iv ABSTRAK
Masyarakat adat Bali menganut sistem kekeluargaan patrilineal. Sistem patrilineal adalah suatu sistem yang menarik garis keturunan dari pihak ayah. Hanya anak laki-laki yang memiliki hak sebagai ahli waris dalam sebuah keluarga. Penyimpangan terhadap sistem ini terjadi apabila dalam sebuah keluarga tidak terdapat anak laki-laki atau hanya terdapat anak-anak perempuan saja. Umumnya salah satu anak perempuan dalam keluarga tersebut akan melakukan perkawinan sentana sehingga anak perempuan yang bersangkutan dapat berkedudukan sebagai anak laki-laki menurut Hukum Adat Bali (purusa) dan memperoleh hak sebagai ahli waris. Saat ini di lingkungan masyarakat adat Bali terjadi suatu peristiwa hukum yang unik yakni terdapat lebih dari satu perkawinan sentana dalam sebuah keluarga. Yang dimaksud adalah ada lebih dari satu anak perempuan yang melakukan perkawinan sentana Akibatnya adalah terdapat beberapa pasangan sentana dalam sebuah keluarga. Berdasarkan peristiwa hukum tersebut, terdapat 2 (dua) bentuk permasalahan yang dapat dijabarkan yakni bagaimana akibat hukum bagi keluarga yang terdapat lebih dari satu perkawinan sentana dan bagaimana pembagian waris dalam keluarga yang terdapat lebih dari satu perkawinan sentana.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Data penelitian berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier yang dianalisis secara yuridis kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan studi lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat hukum bagi keluarga yang terdapat lebih dari satu perkawinan sentana adalah dalam keluarga tersebut akan terdapat beberapa pasangan sentana yang harus dapat melaksanakan tugas dan kewajiban secara bersama-sama dengan baik. Pasangan sentana yang lebih dahulu menikah memiliki kewenangan tertinggi dalam membuat keputusan dan patut dipatuhi oleh pasangan sentana lainnya. Apabila terdapat pasangan sentana yang menyatakan diri keluar dari silsilah keluarga, maka akibat hukum tersebut tidak berlaku lagi terhadapnya. Pembagian waris dalam keluarga yang terdapat lebih dari satu perkawinan
sentana ditentukan berdasarkan kondisi yang ada dan hasil keputusan
pasangan sentana yang menikah lebih dahulu. Apabila terdapat pasangan
sentana lain yang menyatakan diri keluar dari silsilah keluarga, maka