DAFTAR ISI
ABSTRAK……… i
HALAMAN PERNYATAAN... UCAPAN TERIMA KASIH ... KATA PENGANTAR………. ii iii vii DAFTAR ISI……… viii
DAFTAR TABEL……… x
DAFTAR GAMBAR……… xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian...………...…..……. 1
B.Rumusan Masalah.………...…..……. 8
C.Tujuan Penelitian ...………...…...…... 9
D.Manfaat Penelitian... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori... 11
1. Pembelajaran…...………... 11
2. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction)... 15
3. Metode Pemecahan Masalah...……….………... 26
4. Motivasi Belajar.………..…... 29
5. Hasil Belajar... 33
6. Pembelajaran IPS...……….………..….. 35
B. Penelitian Terdahulu.……….………..….. 37
C. Kerangka pemikiran..………..….. 38
D. Hipotesis Penelitian ...……….…… 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian...……….……....…. 43
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian...…..…... 43
2. Desain Penelitian... 44
C. Operasional Variable...……..…... 45
D.Teknik pengumpulan Data....………....……….….. 46
E. Uji Alat Tes Penelitian... 48
F. Rancangan Analisis Data dan Hipotesis...…….……..….… 55
1. Uji Normalitas Data... 55
2. Uji Homogenitas Data... 55
3. Uji Hipotesis... 56
4. Perhitungan Gain... 56
G. Prosedur Penelitian...………... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian...………...….………... 61
B. Hasil Penelitian...………...……….. 63
C. Analisis Hasil Penelitian...………...…….… 76
1. Motivasi belajar... 76
2. Hasil Belajar... 105
D. Pembahasan... 116
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………... 136
B. Rekomendasi………... 138
DAFTAR PUSTAKA………... 140 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Hal.
3.1 Desain Penelitian……….. 44
3.2 Operasional Variabel... 45
3.3 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar...………... 49
3.4 Hasil Uji Validitas Hasil Belajar.………... 51
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa...……….. 52
3.6 Hasil Uji Reliabilitas Hasil Belajar Siswa...………. 53
3.7 Klasifikasi Daya Pembeda...……….. 53
3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal...……….... 54
3.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda...……….. 54
3.10 Kategori Tingkat gain... 57
4.1 Persebaran Siswa SMP Negeri 49 Bandung...………. 62
4.2 Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar Siswa ... 77
4.3 Hasil Uji Homogenitas Motivasi Belajar Siswa ... 78
4.4 Motivasi Belajar Siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan ... 80
4.5 Hasil Uji Wilcoxon Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan... 80
4.6 Motivasi Belajar Siswa Sesudah Pembelajaran Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 82
4.7 Hasil Uji Wilcoxon Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 83
Perlakuan... 85
4.9 Hasil Uji Mann-Whitneyy Motivasi Belajar Siswa Sesudah Perlakuan antara kelas yang mendapat perlakuan dengan kelas yang
tidak mendapat perlakuan...……….. 86
4.10 Analisis Gain Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat
Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 88
4.11 Hasil Uji Mann-Whitney Gain Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat
Perlakuan... 89
4.12 Gain Ternormalisasi Motivasi Belajar Siswa Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat
Perlakuan... 90
4.13 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Attention Di Kelas Yang Mendapat
Perlakuan......…...
92
4.14 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Attention
di Kelas yang Mendapat perlakuan...……… 93
4.15 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Relevance di Kelas yang
Mendapat Perlakuan... 93
4.16 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator
Relevance di kelas yang Mendapat Perlakuan... 94
4.17 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Confidence di Kelas Yang
Mendapat Perlakuan......…... 94
4.18 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indkator
Confidence.di Kelas yang Mendapat perlakuan...... 95
4.19
4.20
4.21
Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Satisfaction. di kelas yang Mendapat Perlakuan...
Hasil Uji Wilcoxon terdapat perbedaan Nilai Rata-Rata Indikator
Satisfaction Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan...
Gain Ternormalisasi Motivasi Belajar Siswa Per Indikator Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan...
96
96
97
4.23
4.24
Tidak Mendapat Perlakuan ...
Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Attention
Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan...
Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Relevance Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan...
98
99
100
4.25 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator
Relevance Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 100
4.26 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Confidence Di Kelas Yang
Tidak Mendapat Perlakuan... 101
4.27 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator
Confidence Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 102
4.28 Peningkatan Nilai Rat-Rata Indikator Satisfaction Di Kelas Yang
Tidak Mendapat Perlakuan... 102
4.29 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator
Satisfaction Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 103
4.30 Gain Ternormalisasi Motivasi Belajar Siswa Di Kleas Yang Tidak
Mendapat Perlakuan... 104
4.31 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 105
4.32 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa ... 106
4.33 Hasil Belajar Siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas
Mendapat Perlakuan... 107
4.34 Hasil Uji Wilcoxon Hasil Belajar Siswa sesudah perlakuan Di Kelas
Yang Mendapat Perlakuan... 108
4.35 Hasil Belajar Siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang
Tidak Mendapat Perlakuan... 109
4.36 Hasil Uji Wilcoxon Hasil Belajar Siswa sebelum dan Sesudah
Perlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 110
4.37 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat
4.38 Hasil Uji Mann-Whitney Hasil Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak
Mendapat Perlakuan... 112
4.39 Peningkatan (Gain) Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat
Perlakuan... 113
4.40 Hasil Uji Mann-Whitney Peningkatan (Gain) Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak
Mendapat Perlakuan... 114
4.41 Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan..
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1 Model ARCS………...…... 16
2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian………... 38
3.1 Alur Kegiatan Penelitian………... 60
4.1 Grafik Perbedaan Nilai Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Mendapatkan Perlakuan ...…. 81
4.2 Grafik Perbedaan Nilai Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Sebelum Dan Sesudah Prlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapatkan Perlakuan... 84
4.3 Grafik Perbedaan Nilai Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 87
4.4 Grafik Peningkatan (Gain) Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 89
4.5 Grafik Peningkatan (Gain) Motivasi Belajar Siswa Per Indikator di
Kelas yang Mendapat Perlakuan...………. 98
4.6 Grafik Peningkatan (Gain) Motivasi Belajar Siswa Per Indikator diKelas yang Tidak Mendapat Perlakuan... 104
4.7 Grafik Perbedaan Hasil Belajar siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan di Kelas yang Mendapat Perlakuan...…… 108
4.8 Grafik Perbedaan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 110
4.9 Grafik Perbedaan Hasil Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 112
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Lembar Observasi Aktivitas Guru 144
2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa 146
3 Pedoman wawancara Guru 147
4 Pedoman Wawancara Siswa 148
5 Hasil uji Validitas dan Reliabilitas 149
6 Hasil Uji daya Beda 153
7 Hasil Uji Tingkat kesukaran 154
8 Hasil Tes Motivasi Belajar Sebelum Perlakuan 155
9 Hasil Tes Motivasi Belajar Sesudah Perlakuan 157
10 Tes Hasil Belajar Siswa Sebelum Perlakuan 159
11 Tes Hasil Belajar Siswa Setelah Perlakuan. 161
Foto Penelitian
Surat-surat Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup
peserta didik secara optimal dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia yang
berperadaban dan bermartabat serta mampu bersaing dipercaturan dunia
internasional dalam era globalisasi. Perlu kesadaran bersama bahwa peningkatan
mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumber daya
manusia. Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi anak didik agar
berani dan mampu menghadapi segala permasalahan tanpa rasa tertekan, mau dan
mampu serta senang mengembangkan diri menjadi manusia yang unggul.
Pendidikan juga diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk memelihara
dirinya, meningkatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, lingkungannya
dan masyarakat.
Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, ditunjukkan dengan hasil laporan dan
survey beberapa lembaga. Data Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar)
menyebutkan bahwa Ujian Nasional (UN) SMP di Jawa Barat menurun dari 31,19
pada Tahun 2009 menjadi 29,34 Tahun 2010 atau menurun sebesar 1,85 %
(BAPPENAS, 2010).
Berdasarkan data BAPPENAS bahwa partisipasi pendidikan pada jenjang
sasaran Tahun 2009 sebesar 69,34 % dan capaian terakhir pada Tahun 2007
sebesar 60,51% banyak lulusan SMP/MTs yang tidak melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi, hal ini disadari anak usia 16-18 tahun lebih memilih bekerja
dibandingkan melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK (BAPPENAS, 2009).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas
pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi
Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic
Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya
menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih
menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai
follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia (Al-Jawi,
2006).
Hasil survai World Competitiveness Year Book tahun 1997-2007
menunjukkan bahwa dari 47 negara yang disurvai, pada tahun 1997 Indonesia
berada pada urutan 39, pada tahun 1999 berada pada urutan 46. Tahun 2002, dari
49 negara yang disurvai, Indonesia berada pada urutan 47, dan pada 2007 dari 55
negara yang disurvai, Indonesia menempati posisi ke-53. Menurut laporan
monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, UNESCO, Tahun 2005 posisi
Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang di Asia Pasifik.
Selain itu, menurut laporan United Nations Development Programme (UNDP),
kualitas SDM Indonesia menempati urutan 109 dari 177 negara di dunia.
Sedangkan menurut The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang
Indonesia sangat rendah, di antara 12 negara Asia yang diteliti, Indonesia satu
tingkat di bawah Vietnam (Syamsuri, 2010).
Laporan Pembangunan Manusia tahun 2010 yang dikeluarkan UNDP
menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di
peringkat 108 dari 169 negara yang tercatat. IPM merupakan indeks komposit
yang mencakup kualitas kesehatan, tingkat pendidikan, dan kondisi ekonomi
(pendapatan). Di lingkup ASEAN, Indonesia hanya berada di peringkat 6 dari 10
negara. Peringkat ini masih lebih rendah daripada Singapura (27), Brunei
Darussalam (37), Malaysia (57), Thailand (92), dan Filipina (97). Untuk tingkat
pendidikan, Indonesia bahkan hanya berada di peringkat ke-7 dari 10 negara
anggota ASEAN. Berarti, capaian kinerja pendidikan di Indonesia bisa dikatakan
masih lebih buruk (Harmadi, 2011).
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data
Balitbang (2003) bahwa dari sebanyak 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya
delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga
hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah
saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP)
(Supriyoko, 2005).
Kenyataan ini membuat Indonesia harus mengakui bahwa kualitas sumber
daya manusia Indonesia masih jauh tertinggal dan kalah bersaing dari
tetangga menunjukkan bahwa selama ini program pemerintah sekolah murah,
kesehatan murah dan peningkatan kapasitas ekonomi belum dapat dirasakan
sepenuhnya oleh masyarakat.
Upaya peningkatan sumber daya manusia yang paling strategis yaitu
melalui pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia
untuk mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi tantangan, mampu
menyelesaikan permasalahan kehidupannya dan permasalahan dengan masyarakat
serta lingkungannya secara terbuka dan kreatif. Oleh karena itu, setiap bagian dari
proses pembelajaran harus memberikan kontribusi nyata dalam upaya pencapaian
tujuan pendidikan.
Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang
kehidupan dan perkembangan manusia dengan berbagai aspek kepribadiannya.
Sebagaimana yang tercantum dalam UU No 20 Tahun 2003. Selain itu, dalam
pasal 5 ayat 1 UU No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa setiap warga negara
memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Oleh
karena itu berbagai usaha terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Salah satunya dalam pendidikan IPS melalui berbagai
pendekatan, gagasan atau inovasi yang dapat memberikan perubahan positif yang
berarti, baik dalam proses pembelajaran IPS di sekolah maupun dalam
meningkatkan mutu pendidikan IPS pada umumnya.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian integral dari kurikulum
pembelajaran dipersekolahan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa
dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat secara umum. Tujuan tersebut
dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah
diorganisasikan secara baik
Peranan guru dituntut untuk menunjukkan keativitasnya mengembangkan
dan menciptakan pembaharuan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran yang
dilaksanakan menjadi bermakna. Guru mempunyai peran strategis dalam
membimbing dan membantu peserta didik kearah pendewasaan sehingga peserta
didik mampu hidup mandiri dan menjadi anggota masyarakat yang baik sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut
mengajar secara efektif dan kreatif.
Berdasarkan hasil observasi awal pada SMP Negeri 49 Bandung, hasil
UAS semester ganjil Tahun 2010-2011 pada mata pelajaran IPS di kelas VIII
menunjukan bahwa nilai hasil belajar siswa yang sudah mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) sebesar 64,29 % sedangkan sisanya sebesar 35,71 %
masih dibawah kriteria ketuntasan minimal, data tersebut menunjukan bahwa
masih rendahnya hasil belajar IPS siswa di kelas VIII, sehingga untuk mencapai
kriteria ketuntasan minimal guru harus memberikan remedial.
Berdasarkan keterangan guru mata pelajaran IPS di SMP negeri 49
Bandung bahwa kegiatan belajar mengajar dikelas sebagian besar siswa masih
mengalami kesulitan mengungkap buah fikirnya secara verbal dan tertulis, selama
ketika siswa diberi tugas pekerjaan rumah terkadang siswa kurang memiliki rasa
tanggung jawab untuk mengumpulkannya tepat waktu.
Berdasarkan penjelasan yang diungkapkan guru IPS di SMP Negeri 49
Bandung dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS di kelas guru masih
mempraktekan pendekatan konvensional. Kegiatan belajar mengajar masih
berorientasi pada penguasaan materi buku, dalam menyampaikan pelajaran IPS
guru hanya mengulas materi-materi yang ada di LKS saja. Guru tersebut pernah
menggunakan metode pembelajaran lain dengan anggapan siswa bisa berperan
aktif dalam belajar, namun penggunaan metode tersebut tidak dilanjutkan dengan
alasan waktunya tidak cukup dan selama proses pembelajaran berlangsung
kondisi kelas malah menjadi ribut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kondisi yang nyaman dan aman dalam proses pembelajaran menurut guru tersebut
adalah kelas tenang, siswa duduk dan mendengarkan.
Melihat kondisi pembelajaran IPS tersebut, dampaknya maka selama
proses pembelajaran siswa kurang termotivasi untuk belajar, siswa merasa
kesulitan dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang
diberikan oleh guru. Sehingga siswa kurang memiliki rasa percaya diri dalam
proses belajar di kelas, siswa menjadi tidak mandiri, tidak disiplin dan kurang
bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Dengan demikian siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran dan kurang
memiliki motivasi dalam belajar yang tentu saja akan berdampak pada hasil
Berbagai alternatif jawaban atau solusi pemecahan untuk menghindari
pembelajaran IPS yang tidak efektif adalah dengan melakukan konstruksi
penerapan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi serta dapat
mengembangkan potensi siswa agar berani menghadapi problema yang dihadapi
tanpa merasa tertekan, mau dan mampu, serta senang mengembangkan diri.
ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) merupakan
model pembelajaran yang dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat
digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
baik. Model pembelajaran ini berisi empat komponen yang merupakan satu
kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu membangkitkan
dan mempertahankan perhatian siswa selama pembelajaran (Attention), materi
pelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa (Relevance), menanamkan
rasa yakin dan percaya diri siswa (Confidence), menumbuhkan rasa puas pada
siswa terhadap pembelajaran (Satisfaction).
Salah satu metode pembelajaran yang diterapkan dalam model ARCS ini
dan dianggap dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa adalah
melalui metode pemecahan masalah. Karena pada dasarnya tujuan akhir
pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak dimasyarakat.
Pada dasarnya setiap saat orang menghadapi masalah yang harus
dipecahkan. Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang
cukup dan telah diolah dan dipadukan dengan hal-hal lain yang terkait.
kreativitas dalam belajar tersebut dibutuhkan motivasi belajar siswa yang tinggi
agar dapat menemukan pemecahan yang efektif dan efisien, sedangkan kearifan
diperlukan karena pemecahan harus selalu memperhatikan kepentingan berbagai
pihak dan lingkungan sekitamya.
Oleh karena itu sejak dini siswa perlu belajar memecahkan masalah, sesuai
dengan tingkat berpikirnya. Untuk memecahkan masalah memang dituntut
kemampuan untuk berpikir rasional, berpikir kreatif, berpikir alternatif, berpikir
sistem, berpikir lateral dan sebagainya. Oleh karena itu, pola berpikir tersebut
perlu dikembangkan di sekolah dan kemudian diaplikasikan dalam bentuk
pemecahan masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis merasa tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model ARCS ( Attention,
Relevance, Confidence and Satisfaction) melalui Metode Pemecahan Masalah
Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah.
1. Apakah terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah perlakuan pada kelas yang mendapatkan perlakuan Model ARCS
melalui Metode Pemecahan Masalah?
2. Apakah terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah perlakuan pada kelas yang tidak mendapatkan perlakuan model
3. Apakah terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sesudah
perlakuan antara kelas yang mendapat perlakuan dengan kelas yang tidak
mendapat perlakuan model ARCS memalui metode pemecahan masalah ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah.
1. Ingin mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah perlakuan pada kelas yang mendapatkan perlakuan Model
ARCS melalui Metode Pemecahan Masalah.
2. Ingin mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah perlakuan pada kelas yang tidak mendapatkan perlakuan model
ARCS melalui metode pemecahan masalah.
3. Ingin mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sesudah
perlakuan antara kelas yang mendapat perlakuan dengan kelas yang tidak
mendapat perlakuan model ARCS melalui metode pemecahan masalah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah.
1. Bagi Guru.
Diharapkan dapat membantu memberikan inspirasi bagi guru dalam
menentukan atau mencari metode dan strategi yang inovatif dalam
pembelajaran di sekolah guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar
2. Bagi Kepala sekolah.
Bagi Kepala Sekolah atau pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan
diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam menentukan
kebijakan tentang pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk mata
pelajaran IPS dalam berbagai jenjang pendidikan.
3. Bagi Penulis sendiri yaitu dapat memberikan bekal dan manfaat terutama
dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dan sebagai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)
49 Bandung yang berlamat di Jalan Antapani No 58 Bandung. Dalam penelitian
ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII pada semester Genap.
Dasar pertimbangan populasi penelitian adalah kelas VIII karena kelas VII
merupakan siswa baru sehingga masih beradaptasi dengan lingkungan SMP dan
kelas IX dalam persiapan mengahadapi Ujian Nasional. Sedangkan yang menjadi
sampelnya adalah dua dari 12 kelas yang dipilih secara purposif berdasarkan
pertimbangan guru bidang studi IPS kelas VIII dengan melihat nilai rata-rata kelas
yang diambil dari hasil ulangan umum semester ganjil 2010-2011.
B. Metode penelitian dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperimen, dimana penelitian dianggap sebagai quasi eksperimen apabila
tidak dilakukan randominasi dalam meneliti hubungan sebab akibat (Seniati,
Yulianto dan Setiadi 2005 : 35). Ruseffendi (2003:45) mengatakan bahwa
“dalam suatu penelitian ekperimen, khususnya penelitian yang ingin
menyelidiki keefektifan penggunaan metode mengajar baru, diperlukan kelas
lain atau kelompok siswa yang menggunakan metode lama atau yang biasa
kelas kontrol. Hasil dari kelas kontrol ini akan menjadi pembanding dari kelas
eksperimen untuk mengetahui apakah hasil kelas ekperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah non-equivalent controlgroup
design, pada desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan model ARCS melalui
metode Pemecahan Masalah dalam proses pembelajarannya. Sedangkan kelas
kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dengan pola sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
GRUP PRE TEST TREATMENT POST TEST
A 01 X 02
B 03 04
Keterangan:
A : kelompok eksperimen
B : kelompok kontrol
X : dikenakan treatment atau perlakuan dengan model ARCS melalui
metode pemecahan masalah
: tidak dikenakan treatment atau perlakuan dengan model ARCS
melalui metode pemecahan masalah
01 : sebelum perlakuan (pre test) pada kelompok eksperimen
03: pretest pada kelompok kontrol
04:posttest pada kelompok Kontrol
C. Operasional Variabel
Operasional variable penelitian ini diuraikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3.2. Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator
Model ARCS
Model ARCS merupakan suatu bentuk
pendekatan pemecahan masalah untuk
merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar dengan langkah-langkah : Attention, Relevance, Confidence and
Satisfaction. Adapun metode dalam
penyampaian materi pembelajaran yang
digunakan dalam model ARCS ini yaitu melalui metode pemecahan masalah merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada aspek pemecahan masalah. dengan langkah-langkah : Merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, menarik kesimpulan
Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, dengan beberapa indikator yang mendukung.
Perhatian
(Attention)
Relevansi (Relevance) Keyakinan (Confidence) Kepuasan (Satisfaction
Hasil Belajar Pencapaian kompetensi-kompetensi mata
pelajaran IPS yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam penelitian ini pencapaian kompetensi mencakup aspek pengetahuan ranah kognitif yaitu : pengetahuan (C1), pemahaman (C2), Aplikasi (C3), dan analisis (C4) pada pembelajarn IPS dengan Standar Kompetensi Memahami kegiatan perkeonomian di Indonesia
dan Kompetensi Dasar Permintaan dan
penawaran serta terbentuknya harga pasar
D.Teknik Pengumpulan Data
1. Angket
Angket dalam penelitian ini digunakan sebagai alat tes yang
dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa baik
kelas yang mendapatkan model ARCS melalui Metode Pemecahan Masalah
maupun kelas yang tidak mendapat perlakuan sebelum (pretest) dan sesudah
mendapat perlakuan (postest) .
Angket motivasi belajar ini dirancang dalam bentuk pilihan-pilihan
pernyataan yang berkaitan dengan perhatian siswa, respon siswa, percaya diri
siswa dan kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran IPS. Dimana setiap
siswa baik siswa yang mendapat perlakuan model ARCS melalui metode
pemecahan masalah maupun siswa yang tidak mendapatkan perlakuan atau
menggunakan metode konvensional diminta untuk mengisi kolom jawaban
berdasarkan pernyataan yang tersedia
Angket motivasi belajar ini menggunakan skala Grafis (Grafic rating
Scale), skala grafis merupakan metode pengukuran sikap yang disajikan dalam
bentuk grafis atau gambar. Metode ini menyatakan penelitian responden
terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu dengan angka yang ada dalam
gambar atau grafik penelitian. Dengan kriteria angka 1 menunjukan bahwa
responden memberikan tanggapan yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan yang diajukan atau tingkat motivasinya sangat rendah, sedangkan
tingkat motivasinya tinggi (Munir, 2008 :19). Untuk mendapatkan data yang
bersifat interval dan diberi skor atau nilai sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pilihan jawaban mulai dari 1 sampai dengan 10. Dengan ketentuan Bila
jawaban ke kiri maka motivasinya cenderung rendah, bila jawaban ke kanan
maka motivasinya cendrung tinggi..
2. Tes Tertulis
Tes tertulis ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa baik
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum (pretest) dan sesudah
mendapatkan perlakuan (posttest) dengan menggunakan metode yang telah
ditentukan. Dalam hal ini, tes tertulis yang diberikan kepada siswa berupa soal
berbentuk objektive (pilihan ganda). Tes tertulis yang digunakan dalam
penelitian ini antara pretest dengan posttest tetap menggunakan soal yang
sama.
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran di dalam
kelas untuk melihat secara langsung cara guru menerapkan metode
pembelajaran yang ditawarkan serta melihat respon dan perkembangan siswa
dalam pembelajaran tersebut. Lembar observasi yang digunakan ada dua
bentuk, yaitu lembar observasi pengamatan penampilan guru di dalam kelas
dan lembar observasi pengamatan diskusi kelompok siswa. Hasil pengamatan
tersebut akan dijelaskan secara deskriptif guna dijadikan sebagai informasi
tambahan dalam pengambilan kesimpulan penelitian.
4. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa sebelum dan setelah
pembelajaran dengan menggunakan model ARCS melalui metode pemecahan
masalah dalam mata pelajaran IPS untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Wawancara dimaksud untuk mengetahui kendala-kendala ataupun kekurangan
dalam model ARCS melalui metode pemecahan masalah baik dari segi guru
maupun siswa.
E.Uji Alat Tes penelitian
Soal tes yang akan digunakan sebagai parameter motivasi dan hasil belajar
siswa, sebelum digunakan sebagai alat pretest dan posttest pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas butir-butir soal tersebut, dengan maksud untuk mengetahui kualitas
soal tes. Berikut dijelaskan mengenai alat ukur kualitas tes yang dimaksud.
1. Validitas
Uji validitas item butir soal menggunakan bantuan software SPSS
versi 17 for windows. Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengukur
sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut (Nasution 2003 :74). Uji validitas ini dilakukan
indikator yang diteliti. Suatu alat tes dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable
yang diteliti secara tepat. Berikut disajikan hasil uji validitas motivasi belajar
siswa dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Item soal Corrected item-total
correlations
Kesimpulan
1 0,457 Valid
2 0,649 Valid
3 0,269 Valid
4 0,096 Tidak Valid
5 0,237 Tidak Valid
6 0,174 Tidak Valid
7 0,706 Valid
8 0,700 Valid
9 0,660 Valid
10 0,729 Valid
11 0,652 Valid
12 0,216 Tidak Valid
13 0,457 Valid
14 0,272 Valid
15 0,198 Tidak Valid
16 0,729 Valid
17 0,652 Valid
18 0,659 Valid
19 0,328 Valid
20 0,402 Valid
21 0,462 Valid
22 0,136 Tidak Valid
23 0,274 Valid
24 0,501 Valid
25 0,687 Valid
Lanjutan Tabel 3.3.
27 0,272 Valid
28 0,647 Valid
29 0,466 Valid
30 0,147 Tidak Valid
31 0,608 Valid
32 0,754 Valid
33 0,609 Valid
34 0,005 Tidak Valid
35 0,057 Tidak Valid
36 0,012 Tidak Valid
37 0,688 Valid
38 0,729 Valid
39 0,652 Valid
40 0,539 Valid
41 0,457 Valid
42 0,576 Valid
43 0,570 Valid
44 0,340 Valid
45 0,188 Tidak Valid
46 0,209 Tidak Valid
47 0,308 Valid
48 0,317 Valid
49 0,211 Tidak Valid
50 0,269 Valid
Sumber data diolah dengan SPSS
Berdasarkan tabel di atas hasil uji validitas alat tes motivasi belajar
siswa diketahui koefisiensi korelasi item total dikoreksi (corrected item-total
correlation) tidak semua item soal memiliki kriteria validitas. Dari 50 butir
soal terdapat 36 item memberikan nilai positif ≥ 0.25, hal tersebut
menunjukan 36 item soal valid dan terdapat 14 item soal yang tidak valid.
Dengan demikian maka peneliti hanya mengambil jumlah item soal yang
Hasil uji validitas alat tes hasil belajar siswa dapat dilihat dalam
tabel 3.4.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Hasil Belajar Item soal Corrected item-total
correlations
Kesimpulan
1 0,522 Valid
2 0,582 Valid
3 0,431 Valid
4 0,415 Valid
5 0,198 Tidak Valid
6 0,402 Valid
7 0,511 Valid
8 0,552 Valid
9 0,591 Valid
10 0,014 Tidak Valid
11 0,354 Valid
12 0,294 Tidak Valid
13 0,536 Valid
14 0,355 Valid
15 0,115 Tidak Valid
16 0,211 Tidak Valid
17 0,337 Valid
18 0,365 Valid
19 0,021 Tidak Valid
20 0,245 Tidak Valid
21 0,522 Valid
22 0,582 Valid
23 0,431 Valid
24 0,415 Valid
25 0,086 Tidak Valid
26 0,140 Tidak Valid
27 0,511 Valid
28 0,552 Valid
29 0,591 Valid
30 0,014 Tidak Valid
Berdasarkan data tabel tersebut di atas diketahui bahwa koefisiensi
korelasi item total dikoreksi (corrected item-total correlation) tidak semua
item soal memiliki kriteria validitas. Dari 30 butir soal terdapat 21 item
memberikan nilai positif ≥ 0.25, hal tersebut menunjukan 21 item soal valid
dan terdapat 9 item soal yang tidak valid. Dengan demikian maka peneliti
hanya mengambil jumlah item soal yang valid, namun untuk mempermudah
perhitungan skor nilai maka peneliti hanya akan mengambil 20 item soal dari
21 item soal yang valid, jadi item soal yang dibuang seluruhnya berjumlah 10
item soal.
2. Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.
Reliabilitas merujuk kepada konsistensi skor yang dicapai oleh siswa yang
sama ketika mereka diuji ulang dengan soal yang sama pada kesempatan yang
berbeda. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan software SPSS
versi 17 for windows diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3.5.
Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
.915 .915 50
Sumber data diolah dengan SPSS
berdasarkan tabel uji reliabilitas di atas menunjukan nilai
disimpulkan bahwa alat test tersebut memiliki reliabilitas internal yang
memadai untuk mengukur motivasi belajar siswa.
Tabel 3.6.
Hasil Uji Reliabilitas Hasil belajar siswa
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
.817 .817 30
Sumber data diolah dengan SPSS
Tabel uji reliabilitas di atas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha
yang diperoleh sebesar 0,817 (> 0.70), maka dapat disimpulkan bahwa alat
test tersebut memiliki reliabilitas internal yang memadai untuk mengukur
hasil belajar siswa.
Soal tes tertulis setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas
selanjutnya dilakukan uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran dengan
maksud untuk mengukur tingkat kualitas soal tes. Daya pembeda soal adalah
kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto,
2007:211). Untuk klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7
Klasifikasi Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 < D ≤ 0,20 0,20 < D ≤ 0,40 0,40 < D ≤ 0,70 0,70 < D ≤ 1,00
Jelek Cukup
Sedangkan analisis tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa sukar sebuah soal yang dibuat sebagai alat tes yang baik
adalah yang mempunyai tingkat kesukaran sedang, tidak terlalu sukar ataupun
tidak terlalu mudah. Klasifikasi indeks kesukaran soal sebagai berikut :
Tabel. 3.8
Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Batasan Kategori
0,00 ≤ P < 0,30 0,30 ≤ P < 0,70 0,70 ≤ P < 1,00
Sukar Sedang Mudah
Daya pembeda soal serta tingkat kesukaran soal dilakukan dengan
bantuan Anatest kemudian dianalisis. Berikut di paparkan hasil pengujian
daya pembeda dan tingkat kesukaran soal alat tes dengan menggunakan
[image:30.595.118.511.226.742.2]bantuan Anatest.
Tabel 3.9.
Hasil Uji Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda
No soal Tingkat
Kesukaran Kategori Daya Pembeda
1 57,14 Sedang 55,56
2 45,71 Sedang 33,33
3 42,86 Sedang 44,44
4 60,00 Sedang 44,44
5 77,14 Mudah 44,44
6 68,57 Sedang 77,78
7 37,14 Sedang 55,56
8 48,57 Sedang 77,78
9 45,71 Sedang 55,56
10 37,14 Sedang 44,44
11 62,86 Sedang 88,89
12 65,71 Sedang 44,44
Lanjutan Tabel 3.9.
14 60,00 Sedang 33,33
15 57,14 Sedang 55,56
16 54,29 Sedang 66,67
17 82,86 Mudah 44,44
18 60,00 Sedang 77,78
19 31,43 Sedang 44,44
20 57,14 Sedang 44,44
Sumber data: diolah menggunakan Anatest
F. Rancangan Analisis Data
1. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah
penyebaran kedua populasi berdistribusi secara normal atau tidak. Untuk
mengetahuinya maka menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan
bantuan software SPSS versi 17 for windows.
Santoso (2010 :186) mengemukakan bahwa kriteria Uji Normalitas
Data dijelaskan sebagai berikut:
a.Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh > ≥ (0.05),
maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b.Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh < ≥ (0.05),
maka sampel bukan berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua
populasi mempunyai variansi yang homogen atau heterogen. Pada
windows dalam menguji homogenitas data yang diperoleh. Adapun kriteria
untuk menetapkan homogenitas data menurut Santoso (2010 : 187) yaitu:
1) Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh > ≥ (0.05),
maka variansi setiap sampel dikatakan homogen.
2) Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh < ≥ (0.05),
maka variansi setiap sampel tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Apabila hasil dari uji normalitas dan homogenitas data menunjukkan
bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan
dengan uji hipotesis menggunakan uji-t (t-test). Namun apabila hasil uji
normalitas dan homogenitas data menunjukan bahwa data tersebut tidak
berdistribusi normal dan tidak homogen atau salah satu hasil data menujukan
tidak berdistribusi normal atau tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji
hipotesis menggunakan uji non parametrik.
Menurut Santoso (2010 : 187) Untuk menentukan ada tidaknya
perbedaan, maka perlu diperhatikan kriteria berikut:
a. Jika signifikansi atau nilai probabilitas yang diperoleh < 0.05, maka
terdapat perbedaan yang nyata antara nilai Pretest dengan Posttest.
b. Jika signifikansi atau nilai probabilitas yang diperoleh > 0.05, maka tidak
terdapat perbedaan antara nilai Pretest dengan Posttest.
4. Perhitungan Gain
Perhitungan gain digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan
dimana analisisnya melalui hasil tes awal (pretest) dan hasil tes akhir
(posttest). Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain
ternormalisasi rata-rata (avarange mormalized gain). Adapun rumus tersebut
menurut Meltzer (2002) dalam Ramdania (2010 : 56) adalah sebagai berikut :
<g> = Skor posttest – skor pretes
Skor maksimum – skor pretest
Keterangan :
<g> = Gain ternomalisasi rata-rata
Skor pretest = Persentase skor pretest rata-rata
Skor posttest = Persentase skor posttest rata-rata
Skor maksimum = Skor ideal seluruh item soal
Selanjutnya hasil gain akan dianalisis melalui kriteria tingkat gain
sebagai berikut :
Tabel 3.10 Kategori Tingkat Gain
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu :
1. Tahap persiapan
Pada tahapan ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusunan perangkat
perangkat pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain materi pelajaran yang akan dikaji dan metode pembelajaran yang akan
digunakan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan studi literatur tentang :
a. literatur yang berkaitan dengan pembelajaran
b. analisis indikator materi pelajaran
c. metode pembelajaran yang sesuai dengan peningkatan motivasi dan hasil
belajar siswa.
d. analisis model pembelajaran ARCS dan metode pemecahan masalah
untuk menentukan langkah-langkah dalam proses pembelajaran.
Sedangkan pengembangan alat tes penelitian meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
a. menyusun kisi-kisi angket motivasi belajar
b. menyusun kisis-kisi butir soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa
c. validasi alat tes
d. uji coba alat tes
e. revisi alat tes
2. tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap untuk mengumpulkan data.
Pada tahap ini mengimplementasikan model ARCS (Attention, Relevance,
Confidence, and Satisfaction) dalam proses pembelajaran dan teknik dalam
penyampaian materi menggunakan metode pemecahan masalah. Adapun
a. mengadakan tes awal (pre test) untuk memperoleh data mengenai
motivasi dan hasil belajar siswa sebelum mengikuti pembelajaran
b. pengarahan terhadap guru kelas VIII mengenai model pembelajaran
ARCS dengan menggunakan metode Pemecahan Masalah
c. menentukan materi IPS
d. menentukan teknik dan media pembelajaran yang sesuai dengan pokok
bahasan yang akan dibelajarkan
e. membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas
kontrol dan kelas eksperimen
f. menerapkan model ARCS dengan melalui metode pemecahan masalah
pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol diterapkan metode
konvensional
g. pemberian tes akhir (post test) untuk memperoleh data tentang
peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya
model pembelajaran ARCS melalui metode pemecahan masalah dengan
pembelajaran konvensional
3. Tahap penyelesaian
Tahapan penyelesaian diantaranya adalah :
a. mengolah dan menganalisa data
b. membuat kesimpulan dari hasil penelitian
c. menyusun laporan hasil penelitian
Secara keseluruhan tahapan-tahapan tersebut dapat digambarkan
Gambar 3.1 Alur penelitian
Penyusunan laporan Kesimpulan Studi Pendahuluan
Penyusunan materi, alat test, uji coba , revisi dan mempersiapkan
perangkat pembelajaran, melatih guru yang akan mengajar
Kelas kontrol Menentukan Subyek penelitian
Pengolahan dan analisis data Pre Test
Observasi
Post Test Pembelajaran dengan
model ARCS melalui metode Pemecahan
Masalah
Pembelajaran dengan metode
konvensional
Pengolahan dan analisis data Persiapan Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS (
Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction ) melalui metode pemecahan
masalah merupakan model yang efektif dan memberikan pengaruh positif untuk
meningkatkan indikator–indikator motivasi dan hasil belajar siswa, antara lain
indikator Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (percaya diri),
dan Satisfaction (rasa yakin). Hal tersebut terbukti dari beberapa hasil pengujian
hipotesis bahwa selalu terdapat peningkatan perolehan nilai rata-rata setelah
penerapan model ARCS melalui metode pemecahan masalah, dan dari
keseluruhan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya
model ARCS melalui metode pemecahan masalah ternyata indikator motivasi
Attention memperlihatkan peningkatan yang lebih tinggi dibanding dengan
indikator motivasi yang lainya.
Secara khusus, kesimpulan yang berkaitan dengan rumusan masalah dan
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut.
1. Terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah pembelajaran
menggunakan model ARCS melalui metode pemecahan masalah. Hasil
perolehan tersebut selain menjawab hipotesis juga dapat memberikan
gambaran bahwa model pembelajaran ARCS melalui metode pemecahan
masalah dapat memberikan pengaruh positif dalam peningkatan kemampuan
2. Terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah menggunakan
metode konvensional dalam pembelajarannya. Hal ini mengindikasikan
bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan metode yang dilakukan
sehari-hari oleh guru yaitu, ceramah, tanya jawab, dan penugasan juga tidak
selamanya tidak memberikan konrtribusi terhadap motivasi dan hasil belajar
siswa.
3. Terdapat perbedaan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dimana
kelas yang mendapatkan perlakuan model ARCS melalui metode
pemecahan masalah lebih besar peningkatannya dibanding dengan kelas
yang tidak mendapat perlakuan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran ARCS dalam pembelajarannya
memperhatikan indikator perhatian, relevansi, percaya diri dan rasa puas
siswa terhadap pelajaran. Dengan demikian indikator motivasi siswa dalam
kelas yang menggunakan Model ARCS melalui metode pemecahan masalah
dalam pembelajarannya lebih baik dibandingkan dengan pencapaian
B. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.Guru dapat menggunakan Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence
and Satisfaction) sebagai salah satu model pembelajaran dan sebagai salah
satu metode pembelajaran di kelas-kelas lainnya untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa.
2.Mengingat pentingnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran agar siswa
dapat mengikuti pembelajaran dengan kemauan dan minatnya sendiri.
Diharapkan kepada seluruh guru untuk membantu siswa agar terus
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan
metode-metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran. Dengan terpeliharanya
motivasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung maka kegiatan
pembelajaran akan lebih berkualitas dan tentu saja hal ini akan berpengaruh
pula pada perolehan hasil belajar siswa.
3.Diharapkan kepada guru untuk membiasakan diri mencari informasi tentang
metode-metode pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi-potensi
siswa.
4.Tujuan akhir dari pembelajaran selain memperoleh hasil yang baik siswa juga
mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari di masayarakat
baik untuk dirinya maupun orang lain. Melalui metode pemecahan masalah
memecahkan masalah dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena
itu, diharapkan kepada seluruh guru agar terus meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah siswa dengan menggunakan permasalahan yang
bervariatif.
5.Penelitian ini dilakukan hanya di satu sekolah dengan menggunakan sampel
yang kecil, waktu yang terbatas, serta materi dan permasalahan yang dibatasi.
Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya
untuk mengadakan penelitian dalam jumlah sampel yang lebih besar, waktu
yang lebih lama serta materi dan permasalahan yang lebih variatif.
6.Mengingat keterbatasan waktu dalam penelitian ini diharapkan dalam
penerapan model ARCS guru tidak hanya melalui metode pemecahan masalah
saja, tetapi masih banyak metode-metode yang lebih variatif dalam upaya
DAFTAR PUSTAKA
Al Muchtar,Suwarma.(2004). Pengembangan Berpikir dan Nilai Dalam Pendidikan IPS. Gelar Pustaka Mandiri: Bandung
______. (Tanpa tahun). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Sekolah Pascasarjana: Universitas Pendidikan Indonesia:Bandung
Anwar, (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup . Bandung. Alfabheta
Arikunto, Suharsimi .(2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar (2007). Media Pembelajaran jakarta : PT raja Grafindo Persada.
Bloom et al (1956) Taxonomy of Educational Objectives ( The classification of Educational goals). New york. David McKay Company,INC
Dimyati, Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Kerjasama Depdikbud dan Rineka Cipta: Jakarta.
Ghozali, I. (2008). Desain Penelitian Eksperimental (Teori, Konsep dan Analisis
Data dengan SPSS 16.0). Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Hamalik, Oemar ((2003). Proses belajar mengajar, jakarta. Bumi Aksara
Hamalik, Oemar (2009). Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta. Sinar Baru Algensindo
Hamid Hasan, S. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jemderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik: Jakarta
Hamzah B. Uno. (2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta. Bumi aksara.
Herliany Elly, Indrawati. (2009). Penilaian Hasil Belajar Untuk Program
Bermutu. PPPPTK IPA
Joyce,Weil, Calhoun (2009) Models of Teaching (Model-model pengajaran).
Yogyakarta : Pustalka Pelajar
L.R.Gray, E Mills,Airsian Peter (2006). Educational Research. New Jersey Pearson Merrill Prentice Hall.
Maryani, Enok (2011) Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung : Alfabeta.
Munir, Sahibul (2008), Metodologi Penelitian Modul 8. Fakultas Ekonomi.Mercu Buana
Nasution (2003), Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara
Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah Dengan SPSS 17. Jakarta: Gramedia
Puskur Balitbang DEPDIKNAS Pengembangan Model pendidikan Kecakapan
Hidup SD/MI/SDLB-SMP/MTs/SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK/MAK.
Riduan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta
Ruseffendi, H. E. T. (1998). Statistika Dasar untuk Peneltian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press
Ruseffendi, H. E. T. (2003). Dasar-dasar Peneltian Pendidikan dan Bidang Noneksakta Lainnya. Semarang: Unnes Press
Rusman (2010) Model-model pembelajaran (mengembangkan profesionalisme guru) .Bansung :Rajawali Pers
Sadirman. (2004). Interaksi dan Motivasi belajar mengajar.jakarta. PT Grafindo Persada.
Sagala, Syaiful . (2007). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung, Alfabeta.
Sanjaya, Wina (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar dan proses pendidikan. Bandung, Kencana
Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung .Kencana
Santoso, Singgih (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Slavin, R. E., (2010). Cooperative Learning. Theory, Research, and Practice. Second Edition. USA: Allyn & Bacon
Somantri, Muhammad Nu’man (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,
Sudjana Nana & Ibrahim (2009). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. (2010). Metode Peneltian Pendidikan. Bandung. Alfabheta
Sugiyono (2006). Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Sukmara,Dian (2007). Implementasi life Skill dalam KTSP. Bandung. Mughni Sjahtera
Trihendradi (2007). Statistik Inferen menggunakan SPSS (Teori Dasar dan Aplikasinya). Yogyakarta : CV Andy Offset
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Bandung : Citra Umbara
Wena, Made (2010) Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta. Bumi aksara.
Weyers, Mark (2006). Teaching FE Curriculum (Encoraging active Learning in The Classroom). New York. Continuum International Publishing Group
Sumber Internet :
Abidin, Zaenal (2006). Motivasi dalam Strategi pembelajaran dengan Pendekatan ARCS. Universitas muhammadiyah Surakarta. eprints.ums.ac.id/87/1/suhuf pak
Al-Jawi, M.Shiddiq. (2006) Pendidikan Di Indonesia masalah dan solusinya.
http://www.khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=blogcat egory&id=19&Itemid=48&limit=9&limitstart=99
Hamoraon (2010). Pembelajaran Inovatif Model ARCS Keller.
http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller
Harmadi, Sonny Harrry (2011). Kinerja Pembangunan manusia Indonesia. http://www.mediaindonesia.com/read/2011.
Keller, J. M., & Suzuki, K. (1987). Use of the ARCS Motivation Model in Courseware Design. In D. H. Jonassen (Ed.), Instructional Designs for
Microcomputer Courseware. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.
Keller, J. M., (2000) .How to integrate learner motivation planning into lesson planning: The ARCS model approach. Florida State University U.S.A. Paper presented at VII Semanario, Santiago, Cuba, February, 2000. http://mailer.fsu.edu/~jkeller/Articles/KellerARCSLessonPlanning.pdf
Kusumah, Wijaya (2010) Motivasi dan Minat Belajar Siswa.
http://wijayalabs.wordpress.com/2010/04/11/motivasi-dan-minat-belajar-siswa/
Ramdania, Diena rauda. (2010). Penggunaan Media Flash Flip Book dalam pembelajaran teknologi Informasi dan komunikasi Untuk meningkatkan hasil belajar siswa Skripsi FPMIPA UPI bandung, tidak diterbitkan
Shidiq, Al Jawawi (2006), Pendidikan di Indonesia Masalah dan Solusinya
http://www.khilafah1924.org/index.php/option/com./2006.
Sopah, Djamaah 1998. Studi tentang model peningkatan motivasi berprestasi siswa, Laporan penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya.
http://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=238
Sofyan Sauri. (2009). Strategi Pembelajaran Ips Dengan Pendekatan Komprehenshif.
http://sofyanpu.blogspot.com/2009/05/strategi-pembelajaran-ips.html
Supriyoko (2005). Pentingnya Standar Nasional Pendidikan Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan. http://amikom.ac.id/research/index.php/karyailmiahdosen
Syamsuri, Istamar ( 2010) Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan Minat siswa Pada bidang MIPA Makalah disampaikan dalam Lokakarya MIPAnet 2010, The Indonesian Network of Higher Educations of Mathematics and Nanutal Sciences, tanggal 26-27 Juli 2010, di IPB, Bogor
kappa.binus.ac.id/.../Pemakalah%202
Tarmidzi, Ramadhan, (2008). Perbuatan dan hasil Belajar
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/09/perbuatan-dan-hasil-belajar/