemampuan dan kontribusi temannya. Kolaboratif adalah adanya
keterlibatan bersama dari seluruh partisipan dalam upaya terkoordinasi untuk
memecahkan masalah, agak berbeda dengan kooperatif yang menyelesaikan tugas
dengan pembagian kerja antar partisipan (Robert, 2004).
Konsep pembelajaran kolaboratif ini sangat sesuai dengan karakteristik
pembelajaran partisipatif sehingga pengembangan model diklat partisipatif ini
difokuskan pada desain program diklat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
(berkolaborasi) dengan fasilitator menyusun rancangan progam yang akan
diimplementasikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka karakteristik model partisipatif yang
diintegrasikan dengan kolaboratif akan memberikan kesempatan bagi guru
berkontribusi bagi pengembangan program diklat sejak perencanaan. Dengan
demikian pengembangan model partisipatif-kolaboratif ini diharapkan akan mampu
meningkatkan kemandirian belajar (self directed learning) bagi guru dalam mencapai
profesionalisme berdasarkan standar-standar yang telah ditentukan.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang utama dalam penelitian
ini adalah ”Bagaimana model Diklat partisipatif-kolaboratif yang dapat meningkatkan
kompetensi guru biologi SMA?”
Permasalahan tersebut di atas dapat diuraikan secara lebih khusus dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apa kebutuhan diklat Guru Biologi SMA untuk meningkatkan kompetensi?
2. Bagaimana kegiatan pada tahapan pengembangan Model Diklat Partisipatif
yang kolaboratif?
3. Apakah Model Diklat Partisipatif yang kolaboratif dapat meningkatkan
kompetensi profesional dan pedagogi Guru Biologi SMA?
4. Bagaimana respon/tanggapan guru terhadap pelaksanaan Model Diklat
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5. Bagaimana Karakteristik Model Diklat Partisipatif yang kolaboratif?
C. Definisi Operasional
Untuk lebih memperjelas rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas
dalam bentuk pertanyaan penelitian, maka berikut ini diuraikan definisi operasional
yang berkaitan dengan beberapa istilah yang digunakan dalam rumusan masalah
penelitian tersebut.
1. Partisipasi adalah keikusertaan peserta diklat untuk mengambil peran aktif
secara bersama-sama (kolaborasi) dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi program diklat yang dilaksanakan.
2. Kolaboratif adalah adanya keterlibatan bersama dari seluruh peserta dalam
upaya terkoordinasi dengan fasilitator dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi program diklat untuk memecahkan masalah pembelajaran
di sekolah.
3. Pengembangan Model Diklat Partisipatif yang kolaboratif merupakan
program diklat guru yang dikembangkan berdasarkan peran aktif peserta
diklat secara bersama-sama (kolaborasi) dengan fasilitator, serta
penyelenggara diklat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kegiatan diklat.
4. Kompetensi adalah kemampuan guru dalam menjalankan tugas atau
kompetensi profesional, pedagogi, sosial, dan kepribadian. Pada penelitian ini
yang diukur hanya kompetensi profesional dan kompetensi pedagogi.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah mengembangkan model diklat
partisipatif-kolaboratif yang dapat meningkatkan kompetensi Guru Biologi SMA.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai model acuan bagi stakeholder dalam melaksanakan diklat
pengembangan profesi guru
2. Sebagai referensi dalam pengembangan model diklat yang akan
dilaksanakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
atau Dinas Pendidikan Propinsi /Kab/Kota.
3. Menjadi model pengembangan profesionalitas guru-guru khususnya
dalam pengelolaan MGMP guru-guru SMA pada Dinas Pendidikan
Haksan Darwangsa, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Paradigma Penelitian
Membangun profesionalitas guru merupakan bagian dari sistem pendidikan
yang harus dikelola secara sistematik dan berkelanjutan. Pendidikan dan pelatihan
(diklat) bagi guru merupakan salah cara dalam meningkatkan kemampuan dan
kompetensi bagi seorang guru. Untuk mencapai tujuan pelaksanaan diklat yang
efektif maka perencanaan diklat harus mengacu pada stándar kompetensi dan profesi
guru yang ideal. Input, proses, output, dan outcomes sejak perencanaan hingga
evaluasi diklat menjadi bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya,
sehingga sejak perencanaan profil kompetensi guru yang akan menjadi input dalam
proses kegiatan diklat sudah dapat dipetakan secara baik. Dengan demikian proses
selanjutnya akan lebih memudahkan dalam melakukan analisis kebutuhan bagi guru
secara tepat.
Berdasarkan pada kebutuhan belajar bagi guru akan lebih mengefektifkan
proses pelaksanaan diklat yang dilaksanakan, sehingga hasil yang diharapkan dari
suatu kegiatan diklat akan menjadi optimal dan berdampak baik bagi pengembangan
profesi guru secara berkesinambungan khususnya bagi individu guru atau pun rekan
sejawat. Pengembangan program diklat yang berbasis pada partisipatif sejak tahap
perencanaan, pelaksanaan , hingga evaluasi akan memberikan kesempatan kepada
peserta diklat untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga terjadi
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Proses kolaborasi antara peserta dan fasilitator dimulai sejak analisis
kebutuhan guru, penentuan tujuan program diklat dan desain program diklat dapat
memberikan pemahaman yang sama terhadap apa dan bagaimanan rencana program
diklat yang akan dilaksanakan. Terjadinya pemahaman dan harapan yang sama
terhadap tujuan yang diinginkan dari suatu kegiatan diklat dapat mendorong
terciptanya suasana kondusif dalam proses pembelajaran sehingga peserta dapat
terlibat aktif dalam memberikan sumbang saran/pendapat dalam setiap tahapan
kegiatan pembelajaran. Dengan semakin terciptanya suasana yang komunikatif antara
peserta dengan fasilitator, permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses
pembelajaran dapat diselesaikan dengan cepat dan dapat memberikan dampak yang
baik terhadap peserta diklat. Secara skematik paradigma penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
B. Desain Penelitian
Seperti yang telah diungkapkan pada bab satu bahwa tujuan penelitaian ini
adalah mengembangkan model diklat partisipatif yang efektif untuk meningkatkan
kompetensi guru biologi SMA. Maka jenis penelitian yang digunakan adalah
Research and Development (R&D) dengan desain penelitian yang digunakan One
group pretest postest yang dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu: 1) Studi
Pendahulauan, 2) Penyusuanan program yang meliputi perancangan dan
pengembangan, 3) validasi dan revisi program, 4) implementasi program (Gall,et al.
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan
(Creswell, 1998). Pendekatan pertama, yakni pendekatan kualitatif yang digunakan
untuk mendeskripsikan bagaimana tingkat partisipasi guru-guru biologi dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan diklat serta bagaimana
respon guru terhadap pola-pola kegiatan yang diberikan dalam diklat tersebut.
Pendekatan ini digunakan untuk melukiskan keterlibatan guru dengan gambaran yang
holistik dan kompleks, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan rinci informan
dan melakukan studi dalam tatanan yang alami. Pendekatan kedua, yaitu pendekatan
kuantitatif yang digunakan untuk penelitian pengembangan model diklat, khususnya
dalam menelaah hasil studi eksprimental untuk melihat dampak Model Diklat
Partisipatif tersebut terhadap guru-guru. Penelitian ini sebagai studi yang difokuskan
untuk pengembangan Program Diklat yang berbasis pada partisipasi dan kolaborasi
peserta, fasilitator dalam pelaksanaan program diklat tersebut, sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu menghasilkan Model Diklat Partisipatif
yang dapat meningkatkan profesionalitas guru biologi SMA. Rincian tahapan-tahapan
kegiatan penelitian ini dapat ditunjukkan pada bagan gambar 3.2 dan diuraikan
sebagai berikut:
1. Tahap Pertama : Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan yang dilakukan sebagai bagian dari analisis kebutuhan
untuk pengembangan model diklat. Pada tahap awal penelitian ini dilakukan studi
pendahuluan untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi yang diperlukan
profesionalitas bagi guru-guru biologi SMA. Kegiatan studi pendahulun difokuskan
pada pengumpulan informasi-informasi yang berkaitan dengan hasil-hasil penelitian
yang relevan dengan model yang akan dikembangkan, teori-teori yang mendukung
terhadap pengembangan model diklat, bagaimana partisipasi guru-guru yang telah
mengikuti diklat, bagaimana program-program diklat yang telah dilaksanakan oleh
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur dan analisis
kebutuhan awal diklat guru-guru biologi di lapangan berkaitan dengan kompetensi
profesional dan kompetensi pedagogi. Hasil kegiatan pengumpulan informasi atau
kajian teori serta hasil penelitian-peneltian yang relevan, dan hasil studi pendahuluan
menjadi acuan dalam menganalisis dan merumuskan draf model awal diklat. Analisis
kebutuhan yang dilakukan melalui studi literatur dan studi lapangan.
a. Studi Dokumentasi
Hasil studi dokumen tentang program diklat yang dilaksanakan oleh Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur selama periode tahun 2007
sampai tahun 2010 terlihat pada Tabel 3.1. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan
bahwa program diklat yang dilaksanakan oleh LPMP sangat kurang bahkan jenis
diklat yang khusus untuk guru-guru biologi SMA tidak ada. Berdasarkan hasil
wawancara dengan penanggung jawab program diklat dan Kepala LPMP Kaltim,
beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya program diklat yang dilaksanakan
oleh LPMP; (1) sumber pendanaan dari pusat sangat terbatas (2) program-program
LPMP lebih difokuskan pada pemberdayaan MGMP/KKG melalui blockgrant,
sehingga LPMP hanya berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan-kegiatan yang
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
TAHAP I Identifikasi Bahan Ajar &
Tabel 3.1 Jenis Program Diklat yang dilaksanakan oleh LPMP Kaltim
No Nama Diklat Tahun Pelaksana Jumlah Peserta
1 Pembekalan Pendidikan
3 Workshop Diklat Sistem Jarak Jauh Bahasa Inggris
2007 LPMP Kaltim 20 orang
4 Pengembangan KTSP Bagi Guru SD
9 Pengelolaan sistem Jarak Jauh Bahasa Inggris
12 Pembekalan Program KTSP 2009 LPMP Kaltim 40 orang
13 Peningkatan Kompetensi Tenaga
16 Pembekalan Program CLCC 2009 LPMP Kaltim 60 orang
17 Pembekalan Kelompok
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hasil studi literatur dan dokumen lain yang sangat relevan dalam perencanaan
dan pengembangan program diklat adalah tersedianya tenaga-tenaga widyaiswara
sebagai faslilitator/narasumber pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
Kalimantan Timur yang memenuhi standar-standar kuantitas maupun kualitas. Dari
data yang ada jumlah Widyaiswara (WI) serta kualifikasi pendidikan yang dimiliki
terlihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kondisi Tenaga Fungsional/Widyaiswara LPMP Kaltim Tahun 2011
No Nama Pegawai Kualifikasi
Pendidikan
11 Tendas, S.Pd S1 Pend.Matematika WI Pertama
12 Hendro, ST S1 Teknik Informatika WI Pertama
Dari Tabel 3.2 tersebut di atas terlihat bahwa jumlah dan komposisi tenaga
fungsional/WI yang ada pada LPMP Kaltim masih jauh dari kebutuhan yang ideal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala LPMP, diperlukan bahwa secara
matematis dengan jumlah Kab/Kota yang ada di Provinsi Kaltim yaitu sebanyak 14
Kab/Kota maka secara ideal jumlah tenaga fungsional yang seharusnya tersedia di
LPMP Kaltim sebanyak 42 orang dengan asumsi tiga widyasiswara untuk satu
Kab/Kota sehingga masih kekurangan tenaga widyaiswara sebanyak 28 orang. Dari
jumlah tenaga fungsional yang ada rata-rata kualifikasi pendidikan yang
dipersyaratkan untuk seoarang widyaiswara minimal S2 sebagian besar telah
memenuhi ketentuan ini. Diharapkan dengan kualifikasi pendidikan yang dimiliki,
seorang WI mampu berperan sebagai fasilitator bagi guru-guru yang ada di sekolah.
Dari hasil wawancara dengan pimpinan LPMP Kalimantan Timur didapatkan
informasi bahwa dalam mengatasi kekurangan tenaga fungsional yang ada selama ini,
dilakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi setempat untuk mendapatkan
tenaga-tenaga ahli yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam kegiatan-kegiatan
pelatihan disamping itu juga tenaga-tenaga instruktur dari Dinas Pendidikan
Propinsi/Kab/Kota yang berpengalaman dalam bidang studi/ mata diklat tertentu
untuk dapat digunakan dalam kegiatan diklat-diklat yang diselenggarakan oleh LPMP
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Studi Lapangan
Studi lapangan ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari guru-guru
Biologi SMA terkait dengan partisipasinya dalam melakukan perencanaan program
diklat dan kebutuhan diklat guru untuk meningkatkan profesionalitasnya. Dalam
kegiatan ini peneliti melakukan identifikasi awal pada tiga lokasi/daerah yaitu; Kota
Samarinda, Kab Kuningan, Kab Subang dengan menyebarkan angket / kuesioner dan
melakukan wawancara kepada guru-guru Biologi SMA (n = 30). Hasil identifikasi
kebutuhan diklat selanjutnya dianalisis sebagai acuan dalam melakukan rancangan
pengembangan model diklat yang akan diterapkan.
Dari hasil studi tersebut didapatkan data dan informasi bahwa jumlah guru
biologi SMA/SMK telah mengikuti diklat memperoleh jenis Diklat Mata Pelajaran
sebesar 25%, dan jenis Diklat Profesi/Kependidikan sebesar 75%. Diperoleh
informasi juga bahwa sekitar 70% guru tidak dilibatkan dalam perencanaan program
diklat, 20% dilibatkan dalam bentuk mengisi angket/kuesioner, sekitar 10% guru
kadang terlibat kadang tidak. Lebih lanjut hasil studi tersebut menunjukkan sekitar
75% menyatakan setuju kalau para peserta diklat terlibat/dikutsertakan sejak
perencanaan program diklat, sekitar 20% menyatakan sangat setuju dan 5 %
menyatakan tidak setuju. Hasil studi tersebut juga menunjukkan adanya kesediaan
guru untuk terlibat dalam penyusunan perencanaan program diklat yaitu, menyatakan
bersedia sekitar 95 %, dan tidak setuju 5% (Darwangsa, 2011) . Berdasarkan data
oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan untuk itu hanya berdasarkan
pada asumsi-asumsi yang tidak didukung oleh data dan informasi yang valid
mengenai apa yang dibutuhkan oleh guru-guru di lapangan. Materi diklat yang
selama ini didapatkan oleh guru-guru pada saat mengikuti kegiatan lebih didominasi
oleh materi-materi yang ditentukan oleh fasilitator pada institusi tersebut yang belum
dibutuhkan oleh guru. Institusi penyelenggara diklat lebih mengutamakan materi
yang sesuai dengan latar belakang fasilitator yang dimiliki tanpa menyesuaikan
kebutuhan guru dengan narasumber yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Pada beberapa instansi penyelenggara diklat di daerah-daerah kalau pun
dilakukan identifikasi kebutuhan diklat hanya sebatas menjadi informasi yang tidak
digunakan pada saat kegiatan diklat. Fenomena ini semakin menjadikan guru hanya
sebagai obyek kegiatan proyek sehingga kegiatan diklat yang dilakukan belum
mempunyai dampak yang baik terhadap pengembangan profesionalitas guru. Dari
hasil analisis studi pendahuluan ditemukan ada sekitar 95% bersedia jika calon
peserta diklat dilibatkan/diikutsertakan dalam perencanaan dan penyusunan program
diklat. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme guru untuk ikut berpartisipasi dalam
suatu program diklat sangat tinggi. Kondisi ini menjadi hal yang positif untuk lebih
mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan diklat.
2. Tahap Kedua: Pengembangan Model Diklat
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penyusunan Draf Model Diklat
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Merancang model program diklat berbasis partisipasi yang didasarkan pada hasil
studi pendahuluan, kondisi objektif lapangan, hasil-hasil kajian yang relevan,
analisis kebijakan, serta hasil kajian terhadap kebutuhan profesi guru yang
mendesak.
2) Mendeskripsikan struktur Program Diklat yang dapat meningkatkan
profesionalitas guru serta kerangka model pembelajarannya yang didasarkan pada
analisis guru biologi SMA di tiga Kab/Kota.
3) Merancang dan mempersiapkan material diklat yang meliputi modul-modul
pembelajaran, panduan kegiatan diklat, bahan ajar, media serta keperluan lain
berdasarkan saran dan masukan guru biologi SMA di tiga Kab/Kota.
4) Merancang alat evaluasi berupa soal-soal untuk pre dan post test serta
instrumen-instrumen lainnya yang terkait dengan tujuan penelitian.
Dari hasil analisis kebutuhan tersebut selanjutnya dilakukan verifikasi ulang
kepada guru-guru biologi SMA terkait hasil tersebut dan melakukan diskusi untuk
meminta saran dan masukan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
materi-materi tersebut. Dari hasil diskusi dan wawancara terhadap beberapa guru diperoleh
informasi bahwa materi-materi tersebut dirasakan sulit bagi guru-guru di lapangan
baik dari aspek pemahaman konsep maupun dalam hal membelajarkan kepada
siswa. Guru-guru mengalami kesulitan dalam penggunaan media dan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi-materi tersebut. Guru-guru selama ini
guru belum pernah membelajarkan materi-materi tersebut dengan menggunakan
pendekatan atau model pembelajaran khusus.
Berdasarkan saran-saran dan masukan serta harapan-harapan yang terungkap
dalam diskusi dan wawancara tersebut, selanjutnya disusun rancangan struktur
program diklat secara kolaborasi dengan calon peserta diklat. Hasil rancangan
struktur program diklat tersebut terlihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Struktur Program Diklat Guru Biologi SMA Pola 20 Jam
Keterangan : KA = Kepala LPMP Kaltim
PJA = Penanggung Jawab Akademik
FAS = Fasilitator/Narasumber
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan diklat dan desain struktur program diklat
yang disepakati secara bersama-sama antara peserta dan fasilitator, maka disusun dan
disiapkan modul-modul diklat, panduan pelaksanaan diklat, bahan ajar, serta media-
media pembelajaran yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan pelaksanaan
diklat yang akan datang. Ada tiga modul diklat yang dipersiapkan berdasarkan MATERI
PROGRAM
MATA SAJIAN JML JP NARA
SUMBER UMUM 1. Kebijakan Kelembagan
2. Orientasi Program
PENUNJANG 9. Tindak Lanjut/Action Plan 1 FAS
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kebutuhan calon peserta yaitu: (1) Modul diklat Metabolisme, (2) Modul diklat
Bioteknologi, dan (3) Modul diklat Genetika. Materi – materi pedagogi/kependidikan
digunakan buku/bahan-bahan ajar yang telah tersedia. Salah satu judul buku / bahan
ajar tersebut adalah Strategi Belajar Mengajar Biologi.
3. Tahap Ketiga: Verifikasi Model Diklat
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Melakukan validasi teoritik konseptual model program diklat kepada para ahli
2) Melakukan validasi kelayakan model program kepada praktisi di lapangan
3) Merevisi model program diklat berdasarkan berdasarkan pertimbangan para
ahli dan praktisi
4) Melakukan validasi terhadap soal-soal yang telah dirancang melalui uji coba
kepada guru-guru biologi.
Dari hasil verifikasi yang dilakukan ada beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian dan perbaikan berdasarkan saran dan masukan para ahli dan praktisi di
lapangan antara lain: (1) waktu pelaksanaan diklat, (2) modul-modul serta bahan ajar
mengalami beberapa perubahan dan perbaikan, (3) fasilitator/narasumber yang sesuai
dengan keahliannya, (4) pola rekrutmen peserta diklat.
Hasil validasi terhadap soal-soal yang telah dirancang juga mengalami
berbagai perubahan komposisi berdasarkan uji validitas yang diperoleh di lapangan.
Secara rinci hasil validasi butir soal-soal tersebut dapat terlihat pada Tabel 3.46,
Tabel 3.4 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Metabolisme
No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.
Soal KS (%) Ket IDP (%) Ket Pengecoh Skor Ket Baru
Berdasarkan Tabel 3.4 tampak bahwa dari hasil validasi buitr soal pre-postest
pada materi metabolisme dari jumlah 57 butir soal yang diujicoba terdapat 33 butir
soal yang dapat diterima sesuai dengan kriteria yang ada, 24 butir soal dinyatakan
ditolak atau tidak valid untuk digunakan dalam instrumen ini.
Hasil uji validasi butir soal untuk materi Genetika secara rinci terlihat pada
Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Genetika
No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.
No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.
Berdasarkan Tabel 3.5 tersebut di atas tampak dari hasil analisis validasi butir
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
terdapat 26 butir soal yang dinyatakan diterima atau valid untuk dapat digunakan
sebagai instrumen, sedangkan sisanya 16 butir soal dinyatakan ditolak atau tidak
valid untuk digunakan sebagai instrumen sesuai dengan kriteria yang ada.
Hasil uji validasi soal untuk materi Bioteknologi secara rinci terlihat pada
Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Bioteknologi
No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.
No Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.
Soal KS (%) Ket IDP (%) Ket Pengecoh Skor Ket Baru
31 30.77 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.307 DITERIMA 14
32 30.77 Sedang 25 CUKUP Baik 0.338 DITERIMA 15
33 15.38 Sukar -25 KURANG Baik -0.346 TOLAK - 34 61.54 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.403 DITERIMA 16
35 76.92 Mudah 50 BAIK Sangat Baik 0.513 DITERIMA 17
36 76.92 Mudah 25 CUKUP Sangat Baik 0.307 DITERIMA 18
37 69.23 Sedang 0 KURANG Baik 0.039 TOLAK - 38 69.23 Sedang 75 S.BAIK Baik 0.603 DITERIMA 19
39 61.54 Sedang -25 KURANG Baik -0.163 TOLAK - 40 76.92 Mudah 50 BAIK Sangat Baik 0.479 DITERIMA 20
41 76.92 Mudah 0 KURANG Buruk 0.238 TOLAK - 42 30.77 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.307 DITERIMA 21
43 38.46 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.282 DITERIMA 22
44 7.69 S.Sukar 25 CUKUP Baik 0.201 TOLAK - 45 30.77 Sedang 50 BAIK Baik 0.558 DITERIMA 23
46 30.77 Sedang 50 BAIK Baik 0.495 DITERIMA 24
47 61.54 Sedang -25 KURANG Buruk -0.222 TOLAK - 48 53.85 Sedang 25 CUKUP Sangat Baik 0.431 DITERIMA 25
49 69.23 Sedang 25 CUKUP Baik 0.29 DITERIMA 26
50 61.54 Sedang -25 KURANG Buruk -0.192 TOLAK - 51 69.23 Sedang 75 S.BAIK Baik 0.792 DITERIMA 27
52 69.23 Sedang 0 KURANG Baik 0.056 TOLAK - 53 92.31 S.Mudah 25 CUKUP Baik 0.56 DITERIMA 28
54 0 S.Sukar 0 KURANG Buruk 0.192 TOLAK - 55 84.62 Mudah 50 BAIK Sangat Baik 0.747 DITERIMA 29
Berdasarkan pada Tabel 3.6 di atas tampak bahwa hasil analisis validasi soal
untuk materi Bioteknologi dari 55 jumlah butir soal yang diujicobakan terdapat 29
butir soal yang dinyatakan diterima atau valid untuk digunakan sebagai instrumen
pada penelitian ini, sisanya sebanyak 26 butir soal dinyatakan ditolak atau tidak valid
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.Tahap Keempat: Melakukan Implementasi Model Diklat Partisipatif
a. Tahap Perencanaan
Tahap ini dilakukan dengan pengisian format identifikasi kebutuhan oleh
masing-masing calon peserta yang telah disiapkan oleh fasilitator serta melakukan
wawancara terhadap beberapa calon peserta untuk menggali beberapa informasi yang
terkait dengan alasan-alasan yang dijadikan sebagai dasar dalam menentukan pilihan
materi-materi yang sangat dibutuhkan dalam diklat tersebut. Setelah pengisian
kuesioner dan wawancara selanjutnya dilakukan analisis terhadap identifikasi
kebutuhan dan hasil analisis tersebut kemudian dilakukan verifikasi ulang terhadap
calon peserta dan meminta saran serta tanggapan terhadap hasil identifikasi tersebut.
Berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara peserta dan fasilitator dilakukan
penentuan materi-materi yang akan disajikan pada kegiatan diklat tersebut.
Setelah menentukan materi-materi pokok yang akan disajikan dalam kegiatan
diklat tersebut peserta diberikan kesempatan untuk memberikan masukan/saran
terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan terkait dengan
materi-materi yang akan disajikan. Selanjutnya peserta diminta juga untuk
memberikan masukan-masukan terhadap harapan-harapan untuk mengatasi
permasalahan di sekolah yang terkait dengan pembelajaran materi tersebut untuk
menjadi bahan pertimbangan dan persiapan dalam pelaksanaan diklat. Pada tahap ini
juga fasilitator meminta masukan-masukan peserta mengenai narasumber/fasilitator
yang akan menyajikan materi-materi yang tersebut terkait dengan
narasumber/fasilitator adalah agar penyelenggara diklat menyiapkan
narasumber/fasilitator yang sesuai dengan keahlian dari materi yang akan disajikan.
Dari materi-materi yang telah disepakati, fasilitator bersama-sama dengan
peserta mendiskusikan rancangan struktur program diklat yang disiapkan kemudian
dirumuskan tujuan dan pendekatan yang akan diterapkan sesuai dengan karakteristik
materi diklat. Selanjutnya desain program ini yang menjadi landasan bagi fasilitator
untuk mempersiapkan pembelajaran diklat yang dilaksanakan sesuai dengan
komitmen bersama antara fasilitator dengan peserta diklat. Kegiatan pada tahap ini
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan diklat bagi-bagi
guru yang akan mengikuti program diklat tersebut.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
1) Melakukan implementasi model diklat khususnya merancang tahap perencanaan
berkolaborasi dengan guru-guru yang aktif dalam kegiatan MGMP Mata
Pelajaran Biologi SMA di Kota Samarinda sebanyak 18 orang selama 1 hari
2) Melakukan diskusi mengenai hasil perencanaan tersebut untuk mendapatkan
saran dan pendapat dalam mempersiapkan program pelaksanaan diklat
selanjutnya.
3) Merancang dan mendesain ulang struktur program berdasarkan hasil analisis
identifikasi kebutuhan diklat guru dan masukan dari praktisi.
4) Hasil revisi/penyempurnaan struktur program diklat dianggap sudah siap untuk
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Tahap Pelaksanaan
Sebelum melakukan kegiatan diklat, terlebih dahulu diinformasikan kepada
calon peserta melalui surat pemanggilan peserta kepada masing-masing Kepala
Sekolah. Daftar nama-nama calon peserta yang akan mengikuti kegiatan ini terlampir
dalam surat pemanggilan tersebut sesuai dengan kesepakatan pada tahap
perencanaan, bahwa peserta yang bisa ikut dalam kegiatan diklat adalah guru-guru
yang ikut dalam tahap perencanaan diklat. Sesuai surat panggilan kepada calon
peserta diklat, jumlah calon peserta diklat yang rencananya diundang sebanyak 15
orang dengan cadangan tiga orang dari jumlah yang diskenariokan untuk
mengantisipasi adanya calon peserta yang berhalangan pada saat kegiatan
dilaksanakan. Dari hasil konfirmasi peserta diklat yang direncanakan untuk ikut
dalam kegiatan ini ternyata tak satu pun yang mengundurkan diri atau berhalangan
untuk mengikuti kegiatan ini, sehingga surat untuk tiga orang cadangan yang
namanya tercantum dalam daftar surat pemanggilan tersebut tidak jadi dikirim ke
sekolah agar tidak terjadi jumlah peserta yang melebihi target peneliti. Ada hal yang
tidak terduga pada hari pelaksanaaan kegiatan, semua calon peserta yang terlampir
dalam surat panggilan termasuk yang menjadi cadangan hadir semua walaupun
terlambat dan tidak mengikuti pre test. Setelah peneliti berdiskusi dengan fasilitator
dan panitia lainnya, diputuskan peserta yang terlambat dan tidak ikut pre test tetap
diikutkan hingga akhir program. Hal ini menunjukkan bahwa antusias guru-guru
merupakan uji lapangan/uji empirik yang dilkukan pada subyek penelitian (guru-guru
yang aktif dalam MGMP Biologi Kota Samarinda).
c. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini evaluasi yang dilakukan peneliti melibatkan peserta terhadap
keseluruhan aspek program mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pada
tahap evaluasi. Dalam memperoleh gambaran tentang tanggapan peserta terhadap
pelaksanaan model yang dilaksanakan, dilakukan penilaian dengan menggunakan
angket pendapat peserta tentang rangkaian seluruh tahapan kegiatan.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pelatihan (implementasi model)
meliputi:
1) Sebelum pelaksanaan pembelajaran diklat, dilakukan tes awal/pre-test. Pada saat
pre-test peserta yang ikut sebanyak 15 orang, setelah pre-test selesai peserta
bertambah tiga orang sehingga jumlah peserta yang mengikuti kegiatan diklat ini
sampai selesai sebanyak 18 orang. Pre-test ini dilakukan untuk menjaring
kemampuan awal terkait dengan konsep dan pembelajaran.
2) Melaksanakan evaluasi proses pembelajaran (keterlaksanaan program) melalui
observasi kegiatan pelaksanaan diklat.
3) Melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran pasca kegiatan diklat melalui post-test,
dan pengisian angket tertutup dan terbuka mengenai respon peserta terhadap
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Samarinda dengan tempat pelaksanaan
diklat Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur. Subyek
penelitian adalah para Guru Biologi SMA se-Kota Samarinda yang terhimpun dan
aktif mengikuti kegiatan MGMP sebanyak 18 orang. Subyek dalam penelitian ini
ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Guru Biologi yang berijazah sarjana (S1) pendidikan biologi atau non pendidikan
biologi yang telah mendapatkan akta IV
2. Guru tersebut mengajar di kelas XII
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data
diantaranya:
a. Pada tahap penelitian pendahuluan digunakan teknik wawancara, observasi,
angket, dan dokumentasi.
b. Pada tahap pengembangan model konseptual diklat digunakan teknik analisis,
diskusi, saran pendapat.
c. Pada tahap implementasi model digunakan angket dan catatan kejadian serta
dokumentasi pembelajaran diklat.
d. Pada tahap evaluasi program diklat digunakan angket, soal test, wawancara, dan
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, ada yang perlu diuji-cobakan
terlebih dulu sebelum digunakan dan ada pula yang tak memerlukan ujicoba.
Instrumen yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan untuk setiap
tahapan-tahapan penelitian. Jenis-jenis instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini
terlihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Jenis – Jenis Instrumen Penelitian yang Dikembangkan
No Tahapan Penelitian
Jenis Instrumen Sasaran Aspek Kajian
1 Studi Pendahuluan Pedoman Wawancara, Dokumentasi, angket
Angket, wawancara - Peserta Diklat - Fasilitator 5 Tahap Evaluasi Angket - Peserta diklat
- Fasilitator
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
G. Analisis Data
Data yang diperoleh pada panelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif berupa: (1) Profil analisis kebutuhan guru biologi
berdasarkan level pengalaman mengajar; (2) Karakteristik model diklat partisipatif
(3) peran guru dan fasilitator dalam pengembangan program diklat partisipatif (4)
tanggapan guru terhadap pelaksanaan model diklat partisipatif. Data-data kualitatif
tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data kuantitatif meliputi peningkatan
kompetensi profesional dan pedagogi guru Biologi SMA sesudah mengikuti diklat.
Analisis peningkatan kompetensi profesional dan pedagogi ditentukan dari
gain(g) test yang dicapai dari penggunaan model Diklat Partisipatif. Gain test
ditentukan dari skor posttest dan pretest yang dinormalisasi dengan rumus Meltzer
(2002).
Keterangan :
Nilai (g) : ≥ 0.7 , kategori tinggi Nilai (g) : 0.3 < g < 0.7, kategori sedang
Nilai (g) : ≤ 0.3, kategori rendah
Skor posttest – Skor Pretest (g) =
BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model diklat
partisipatif-kolaboratif yang dapat meningkatkan kompetensi Guru Biologi SMA
adalah pada tahap perencanaan dimulai dari identifikasi kebutuhan peserta,
menentukan tujuan, mendesain program, dan struktur program diklat yang dilakukan
dengan melibatkan seluruh peserta diklat secara bersama-sama. Selanjutnya pada
tahap pelaksanaan pembelajaran, narasumber berperan sebagai fasilitator dalam
memotivasi dan melibatkan secara aktif peserta dalam mengungkapkan
pengalaman-pengalaman belajar, permasalahan-permasalahan pembelajaran di sekolah serta
mendorong peserta lebih aktif dalam memberikan tanggapan-tanggapan dalam
diskusi untuk pemecahan masalah yang terkait dengan pembelajaran dan
permasalahan yang dihadapi di sekolah. Pada tahap evaluasi fasilitator mengarahkan
peserta untuk secara bersama-sama menyusun program tindak lanjut dari kegiatan
yang telah dilaksanakan untuk melakukan program desiminasi kepada rekan-rekan
sejawat di sekolah atau di MGMP serta mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan
tanggapan peserta terhadap pelaksanaan model diklat.
Kebutuhan diklat guru-guru Biologi SMA berdasarkan kompetensi
profesional yang menjadi prioritas utama secara berurutan adalah (1) Metabolisme,
(2) Genetika, dan (3) Bioteknologi. Prioritas kebutuhan kompetensi profesional ini
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kepada siswanya. Sedangkan berdasarkan kompetensi pedagogi yang menjadi
prioritas kebutuhan diklat adalah (1) model-model pembelajaran, (2) pendekatan
pembelajaran, dan (3) media pembelajaran. Prioritas kebutuhan kompetensi
profesional ini didasarkan pada kurangnya pemahaman dalam mengimplementasikan
topik-topik tersebut dalam pembelajaran.
Penerapan model diklat ini berjalan dengan baik sesuai dengan
karakteristik-karakteristik yang dikembangkan mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai
tahap evaluasi. Hal ini ditandai dengan rata-rata skor hasil observasi sebesar 2.6 dari
skor maksimal 3. Tahap perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan ; identifikasi
kebutuhan diklat, menentukan tujuan program, mendesain program, membuat
struktur program diklat. Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan implementasi
pembelajaran diklat yang dimulai dengan orientasi program, pembelajaran dengan
berbagai pendekatan yang bersifat partisipatif. Tahap evaluasi meliputi kegiatan
penyusunan program tindak lanjut, pre & post test, serta respon/tanggapan peserta
terhadap pelaksanaan model diklat.
Model diklat ini dapat meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogi
bagi guru-guru biologi SMA. Peningkatan kompetensi ini dapat dilihat dari hasil
pre- test dan post-test dengan peroleh nilai N gain rata-rata untuk kompetensi
profesional sebesar 0.46 dan kompetensi pedagogi sebesar 0.67, yang berarti
peningkatan dengan kategori sedang. Peningkatan kompetensi profesional terlihat
dari pemahaman terhadap konsep-konsep mengenai Siklus Krebs dan proses
peningkatan pemahaman terlihat konsep-konsep mengenai struktur DNA, alel, gen,
dan sintesis protein. Sedangkan pada materi Bioteknologi peningkatan pemahaman
terlihat pada konsep-konsep mengenai plasmid, kloning, kultur jaringan, DNA
sintesis, dan antibodi monoklonal. Hasil observasi juga menunjukkan adanya
pemahaman yang sama antara fasilitator dengan peserta terhadap konsep-konsep
tersebut yang sebelumnya menjadi perdebatan dan perbedaan pemahaman konsep.
Sedangkan peningkatan pada kompetensi pedagogi terlihat pada pemahaman konsep
yang sudah dapat membedakan dengan jelas antara model-model pembelajaran dan
pendekatan pembelajaran pada saat mengerjakan tugas kelompok dalam menyusun
RPP untuk kegiatan peer teaching.
Tanggapan peserta diklat terhadap pelaksanaan model ini mempunyai
kecenderungan sangat setuju ( skala nilai rata-rata 3.4 dari skala 4). Hal ini berarti
bahwa model ini secara umum sangat positif terhadap peningkatan kompetensi
guru-guru biologi SMA. Respon peserta juga menunjukkan bahwa model ini merupakan
hal baru bagi peserta terutama dalam keterlibatan peserta dalam menentukan
kebutuhan diklat yang akan dilaksanakan dan juga sesuai dengan apa yang mereka
rencanakan secara bersama-sama dengan pelaksanaan diklat tersebut.
Karakteristik dari model diklat ini adalah Pertama, materi diklat berbasis
pada kebutuhan. Keterlibatan dan partisipasi aktif calon peserta diklat dalam
merumuskan kebutuhannya dengan berkolaborasi sesama peserta dan fasilitator dapat
memberikan gambaran kebutuhan keadaan nyata (actual condition) dan keadaan
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
permasalahan yang dialami peserta di sekolah. Proses pembelajaran model diklat
partisipatif ini dikembangkan dari permasalahan yang telah dialami oleh peserta
diklat baik berupa pengetahuan maupun keterampilan yang telah dimiliki berdasarkan
pengalaman mereka dengan siswanya. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran
dalam kegiatan diklat ini lebih difokuskan pada pendekatan pemecahan masalah.
Ketiga, pola perencanaan diklat yang intensif dan kolaboratif dengan melibatkan
secara aktif calon peserta diklat dalam merencanakan kebutuhan yang diinginkan
pada penyusunan program diklat tersebut semakin memberikan motivasi kepada
peserta diklat untuk lebih berpartisipasi aktif dan memberikan rasa tanggung jawab
dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan program diklat. Keempat berpusat pada
peserta (participant centered). Model ini berorientasi pada pencapaian kebutuhan
belajar bagi peserta diklat, maka desain diklat ini sejak perencanaan calon peserta
menjadi fokus utama dalam menentukan langakah-langkah strategis untuk persiapan
pelaksanaan diklat tersebut. Proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan didasarkan
dan disesuaikan dengan latar belakang peserta diklat, sehingga peran utama yang
diharapkan dalam proses pembelajaran adalah adanya keterlibatan secara aktif bagi
peserta dalam proses pembelajaran tersebut untuk mencapai tujuan belajar yang
telah disepakati secara bersama-sama. Jika fokus model pengembangan profesional
ini adalah peserta diklat/guru, maka sasaran pembelajaran guru secara tidak langsung
B. Saran-Saran
Saran-saran dan masukan untuk peningkatan dan pengembangan model diklat
ini adalah pertama, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model diklat
ini untuk materi-materi biologi yang lain khususnya yang dianggap bermasalah/sulit
sehingga permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam membelajarkan
materi-materi tersebut dapat teratasi dengan cepat. Kedua, diperlukan adanya
konsistensi para penyelenggara diklat sejak tahap perencanaan diklat sampai tahap
pelaksanaan terutama dari identifikasi kebutuhan diklat , sasaran calon peserta diklat,
narasumber/fasilitator. Ketiga, diperlukan koordinasi yang sinergis dari berbagai
pihak dalam pelaksanaan model diklat menjadi sangat penting terutama yang terkait
langsung dengan penyiapan dan pembinaan profesi guru-guru Biologi yaitu lembaga
– lembaga pendidikan pre service (LPTK), lembaga pendidikan in service (LPMP,
Badan diklat), Dinas Pendidikan Kab/Koata dan Propinsi yang terlibat langsung
ataupun tidak langsung dalam pengembangan profesionalisme guru. Keempat, dalam
menerapkan model ini perlu memperhatihan kebutuhan guru-guru berdasarkan
kompetensi yang dimilikinya sehingga dapat diintegrasikan antara materi yang
dibutuhkan dengan standar kompetensi yang dimiliki.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ini maka pengembangan model diklat ini untuk
dapat efektif meningkatkan kompetensi guru perlu merekomendasikan beberap hal
kepada pihak-pihak yang terkait antara lain; pertama, lembaga-lembaga
Haksan Darwangsa, 2013
Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
efisiensi bagi guru hendaknya materi-materi diklat yang diberikan harus betul-betul
menjadi bagian dari kebutuhan guru. Oleh karena itu ketelibatan guru-guru dalam
ikut merencanakan dan menentukan desain progaram diklat akan sangat
mempengaruhi keberhasilan pengembangan model diklat ini. Kedua, lembaga–
lembaga pendidikan (pre service) yang mempersiapkan calon-calon guru dalam
pengembangan kurikulumnya senantiasa mengikuti kebutuhan guru-guru di lapangan,
sehingga tidak terjadi kesenjangan yang dipelajari pada LPTK dengan apa yang akan
mereka kelak hadapi ketika menjadi seorang guru di sekolah.
Ketiga, Untuk Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas-Dinas
Pendidikan Kab/Kota dan Propinsi dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan
perlu melakukan kerjasama dengan LPTK dalam hal penyediaan narasumber agar
dalam pendalaman materi-materi tertentu yang dibutuhkan oleh guru-guru sesuai
dengan ahlinya. Keempat, lembaga-lembaga yang memiliki tugas dan fungsi dalam
pembinaan profesionalisme guru-guru dapat melakukan adopsi dan adaptasi untuk
pengembangan model diklat ini serta melakukan pengembangan kepada guru-guru
selain mata pelajaran Biologi dan satuan pendidikan lainnya dengan tetap
memperhatikan tahapan-tahapan model yang telah dikembangkan dan memperbaiki
hal-hal yang masih kurang. Kelima, mengingat materi yang diberikan dalam model
ini berdasarkan pada pilihan peserta diklat, maka dalam pengembangan model ini
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. (1996). Strategi Membangun Motivasi dalam Pembelajaran Orang
Dewasa. Bandung: Agta Manunggal Utama.
Abdulhak, I. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: CV Andira
Atmodiwirio, S. (2005). Manajemen Pelatihan. Jakarata : Ardadizya Jaya.
Bal, S., Samanci, N. K., & Bozkurt, O. (2007). University Student Knowledge and Attitude about Genetic Engineering. Eurasia Journal of Mathematics, Science
& Technology Education. 3, (2) 119 – 126.
Clark D. & Holt, J. (2001) Philosophy: a key to open the door to critical thinking.
Nurse Education Today. 21, (1), 71-78.
Colavito, M.C. (2000). Integrating Biotechnology into a Non-majors Biology Curriculum. Journal of Industrial Microbiology & Biotechnology. 24, (3), 308 -309.
Crag, L.R. (1987). Training and Development Handbook: A Guide to Human Resources Development. New York: McGraw-Hill Book Company.
Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. Amerika: Sage Publications International Educational and Professional Publisher.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dahar, R.W. & Siregar, N. (2000). Pedagogi Materi Subyek: Meletakkan Dasar
Keilmuan dari PBM. Makalah pada Seminar Staf Dosen FPMIPA dalam
rangka Mensosialisasikan Pedagogi Materi Subyek. UPI. Bandung.
Darwangsa, H. (2011a). Identifikasi Kebutuhan Guru Biologi SMA. Proceeding Seminar Nasional Pendidikan IPA. F.KIP MIPA. Universitas Sriwijaya Palembang tanggal 17 September 2011.
Darwangsa, H. (2011b). Desain Program Diklat Partisipatif Untuk meningkatkan Profesionalisme Guru Biologi SMA. Prosiding Seminar Nasional MIPA. FMIPA. Universitas Negeri Semarang tanggal 29 Oktober 2011.
Depdiknas. (2005a). Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Jakarta : Fokus Media.
Depdiknas. (2005b). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta : Fokus Media.
Depdiknas. (2007c). Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar