ABSTRAK
PENGARUH PAJAK HIBURAN DAN PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA
Lea Sad Dwi Winda Sari Mien Lukitorini NIM: 102114089
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2015
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pajak hiburan dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan alat analisis uji-t dan uji-F dengan tingkat signifikansi sebesar 5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh yang signifikan antara pajak hiburan dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah, (2) tidak ada pengaruh signifikan antara pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah, dan (3) ada pengaruh signifikan antara pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ENTERTAINMENT TAX AND HOTEL TAX ON REGIONAL ORIGINAL REVENUE
Case Study at Yogyakarta City from 2008-2013
Lea Sad Dwi Winda Sari Mien Lukitorini NIM : 102114089
Sanata Dharma University Yogyakarta 2015
The research is aimed to find out the influence of entertainment tax and hotel tax on the regional original revenue in the periode of 2008 until 2013.
The research was carried out in the local tax offices and financial management of Yogyakarta City. The type of the research was case study with interview and documentation as the data collecting techniques. The data analysis technique was multiple regression analysis using the analysis tools of t-test and F-test at 5% significance level.
PENGARUH PAJAK HIBURAN DAN PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH Studi Kasus di Kota Yogyakarta Tahun 2008-2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Lea Sad Dwi Winda Sari Mien Lukitorini 102114089
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGARUH PAJAK HIBURAN DAN PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH Studi Kasus di Kota Yogyakarta Tahun 2008-2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Lea Sad Dwi Winda Sari Mien Lukitorini 102114089
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Motto dan Persembahan
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu 1 Petrus 5:7
Apapun yang terjadi hari ini, ingatlah bahwa Tuhan tidak menguji Anda
dengan kesulitan yang tidak bisa Anda selesaikan. Karena jika Anda
bersabar, sesungguhnya Anda akan mengatasi kesulitan itu bersama
Tuhan. Tersenyumlah. (Mario Teguh)
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERTANYAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: PENGARUH PAJAK HIBURAN DAN PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Kasus di Kota Yogyakarta Tahun 2008-2013) dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 29 September 2015 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin dan meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 30 Oktober 2015 Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Lea Sad Dwi Winda Sari Mien Lukitorini
NIM : 102114089
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas SanataDharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH PAJAK HIBURAN DAN PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Kasus di Kota Yogyakarta Tahun 2008-2013),beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantunkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal : 30 Oktober 2015 Yang Menyatakan,
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan karunia yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini dapat diselesaikan karena penulis mendapat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Phd selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar ilmu ekonomi
3. M. Trisnawati Rahayu S.E., M.Si., Ak., QIA. C.A selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi yang telah membimbing dan membantu penulis selama menjalani proses perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.
viii
6. Bu Eko, Pak Eko, Pak Kisbintoro, seluruh staff Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan serta Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang telah membantu penulis mendapatkan data untuk proses penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak A.B Bambang Sulistyo dan Ibu M.M. Sumiyati yang telah menjadi
orangtua terbaik dengan memberikan segala motivasi dan doa yang tiada henti kepada penulis.
8. Bam’s Family: Mas Eko, Ce Dewi, Mas Wit, Mb Wulan, Mb Fitri, Ko Andre,
Mb sari, Mas Alex, Mas “Item” Ponco dan Nyonya Iie yang telah banyak memberikan dukungan dalam bentuk apapun. It’s a wonderful to have you guys ..!!!
9. Keluarga dan teman-teman di Seketi, Sawangan yang selama 4 tahun terakhir telah bersedia memberikan keceriaan ketika penulis merasa jenuh dan mengajarkan hidup bermasyarakat di Dusun Seketi.
10.D’Gembelers and my partner in crime: Mas Yan Krisna, Mas Boo Riaz, Mak
Septri Sitanggang, Saudari Nopita Sari dan Mb Maria Puput yang telah bersedia mendengarkan segala keluh kesah penulis selama proses penulisan skripsi ini.
11.Teman-teman MPT yang sudah lebih dahulu lulus yang telah bersedia dan masukan selama berada di kelas MPT.
ix
13.Keluarga Kos Gatotkaca 3 Mas Riwi, Mb Titik, Mb Iin, Daddy, Bu Endang, Papi, Mas Andre, Ayu, Ocha, Abdi, Sandra, dan Christy yang telah menjadi keluarga kedua selama penulis berada di Yogyakarta.
14. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 30 Oktober 2015
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
ABSTRAK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C.Batasan Masalah ... 3
D.Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat penelitian ... 4
F. Sistematika Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Pendapatan Asli Daerah ... 7
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ... 7
2. Sumber Pendapatan Asli Daerah ... 7
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah ... 8
B. Pajak ... 9
1. Pengertian Pajak ... 9
2. Penggolongan Pajak ... 11
3. Fungsi Pajak ... 12
4. Syarat Pemungutan Pajak ... 13
5. Teori Pendukung Pemungutan Pajak ... 15
6. Kedudukan Hukum Pajak ... 16
7. Hukum Pajak ... 16
8. Stelsel Pajak ... 17
9. Sistem Pemungutan Pajak ... 19
10.Asas Pemungutan Pajak ... 20
11.Timbul dan Hapusnya Utang Pajak ... 20
12.Hambatan Pemungutan Pajak ... 22
13.Tarif Pajak ... 23
C. Pajak Hiburan ... 24
1. Pengertian Pajak Hiburan ... 24
2. Subjek dan Wajib Pajak Hiburan ... 25
xi
4. Objek Pajak Hiburan ... 25
5. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak ... 26
6. Kewajiban ... 27
7. Masa Pajak dan Saat Terutangnya Pajak ... 28
D. Pajak Hotel ... 28
1. Pengertian Pajak Hotel ... 28
2. Subjek dan Wajib Pajak Hotel ... 28
3. Dasar Hukum Pajak Hotel ... 29
4. Objek Pajak Hotel ... 29
5. Pengecualian Pajak Hotel ... 29
6. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak ... 30
7. Kewajiban ... 30
8. Masa Pajak dan Saat Terutangnya Pajak ... 31
E. Penelitian Terdahulu ... 31
F. Perumusan Hipotesa ... 32
BAB III METODE PENELITIAN... 34
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Jenis dan Sumber Data ... 36
G. Variabel Penelitian ... 36
H. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 43
A. Sejarah Kota Yogyakarta ... 43
B. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta ... 45
1. Letak Wilayah ... 45
2. Batas Wilayah ... 46
3. Luas Wilayah... 46
4. Keadaan Alam ... 46
5. Tipe Tanah... 46
6. Iklim ... 47
C. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 47
D. Pertanian ... 48
E. Perekonomian ... 49
F. Transportasi dan Pariwisata ... 50
G. Pendapatan Asli Daerah ... 52
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Deskripsi Data ... 57
B. Analisis Data ... 59
C. Pembahasan ... 67
BAB VI PENUTUP ... 77
A. Kesimpulan... 77
B. Keterbatasan Penelitian ... 78
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Surat Ijin Penelitian DPDPK ... 82
B. Surat Ijin Penelitian Dinas Perizinan ... 83
C. Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2008-2009 ... 84
D. Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2010 ... 85
E. Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2011 ... 86
F. Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2012 ... 87
G. Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2013 ... 88
H. Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2008 ... 89
I. Laporan Realisasi APBD Tahun Anggaran 2008-2009 ... 90
J. Laporan Realisasi APBD Tahun Anggaran 2009-2010 ... 91
K. Laporan Realisasi APBD Tahun Anggaran 2011-2012 ... 92
L. Laporan Realisasi APBD Tahun Anggaran 2012-2013 ... 93
M. Tabel Kontribusi Pajak Hiburan dan Pajak Hotel Terhadap PAD ... 94
N. Hasil Output SPSS ... 95
O. Tabel F ... 99
P. Tabel t... 100
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta
Tahun Anggaran 2008-2013 ... 55
Tabel 2. Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Kota Yogyakarta Tahun Anggaran 2008-2013 ... 56
Tabel 3. Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kota Yogyakarta Tahun Anggaran 2008-2013 ... 57
Tabel 4. Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test ... 58
Tabel 5. Tabel Coefficients (Multikolinearitas) ... 59
Tabel 6. Model Summary (Durbin Watson) ... 61
Tabel 7. Tabel Rangkuman Pengujian ... 62
Tabel 8. Tabel Coeffisients (Regresi Berganda) ... 62
Tabel 9. Model Summary (R Square) ... 63
Tabel 10.ANOVA. ... 64
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. Scatterplot ... 60
Gambar II. Daerah Penolakan Uji F ... 64
Gambar III. Daerah Penolakan Variabel Pajak Hiburan ... 66
xvi
ABSTRAK
PENGARUH PAJAK HIBURAN DAN PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA
Lea Sad Dwi Winda Sari Mien Lukitorini NIM: 102114089
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2015
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pajak hiburan dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan alat analisis uji-t dan uji-F dengan tingkat signifikansi sebesar 5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh yang signifikan antara pajak hiburan dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah, (2) tidak ada pengaruh signifikan antara pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah, dan (3) ada pengaruh signifikan antara pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah.
xvii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF ENTERTAINMENT TAX AND HOTEL TAX ON REGIONAL ORIGINAL REVENUE
Case Study at Yogyakarta City from 2008-2013
Lea Sad Dwi Winda Sari Mien Lukitorini NIM : 102114089
Sanata Dharma University Yogyakarta 2015
The research is aimed to find out the influence of entertainment tax and hotel tax on the regional original revenue in the periode of 2008 until 2013.
The research was carried out in the local tax offices and financial management of Yogyakarta City. The type of the research was case study with interview and documentation as the data collecting techniques. The data analysis technique was multiple regression analysis using the analysis tools of t-test and F-test at 5% significance level.
The result of research showed that: (1) the simultaneous test showed a significant influence of entertainment tax and hotel tax on the regional original revenue, (2) there was no significant influence of entertainment tax on regional revenue, (3) there was a significant influence of hotel tax on regional revenue.
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Setiap negara pasti mewajibkan semua warga negaranya untuk taat membayar pajak. Hal ini dikarenakan pajak merupakan sumber penerimaan kas yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Bahkan bisa dikatakan pajak memiliki pengaruh yang sangat besar dalam penerimaan kas negara, khususnya di Indonesia semenjak Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor minyak. Oleh karena itu, pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk membayar pajak. Jika masyarakat tidak taat membayar pajak, maka penerimaan kas negara akan semakin sedikit dan pemerintah akan sulit untuk mengelola keuangan yang berhubungan dengan pengeluaran negara.
Melihat kebijakan fiskal khususnya perpajakan sangat membantu bahkan sangat potensial dalam menopang jalannya otonomi daerah, maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Undang-Undang ini mengatur secara jelas komponen-komponen penerimaan pajak daerah baik pajak provinsi maupun pajak kabupaten/kota.
Salah satu komponen penerimaan pajak daerah khususnya pajak kabupaten/kota adalah pajak hiburan. Pajak hiburan pada tahun 2013 memberikan kontribusi sebesar 3,258% terhadap pajak daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pajak hiburan memberikan kontribusi yang kecil terhadap pajak daerah. Komponen lain dari pajak daerah adalah pajak hotel. Berbeda dengan pajak hiburan, pajak hotel memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pajak daerah Kota Yogyakarta. Pada tahun 2013 pajak hotel memberikan kontribusi sebesar 29,750% terhadap pajak daerah Kota Yogyakarta dan dari angka tersebut dapat dikatakan bahwa pajak hotel memberikan pengaruh dalam peningkatan pajak daerah dan pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta.
tersebut juga pasti akan berdampak pada penerimaan pajak hiburan serta pajak hotel.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pajak Hiburan dan Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota” dengan studi kasus di Kota Yogyakarta dari tahun anggaran 2008-2013.
B. Rumusan Masalah
Dari topik yang dipilih, maka dapat dirumuskan masalah yaitu apakah ada pengaruh pajak hiburan dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2013?
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat ditentukan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pajak hiburan dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.
E. Manfaat Penelitian
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi pemerintah
Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi pemerintah dalam hal pengaruh pajak hiburan dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah sehingga nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak hiburan dan pajak hotel.
2. Bagi Universitas
Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang tentunya masih berkaitan dengan penelitian ini.
3. Bagi penulis
4. Bagi pembaca
Menambah pengetahuan atau informasi tentang pengaruh pajak hiburan dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh mengenai hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini maka dibuat sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Bab ini meliputi uraian tentang latar belakang masalah yang dipilih, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II: Landasan Teori
Pada bab ini berisi teori-teori dasar yang mendukung proses penelitian ini serta terdapat hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang dijadikan bahan acuan dalam penyusunan skripsi ini.
BAB III: Metode Penelitian
BAB IV: Gambaran Umum
Bab ini menjelaskan secara garis besar objek yang diteliti yaitu gambaran umum Kota Yogyakarta.
BAB V: Analisis Data dan Pembahasan
Pada bab ini akan dibahas deskripsi data, bagaimana mengolah data yang telah diperoleh serta menguraikan hasil penelitian yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dibuat. BAB VI: Penutup
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendapatan Asli Daerah
1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari dalam daerah sendiri yang pemungutannya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan kemampuan dalam menggali dan mengelola sumber-sumber yang dapat meningkatkan penerimaan daerah khususnya yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mutlak dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengurangi tingkat ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat sehingga kemandirian daerah dapat terwujud.
2. Sumber Pendapatan Asli Daerah
Menurut Halim (2004:67) Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu:
a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah
Menurut Santosa dan Rahayu (2005), Pendapatan Asli Daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Pengeluaran Pemerintah
Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan program yang memerlukan keterlibatan segenap unsur satu lapisan masyarakat. Peran pemerintah dalam pembangunan adalah sebagai katalisator dan fasilitator tentu membutuhkan berbagai saran dan fasilitas pendukung, termasuk anggaran belanja dalam rangka terlaksananya pembangunan yang berkesinambungan. Pengeluaran tersebut sebagian digunakan untuk administrasi pembangunan dan sebagian lain untuk kegiatan pembangunan di berbagai jenis infrastruktur yang penting. Pembelanjaan-pembelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi.
b. Jumlah Penduduk
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Hubungan antara pendapatan asli daerah dan produk domestik regional bruto merupakan hubungan yang fungsional, karena produk domestik regional bruto merupakan fungsi dari pendapatan asli daerah. Dengan meningkatnya produk domestik regional bruto maka akan menambah penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai program-program pembangunan. Selanjutnya akan mendorong peningkatan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat yang diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitasnya.
B. Pajak
1. Pengertian Pajak
a. Pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
c. Menurut P.J.A Andriani ( pernah menjabat guru besar hukum pajak di Universitas Amsterdam dan pemimpin International Bureau of Fiscal Documentation), pajak merupakan iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
d. MenurutMJH Smeets dalam bukunya yang berjudul de Economische Betekenis der Belastingen tahun 1951, pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan secara individual: maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
e. Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul
“Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong”, Universitas Padjajaran,
2. Penggolongan Pajak
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok adalah sebagai berikut (Waluyo,2010:12):
a. Menurut golongan
a. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. b. Menurut sifat
1) Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2) Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. c. Menurut lembaga pemungut dan pengelolanya
2) Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Reklame, Pajak Hiburan.
3. Fungsi Pajak
The four R adalah istilah populer yang mengacu pada fungsi pajak
yang dipungut oleh negara, yaitu (Purwono,2010:8-10):
a. Revenue (Penerimaan)
Fungsi penerimaaan atau dikenal pula dengan istilah fungsi budgetair (anggaran) adalah fungsi utama dari pemungutan pajak.
Dewasa ini pajak telah menyumbang hampir lebih dari 70% total pendapatan negara kita. Hal ini menunjukkan bahwa pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
b. Redistribution (Pemerataan)
Pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan fasilitas publik di seluruh wilayah negara.
c. Repricing (Pengaturan Harga)
terhadap minuman keras dan barang-barang mewah dengan tujuan untuk mengurangi konsumsi minuman keras dan mengurangi gaya hidup konsumtif.
d. Representation (Legalitas Pemerintahan)
Pemerintah membebani pajakatas warga negara dan warga negara meminta akuntabilitas dari pemerintah sebagai bagian dari kesepakatan (pengenaan pajak tidak diputuskan secara sepihak oleh penguasa tetapi merupakan kesepakatan bersama dengan rakyat melalui perwakilannya di parlemen). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemungutan pajak langsung seperti Pajak Penghasilan memberikan tingkat akuntabilitas yang lebih tinggi dan perwujudan pemerintahan yang lebih baik dibandingkan dengan pemungutan pajak tidak langsung seperti Pajak Pertambahan Nilai.
4. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut (Mardiasmo,2013:2-3):
a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.
c. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
d. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemngutannya.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
5. Teori Pendukung Pemungutan Pajak
Ada beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut antara lain (Mardiasmo,2013:3-4):
a. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
b. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar.
c. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk menentukan daya pikul dapat digunakan dua pendekatan yaitu unsur objektif dan unsur objektif.
d. Teori Bakti
rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
e. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.
6. Kedudukan Hukum Pajak
Pajak mempunyai kedudukan di antara hukum-hukum sebagai berikut (Mardiasmo,2013:4):
a. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya.
b. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.
7. Hukum Pajak
a. Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak. Contoh: Undang-Undang Pajak Penghasilan.
b. Hukum pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk
mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum ini memuat antara lain:
1) Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.
2) Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib Pajak mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.
3) Kewajiban Wajib Pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, dan hak-hak Wajib Pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding.
8. Stelsel Pajak
Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 (tiga) stelsel, yaitu sebagai berikut (Waluyo,2010:16-17):
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak , yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).
b. Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, sebagai contoh; penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sebenarnya.
c. Stelsel campuran
pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat diminta kembali.
9. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi (Waluyo,2010:17): a. Official Assesssment system
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assessment System adalah sebagai berikut:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.
2) Wajib pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b. Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk mengitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terrutang oleh Wajib Pajak. 10. Asas Pemungutan Pajak
Ada beberapa asas pemungutan pajak yaitu (Mardiasmo,2013:7): a. Asas domisili (tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.
b. Asas sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
11. Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
a. Ajaran Formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran ini diterapkan oleh official assessment system.
b. Ajaran Materiil
Utang pajak timbul karena undang-undang. Ajaran ini diterapkan pada self assessment system.
Adapun hapusnya utang pajak disebabkan oleh hal-hal berikut: a. Pembayaran
Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan dihapus karena pembayaran pajak yang dilakukan ke kas negara.
b. Kompensasi
Kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan pembayaran pajak.
c. Daluwarsa
d. Pembebasan
Utang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya, tetapi karena ditiadakan. Pembebasan umumnya tidak diberikan terhadap pokok pajaknya, tetapi terhadap sanksi administrasi. e. Penghapusan
Penghapusan utang pajak ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikannya karena keadaan Wajib Pajak, misalnya: keadaan keuangan Wajib Pajak.
12. Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi (Mardiasmo,2013:8-9):
a. Perlawanan pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang disebabkan antara lain:
1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
2) Sistem perpajakan yang yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.
b. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain:
1) Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang.
2) Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara
melanggar undang-undang (menggelapkan pajak). 13. Tarif Pajak
Ada 4 macam tarif pajak (Mardiasmo,2013:9-10): a. Tarif sebanding/proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Contoh: Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
b. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
c. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar apabila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi: 1) Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin
besar
2) Tarif progresif tetap : kenaikan persentase tetap
3) Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin kecil
d. Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
C. Pajak Hiburan
Pasal 21 dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah menyatakan bahwa setiap penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran, maka dipungut pajak dengan nama Pajak Hiburan.
1. Pengertian Pajak Hiburan
2. Subjek dan Wajib Pajak Hiburan
Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan.
Wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
3. Dasar Hukum Pajak Hiburan
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
b. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.
4. Objek Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011, hiburan yang dimaksud meliputi:
a. Tontonan film.
b. Pagelaran kesenian non tradisional, musik, tari dan/atau busana. c. Pagelaran kesenian tradisional.
d. Kontes kecantikan,binaraga dan sejenisnya. e. Pameran.
f. Diskotik, klab malam dan sejenisnya. g. Karaoke.
i. Permainan bilyar, golf dan bowling. j. Pacuan kuda dan kendaraan bermotor k. Permainan ketangkasan.
l. Panti pijat/massage, refleksi, dan mandi uap/spa. m. Pertandingan olahraga.
n. Pusat kebugaran (fitness center).
Dikecualikan dari objek pajak hiburan adalah kesenian rakyat/tradisional non komersial.
5. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak
Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan.
Jumlah uang yang seharusnya diterima termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan. Tarif pajak hiburan yang ditetapkan di Kota Yogyakarta berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 sebagai berikut:
a. Tontonan film sebesar 10% (sepuluh persen).
b. Pagelaran kesenian non tradisional, musik, tari dan/atau busana sebesar 15% (lima belas persen).
c. Pagelaran kesenian tradisional sebesar 7,5% (tujuh koma lima persen).
e. Pameran sebesar 10% (sepuluh persen).
f. Diskotik, klab malam dan sejenisnya sebesar 40% (empat puluh persen).
g. Karaoke sebesar 30% (tiga puluh persen).
h. Sirkus, akrobat dan sulap sebesar 20% (dua puluh persen).
i. Permainan bilyar, golf dan bowling sebesar 20% (dua puluh persen). j. Pacuan kuda dan kendaraan bermotor sebesar 20% (dua puluh
persen).
k. Permainan ketangkasan sebesar 20% (dua puluh persen).
l. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa sebesar 20% (dua puluh persen). m.Pertandingan olahraga sebesar 5% (sepuluh persen).
n. Pusat kebugaran (fitness center) sebesar 10% (sepuluh persen). Besaran pokok pajak hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif diatas dengan dasar pengenaan pajak.
6. Kewajiban
a. Setiap pengusaha hiburan wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk mendapatkan NPWPD.
b. Apabila pengusaha hiburan tidak melaksanakan kewajiban di atas maka walikota atau pejabat yang ditunjuk menetapkan NPWPD secara jabatan.
d. Wajib pajak hiburan wajib memasang atau menyediakan informasi daftar harga di tempat usahanya yang diketahui umum.
7. Masa Pajak dan Saat Terutangnya Pajak
a. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.
b. Dikecualikan dari ketentuan di atas yaitu masa pajak hiburan insidentil adalah selama penyelenggaraan hiburan berlangsung.
D. Pajak Hotel
1. Pengertian Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
2. Subjek dan Wajib Pajak Hotel
Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.
3. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
b. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.
4. Objek Pajak Hotel
Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.
Jasa penunjang yang dimaksud di atas adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.
5. Pengecualian Objek Pajak Hotel Tidak termasuk objek pajak hotel adalah:
a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
b. Jasa sewa apartemen, kondominum, dan sejenisnya.
c. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan. d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo,
e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
6. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak
Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel.
Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10%.
Besaran pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak hotel yaitu 10% dengan dasar pengenaan pajak. 7. Kewajiban
a. Setiap pengusaha hotel wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk mendapatkan NPWPD.
b. Apabila pengusaha hotel tidak melaksanakan kewajiban di atas maka walikota atau pejabat yang ditunjuk menetapkan NPWPD secara jabatan.
c. Wajib pajak hotel wajib memasang pengukuhan sebagai wajib pajak pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh umum di tempat usahanya.
d. Wajib pajak wajib memasang atau menyediakan informasi daftar harga ditempat usahanya yang diketahui umum.
e. Setiap transaksi pembayaran atas pelayanan di hotel wajib disertai tanda bukti pembayaran yang diberi nomor urut dan tanggal.
g. Dikecualikan dari ketentuan kewajiban di atas bagi wajib pajak yang menggunakan tanda bukti pembayaran berupa dokumen cetak dari peralatan elektronik.
h. Tanda bukti pembayaran dibuat 3 (tiga) rangkap, lembar pertama untuk konsumen, lembar kedua untuk wajib pajak dan lembar ketiga untuk walikota atau pejabat yang ditunjuk.
i. Wajib pajak hotel wajib menambahkan pajak hotel atas pembayaran pelayanan di hotel dengan mengenakan tarif pajak sesuai dengan peraturan yang diatur dalam peraturan daerah.
j. Apabila wajib pajak hotel tidak menambahkan pajak sebagaimana dimaksud di atas, maka jumlah pembayaran telah termasuk pajak hotel.
8. Masa Pajak dan Saat Terutangnya Pajak
Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama dilakukan oleh Dwi Tiyasari Komala (2010)
dengan judul “Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran terhadap
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tegal”. Penelitian ini
daerah. Hasil dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang sangat kuat antara pajak hotel dan restoran, tingkat inflasi dan jumlah wisatawan nusantara secara bersama-sama terhadap realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran. Sementara rata-rata besarnya kontribusi realisasi pajak hotel dan restoran terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah masih dibilang sangat kecil.
Penelitian kedua Suci Wulandari (2014), dengan judul penelitian
“Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame dan
Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tanjung Pinang Periode 2009-2013”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame dan Pajak Parkir secara simultan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan jika diuji secara terpisah maka masing-masing variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
F. Perumusan Hipotesa
daerah dan sebaliknya jika jumlah penerimaan pajak hiburan dan pajak hotel turun maka jumlah penerimaan pendapatan asli daerah juga menurun.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang peneliti rumuskan adalah:
Ho: Tidak ada pengaruh signifikan antara Pajak Hiburan dan Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta. Studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integratif dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik (Susilo Rahardjo & Gudnanto, 2011:250).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian dilaksanakan di Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta.
2. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2015.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan Kota Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasiadalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:55). Populasi dalam penelitian ini adalah data pajak hiburan, pajak hotel dan pendapatan asli daerah.
2. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 56). Sampel dalam penelitian ini adalah data pajak hiburan, pajak hotel dan pendapatan asli daerah Kota Yogyakartadari tahun 2008 sampai tahun 2013.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung kepada subjek penelitian (Jogiyanto,2010:93). Metode ini dilakukan untuk mendapatkan informasi berupa data-data atau laporan realisasi yang berhubungan dengan pajak hiburan, pajak hotel dan pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta.
2. Dokumentasi
F. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data-data yang berasal dari laporan-laporan yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Data-data yang diperlukan adalah:
1. Gambaran Umum Kota Yogyakarta
2. Realisasi penerimaan pajak hiburan dan pajak hotel Kota Yogyakarta dari tahun 2008 sampai tahun 2013.
3. Total realisasi pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta dari tahun 2008 sampai tahun 2013.
G. Variabel Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat diidentifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel dependen atau variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Sugiyono, 2007:3). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta.
2. Variabel independen atau variabel bebas
H. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Menurut Nugroho (2005:18), “Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian
adalah data yang memiliki distribusi normal.”Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal jika output SPSS Kolmogorov-Smirnovmenunjukkan nilai Asimp. Sig(2-tailed) lebih besar dari nilai level of significant yaitu 0,05.
2. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu multikolinearitas, autokorelasidan heteroskedastisitas (Nugroho,2005:57).
a. Uji Multikolinearitas
multikolinearitas. Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance inflation factor). Dalam kebanyakan penelitian menyebutkan jika Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. (Priyatno,2012:61)
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. (Priyatno,2012:62).
c. Uji Autokorelasi
model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. (Santoso,2010:213)
Mendeteksi ada atau tidak autokorelasi adalah dengan melihat angka Durbin-Watson. Penelitian ini menggunakan asumsi umum untuk mendeteksi autokorelasi dengan patokan (Santoso,2010:215) :
1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. 2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi.
3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. 3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik analisis linier berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsional antara beberapa variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. (Nugroho,2011:92)
Model regresi berganda yang memiliki dua variabel independen dan satu variabel dependen adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan:
Y : variabel terikat (pendapatan asli daerah) a : konstanta
b1: koefisien regresi berganda yang mengukur besarnya perubahan Y (pendapatan asli daerah) akibat perubahan X1 (pajak hiburan) sebesar satu satuan dengan asumsi X2 (pajak hotel) tetap.
X2 : pajak hotel
b2 :koefisien regresi berganda yang mengukur besarnya perubahan variabel Y (pendapatan asli daerah) akibat perubahan X2 (pajak hotel) sebesar satu satuan dengan asumsi X1 (pajak hiburan) tetap. e : error
b. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (Nugroho, 2005:50). Formula dari uji ini adalah:
Keterangan:
R2 : Koefisien Determinasi X1 : Variabel Pajak Hiburan X2 : Variabel Pajak Hotel b1,b2 : Koefisien regresi
c. Uji F (Uji hipotesis Koefisien Regresi Secara Menyeluruh)
Tujuan uji F adalah untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil F-test ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA (Nugroho,2005:53). Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel pada derajat bebas tertentu yaitu n-k-1 dengan taraf nyata atau signifikan α= 5%.
Ho ditolak dan Ha diterima atau sebaliknya apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Fhitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel independen.
2) F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel independen.
d. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel Coeffiisientsa. (Nugroho,2005:54)
Keterangan:
t : t hitung yang diperoleh b1 : koefisien regresi se : standard error n : jumlah data
k : jumlah variabel bebas.
Ho diterima dan Ha ditolak atau sebaliknya apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) t hitung>t tabel dengan taraf signifikan sebesar α = 0,05 maka hipotesa Ho ditolak dan Ha diterima.
43
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta didirikan pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di bekas Hutan Bering, suatu kawasan diantara Sungai Winongo dan Sungai Code di mana lokasi tersebut terlihat strategis menurut segi pertahanan dan keamanan pada waktu itu. Pemerintah Kotamadya Yogyakarta baru dibentuk sejak tanggal 7 Juni 1947 di mana saat berdirinya disebut sebagai Kota Praja. Berbeda dengan kota lainnya, di zaman penjajahan Belanda Kota Yogyakarta memang belum pernah menjadi kota otonom sehingga Kota Yogyakarta belum memiliki pemerintahan sendiri. Kota Praja Yogyakarta yang lahir dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947 yang membentuk Kota Yogyakarta sebagai kota haminte atau kota otonom. Undang-Undang tersebut merupakan produk perundang-undangan di zaman kemerdekaan tertanggal 7 Juni 1947. Kotamadya yang dikenal sebagai kota perjuangan itu tidak dibentuk pada masa penjajahan melainkan dibentuk pada masa kemerdekaan.
amanatnya yang pertama yang menyatakan bahwa daerah Kasultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa dan menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 dan atas keadaan Daerah Istimewa Yogyakarta beliau bertanggungjawab langsung kepada presiden Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 30 Oktober 1945 beliau mengeluarkan amanatnya yang kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama dengan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia.
Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kasultanan maupun Pakualaman telah membentuk satu DPR kota dan dewan pemerintahan kota yang dipimpin oleh kedua bupati Kasultanan dan Pakualaman. Akan tetapi Kota Yogyakarta belum menjadi kota praja atau kota otonom karena kekuasaan otonom yang meliputi bidang pemerintahan masih tetap di bawah pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Otonomi baru diserahkan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947 di mana pasal 1 menyatakan bahwa kabupaten/kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah Kabupaten Bantul (yang sekarang menjadi Kecamatan Kota Gede dan Umbulharjo) ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Daerah itu dinamakan Haminte Kota Yogyakarta.
saja penyerahan wewenang dari Daerah Istimewa Yogyakarta kepada Kota Praja Yogyakarta yang menjadi haknya menurut Undang-Undang belum dilaksanakan karena bermasalah dengan pengaturan Undang-Undang di pusat. Tetapi hal ini teratasi dengan pembentukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 yang mengatur tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah di seluruh wilayah dan berdasarkan Undang-Undang tersebut dikeluarkan Undang-Undang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 jo.19 tanggal 15 Agustus 1950 dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 sebagai ganti dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947.
Maka dengan berlakunya Undang-Undang tersebut, baik Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Kota Praja Yogyakarta sama-sama ditetapkan sebagai daerah otonom. Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah tingkat I dan Kota Praja Yogyakarta sebagai daerah tingkat II.
B. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta 1. Letak Wilayah
Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten. Secara geografis wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara
2. Batas Wilayah
Kota Yogyakarta terletak di tengah-tengah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Sleman
Sebelah timur : Kabupaten Bantul dan Sleman Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul
Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman 3. Luas Wilayah
Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah paling sempit jika dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km2 yang berarti 1,025 % dari luas wilayah Provinsi DIY. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS tahun 2014, dengan luas 3.250 hektar tersebut Kota Yogyakarta terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga, dan 2.524 Rukun Tetangga.
4. Keadaan Alam
Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah di mana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1 derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong, bagian tengah adalah Sungai Code, dan sebelah barat adalah Sungai Winongo. 5. Tipe Tanah
perdagangan. Hal ini disebabkan karena letak Kota Yogyakarta berada di dataran lereng Gunung Merapi (fluvia vulcanic foot plain) yang sebagian besar tanahnya adalah tanah regosol atau tanahh vulkanis muda.
6. Iklim
Tipe iklim tropical monsoon climate (AM) dan tropical savanna climate (AW), curah hujan rata-rata 2.012 mm/tahun dengan 119 hari hujan, suhu rata-rata 27,2°C dan kelembaban rata-rata 24,7%. Angin yang pada umumnya bertiup adalah angin muson dan pada musim hujan bertiup angin barat daya dengan arah 220° besifat basah dan mendatangkan hujan, pada musim kemarau bertiup angin muson tenggara yang agak kering dengan arah ±90° - 140° dengan rata-rata kecepatan 5-16knot/jam.
C. Penduduk dan Tenaga Kerja 1. Penduduk
Jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2013 sebanyak 402.679 jiwa dengan rincian 195.712 jiwa penduduk laki-laki dan 206.967 jiwa penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 32,50 Km2 maka kepadatan penduduk Kota Yogyakarta tahun 2013 sebesar 12.390 jiwa per km2.
2. Tenaga Kerja
persen pada tahun 2012. Bila diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, maka tingkat TPAK perempuan hanya 57,31 persen lebih kecil dibandingkan TPAK laki-laki yang mencapai 71,41 persen. Sementara untuk jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2013 sebanyak 4.949 jiwa yang terdiri dari 2.178 laki-laki dan 2.771 perempuan. Sebagian besar dari para pencari kerja tersebut berpendidikan sarjana yaitu 64,13 persen, diikuti oleh SMU (26,89 persen), berpendidikan diploma (5,05 persen), dan sisanya (3,92 persen) berpendidikan S2, SD dan SMP
D. Pertanian
1. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan dibedakan menjadi lahan sawah dan lahan bukan sawah. Lahan bukan sawah meliputi lahan untuk bangunan dan sekitarnya, tegal/kebun, ladang/huma, tambak, kolam/tebat/empang, lahan yang sementara tidak diusahakan. Pada tahun 2013, luas lahan di Kota Yogyakarta tercatat seluas 3.250 hektar yang terdiri dari 71 hektar lahan sawah dan 3.179 hektar lahan bukan sawah.
2. Tanaman Pangan
buah-buahan yang paling banyak berproduksi di Kota Yogyakarta adalah mangga. Populasi pohon mangga sebanyak 10.296 pohon dengan produksi 2.526 ton.
3. Perikanan
Produksi perikanan pada tahun 2013 hanya berasal dari perikanan kolam yang berproduksi sebesar 626,02 kuintal. Ikan yang paling banyak dibudidaya di Kota Yogyakarta adalah ikan lele dan ikan nila.
4. Peternakan
Populasi ternak besar yang terdiri dari kerbau, sapi potong, sapi perah dan kuda pada tahun 2013 secara berturut-turut adalah 3 ekor, 255 ekor, 17 ekor dan 20 ekor. Populasi unggas yang terdiri dari burung puyuh, ayam buras dan itik pada tahun 2013 berturut-turut adalah 5.108 ekor, 64.937 ekor, dan 1.626 ekor. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya. E. Perekenomian
1. Ekspor
peningkatan bahkan hingga 226,87 persen. Komoditas ekspor yang juga mengalami kenaikan adalah kerajinan kulit.
2. Pasar
Pasar merupakan salah satu tempat kegiatan perekonomian masyarakat yang dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan dari suatu wilayah/daerah. Jumlah pasar yang terdapat di Kota Yogyakarta pada tahun 2013 mencapai 31 pasar yang menempati lahan seluas 152.285 meter2 dan luas bangunan 141.163,59 meter2 dengan 15.822 pedagang. 3. Koperasi
Koperasi yang merupakan soko guru dari perekonomian, menjadi tumpuan kehidupan sebagian besar masyarakat Kota Yogyakarta. Jumlah koperasi yang terdapat di Kota Yogyakarta pada tahun 2013 sebanyak 567 koperasi dengan 55.235 anggota.
4. Industri
Industri dibedakan menjadi industri besar, sedang kecil dan rumah tangga. Industri yang terdapat di Kota Yogyakarta adalah industri kulit, pengolahan logam, makanan, minuman, tembakau, furniture, pengolahan hasil pertanian dan kehutanan.
F. Transportasi dan Pariwisata 1. Transportasi
Salah satu sarana/infrastruktur yang pokok adalah jalan. Untuk memenuhi transportasi darat tersedia dua jenis kendaraan angkutan darat utama yaitu kendaraan bermotor dan kereta api. Angkutan kereta api yang ada di Kota Yogyakarta meliputi angkutan untuk penumpang dan barang, yang terdiri dari dua stasiun yaitu stasiun Tugu yang khusus diperuntukkan bagi pemberangkatan penumpang kereta bisnis dan eksekutif dan stasiun Lempuyangan yang diperuntukkan bagi pemberangkatan penumpang kereta ekonomi serta barang.
2. Pariwisata
G. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta diperoleh dari beberapa pos penerimaan yaitu:
1. Pajak Daerah a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Parkir
g. Pajak Air Tanah
h. Pajak Sarang Burung Walet
i. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 2. Retribusi Daerah
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk d. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk e. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akte Catatan Sipil f. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat g. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum
h. Retribusi Pasar
j. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah k. Retribusi Terminal
l. Retribusi Tempat Khusus Parkir
m.Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa n. Retribusi Rumah Potong Hewan
o. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
p. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah q. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
r. Retribusi Ijin Gangguan s. Retribusi Perijinan Angkutan
t. Retribusi Pelayanan Kesehatan di RSUD u. Retribusi Perijinan Usaha di Bidang Pariwisata
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD)
a. PDAM Tirtamarta b. PD.BPR Bank Jogja
c. Bank Pembangunan Daerah
d. Penerimaan Bagi Hasil Laba BUKP 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
a. Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan b. Jasa Giro
e. Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan f. Pendapatan dari Pengembalian
g. Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan h. Pendapatan Lain-Lain
1) Denda Hasil Operasi Yustisi
2) Penerimaan dari Pihak Ke III yang Bukan Perusahaan Daerah 3) Sewa Gedung
55
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Bab ini menyajikan analisis dan pembahasan data penerimaan hiburan, pajak hotel dan pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta. Data yang dianalisis adalah realisasi penerimaan pajak hiburan, pajak hoteldan pendapatan asli daerah tahun anggaran 2008 sampai dengan tahun 2013.
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Analisis yang dilakukan untuk mencari apakah ada pengaruh signifikan antara pajak hiburan dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah. Data yang diperoleh selama 6 tahun yaitu dari tahun 2008-2013. Data tersebut tersaji pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta Tahun Anggaran 2008-2013
Tahun Realisasi PAD
[image:75.595.101.515.267.640.2]2. Pajak Hiburan
Pajak hiburan merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Analisis yang dilakukan pada variabel ini untuk melihat apakah pajak hiburan sebagai salah satu komponen pendapatan asli daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah tersebut. Data yang diperoleh dalam kurun waktu 6 tahun yaitu dari tahun 2008 sampai tahun 2013 akan disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Kota Yogyakarta Tahun Anggaran 2008-2013
Tahun Realisasi Pajak Hiburan 2008 Rp 2.037.439.504,00 2009 Rp 3.727.950.479,00 2010 Rp 4.646.317.241,00 2011 Rp 4.684.984.072,00 2012 Rp 4.643.027.341,00 2013 Rp 7.508.687.487,00 Sumber: DPDPK Kota Yogyakarta
3. Pajak Hotel
[image:76.595.101.514.257.559.2]Tabel 3. Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kota Yogyakarta Tahun Anggaran 2008-2013
Tahun Real