• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENIGNKATKAN PEMAHMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENIGNKATKAN PEMAHMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

PERNYATAAN……… ii

KATA PENGANTAR………. iii

UCAPAN TERIMAKSIH………... iv

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… Xi DAFTAR GAMBAR……… Xii BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah……….. 8

C. Tujuan Penelitian………... 9

D. Manfaat Penelitian………. 9

E. Asumsi dan Hipotesis……… 11

G. Definisi Operasional……….. 11

H. Lokasi Penelitian……… 15

BAB II KAJIAN TEORITIS……… 16

A. Hakikat Pembelajaran PKn 16 1. Pengertian PKn……….. 16

2. Ruang lingkup PKn SD……….. 21

3. Tujuan PKn……… 25

(2)

viii

5. Media pembelajaran PKn………... 33

B. Metode Mind Mapping……..………. 34

1. Pengertian mind mapping………. 46

2. Kiat-kiat membuat mind mapping……… 39

3. Manfaat mind mapping………. 42

4. Kelebihan mind mapping……….. 44

5. Kelemahan mind mapping………. 44

C. Pemahaman Konsep dan Kemampuan Memecahkan Masalah……… 45

1. Pengertian konsep………. 45

2. Pemahaman konsep PKn…………... 51

3. Kemampuan memecahkan masalah……….. 54

D. Penerapan Mind Mapping untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 68

A. Disain Penelitian………..……….. 68

B. Subyek Penelitian……….. 70

C. Instrument Penelitan……….. 70

D. Teknik Pengumpulan Data………… ……… 72

E. Teknik Analisis Data………..……… 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 83

A. Hasil Penelitian………. 83

1. Pemahaman konsep………. 83

(3)

ix

3. Gambaran proses pembelajaran mind mapping………. 95

4. Keterlaksanaan metode mind mapping……… 97

5. Tanggapan guru tentang keterlaksanaan mind mapping……… 98

B. Pembahasan……… 100

1. Pemahaman konsep………... 100

2. Kemampuan memecahkan masalah………... 105

3. Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan mind mapping... 110

4. Tanggapan guru terhadap metode mind mapping……… 114

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………... 117

A. Kesimpulan…….………... 117

B. Rekomendasi………..………... 118

DAFTAR PUSTAKA………... 119

(4)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Perbedaan Catatan Biasa Dengan Mind Mapping………. 7

Tabel 1.2 Definisi Operasional………... 14

Tabel 2.1 Perbedaan Catatan Biasa Dengan Mind Mapping………. 37

Tabel 2.2 Rubric Penilaian Mind Mapping……… 41

Tabel 2.3 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah………. 61

Tabel 3.1 Disain Penelitian………. 68

Tabel 3.2 Tabel Indikator Pemahaman Konsep………. 70

Tabel 3.3 Tabel Indikator Pemecahan Masalah………. 71

Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data………. 72

Tabel 3.5 Validitas Butir Soal……… 74

Tabel 3.6 Reliabilitas Tes………... 76

Tabel 3.7 Indeks Kesukaran……….. 77

Tabel 3.8 Daya Pembeda……… 79

Tabel 3.9 Tingkat Gain……….. 80

Tabel 4.1 Data Skor Pemahaman Konsep………. 83

Tabel 4.2 Uji Normalitas Pemahaman Konsep………. 84

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Pemahaman Konsep……….. 85

Tabel 4.4 Uji Komparasi Kelas Eksperimen dan Kontrol……… 86

Tabel 4.5 Data Nilai Pemecahan Masalah……….. 87

(5)

xi

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Pemecahan Masalah……….. 89

Tabel 4.8 Uji Komparasi Kelas Kontrol dan Eksperimen……… 90

Tabel 4.9 Deskripsi Nilai Pemecahan Masalah………. 93

Tabel 4.10 Gambaran Guru Dalam Metode Mind Mapping………. 95

Tabel 4.11 Keterlaksanaan Metode Mind Mapping………. 97

(6)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Contoh Gambar Mind Mapping 37

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari hasil penelitian pendahuluan bahwa menunjukan pelaksanaan

pembelajran pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan diangap sebagai

mata pelajaran yang menjemukan dan membosankan. Hal tersebut terjadi

dikarenakan adanya angapan bahwa dalam proses belajara mengajar guru PKn

seringkali masih menggunakan metode yang bersifat konvensional yang hanya

mengarah kepada dua komunikasi saja (two away). Secara dominan dibandingkan

dengan metode-metode yang lainnya yang lebih berpareatif.

Hal tersebut juga terjadi pada pelaksanaan pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan yang dilaksanakan di SDN Cibiru 6 Kabupaten Bandung.

Dimana pada praktek pembelajaran pendidikan kewarganegaraan hanya berpusat

pada guru dan kebanyak metode yang digunakan lebih bersifat konvensional,

sehingga kurangnya prestasi siswa dalam proses pembelajaran, hal tersebut

terlihat dari prestasi siswa sebebelumnya yang rata hanya mencapai 5,7 dengan

KKM 6,00. Artinya pembelajaran belum mampu mencapai terhadap kriteria

ketuntasan minimal. Hal tersebut juga ternyata membawa dampak kepada

pengetahuan yang mereka dapatkan dalam rangka memecahkan

permasalah kewarganegaraan yang berkembang saat ini, atau juga

permasalahan-pemasalahan yang dihadapi secara langsung di sekitar sekolah.

Pendidikan kewarganegaraan secara teoritis dapat dikatan sebagai

(8)

2 humaniora, dan kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara

psikologis dan ilmiah untuk mencapai salah satu tujuan IPS” (Somantri, 200:

159).

Lebih lanjut Somantri (200: 154) mengemukakan bahwa Pendidikan

kewarganegaraan merupakan usaha unutk membekali peserta didik dengan

pengetahuan dan kemammpuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara

warga negara dengan negara serta pendidikan bela negara agar menjadi wara

negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.

Sedangkan Djahiri (2002: 91) menjelaskan lebih lanjut tentang makna

PKn sebagai berikut:

PPKN sebagai bagian pendidikan ilmu kewarganegaraaan atau PKn di manapun dan kapanpun sama/mirirp, yakni program dan rekayasa pendidikan untuk membina dan membelajarkana anak menjadi warga negara yang baik, beriman , dan bertaqwa kepada Tuahan yang maha Esa, memliki nasoinalisme (rasa kebangsaan) yang kuat atau mantap, sadar serta mampu membina serta melaksanakna hak dan kewajiban dirinya sebagai manusia, warga masyarakat, dan bangsa negaranya, taat asas/ketentuan (rule of law), demokratis, dan partisipatif, aktif-kreatif-positif dalam kebinekaan kehidupan bermasyarakat bangsa madani yang menjungjung tinggi hak azasi manusisa serta kehidupan yang terbuka, mendunia (global) dan modern tanpa melupakan jati diri masyarakat bangsa dan negaranya.

Berdasarkan pada pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi ke

SDN 6 Cibiru di Cibiru, terdapat beberapa permasalahan diantaranya: (1) PKn di

SD maupun di sekolah lanjutan dianggap oleh sebagian siswa sebagai mata

pelajaran yang ”tidak penting” dan mata pelajaran yang ”membosankan” (2)

Kondisi PBM di tingkat persekolahan dewasa ini masih diwarnai oleh penekanan

(9)

3 dalam proses pembelajaran itu sendiri. (3) Proses pembelajaran pendidikan PKn

tidak merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam PBM. Di samping itu,

PBM PKn yang dilakukan oleh guru belum mampu menumbuhkan budaya belajar

yang baik di kalangan siswa. Pada gilirannya, akan berpengaruh secara signifikan

terhadap perolehan dan hasil belajar siswa (Al-Muchtar, 1991) (4) Informasi

faktual lebih bertumpu pada buku paket dan kurang mendayagunakan

sumber-sumber lainnya (5) Guru lebih mendominasi siswa (teacher centered) sehingga

kebutuhan belajar siswa tidak terlayani atau dengan kata lain dominasi guru dalam

proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif

sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan

menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan atau sikap yang mereka butuhkan

(6) Metode pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional yang

lebih menekankan pada lingkungan belajar individual dan kompetisi sehingga

tidak menumbuhkan nilai-nilai sosial kemasyarakatan (7) Belum melibatkan siswa

dan seluruh komunitas sekolah dalam berbagai aktivitas kelas sehingga tidak

tampak keterampilan sosial dalam hal berprestasi dan bekerja sama, ada tiga

faktor penyebab rendahnya prestasisiswa dalam proses belajar mengajar, yaitu:

siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri; siswa

kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain;

siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain

(8) guru tidak banyak mengarahkan siswa untuk terampil dalam memecahkan

masalah-masalah sosial dalam pembelajaran. Kemampuan memecahkan masalah

(10)

4 diarahkan guru untuk memecahkan masalah-masalah global yang tampak di

sekitar sekolah dan masyarakat.

Terkait dengan permasalahan tersebut, maka telah menjadi bukti konkrit

pada saat ini bahwa permasalah yang tejadi pada pembelajra PKn adalah pada

metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan bahan ajarnya kepada

siswa. Pembelajaran lebih berpusat pada guru, kurangnya prestasipada siswa, dan

siswa tidak pernah diajarkan dalam prses pemecahan masalah yang berhubngan

dengan kewarganegaraan.

Padahal kalau kita merujuk pada peraturan pemerintan republic Indonesia

nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah bahwa tujuan dari pendidikan kewarganegaraan adalah menuntut

siswa unutk mampu.

1. Befikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berprestasi secara aktif dan betangungjawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis unutk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat agar hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.

Unutuk mencapai tujuan pembelajara PKn tersebut, maka diperlukan

adanya berbagai pembenahan terutama dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar yang menjadi tugas pendidik untuk mampu mendidik siswanya melalui

lproses berfikir kritis, refelktif, analitis dan kreatif yang dikembangkan menjadi

cara-cara berfikir warganegara yang demokratis, cerdas, dan bertanggung jawab.

(11)

5 Terkait dengan berbagai pembenahan prose pembelajaran tersebut, maka

sudah waktunya diterapkan berbagai macam jenis metode alternatif dalam

pembelajran PKn diantaranya adalah metode: kerja kelompok, pertemuan kelas,

pemecahan masalah social, bermain peran, dan simulasi. (Muhammad ali, 2007:

125).

Mind Mapping merupakan metode cara mengingat memori dengan

memvisualisasikan dalam bentuk symbol, gambar, ikon dan kata kunci konsep,

metode ini termasuk kedalam salah satu cara Accelerated Learning (cara belajar

cepat dan efektif dengan menggunakan seluruh tubuh) yang diprakarsai oleh Toni

Buzan pada tahun 1960an. Hal tersebut akan meunculkan aktivitas siswa dalam

pembelajran, sehingga siswa bisa lebih berprestasi dalam proses pembelajaran.

Selain itu pembelajaran juga akan lebih bersifat efektif dan efisien.

Pemetaan pikiran (Mind Mapping) merupakan peta rute yang hebat bagi

ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa

sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat

informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan

teknik pencatatan tradisional (Buzan, 2004: 5). Lebih lanjut De Porter dan

Hernacki (2000: 153) menjelaskan, “peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan

keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya

untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam”.

Menurut Iwan Sugiarto dalam Komariah (2008) ‘Peta pikiran adalah

(12)

6 dihadapi kedalam bentuk peta atau teknik grafik, sehingga lebih mudah

memahaminya’.

Memetakan ide-ide memberikan sebuah cara kepada para pembelajar

untuk mengkonsepualisasikan ide, membetuk pikiran mereka, dan menciptakan

pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mereka ketahui (dan yang tidak).

Akan tetapi yang paling penting, ketika kita membuat peta pikiran, ini akan

membuat kita merasa seakan-akan pembelajaran itu benar-benar “milik kita”

(Jensen, 2008: 134).

Pada hal ini siswa akan merasakan bagaimana mereka menyusun dan

mengkonsep materi yang telah dipelajarinya untuk ditulis dalam bentuk mind

mapping. Dengan pembelajaran tersebut siswa akan merfasakan bahwa proses

pembelajaran hanyalah milik mereka. Dengan tingkat motivasi yang tinggi

mereka akan melaksanakan pembelajaran tersebut dengan dirinya sendiri.

Tabel. 1.1. Perbedaan Catatan Biasa Dengan Mind Mapping

Catatan Biasa Mind Mapping

1. Hanya berupa tulisan-tulisan saja 1. Berupa tulisan, symbol dan gambar

berwarna-warni.

2. Hanya dalam satu warna 2. Untuk mereview ulang diperlukan

waktu yang pendek

3. Untuk mereview ulang

memerlukan waktu yang lama

3. Waktu yang diperlukan untuk belajar

lebih cepat dan efektif

4. Statis 4.Membuat individu lebih kreatif

(13)

7 Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos dalam Komariah, (2008)

mengungkapkan bahwa otak tidak menyimpan informasi dalam kumpulan baris

atau kumpulan kolom yang rapi. Otak menyimpan informasi pada dendrit-dendrit

yang nampak seperti pohon. Ia menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi.

Jadi, semakin mampu anda bekerja dengan metode memori otak, semakin mudah

dan semakin cepat anda belajar. Oleh karena itu, jangan mencatat, buatlah peta

pikiran (Mind Mapping).

Menurut Buzan (2008), peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang

memudahkan kita mengingat banyak informasi, setelah selesai mencatat yang

anda buat membentuk pola gagasan yang saling berkaitan, dengan topik

utamaditengah dan subtopic dan perincian menjadi cabang-cabangnya. Peta

pikiran yang baik adalah peta pikiran yang warna-warni dan menggunakan banyak

gambar dan symbol biasanya tampak seperti karya seni. Para ilmuwan sekarang

mengetahui bahwa otak mengambil informasi campuran gambar, bunyi, aroma,

pikiran, perasaan dan memisah-misahkannya kedalam bentuk linear, misalnya

pidato atau karya tulis. Saat otak mengingat informasi, biasanya dilakukan dalam

bentuk gambar warna-warni, symbol, bunyi dan perasaan. (Bobbi DePorter, 1999:

173).

Mind Mapping merupakan metode cara mengingat memori dengan

memvisualisasikan dalam bentuk symbol, gambar, ikon dan kata kunci konsep,

(14)

8 cepat dan efektif dengan menggunakan seluruh tubuh) yang diprakarsai oleh Toni

Buzan pada tahun 1960an.

Dalam proses pemecahan masalah, tentunya siswa harus memiliki

konsep-knsep atau ide yang nantinya akan dikonstruk dalam pikiran unutk

memecahkan maslahnya. Hal tersebut tentu dapat dilatih melalui proses

pembelajaran dengan mengunakan metode mind mapping.

Dari paparan di atas penulis mempunyai kesimpulan untuk meneliti

penerapan metode mind mapping unutk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran PKn, yang diharapkan nantinya akan menjadi salah satu alternatif yang positif dalam

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan pada tingkat satuan pendidikan dasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep antara siswa

yang belajar dengan metode mind mapping dan siswa yang belajar

dengan metode pembelajaran konvensional ?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan memecahkan

masalah antara siswa yang belajar dengan metode mind mapping dan

siswa yang belajar dengan metode pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana pelaksanaan dan tanggapan guru terhadap penggunaan

(15)

9 C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan dalam pemahaman konsep siswa antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post test).

2. Untuk mengetahui perbedaan dalam kemampuan memecahkan masalah

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post

test).

3. Untuk mengetahui keterlaksanaan dan dan tanggapan guru dalam

pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan PKn dan

kepentingan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam

memperkaya khasanah kajian dan pengembangan PKn, terutama dalam

pembelajaran PKn menggunakan metode MInd Mapping yang merupakan

salah satu alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan

pemahaman konsep siswa dan kemampuan memecahkan masalah.

2. Manfaat Praktis

(16)

10 a. Bagi pengambil kebijakan pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan

sebagai rekomendasi dalam pengembangan pembelajaran dengan

menggunakan metode MInd Mapping yang merupakan salah satu

alternatif metode pembelajaran khususnya pada pembelajaran PKn.

b. Bagi guru, sebagai masukan dan umpan balik bagaimana penggunaan

metode pembelajaran dalam pembelajaran PKn selama ini, dan sebagai

sarana penyampaian saran guna memberikan masukan, pedoman

mengajar dan memberikan gambaran mengenai peran dari sebuah

metode pembelajaran Mind Mappinguntuk meningkatkan pemahaman

konsep siswa dan kemampuan memecahkan masalah dalam

pembelajaran PKn.

c. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman dan kemudahan dalam

mengikuti pembelajaran dalam rangka meningkatkan pemahaman

konsep dan kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran

PKn.

E. Asumsi dan Hipotesis

Pembelajaran dengan menggunakan metode MInd Mapping merupakan

salah satu alternatif metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn SD

dengan beberapa keunggulannya yakni : dapat mengembangkan tingkah laku

kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa dan dapat mengembangkan

kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka

(17)

11 Berdasarkan teori yang mendukung mengenai penggunaan metode Mind

Mapping sebagai salah satu metode dalam pembelajaran PKn SD, maka asumsi

dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Mind Mapping dalam

pembelajaran PKn dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan

memecahkan masalah.

Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan dalam pemahaman konsep antara siswa yang belajar

dengan metode MInd Mapping dan siswa yang belajar dengan metode

pembelajaran konvensional pada pengukuran setelah dilaksanakan

pembelajaran (posttest).

2.Terdapat perbedaan dalam kemampuan memecahkan masalah antara siswa

yang belajar dengan metode MInd Mapping dan siswa yang belajar dengan

metode pembelajaran konvensional.

F. Definisi Operasinal

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas ( 1) untuk

kelompok eksperimen adalah penggunaan metode MInd Mapping.

Sedangkan, variabel bebas 2 untuk kelompok kontrol adalah

pembelejaran konvensional. Tidak ada perlakuan khusus terhadap kelas

kontrol dengan pembelajaran konvensional. Variabel terikat ) untuk

kelompok eksperimen berupa peningkatan pemahaman konsep dan

(18)

12 dengan menggunakan metode MInd Mapping. Sedangkan variabel terikat

2 untuk kelompok kontrol adalah pemahaman konsep dan kemampuan

memecahkan masalah diperoleh setelah mengikuti pembelajaran

konvensional.

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat bisa di ilustrasikan

sebagai berikut : Y1

X

X

Y2

Keterangan

X : Pembelajaran menggunakan metode MInd Mapping

Y1 : Pemahaman Konsep setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping

Y2 : Kemampuan memecahkan masalah setelah mengikuti pembelajaran Mind Mapping

2. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat istilah yang diinterpretasikan sebagai

berikut

a. Mind Mapping

Mind mapping (Peta Pikiran) adalah memetakan ide-ide kita

memberikan sebuah cara kepada para pembelajar untuk

mengkonseptualisasikan ide, membetuk pikiran mereka, dan Pemahaman Konsep

Metode Mind Mapping

(19)

13 menjadikan pembelajran yang menyenangkan tentang materi keputusan

bersama yang dapat dilihat dari skor hasil pembuatan mind mapping

siswa dalam pokok bahasan pemahaman konsep keputusan bersama.

b. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep adalah pemahaman siswa terhadap konsep

PKn tentang keputusan bersama yang dapat diketahui melalui skor

pemahaman konsep siswa yang didapatkan dari post test setelah proses

pembelajaran.

c. Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan memecahkan masalah adalah merupakan upaya

individu (siswa) atau kelompok untuk menemukan jawaban

berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya tentang

keputusan bersama dan permasalahan kewarganegaraan yang lainnya

dengan cara mengenal permasalahan, mempertimbangkan pendekatan

pemecahan masalah, memilih dan mencapai solusi. Hal tersebut dapat

diketahui melalui skor hasil tes dalam memecahkan masalah.

1.2.Tabel Definisi Operasional Variabel

No Variabel Indikator

1 Metode Mind Mapping (x)

1. Merencanakan

2. Berkomunikasi

(20)

14 4. Menyelesaikan masalah

5. Memusatkan perhatian

6. Menyusun dan menjelaskan

pikiran-pikiran

7. Mengingat dengan lebih baik

8. Belajar lebih cepat dan efisien

9. Melatih gambar keseluruhan

2 Pemahaman konsep Siswa

(Y1)

1. Pengamatan (C1)

2. Ingatan (C2)

3. Pemahaman (C3)

4. Penerapan (C4)

3 Kemampuan

Memecahkan Masalah (Y2)

1. Mengenal adanya masalah

2. Mempertimbangkan

pendekatan-pendekatan untuk pemecahan

masalah

3. Memilih dan menerapkan

pendekatan-pendekatan

pemecahan masalah

4. Mencapai solusi yang dapat

dipertanggungjawabkan

G. Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Sekolah Dasar Negeri 9 Cibiru.

Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas V

(21)

15 yang berjumlah 40 orang siswa yang memiliki kemampuan setara

dengan teknik kelompok kontrol dan kelompok eksperiman. Subyek

penelitian tidak dipilih secara random. Pengelompokan subyek

(22)

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui pemahaman

konsep dan kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran PKn yang

mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran Mind Mapping dan

yang mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional.

Desain eksperimen yang digunakan adalah (quasi eksperiment) dimana

subyek penelitian tidak dikelompokan secara acak, tetapi menerima keadaan

subyek apa adanya (Ruseffendi, 2006:52). Eksperimen dilakukan dengan

memberikan perlakuan model pembelajaran Mind Mapping pada kelompok

eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O X1 O

Kontrol O X2 O

Keterangan:

X1 : Perlakuan model pembelajaran Mind Mapping

X2 : Perlakuan berupa pembelajaran biasa yang dilakukan oleh guru (konvensional)

(23)

53

1. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur: Model Pembelajaran Mind Mapping, Pemahaman Konsep dan kemampuan memecahkan masalah

Penyusunan Instrumen

1. Soal tes Pemahaman Konsep 2. Soal uraian kemampuan

memecahkan masalah 3. Pedoman observasi

Penyusunan Rencana Pembelajaran Metode Mind Mapping

Validasi, Uji Coba, Revisi

(24)

54

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V semester 2 SDN

Cibiu 6, Kecamtan Cileunyi, Kab. Bandung. Pengelompokkan sampel terdiri atas

satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun

dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu

tes pemahaman konsep instrumen utama, dan lembar observasi sebagai instrumen

pelengkap. Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen yaitu; (1) tes

pemahaman konsep, (2) tes kemampuan memecahkan masalah sosial siswa, (3)

lembar observasi aktivitas keterlaksanaan model pembelajaran Mind Mapping .

Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen:

1. Tes Pemahaman Konsep

Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Pemberian

pretest untuk melihat kemampuan siswa sebelum mereka mendapat perlakuan

pembelajaran Mind Mapping dan pembelajaran konvensional sedangkan posttest

untuk melihat hasil yang dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan. Tes

pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda. Adapun indikator pemahaman

konsep dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2. Indikator

Variabel Indikator

(25)

55 2. Ingatan (C2)

3. Pemahaman (C3)

4. Penerapan (C4)

2. Tes Kemampuan Memecahkan Masalah

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah. Tes kemampuan memecahkan masalah berbentuk uraian. Adapun

indikator pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

3.3. Tabel Indikator

Variabel Indikator

Kemampuan

memecahkan masalah

sosial Siswa (Y2)

1. Mengenal adanya masalah

2. Mempertimbangkan

pendekatan-pendekatan untuk memecahkan masalah

3. Memilih dan menerapkan

pendekatan-pendekatan pemecahan masalah

4. Mencapai solusi yang dapat

dipertanggung jawabkan

3. Lembar Observasi

Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan metode

(26)

56

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu

melalui tes, angket, dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu

menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan

instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat

pada Tabel berikut.

Tabel 3.4. Teknik Pengumpulan Data No Sumber

Data

Jenis Data Teknik

Pengumpulan

Instumen

1. Siswa Pemahaman Konsep

sebelum mendapatkan

perlakuan dan setelah

mendapat perlakuan.

Pretest dan

Posttest

Butir soal pilihan

ganda

2. Siswa Kemampuan

memecahkan masalah

sebelum mendapat

perlakuan dan setelah

mendapat perlakuan

Pretest dan

Posttest

Butir soal pilihan

uraian yang

memuat

permasalahan-permasalahan

3. Siswa dan

Guru

Keterlaksanaan

Metode Pembelajaran

Mind Mapping.

Observasi Pedoman

observasi aktivitas

guru dan siswa

selama

(27)

57

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini diperoleh dua macam data yaitu data hasil tes dan

data hasil observasi. Pengolahan data diawali dengan mengukur validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen penelitian.

Ketentuan-ketentuan yang akan digunakan bagi keperluan analisis data di

atas adalah:

1. Uji Instrumen Penelitian a. Validitas Butir soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir

soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang

ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal

akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan

yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam

bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan

rumus korelasi.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product

moment pearson (Arikunto, 2002).

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

(28)

58 = Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan.

X = Skor item

Y = Skor total

N = Jumlah siswa

Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80 1,00 Sangat Tinggi (sangat baik)

0,60 0,80 Tinggi (baik)

0,40 0,60 Cukup (sedang)

0,20 0,40 Rendah (kurang)

0,00 0,20 Sangat Rendah (sangat kurang)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan

rumus sebagai berikut (Sudjana, 2002):

(29)

59 Kriteria pengujian berdasarkan harga t hitung dibandingkan dengan t

tabel. Jika pada taraf signifikan 95%, thitung < ttabel maka H0 diterima. Sebaliknya,

jika thitung>ttabel maka H0 ditolak.

Keterangan:

t : Uji t

: Koefisien korelasi

N : Jumlah subyek

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang

dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke

pengukuran lainnya. Menghitung reliabilitas tes dengan rumus sebagai

berikut (Arikunto, 2002):

""

2 "$ "$ %1 & "$ "$ '

Dimana :

"" = Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan

= Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Harga dari dapat ditentukan dengan menggunakan rumus

(30)

60

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

XY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = Skor item ganjil

Y = Skor item genap

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut

[image:30.595.120.508.245.656.2]

(Arikunto, 2002):

Tabel 3.6. Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,80 "" 1,00 Sangat Tinggi (sangat baik)

0,60 "" 0,80 Tinggi (baik)

0,40 "" 0,60 Cukup (sedang)

0,20 "" 0,40 Rendah (kurang)

0,20 Sangat Rendah (sangat kurang)

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

(31)

61 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan

bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00, menunjukkan bahwa

soal tersebut terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi)

yang dihitung dengan rumus (Arikunto, 2002):

( *+)

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.

[image:31.595.120.509.246.696.2]

Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7. Kriteria Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 , 0,30 Soal Sukar

0,30 , 0,70 Soal Sedang

(32)

62 d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah

(Arikunto, 2002):

/ )*0

0

)1

*1 (0 (1

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyak peserta kelompok atas

JB = Banyak peserta kelompok bawah

BA = Banyak kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyak kelompok bawah yang menjawab benar

PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar.

(33)
[image:33.595.105.513.145.645.2]

63

Tabel 3.8. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 / 0,20 Kurang

020 / 0,40 Cukup

0,40 / 0,70 Baik

0,70 / 1,00 Baik sekali

Selanjutnya Pengujian Kesahihan Tes meliputi validitas butir soal,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda menggunakan ANATES

V.4, setelah instrumen tes di-judgement terlebih dahulu.

2. Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan Pemahaman konsep dan Memecahkan Masalah

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung

dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus Hake (Cheng, et. al, 2004):

2 ++3456 +3 7

89:5 +3 7

Keterangan:

Spos = Skor Postes

Spre = Skor Pretes

(34)

64 Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan

peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah

[image:34.595.119.506.236.629.2]

sosial siswa dengan kriteria seperti berikut.

Tabel 3.9. Kategori Tingkat Gain yang dinormalisasi

Batasan Kategori

2 ; 0,7 Tinggi

0,3 2 0,7 Sedang

2 0,3 Rendah

Efektivitas penggunaan metode Mind Mapping dapat dilihat dari

perbandingan nilai g kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran

Mind Mapping dan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Suatu

pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan g lebih tinggi dibanding

pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).

3. Uji Hipotesis

Uji Kesamaan Dua Rerata

Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua

keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pretest siswa pada kelompok eksperimen

dengan siswa pada kelompok kontrol, keadaan nilai rata-rata posttest siswa pada

(35)

65 rata-rata untuk g. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan

menggunakan SPSS for windows 16.0 yaitu uji-t dua sampel independen

(Independent-Sample t Test).

Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen (Uyanto, 2009):

1. Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variances assumed):

< =

>?@ACBDCBE

dengan derajat kebebasan: nx + ny -2

+F @G H 1 + & IHH & H 2 1J+ K

dimana: nx = besar sampel pertama

ny = besar sampel kedua

2. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not

assumed):

L< M=

+F@A+H &+H E

Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik

(36)

66 Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program

SPSS for windows versi 12.0. sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis

inferensial), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji

normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah sosial siswa

kedua kelas. Dalam penelitian uji normalitas data menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui

ada tidaknya kesamaan varians kedua kelas . Uji homogenitas dilakukan dengan

menggunakan uji Levene test, kemudian dilakukan uji-t. Uji kesamaan dua

(37)

101 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap pemahaman konsep siswa

yang belajar dengan menggunakan metode Mind Mapping dan dengan

siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Dengan

demikian dapat diketahui bahwa metode mind mapping dapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan

2. Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan memecahkan

masalah siswa yang belajar dengan menggunakan metode Mind Mapping

dan dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa metode mind mapping dapat

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada

masalah-masalah kewarganegaraan.

3. Pembelajaran PKn dengan metode Mind Mapping dapat terlaksana sesuai

dengan sintaksnya selama tiga kali pertemuan. Setiap langkah

pembelajaran yang dilaksanakan sudah mencerminkan langkah-langkah

(38)

102 menyatakan bahwa pembelajaran PKn dengan metode Mind Mapping

sangat relevan untuk diterapkan pada konsep keputusan bersama dan bisa

diterapkan pada konsep PKn yang lain.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan

beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada guru dalam mengembangkan dan meningkatkan

pembelajaran PKn dengan menggunakan metode Mind Mapping sebagai

salah satu alternatif metode pembelajaran di sekolah dasar, maka harus

memperhatikan: (a) sajian bahan ajar berupa masalah yang dapat menarik

minat siswa, (b) tidak perlu cepat-cepat memberi bantuan pada siswa, agar

perkembangan intalelektual siswa maksimal, (c) intervensi yang diberikan

harus minimal dan ketika benar-benar dibutuhkan siswa,

2. Diharapkan guru dalam mengembangkan pembelajaran PKn dapat

menumbuhkan sikap positif yang terkandung dalam pembelajaran Mind

Mapping yakni menjadikan pemebelajran yang menyenangkan dan seakan-akan pembelajran adalah milik siswa

3. Diharapkan kepada kepala sekolah untuk selalu memotivasi para guru di

sekolah yang ia pimpin untuk menjadikan dan mengembangkan

metode-metode pembelajaran inovatif khususnya metode-metode Mind Mapping sebagai

salah satu alternatif metode pembelajaran di sekolah dasar pada umumnya

(39)

103 4. Bagi para pembuat kebijakan khusus bidang studi PKn di Sekolah Dasar,

model pembelajaran Mind Mapping juga dapat menjadi rujukan sebagai

metode pembelajaran PKn yang alternatif untuk menjadikan pembelajaran

menjadi menyenagkan. Pembelajaran dengan mind mapping dapat

menjadikan pembelajaran PKn tidak membosankan karena siswa berperan

aktif dalam proses pembelajaran. Siswa dapat menjadi fokus dengan

pembuatan mind mapping. Dengan penggunaan metode mind mapping,

maka pembelajaran PKn akan sangat jauh dari kesan semula yaitu

pembelajaran yang membosankan. Suasana pembelajaran PKn sangat

“kondusif” dan materi yang ingin dipahami serta diambil nilainya dapat

(40)

104

DAFTAR PUSTAKA

Buzan, T. (2004) . Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Buzan, T. (2007). Buku Pintar Mind Map Untuk Anak Agar Anak Pintar di Sekolah. Jakarta : PT. Gramedia Pusaka Utama.

Buzan, T. (2009). Buku Pintar Mind Mapping, Gramedia, Jakarta.

Dahar, R,W. (1989). Teori-Teori Belajar, Erlangga, Jakarta.

De Parter, B & Hernacki. (2000). Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Kaifa, Bekasi.

Depdikbud. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakara: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional (2003), Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas.( 2006). Model – Model Pembelajaran yang Efektif. Bahan Sosialisasi KTSP. Jakarta. Depdiknas

Djahiri, A.K. (1996). Pengembangan program pengajaran pendidikan nilai Moral. Lab. PmPKn IKIP. Bandung

Djahiri,A,K, (2006), Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan-UPI

Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik (Dalam interaksi edukatif). Jakarta: Rineka Cipta.

Ficher,A. (2007) Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar (terjemahan). Jakarta: PT.Erlangga

Foshay, R.dan Kirkley, J. (2003). Principles for Teaching problem Solving. . Tersedia: (www.Plato.com) [20 Desember 2010]

(41)

105

Hasan, S.H. (1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan. Dirjen pendidikan tinggi, proyek pendidikan tenaga akademik.

James, B. (1971). Ciri-Ciri Pembelajaran Tuntas, Tersedia: http://ktiptk.blogspot.com/archive/2009/01/24/ketuntasan-belajar.html

Jensen, E. (2008). Brain Based Laerning, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Jhonson, E.B. (2002). Contextual Teaching and Learning. Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center (MLC).

Komariah, D. (2006). Penerapan Mind Mapping Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Pembentukan Tanah dan Struktur Bumi, Skripsi UPI, Tidak Diterbitkan.

Lisnawati. (2006). Implementasi Mind Mapping dalam Pembelajaran Sub Konsep Reproduksi Manusia, Skripsi UPI, Tidak di Terbitkan.

Maftuh, B. (2008). Pendidikan resolusi konflik membangun generasi muda yang mampu menyelesaikan kkonflik secara damai. UPI Bandung: Program studi pendidikan kewarganegaraan sekolah pascaarjana

Mulyasa E (2006). Kurikulum yang disempurnakan, pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munandir. (1991). Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali.

Nasution. (2010). Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.

Rose, Coline & Nicholl, Malcolm. (2009). Accelerated Learning For 21nd Century. Cara Belajar Cepat Abad XXI, Nuansa, Bandung.

Purwanto. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Remy, R, C. (1990). The Need for Science/Technology/Society in the Social Studies. Social Education. April/May: 203-206

Ruseffendi. E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua, Guru dan SPG. Bandung: Tarsito.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

(42)

106

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan: Jakarta Kencana Prenada Media Group.

Santrock, W.J. (2007) Perkembangan Anak.Edisi ke Sebelas. Jakarta: Erlangga.

Sapriaya, dkk. (2009). Pembelajaran Kewarganegaraan, Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia

Savage. T.V. dan Amstrong, D.G. (1996). Effective Teaching in Elementary Social Studies. Third Edition. New Jersey: Prenctice Hall.

Somantri. M,N. (2001) Menggagas pembeharuan pendidikan IPS, Bandung: PT. Remaja rsdakarya

Sukmadinata, N.S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Rosda Karya

Sudjana, H.D. (2004), Handout : Metode Penelitian Pendidikan, SPS UPI : Bandung

Sugiyono, (2004), " Statistik UntukPenelitian dan Aplikasinya Dengan SPSS",Bandung : Alpabeta.

Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung : Alfabeta.

Suryabrata, S. (1983), Metodologi Penelitian. Jogyakarta : CV. Rajawali.

Syaodih, N. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tukiran, (2009). Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Muhamadiyah. Bandung: Alfabeta.

Wahab, A.A. (2002). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: CV. Maulana

Winataputra, U.S. (1989). Kata Pengantar, dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: IAIN Jakarta Press.

Winataputra, U.S. & Budimansyah. D. (2007), Civic Education, Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Prodi PKn - SPs UPI.

(43)

Gambar

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Pemecahan Masalah………………………………..
Gambar                                                        Halaman
Tabel. 1.1. Perbedaan Catatan Biasa Dengan Mind Mapping
gambar dan symbol biasanya tampak seperti karya seni. Para ilmuwan sekarang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa untuk kelancaran pelaksanaan tugas pembinaan keamanan, ketentraman, dan ketertiban masyarakat, serta penanggulangan bencana, maka perlu mengangkat Kepala Satuan

(1983), kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh dua hal yaitu kerusakan oleh sifat alamiah dari produk yang berlangsung secara spontan yang kedua dipengaruhi

Suatu perusahaan yang telah memproduksi barang atau jasa, dalam mendistribusikan produknya tersebut kepada konsumennya, membutuhkan suatu alat atau metode yang dapat

[r]

Berbicara mengenai peran komunikasi dalam proses politik khususnya media massa, dalam kamus Analisa Politik ditanyakan bahwa proses komunikasi politik melakukan proses

• Pernyataan PesaN Pengaruh adlh; • Jika anda melakukan X, maka anda. akan

Besarnya Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan pemerintah kabupaten / kota dengan peraturan daerah sebesar RP 10.000.000,00 untuk setiap wajib

faktor lingkungan di mana persepsi itu berlangsung. Persepsi remaja tentang pendidikan seks diantaranya adalah pendidikan seks dipandang oleh remaja sebagai sesuatu