• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Informasi Palang Merah Indonesia Menggunakan Penerapan Arsitektur Multi-Tier Dengan DCOM Sebagai Protokol.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Informasi Palang Merah Indonesia Menggunakan Penerapan Arsitektur Multi-Tier Dengan DCOM Sebagai Protokol."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INFORMASI PALANG MERAH INDONESIA MENGGUNAKAN PENERAPAN ARSITEKTUR MULTI-TIER DENGAN DCOM SEBAGAI

PROTOKOL

JARINGAN KOMPUTER

SKRIPSI

I GDE BAGUS ARYA DIWADATTA SUBRATA 1208605067

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa naskah Skripsi dengan judul:

Sistem Informasi Palang Merah Indonesia Menggunakan Penerapan Arsitektur Multi-Tier Dengan Dcom Sebagai Protokol

Nama : I Gde Bagus Arya Diwadatta Subrata

NIM : 1208605067

Program Studi : Teknik Informatika

E-mail : igdebagusarya.diwadattasubrata@mhs.cs.unud.ac.id Nomor telp/HP : 085 638 164 74

Alamat : Jl. Gunung Patas No.4, Br. Pengiasan, Mengwi, Badung

Belum pernah dipublikasikan dalam dokumen skripsi, jurnal nasional maupun internasional atau dalam prosiding manapun, dan tidak sedang atau akan diajukan untuk publikasi di jurnal atau prosiding manapun. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat pelanggaran kaidah-kaidah akademik pada karya ilmiah saya, maka saya bersedia menanggung sanksi-sanksi yang dijatuhkan karena kesalahan tersebut, sebagaimana diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan bilamana diperlukan.

Denpasar, Juni 2016 Yang membuat pernyataan,

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Judul : Sistem Informasi Palang Merah Indonesia Menggunakan Penerapan Arsitektur Multi-Tier Dengan Dcom Sebagai Protokol

Kompetensi : Jaringan Komputer

Nama : I Gde Bagus Arya Diwadatta Subrata (I Komang Ari Mogi, S.Kom., M.Kom)

NIP.198409242008011007

(4)

iv

Judul : Sistem Informasi Palang Merah Indonesia Menggunakan Penerapan Arsitektur Multi-Tier Dengan Dcom Sebagai Protokol

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Provinsi dan sekitar 408 PMI Kota/Kabupaten di seluruh Indonesia. Palang Merah Indonesia khususnya PMI Provinsi Bali telah menerapkan sistem pelaporan kebencanaan, Salah satunya adalah dengan pemanfaatan teknologi informasi. Pelaporan yang diterima oleh PMI Provinsi akan diterima melalui media komunikasi radio amatir, e-mail atau pun dalam bentuk softcopy dan akan disimpan sebagai file dalam bentuk arsip data. Untuk mendukung sistem informasi PMI dibutuhkan suatu sistem informasi dalam menggantikan proses yang dilakukan secara manual. Sampai saat ini, belum ada suatu sistem komputerisasi yang mendukung proses pengiriman atau pelaporan data tersebut.

Berdasarkan permasalahan diatas, dalam penelitian ini dirancang sebuah sistem yang mampu meningkatkan kecepatan pengiriman laporan tanpa ada masalah dapat yaitu dengan sistem berbasis website dengan teknologi client-server yang berbasis pada aturan bahwa komputer server hanya akan mengirimkan data yang dibutuhkan oleh client dimana proses penyimpanan data dilakukan pada komputer database server. Dalam Sistem aplikasi client-server ini akan menggunakan Distributed Component Object Model atau sering disebut DCOM. DCOM merupakan sebuah protokol yang membantu proses komunikasi antar client dan server, cara kerja DCOM menggunakan Remote Procedure Call yang diletakkan pada Server dalam bentuk file Dll (Dynamic Linking Library) dan client akan mengakses objek tersebut melalui jaringan yang ada.

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dengan metode black box, sistem yang dibangun sudah mampu memudahkan pengiriman laporan dan dengan menguji QoS (Quality of Service), sistem mampu mempercepat pengiriman laporan.

(5)

v

Title : Indonesian Red Cross Information System Using

Application of Multi-Tier Architecture with DCOM asthe Protocol

Name : I Gde Bagus Arya Diwadatta Subrata Registration : 1208605067

First Supervisor : I Komang Ari Mogi, S.Kom., M.Kom Second Supervisor : I Drs.I Wayan Santiyasa, M.Si

ABSTRACT

The Indonesian Red Cross (PMI) is an organization of national associations in Indonesia which is engaged in social humanity. Until now, the PMI has had branches in 33 provinces, and about 408 PMI located in the Cities / Regencies of Indonesia. Indonesian Red Cross, particularly PMI Bali Province has implemented a system of disaster reporting. One of the ways is to use information technology. Reports received by the PMI will be received through amateur radio communications media, e-mails or in softcopies and will be stored as files in the archive of data. To support PMI information system, it is needed an information system to replace manual processes currently carried out. Until now, there is no computerized system that supports the process of sending or reporting the data.

Based on the above problems, in this study, it was designed a system that is able to increase the speed of delivery of the report without any problems, namely with website-based system with client-server technology based on the rule that the computer server will only send the data needed by the client where the data

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir yang berjudul “Sistem Informasi Palang Merah Indonesia Menggunakan Penerapan Arsitektur Multi-Tier Dengan Dcom

Sebagai Protokol” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, antara lain :

1. Bapak I Komang Ari Mogi, S.Kom., M.Kom. sebagai pembimbing 1 yang telah bersedia mengkritisi, membantu dan memeriksa serta menyempurnakan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Drs. I Wayan Santiyasa, M.Si. sebagai pembimbing 2 yang telah bersedia mengkritisi, membantu dan memeriksa serta menyempurnakan Tugas Akhir ini.

3. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen di Jurusan Ilmu Komputer yang telah meluangkan waktu turut memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan, motivasi, semangat dan kerja sama dalam pembuatan Tugas Akhir ini.

5. Keluarga dan kerabat serta semua pihak yang turut serta memberi dukungan sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan waktu yang ditentukan.

Pada akhirnya penulis berharap agar adanya perbaikan pada Tugas Akhir ini mengingat keterbatasan penulis, sehingga sangat diharapkan untuk adanya kritik dan saran yang membangun untuk pencapaian yang lebih baik.

Bukit Jimbaran, Juni 2016 Penyusun,

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Batasan Masalah ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Metode Penelitian ... 5

1.5.1 Desain Penelitian ... 5

1.5.2 Pengumpulan Data ... 6

1.5.3 Metode yang Digunakan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Sistem Terdistribusi ... 7

2.2 Client-Sever ... 10

2.3 DCOM (Distributed Component Object Model) ... 12

2.4 Multi-tier ... 15

(8)

viii

2.6 Diagram Konteks ... 18

2.7 Data Flow Diagram (DFD) ... 18

2.8 Bahasa Pemrograman HTML ... 19

2.9 Bahasa Pemrograman CSS ... 19

2.10 Visual Basic ... 20

2.11 Firebird ... 20

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN ... 22

3.1 Analisis Kebutuhan... 22

3.1.1 Kebutuhan Fungsional ... 22

3.1.2 Kebutuhan Non Fungsional... 25

3.2 Desain Sistem ... 26

3.3 Evaluasi Prototyping... 43

3.4 Pengkodean System ... 43

3.5 Menguji System ... 43

3.6 Evaluasi System ... 44

BAB IV ... 46

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Lingkungan Implementasi ... 46

4.2 Implementasi Basisdata ... 46

4.3 Implementasi Antarmuka atau Front-end ... 49

4.4 Implementasi Proses Distribusi. ... 56

4.5 Implementasi Sistem... 60

4.6 Pengujian ... 68

4.6.1 Pengujian Kebutuhan Fungsional ... 68

4.6.2 Pengujian Quality of Service ... 73

(9)

ix

KESIMPULAN ... 87

5.4 Kesimpulan ... 87

5.5 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kebutuhan Fungsional Sistem ... 23

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Kebutuhan Fungsional ... 68

Tabel 4.2. Pengujian validasi input pada proses login ... 69

Tabel 4.3. Pengujian validasi input pada proses laporan harian ... 70

Tabel 4.4. Pengujian validasi input pada proses laporan kebencanaan... 70

Tabel 4.5. Pengujian validasi input pada proses roundtable ... 71

Tabel 4.6. Pengujian validasi input pada proses contact person ... 72

Tabel 4.7. Pengujian validasi input pada proses daftar posko ... 72

Tabel 4.8. Pengujian mengedit data user ... 73

Tabel 4.9. Pengujian proses logout ... 73

Tabel 4.10 Kategori Degredasi Packet Loss ... 74

Tabel 4.11 Kategori Degredasi Jitter ... 74

Tabel 4.12. Pengujian paket loss pertama ... 75

Tabel 4.13. Pengujian Throughput pertama ... 76

Tabel 4.14. Pengujian Jitter pertama ... 76

Tabel 4.15. Pengujian paket loss kedua ... 77

Tabel 4.16. Pengujian Throughput kedua ... 77

Tabel 4.17. Pengujian Jitter kedua ... 77

Tabel 4.18. Pengujian paket loss ketiga ... 78

Tabel 4.19. Pengujian Throughput ketiga ... 78

Tabel 4.20. Pengujian Jitter ketiga ... 79

Tabel 4.21. Pengujian paket keempat ... 79

(11)

xi

Tabel 4.23. Pengujian Jitter keempat ... 80

Tabel 4.24. Pengujian paket loss kelima ... 81

Tabel 4.25. Pengujian Throughput kelima ... 81

Tabel 4.26. Pengujian Jitter kelima ... 81

Tabel 4.27. Hasil Keseluruhan Pengujian Peket Loss... 82

Tabel 4.28. Hasil Keseluruhan Pengujian Throughput ... 83

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Arsitektur Multi-tier ... 27

Gambar 3.2. Skema Jaringan ... 28

Gambar 3.3 Flowchart sistem bagian pertama ... 30

Gambar 3.4 Flowchart sistem bagian kedua ... 31

Gambar 3.5 Flowchart sistem bagian ketiga ... 32

Gambar 3.6. Diagram Konteks... 33

Gambar 3.7. DFD Level 0 ... 34

Gambar 3.8 Entity Relationship Diagram ... 38

Gambar 3.9 Tampilan Login ... 40

Gambar 3.10. Tampilan Home ... 40

Gambar 3.11. Tampilan Menu Laporan Harian ... 41

Gambar 3.12. Tampilan Menu Laporan Kebencanaan ... 41

Gambar 3.13. Tampilan Roundtable ... 42

Gambar 3.14. Tampilan Menu Contact Persone ... 43

Gambar 4.1 Hasil Implementasi Database ... 47

Gambar 4.2. Tampilan Login ... 49

Gambar 4.3. Tampilan Menu Utama... 50

Gambar 4.4. Tampilan Laporan Harian ... 51

Gambar 4.5. Tampilan Laporan Kebencanaan ... 52

Gambar 4.6. Tampilan Rountable ... 53

Gambar 4.7 Tampilan Contact Person... 54

Gambar 4.8 Tampilan Daftar Posko... 55

Gambar 4.9 Hasil dari FItur Print Laporan ... 56

(13)

xiii

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI mempunyai tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.

Palang Merah Indonesia tidak memihak golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu. Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya. Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta benda maupun material cukup besar. Indonesia merupakan Negara yang rawan bencana, dikarenakan Indonesia berada di daerah rawan bencana, faktor geografi, geologi dan Intensitas bencana semakin meningkat dan kompleks. Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia yaitu gempa bumi, gunung meletus, tsunami, banjir, angin puting beliung.

(16)

2

PMI Kabupaten mengirimkan data kejadian kebencanaan yang terjadi diwilayahnya ke PMI Provinsi. Untuk mendukung sistem informasi PMI dibutuhkan suatu sistem informasi dalam menggantikan proses yang dilakukan secara manual. Sampai saat ini, belum ada suatu sistem komputerisasi yang mendukung proses pengiriman atau pelaporan data tersebut, Selama ini pelaporan kejadian kebencanan dilakukan secara manual dengan cara Roundtable (laporan harian melalui radio amatir) atau mengirimkan e-mail jika bencana tersebut bersekala besar, sehingga mengakibatkan data-data yang dilaporkan ke PMI Provinsi Bali tidak tersimpan dengan baik, jika sewaktu-waktu data tersebut dibutuhkan akan membutuhkan sewaktu-waktu yang lama untuk mencarinya dan jika data tersebut dalam bentuk softcopy atau catatan manual pasti tidak akan tersimpan dengan baik.

(17)

3

berjalan. Melihat kekurangan dan kelebihan dari kedua cara pengembangan tersebut maka yang dapat meningkatkan kecepatan pengiriman laporan tanpa ada masalah dapat yaitu dengan sistem berbasis website dengan teknologi client-server yang berbasis pada aturan bahwa komputer server hanya akan mengirimkan data yang dibutuhkan oleh client dimana proses penyimpanan data dilakukan pada komputer database server.

Dengan aplikasi Client-Server dimungkinkan untuk pembagian tugas antara server dan client, sehingga dapat meningkatkan kinerja terhadap sistem. Selain peningkatan kinerja tingkat keamanan data juga semakin tinggi karena untuk masuk ke level data harus melewati beberapa lapisan (layer), dan cepatnya perawatan tanpa instalasi database driver pada setiap client. Dalam Sistem aplikasi client-server ini akan menggunakan Distributed Component Object Model atau sering disebut DCOM. Disributed COM (DCOM) sebuah

protokol jaringan tingkat tinggi (high-level network protocol) yang dirancang agar komponen yang berbasis COM dapat beroperasi didalam jaringan. DCOM dianggap protokol jaringan tingkat tinggi karena dibangun diatas beberapa lapisan protokol yang ada, seperti Ethernet yang terletak paling bawah, internet protocol berada diatasnya, user datagram protocol diatasnya lagi, remote procedure calls dan barulah Distributed COM yang berada paling atas (Guy dan Henry, 1998). Cara kerja DCOM berbasis Remote Procedure Call yang diletakkan pada Server dalam bentuk file Dll (Dynamic linking

library) dan client akan mengakses objek tersebut melalui jaringan yang ada.

(18)

4

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang membahas tentang penerapan aplikasi client-server yang terdistribusi pada sistem informasi Palang Merah Indonesia Provinsi Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas permasalahan yang akan dikaji dalam Tugas Akhir ini adalah “bagaimana teknologi client-server ini dapat membantu meningkatkan kecepatan pengiriman laporan dan pengarsipan informasi di Palang Merah Indonesia Provinsi Bali”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada Tugas Akhir ini adalah meningkatkan kecepatan pengiriman laporan dari masing-masing Palang Merah Indonesia Kabupaten/Kota.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini untuk membatasi masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian dari Sistem Sistem Informasi Palang Merah Indonesia Menggunakan Penerapan Arsitektur Multi-Tier Dengan Dcom Sebagai Protokol yaitu:

Batasan masalah yang dapat dibatasi dalam penelitian ini adalah :

1. Sistem yang dibuat adalah sistem informasi yang terdistribusi antara client-server yang menerapkan arsitektur multi-tier dan DCOM.

2. Data yang digunakan adalah data dari kebencanaan yang terjadi di Bali. 1.5 Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa manfaat yang didapat dalam penelitian ini, yaitu : 1.5.1 Bagi Instansi terkait

(19)

5

3. Mengurangi kehilangan dan kekurangan file pelaporan atau informasi.

4. Kordinasi, Informasi dan Sinkronisasi dalam berjalan dengan baik dan cepat tanpa ada hambatan jarak yang menghubungkan kantor PMI Provinsi Bali dan PMI Kabupaten/Kota lainnya.

1.5.2 Bagi kampus

1. Dapat dijadikan bahan refrensi dalam mengembakna penelitian yang berhubungan dengan komunikasi objek lebih lanjut.

2. Dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk membandingkan dengan konsep atau metode yang lain dalam mengembangkan suatu sistem.

1.5.3 Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan yang nantinya dapat digunakan untuk mengaplikasikan teori. Serta sebagai bahan perbandingan dari teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dengan yang ada di dunia kerja.

1.6 Metode Penelitian

Pada penulisan skripsi berjudul “Sistem Informasi Palang Merah Indonesia Menggunakan Penerapan Arsitektur Multi-Tier Dengan Dcom Sebagai Protokol” diperlukan data dan informasi yang lengkap untuk mendukung penelitian. Berikut akan dijelaskan mengenai tahapan-tahapan yang akan dilakukan saat penelitian nantinya :

1.5.1 Desain Penelitian

(20)

6

server atau middle-tier ini tersimpan beberapa business object (data input pada sistem) dan DCOM mendukung komponen-komponen teknologi Multi-tier ini. 1.5.2 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan atau Observasi

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan pada bagian sistem pelaporan pada Palang Merah Indonesia dan menanyakan secara langsung kepada staf yang terkait dengan menggunakan beberapa pertanyaan.. 2. Studi Pustaka

Studi pustaka yang dilakukan adalah mempelajari buku-buku pedoman, jurnal, dan tugas akhir yang berkaitan dengan sistem informasi yang menggunakan teknologi client-server.

1.5.3 Metode yang Digunakan

(21)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Terdistribusi

Mary Kirtland(dikutip dalam bukunya “Designing Component Based Application”, 1998) di akhir tahun 1990-an, aplikasi terdistribusi digunakan oleh sejumlah orang di seluruh dunia yang menghubungkan banyak server data dan aplikasi. Karakteristik ini menciptakan kebutuhan aplikasi yang sempurna dari arsitektur aplikasi tradisional. Yang perlu kita sadari saat ini adalah perkembangan dalam industry perangkat lunak yang semakin hari semakin menuju pada aplikasi yang mendukung sistem terdistribusi

Menurut Budi Susanto [1999] sistem terdistribusi merupakan suatu bentuk arsitektur sistem dimana computer-komputer yang berdiri sendiri secara otonom dapat saling berkomunikasi dan berbagi resourse tanpa mempedulikan dimana computer itu berada dan platform yang digunakan.

Jadi Sistem distribusi adalah sebuah sistem yang komponennya berada pada jaringan komputer. Komponen tersebut saling berkomunikasi dan melakukan koordinasi hanya dengan pengiriman pesan (message passing).

Sistem terdistribusi merupakan kebalikan dari Sistem Operasi Prosesor Jamak. Pada sistem tersebut, setiap prosesor memiliki memori lokal tersendiri. Kumpulan prosesornya saling berinteraksi melalui saluran komunikasi seperti LAN dan WAN menggunakan protokol standar seperti TCP/IP. Karena saling

berkomunikasi, kumpulan prosesor tersebut mampu saling berbagi beban kerja, data, serta sumber daya lainnya.

Sistem terdistribusi dapat dikatakan sebagai suatu keberadaan beberapa komputer yang bersifat transparan dan secara normal, setiap sistem terdistribusi mengandalkan layanan yang disediakan oleh jaringan komputer.

Dalam penggunaanya sistem terdistribusi sangat diperlukan karena: 1. Performance

(22)

8

2. Distribution

Banyak aplikasi yang terlibat, sehingga lebih baik jika dipisah dalam mesin yang berbeda (contoh: aplikasi perbankan, komersial)

3. Reliability

Jika terjadi kerusakan pada salah satu mesin, tidak akan mempengaruhi kinerja system secara keseluruhan

4. Incremental Growth

Mesin baru dapat ditambahkan jika kebutuhan proses meningkat 5. Sharing Data/Resource

Resource adalah:

– Segala hal yang dapat digunakan bersama dalam jaringan komputer.

– Meliputi hardware (e.g. disk, printer, scanner), juga software (berkas, basis data, obyek data).

6. Communication

Menyediakan fasilitas komunikasi antar manusia.

2.1.1 Model Sistem Terdistribusi

Dalam pelaksanaannya sistem terdistribusi memiliki berbagai bentuk (model), yaitu :

1. Sistem client - server

Merupakan bagian dari model sistem terdistribusi yang membagi jaringan berdasarkan pemberi dan penerima jasa layanan. Pada sebuah jaringan akan didapatkan: file server, time server, directory server, printer server, dan seterusnya.

2. Sistem point to point

Merupakan bagian dari model sistem terdistribusi dimana sistem dapat sekaligus berfungsi sebagai client maupun server.

3. Sistem terkluster

(23)

9

Sistem kluster memiliki persamaan dengan sistem paralel dalam hal menggabungkan beberapa CPU untuk meningkatkan kinerja komputasi. Jika salah satu mesin mengalami masalah dalam menjalankan tugas maka mesin lain dapat mengambil alih pelaksanaan tugas itu. Dengan demikian, sistem akan lebih handal dan fault tolerant dalam melakukan komputasi.

2.1.2 Definisi dan Peran Middleware Sistem Terdistribusi

Sebagai sebuah aplikasi yang secara logic yang terletak diantara lapisan aplikasi Middleware didefinisikan seperti software yang menghubungkan komponen perangkat lunak atau aplikasi yang berisi sekumpulan layanan yang memungkinkan agar beberapa proses dapat berjalan untuk satu atau beberapa mesin computer untuk saling berinteraksi dalam sebuah jaringan. Teknologi ini berkembang untuk menyediakan untuk Interoperabilitas dalam dukungan yang koheren didistribusikan pindah ke arsitektur, yang paling sering digunakan untuk mendukung dan mempermudah kompleksitas, aplikasi didistribusikan.

Middleware juga bisa disebut application layer dan lapisan data dari

sebuah arsitektur layer-layer TCP/IP.

Penggunaan middleware ini sangat dibutuhkan untuk bermigrasi dari aplikasi mainframe ke aplikasi client/server dan juga untuk menyediakan komunikasi antar platform yang berbeda termasuk server web, server aplikasi, dan alat-alat serupa yang mendukung pengembangan aplikasi dan pengiriman Middleware yang paling banyak dipublikasikan :

1. Microsoft's COM/DCOM (Component Object Model)

2. Object Management Group's Common Object Request Broker Architecture (CORBA),

(24)

10

2.2 Client-Sever

Client server adalah suatu bentuk arsitektur, dimana client adalah perangkat

yang menerima yang akan menampilkan dan menjalankan aplikasi (software komputer) dan server adalah perangkat yang menyediakan dan bertindak sebagai pengelola aplikasi, data, dan keamanannya. Server biasanya terhubung dengan client melalui kabel UTP dan sebuah kartu jaringan (Oetomo, 2006).

Teknologi client-server membagi layer menjadi tiga bagian, yaitu (Oetomo,2006):

a. Hubungan antara proses yang berjalan pada mesin yang berbeda b. Pemisahan fungsi berdasarkan ide layanannya.

c. Server sebagai provider, client sebagai konsumen 2. Sharing resources (sumber daya) :

Server bisa melayani beberapa client pada waktu yang sama, dan meregulasi akses bersama untuk membagi sumber daya dalam menjamin konsistensinya. 3. Asymmetrical protocol (protokol yang tidak simetris ) :

Many-to-one relationship antara client dan server. Client selalu

menginisiasikan dialog melalui layanan permintaan, dan server menunggu secara pasif request dari client.

4. Transparansi lokasi :

Proses yang dilakukan server boleh terletak pada mesin yang sama atau pada mesin yang berbeda melalui jaringan. Lokasi server harus mudah diakses dari client.

5. Mix-and-Match :

(25)

11

6. Pesan berbasiskan komunikasi :

Interaksi server dan client melalui pengiriman pesan yang menyertakan permintaan dan jawaban.

7. Pemisahan interface dan implementasi :

Server bisa ditingkatkan tanpa mempengaruhi client selama interface pesan yang diterbitkan tidak berubah.

2.2.2 Arsitektur Client-Server 1. Sisi Client

Ada beberapa karakteristik dari sisi klien pada umunya sudah kita ketahui, yaitu :

1. Pihak klien selalu memulai permintaan/permohonan ke pihak server 2. Setelah mengirim permintaan, kemudian client akan menunggu

balasan atau jawaban atas permintaannya dari server 3. Menerima balasan dari server atas permintaannya

4. Biasanya client akan terhubung ke sejumlah kecil dari server pada satu waktu

5. Biasanya berinteraksi langsung dengan end-user (pengguna akhir) dengan menggunakan user interface (antarmuka pengguna)

6. Khusus jenis client mencakup web browser, email client dan online chat client

2. Sisi Server

Sama dengan sisi klien (client side), sisi server (side server) juga memiliki karakteristik seperti di bawah ini :

1. Sebagai penyedia layanan, sisi server akan selalu menunggu permintaan dari sisi client

2. Sesuai dengan tugasnya, melayani dan menjawab permintaan data yang diminta oleh client

(26)

12

4. Jenis server khusus mencakup web server, FTP server, database server, email server, file server, print server. Mayoritas dari web

layanan tersebut juga merupakan jenis server. 2.3 DCOM (Distributed Component Object Model)

Pada pembahasan DCOM ini terdiri dari beberapa pembahasan yaitu pengertian DCOM, arsitektur DCOM, remoting sistem dan cara kerja sistem remoting.

Distributed Component Object Model adalah protokol yang berfungsi untuk

mengaktifkan komponen pada perangkat lunak (software) agar dapat berkomunikasi langsung dengan jaringan. (Spangler, 2004). Tujuan DCOM adalah agar komponen yang telah dibuat dapat diregister di suatu komputer dan di akses oleh banyak komputer lain. DCOM sendiri bukan merupakan teknologi baru karena teknologi ini banyak dipakai dalam sistem distribusi pada sistem jaringan TCP/IP. Protokol yang digunakan oleh DCOM dapat meliputi:

1. Protokol TCP/IP 2. Protokol UDP/IP 3. Protokol HTTP 4. Protokol RPC

Secara umum DCOM menerapkan sistem Client-Server sehingga terdapat istilah DCOM klien dan DCOM server. Cara kerja DCOM yang menggunakan Remote Procedure Call dimana Object diletakkan di dalam Back-End (Server)

dalam bentuk file Dll (Dynamic Linking Library) dan klien akan mengakses objek tersebut melalaui media jaringan yang ada.

(27)

13

Sedangkan pada sistem operasi yang baru proses akan dilindungi dari gangguan proses yang lain sehingga aplikasi client tidak akan langsung mamanggil komponen tetapi melalui interproses yang disediakan oleh sistem operasi. Ketika client dan server pada tempat yang berbeda, DCOM akan menggantikan lokal interproses yang berkomunikasi dengan sebuah jaringan protokol. Melalui protokol DCOM ini, aplikasi client dapat mengakses DCOM server.

DCOM juga menyembunyikan lokasi suatu komponen sehingga aplikasi tinggal langsung memanggil method yang ada di komponen DCOM. Lokasi DCOM yang independen inilah yang membuat penyederhanaan pada penerapan sistem distribusi suatu komponen dan juga meningkatkan performance. Bayangkan kita mempunyai komponen yang banyak dan kemudian dilakukan distribusi ke jaringan LAN, maka hal ini akan meningkatkan laju trafik jaringan sehingga komunikasi data pada jaringan LAN ini akan jauh lebih lambat.

2.3.1 Arsitektur DCOM

DCOM merupakan ektensi dari Component Object Model (COM). Pada COM kita melihat bagaimana suatu komponen client saling berinteraksi. Interaksi ini dapat didefinisikan sebagai hubungan secara langsung antara komponen (COM Server) dan COM Client. Aplikasi client memanggil method yang ada di

komponen COM tanpa perantara apapun dan terjadi dalam suatu proses baik pada palikasi client maupun komponen itu sendiri.

Sedangkan pada sistem operasi yang baru proses akan dilindungi dari gangguan proses yang lain sehingga aplikasi client tidak akan langsung mamanggil komponen tetapi melalui interproses yang disediakan oleh sistem operasi. Ketika client dan sever pada tempat yang berbeda, DCOM akan menggantikan local interprosses yang berkomunikasi dengan sebuah jaringan protokol. Malalui protokol DCOM ini, aplikasi client dapat mengakses DCOM server. DCOM juga menyembunyikan lokasi suatu komponen sehingga disisi

(28)

14

performance. Bayangkan kita mempunyai komponen yang banyak dan kemudian

dilakukan distribusi ke duatau jaringan LAN, maka hal iini akan meningkatkan laju trafik jaringan sehingga komunikasi data pada jaringan LAN ini akan jauh lebih lambat. Dengan adanya DCOM maka semua komponen didistribusikan dalam suatu protokol DCOM dan proses yang sama. Ketika suatu aplikasi mengakses komponen melalui DCOM maka DCOM akan melakukan proses validasi komponen, tujuanya untuk mengakses apakah komponen yang dipanggil ini ada didalam DCOM.

2.3.2 Remote Procedure Call (RPC)

Cara kerja DCOM adalah dengan menggunakan Remote Procedure Call dimana Object diletakkan di dalam Back-End (Server) dalam bentuk file Dll (Dynamic linking Library) dan client akan mengakses object tersebut melalaui

media jaringan yang ada. Remote Procedure Call (RPC) adalah sebuah metode yang memungkinkan kita untuk mengakses sebuah prosedur yang berada di komputer lain. Untuk dapat melakukan ini sebuah server harus menyediakan layanan remote procedure. Pendekatan yang dilakuan adalah sebuah server membuka socket, lalu menunggu client yang meminta prosedur yang disediakan oleh server. Bila client tidak tahu harus menghubungi port yang mana, client bisa me-request kepada sebuah matchmaker pada sebuah RPC port yang tetap. Matchmaker akan memberikan port apa yang digunakan oleh prosedur yang

diminta client.

(29)

15

2.3.3 Cara Kerja Remote DCOM

Salah satu kegunaan DCOM adalah distribusi dan remoting suatu objek kekomponen lain dalam suatu jaringan komputer. Ketika kita akan membuat suatu komponen COM dan komponen ini akan diakses banyak komputer bahkan dalam waktu bersamaan, maka kita harus melakukan sistem distribusi untuk objek yang kita buat, belum lagi kita akan menghadapi load balancing karena banyaknya yang mengakses data objek oleh komputer lain. Dengan DCOM ini,kita akan mendapatkan solusi untuk masalah sistem distribusi.

Kita telah ketahui bahwa apliaksi dikatakan berbasis sistem remoting bila apabila aplikasi itu mengakses suatu objek yang dapat berupa data, suara, informasi dan sebagainya dari suatu komputer yang ada dalam suatu jaringan tertentu. Dalam kasus ini DCOM client akan berfungsi sebagai remoter yaitu objek yang melakukan remote ke komputer server melalui DCOM Server.

Jika kita perhatikan, kita akan melihat bahwa komunikasi antara komputer dilakukan dan melalui DCOM. Misalkan komputer A meminta data dari database, maka komputer A akan me-request data melalui objek yang ada di DCOM Client. Kemudian DCOM client akan melakukan validasi mengenai komponen objek yang dieksekusi, jika ditemukan objek yang meminta, maka DCOM client akan mengecek sumber objek berasal sebagai contohnya sumber objek berasal dari komputer server S, maka DCOM client akan melakukan remoting ke komputer S melalui DCOM server yang dimilikinya.

DCOM server akan mengecek authorisasinya yang dimilki oleh komputer A. Jika komputer A mempunyai hak akses maka DCOM server akan mengeksekusi sesuai permintaan komputer A dan hasilnya dikembalikan ke DCOM Client. Proses ini akan sama untuk setiap komputer yang ingin melakukan remoting melalui DCOM.

2.4 Multi-tier

Multi tier application adalah aplikasi yang dibagi menjadi beberapa bagian

(30)

16

1. Client Side Presentation

Client side presentation mengatur bagaimana aplikasi berinteraksi

dengan user. Yang dimaksud dengan interaksi antara lain adalah: bagaimana data ditampilkan, bagaimana fungsi dan fitur aplikasi ditampilkan. Dalam aplikasi berbasis web, client side presentation dibuat dengan bahasa HTML, CSS, dan JavaScript. Beberapa tool yang digunakan untuk membuat client side presentation diantaranya Microsoft Frontpage, Macromedia Dreamweaver, dan sebagainya. Client side presentation berbasis web contohnya adalah tampilan aplikasi email yang kita buka dengan browser. 2. Server Side Business Logic

Server side business logic, sering disebut juga middle tier, adalah

bagian yang bertanggung jawab atas cara kerja aplikasi. Di dalamnya kita mengatur bagaimana fungsi dan fitur aplikasi dapat bekerja dengan baik. Dalam aplikasi berbasis web, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan, ditentukan oleh jenis platform yang digunakan.

3. Backend Storage

Bagian ini mengatur cara penyimpanan data. Penyimpanan data merupakan materi yang cukup kompleks dalam pembangunan aplikasi. Karena kecepatan, keutuhan, dan keamanan data merupakan faktor kritis dalam aplikasi. Ada banyak solusi database yang tersedia di pasaran. Pada umumnya, database yang digunakan bertipe relasional (Relational Database Management System – RDBMS). Manajemen data dilakukan dengan bahasa SQL (Standard Query Language).

2.4.1 Arsitektur Multi Tier

Arsitektur Multi Tier adalah suatu metode yang sangat mirip dengan Three Tier. Bedanya, pada Multi Tier akan diperjelas bagian UI (User Interface) dan

Data Processing.Yang membedakan arsitektur ini adalah dengan adanya Business Logic Server. Database Server dan Bussines Logic Server merupakan bagian dari Data Processing, sedangkan Application Server dan Client/Terminal merupakan

(31)

17

pemrograman tersebut masih sangat mumpuni sebagai business process. Multi-tier architecture menyuguhkan bentuk three – tier yang diperluas dalam model

fisik yang terdistribusi. Application server dapat mengakses Application server yang lain untuk mendapat data dari Data server dan mensuplai servis ke client Application.

2.4.2 Kelebihan arsitektur Multi tier :

1. Dengan menggunakan aplikasi multi-tier database, maka logika aplikasi dapat dipusatkan pada middle-tier, sehingga memudahkan untuk melakukan control terhadap client-client yang mengakses middle server dengan mengatur setting pada dcomcnfg.

2. Dengan menggunakan aplikasi multi-tier, maka database driver seperti BDE/ODBC untuk mengakses database hanya perlu diinstal sekali pada middle server, tidak perlu pada masing-masing client.

3. Pada aplikasi multi-tier, logika bisnis pada middle-tier dapat digunakan lagi untuk mengembangkan aplikasi client lain, sehingga mengurangi besarnya program untuk mengembangkan aplikasi lain. Selain itu meringankan beban pada tiap-tiap mesin karena program terdistribusi pada beberapa mesin.

4. Memerlukan adaptasi yang sangat luas ruang lingkupnya apabila terjadi perubahan sistem yang besar.

2.4.3 Kekurangan arsitektur Multi tier :

1. Program aplikasi tidak bisa mengquery langsung ke database server, tetapi harus memanggil prosedur-prosedur yang telah dibuat dan disimpan pada middle-tier.

2. Lebih mahal.

2.5 Entity Relationship Diagram (ERD)

(32)

18

dideskripsikan oleh Peter Chen yang dibuat sebagai bagian dari perangkat lunak CASE. Menurut Imbar pada penelitian Adelia dan J. Setiawan (2011), komponen – komponen yang termasuk dalam ERD antara lain, adalah:

1. Entitas (Entity), yaitu sebuah barang atau obyek yang dapat dibedakan dari obyek lain.

2. Relasi (Relationship), yaitu asosiasi 2 atau lebih entitas dan berupa kata kerja.

3. Atribut (Attribute), yaitu properti yang dimiliki setiap entitas yang akan disimpan datanya.

4. Kardinalitas (Cardinality), yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kemunculan suatu obyek terkait dengan kemunculan objek lain pada suatu relasi. Kardinalitas relasi yang terjadi diantara dua himpunan entitas (misalnya A dan B) dapat berupa:

a. Modalitas (Modality) adalah partisipasi sebuah entitas pada suatu relasi, 0 jika partisipasi bersifat “optional”/parsial, dan 1 jika partisipasi bersifat “wajib”/total.

b. Total constraint adalah constraint yang mana data dalam entitas yang memiliki constraint tersebut terhubung secara penuh ke dalam entitas dari relasinya.

2.6 Diagram Konteks

Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem (Saluky, 2013). Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Ia akan memberi gambaran tentang keseluruhan sistem. Sistem dibatasi oleh boundary (dapat digambarkan dengan garis putus). Dalam diagram konteks hanya ada satu proses dan tidak boleh ada store dalam diagram konteks.

2.7 Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang

(33)

19

jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun komputerisasi (Saluky, 2013). DFD ini sering disebut juga dengan nama Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi. DFD merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program.

2.8 Bahasa Pemrograman HTML

Hyper Text Markup Language (HTML) adalah sebuah bahasa markup

yang dirancang untuk pengembangan web dan informasi lainnya yang dapat dilihat di dalam browser (Moseley, 2007). HTML menampilkan berbagai informasi di dalam sebuah penjelajah web internet dan formating hypertext sederhana yang ditulis kedalam berkas format ASCII agar dapat menghasilkan tampilan wujud yang terintegerasi. Dengan kata lain, berkas yang dibuat dalam perangkat lunak pengolah kata dan disimpan kedalam format ASCII normal sehingga menjadi home page dengan perintah-perintah HTML. Bermula dari sebuah bahasa yang sebelumnya banyak digunakan di dunia penerbitan dan percetakan yang disebut dengan SGML (Standard Generalized Markup Language), HTML adalah sebuah standar yang digunakan secara luas untuk

menampilkan halaman web. HTML saat ini merupakan standar internet yang didefinisikan dan dikendalikan penggunaannya oleh World Wide Web Consortium (W3C). HTML dibuat oleh kolaborasi Caillau TIM dengan Berners-lee Robert ketika mereka bekerja di CERN pada tahun 1989 (CERN adalah lembaga penelitian fisika energi tinggi di Jenewa).

2.9Bahasa Pemrograman CSS

(34)

20

Penulisan kode CSS dengan metode inline bisa dilakukan langsung pada tag yang ingin diberi style dengan menggunakan atribut style. Penulisan kode CSS internal ditulis di dalam tag style yang ditempatkan pada tag head. Sedangkan penulisan CSS eksternal adalah dengan membuat file CSS dan dipanggil di dalam tag head.. 2.10 Visual Basic

Krisna D. Octovhiana (dikutip dari e-booknya “Cepat Mahir Visual Basic 6.0”) Visual Basic adalah salah satu bahasa pemograman komputer. Bahasa pemograman adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Bahasa pemograman Visual Basic, yang dikembangkan oleh Microsoft sejak tahun 1991, merupakan pengembangan dari pendahulunya yaitu bahasa pemograman BASIC(Beginner’s All-purpose Symbolic Instruction Code) yang dikembangkan pada era 1950-an. Visual Basic

merupakan salah satu Development Tool yaitu alat bantu untuk membuat berbagai macam program komputer, khususnya yang menggunakan sistem operasi windows. Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemograman komputer yang mendukung object (Object Oriented Programming=OOP).

2.11 Firebird

Firebird (juga disebut FirebirdSQL) adalah sistem manajemen basisdata relasional yang menawarkan fitur-fitur yang terdapat dalam standar ANSI SQL-99 dan SQL-2003. RDBMS ini berjalan baik di Linux, Windows, maupun pada sejumlah platform Unix. Firebird di diarahkan dan di-maintain oleh FirebirdSQL Foundation. Ia merupakan turunan dari Interbase versi open source milik Borland.

Modul-modul kode baru ditambahkan pada Firebird dan berlisensi di bawah Initial Developer's Public License (IDPL), sementara modul-modul aslinya dirilis oleh Inprise berlisensi di bawah InterBase Public License 1.0. Kedua lisensi tersebut merupakan versi modifikasi dari Mozilla Public License 1.1.

(35)

21

dokumentasi, akan memakan ruang penyimpanan kurang dari 10 Mb. Pemakaian Memori sangat kecil dan bertukartukar menurut skala penyebaran, yang dapat bekerja mulai pada tingkat single user yang menjalankan suatu aplikasi pada database tunggal sampai ratusan koneksi bersamaan hingga dapat menservis beribu-ribu para pemakai pada jaringan wide-area.

Firebird termasuk perangkat lunak database non komersil atau gratis atau open source, jadi semua orang dapat memakainya tanpa harus membayar. Firebird ini bermula dari database Interbase tahun 1985 dibawah Borland Corporation, karena tahun 1999 Borland mengalami masalah keuangan maka pengembangan Interbase di hentikan. Sehingga pada Juli 2000 Interbase versi 6 keluar dan didistribusikan kepada publik dengan lisensi open source. Maka pada tahun 2002 dua orang pengembang dari Australia mengeluarkan source code yang diberi nama Firebird dengan lisensi open source.

Firebird merupakan salah satu database open source yang tangguh dan dapat bekerja secara Client/Server serta dapat dijalankan pada sistem operasi yang berbeda. Firebird dapat berjalan pada sistem operasi Windows, Linux, FreeBSD dan Mac OS.

Firebird versi 1.5.x mempunyai kapasitas mencapai 11 Terabytes, sedangkan pada satutable bisa menampung kira-kira 2.000.000.000 baris per table dan maksimum data yang di tampung 30 Gigabytes per table. Sedangkan untuk versi 2.x.x penulis belum mendapatkan informasi mengenai kapasitas databasenya. Tetapi penulis yakin kinerja dan kapasitas untuk versi barunya akan lebih baik daripada versi sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari perancangan sistem ini adalah untuk membuat sebuah aplikasi berbasis desktop yang diharapkan membantu pemilik atau karyawan Dicky Meubel dalam

Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana.. Salatiga

Untuk itu tugas akhir ini saya rancang agar dapat memudahkan pengolahan data maupun penyajian data menjadi sebuah informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah yang terjadi pada penelitian tersebut penulis membuat sebuah sistem terkomputerisasi berbasis web yang diharapkan dapat membantu

Untuk mengatasi permasalahan diatas, sistem yang diusulkan mampu berjalan secara terkomputerisasi dengan meggunakan algoritma max-miner sehingga membuat proses

Untuk mengatasi masalah tersebut maka penelitian dilakukan untuk merancang dan membuat suatu sistem informasi layanan pelaporan kerusakan yang dinamis pada

Banyaknya siswa yang terus bertambah pada MAN 2 Model membuat sekolah ini menerapkan Sistem Informasi Pengelolaan Nilai Raport berbasis Online yang berguna untuk

Guna mengatasi permasalahan-permasalahan selama ini penulis tertarik untuk membuat sistem informasi berbasis web yang dapat membantu penyelesaian yang dihadapi Program Studi Sistem