vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK……… i
PERNYATAAN……… ii
KATA PENGANTAR………. iii
UCAPAN TERIMAKSIH………... iv
DAFTAR ISI……… vii
DAFTAR TABEL……… Xi DAFTAR GAMBAR……… Xii BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Rumusan Masalah……….. 8
C. Tujuan Penelitian………... 9
D. Manfaat Penelitian………. 9
E. Asumsi dan Hipotesis……… 11
G. Definisi Operasional……….. 11
H. Lokasi Penelitian……… 15
BAB II KAJIAN TEORITIS……… 16
A. Hakikat Pembelajaran PKn 16 1. Pengertian PKn……….. 16
2. Ruang lingkup PKn SD……….. 21
3. Tujuan PKn……… 25
viii
5. Media pembelajaran PKn………... 33
B. Metode Mind Mapping……..………. 34
1. Pengertian mind mapping………. 46
2. Kiat-kiat membuat mind mapping……… 39
3. Manfaat mind mapping………. 42
4. Kelebihan mind mapping……….. 44
5. Kelemahan mind mapping………. 44
C. Pemahaman Konsep dan Kemampuan Memecahkan Masalah……… 45
1. Pengertian konsep………. 45
2. Pemahaman konsep PKn…………... 51
3. Kemampuan memecahkan masalah……….. 54
D. Penerapan Mind Mapping untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 68
A. Disain Penelitian………..……….. 68
B. Subyek Penelitian……….. 70
C. Instrument Penelitan……….. 70
D. Teknik Pengumpulan Data………… ……… 72
E. Teknik Analisis Data………..……… 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 83
A. Hasil Penelitian………. 83
1. Pemahaman konsep………. 83
ix
3. Gambaran proses pembelajaran mind mapping………. 95
4. Keterlaksanaan metode mind mapping……… 97
5. Tanggapan guru tentang keterlaksanaan mind mapping……… 98
B. Pembahasan……… 100
1. Pemahaman konsep………... 100
2. Kemampuan memecahkan masalah………... 105
3. Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan mind mapping... 110
4. Tanggapan guru terhadap metode mind mapping……… 114
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………... 117
A. Kesimpulan…….………... 117
B. Rekomendasi………..………... 118
DAFTAR PUSTAKA………... 119
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Perbedaan Catatan Biasa Dengan Mind Mapping………. 7
Tabel 1.2 Definisi Operasional………... 14
Tabel 2.1 Perbedaan Catatan Biasa Dengan Mind Mapping………. 37
Tabel 2.2 Rubric Penilaian Mind Mapping……… 41
Tabel 2.3 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah………. 61
Tabel 3.1 Disain Penelitian………. 68
Tabel 3.2 Tabel Indikator Pemahaman Konsep………. 70
Tabel 3.3 Tabel Indikator Pemecahan Masalah………. 71
Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data………. 72
Tabel 3.5 Validitas Butir Soal……… 74
Tabel 3.6 Reliabilitas Tes………... 76
Tabel 3.7 Indeks Kesukaran……….. 77
Tabel 3.8 Daya Pembeda……… 79
Tabel 3.9 Tingkat Gain……….. 80
Tabel 4.1 Data Skor Pemahaman Konsep………. 83
Tabel 4.2 Uji Normalitas Pemahaman Konsep………. 84
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Pemahaman Konsep……….. 85
Tabel 4.4 Uji Komparasi Kelas Eksperimen dan Kontrol……… 86
Tabel 4.5 Data Nilai Pemecahan Masalah……….. 87
xi
Tabel 4.7 Uji Homogenitas Pemecahan Masalah……….. 89
Tabel 4.8 Uji Komparasi Kelas Kontrol dan Eksperimen……… 90
Tabel 4.9 Deskripsi Nilai Pemecahan Masalah………. 93
Tabel 4.10 Gambaran Guru Dalam Metode Mind Mapping………. 95
Tabel 4.11 Keterlaksanaan Metode Mind Mapping………. 97
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Contoh Gambar Mind Mapping 37
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dari hasil penelitian pendahuluan bahwa menunjukan pelaksanaan
pembelajran pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan diangap sebagai
mata pelajaran yang menjemukan dan membosankan. Hal tersebut terjadi
dikarenakan adanya angapan bahwa dalam proses belajara mengajar guru PKn
seringkali masih menggunakan metode yang bersifat konvensional yang hanya
mengarah kepada dua komunikasi saja (two away). Secara dominan dibandingkan
dengan metode-metode yang lainnya yang lebih berpareatif.
Hal tersebut juga terjadi pada pelaksanaan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan yang dilaksanakan di SDN Cibiru 6 Kabupaten Bandung.
Dimana pada praktek pembelajaran pendidikan kewarganegaraan hanya berpusat
pada guru dan kebanyak metode yang digunakan lebih bersifat konvensional,
sehingga kurangnya prestasi siswa dalam proses pembelajaran, hal tersebut
terlihat dari prestasi siswa sebebelumnya yang rata hanya mencapai 5,7 dengan
KKM 6,00. Artinya pembelajaran belum mampu mencapai terhadap kriteria
ketuntasan minimal. Hal tersebut juga ternyata membawa dampak kepada
pengetahuan yang mereka dapatkan dalam rangka memecahkan
permasalah kewarganegaraan yang berkembang saat ini, atau juga
permasalahan-pemasalahan yang dihadapi secara langsung di sekitar sekolah.
Pendidikan kewarganegaraan secara teoritis dapat dikatan sebagai
2 humaniora, dan kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara
psikologis dan ilmiah untuk mencapai salah satu tujuan IPS” (Somantri, 200:
159).
Lebih lanjut Somantri (200: 154) mengemukakan bahwa Pendidikan
kewarganegaraan merupakan usaha unutk membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemammpuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara
warga negara dengan negara serta pendidikan bela negara agar menjadi wara
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.
Sedangkan Djahiri (2002: 91) menjelaskan lebih lanjut tentang makna
PKn sebagai berikut:
PPKN sebagai bagian pendidikan ilmu kewarganegaraaan atau PKn di manapun dan kapanpun sama/mirirp, yakni program dan rekayasa pendidikan untuk membina dan membelajarkana anak menjadi warga negara yang baik, beriman , dan bertaqwa kepada Tuahan yang maha Esa, memliki nasoinalisme (rasa kebangsaan) yang kuat atau mantap, sadar serta mampu membina serta melaksanakna hak dan kewajiban dirinya sebagai manusia, warga masyarakat, dan bangsa negaranya, taat asas/ketentuan (rule of law), demokratis, dan partisipatif, aktif-kreatif-positif dalam kebinekaan kehidupan bermasyarakat bangsa madani yang menjungjung tinggi hak azasi manusisa serta kehidupan yang terbuka, mendunia (global) dan modern tanpa melupakan jati diri masyarakat bangsa dan negaranya.
Berdasarkan pada pengamatan peneliti pada saat melakukan observasi ke
SDN 6 Cibiru di Cibiru, terdapat beberapa permasalahan diantaranya: (1) PKn di
SD maupun di sekolah lanjutan dianggap oleh sebagian siswa sebagai mata
pelajaran yang ”tidak penting” dan mata pelajaran yang ”membosankan” (2)
Kondisi PBM di tingkat persekolahan dewasa ini masih diwarnai oleh penekanan
3 dalam proses pembelajaran itu sendiri. (3) Proses pembelajaran pendidikan PKn
tidak merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam PBM. Di samping itu,
PBM PKn yang dilakukan oleh guru belum mampu menumbuhkan budaya belajar
yang baik di kalangan siswa. Pada gilirannya, akan berpengaruh secara signifikan
terhadap perolehan dan hasil belajar siswa (Al-Muchtar, 1991) (4) Informasi
faktual lebih bertumpu pada buku paket dan kurang mendayagunakan
sumber-sumber lainnya (5) Guru lebih mendominasi siswa (teacher centered) sehingga
kebutuhan belajar siswa tidak terlayani atau dengan kata lain dominasi guru dalam
proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif
sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan
menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan atau sikap yang mereka butuhkan
(6) Metode pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional yang
lebih menekankan pada lingkungan belajar individual dan kompetisi sehingga
tidak menumbuhkan nilai-nilai sosial kemasyarakatan (7) Belum melibatkan siswa
dan seluruh komunitas sekolah dalam berbagai aktivitas kelas sehingga tidak
tampak keterampilan sosial dalam hal berprestasi dan bekerja sama, ada tiga
faktor penyebab rendahnya prestasisiswa dalam proses belajar mengajar, yaitu:
siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri; siswa
kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain;
siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain
(8) guru tidak banyak mengarahkan siswa untuk terampil dalam memecahkan
masalah-masalah sosial dalam pembelajaran. Kemampuan memecahkan masalah
4 diarahkan guru untuk memecahkan masalah-masalah global yang tampak di
sekitar sekolah dan masyarakat.
Terkait dengan permasalahan tersebut, maka telah menjadi bukti konkrit
pada saat ini bahwa permasalah yang tejadi pada pembelajra PKn adalah pada
metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan bahan ajarnya kepada
siswa. Pembelajaran lebih berpusat pada guru, kurangnya prestasipada siswa, dan
siswa tidak pernah diajarkan dalam prses pemecahan masalah yang berhubngan
dengan kewarganegaraan.
Padahal kalau kita merujuk pada peraturan pemerintan republic Indonesia
nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah bahwa tujuan dari pendidikan kewarganegaraan adalah menuntut
siswa unutk mampu.
1. Befikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berprestasi secara aktif dan betangungjawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis unutk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat agar hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.
Unutuk mencapai tujuan pembelajara PKn tersebut, maka diperlukan
adanya berbagai pembenahan terutama dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar yang menjadi tugas pendidik untuk mampu mendidik siswanya melalui
lproses berfikir kritis, refelktif, analitis dan kreatif yang dikembangkan menjadi
cara-cara berfikir warganegara yang demokratis, cerdas, dan bertanggung jawab.
5 Terkait dengan berbagai pembenahan prose pembelajaran tersebut, maka
sudah waktunya diterapkan berbagai macam jenis metode alternatif dalam
pembelajran PKn diantaranya adalah metode: kerja kelompok, pertemuan kelas,
pemecahan masalah social, bermain peran, dan simulasi. (Muhammad ali, 2007:
125).
Mind Mapping merupakan metode cara mengingat memori dengan
memvisualisasikan dalam bentuk symbol, gambar, ikon dan kata kunci konsep,
metode ini termasuk kedalam salah satu cara Accelerated Learning (cara belajar
cepat dan efektif dengan menggunakan seluruh tubuh) yang diprakarsai oleh Toni
Buzan pada tahun 1960an. Hal tersebut akan meunculkan aktivitas siswa dalam
pembelajran, sehingga siswa bisa lebih berprestasi dalam proses pembelajaran.
Selain itu pembelajaran juga akan lebih bersifat efektif dan efisien.
Pemetaan pikiran (Mind Mapping) merupakan peta rute yang hebat bagi
ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa
sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat
informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan
teknik pencatatan tradisional (Buzan, 2004: 5). Lebih lanjut De Porter dan
Hernacki (2000: 153) menjelaskan, “peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan
keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya
untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam”.
Menurut Iwan Sugiarto dalam Komariah (2008) ‘Peta pikiran adalah
6 dihadapi kedalam bentuk peta atau teknik grafik, sehingga lebih mudah
memahaminya’.
Memetakan ide-ide memberikan sebuah cara kepada para pembelajar
untuk mengkonsepualisasikan ide, membetuk pikiran mereka, dan menciptakan
pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mereka ketahui (dan yang tidak).
Akan tetapi yang paling penting, ketika kita membuat peta pikiran, ini akan
membuat kita merasa seakan-akan pembelajaran itu benar-benar “milik kita”
(Jensen, 2008: 134).
Pada hal ini siswa akan merasakan bagaimana mereka menyusun dan
mengkonsep materi yang telah dipelajarinya untuk ditulis dalam bentuk mind
mapping. Dengan pembelajaran tersebut siswa akan merfasakan bahwa proses
pembelajaran hanyalah milik mereka. Dengan tingkat motivasi yang tinggi
mereka akan melaksanakan pembelajaran tersebut dengan dirinya sendiri.
Tabel. 1.1. Perbedaan Catatan Biasa Dengan Mind Mapping
Catatan Biasa Mind Mapping
1. Hanya berupa tulisan-tulisan saja 1. Berupa tulisan, symbol dan gambar
berwarna-warni.
2. Hanya dalam satu warna 2. Untuk mereview ulang diperlukan
waktu yang pendek
3. Untuk mereview ulang
memerlukan waktu yang lama
3. Waktu yang diperlukan untuk belajar
lebih cepat dan efektif
4. Statis 4.Membuat individu lebih kreatif
7 Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos dalam Komariah, (2008)
mengungkapkan bahwa otak tidak menyimpan informasi dalam kumpulan baris
atau kumpulan kolom yang rapi. Otak menyimpan informasi pada dendrit-dendrit
yang nampak seperti pohon. Ia menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi.
Jadi, semakin mampu anda bekerja dengan metode memori otak, semakin mudah
dan semakin cepat anda belajar. Oleh karena itu, jangan mencatat, buatlah peta
pikiran (Mind Mapping).
Menurut Buzan (2008), peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang
memudahkan kita mengingat banyak informasi, setelah selesai mencatat yang
anda buat membentuk pola gagasan yang saling berkaitan, dengan topik
utamaditengah dan subtopic dan perincian menjadi cabang-cabangnya. Peta
pikiran yang baik adalah peta pikiran yang warna-warni dan menggunakan banyak
gambar dan symbol biasanya tampak seperti karya seni. Para ilmuwan sekarang
mengetahui bahwa otak mengambil informasi campuran gambar, bunyi, aroma,
pikiran, perasaan dan memisah-misahkannya kedalam bentuk linear, misalnya
pidato atau karya tulis. Saat otak mengingat informasi, biasanya dilakukan dalam
bentuk gambar warna-warni, symbol, bunyi dan perasaan. (Bobbi DePorter, 1999:
173).
Mind Mapping merupakan metode cara mengingat memori dengan
memvisualisasikan dalam bentuk symbol, gambar, ikon dan kata kunci konsep,
8 cepat dan efektif dengan menggunakan seluruh tubuh) yang diprakarsai oleh Toni
Buzan pada tahun 1960an.
Dalam proses pemecahan masalah, tentunya siswa harus memiliki
konsep-knsep atau ide yang nantinya akan dikonstruk dalam pikiran unutk
memecahkan maslahnya. Hal tersebut tentu dapat dilatih melalui proses
pembelajaran dengan mengunakan metode mind mapping.
Dari paparan di atas penulis mempunyai kesimpulan untuk meneliti
penerapan metode mind mapping unutk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran PKn, yang diharapkan nantinya akan menjadi salah satu alternatif yang positif dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan pada tingkat satuan pendidikan dasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep antara siswa
yang belajar dengan metode mind mapping dan siswa yang belajar
dengan metode pembelajaran konvensional ?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan memecahkan
masalah antara siswa yang belajar dengan metode mind mapping dan
siswa yang belajar dengan metode pembelajaran konvensional?
3. Bagaimana pelaksanaan dan tanggapan guru terhadap penggunaan
9 C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perbedaan dalam pemahaman konsep siswa antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post test).
2. Untuk mengetahui perbedaan dalam kemampuan memecahkan masalah
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post
test).
3. Untuk mengetahui keterlaksanaan dan dan tanggapan guru dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan PKn dan
kepentingan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam
memperkaya khasanah kajian dan pengembangan PKn, terutama dalam
pembelajaran PKn menggunakan metode MInd Mapping yang merupakan
salah satu alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa dan kemampuan memecahkan masalah.
2. Manfaat Praktis
10 a. Bagi pengambil kebijakan pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai rekomendasi dalam pengembangan pembelajaran dengan
menggunakan metode MInd Mapping yang merupakan salah satu
alternatif metode pembelajaran khususnya pada pembelajaran PKn.
b. Bagi guru, sebagai masukan dan umpan balik bagaimana penggunaan
metode pembelajaran dalam pembelajaran PKn selama ini, dan sebagai
sarana penyampaian saran guna memberikan masukan, pedoman
mengajar dan memberikan gambaran mengenai peran dari sebuah
metode pembelajaran Mind Mappinguntuk meningkatkan pemahaman
konsep siswa dan kemampuan memecahkan masalah dalam
pembelajaran PKn.
c. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman dan kemudahan dalam
mengikuti pembelajaran dalam rangka meningkatkan pemahaman
konsep dan kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran
PKn.
E. Asumsi dan Hipotesis
Pembelajaran dengan menggunakan metode MInd Mapping merupakan
salah satu alternatif metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn SD
dengan beberapa keunggulannya yakni : dapat mengembangkan tingkah laku
kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa dan dapat mengembangkan
kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka
11 Berdasarkan teori yang mendukung mengenai penggunaan metode Mind
Mapping sebagai salah satu metode dalam pembelajaran PKn SD, maka asumsi
dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Mind Mapping dalam
pembelajaran PKn dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan
memecahkan masalah.
Sedangkan hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan dalam pemahaman konsep antara siswa yang belajar
dengan metode MInd Mapping dan siswa yang belajar dengan metode
pembelajaran konvensional pada pengukuran setelah dilaksanakan
pembelajaran (posttest).
2.Terdapat perbedaan dalam kemampuan memecahkan masalah antara siswa
yang belajar dengan metode MInd Mapping dan siswa yang belajar dengan
metode pembelajaran konvensional.
F. Definisi Operasinal
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas ( 1) untuk
kelompok eksperimen adalah penggunaan metode MInd Mapping.
Sedangkan, variabel bebas 2 untuk kelompok kontrol adalah
pembelejaran konvensional. Tidak ada perlakuan khusus terhadap kelas
kontrol dengan pembelajaran konvensional. Variabel terikat ) untuk
kelompok eksperimen berupa peningkatan pemahaman konsep dan
12 dengan menggunakan metode MInd Mapping. Sedangkan variabel terikat
2 untuk kelompok kontrol adalah pemahaman konsep dan kemampuan
memecahkan masalah diperoleh setelah mengikuti pembelajaran
konvensional.
Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat bisa di ilustrasikan
sebagai berikut : Y1
X
X
Y2
Keterangan
X : Pembelajaran menggunakan metode MInd Mapping
Y1 : Pemahaman Konsep setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping
Y2 : Kemampuan memecahkan masalah setelah mengikuti pembelajaran Mind Mapping
2. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat istilah yang diinterpretasikan sebagai
berikut
a. Mind Mapping
Mind mapping (Peta Pikiran) adalah memetakan ide-ide kita
memberikan sebuah cara kepada para pembelajar untuk
mengkonseptualisasikan ide, membetuk pikiran mereka, dan Pemahaman Konsep
Metode Mind Mapping
13 menjadikan pembelajran yang menyenangkan tentang materi keputusan
bersama yang dapat dilihat dari skor hasil pembuatan mind mapping
siswa dalam pokok bahasan pemahaman konsep keputusan bersama.
b. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep adalah pemahaman siswa terhadap konsep
PKn tentang keputusan bersama yang dapat diketahui melalui skor
pemahaman konsep siswa yang didapatkan dari post test setelah proses
pembelajaran.
c. Kemampuan Memecahkan Masalah
Kemampuan memecahkan masalah adalah merupakan upaya
individu (siswa) atau kelompok untuk menemukan jawaban
berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya tentang
keputusan bersama dan permasalahan kewarganegaraan yang lainnya
dengan cara mengenal permasalahan, mempertimbangkan pendekatan
pemecahan masalah, memilih dan mencapai solusi. Hal tersebut dapat
diketahui melalui skor hasil tes dalam memecahkan masalah.
1.2.Tabel Definisi Operasional Variabel
No Variabel Indikator
1 Metode Mind Mapping (x)
1. Merencanakan
2. Berkomunikasi
14 4. Menyelesaikan masalah
5. Memusatkan perhatian
6. Menyusun dan menjelaskan
pikiran-pikiran
7. Mengingat dengan lebih baik
8. Belajar lebih cepat dan efisien
9. Melatih gambar keseluruhan
2 Pemahaman konsep Siswa
(Y1)
1. Pengamatan (C1)
2. Ingatan (C2)
3. Pemahaman (C3)
4. Penerapan (C4)
3 Kemampuan
Memecahkan Masalah (Y2)
1. Mengenal adanya masalah
2. Mempertimbangkan
pendekatan-pendekatan untuk pemecahan
masalah
3. Memilih dan menerapkan
pendekatan-pendekatan
pemecahan masalah
4. Mencapai solusi yang dapat
dipertanggungjawabkan
G. Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Sekolah Dasar Negeri 9 Cibiru.
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung
2. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas V
15 yang berjumlah 40 orang siswa yang memiliki kemampuan setara
dengan teknik kelompok kontrol dan kelompok eksperiman. Subyek
penelitian tidak dipilih secara random. Pengelompokan subyek
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui pemahaman
konsep dan kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran PKn yang
mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran Mind Mapping dan
yang mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional.
Desain eksperimen yang digunakan adalah (quasi eksperiment) dimana
subyek penelitian tidak dikelompokan secara acak, tetapi menerima keadaan
subyek apa adanya (Ruseffendi, 2006:52). Eksperimen dilakukan dengan
memberikan perlakuan model pembelajaran Mind Mapping pada kelompok
eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O X1 O
Kontrol O X2 O
Keterangan:
X1 : Perlakuan model pembelajaran Mind Mapping
X2 : Perlakuan berupa pembelajaran biasa yang dilakukan oleh guru (konvensional)
53
1. Alur Penelitian
Alur penelitian yang digunakan
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Studi Literatur: Model Pembelajaran Mind Mapping, Pemahaman Konsep dan kemampuan memecahkan masalah
Penyusunan Instrumen
1. Soal tes Pemahaman Konsep 2. Soal uraian kemampuan
memecahkan masalah 3. Pedoman observasi
Penyusunan Rencana Pembelajaran Metode Mind Mapping
Validasi, Uji Coba, Revisi
54
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V semester 2 SDN
Cibiu 6, Kecamtan Cileunyi, Kab. Bandung. Pengelompokkan sampel terdiri atas
satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun
dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu
tes pemahaman konsep instrumen utama, dan lembar observasi sebagai instrumen
pelengkap. Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen yaitu; (1) tes
pemahaman konsep, (2) tes kemampuan memecahkan masalah sosial siswa, (3)
lembar observasi aktivitas keterlaksanaan model pembelajaran Mind Mapping .
Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen:
1. Tes Pemahaman Konsep
Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Pemberian
pretest untuk melihat kemampuan siswa sebelum mereka mendapat perlakuan
pembelajaran Mind Mapping dan pembelajaran konvensional sedangkan posttest
untuk melihat hasil yang dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan. Tes
pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda. Adapun indikator pemahaman
konsep dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2. Indikator
Variabel Indikator
55 2. Ingatan (C2)
3. Pemahaman (C3)
4. Penerapan (C4)
2. Tes Kemampuan Memecahkan Masalah
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah. Tes kemampuan memecahkan masalah berbentuk uraian. Adapun
indikator pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
3.3. Tabel Indikator
Variabel Indikator
Kemampuan
memecahkan masalah
sosial Siswa (Y2)
1. Mengenal adanya masalah
2. Mempertimbangkan
pendekatan-pendekatan untuk memecahkan masalah
3. Memilih dan menerapkan
pendekatan-pendekatan pemecahan masalah
4. Mencapai solusi yang dapat
dipertanggung jawabkan
3. Lembar Observasi
Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan metode
56
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu
melalui tes, angket, dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu
menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan
instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat
pada Tabel berikut.
Tabel 3.4. Teknik Pengumpulan Data No Sumber
Data
Jenis Data Teknik
Pengumpulan
Instumen
1. Siswa Pemahaman Konsep
sebelum mendapatkan
perlakuan dan setelah
mendapat perlakuan.
Pretest dan
Posttest
Butir soal pilihan
ganda
2. Siswa Kemampuan
memecahkan masalah
sebelum mendapat
perlakuan dan setelah
mendapat perlakuan
Pretest dan
Posttest
Butir soal pilihan
uraian yang
memuat
permasalahan-permasalahan
3. Siswa dan
Guru
Keterlaksanaan
Metode Pembelajaran
Mind Mapping.
Observasi Pedoman
observasi aktivitas
guru dan siswa
selama
57
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini diperoleh dua macam data yaitu data hasil tes dan
data hasil observasi. Pengolahan data diawali dengan mengukur validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen penelitian.
Ketentuan-ketentuan yang akan digunakan bagi keperluan analisis data di
atas adalah:
1. Uji Instrumen Penelitian a. Validitas Butir soal
Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir
soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang
ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal
akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan
yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam
bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan
rumus korelasi.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product
moment pearson (Arikunto, 2002).
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
58 = Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan.
X = Skor item
Y = Skor total
N = Jumlah siswa
Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5. Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80 1,00 Sangat Tinggi (sangat baik)
0,60 0,80 Tinggi (baik)
0,40 0,60 Cukup (sedang)
0,20 0,40 Rendah (kurang)
0,00 0,20 Sangat Rendah (sangat kurang)
Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan
rumus sebagai berikut (Sudjana, 2002):
59 Kriteria pengujian berdasarkan harga t hitung dibandingkan dengan t
tabel. Jika pada taraf signifikan 95%, thitung < ttabel maka H0 diterima. Sebaliknya,
jika thitung>ttabel maka H0 ditolak.
Keterangan:
t : Uji t
: Koefisien korelasi
N : Jumlah subyek
b. Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang
dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke
pengukuran lainnya. Menghitung reliabilitas tes dengan rumus sebagai
berikut (Arikunto, 2002):
""
2 "$ "$ %1 & "$ "$ '
Dimana :
"" = Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan
= Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Harga dari dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
60
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
XY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Skor item ganjil
Y = Skor item genap
Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut
[image:30.595.120.508.245.656.2](Arikunto, 2002):
Tabel 3.6. Kategori Reliabilitas Tes
Batasan Kategori
0,80 "" 1,00 Sangat Tinggi (sangat baik)
0,60 "" 0,80 Tinggi (baik)
0,40 "" 0,60 Cukup (sedang)
0,20 "" 0,40 Rendah (kurang)
0,20 Sangat Rendah (sangat kurang)
c. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau
61 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan
bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00, menunjukkan bahwa
soal tersebut terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi)
yang dihitung dengan rumus (Arikunto, 2002):
( *+)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.
[image:31.595.120.509.246.696.2]Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7. Kriteria Indeks Kesukaran
Batasan Kategori
0,00 , 0,30 Soal Sukar
0,30 , 0,70 Soal Sedang
62 d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah
(Arikunto, 2002):
/ )*0
0
)1
*1 (0 (1
Keterangan:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
BA = Banyak kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyak kelompok bawah yang menjawab benar
PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar.
63
Tabel 3.8. Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 / 0,20 Kurang
020 / 0,40 Cukup
0,40 / 0,70 Baik
0,70 / 1,00 Baik sekali
Selanjutnya Pengujian Kesahihan Tes meliputi validitas butir soal,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda menggunakan ANATES
V.4, setelah instrumen tes di-judgement terlebih dahulu.
2. Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Meningkatkan Pemahaman konsep dan Memecahkan Masalah
Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung
dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus Hake (Cheng, et. al, 2004):
2 ++3456 +3 7
89:5 +3 7
Keterangan:
Spos = Skor Postes
Spre = Skor Pretes
64 Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan
peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah
[image:34.595.119.506.236.629.2]sosial siswa dengan kriteria seperti berikut.
Tabel 3.9. Kategori Tingkat Gain yang dinormalisasi
Batasan Kategori
2 ; 0,7 Tinggi
0,3 2 0,7 Sedang
2 0,3 Rendah
Efektivitas penggunaan metode Mind Mapping dapat dilihat dari
perbandingan nilai g kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran
Mind Mapping dan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Suatu
pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan g lebih tinggi dibanding
pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).
3. Uji Hipotesis
Uji Kesamaan Dua Rerata
Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua
keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pretest siswa pada kelompok eksperimen
dengan siswa pada kelompok kontrol, keadaan nilai rata-rata posttest siswa pada
65 rata-rata untuk g. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan
menggunakan SPSS for windows 16.0 yaitu uji-t dua sampel independen
(Independent-Sample t Test).
Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen (Uyanto, 2009):
1. Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variances assumed):
< =
>?@ACBDCBE
dengan derajat kebebasan: nx + ny -2
+F @G H 1 + & IHH & H 2 1J+ K
dimana: nx = besar sampel pertama
ny = besar sampel kedua
2. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not
assumed):
L< M=
+F@A+H &+H E
Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik
66 Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program
SPSS for windows versi 12.0. sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis
inferensial), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji
normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah sosial siswa
kedua kelas. Dalam penelitian uji normalitas data menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya kesamaan varians kedua kelas . Uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan uji Levene test, kemudian dilakukan uji-t. Uji kesamaan dua
101 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap pemahaman konsep siswa
yang belajar dengan menggunakan metode Mind Mapping dan dengan
siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa metode mind mapping dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan
2. Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan memecahkan
masalah siswa yang belajar dengan menggunakan metode Mind Mapping
dan dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa metode mind mapping dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada
masalah-masalah kewarganegaraan.
3. Pembelajaran PKn dengan metode Mind Mapping dapat terlaksana sesuai
dengan sintaksnya selama tiga kali pertemuan. Setiap langkah
pembelajaran yang dilaksanakan sudah mencerminkan langkah-langkah
102 menyatakan bahwa pembelajaran PKn dengan metode Mind Mapping
sangat relevan untuk diterapkan pada konsep keputusan bersama dan bisa
diterapkan pada konsep PKn yang lain.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada guru dalam mengembangkan dan meningkatkan
pembelajaran PKn dengan menggunakan metode Mind Mapping sebagai
salah satu alternatif metode pembelajaran di sekolah dasar, maka harus
memperhatikan: (a) sajian bahan ajar berupa masalah yang dapat menarik
minat siswa, (b) tidak perlu cepat-cepat memberi bantuan pada siswa, agar
perkembangan intalelektual siswa maksimal, (c) intervensi yang diberikan
harus minimal dan ketika benar-benar dibutuhkan siswa,
2. Diharapkan guru dalam mengembangkan pembelajaran PKn dapat
menumbuhkan sikap positif yang terkandung dalam pembelajaran Mind
Mapping yakni menjadikan pemebelajran yang menyenangkan dan seakan-akan pembelajran adalah milik siswa
3. Diharapkan kepada kepala sekolah untuk selalu memotivasi para guru di
sekolah yang ia pimpin untuk menjadikan dan mengembangkan
metode-metode pembelajaran inovatif khususnya metode-metode Mind Mapping sebagai
salah satu alternatif metode pembelajaran di sekolah dasar pada umumnya
103 4. Bagi para pembuat kebijakan khusus bidang studi PKn di Sekolah Dasar,
model pembelajaran Mind Mapping juga dapat menjadi rujukan sebagai
metode pembelajaran PKn yang alternatif untuk menjadikan pembelajaran
menjadi menyenagkan. Pembelajaran dengan mind mapping dapat
menjadikan pembelajaran PKn tidak membosankan karena siswa berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Siswa dapat menjadi fokus dengan
pembuatan mind mapping. Dengan penggunaan metode mind mapping,
maka pembelajaran PKn akan sangat jauh dari kesan semula yaitu
pembelajaran yang membosankan. Suasana pembelajaran PKn sangat
“kondusif” dan materi yang ingin dipahami serta diambil nilainya dapat
104
DAFTAR PUSTAKA
Buzan, T. (2004) . Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Buzan, T. (2007). Buku Pintar Mind Map Untuk Anak Agar Anak Pintar di Sekolah. Jakarta : PT. Gramedia Pusaka Utama.
Buzan, T. (2009). Buku Pintar Mind Mapping, Gramedia, Jakarta.
Dahar, R,W. (1989). Teori-Teori Belajar, Erlangga, Jakarta.
De Parter, B & Hernacki. (2000). Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Kaifa, Bekasi.
Depdikbud. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakara: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional (2003), Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas.( 2006). Model – Model Pembelajaran yang Efektif. Bahan Sosialisasi KTSP. Jakarta. Depdiknas
Djahiri, A.K. (1996). Pengembangan program pengajaran pendidikan nilai Moral. Lab. PmPKn IKIP. Bandung
Djahiri,A,K, (2006), Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan-UPI
Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik (Dalam interaksi edukatif). Jakarta: Rineka Cipta.
Ficher,A. (2007) Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar (terjemahan). Jakarta: PT.Erlangga
Foshay, R.dan Kirkley, J. (2003). Principles for Teaching problem Solving. . Tersedia: (www.Plato.com) [20 Desember 2010]
105
Hasan, S.H. (1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan. Dirjen pendidikan tinggi, proyek pendidikan tenaga akademik.
James, B. (1971). Ciri-Ciri Pembelajaran Tuntas, Tersedia: http://ktiptk.blogspot.com/archive/2009/01/24/ketuntasan-belajar.html
Jensen, E. (2008). Brain Based Laerning, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Jhonson, E.B. (2002). Contextual Teaching and Learning. Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center (MLC).
Komariah, D. (2006). Penerapan Mind Mapping Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Pembentukan Tanah dan Struktur Bumi, Skripsi UPI, Tidak Diterbitkan.
Lisnawati. (2006). Implementasi Mind Mapping dalam Pembelajaran Sub Konsep Reproduksi Manusia, Skripsi UPI, Tidak di Terbitkan.
Maftuh, B. (2008). Pendidikan resolusi konflik membangun generasi muda yang mampu menyelesaikan kkonflik secara damai. UPI Bandung: Program studi pendidikan kewarganegaraan sekolah pascaarjana
Mulyasa E (2006). Kurikulum yang disempurnakan, pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munandir. (1991). Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali.
Nasution. (2010). Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.
Rose, Coline & Nicholl, Malcolm. (2009). Accelerated Learning For 21nd Century. Cara Belajar Cepat Abad XXI, Nuansa, Bandung.
Purwanto. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Remy, R, C. (1990). The Need for Science/Technology/Society in the Social Studies. Social Education. April/May: 203-206
Ruseffendi. E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua, Guru dan SPG. Bandung: Tarsito.
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
106
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan: Jakarta Kencana Prenada Media Group.
Santrock, W.J. (2007) Perkembangan Anak.Edisi ke Sebelas. Jakarta: Erlangga.
Sapriaya, dkk. (2009). Pembelajaran Kewarganegaraan, Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia
Savage. T.V. dan Amstrong, D.G. (1996). Effective Teaching in Elementary Social Studies. Third Edition. New Jersey: Prenctice Hall.
Somantri. M,N. (2001) Menggagas pembeharuan pendidikan IPS, Bandung: PT. Remaja rsdakarya
Sukmadinata, N.S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Rosda Karya
Sudjana, H.D. (2004), Handout : Metode Penelitian Pendidikan, SPS UPI : Bandung
Sugiyono, (2004), " Statistik UntukPenelitian dan Aplikasinya Dengan SPSS",Bandung : Alpabeta.
Sugiyono, (2006), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung : Alfabeta.
Suryabrata, S. (1983), Metodologi Penelitian. Jogyakarta : CV. Rajawali.
Syaodih, N. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tukiran, (2009). Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Muhamadiyah. Bandung: Alfabeta.
Wahab, A.A. (2002). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: CV. Maulana
Winataputra, U.S. (1989). Kata Pengantar, dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: IAIN Jakarta Press.
Winataputra, U.S. & Budimansyah. D. (2007), Civic Education, Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Prodi PKn - SPs UPI.