• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION) MELALUI METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA :Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 49 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION) MELALUI METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA :Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 49 Bandung."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

HALAMAN PERNYATAAN... UCAPAN TERIMA KASIH ... KATA PENGANTAR………. ii iii vii DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR GAMBAR……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian...………...…..……. 1

B.Rumusan Masalah.………...…..……. 8

C.Tujuan Penelitian ...………...…...…... 9

D.Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori... 11

1. Pembelajaran…...………... 11

2. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction)... 15

3. Metode Pemecahan Masalah...……….………... 26

4. Motivasi Belajar.………..…... 29

5. Hasil Belajar... 33

6. Pembelajaran IPS...……….………..….. 35

B. Penelitian Terdahulu.……….………..….. 37

C. Kerangka pemikiran..………..….. 38

D. Hipotesis Penelitian ...……….…… 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian...……….……....…. 43

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian...…..…... 43

(2)

2. Desain Penelitian... 44

C. Operasional Variable...……..…... 45

D.Teknik pengumpulan Data....………....……….….. 46

E. Uji Alat Tes Penelitian... 48

F. Rancangan Analisis Data dan Hipotesis...…….……..….… 55

1. Uji Normalitas Data... 55

2. Uji Homogenitas Data... 55

3. Uji Hipotesis... 56

4. Perhitungan Gain... 56

G. Prosedur Penelitian...………... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian...………...….………... 61

B. Hasil Penelitian...………...……….. 63

C. Analisis Hasil Penelitian...………...…….… 76

1. Motivasi belajar... 76

2. Hasil Belajar... 105

D. Pembahasan... 116

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan………... 136

B. Rekomendasi………... 138

DAFTAR PUSTAKA………... 140 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

3.1 Desain Penelitian……….. 44

3.2 Operasional Variabel... 45

3.3 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar...………... 49

3.4 Hasil Uji Validitas Hasil Belajar.………... 51

3.5 Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa...……….. 52

3.6 Hasil Uji Reliabilitas Hasil Belajar Siswa...………. 53

3.7 Klasifikasi Daya Pembeda...……….. 53

3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal...……….... 54

3.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda...……….. 54

3.10 Kategori Tingkat gain... 57

4.1 Persebaran Siswa SMP Negeri 49 Bandung...………. 62

4.2 Hasil Uji Normalitas Motivasi Belajar Siswa ... 77

4.3 Hasil Uji Homogenitas Motivasi Belajar Siswa ... 78

4.4 Motivasi Belajar Siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan ... 80

4.5 Hasil Uji Wilcoxon Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan... 80

4.6 Motivasi Belajar Siswa Sesudah Pembelajaran Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 82

4.7 Hasil Uji Wilcoxon Motivasi Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 83

(4)

Perlakuan... 85

4.9 Hasil Uji Mann-Whitneyy Motivasi Belajar Siswa Sesudah Perlakuan antara kelas yang mendapat perlakuan dengan kelas yang

tidak mendapat perlakuan...……….. 86

4.10 Analisis Gain Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat

Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 88

4.11 Hasil Uji Mann-Whitney Gain Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat

Perlakuan... 89

4.12 Gain Ternormalisasi Motivasi Belajar Siswa Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat

Perlakuan... 90

4.13 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Attention Di Kelas Yang Mendapat

Perlakuan......…...

92

4.14 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Attention

di Kelas yang Mendapat perlakuan...……… 93

4.15 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Relevance di Kelas yang

Mendapat Perlakuan... 93

4.16 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator

Relevance di kelas yang Mendapat Perlakuan... 94

4.17 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Confidence di Kelas Yang

Mendapat Perlakuan......…... 94

4.18 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indkator

Confidence.di Kelas yang Mendapat perlakuan...... 95

4.19

4.20

4.21

Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Satisfaction. di kelas yang Mendapat Perlakuan...

Hasil Uji Wilcoxon terdapat perbedaan Nilai Rata-Rata Indikator

Satisfaction Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan...

Gain Ternormalisasi Motivasi Belajar Siswa Per Indikator Di Kelas Yang Mendapat Perlakuan...

96

96

97

(5)

4.23

4.24

Tidak Mendapat Perlakuan ...

Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Attention

Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan...

Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Relevance Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan...

98

99

100

4.25 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator

Relevance Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 100

4.26 Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator Confidence Di Kelas Yang

Tidak Mendapat Perlakuan... 101

4.27 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator

Confidence Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 102

4.28 Peningkatan Nilai Rat-Rata Indikator Satisfaction Di Kelas Yang

Tidak Mendapat Perlakuan... 102

4.29 Hasil Uji Wilcoxon Peningkatan Nilai Rata-Rata Indikator

Satisfaction Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 103

4.30 Gain Ternormalisasi Motivasi Belajar Siswa Di Kleas Yang Tidak

Mendapat Perlakuan... 104

4.31 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa ... 105

4.32 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa ... 106

4.33 Hasil Belajar Siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas

Mendapat Perlakuan... 107

4.34 Hasil Uji Wilcoxon Hasil Belajar Siswa sesudah perlakuan Di Kelas

Yang Mendapat Perlakuan... 108

4.35 Hasil Belajar Siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang

Tidak Mendapat Perlakuan... 109

4.36 Hasil Uji Wilcoxon Hasil Belajar Siswa sebelum dan Sesudah

Perlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 110

4.37 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat

(6)

4.38 Hasil Uji Mann-Whitney Hasil Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak

Mendapat Perlakuan... 112

4.39 Peningkatan (Gain) Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat

Perlakuan... 113

4.40 Hasil Uji Mann-Whitney Peningkatan (Gain) Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak

Mendapat Perlakuan... 114

4.41 Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan..

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Model ARCS………...…... 16

2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian………... 38

3.1 Alur Kegiatan Penelitian………... 60

4.1 Grafik Perbedaan Nilai Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Mendapatkan Perlakuan ...…. 81

4.2 Grafik Perbedaan Nilai Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Sebelum Dan Sesudah Prlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapatkan Perlakuan... 84

4.3 Grafik Perbedaan Nilai Rata-Rata Motivasi Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 87

4.4 Grafik Peningkatan (Gain) Motivasi Belajar Siswa Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 89

4.5 Grafik Peningkatan (Gain) Motivasi Belajar Siswa Per Indikator di

Kelas yang Mendapat Perlakuan...………. 98

4.6 Grafik Peningkatan (Gain) Motivasi Belajar Siswa Per Indikator diKelas yang Tidak Mendapat Perlakuan... 104

4.7 Grafik Perbedaan Hasil Belajar siswa sebelum dan Sesudah Perlakuan di Kelas yang Mendapat Perlakuan...…… 108

4.8 Grafik Perbedaan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Di Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 110

4.9 Grafik Perbedaan Hasil Belajar Siswa Sesudah Perlakuan Antara Kelas Yang Mendapat Perlakuan Dengan Kelas Yang Tidak Mendapat Perlakuan... 112

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Lembar Observasi Aktivitas Guru 144

2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa 146

3 Pedoman wawancara Guru 147

4 Pedoman Wawancara Siswa 148

5 Hasil uji Validitas dan Reliabilitas 149

6 Hasil Uji daya Beda 153

7 Hasil Uji Tingkat kesukaran 154

8 Hasil Tes Motivasi Belajar Sebelum Perlakuan 155

9 Hasil Tes Motivasi Belajar Sesudah Perlakuan 157

10 Tes Hasil Belajar Siswa Sebelum Perlakuan 159

11 Tes Hasil Belajar Siswa Setelah Perlakuan. 161

Foto Penelitian

Surat-surat Penelitian

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup

peserta didik secara optimal dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia yang

berperadaban dan bermartabat serta mampu bersaing dipercaturan dunia

internasional dalam era globalisasi. Perlu kesadaran bersama bahwa peningkatan

mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumber daya

manusia. Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi anak didik agar

berani dan mampu menghadapi segala permasalahan tanpa rasa tertekan, mau dan

mampu serta senang mengembangkan diri menjadi manusia yang unggul.

Pendidikan juga diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk memelihara

dirinya, meningkatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, lingkungannya

dan masyarakat.

Pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan.

Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, ditunjukkan dengan hasil laporan dan

survey beberapa lembaga. Data Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar)

menyebutkan bahwa Ujian Nasional (UN) SMP di Jawa Barat menurun dari 31,19

pada Tahun 2009 menjadi 29,34 Tahun 2010 atau menurun sebesar 1,85 %

(BAPPENAS, 2010).

Berdasarkan data BAPPENAS bahwa partisipasi pendidikan pada jenjang

(10)

sasaran Tahun 2009 sebesar 69,34 % dan capaian terakhir pada Tahun 2007

sebesar 60,51% banyak lulusan SMP/MTs yang tidak melanjutkan ke jenjang

yang lebih tinggi, hal ini disadari anak usia 16-18 tahun lebih memilih bekerja

dibandingkan melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK (BAPPENAS, 2009).

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas

pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi

Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic

Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya

menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih

menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai

follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia (Al-Jawi,

2006).

Hasil survai World Competitiveness Year Book tahun 1997-2007

menunjukkan bahwa dari 47 negara yang disurvai, pada tahun 1997 Indonesia

berada pada urutan 39, pada tahun 1999 berada pada urutan 46. Tahun 2002, dari

49 negara yang disurvai, Indonesia berada pada urutan 47, dan pada 2007 dari 55

negara yang disurvai, Indonesia menempati posisi ke-53. Menurut laporan

monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, UNESCO, Tahun 2005 posisi

Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara berkembang di Asia Pasifik.

Selain itu, menurut laporan United Nations Development Programme (UNDP),

kualitas SDM Indonesia menempati urutan 109 dari 177 negara di dunia.

Sedangkan menurut The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang

(11)

Indonesia sangat rendah, di antara 12 negara Asia yang diteliti, Indonesia satu

tingkat di bawah Vietnam (Syamsuri, 2010).

Laporan Pembangunan Manusia tahun 2010 yang dikeluarkan UNDP

menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di

peringkat 108 dari 169 negara yang tercatat. IPM merupakan indeks komposit

yang mencakup kualitas kesehatan, tingkat pendidikan, dan kondisi ekonomi

(pendapatan). Di lingkup ASEAN, Indonesia hanya berada di peringkat 6 dari 10

negara. Peringkat ini masih lebih rendah daripada Singapura (27), Brunei

Darussalam (37), Malaysia (57), Thailand (92), dan Filipina (97). Untuk tingkat

pendidikan, Indonesia bahkan hanya berada di peringkat ke-7 dari 10 negara

anggota ASEAN. Berarti, capaian kinerja pendidikan di Indonesia bisa dikatakan

masih lebih buruk (Harmadi, 2011).

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data

Balitbang (2003) bahwa dari sebanyak 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya

delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The

Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga

hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The

Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah

saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP)

(Supriyoko, 2005).

Kenyataan ini membuat Indonesia harus mengakui bahwa kualitas sumber

daya manusia Indonesia masih jauh tertinggal dan kalah bersaing dari

(12)

tetangga menunjukkan bahwa selama ini program pemerintah sekolah murah,

kesehatan murah dan peningkatan kapasitas ekonomi belum dapat dirasakan

sepenuhnya oleh masyarakat.

Upaya peningkatan sumber daya manusia yang paling strategis yaitu

melalui pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia

untuk mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi tantangan, mampu

menyelesaikan permasalahan kehidupannya dan permasalahan dengan masyarakat

serta lingkungannya secara terbuka dan kreatif. Oleh karena itu, setiap bagian dari

proses pembelajaran harus memberikan kontribusi nyata dalam upaya pencapaian

tujuan pendidikan.

Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

kehidupan dan perkembangan manusia dengan berbagai aspek kepribadiannya.

Sebagaimana yang tercantum dalam UU No 20 Tahun 2003. Selain itu, dalam

pasal 5 ayat 1 UU No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa setiap warga negara

memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Oleh

karena itu berbagai usaha terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia. Salah satunya dalam pendidikan IPS melalui berbagai

pendekatan, gagasan atau inovasi yang dapat memberikan perubahan positif yang

berarti, baik dalam proses pembelajaran IPS di sekolah maupun dalam

meningkatkan mutu pendidikan IPS pada umumnya.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian integral dari kurikulum

pembelajaran dipersekolahan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

(13)

sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan

terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa

dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat secara umum. Tujuan tersebut

dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah

diorganisasikan secara baik

Peranan guru dituntut untuk menunjukkan keativitasnya mengembangkan

dan menciptakan pembaharuan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran yang

dilaksanakan menjadi bermakna. Guru mempunyai peran strategis dalam

membimbing dan membantu peserta didik kearah pendewasaan sehingga peserta

didik mampu hidup mandiri dan menjadi anggota masyarakat yang baik sesuai

dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut

mengajar secara efektif dan kreatif.

Berdasarkan hasil observasi awal pada SMP Negeri 49 Bandung, hasil

UAS semester ganjil Tahun 2010-2011 pada mata pelajaran IPS di kelas VIII

menunjukan bahwa nilai hasil belajar siswa yang sudah mencapai kriteria

ketuntasan minimal (KKM) sebesar 64,29 % sedangkan sisanya sebesar 35,71 %

masih dibawah kriteria ketuntasan minimal, data tersebut menunjukan bahwa

masih rendahnya hasil belajar IPS siswa di kelas VIII, sehingga untuk mencapai

kriteria ketuntasan minimal guru harus memberikan remedial.

Berdasarkan keterangan guru mata pelajaran IPS di SMP negeri 49

Bandung bahwa kegiatan belajar mengajar dikelas sebagian besar siswa masih

mengalami kesulitan mengungkap buah fikirnya secara verbal dan tertulis, selama

(14)

ketika siswa diberi tugas pekerjaan rumah terkadang siswa kurang memiliki rasa

tanggung jawab untuk mengumpulkannya tepat waktu.

Berdasarkan penjelasan yang diungkapkan guru IPS di SMP Negeri 49

Bandung dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS di kelas guru masih

mempraktekan pendekatan konvensional. Kegiatan belajar mengajar masih

berorientasi pada penguasaan materi buku, dalam menyampaikan pelajaran IPS

guru hanya mengulas materi-materi yang ada di LKS saja. Guru tersebut pernah

menggunakan metode pembelajaran lain dengan anggapan siswa bisa berperan

aktif dalam belajar, namun penggunaan metode tersebut tidak dilanjutkan dengan

alasan waktunya tidak cukup dan selama proses pembelajaran berlangsung

kondisi kelas malah menjadi ribut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

kondisi yang nyaman dan aman dalam proses pembelajaran menurut guru tersebut

adalah kelas tenang, siswa duduk dan mendengarkan.

Melihat kondisi pembelajaran IPS tersebut, dampaknya maka selama

proses pembelajaran siswa kurang termotivasi untuk belajar, siswa merasa

kesulitan dalam menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang

diberikan oleh guru. Sehingga siswa kurang memiliki rasa percaya diri dalam

proses belajar di kelas, siswa menjadi tidak mandiri, tidak disiplin dan kurang

bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Dengan demikian siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran dan kurang

memiliki motivasi dalam belajar yang tentu saja akan berdampak pada hasil

(15)

Berbagai alternatif jawaban atau solusi pemecahan untuk menghindari

pembelajaran IPS yang tidak efektif adalah dengan melakukan konstruksi

penerapan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi serta dapat

mengembangkan potensi siswa agar berani menghadapi problema yang dihadapi

tanpa merasa tertekan, mau dan mampu, serta senang mengembangkan diri.

ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) merupakan

model pembelajaran yang dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat

digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan

baik. Model pembelajaran ini berisi empat komponen yang merupakan satu

kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu membangkitkan

dan mempertahankan perhatian siswa selama pembelajaran (Attention), materi

pelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa (Relevance), menanamkan

rasa yakin dan percaya diri siswa (Confidence), menumbuhkan rasa puas pada

siswa terhadap pembelajaran (Satisfaction).

Salah satu metode pembelajaran yang diterapkan dalam model ARCS ini

dan dianggap dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa adalah

melalui metode pemecahan masalah. Karena pada dasarnya tujuan akhir

pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak dimasyarakat.

Pada dasarnya setiap saat orang menghadapi masalah yang harus

dipecahkan. Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang

cukup dan telah diolah dan dipadukan dengan hal-hal lain yang terkait.

(16)

kreativitas dalam belajar tersebut dibutuhkan motivasi belajar siswa yang tinggi

agar dapat menemukan pemecahan yang efektif dan efisien, sedangkan kearifan

diperlukan karena pemecahan harus selalu memperhatikan kepentingan berbagai

pihak dan lingkungan sekitamya.

Oleh karena itu sejak dini siswa perlu belajar memecahkan masalah, sesuai

dengan tingkat berpikirnya. Untuk memecahkan masalah memang dituntut

kemampuan untuk berpikir rasional, berpikir kreatif, berpikir alternatif, berpikir

sistem, berpikir lateral dan sebagainya. Oleh karena itu, pola berpikir tersebut

perlu dikembangkan di sekolah dan kemudian diaplikasikan dalam bentuk

pemecahan masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis merasa tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model ARCS ( Attention,

Relevance, Confidence and Satisfaction) melalui Metode Pemecahan Masalah

Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah.

1. Apakah terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan

sesudah perlakuan pada kelas yang mendapatkan perlakuan Model ARCS

melalui Metode Pemecahan Masalah?

2. Apakah terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan

sesudah perlakuan pada kelas yang tidak mendapatkan perlakuan model

(17)

3. Apakah terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sesudah

perlakuan antara kelas yang mendapat perlakuan dengan kelas yang tidak

mendapat perlakuan model ARCS memalui metode pemecahan masalah ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah.

1. Ingin mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum

dan sesudah perlakuan pada kelas yang mendapatkan perlakuan Model

ARCS melalui Metode Pemecahan Masalah.

2. Ingin mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan

sesudah perlakuan pada kelas yang tidak mendapatkan perlakuan model

ARCS melalui metode pemecahan masalah.

3. Ingin mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sesudah

perlakuan antara kelas yang mendapat perlakuan dengan kelas yang tidak

mendapat perlakuan model ARCS melalui metode pemecahan masalah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah.

1. Bagi Guru.

Diharapkan dapat membantu memberikan inspirasi bagi guru dalam

menentukan atau mencari metode dan strategi yang inovatif dalam

pembelajaran di sekolah guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar

(18)

2. Bagi Kepala sekolah.

Bagi Kepala Sekolah atau pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan

diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam menentukan

kebijakan tentang pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk mata

pelajaran IPS dalam berbagai jenjang pendidikan.

3. Bagi Penulis sendiri yaitu dapat memberikan bekal dan manfaat terutama

dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dan sebagai

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)

49 Bandung yang berlamat di Jalan Antapani No 58 Bandung. Dalam penelitian

ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII pada semester Genap.

Dasar pertimbangan populasi penelitian adalah kelas VIII karena kelas VII

merupakan siswa baru sehingga masih beradaptasi dengan lingkungan SMP dan

kelas IX dalam persiapan mengahadapi Ujian Nasional. Sedangkan yang menjadi

sampelnya adalah dua dari 12 kelas yang dipilih secara purposif berdasarkan

pertimbangan guru bidang studi IPS kelas VIII dengan melihat nilai rata-rata kelas

yang diambil dari hasil ulangan umum semester ganjil 2010-2011.

B. Metode penelitian dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

eksperimen, dimana penelitian dianggap sebagai quasi eksperimen apabila

tidak dilakukan randominasi dalam meneliti hubungan sebab akibat (Seniati,

Yulianto dan Setiadi 2005 : 35). Ruseffendi (2003:45) mengatakan bahwa

“dalam suatu penelitian ekperimen, khususnya penelitian yang ingin

menyelidiki keefektifan penggunaan metode mengajar baru, diperlukan kelas

lain atau kelompok siswa yang menggunakan metode lama atau yang biasa

(20)

kelas kontrol. Hasil dari kelas kontrol ini akan menjadi pembanding dari kelas

eksperimen untuk mengetahui apakah hasil kelas ekperimen lebih tinggi

daripada kelas kontrol

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah non-equivalent controlgroup

design, pada desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan model ARCS melalui

metode Pemecahan Masalah dalam proses pembelajarannya. Sedangkan kelas

kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dengan pola sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

GRUP PRE TEST TREATMENT POST TEST

A 01 X 02

B 03 04

Keterangan:

A : kelompok eksperimen

B : kelompok kontrol

X : dikenakan treatment atau perlakuan dengan model ARCS melalui

metode pemecahan masalah

: tidak dikenakan treatment atau perlakuan dengan model ARCS

melalui metode pemecahan masalah

01 : sebelum perlakuan (pre test) pada kelompok eksperimen

(21)

03: pretest pada kelompok kontrol

04:posttest pada kelompok Kontrol

C. Operasional Variabel

Operasional variable penelitian ini diuraikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 3.2. Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator

Model ARCS

Model ARCS merupakan suatu bentuk

pendekatan pemecahan masalah untuk

merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar dengan langkah-langkah : Attention, Relevance, Confidence and

Satisfaction. Adapun metode dalam

penyampaian materi pembelajaran yang

digunakan dalam model ARCS ini yaitu melalui metode pemecahan masalah merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada aspek pemecahan masalah. dengan langkah-langkah : Merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, menarik kesimpulan

Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, dengan beberapa indikator yang mendukung.

Perhatian

(Attention)

Relevansi (Relevance) Keyakinan (Confidence) Kepuasan (Satisfaction

Hasil Belajar Pencapaian kompetensi-kompetensi mata

pelajaran IPS yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam penelitian ini pencapaian kompetensi mencakup aspek pengetahuan ranah kognitif yaitu : pengetahuan (C1), pemahaman (C2), Aplikasi (C3), dan analisis (C4) pada pembelajarn IPS dengan Standar Kompetensi Memahami kegiatan perkeonomian di Indonesia

dan Kompetensi Dasar Permintaan dan

penawaran serta terbentuknya harga pasar

(22)

D.Teknik Pengumpulan Data

1. Angket

Angket dalam penelitian ini digunakan sebagai alat tes yang

dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa baik

kelas yang mendapatkan model ARCS melalui Metode Pemecahan Masalah

maupun kelas yang tidak mendapat perlakuan sebelum (pretest) dan sesudah

mendapat perlakuan (postest) .

Angket motivasi belajar ini dirancang dalam bentuk pilihan-pilihan

pernyataan yang berkaitan dengan perhatian siswa, respon siswa, percaya diri

siswa dan kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran IPS. Dimana setiap

siswa baik siswa yang mendapat perlakuan model ARCS melalui metode

pemecahan masalah maupun siswa yang tidak mendapatkan perlakuan atau

menggunakan metode konvensional diminta untuk mengisi kolom jawaban

berdasarkan pernyataan yang tersedia

Angket motivasi belajar ini menggunakan skala Grafis (Grafic rating

Scale), skala grafis merupakan metode pengukuran sikap yang disajikan dalam

bentuk grafis atau gambar. Metode ini menyatakan penelitian responden

terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu dengan angka yang ada dalam

gambar atau grafik penelitian. Dengan kriteria angka 1 menunjukan bahwa

responden memberikan tanggapan yang sangat tidak setuju terhadap

pernyataan yang diajukan atau tingkat motivasinya sangat rendah, sedangkan

(23)

tingkat motivasinya tinggi (Munir, 2008 :19). Untuk mendapatkan data yang

bersifat interval dan diberi skor atau nilai sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pilihan jawaban mulai dari 1 sampai dengan 10. Dengan ketentuan Bila

jawaban ke kiri maka motivasinya cenderung rendah, bila jawaban ke kanan

maka motivasinya cendrung tinggi..

2. Tes Tertulis

Tes tertulis ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa baik

pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum (pretest) dan sesudah

mendapatkan perlakuan (posttest) dengan menggunakan metode yang telah

ditentukan. Dalam hal ini, tes tertulis yang diberikan kepada siswa berupa soal

berbentuk objektive (pilihan ganda). Tes tertulis yang digunakan dalam

penelitian ini antara pretest dengan posttest tetap menggunakan soal yang

sama.

3. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran di dalam

kelas untuk melihat secara langsung cara guru menerapkan metode

pembelajaran yang ditawarkan serta melihat respon dan perkembangan siswa

dalam pembelajaran tersebut. Lembar observasi yang digunakan ada dua

bentuk, yaitu lembar observasi pengamatan penampilan guru di dalam kelas

(24)

dan lembar observasi pengamatan diskusi kelompok siswa. Hasil pengamatan

tersebut akan dijelaskan secara deskriptif guna dijadikan sebagai informasi

tambahan dalam pengambilan kesimpulan penelitian.

4. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa sebelum dan setelah

pembelajaran dengan menggunakan model ARCS melalui metode pemecahan

masalah dalam mata pelajaran IPS untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Wawancara dimaksud untuk mengetahui kendala-kendala ataupun kekurangan

dalam model ARCS melalui metode pemecahan masalah baik dari segi guru

maupun siswa.

E.Uji Alat Tes penelitian

Soal tes yang akan digunakan sebagai parameter motivasi dan hasil belajar

siswa, sebelum digunakan sebagai alat pretest dan posttest pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas butir-butir soal tersebut, dengan maksud untuk mengetahui kualitas

soal tes. Berikut dijelaskan mengenai alat ukur kualitas tes yang dimaksud.

1. Validitas

Uji validitas item butir soal menggunakan bantuan software SPSS

versi 17 for windows. Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengukur

sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur oleh kuesioner tersebut (Nasution 2003 :74). Uji validitas ini dilakukan

(25)

indikator yang diteliti. Suatu alat tes dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable

yang diteliti secara tepat. Berikut disajikan hasil uji validitas motivasi belajar

siswa dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Item soal Corrected item-total

correlations

Kesimpulan

1 0,457 Valid

2 0,649 Valid

3 0,269 Valid

4 0,096 Tidak Valid

5 0,237 Tidak Valid

6 0,174 Tidak Valid

7 0,706 Valid

8 0,700 Valid

9 0,660 Valid

10 0,729 Valid

11 0,652 Valid

12 0,216 Tidak Valid

13 0,457 Valid

14 0,272 Valid

15 0,198 Tidak Valid

16 0,729 Valid

17 0,652 Valid

18 0,659 Valid

19 0,328 Valid

20 0,402 Valid

21 0,462 Valid

22 0,136 Tidak Valid

23 0,274 Valid

24 0,501 Valid

25 0,687 Valid

(26)

Lanjutan Tabel 3.3.

27 0,272 Valid

28 0,647 Valid

29 0,466 Valid

30 0,147 Tidak Valid

31 0,608 Valid

32 0,754 Valid

33 0,609 Valid

34 0,005 Tidak Valid

35 0,057 Tidak Valid

36 0,012 Tidak Valid

37 0,688 Valid

38 0,729 Valid

39 0,652 Valid

40 0,539 Valid

41 0,457 Valid

42 0,576 Valid

43 0,570 Valid

44 0,340 Valid

45 0,188 Tidak Valid

46 0,209 Tidak Valid

47 0,308 Valid

48 0,317 Valid

49 0,211 Tidak Valid

50 0,269 Valid

Sumber data diolah dengan SPSS

Berdasarkan tabel di atas hasil uji validitas alat tes motivasi belajar

siswa diketahui koefisiensi korelasi item total dikoreksi (corrected item-total

correlation) tidak semua item soal memiliki kriteria validitas. Dari 50 butir

soal terdapat 36 item memberikan nilai positif ≥ 0.25, hal tersebut

menunjukan 36 item soal valid dan terdapat 14 item soal yang tidak valid.

Dengan demikian maka peneliti hanya mengambil jumlah item soal yang

(27)

Hasil uji validitas alat tes hasil belajar siswa dapat dilihat dalam

tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Hasil Belajar Item soal Corrected item-total

correlations

Kesimpulan

1 0,522 Valid

2 0,582 Valid

3 0,431 Valid

4 0,415 Valid

5 0,198 Tidak Valid

6 0,402 Valid

7 0,511 Valid

8 0,552 Valid

9 0,591 Valid

10 0,014 Tidak Valid

11 0,354 Valid

12 0,294 Tidak Valid

13 0,536 Valid

14 0,355 Valid

15 0,115 Tidak Valid

16 0,211 Tidak Valid

17 0,337 Valid

18 0,365 Valid

19 0,021 Tidak Valid

20 0,245 Tidak Valid

21 0,522 Valid

22 0,582 Valid

23 0,431 Valid

24 0,415 Valid

25 0,086 Tidak Valid

26 0,140 Tidak Valid

27 0,511 Valid

28 0,552 Valid

29 0,591 Valid

30 0,014 Tidak Valid

(28)

Berdasarkan data tabel tersebut di atas diketahui bahwa koefisiensi

korelasi item total dikoreksi (corrected item-total correlation) tidak semua

item soal memiliki kriteria validitas. Dari 30 butir soal terdapat 21 item

memberikan nilai positif ≥ 0.25, hal tersebut menunjukan 21 item soal valid

dan terdapat 9 item soal yang tidak valid. Dengan demikian maka peneliti

hanya mengambil jumlah item soal yang valid, namun untuk mempermudah

perhitungan skor nilai maka peneliti hanya akan mengambil 20 item soal dari

21 item soal yang valid, jadi item soal yang dibuang seluruhnya berjumlah 10

item soal.

2. Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas.

Reliabilitas merujuk kepada konsistensi skor yang dicapai oleh siswa yang

sama ketika mereka diuji ulang dengan soal yang sama pada kesempatan yang

berbeda. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan software SPSS

versi 17 for windows diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3.5.

Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.915 .915 50

Sumber data diolah dengan SPSS

berdasarkan tabel uji reliabilitas di atas menunjukan nilai

(29)

disimpulkan bahwa alat test tersebut memiliki reliabilitas internal yang

memadai untuk mengukur motivasi belajar siswa.

Tabel 3.6.

Hasil Uji Reliabilitas Hasil belajar siswa

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized

Items N of Items

.817 .817 30

Sumber data diolah dengan SPSS

Tabel uji reliabilitas di atas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha

yang diperoleh sebesar 0,817 (> 0.70), maka dapat disimpulkan bahwa alat

test tersebut memiliki reliabilitas internal yang memadai untuk mengukur

hasil belajar siswa.

Soal tes tertulis setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas

selanjutnya dilakukan uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran dengan

maksud untuk mengukur tingkat kualitas soal tes. Daya pembeda soal adalah

kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang

berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto,

2007:211). Untuk klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Klasifikasi Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 < D ≤ 0,20 0,20 < D ≤ 0,40 0,40 < D ≤ 0,70 0,70 < D ≤ 1,00

Jelek Cukup

(30)

Sedangkan analisis tingkat kesukaran soal dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa sukar sebuah soal yang dibuat sebagai alat tes yang baik

adalah yang mempunyai tingkat kesukaran sedang, tidak terlalu sukar ataupun

tidak terlalu mudah. Klasifikasi indeks kesukaran soal sebagai berikut :

Tabel. 3.8

Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 0,30 ≤ P < 0,70 0,70 ≤ P < 1,00

Sukar Sedang Mudah

Daya pembeda soal serta tingkat kesukaran soal dilakukan dengan

bantuan Anatest kemudian dianalisis. Berikut di paparkan hasil pengujian

daya pembeda dan tingkat kesukaran soal alat tes dengan menggunakan

[image:30.595.118.511.226.742.2]

bantuan Anatest.

Tabel 3.9.

Hasil Uji Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda

No soal Tingkat

Kesukaran Kategori Daya Pembeda

1 57,14 Sedang 55,56

2 45,71 Sedang 33,33

3 42,86 Sedang 44,44

4 60,00 Sedang 44,44

5 77,14 Mudah 44,44

6 68,57 Sedang 77,78

7 37,14 Sedang 55,56

8 48,57 Sedang 77,78

9 45,71 Sedang 55,56

10 37,14 Sedang 44,44

11 62,86 Sedang 88,89

12 65,71 Sedang 44,44

(31)

Lanjutan Tabel 3.9.

14 60,00 Sedang 33,33

15 57,14 Sedang 55,56

16 54,29 Sedang 66,67

17 82,86 Mudah 44,44

18 60,00 Sedang 77,78

19 31,43 Sedang 44,44

20 57,14 Sedang 44,44

Sumber data: diolah menggunakan Anatest

F. Rancangan Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah

penyebaran kedua populasi berdistribusi secara normal atau tidak. Untuk

mengetahuinya maka menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan

bantuan software SPSS versi 17 for windows.

Santoso (2010 :186) mengemukakan bahwa kriteria Uji Normalitas

Data dijelaskan sebagai berikut:

a.Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh > ≥ (0.05),

maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b.Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh < ≥ (0.05),

maka sampel bukan berasal dari populasi yang tidak berdistribusi

normal.

2. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua

populasi mempunyai variansi yang homogen atau heterogen. Pada

(32)

windows dalam menguji homogenitas data yang diperoleh. Adapun kriteria

untuk menetapkan homogenitas data menurut Santoso (2010 : 187) yaitu:

1) Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh > ≥ (0.05),

maka variansi setiap sampel dikatakan homogen.

2) Jika signifikansi (Sig) atau nilai probabilitas yang diperoleh < ≥ (0.05),

maka variansi setiap sampel tidak homogen.

3. Uji Hipotesis

Apabila hasil dari uji normalitas dan homogenitas data menunjukkan

bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan

dengan uji hipotesis menggunakan uji-t (t-test). Namun apabila hasil uji

normalitas dan homogenitas data menunjukan bahwa data tersebut tidak

berdistribusi normal dan tidak homogen atau salah satu hasil data menujukan

tidak berdistribusi normal atau tidak homogen, maka dilanjutkan dengan uji

hipotesis menggunakan uji non parametrik.

Menurut Santoso (2010 : 187) Untuk menentukan ada tidaknya

perbedaan, maka perlu diperhatikan kriteria berikut:

a. Jika signifikansi atau nilai probabilitas yang diperoleh < 0.05, maka

terdapat perbedaan yang nyata antara nilai Pretest dengan Posttest.

b. Jika signifikansi atau nilai probabilitas yang diperoleh > 0.05, maka tidak

terdapat perbedaan antara nilai Pretest dengan Posttest.

4. Perhitungan Gain

Perhitungan gain digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan

(33)

dimana analisisnya melalui hasil tes awal (pretest) dan hasil tes akhir

(posttest). Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain

ternormalisasi rata-rata (avarange mormalized gain). Adapun rumus tersebut

menurut Meltzer (2002) dalam Ramdania (2010 : 56) adalah sebagai berikut :

<g> = Skor posttest – skor pretes

Skor maksimum – skor pretest

Keterangan :

<g> = Gain ternomalisasi rata-rata

Skor pretest = Persentase skor pretest rata-rata

Skor posttest = Persentase skor posttest rata-rata

Skor maksimum = Skor ideal seluruh item soal

Selanjutnya hasil gain akan dianalisis melalui kriteria tingkat gain

sebagai berikut :

Tabel 3.10 Kategori Tingkat Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu :

1. Tahap persiapan

Pada tahapan ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusunan perangkat

(34)

perangkat pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara

lain materi pelajaran yang akan dikaji dan metode pembelajaran yang akan

digunakan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan studi literatur tentang :

a. literatur yang berkaitan dengan pembelajaran

b. analisis indikator materi pelajaran

c. metode pembelajaran yang sesuai dengan peningkatan motivasi dan hasil

belajar siswa.

d. analisis model pembelajaran ARCS dan metode pemecahan masalah

untuk menentukan langkah-langkah dalam proses pembelajaran.

Sedangkan pengembangan alat tes penelitian meliputi

langkah-langkah sebagai berikut :

a. menyusun kisi-kisi angket motivasi belajar

b. menyusun kisis-kisi butir soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa

c. validasi alat tes

d. uji coba alat tes

e. revisi alat tes

2. tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap untuk mengumpulkan data.

Pada tahap ini mengimplementasikan model ARCS (Attention, Relevance,

Confidence, and Satisfaction) dalam proses pembelajaran dan teknik dalam

penyampaian materi menggunakan metode pemecahan masalah. Adapun

(35)

a. mengadakan tes awal (pre test) untuk memperoleh data mengenai

motivasi dan hasil belajar siswa sebelum mengikuti pembelajaran

b. pengarahan terhadap guru kelas VIII mengenai model pembelajaran

ARCS dengan menggunakan metode Pemecahan Masalah

c. menentukan materi IPS

d. menentukan teknik dan media pembelajaran yang sesuai dengan pokok

bahasan yang akan dibelajarkan

e. membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas

kontrol dan kelas eksperimen

f. menerapkan model ARCS dengan melalui metode pemecahan masalah

pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol diterapkan metode

konvensional

g. pemberian tes akhir (post test) untuk memperoleh data tentang

peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya

model pembelajaran ARCS melalui metode pemecahan masalah dengan

pembelajaran konvensional

3. Tahap penyelesaian

Tahapan penyelesaian diantaranya adalah :

a. mengolah dan menganalisa data

b. membuat kesimpulan dari hasil penelitian

c. menyusun laporan hasil penelitian

Secara keseluruhan tahapan-tahapan tersebut dapat digambarkan

(36)
[image:36.595.101.531.107.694.2]

Gambar 3.1 Alur penelitian

Penyusunan laporan Kesimpulan Studi Pendahuluan

Penyusunan materi, alat test, uji coba , revisi dan mempersiapkan

perangkat pembelajaran, melatih guru yang akan mengajar

Kelas kontrol Menentukan Subyek penelitian

Pengolahan dan analisis data Pre Test

Observasi

Post Test Pembelajaran dengan

model ARCS melalui metode Pemecahan

Masalah

Pembelajaran dengan metode

konvensional

Pengolahan dan analisis data Persiapan Penelitian

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS (

Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction ) melalui metode pemecahan

masalah merupakan model yang efektif dan memberikan pengaruh positif untuk

meningkatkan indikator–indikator motivasi dan hasil belajar siswa, antara lain

indikator Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (percaya diri),

dan Satisfaction (rasa yakin). Hal tersebut terbukti dari beberapa hasil pengujian

hipotesis bahwa selalu terdapat peningkatan perolehan nilai rata-rata setelah

penerapan model ARCS melalui metode pemecahan masalah, dan dari

keseluruhan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya

model ARCS melalui metode pemecahan masalah ternyata indikator motivasi

Attention memperlihatkan peningkatan yang lebih tinggi dibanding dengan

indikator motivasi yang lainya.

Secara khusus, kesimpulan yang berkaitan dengan rumusan masalah dan

hipotesis penelitian adalah sebagai berikut.

1. Terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah pembelajaran

menggunakan model ARCS melalui metode pemecahan masalah. Hasil

perolehan tersebut selain menjawab hipotesis juga dapat memberikan

gambaran bahwa model pembelajaran ARCS melalui metode pemecahan

masalah dapat memberikan pengaruh positif dalam peningkatan kemampuan

(38)

2. Terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah menggunakan

metode konvensional dalam pembelajarannya. Hal ini mengindikasikan

bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan metode yang dilakukan

sehari-hari oleh guru yaitu, ceramah, tanya jawab, dan penugasan juga tidak

selamanya tidak memberikan konrtribusi terhadap motivasi dan hasil belajar

siswa.

3. Terdapat perbedaan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dimana

kelas yang mendapatkan perlakuan model ARCS melalui metode

pemecahan masalah lebih besar peningkatannya dibanding dengan kelas

yang tidak mendapat perlakuan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran ARCS dalam pembelajarannya

memperhatikan indikator perhatian, relevansi, percaya diri dan rasa puas

siswa terhadap pelajaran. Dengan demikian indikator motivasi siswa dalam

kelas yang menggunakan Model ARCS melalui metode pemecahan masalah

dalam pembelajarannya lebih baik dibandingkan dengan pencapaian

(39)

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1.Guru dapat menggunakan Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence

and Satisfaction) sebagai salah satu model pembelajaran dan sebagai salah

satu metode pembelajaran di kelas-kelas lainnya untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa.

2.Mengingat pentingnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran agar siswa

dapat mengikuti pembelajaran dengan kemauan dan minatnya sendiri.

Diharapkan kepada seluruh guru untuk membantu siswa agar terus

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan

metode-metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran. Dengan terpeliharanya

motivasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung maka kegiatan

pembelajaran akan lebih berkualitas dan tentu saja hal ini akan berpengaruh

pula pada perolehan hasil belajar siswa.

3.Diharapkan kepada guru untuk membiasakan diri mencari informasi tentang

metode-metode pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi-potensi

siswa.

4.Tujuan akhir dari pembelajaran selain memperoleh hasil yang baik siswa juga

mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari di masayarakat

baik untuk dirinya maupun orang lain. Melalui metode pemecahan masalah

(40)

memecahkan masalah dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena

itu, diharapkan kepada seluruh guru agar terus meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah siswa dengan menggunakan permasalahan yang

bervariatif.

5.Penelitian ini dilakukan hanya di satu sekolah dengan menggunakan sampel

yang kecil, waktu yang terbatas, serta materi dan permasalahan yang dibatasi.

Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya

untuk mengadakan penelitian dalam jumlah sampel yang lebih besar, waktu

yang lebih lama serta materi dan permasalahan yang lebih variatif.

6.Mengingat keterbatasan waktu dalam penelitian ini diharapkan dalam

penerapan model ARCS guru tidak hanya melalui metode pemecahan masalah

saja, tetapi masih banyak metode-metode yang lebih variatif dalam upaya

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar,Suwarma.(2004). Pengembangan Berpikir dan Nilai Dalam Pendidikan IPS. Gelar Pustaka Mandiri: Bandung

______. (Tanpa tahun). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Sekolah Pascasarjana: Universitas Pendidikan Indonesia:Bandung

Anwar, (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup . Bandung. Alfabheta

Arikunto, Suharsimi .(2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar (2007). Media Pembelajaran jakarta : PT raja Grafindo Persada.

Bloom et al (1956) Taxonomy of Educational Objectives ( The classification of Educational goals). New york. David McKay Company,INC

Dimyati, Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Kerjasama Depdikbud dan Rineka Cipta: Jakarta.

Ghozali, I. (2008). Desain Penelitian Eksperimental (Teori, Konsep dan Analisis

Data dengan SPSS 16.0). Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro

Hamalik, Oemar ((2003). Proses belajar mengajar, jakarta. Bumi Aksara

Hamalik, Oemar (2009). Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta. Sinar Baru Algensindo

Hamid Hasan, S. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jemderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik: Jakarta

Hamzah B. Uno. (2010). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta. Bumi aksara.

Herliany Elly, Indrawati. (2009). Penilaian Hasil Belajar Untuk Program

Bermutu. PPPPTK IPA

Joyce,Weil, Calhoun (2009) Models of Teaching (Model-model pengajaran).

Yogyakarta : Pustalka Pelajar

(42)

L.R.Gray, E Mills,Airsian Peter (2006). Educational Research. New Jersey Pearson Merrill Prentice Hall.

Maryani, Enok (2011) Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung : Alfabeta.

Munir, Sahibul (2008), Metodologi Penelitian Modul 8. Fakultas Ekonomi.Mercu Buana

Nasution (2003), Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara

Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah Dengan SPSS 17. Jakarta: Gramedia

Puskur Balitbang DEPDIKNAS Pengembangan Model pendidikan Kecakapan

Hidup SD/MI/SDLB-SMP/MTs/SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK/MAK.

Riduan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta

Ruseffendi, H. E. T. (1998). Statistika Dasar untuk Peneltian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press

Ruseffendi, H. E. T. (2003). Dasar-dasar Peneltian Pendidikan dan Bidang Noneksakta Lainnya. Semarang: Unnes Press

Rusman (2010) Model-model pembelajaran (mengembangkan profesionalisme guru) .Bansung :Rajawali Pers

Sadirman. (2004). Interaksi dan Motivasi belajar mengajar.jakarta. PT Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful . (2007). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung, Alfabeta.

Sanjaya, Wina (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar dan proses pendidikan. Bandung, Kencana

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung .Kencana

Santoso, Singgih (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Slavin, R. E., (2010). Cooperative Learning. Theory, Research, and Practice. Second Edition. USA: Allyn & Bacon

Somantri, Muhammad Nu’man (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,

(43)

Sudjana Nana & Ibrahim (2009). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2010). Metode Peneltian Pendidikan. Bandung. Alfabheta

Sugiyono (2006). Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukmara,Dian (2007). Implementasi life Skill dalam KTSP. Bandung. Mughni Sjahtera

Trihendradi (2007). Statistik Inferen menggunakan SPSS (Teori Dasar dan Aplikasinya). Yogyakarta : CV Andy Offset

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Bandung : Citra Umbara

Wena, Made (2010) Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta. Bumi aksara.

Weyers, Mark (2006). Teaching FE Curriculum (Encoraging active Learning in The Classroom). New York. Continuum International Publishing Group

Sumber Internet :

Abidin, Zaenal (2006). Motivasi dalam Strategi pembelajaran dengan Pendekatan ARCS. Universitas muhammadiyah Surakarta. eprints.ums.ac.id/87/1/suhuf pak

Al-Jawi, M.Shiddiq. (2006) Pendidikan Di Indonesia masalah dan solusinya.

http://www.khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=blogcat egory&id=19&Itemid=48&limit=9&limitstart=99

Hamoraon (2010). Pembelajaran Inovatif Model ARCS Keller.

http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller

Harmadi, Sonny Harrry (2011). Kinerja Pembangunan manusia Indonesia. http://www.mediaindonesia.com/read/2011.

Keller, J. M., & Suzuki, K. (1987). Use of the ARCS Motivation Model in Courseware Design. In D. H. Jonassen (Ed.), Instructional Designs for

Microcomputer Courseware. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.

(44)

Keller, J. M., (2000) .How to integrate learner motivation planning into lesson planning: The ARCS model approach. Florida State University U.S.A. Paper presented at VII Semanario, Santiago, Cuba, February, 2000. http://mailer.fsu.edu/~jkeller/Articles/KellerARCSLessonPlanning.pdf

Kusumah, Wijaya (2010) Motivasi dan Minat Belajar Siswa.

http://wijayalabs.wordpress.com/2010/04/11/motivasi-dan-minat-belajar-siswa/

Ramdania, Diena rauda. (2010). Penggunaan Media Flash Flip Book dalam pembelajaran teknologi Informasi dan komunikasi Untuk meningkatkan hasil belajar siswa Skripsi FPMIPA UPI bandung, tidak diterbitkan

Shidiq, Al Jawawi (2006), Pendidikan di Indonesia Masalah dan Solusinya

http://www.khilafah1924.org/index.php/option/com./2006.

Sopah, Djamaah 1998. Studi tentang model peningkatan motivasi berprestasi siswa, Laporan penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya.

http://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=238

Sofyan Sauri. (2009). Strategi Pembelajaran Ips Dengan Pendekatan Komprehenshif.

http://sofyanpu.blogspot.com/2009/05/strategi-pembelajaran-ips.html

Supriyoko (2005). Pentingnya Standar Nasional Pendidikan Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan. http://amikom.ac.id/research/index.php/karyailmiahdosen

Syamsuri, Istamar ( 2010) Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan Minat siswa Pada bidang MIPA Makalah disampaikan dalam Lokakarya MIPAnet 2010, The Indonesian Network of Higher Educations of Mathematics and Nanutal Sciences, tanggal 26-27 Juli 2010, di IPB, Bogor

kappa.binus.ac.id/.../Pemakalah%202

Tarmidzi, Ramadhan, (2008). Perbuatan dan hasil Belajar

http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/09/perbuatan-dan-hasil-belajar/

Gambar

Tabel
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2. Operasional Variabel
gambar atau grafik penelitian. Dengan kriteria angka 1 menunjukan bahwa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Metode eliminasi Gauss adalah suatu prosedur yang didasarkan pada gagasan untuk mereduksi matriks yang diperbesar dari suatu sistem menjadi matriks yang diperbesar lain yang

Di dalam lingkungan kampus ia mendapatkan beberapa halangan yang dikarenakan pemikiran Asri yang berbeda dengan pemikiran anak pada umumnya, sala satu

Beside their potencies (wide area, topography, climate and number of human resources), there are also many weaknesses of coastal sandy land, such as sand texture, porous soil,

[r]

[r]

[r]

Berdasarkan nilai koefisien penentu yang dihasilkan menunjukkan bahwa Rasio Profitabilitas, Earning Per Share dan Price Earning Ratio memiliki pengaruh terhadap harga saham

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan hasil uji Duncan pada Gambar 1.9 menunjukkan bahwa varietas yang merespon cekaman genangan dengan baik secara keseluruhan