• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN PKN DAN PROSES HABITUASI TERHADAP PEMBANGUNAN KARAKTER SISWA :Studi Deskriptif Analitis Pada SMP Negeri di Kabupaten Bangka.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN PKN DAN PROSES HABITUASI TERHADAP PEMBANGUNAN KARAKTER SISWA :Studi Deskriptif Analitis Pada SMP Negeri di Kabupaten Bangka."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

C. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ... 15

F. Asumsi Penelitian... 16

G. Hipotesis Penelitian ... 17

H. Metode Penelitian ... 17

I. Lokasi Dan Sampel Penelitian ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Pembangunan Karakter... 21

1. Konsep dan Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan... 21

2. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Nilai... 29

3. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter... 34

B. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan... 37

1. Pengertian dan Teori Pembelajaran... 37

2. Komponen-Komponen Pembelajaran PKn... 45

3. Paket-Paket Pembelajaran PKn... 52

C. Proses Habituasi... 58

1. Pengertian Habituasi... 58

2. Bentuk-Bentuk Habituasi di Sekolah... 61

D. Pembangunan Karakter... 63

1. Pengertian Karakter... 63

(2)

ii

3. Pendidikan Karakter... 73

4. Prinsip dan Metode Pendidikan Karakter... 77

5. Pendidikan Karakter dalam Sistem Pendidikan Nasional... 81

E. Hasil Kajian Penelitian Terdahulu ... 88

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 92

A. Pendekatan dan Metode Penelitian... 92

B. Prosedur Penelitian... 94

C. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 96

1. Lokasi dan Populasi Penelitian ... 96

2. Sampel Penelitian ... 96

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 99

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X1) ... 99

2. Proses Habituasi (X2)... 101

3. Pembangunan Karakter (Y) ... 102

E. Instrumen Pengumpulan Data... 106

1. Teknik Pengumpulan Data ... 106

2. Strategi Pengembangan Instrumen ... 108

3. Hasil Uji Coba Instrumen ... 110

4. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 112

F. Teknik Analisis Data... 115

1. Persyaratan Penggunaan Statistik Parametrik ... 115

2. Teknik Analisis Deskriptif ... 118

3. Analisis Korelasi ... 118

4. Analisis Regresi Linier ... 119

5. Analisis Konstribusi ... 123

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 125

A. Lokasi Penelitian... 125

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 129

1. Hasil Penelitian Deskriptif... 129

2. Hasil Pengujuan Hipotesis... 140

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 151

1. Pembelajaran PKn Berpengaruh terhadap Pembangunan Karakter ... 152

2. Proses Habituasi Berpengaruh terhadap Pembangunan Karakter ... 171

(3)

iii

D. Temuan Penelitian ... 196

1. Pendidikan Kewarganegaraan Terkait Langsung dengan Pembangunan Karakter ... 196

2. Proses Pembelajaran Pendidikan Kewaganegaraan di SMP Negeri Kabupaten Bangka Berada pada Tataran Minimal Menuju pada Tataran Maksimal... 198

3. Pendidikan Karakter dalam Konteks Mikro Dilaksanakan Melalui Program Pengembangan Diri pada SMP Negeri di Kabupaten Bangka ... 202

4. Proses Habituasi Menjadi Faktor Penunjang dalam Pembangunan Karakter ... 204

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 207

A. Kesimpulan ... 207

1. Kesimpulan Umum ... 207

2. Kesimpulan Khusus... 209

B. Rekomendasi ... 210

DAFTAR PUSTAKA ... 215

LAMPIRAN... 220

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel : 2.1. Substansi Nilai Karakter yang ada pada SKL ………. 87

Tabel : 3.1. Persebaran Jumlah SMP Negeri di Kabupaten Bangka ... 97

Tabel : 3.2. Distribusi Penarikan Sampel ... 99

Tabel : 3.3. Operasionalisasi Variabel ... 103

Tabel : 3.4. Hasil Analisis Uji Validitas Variabel X1... 112

Tabel : 3.5.Hasil Analisis Uji Validitas Variabel X2... 113

Tabel : 3.5.Hasil Analisis Uji Validitas Variabel Y ... 114

Tabel : 3.7. Hasil Pengujian Normalitas ... 116

Tabel : 3.8. Hasil Uji Homogenitas ... 117

Tabel : 3.9. Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi (r) ... 119

Tabel : 3.10. Linieritas Variabel Y dengan Variabel X ……….. 120

Tabel : 3.11. Hasil Uji Multikolinearitas ... 121

Tabel : 3.12. Hasil Uji Autokorelasi ... 122

Tabel : 4.1. Persepsi Subyek Penelitian terhadap Kondisi Pembelajaran PKn di SMP Negeri Kabupaten Bangka ... 129

Tabel : 4.2. Persepsi Subyek Penelitian terhadap Kondisi Pembelajaran PKn di SMP Negeri Kabupaten Bangka (Per-Dimensi) ... 130

Tabel : 4.3. Persepsi Subyek Penelitian terhadap Kondisi Proses Habituasi pada SMP Negeri di Kabupaten Bangka ... 135

Tabel : 4.4. Persepsi Subyek Penelitian terhadap Kondisi Proses habituasi Pada SMP N di Kabupaten Bangka (Per-Dimensi) ... 136

Tabel : 4.5. Persepsi Subyek Penelitian terhadap Kondisi Pembangunan Karakter siswa di Kabupaten Bangka... 138

Tabel : 4.6. Persepsi Subyek Penelitian terhadap Kondisi Pembangunan Karakter Siswa SMP N di Kabupaten Bangka (Per-Dimensi) ... 139

Tabel : 4.7. Hasil Pengolahan Data Hubungan antara Variabel X1, X2, dan Y .. 141

(5)

v

Tabel : 4.9. Hasil Analisis Korelasi Parsial antara Variabel X2 dengan Y pada saat X1 Dikontrol ... 144 Tabel : 4.10. Hasil Analisis Regresi ………. 146 Tabel : 4.11. Linieritas Variabel X dan Y ……… 147 Tabel : 4.12. Konstribusi Masing-Masing Variabel X1dan X2 Terhadap Y …… 148 Tabel : 4.13. Hasil Uji koefisien ………. 149 Tabel : 4.14. Substansi Nilai Karakter yang Ada pada SKL SMP/MTS/ SMPLB/

(6)

vi

DAFTAR BAGAN

(7)

vii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram: 4.1. Konstribusi Pembelajaran PKn terhadap Pembangunan Karakter ...……… 152 Diagram: 4.2. Konstribusi Proses Habituasi terhadap Pembangunan Karakter.. 171 Diagram : 4.3. Konstribusi Pembelajaran PKn dan Proses Habituasi terhadap

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar : 2.1.Keterkaitan Nilai-Nilai Moral dengan Pembentukan Karakter .... 68

Gambar: 2.2. Keterpaduan Karakter Individu ... 69

Gambar: 2.3. Keterpaduan Karakter Baik ... 73

Gambar: 2.4. Skema Metode Pendidikan Karakter ………. 81

Gambar : 2.5.Pendidikan Konprehensif Pembentukan Karakter Individu ... 86

Gambar : 3.1. Prosedur Penelitian ... 95

Gambar : 3.2.Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 123

Gambar: 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Bangka ... 126

Gambar: 4. 2. Skema Metode Pendidikan Karakter ……….. 190

Gambar: 4.3. Pola Pembangunan Karakter Melalui Proses Habituasi... 191

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 220

Lampiran 2: Angket Penelitian yang Diuji Coba... 231

Lampiran 3: Hasil Uji Coba Instrumen ... 239

Lampiran 4: Angket Penelitian ... 240

Lampiran 5: Data Mentah Hasil Penelitian ... 260

Lampiran 6: Data Ordinal Menjadi Data Interval ... 314

Lampiran 7: Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 320

Lampiran 8: Analisis Deskriptif ... 322

Lampiran 9: Analisis Korelasi dan Regresi ... 327

Lampiran 10: Laporan Hasil Wawancara ... 335

(10)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membangun karakter bangsa (nation-character building) merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga dan memelihara eksistensi suatu bangsa dan negara, maka tidak mengherankan jika di awal kemerdekaan, Presiden Republik Indonesia pertama Soekarno, telah menekankan prinsip berdaulat dalam politik, berdiri di kaki sendiri (Berdikari) dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan (Fathah, 2008:3). Namun hingga kini karakter warga negara belum menunjukkan karakter yang baik, seperti terlihat dari banyaknya perilaku warga negara yang menyimpang dari nilai-nilai, moral, dan norma yang berlaku.

Budimansyah (2009), dalam pidato pengukuhan sebagai Guru Besar FPIPS menyatakan bahwa: Secara historis dan sosio-kultural pembangunan bangsa dan pembangunan karakter (nation and character building) merupakan komitmen nasional yang telah lama tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Seperti yang tercermin dalam berbagai dokumen sejarah politik dan ketatanegaraan, sehingga pada mulanya bangsa

(11)
(12)

individu dalam dunia pendidikan, mulai dari siswa yang mencontek, menjiplak hasil karya orang lain tanpa menyertakan sumber, mencari- cari alasan untuk lari dari tanggung jawab atas tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru (Koesoema, 2009:183).

(13)

Lembaga pendidikan formal merupakan wadah yang paling berperan dalam membangun karakter siswa, untuk itu dalam lembaga pendidikan formal perlu menekankan pentingnya pendidikan nilai dan moral, yang berlandaskan pada teori perkembangan nilai dan moral. Piaget dan Kohlberg adalah dua tokoh yang berpengaruh dalam teori perkembangan moral. Dalam Winataputra dan Budimansyah (2007: 172-173) dijelaskan bahwa Piaget telah melakukan penelitian selama 40 tahun untuk meneliti perkembangan struktur kognitif (cognotive structure) anak dan kajian moral (moral judgment) anak yang hasil studinya menyimpulkan ada dua tingkat perkembangan moral pada anak usia 6 – 12 tahun, yakni heteronomi dan autonomi. Pada tingkat heteronomi, segala aturan dipandang oleh anak sebagai hal yang datang dari luar (bersifat eksternal) dan dianggap sakral karena merupakan hasil pemikiran orang dewasa. Sedangkan pada tingkatan autonomi anak mulai menyadari adanya kebebasan untuk tidak sepenuhnya menerima aturan itu sebagai hal yang datang dari luar dirinya, sehingga pada tahap ini anak memiliki kemampuan untuk mengkritisi aturan dan memilih aturan yang tepat atas dasar kesepakatan dan kerjasama dengan lingkungannya. Berdasarkan teori Piaget ini maka pendidikan nilai dititikberatkan pada pengembangan perilaku moral yang dilandasi oleh penalaran moral yang dicapai dalam konteks kehidupan masyarakat.

(14)

melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti keadilan, hak, persamaan, dan kesejahteraan manusia. Dari penelitiannya, Kohlberg merumuskan adanya tiga tingkat perkembangan moral, yaitu: (1)

praconvensional; (2) convensional; dan (3) postconvensional.

(15)

pembangun dan pembina jejaring; (6) berhasrat dengan perubahan; (8) produktif; (9) sadar mutu; (10) berorientasi global; (11) pembelajaran sepanjang hayat (Budimansya dan Suryadi, 2008: 21-22).

Dalam lembaga pendidikan formal, mata pelajara Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam membangun karakter siswa. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan pasal 37 ayat (1) UU no 20 tahun 2003 menyatakan bahwa ‘Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air’. Demikian juga dengan pendapat Djahiri (2006:9) yang mengemukakan bahwa “PKn merupakan program pendidikan/ pembelajaran yang secara programatik-prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan peserta didik/ siswa (diri dan kehidupannya) supaya menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/yuridis konstitusional bangsa/ negara yang bersangkutan”. Sejalan dengan itu, Koesoema (2010:204) menyatakan bahwa:

Pendidikan karakter lebih dekat maknanya dengan pendidikan kewarganegaraan, sebab pendidikan karakter berurusan bukan hanya dengan pembangunan nilai-nilai moral dalam diri individu, melainkan juga memperhatikan corak rasional antraindividu dalam relasinya dengan struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Untuk itu pendidikan karakter tidak bisa lepas dari semangat untuk mendidik setiap warga negara secara politis, sehingga pendidikan kewarganegaraan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan pendidikan karakter.

(16)

merupakan wahana pembangunan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Saat ini Pendidikan Kewarganegaraan sudah menjadi bagian inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”. Konfigurasi atau kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut:

Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content-embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. (Budimansyah, 2008:180; Winataputra dan Budimansyah,2007:86 ).

(17)

sebagaimana seharusnya. Beberapa indikasi empirik yang menunjukkan salah arah tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Pertama, proses pembelajaran dan penilaian dalam PKn lebih menekankan pada dampak instruksional (instructional effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content mastery) atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitifnya saja. Sedangkan pembangunan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotorik) dan pemerolehan dampak pengiring (nurturant effects) sebagai “hidden curriculum” belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Kedua, pengelolaan kelas belum mampu menyiptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa/mahasiswa melalui perlibatannya secara proaktif dan interaktif baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas (intra dan ekstra kurikuler) sehingga berakibat pada miskinnya pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku siswa/mahasiswa. Ketiga, pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sebagai wahana sisio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience” juga belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam berkehidupan yang demokratis dan sadar hukum. (Winaputra dan Budimansyah, 2007:118-120).

(18)

ujian dengan soal-soal pilihan ganda (multiple choise) yang hasilnya menjadi kemampuan ukuran siswa. Senada dengan itu, Al Muchtar (2009) juga menyatakan bahwa kelemahan pembelajaran PKn selama ini yaitu: kegiatan berpusat pada guru (teacher center), orientasi pada hasil lebih kuat, kurang menekankan pada proses, posisi siswa dalam kondisi pasif siap menerima pelajaran, pengetahuan lebih kuat daripada sikap dan keterampilan, berpikir kognitif rendah, Penggunaan metode terbatas, situasi pembelajaran tidak menyenangkan, satu arah- indoktrinasi. Dengan kondisi seperti ini, maka harapan untuk membetuk warga negara yang berkarakter baik masih akan sulit terwujud. Untuk itu, Suryadi (2009:12-13), menyarankan bahwa dalam menyusun kurikulum dan pembelajaran PKn di sekolah harus menekankan pada empat prinsip utama, yaitu; (1) bukan indokrinasi politik, sebaiknya tidak menjadi alat indoktrinasi politik dari pemerintahan yang berkuasa; (2) PKn mengembangkan

(19)

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(20)

Senada dengan itu, Kardiman (2009: 158-159) menyatakan bahwa Pendidikan Karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga siswa menjadi paham (domain kognitif), tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan mau melakukannya (domain psikomotor).

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka perlunya sinergi yang saling mendukung antara pembelajaran PKn yang mengajarkan nilai, norma dan moral di ruang kelas dan proses habituasi atau kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sebagai faktor yang menentukan pembangunan karater bagi siswa. Untuk itu penulis memandang perlunya meneliti pengaruh pembelajaran PKn dan proses habituasi sebagai faktor determinan pembangunan karakter siswa. Dengan demikian penulis menyusun tesis ini dengan judul Pengaruh Pembelajaran PKn dan Proses Habituasi terhadap Pembangunan Karakter Siswa (Studi Deskriptif Analitis Pada SMP Negeri di Kabupaten Bangka).

B. Rumusan Masalah

(21)

Untuk lebih memfokuskan penelitian yang dilakukan ini, penulis merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pembangunan karakter siswa?

2. Apakah ada pengaruh proses habituasi terhadap pembangunan karakter siswa?

3. Apakah ada pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan proses habituasi terhadap pembangunan karakter siswa?

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen). Variabel independen adalah pembelajaran PKn dan proses habituasi di lingkungan sekolah, sedangkan variabel dependen adalah pembangunan karakter pada siswa. Selanjutnya paradigma penelitian digambarkan sebagai berikut:

Keterangan: X1 = Pembelajaran PKn X2 = Proses habituasi Y = Karakter siswa

Bagan 1.1. Hubungan Antarvariabel

X

1

Y

(22)

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran yang terdapat dalam penelitian ini berikut ini disampaikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ( sebagai variabel X1)

Pembelajaran PKn dimaksudkan sebagai proses pembelajaran PKn yang melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik yang didalamnya dioperasionalisasikan berbagai komponen pembelajaran yang meliputi; (1) materi; (2) metode; (3) media; (4) sumber belajar; dan (5) evaluasi pembelajaran.

2. Proses habituasi (sebagai variabel X2)

Proses habituasi dimaksudkan sebagai bentuk pembiasaan yang dilakukan di lingkungan sekolah dalam bentuk kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang menanamkan nilai-nilai sebagai berikut: (a) nilai-nilai perilaku manusia terhadap Tuhan; (b) nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri; (c) nilai-nilai perilaku manusia terhadap sesama; (d) nilai-nilai-nilai-nilai perilaku manusia terhadap lingkungan; dan (e) nilai-nilai kebangsaan.

3. Pembangunan Karakter Siswa ( sebagai variabel Y)

Pembangunan karakter siswa dimaksudkan sebagai upaya membangun nilai kejujuran, kebersihan, kepedulian, dan kebangsaan dengan mengacu pada karakter baik (good character) siswa. Menurut Lickona bahwa karakter baik (good character) memiliki tiga unsur yakni; moral knowing (pengetahuan moral),

(23)

Moral knowing meliputi: (a) Kesadaran moral (moral awareness); (b) Wawasan nilai moral (knowing moral values); (c) Kemampuan mengambil pandangan orang lain (perspective taking); (d) Penalaran Moral (moral reasoning); (e)Mengambil keputusan (decision making); dan (f)Pemahaman diri sendiri (self knowledge). Moral feeling meliputi: (a) Kata hati atau nurani (conscience); (b) Harapan diri sendiri (self- esteem); (c) Merasakan diri orang lain (emphaty); (d) Mencintai kebaikan (loving the good); (e) Kontrol diri ( self-control); dan (f) Merasakan diri sendiri (humility). Moral Action meliputi: (a) kompetensi (competence); (b) keinginan (will), (c) kebiasaan (habit).

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan proses habituasi terhadap pembangunan karater siswa. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pembangunan karakter siswa.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh proses habituasi terhadap pembangunan karakter siswa.

(24)

E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data konseptual dan gambaran mengenai pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran PKn dan proses habituasi yang berlangsung di sekolah yang dapat membangun karakter siswa di SMP Negeri Kabupaten Bangka.

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara teoritik (keilmuan) maupun secara praktis (empirik) di lapangan. Secara teoritik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian terhadap pengembangan Pendidikan kewarganegaraan, sehingga memperkuat landasan keilmuan PKn terutama dalam upaya membangun karakter siswa. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak yang diuraikan berikut ini:

1. Bagi guru:

a. Terutama guru mata pelajaran PKn: Agar mampu menelaah secara praktis perlunya implementasi pembelajaran PKn yang tepat dan memberikan pemahaman tentang pentingnya proses habituasi di sekolah dalam menunjang pembangunan karakter siswa.

(25)

2. Bagi pihak lain:

a. Warga masyarakat pada umumnya: Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan kesadaran warga negara akan pentingnya pembiasaan dalam melakukan perbuatan baik sehingga dapat membangun karakter siswa.

b. Institusi Pemerintah: Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi yang dapat mempertegas pentingnya habituasi dalam bentuk keteladanan dari pejabat pemerintah yang dapat menjadi contoh pembangunan karakter siswa.

c. Pemerhati Pendidikan: Penelitian ini dapat dijadikan bahan pengkajian yang lebih komprehensif dalam mengembangkan pendidikan karakter sehingga pembangunan karater baik pada siswa dapat segera terwujud. E. Asumsi Penelitian

(26)

terhadap lingkungan; dan (5) nilai-nilai kebangsaan, dapat menunjang pembanguan karakter siswa.

G. Hipotesis Penelitian

Bertolak dari asumsi tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis mayor penelitian sebagai berikut: “pembelajaran PKn dan proses habituasi berpengaruh terhadap pembangunan karakter siswa”. Untuk lebih spesifik selanjutnya dirumuskan hipotesis minor sebagai berikut:

1. Pembelajaran PKn berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembanguan karakter siswa.

2. Proses Habituasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembanguan karakter siswa.

3. Pembelajaran PKn dan proses habituasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembanguan karakter siswa.

H. Metode Penelitian

(27)

kuantitatif menggunakan metode suvei, dengan teknik kuesioner untuk mengumpulkan data. Sedangkan dalam pendekatan kualitatif, menggunakan metode wawancara untuk mengetahui secara lebih mendalam pembelajaran PKn dan proses habituasi di SMP Negeri Kabupaten Bangka.

Untuk mendapatkan data primer, berupa data tentang variabel Pembelajaran PKn, proses habituasi, dan pembangunan karakter siswa, penulis menggunakan teknik kuesioner dengan instrumen angket skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, yaitu dengan (5) lima option yaitu; (1) selalu, (2) sering, (3) kadang-kadang (4) jarang, (5) tidak pernah. Jawaban yang tepat memperoleh bobot nilai lima (5), dan seterusnya memperoleh bobot nilai 4, 3,2, dan 1.

Hasil pengumpulan data akan dianalisis dengan metode deskriptif-analitis dengan menggunkan statistik inferensial, yaitu menganalisis data sampel yang hasilnya digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel itu diambil, untuk memberikan gambaran mengenai masing-masing variabel X1, X2, dan Y dengan pengelompokan rendah, sedang dan tinggi. Selain itu juga dianalisis dengan korelasi regresi ganda yang dilakukan untuk menguji hipotesis, yaitu pengaruh variabel X1 terhadap Y, X2 terhadap Y, dan X1, X2 terhadap Y.

I. Lokasi dan Sampel Penelitian

(28)

SMPN, Kecamatan Pemali 3 SMPN, Kecamatan Merawang 2 SMPN, Kecamatan Mendo barat 4 SMPN, Kecamatan Puding Besar 2 SMPN, Kecamatan Bakam 3 SMPN, Kecamatan Belinyu 4 SMPN, dan Kecamatan Riau Silip 3 SMPN.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Bangka yang mata pelajaran PKn diajar oleh guru yang berlatar belakang S1 PKn. Populasi tersebut dipilih dengan pertimbangan: (1) Siswa kelas VIII SMPN berada pada tahun kedua di SMP sehingga mereka sudah banyak menerima dan mengalami proses pembelajaran dan proses habituasi di sekolah. (2) Guru PKn yang berlatar belakang S1 PKn memiliki pemahaman tentang visi, misi, dan tujuan PKn serta strategi pembelajaran PKn. Dari data dokumentasi pada dinas Pendidikan Kabupaten Bangka jumlah siswa kelas VIII sebanyak 2.471 orang.

(29)

jumlah populasi sebanyak 1.100 dengan tingkat kesalahan 5% maka jumlah sampel adalah 265. Penentuan sampel sebanyak itu dilakukan secara acak dan proporsional (proportionalrandom sampling).

(30)

92 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu, pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan pola “the dominant-less dominant design” dari Creswell (1994:177). Bagian dominan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Cresswell (2008 : 46) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai berikut : Quantitative research is a type of educational research in which the researcher decides what to study: ask, specifics, narrow question; collects

quantifiable data from participant; analyzes theses number using statistics and

conduct the inquiry in an unbiased, objective manner.

(31)

Pendekatan kuantitatif yang digunakan ini menggunakan metode deskritif analitis, menurut Nazir, M (1988 : 63) bahwa : “Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian tentang kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kejadian pada masa sekarang.”. Metode deskriptif -analitis dalam penelitian dioperasionalisasikan dengan menggunkan statistik inferensial, yaitu menganalisis data sampel yang hasilnya digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel itu diambil (Sugiyono, 2009:14)

(32)

Langkah berikutnya dalam penelitian ini menggunakan paradigma tambahan (less dominant) dengan pendekatan kualitatitf untuk pendalaman. Pada tahap ini metode yang digunakan adalah wawancara. Pendapat yang membenarkan adanya penambahan melalui informasi pelengkap dengan wawancara ini dikemukakan oleh Kerlinger (2000:769) yang mengatakan:’... wawancara itu dapat digunakan sebagai penopang atau pelengkap metode lain, tindak lanjut dalam menghadapi hasil yang tak terduga/terharapkan, memvalidasikan metode-metode lain, menyelami lebih dalam motivasi responden serta alasan-alasan responden memberikan jawaban dengan cara tertentu’. Singarimbun dan Efendi (1995: 9) mengemukakan pendapat serupa bahwa: ‘penelitian kuantitatif yang menggunakan kuesioner yang disiapkan sebelumnya, kemudian diperkaya melalui wawancara maupun observasi kualitatif tersebut, maka gambaran tentang fenomena sosial yang disajikan dalam tabel menjadi semakin jelas, menarik dan lebih hidup nuansa-nuansa fenomena sosial yang ditampilkan’.

B. Prosedur Penelitian

Dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, disusun prosedur penelitian dengan sistematika tertentu sebagai berikut:

1. Perumusan problem statement.

2. Pengakajian dan pengembangan teori, yang mencakup teori pembelajaran PKn dan proses habutuasi serta teori karakter yang baik.

3. Perumusan tujuan dan hipotesis.

(33)

5. Pemilihan unit analisis penelitian, yaitu sejumlah SMP Negeri di Kabupaten Bangka yang guru PKn berlatar belakan S1 PKn. Kemudia dilanjutkan dengan pemilihan subyek/ responden penelitian yaitu siswa dari SMPN tersebut.

6. Pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara

7. Pengolahan data dengan cara melakukan verifikasi, analisis dan intrepertasi. 8. Perumusan temuan penelitian, kesimpulan dan rekomendasi.

Secara garis besar prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

PROSEDUR PENELITIAN

Gambar : 3.1. Prosedur Penelitian

Pengkajian, pengembagan

teori

Penyususnan Instrumen

Penyususnan hipotesis

Pemilihan unit analisis

data

Perumusan hasil Pengolahan

data Pengumpulan

data

(34)

C. Lokasi , Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi dan Populasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bangka, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dari data dokumentasi di dinas Pendidikan Kabupaten Bangka diketahui, terdapat 26 SMP Negeri yang tersebar di 8 Kecamatan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri kelas VIII di Kabupaten Bangka yang mata pelajaran PKn diajar oleh guru yang berlatar belakang Pendidikan Kewarganegaraan. Populasi tersebut dipilih karena memiliki karakteristik dengan tujuan penelitian, yaitu: (1) Guru PKn SMPN yang berlatar belakang Pendidikan Kewarganegaraan diasumsikan memiliki pemahaman tentang visi, misi, dan tujuan PKn serta strategi pembelajaran PKn (2) Siswa SMPN kelas VIII berada pada tahun kedua (tingkat II) di SMP sehingga mereka sudah banyak menerima dan mengalami proses pembelajaran dan proses habituasi di sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi di Dinas Pendidikan Kabupaten bangka diperoleh data bahwa pada tahun pelajaran 2010/2011 terdapat 26 SMPN, yang tersebar di 8 Kecamatan. jumlah guru PKn yang berlatar belakang PKn sebanyak 33 dan jumlah siswa kelas VIII sebanyak 2.488 siswa. 2. Sampel Penelitian

(35)

kedua; proportional random sampling. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Pertama Cluster sampling

Teknik ini dilakukan dengan cara membagi wilayah kabupaten Bangka menjadi dua wilayah, yaitu: (1) Kecamatan Induk yang terdiri atas 5 kecamatan dan (2) Kecamatan Pemekaran yang terdiri atas 3 kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini:

Tabel: 3.1. Persebaran Jumlah SMP Negeri Di Kabupaten Bangka

WILAYAH NAMA

Kecamatan Pemali SMP Negeri 1 SMP Negeri 2

(36)

SMP Negeri 2 SMP Negeri 3

Negeri JUMLAH 8 Kecamatan 26 SMP Negeri Sumber Data: Dinas Pendidikan Kab. Bangka

Dari masing-masing wilayah tesebut ditetapkan 5 kecamatan yang dijadikan sampel, tiga kecamatan dari wilayah kecamatan induk, yaitu; Kecamatan Sungailiat, Kecamatan Merawang dan Kecamatan Mendo Barat. Dan 2 kecamatan dari wilayah kecamatan pemekaran, yaitu kecamatan Pemali dan Riau Silip.

Dari 5 kecamatan yang terpilih, terdapat 17 SMP Negeri yang gurunya berlatar belakang S-1 PKn. Dari 17 SMP Negeri tersebut dipilih 9 sekolah untuk dijadikan lokasi penelitian dengan pertimbangan letak lokasi sekolah yaitu di ibu kota kecamatan dan di luar ibu kota kecamatan. Dari 9 sekolah tersebut, jumlah siswa sebanyak 1.119 orang, dan sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 265 orang. Keputusan penentuan jumlah sampel tersebut didasarkan atas tabel penentuan jumlah sampel yang dikembangkan dari Isaac dan Michael dalam Sugiyono (2009:128). Bahwa jika jumlah populasi sebanyak 1.100 dengan tingkat kesalahan 5% maka jumlah sampel adalah 265. Penentuan sampel sebanyak itu dilakukan secara acak (random).

b. Tahap Kedua: Proportional Random Sampling

(37)

Tabel: 3.2. Distribusi Penarikan Sampel

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Setiap terminologi memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan dalam lapangan studi yang berbeda. Oleh karena itu, untuk memperjelas konsep dari variabel yang diteliti, sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda, maka perlu dirumuskan operasionalisasi variabel sebagai berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ( sebagai variabel X1)

(38)

Untuk itu yang dimaksud Pembelajaran PKn dalam tesis ini adalah proses belajar mengajar mata pelajaran PKn yang melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik yang didalamnya dioperasionalisasikan berbagai aspek atau dimensi yang meliputi; (1) materi; (2) metode; (3) media; (4) sumber belajar; dan (5) evaluasi pembelajaran. Selanjutnya aspek-aspek tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator sebagai berikut:

(39)

dikembangkan menjadi beberapa indikator yaitu: Kesesuaian evaluasi dengan tujuan pembelajaran; Penggunaan waktu pelaksanaan evaluasi (evaluasi proses dan hasil); Penggunaan bentuk dan jenis evaluasi yang bervariasi; Adanya tindak lanjut dari pelaksanaan evaluasi.

2. Proses habituasi (sebagai variabel X2)

Menurut Budimansyah (2010:63) habituasi adalah proses menciptakan aneka situasi dan kondisi (persisten-life situation) yang berisi aneka ragam penguatan (reinforcment) yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, di rumah, di lingkungan masyarakatnya membasakan diri berprilaku sesuai nilai dan menjadikan perangkat nilai yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi melalui proses olah hati, olah pikir, olah raga dan olah rasa dan karasa itu sebagai karakter atau watak. Proses Habituasi yang dimaksud penulis dalam tesis ini adalah kembiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan di lingkungan sekolah dalam upaya menanamkan nilai ketuhanan, nilai pribadi, nilai sosial dan nilai kebangsaan guna membangun karakter baik siswa. Kebiasaan-kebiasaan baik tersebut meliputi lima dimensi sebagai berikut: (a) nilai-nilai perilaku manusia terhadap Tuhan; (b) nilai-nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri; (c) nilai-nilai perilaku manusia terhadap sesama; (d) nilai-nilai perilaku manusia terhadap lingkungan; dan (e) nilai-nilai kebangsaan. Selanjutnya dimensi tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator sebagai berikut:

(40)

perilaku manusia terhadap diri sendiri dikembangkan menjadi indikator: Kebiasaan berpenampilan dan berperilaku bersih, rapi, sehat, dan tertib; Kebiasaan mengembangkan potensi diri. Dimensi nilai perilaku manusia terhadap sesama manusia, dikembangkan menjadi indikator: Kebiasaan berperilaku baik terhadap teman; Kebiasaan berperilaku baik terhadap guru/TU dan semua orang.Dimensi nilai perilaku manusia terhadap lingkungan, dikembangkan menjadi indikator: Kebiasaan memelihara kebersihan dan keindahan lingkungan; Kebiasaan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan. Dimensi Nilai kebangsaan, dikembangkan menjadi indikator: Kebiasaan mengikuti dan melaksanakan upacara bendera serta peringatan hari-hari besar nasional.

3. Pembangunan Karakter ( sebagai variabel Y)

Pembangunan karakter siswa dimaksudkan sebagai upaya membangun nilai kejujuran, kebersihan, kepedulian, dan kebangsaan dengan mengacu pada karakter baik (good character) siswa. Dalam upaya membangun karakter diperlukan upaya sunggung-sungguh untuk membangun karakter individu. Karakter individu merupakan hasil keterpaduan dari olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa yang dapat diwujudkan dalam bentuk; jujur, cerdas, besih dan sehat, serta peduli dan kreatif. Sementara itu Filosof Yunani terkenal, yaitu Aristoteles, mendefinisikan Karakter yang baik sebagai ‘the life of right conduct- right conduct in the relation to other person and in relation to oneself’

(41)

(pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral action (perilaku moral). Masing-masing dimensi tersebut memiliki beberapa indikator sebagai berikut:

Dimensi Pengetahuan Moral (Moral knowing), dengan indikator: Kesadaran moral (moral awareness); Wawasan nilai moral (knowing moral values); Kemampuan mengambil pandangan orang lain (perspective taking);Penalaran Moral (moral reasoning);Mengambil keputusan (decision making); dan Pemahaman diri sendiri (self knowledge). Dimensi Pengetahuan Moral (Moral feeling) dengan indikator: Kata hati atau nurani (conscience); Harapan diri sendiri (self- esteem); Merasakan diri orang lain (emphaty); Mencintai kebaikan (loving the good); Kontrol diri (self-control); dan Merasakan diri sendiri (humility). Dimensi Tindakan moral (Moral Action) dengan indikator: kompetensi (competence); keinginan (will); kebiasaan (habit).

Untuk lebih jelasnya, operasinalisasi variabel dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel: 3.3. Operasionalisasi Variabel

VARIA-BEL DIMENSI INDIKATOR SKALA

(42)

Pembela-siswa

c.Penggunaan bentuk dan jenis evaluasi yang bervariasi d.Adanya tindak lanjut dari

(43)

Proses memperingati hari-hari besar agama

a.Kebiasaan berpenampilan dan berperilaku bersih, rapi, sehat, tertib, dan jujur.

b. Kebiasaan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan b. Wawasan nilai moral (knowing

moral values)

c. Kemampuan mengambil pandangan orang lain

(perspective taking), d. Penalaran Moral (moral

reasoning),

e. Mengambil keputusan (decision making),

f. Pemahaman diri sendiri (self knowledge

2.kesadaran Moral (Moral feeling)

a. Kata hati atau nurani (conscience).

b. Harapan diri sendiri (self- esteem),

(44)

(emphaty)

d. Mencintai kebaikan (loving the good),

e. Kontrol diri (self-control), f. Merasakan diri sendiri

(humility). 3.Perilaku

bermoral

(Moral Action)

a. kompetensi (competence).

b. Keinginan (will). c. Kebiasaan (habit),.

E. Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah: a) Angket

Teknik ini merupakan teknik utama untuk mendapatkan data primer, berupa data tentang variabel Pembelajaran PKn, proses habituasi, dan karakter siswa. Untuk mendapatkan data tersebut menggunakan angket skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, yaitu dengan 5 (lima) option; (1) selalu, (2) sering, (3) kadang-kadang (4) jarang, (5) tidak pernah. Jawaban yang tepat memperoleh bobot nilai lima (5), dan seterusnya memperoleh bobot nilai 4, 3, 2, dan 1. Penggunaan skala SSHA ini tidak menuntut siswa untuk menjawab soal dengan benar berdasarkan pengetahuannya, tetapi bagaimana siswa melakukan kebiasaan-kebiasaan aktivitas sehari-hari.

b) Wawancara

(45)

dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai atau responden (Kerlinger, 2000: dalam Supardan, 2004:159). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap guru PKn SMP Negeri di Kabupaten Bangka , yang tujuannya untuk mengungkap pandangan dan tanggapan pembelajaran PKn dan proses habituasi yang dapat membangun karakter siswa.

Jenis wawancara yang penulis gunakan adalah the general interview guide approach. Patton (Wiriaatmadja, 1992: 148-149) menyebutnya jenis wawancara ini merupakan wawancara umum dengan pendekatan terarah, yang merupakan jalan tengah antara jenis wawancara berstruktur dengan wawancara bebas. Wawancara berstruktur ataupun baku dengan mengurutan pertanyaan itu sedemikian rupa telah disusun sebelumnya secara cermat. Kalaupun ada sedikit ‘kebebasan’ untuk mengembangkan pertanyaan, kebebasan itu hanyalah sangat kecil. Berbeda dengan jenis wawancara ‘tidak berstruktur” atau sering disebut wawancara ‘bebas’. Tipe wawancara ini lebih luwes dan terbuka, biasanya hampir tidak menggunakan skedul yang tetap ataupun baku.

(46)

c) Observasi

Teknik ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai kehidupan sosial yang terjadi di sekolah diharapkan dapat melengkapi penjelasan dalam hasil penelitian.

2. Strategi Pengembangan Instrumen

Data yang digunakan dalam penelitian haruslah data yang diperoleh dari suatu instrumen pengukuran yang kredibel, dalam arti data harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Suatu instrumen memenuhi syarat validitas jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan realibilitas merujuk pada konsistensi, akurasi, dan stabiltas nilai dari hasil skala pengukuran tersebut.

Untuk mendapatkan instrumen yang memiliki tingkat validitas yang diharapkan, maka instrumen tersebut harus dikembangkan melalui prosedur sebagai berikut:

(47)

(lima) option; (1) selalu, (2) sering, (3) kadang-kadang, (4) jarang, (5) tidak pernah. Jawaban yang tepat memperoleh bobot nilai lima (5), dan seterusnya memperoleh bobot nilai 4, 3,2, dan 1. Selanjutnya instrumen tersebut diperkuat dengan konsultasi para ahli, yaitu dosen pembimbing tesis yang kualifikasi profesor dan doktor di bidangnya.

Disamping itu digunakan pula wawancara untuk memperkuat dan memperkaya analisis hasil penelitian dari angket. Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap 5 guru PKn SMP Negeri yang mewakili SMP yang dijadikan sampel penelitian.

(48)

ditetapkan sebesar 0,312. Jika koefisien korelasi kurang dari r tabel maka item dinyatakan tidak valid.

c. Melakukan pengujian realibilitas instrumen. Uji ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya dan sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan ukur (measurment error). Dengan demikian realibiltas adalah kepercayaan hasil suatu pengukuran yang konsisten bila dilakukan pada waktu yang berbeda terhadap responden, sehingga instrumen penelitian dianggap dapat dipercaya, handal, dan ajeg. Pengujian dilakukan dengan rumus Alpha Cronbach. Pengujian reliabel dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient sebagai rhitung yang dibandingkan dengan rtabel (0,312). Jika tertnyata r hitung lebih besar dari rtabel, maka dinyatakan reliabel. (Riduan & Sunarto, 2009: 353)

3. Hasil Uji coba Instrumen

Uji coba instrumen dilaksanakan di SMP Negeri 5 Sungailiat terhadap 40 orang siswa, dan hasilnya diolah dengan bantuan SPSS 17. Untuk mengetahui tingkat validitas item, dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item denga skor total item (r

(49)

valid ada 27 item, yaitu no: 31,32, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 42,43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,50, 51, 52, 53,54, 55, 56, 58, 59, 61, 62. Sedangkan yang tidak valid ada enam item, yaitu: 33,37,41, 57,60, 63. Dan hasil uji validitas terhadap variabel Y dapat disimpulkan bahwa jumlah item sebanyak 64, yang valid ada 56 item, yaitu nomor: 64,65, 66, 67, 68, 69, 71,72,73,74,75,76,77, 78, 79,80, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 92, 93, 94, 96, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106,107,108,109,110,111, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 127. Sedangkan yang tidak valid ada tujuh item, yaitu nomor: 70, 81, 91, 95, 97,112,126. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk uji realibilitas, pengujian reliabel dapat dilihat pada nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient, sebagai r hitung. Bila r hitung lebih besar dari r tabel (yang ditetapkan sebesar 0,312), maka dapat disimulkan bahwa angket tersebu reliabel. Berdasarkan hasil uji reliabilitas terhadap variabel X1, diperoleh data bahwa nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient, sebagai rhitung, yaitu sebasar 0,599. Bila dibandingkan dengan r tabel (0,312) tertnyata r hitung lebih besar dari r

tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel X1 tersebut reliabel.

(50)

tertnyata r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Y tersebut reliabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari lampiran. 4. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Dari uji validitas terhadap variabel X1, ada lima item yang tidak valid, yaitu pertanyaan nomor: 4, 12, 18, 24, dan 27. Pertanyaan tersebut selajutnya dianalisis sebagai berikut:

Tabel: 3.4. Hasil Analisis Uji Validitas Variabel X1

No.Item Rumusan Pertanyaan Analisis Keputusan

(51)

melakukan wawancara

Tabel: 3.5.Hasil Analisis Uji Validitas Variabel X2

No.Item Rumusan Pertanyaan Analisis Keputusan

33 Apakah ada kebiasaan mengkaji/ mendalami

36 Apakah ada kebiasaan merayakan hari besar

41 Apakah ada kebiasaan tertib ketika masuk

56 Apakah ada kebiasaan menjaga keamanan 60 Apakah ada kebiasaan

(52)

63 Apakah ada kebiasaan

Tabel: 3.6. Hasil Analisis Uji Validitas Variabel Y

No.Item Rumusan

Pertanyaan Analisis Keputusan

70 Apakah anda dalam saku atau tas jika anda ingin

95 Apakah harga diri Anda berkurang jika

(53)

112 Apakah anda mau

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa: untuk pertanyaan variabel X1,yang direvisi ada satu dan yang tidak digunakan ada lima pertanyaan, sehingga pada mulanya jumlah item ada 30 menjadi 25 item. Untuk variabel X2, pertanyaan yang tidak digunakan ada enam item sehingga jumlah pertanyaan pada mulanya ada 33 menjadi 27 item. Untuk variabel Y ada tujuh yang tidak digunakan, sehingga jumlah pertanyaan sebelumnya ada 64 item menjadi 57 item. Jumlah item yang digunakan dalam penelitian sebanyak 109 pertanyaan.

F. Teknik Analisis Data

Hasil pengumpulan data dengan instrumen yang sudah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas selanjutnya diolah dan dianalisis. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat apakah data tersebut memenuhi persyaratan untuk diuji dengan analisis dengan parametrik atau non parametrik, dilanjutkan pula dengan uji persyaratan regresi linier, dan kemudian pengujian hipotesis.

1. Persyaratan Penggunaan Statistik Parametrik

(54)

2003:184). Jika tidak memenuhi persyaratan tersebut maka pengolahan data menggunakan statistik non parametris.

a. Perubahan data dari ordinal ke interval. Data harus merupakan data interval, sedangkan instrumen penelitian menggunakan data ordinal, oleh karena itu perlu dilakukan perubahan data ordinal ke data interval dengan menggunakan rumus: 50+10((X-x)/SD) (Riduwan, 2008:143) perhitungan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel.

b. Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat sejumlah data yang diperoleh berdasarkan uji berdistribusi normal. Untuk menguji tingkat kenormalan dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogrov Smirnov Tes. Dalam melakukan pengujian normalitas distribusi populasi ini diajukan hipotesis sebagai berikut: (1) Ho: data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal; (2) Ha: Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: tolak Ho dan terima Ha jika nilai Asymp sig. (2-tailed) > dari alpha (α) yang ditetapkan sebesar 0,05.

Tabel:3.7. Hasil Pengujian Normalitas

Std. Deviation 10.717 11.515 23.062

Most Extreme Differences

Absolute .048 .074 .062

Positive .038 .035 .034

Negative -.048 -.074 -.062

Kolmogorov-Smirnov Z .773 1.210 1.011

Asymp. Sig. (2-tailed) .588 .107 .259

a. Test distribution is Normal.

(55)

Dari tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai Asymp sig. (2-tailed) variabel X dan Y, masing-masing sebagai berikut: X1 =0,588; X2 = 0,107; dan Y = 0,259. Dengan demikian bahwa seleuruh variabel memiliki nilai Asymp sig. (2-tailed) > 0,05. Untuk itu hasil pengujian menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini berarti data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

c. Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel yang diperoleh bervarians homogen atau tidak. Jika asumsi data sampel berasal dari populasi yang homogen ini tidak terpenuhi, maka hal ini menunjukkan bahwa ragam (

є

i) dari masing-masing sampel tidak sama. Apabila terjadi kecendrungan ragam nilai penelitian yang makin besar akibat dari nilai penelitian yang makin besar pula, maka menunjukkan bahwa populasi tersebut tidak bersifat homogen. Untuk melakukan pengujian homogenitas ini, digunakan uji Level Statistic. Untuk melakukan pengujian homogenitas varian ini, diajukan hipotesis sebagai berikut: (1) Ho : Data berasal dari populasi dengan variansi tidak homogen; (2) Ha: Data berasal dari populasi dengan variansi homogen. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: tolak Ho dan terima Ha jika nilai signifikansi Level Statistic < (α), yang ditetapkan sebesar 0,05. Dengan mengacu pada hasil pengujian homogenitas dengan Level Statistic, seperti tabel berikut ini:

Tabel: 3.8. Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Pembangunan Karakter

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.694 41 215 .009

(56)

Dari tabel tersebut tampak bahwa nilai sig. Sebesar 0,009 ini memperlihatkan bahwa variabel memiliki nilai sig. < 0,05. Dengan demikian pengujian menolak Ho dan menerima Ha, yang berarti data berasal dari populasi dengan varians homogen.

2. Teknik Analisis Deskriptif.

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variable penelitian dalam bentuk visualisasi berupa bagan atau table prosentase dari jawaban responden terhadap indikator permasalahan dengan menggunakan cara penentuan kelompok berdasarkan perbandingan nilai skor responden dengan nilai ideal. Adapun kriteria pengelompokan rendah, sedang, dan tinggi ditentukan dengan rentang sebagai berikut: kriteria rendah, rentang nilai kurang dari (< ) 27 %; kriteria sedang, rentang nilai antara 27 % - 73 %; dan kriteria tinggi, rentang nilai lebih dari (>) 73 %.Sedangkan statistic inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi. Selanjutnya dihitung distribusi frekuensi data variabel berdasarkan kriteria kelompok. Dari tabel distribusi frekuensi data tersebut dibuat tabel prosentasi berdasarkan kelompok kriteria data.

3. Analisis Korelasi

Uji hipotesis hubungan antara variabel penelitian dilakukan melalui uji korelasi sederhana (zero order), parsial, dan majemuk dengan teknik analisis

(57)

Korelasi Pearson dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ 1). Apabila nilai r = -1, artinya memiliki korelasi negatif sempurna; r = 0, artinya tidak ada korelasi; dan r = 1, artinya korelasi positif yang sempurna. Berikut ini interpretasi nilai r selengkapnya:

Tabel : 3.9. Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi (r)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,00 0,60 – 0,79 0,40 – 0,59 0,20 – 0,39 0,00 – 0,19

Sangat Kuat Kuat

Cukup Kuat Rendah

Sangat Rendah (Ridwan, 2008:136)

Sementara itu untuk melihat signifikansi hubungan antara variabel, dianalisis dengan menggunakan parameter: (1) jika probabilitas/nilai sig. (2-tailed) < α = 0,05, maka hubungan kedua variabel signivikan; (2) sebaliknya jika nilai sig. > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

4. Analisis Regresi Linier

a. Persyaratan Penggunaan Teknik Analisis Regresi Linier

(58)

menggunakan teknik analisis regresi linier ganda, yaitu: uji liniearitas garis regresi, uji multikolineritas, uji autokolerasi, dan uji heteroskedastisitas.

b. Hasil Pengujian Persyaratan Regresi Linier

Uji linearitas garis regresi, dengan menggunakan tabel Anova, dilakukan untuk mengambil keputusan model regresi yang akan digunakan. Dalam melakukan pengujian liniearitas garis regresi ini, diajukan hiotesis sebagai berikut: (1) Ho: Model regresi berbentuk tidak linier; (2) Ha : Model regresi berebentuk linier. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

- Jika nilai Sig. lebih besar atau sama dengan nilai α (alpha) atau (Sig. ≥ 0,05), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak linier.

- Jika nilai Sig. lebih kecil atau sama dengan nilai α (alpha =0,05) atau (Sig.≤ 0,05.), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya linier.

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel ANOVA tampak bahwa nilai Sig. Sebsar 0,000 seperti pada tabel berikut ini:

Tabel : 3.10. Linieritas variabel Y dengan variabel X

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 57643.186 2 28821.593 91.237 .000a

Residual 82765.592 262 315.899

Total 140408.777 264

a. Predictors: (Constant), PROSES HABITUASI, PEMBELAJARAN PKn

b. Dependent Variable: PEMBANGUNAN KARAKTER

(59)

berpola linier. Atau dengan kata lain bahwa hubungan antara variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X) berbentuk linier.

Uji multikolinearitas, dimaksudkan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lainnya. Sekaitan dengan ini, pendugaan adanya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mendeteksi adanya multikoliniearitas, bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu: besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Pedoman untuk menentukan model regresi bebas multikolinearitas adalah:

1) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1;

2) Mempunyai angka tolerance mendekati angka 1

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 17,diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel : 3.11. Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 84.324 11.849 7.117 .000

Pembelajaran PKn .268 .108 .124 2.469 .014 .887 1.127

Proses Habituasi 1.178 .101 .588 11.679 .000 .887 1.127

a. Dependent Variable: PEMBANGUNAN KARAKTER

Pada tabel 3.11. terlihat bahwa kedua variabel bebas tersebut, angka VIF ada disekitar angka 1 dan nilai tolerance juga mendekati angka 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut mengalami bebas multikolinearitas.

(60)

atau tidak. Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penaksiran memiliki varians tidak minimum, dan uji t tidak dapat digunakan karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Menditeksi autokorelasi dapat dilihat dari besaran Durbin-Waston. Secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut:

• Angka D-W di bawah -2 berarti autokorelasi positif.

• Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

• Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Berdasarkan pengolahan SPSS 17, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel : 3.12. Hasil Uji Autokorelasi Model Summary

Model

Change Statistics

Durbin-Watson

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .411 91.237 2 262 .000 1.896

Pada bagian model summary terlihat angka Durbin Waston sebesar +1,896 Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat masalah autokorelasi.

(61)

maupun di bawah sumbu Y hal ini bebarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel terikat (Y) berdasarkan masukan variabel bebasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar : 3.2.Hasil Uji Heteroskedastisitas

Keseluruhan hasil pengujian tersebut di atas memperlihatkan bukti yang signifikan tentang terpenuhinya persyaratan penggunaan regresi linier. Oleh karena itu dalam analisis regresi ganda dapat digunakan metode enter.

5. Analisis Konstribusi

(62)
(63)

207 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari semua hasil temuan penelitian sesuai dengan perumusan masalah, pertanyaan penelitian, dan hasil pengujian hipotesis. Kesimpulan ini terdiri atas kesimpulan umum dan kesimpulan khusus yang dipaparkan sebagai berikut:

1. Kesimpulan Umum

(64)

itu Pendidikan Kewarganegaraan harus ditempatkan sebagai suatu gerakan sosiokultural, sebagai pendidikan yang mampu membangun karakter bangsa.

Dalam upaya membangun karakter, bukan hanya tanggung jawab dunia pendidikan formal, apalagi menjadi tanggung jawab mata pelajaran PKn semata, tetapi merupakan tanggung jawab bagi semua pihak, sehinggga pembangunan karakter hendaknya dilakukan baik secara makro maupun secara mikro. Secara makro, pengembangan karakter dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan yang berlangsung dalam tiga pilar pendidikan, yaitu: dalam satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat, dan secara mikro, pembangunan karakter dilaksanakan melalui satuan pendidikan. Pembangunan karakter pada satuan pendidikan dibagi ke dalam empat pilar, yaitu kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra-kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.

(65)

harus menjadi proses habituasi di lingkungan sekolah, yaitu; (1) membiasakan nilai-nilai terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) membiasaan nilai-nilai terhadap diri sendiri; (3) membiasakan nilai terhadap sesama; (4) membiasaan nilai-nilai terhadap lingkungan; dan (5) membiasakan nilai-nilai-nilai-nilai kebangsaan.

Melalui pembangunan karakter diharapkan terbentuknya karakter-karakter siswa yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila, yaitu: Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa; Menjungjung Kemanusiaan Yang Adil dan beradab; Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa; Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum Dan Hak Asasi Manusia; Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan. Kesemuanya itu hendaknya bersumber dari: olah hati, olah pikir, olahraga/ kinestetik, olah rasa dan karsa.

2. Kesimpulan Khusus

Kesimpulan khusus ini merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan. Kesimpulan khusus tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Pembelajaran PKn berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter

siswa, Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan dengan mengorganisir komponen-komponen pembelajaran yang meliputi materi, metode, media, sumber belajar dan evaluasi pembelajaran akan berpengaruh terhadap pembangunan karakter siswa, yaitu siswa yang memiliki sikap jujur, peduli terhadap orang lain, mencintai keberishan, dan memiliki nilai-nilai kebangsaan.

(66)

yaitu; (1) nilai-nilai terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) nilai-nilai terhadap diri sendiri, (3) nilai-nilai terhadap sesama, (4) nilai-nilai terhadap lingkungan, dan (5) nilai-nilai kebangsaan akan mencerminkan pola perilaku siswa yang memiliki karakter yang baik sehingga pembiasaan tersebut harus selalu ditingkatkan yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan program pengembangan diri di sekolah.

c. Pembelajaran PKn dan proses habituasi secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap pembangunan karakter siswa. Pengaruh tersebut disebabkan karena selain adanya pembelajaran PKn juga adanya pendidikan karakter dalam konteks mikro melalui program pengembangan diri, sehingga pembangunan karater dapat diwujudkan melalui pengetahuan moral (moral knowing), kesadaran moral (moral feeling) dan tindakan moral (moral action).

Dengan demikian hipotesis yang diajukan, yaitu “pembelajaran PKn dan proses habituasi dapat berpengaruh terhadap pembangunan karakter siswa” dapat diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PKn dan proses habituasi berpengaruh terhadap pembangunan karakter siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan-temuan dan kesimpulan penelitian, penulis merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

(67)

pembelajaran PKn hendaknya selalu ditingkatkan, baik materi, metode, media, sumber belajar, maupun evaluasi pembelajaran sehingga mampu memberikan konstribusi yang lebih optimal terhadap pembangunan karakter siswa. Untuk itu pembelajaran PKn hendaknya: (1) Menciptakan suasana belajar yang menuntut partisipasi dan keaktifan siswa dalam belajar; (2) Menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif sehingga siswa dapat belajar dalam suasana nyaman, aman, penuh penghargaan, dan bersemangat; (3) Memberikan model (contoh) perilaku positif, seperti adanya teladan, perilaku penuh perhatian dan penuh penghargaan dari guru dalam interkasinya dengan siswa; (4) Menciptakan peluang bagi siswa dalam membuat keputusan dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku.

(68)

(2) Nilai-Nilai Perilaku terhadap diri sendiri, hal ini perlu ditanamkan kepada siswa melalui pembiasaan: berpenampilan bersih dan rapi, berperilaku tertib, mengerjakan tugas individu secara mandiri, mengembangkan potensi diri, serta tekad dalam mengembangkan diri; (3) Nilai-Nilai Perilaku terhadap sesama, hal ini perlu ditanamkan kepada siswa melalui pembiasaan: mengucapkan sapa/ salam ketika berjumpa dengan teman/guru, mengucapkan permisi/ salam ketika hendak masuk atau meninggalkan ruangan, saling mendoakan ketika teman/ guru sedang sakit, meringankan beban orang lain yang ditimpa musibah, menghormati pendapat orang lain; (4) Nilai-Nilai Perilaku terhadap Lingkungan, hal ini perlu ditanamkan kepada siswa melalu pembiasaan: membuang sampah pada tempatnya, melaksanakan tugas piket, memelihara taman, mengadakan penghijauan, kesadaran memelihara kebersihan lingkungan; (5) Nilai-nilai Kebangsaan, nilai ini dapat ditamankan melalui kebiasaan antara lain: mengikuti/ melaksanakan upacara bendera secara hikmat, melaksanakan kegiatan yang menggugah semangat nasionalisme; menghormati simbol-simbol kenegaraan, mengikuti peringatan hari-hari besar nasional, menampilkan sikap cinta tanah air.

(69)

Selanjutnya, sekolah dapat mengisi pendidikan karakter yang terpadu dengan sistem pengelolaan sekolah itu sendiri. Artinya, sekolah hendaknya merencanakan pendidikan (program dan kegiatan) yang menanamkan nilai-nilai karakter, melaksanakan program dan kegiatan yang berkarakter, dan juga melakukan pengendalian mutu sekolah secara berkarakter. Selain itu, hendaknya menciptakan suasana lingkungan yang yang kondusif bagi terbentuknya karakter anak, serta memberikan keteladanan yang baik kepada anak.

(70)
(71)

212

Adler, J.M. (2009). Program Paedia: Silabus dan Pendidikan Humanistik. Diterjemahkan dari The Paedia Program : An Educational System. Jakarta: PT Indonesia Publishing.

Apple, M.W, and James, A.B. (1995). “The Case of Democratic School”, dalam

Democratic School. Virginia : ASCD, Alexandria

Asshiddiqie, J. (2005). Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi : Serpihan Pemikiran Hukum, Media dan Hak Asasi Manusia. Jakarta : Konstitusi Press.

... (2009). Menuju Negara Hukum Yang Demokratis. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Azra, A. (2002). Paradigma Baru Pendidikan NAsional : Rekonsiliasi dan Demokratisasi. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.

Bahmueller, C.F. (1996). The Future of Democracy and Education for Teaching in Elemntary Social Studies. New Jersey : Englewood Cliffs.

Bogdan, R.C & Biklen, S.K. (1990). Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar ke Teori dan Metode. Alih bahasa oleh Munandir dari judul Qualitative Research for Education: An introduction to Theory and Methods. Jakarta: PAU PPAI Universitas Terbuka.

Budiardjo, M. (1989). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia.

Budimansyah, D. dan Suryadi, K. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung : Prodi PKn SPs UPI.

--- (2007). Model Pembelajaran Berbasis Portofolio : Mata Pelajaran PKn. Bandung : PT Genesindo.

Branson, M.S. (1998). The Role of Civic Education. Calabasas : CCE.

CICED. (1999). Democratic Citizenship in a Civic Society :Report of The Conference on Civic Education for Civic Society. Bandung : CICED. Cogan, J.J. dan Derricott, R. (1998). Citizenship For 21st Century ; An

(72)

Bandung : CICED.

Creswell, J.W. (1994). Research Design Qualitative & Quantitative Approach. London: Publications.

Djahiri, A.K. (2006). “Esensi Pendidikan Nilai Moral dan PKn di Era Globalisasi”, dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab. PKn FPIPS UPI.

Faisal, S. (2008). Format-format Penelitian Sosial (Dasar-dasar dan Aplikasi). Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Fachrudin, F. (2006). Agama dan Pendidikan Demokrasi : Pengalaman Muhammadiyah dan NU. Jakarta : PT Alvabet.

Gadjong, A.A. (2007). Pemerintahan Daerah : Kajian Politik dan Hukum. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Gaffar, A. (2006). Politik Indonesia : Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hornby, A. S., Gatenby, E. V. dan Wakefield, H. (1962) The Advanced Learner’s Dictionary of Current English, London : Oxford University Press.

Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. (1990). Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Lane, J.E. dan Errsson, S. (2003). Democracy : A Comparative Approach. London: Routledge.

Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publications.

Mahfud, M.D. (2003). Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.

Miles, M.B. dan Huberman, A.M. (2007). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Gambar

Tabel : 4.13. Hasil Uji koefisien ………………………………………………. 149
Gambar : 2.1.Keterkaitan Nilai-Nilai Moral dengan Pembentukan Karakter .... 68
tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel X1 tersebut reliabel.
tabel distribusi frekuensi data tersebut dibuat tabel prosentasi berdasarkan
+6

Referensi

Dokumen terkait

-The Word Structure (morph, morpheme, allomorph, root, base, stem). -Labelling the word class. -Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kata, kelas kata, dan struktur

Tak jauh berbeda dengan karya ketiga, karya keempat juga membahas tentang keharusan manusia dalam menjalani kehidupannya. Simbol- simbol yang digunakan masih tetap

PENGARUH METODE MENGAJAR DAN MOTOR ABILITY TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LAY-UP SHOOT BOLABASKET.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran yang mendidik dan BK yang memandirikan bagi anak berbakat. dalam konteks towards inclusive

Berbagai aktivitas manusia yang berlangsung di sungai Sibiru-biru, Kecamatan Sibiru-biru, seperti penambangan batu sungai, pemukiman, pariwisata, dan persawahan

Bagian Disertasi ini, telah di presentasikan dan dimuat dalam proceeding kegiatan ilmiah seperti: (1) Education &amp; Human Resource Development Postgraduate

Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pelajaran Ipa Tentang Sifat- Sifat Cahaya Dengan Penerapan Metode Eksperimen. (PenelitianTindakanKelas di Kelas V SD Negeri

[r]