• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI VALIDITAS ISI MODUL KONSELOR SEBAYA VIA DARING ‘KOVID’ SEBAGAI STRATEGI PENGUATAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING SISWA MAN 2 KOTA JAMBI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UJI VALIDITAS ISI MODUL KONSELOR SEBAYA VIA DARING ‘KOVID’ SEBAGAI STRATEGI PENGUATAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING SISWA MAN 2 KOTA JAMBI SKRIPSI"

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)

i

UJI VALIDITAS ISI MODUL KONSELOR SEBAYA VIA DARING ‘KOVID’ SEBAGAI STRATEGI PENGUATAN

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING SISWA MAN 2 KOTA JAMBI

SKRIPSI

Disusun Oleh : Jihan Novitasari NIM. G1C117022

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

(2)

ii

2022

UJI VALIDITAS ISI MODUL KONSELOR SEBAYA VIA DARING ‘KOVID’ SEBAGAI STRATEGI PENGUATAN

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING SISWA MAN 2 KOTA JAMBI

SKRIPSI

Diajukan kepada Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh : Jihan Novitasari NIM. G1C117022

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(3)

iii

PERSETUJUAN SKRIPSI

UJI VALIDITAS ISI MODUL KONSELOR SEBAYA VIA DARING

‘KOVID’ SEBAGAI STRATEGI PENGUATAN PSYCHOLOGICAL WELLBEING SISWA MAN 2 KOTA JAMBI

Disusun Oleh : Jihan Novitasari NIM: G1C117022

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi Pada Tanggal 20 Desember 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Nofrans Eka Saputra, S. Psi., M.A Yun Nina Ekawati, S. Psi., M. Psi., Psikolog NIP.198411122014041002 NIP.1983062014042002

(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

UJI VALIDITAS MODUL KONSELOR SEBAYA VIA DARING ‘KOVID’

SEBAGAI STRATEGI PENGUATAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING SISWA MAN 2 KOTA JAMBI yang disusun oleh: Jihan Novitasari NIM:

G1C117022 telah dipertahankan didepan tim penguji pada tanggal 30 Desember 2022 dan dinyatakan lulus.

Susunan Tim Penguji

Ketua : Marlita Andhika Rahman, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog Sekretaris : Agung Iranda, S.Psi., M.A

Anggota : 1. Nofrans Eka Saputra, S.Psi.,M.A

2. Yun Nina Ekawati, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog Disetujui

Pembimbing I (Kesatu) Pembimbing II (Kedua)

Nofrans Eka SaPutra, S. Psi., M.A Yun Nina Ekawati, S. Psi., M. Psi., Psikolog NIP.198411122014041002 NIP.1983062014042002

Diketahui :

Dekan Ketua Jurusan Psikologi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jambi Universitas Jambi

Dr.dr.Humaryanto, Sp.OT, M.Kes Yun Nina Ekawati, S. Psi., M. Psi., Psikolog NIP. 197302092005011001 NIP.1983062014042002

(5)

v

UJI VALIDITAS ISI MODUL KONSELOR SEBAYA VIA DARING ‘KOVID’ SEBAGAI STRATEGI PENGUATAN

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING SISWA MAN 2 KOTA JAMBI

Disusun Oleh : Jihan Novitasari NIM. G1C117022

Telah dipertahankan dan dinyatakan lulus didepan tim penguji Pada tanggal 30 Desember 2022

Pembimbing I : Nofrans Eka Saputra, S.Psi.,M.A

Pembimbing II : Yun Nina Ekawati, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

Penguji I : Marlita Andhika Rahman, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog Penguji II : Agung Iranda, S.Psi., M.A

(6)

vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Jihan Novitasari

Nim : G1C117022

Program Studi : Psikologi

Judul Skripsi : Uji Validitas Isi Modul Konselor Sebaya Via Daring ‘KOVID’ Sebagai Strategi Penguatan Psychological Well- ..Being Siswa MAN 2 Kota Jambi

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar- benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jambi, 10 Januari 2023 Yang Membuat Pernyataan

Jihan Novitasari NIM. G1C117022

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti haturkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Uji Validitas Isi Modul KOVID Sebagai Strategi Penguatan Psychological Well-being Siswa MAN 2 Kota Jambi”.

Dalam pembuatan skripsi ini peneliti mendapatkan bimbingan serta petunjuk dari banyak pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya melalui tulisan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph.D, selaku Rektor Universitas Jambi.

2. Bapak Dr. dr. Humaryanto, Sp.OT, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

3. Bapak Nofrans Eka Saputra, S.Psi,M.A, selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Yun Nina Ekawati, S.Psi,M.Psi,Psikolog, selaku Ketua Jurusan Psikologi Universitas Jambi dan juga sebagai pebimbing pendamping yang telah membimbing dan banyak memberikan masukan-masukan terkait skripsi yang peneliti kerjakan.

5. Bapak Jelpa Periantalo, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog selaku pembimbing akademik selama masa perkuliahan.

6. Ibu Marlita Andhika Rahman, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog selaku penguji seminar proposal dan penguji utama yang telah memberikan insight, arahan dan memberikan banyak masukan mulai dari seminar proposal hingga sidang skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

8. Terima kasih kepada Validator yang sangat luar biasa dalam memberikan masukan, arahan, dan motivasi kepada peneliti guna meningkatkan hasil penelitian yang dilakukan. Terima kasih kepada Kak Septiriana Wulandari, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog, terima kasih kepada ibu Dwi Oktadinata, S.Pd, dan terima kasih kepada kak Erita Moranita Lubis, S.Psi.

(8)

viii

9. Pihak MAN 2 Kota Jambi yang telah mengizinkan dan memberikan banyak dukungan selama melakukan pengambilan data awal penelitian

10. Orang tua peneliti, Bapak M. Junaidi dan Ibu Wulan. Saudara peneliti M. Amirul Farhan dan M. Mario Firmansyah serta keluarga besar, senantiasa memberikan dukungan dan doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

11. Teman-teman yang memberikan bantuan dan dukungan selama proses penyusunan skripsi : Tri Wulandari, S.Psi, Amrina Rosada, S.Psi, Anggun Amelia, S.E, Cristin Disefatalia, S.H, Katrin Gunawan, S.H, Dwi Lestari, Halimatussadiyyah, Sutina, Diana Larabean, S.Psi, Dinda Leoni Putri, Puji Zakia serta teman-teman tim Pembimbing Bapak Nofrans, tim Pembimbing Ibu Nina dan seluruh teman-teman Psychostar 2017.

12. Tidak lupa saya ingin mengucapkan terima kasih dan maaf kepada diri saya sendiri karena telah berjuang selama kurang lebih 2 tahun dalam menyelesaikan skripsi ini. Thanks je!

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Jika terdapat hal yang ingin ditanyakan atau didiskusikan dapat menghubungi peneliti di [email protected]. Semoga penelitian ini memberikan banyak manfaat khususnya yang berhubungan program untuk para siswa sekolah menengah, dan menjadi acuan untuk penelitian yang lebih kedepannya serta menjadi penelitian yang berguna sesuai dengan tujuannya.

Jambi, 28 Desember 2022

Jihan Novitasari

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN KELULUSAN SIDANG ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Ruang Lingkup ... 8

1.6 Keaslian Penelitian ... 9

BAB II TINJAU PUSTAKA ... 13

2.1 Psychological Well-being... 13

2.1.1 Pengertian Psychological Well-being ... 13

2.1.2 Dimensi Psychological Well-being ... 14

2.1.3 Faktor-Faktor Psychological Well-being ... 18

2.2 Siswa SMA ... 19

2.3 Konseling Teman Sebaya ... 20

2.3.1 Teman Sebaya ... 20

2.3.2 Konseling Sebaya ... 21

2.4 Pelatihan Konselor Sebaya Via Daring (KOVID) ... 22

(10)

x

2.4.1 Modul KOVID ... 22

2.4.2 Peserta Pelatihan KOVID ... 22

2.4.3 Metode Program ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Definisi Operasional Variabel ... 24

3.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 25

3.4 Desain Penelitian ... 25

3.5 Prosedur Penelitian... 26

3.5.1 Uji Validitas Isi ... 27

3.5.2 Materi dan Peralatan ... 27

4 3.6 Validator ... 28

5 3.7 Instrumen Penelitian... 29

6 3.7.1 Lembar Validasi Modul ... 29

3.7.2 Teknik Penliaian Lembar Validasi Modul... 35

3.7.3 Lembar Panduan Observasi... 35

3.8 Sumber Data Penelitian ... 37

3.9 Waktu Penelitian ... 38

3.10 Teknik Analisis Data ... 38

3.10.1 Analisa Deskriptif ... 38

3 3.11 Prosedur Penelitian ... 39

4 3.12 Etika Penelitian ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 41

4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 41

4.2 Hasil Validasi Modul ... 42

4.3 Prosedur Penelitian ... 44

4.4 Norma ... 48

4.5 Hasil Deskriptif Penelitian ... 49

4.5.1 Validasi Isi ... 49

4.6 Pembahasan ... 53

4.7 Keterbatasan Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 59

DAFTRA PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 65

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian Yang Relevan ... 9

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 24

Tabel 3.2 Aspek Validasi ... 26

Tabel 3.3 Lembar Validasi Modul ... 29

Tabel 3.4 Rating Relevansi ... 35

Tabel 3.5 Lembar Panduan Observasi ... 36

Tabel 3.6 Waktu Pelaksanaan ... 38

Tabel 4.1 Hasil Validasi Modul ... 42

Tabel 4.2 Teknis Penilaian Modul KOVID ... 46

Tabel 4.3 Kriteria Tingkat Validasi Modul KOVID ... 48

Tabel 4.4 Saran dan Perbaikan Kegiatan Modul ... 52

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 25 Gambar 3.2 Prosedur Penelitian ... 39

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Modul KOVID ... 65

LAMPIRAN 2 Form Validasi ... 108

LAMPIRAN 3 Pedoman Wawancara ... 124

LAMPIRAN 4 Verbatim Wawancara ... 129

LAMPIRAN 5 Surat Izin Pengambilan Data Awal ... 150

LAMPIRAN 6 Surat Izin Kesediaan Validator ... 152

LAMPIRAN 7 Informed Consent ... 156

LAMPIRAN 8 Hasil Validasi Modul ... 163

LAMPIRAN 9 Surat Pernyataan Expert Judgement ... 192

LAMPIRAN 10 Bukti Sertifikat ... 196

LAMPIRAN 11 Dokumentasi... 199

LAMPIRAN 12 Hasil Turnitin ... 201

(14)

xiv

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Jihan Novitasari, lahir di Jambi pada tanggal 14 November 1999. Merupakan anak ke-1 dari 3 bersaudara pasangan dari Bapak M. Junaidi dan Ibu Wulan. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 77/IV Kota Jambi, kemudian melanjutkan sekolah di SMPN 14 Kota Jambi, dan melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Kota Jambi. Pada tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri dan resmi menjadi mahasiswa di program studi Psikologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi kampus.

Pada tahun awal perkuliahan yaitu tahun 2017 sudah mulai mengikuti program magang di IMA Psikologi di departemen DANUS (dana dan usaha), kemudian tahun 2018 resmi menjadi anggota IMA sampai dengan masa kepengurusan tahun 2020. Tahun 2020-2021 penulis bergabung dalam DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) FKIK sebagai staff Komisi III yaitu dibidang anggaran dan LPJ organisasi internal kampus.

Penulis juga aktif mengikuti kegiatan komunitas, pada tahun 2017-2019 penulis menjadi Relawan pada Komunitas Kampung Pintar Indonesia (KOKAPI), pada tahun 2019 sampai dengan sekarang penulis merupakan pengurus harian KOKAPI di kompartemen pemberdayaan masyarakat. Penulis juga tergabung sebagai anggota komunitas Kredibilitas yang aktif di kegiatan bersama anak penyandang disabilitas.

Dengan ketekunan serta motivasi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar- besarnya atas terselesaikannya skripsi yang berjudul “Uji Validitas Isi Modul KOVID sebagai strategi penguatan Psychological well-being siswa MAN 2 Kota Jambi.

(15)

xv

Uji Validitas Isi Modul Konselor Sebaya Via Daring ‘KOVID’

Sebagai Strategi Penguatan Psychological Well-being Siswa MAN 2 Kota Jambi

1Jihan Novitasari, 2Nofrans Eka Saputra, 3Yun Nina Ekawati

1Program Studi Psikologi, Universitas Jambi/ [email protected]

2Program Studi Psikologi, Universitas Jambi/ [email protected]

3Program Studi Psikologi, Universitas Jambi/ yun_nina.e@ unja.ac.id ABSTRAK

LATAR BELAKANG Selama pandemi Covid-19 kegiatan sekolah dilaksanakan dari rumah. Namun proses pembelajaran tersebut tidak efektif untuk peserta didik. Dalam kondisi seperti ini banyak remaja yang membutuhkan dukungan psikologis untuk melangsungkan aktifitasnya tanpa ada rasa tertekan untuk menjaga kesehatan psikisnya.

METODE Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan uji validitas isi. Validator penelitian ditentukan secara purposive. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif.

HASIL Penelitian ini menunjukan validasi isi modul dengan rentang skor bergerak pada angka 0,50 – 0,83. Berdasarkan hasil uji validitas modul KOVID termasuk kedalam kriteria valid dengan beberapa saran dan perbaikan oleh validator. Kriteria yang telah disusun akan dinilai berdasarkan aspek materi, penyajian, bahasa serta kemudahan dalam pelaksanaan.

KESIMPULAN DAN SARAN Modul KOVID sebagai strategi penguatan psychological wellbeing siswa MAN 2 Kota Jambi dinyatakan valid secara isi.

Modul diharapkan dapat menjadi solusi penguatan psychological well-being siswa tingkat sekolah menengah di Kota Jambi.

Kata kunci : Validitas modul, psychological well-being, siswa sekolah menengah atas

(16)

xvi

KOVID Module Contents Validity Test as a Strategy to Strengthen the Psychological Well-being of Students MAN 2 Jambi City J1Jihan Novitasari, 2Nofrans Eka Saputra, 3Yun Nina Ekawati

1Departement of Psychology, Jambi University/ [email protected]

2 Departement of Psychology, Jambi University / [email protected]

3Departement of Psychology, Jambi University / [email protected] ABSTRACT

BACKGROUND During the Covid-19 pandemic, school activities conducted from home. However, the learning process is not effective for the students under these conditions, there are many teenagers who need psychological support to continue their activities without feeling pressured to maintain their psychological well-being.

METHOD This study uses a descriptive study with content validity test.

Research validators determined purposively. Data analysis used in this research is descriptive analysis

RESULTS This study shows the validation of module content with a range of scores moving at 0.50 – 0.83. Based on the results of the KOVID module validity test, it is included in the valid criteria with several suggestions and improvements by the validator. The prepared criteria that have been evaluated in terms of content, presentation, language and ease of implementation.

CONCLUSION AND SUGGESTION The KOVID module as a strategy to strengthen the psychological well-being of MAN 2 Jambi City students be avowed valid in its content. The module are expected to be a solution to strengthen the psychological well-being of high school students in Jambi City.

Keywords: Module validity, psychological well-being, high school student

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan pendidikan dalam masa darurat Coronavirus Disease atau Covid-19. Kebijakan ini membuat perubahan besar pada dunia pendidikan, khususnya proses belajar mengajar yang beralih menjadi pertemuan daring dengan bantuan aplikasi atau sosial media (Kemdikbud RI, 2020).

Terkait pengalaman siswa selama PJJ, UNICEF menyelenggarakan survei dengan hasil sebanyak 66% dari 60 Juta siswa mengaku tidak nyaman dengan sistem pembelajaran jarak jauh (UNICEF, 2020). Pernyataan diatas juga sesuai dengan hasil pengumpulan data tahun 2020, yaitu menggunakan kuesioner (google form). Dari 72 Responden yaitu siswa SMA sederajat di Kota Jambi, yang telah mengisi kuesioner mengenai sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ), didapatkan hasil dengan persentase yaitu 79,2 %, sebanyak 57 dari 72 responden mengatakan tidak menyukai adanya sistem PJJ. Dengan persentase yaitu 83,3 %, sebanyak 60 dari 72 respon mengakui sering mengeluh dalam pelaksanaan sistem PJJ.

Beberapa hambatan yang timbul akibat dari penerapan pembelajaran daring yaitu, hambatan dari siswa, dan hambatan dari pihak guru. Hambatan didiri sendiri misalnya, peserta didik hanya sekedar mengisi presensi dan tidak mengikuti pembelajaran (Umam & Syafi’i, 2021).

Peneliti juga mengamati keseharian beberapa siswa SMA selama melaksanakan pembelaran daring. Mereka tetap bangun pagi untuk absensi kemudian menunggu materi serta tugas dari guru. Jika tenggang waktu pengumpulan tugas terbilang masih lama, mereka akan menunda pekerjaan tersebut dan kembali tidur di pagi hari. Beberapa kali juga terlihat mereka sengaja tidak mengumpulkan tugas karena sudah terlalu sering menunda pekerjaan dan lupa dengan batas waktu pengumpulan tugas.

(18)

2

Pembelajaran beralih menggunakan via daring hal tersebut tentunya menuntut kemandirian siswa dan motivasi belajar yang tinggi. Siswa sering merasa jenuh dan bosan serta kehilangan motivasi dalam belajar karena perbedaan situasi dan kondisi belajar (Edmawati, 2020). Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan guru BK MAN 2 Kota Jambi.

“Ada beberapa siswa yang sengaja tidak mengerjakan tugas, ketika ditanya alasannya karena dia merasa jenuh dengan pembelajaran daring, biasanya karena tidak paham materi, kebanyakan juga karena malas. Kita dari guru pun mencoba kreatif kira-kira apa yang disenangi anak misal coba dengan ig, kalo itu kan anak tidak bosan jadi kita masukkan materi dalam instagram atau ke youtube biar menarik gitu”

(PN 05 Februari 2021, 10.50 WIB)

Pernyataan pada wawancara siswa MAN 2 terkait kendala yang dirasakan

“Banyak kendala yang dirasakan saat pembelajaran daring, yang pertama materi yang disampaikan oleh guru biasanya sulit dimengerti oleh siswa, hal ini karena kebanyakan guru hanya memberi materi tanpa menjelaskannya, yang kedua banyaknya tugas dan deadlinenya yang sangat cepat dan itu sangat memberatkan siswa, yang ketiga terkait masalah jaringan terkadang dirumah mati lampu, hal itu yang menjadi kendala selama pembelajaran daring”. (SM,06 Februari 2021, 16.05)

Hambatan yang paling banyak ditemukan terkait dengan pembelajaran, umumnya ditemukan di kalangan anak-anak dan remaja. Untuk permasalahan psikologis yang terjadi di semua kelompok usia diantaranya seperti, stress kecemasan masalah suasana hati (mood) dan masalah somatik (IPK, 2020).

Hambatan yang dirasakan dalam penerapan PTMT juga disampaikan oleh siswa di MAN 2 Kota Jambi :

“Kalo pas shift offline rasanya deg-degan karena covid masih terus nambah, harus pakai masker selama belajar di sekolah, duduk berjarak dengan teman, kadang juga harus bawa bekal dari rumah supaya makannya higienis. Kalo shift online itu gak enaknya karna guru cuma menjelaskan pelajaran untuk yang shift offline, kami yang online cuma disuruh ringkas materi terus gaktau materi itu bahas apa”. (FTC, 05 Maret 2022, 14.12)

Menurut penelitian Idowu et.al (2020), siswa cenderung beresiko lebih tinggi terhadap kecemasan dan depresi dibandingkan dengan populasi umum. Dikarenakan mereka tidak mendapatkan kepastian jadwal kelas online dan perubahan jadwal mendadak. Sehingga berdampak pada masalah psikologis di kalangan siswa SMA. Hal lain seperti social distancing, juga berdampak pada perasaan kehilangan koneksi dengan teman karena jarang berkumpul bersama seperti biasanya.

(19)

3

Selama masa pandemi, figur teman sebaya merupakan hal yang berpengaruh dalam mengurangi kebosanan ketika lama berada didalam rumah.

Adanya pandemi membatasi gerak bermain para siswa, kegiatan sepulang sekolah seperti bermain dengan teman, nongkrong dan sebagainya.

Komunikasi melalui media online tetap diperlukan karena figur dan kehadiran teman merupakan hal penting bagi para remaja (Putra & Shofaria, 2020).

Santrock (2011), mengatakan bahwa perkembangan sosioemosi pada masa remaja dicirikan dengan perubahan relasi kawan sebaya. Kawan sebaya mempunyai peran penting dalam kehidupan remaja, adapun perubahan relasi yang terjadi yaitu persahabatan, kelompok teman sebaya serta awal masa relasi romantis.

Motivasi perkembangan dan perubahan hormon membuat remaja sangat terbiasa kelompok sebaya, sehingga sulit untuk mengisolasi diri di rumah.

Siswa melaporkan efek negatif pandemi pada persahabatan, dan perasaan kesepian, yang dikaitkan dengan tekanan psikologis yang lebih tinggi dan kesejahteraan yang lebih rendah (Zhang et al., 2020).

Psychological well-being memiliki pengaruh dan peran penting terhadap kehidupan siswa dimasa pandemi. Untuk mencapai perkembangan yang optimal, siswa perlu memiliki psychological well-being yang tinggi (Saputri A, 2020). Menurut Ryff (1989), siswa yang mencapai tugas perkembangan dapat dinilai melalui self actualization yaitu siswa mampu terintergrasi dan berfungsi secara penuh melalui psychological well-being yang tinggi.

Dukungan psikologis sangat dibutuhkan siswa di situasi dan kondisi seperti ini. hal tersebut perlu diperhatikan demi menjaga kesehatan psikologisnya. Namun permasalahannya adalah remaja masih tergolong sulit mengungkapkan dan menceritakan permasalahannya kepada orang dewasa.

Persoalan-persoalan besar yang mereka hadapi cenderung lebih sering diutarakan kepada teman sebaya, dibandingkan kepada orang tua dan guru di sekolah (Ridha, 2019).

Siswa lebih sering dan nyaman untuk bercerita dengan teman sebaya dibandingkan kepada guru bimbingan konseling di sekolah. Hal ini

(20)

4

menunjukkan bahwa ketika remaja dihadapkan pada suatu permasalahan dalam proses pencapaian tugas perkembangannya, remaja tersebut membutuhkan figur teman yang mampu menemani dan dapat menyelesaikan masalah yang dialaminya secara bersama-sama melalui teman sebaya (Hasbahuddin & Ilham, 2018).

Kondisi well-being siswa disekolah dipengaruhi oleh tersedianya layanan konseling serta dipengaruhi oleh hubungan sosial baik dengan guru maupun dengan teman sebaya (Linayaningsih et al., 2017). Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan sebuah strategi pengelolaan bimbingan konseling yang baru untuk membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah dengan membentuk kelompok konselor sebaya.

Secara terminologi, konseling sebaya mengacu pada kegiatan saling membantu sesama teman sebaya untuk memecahkan masalah kehidupan guna mengembangkan potensi diri ke arah yang lebih baik. Dapat disimpulkan konseling sebaya merupakan suatu hubungan saling membantu antara individu atau kelompok yang memiliki persamaan nasib dan kondisi serta keadaan guna saling membantu mencari solusi permasalahan secara bersama-sama .

Penelitian yang berkaitan dengan topik konselor sebaya dalam aspek psychological well-being juga pernah dilakukan oleh Linayaningsih et al., (2017) dengan judul penelitian “Pengaruh Pelatihan Peer Group Counseling dalam Meningkatkan Psychological Well-Being pada Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Dengan hasil penelitian terdapat pengaruh pelatihan peer group counseling terhadap peningkatan psychological well-being siswa.

Konseling seharusnya dilaksanakan secara tatap muka namun karena kondisi pandemi Covid-19 menuntut siswa melakukan aktivitas secara online/virtual. Mengingat saat ini era pandemi Covid-19 masih berlangsung di Indonesia maka pelaksanaan pelatihan konselor sebaya dapat dilaksanakan secara daring melalui zoom.

Layanan informasi Bimbingan Konseling berbasis daring merupakan bagian dari sistem sekolah yang mampu membantu siswa dalam mengatasi

(21)

5

persoalan yang dihadapi saat proses belajar-mengajar agar mencapai perkembangan peserta didik yang maksimal. Konseling dengan metode ini sangat efektif terutama pada saat era pandemi Covid-19 ini dan bagi guru bimbingan konseling yang tidak memiliki jam tatap muka dalam struktur kurikulum sekolah yang tidak terjadwal pada setiap minggunya (Rokhyani, 2021).

Penelitian mengenai konseling sebaya berbasis online yang dilakukan oleh Mahmuddah Dewi Edmawati, Aldila Fitri Radite Nur Maynawati, Awik Hidayati (2021) yang berjudul “Pelatihan Konselor Sebaya pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Wonogiri Menggunakan Zoom Meeting di Era Pandemi Covid- 19”. Dengan hasil kegiatan pelatihan konselor sebaya antara lain meningkatkan citra layanan bimbingan konseling melalui kegiatan konseling sebaya, memberikan keterampilan interpersonal kepada siswa, menambah pengetahuan dan keterampilan menjadi konselor sebaya sehingga siswa dapat menjadi partner guru bimbingan dan konseling.

Melalui layanan konseling sebaya di era pandemi ini, sekolah menyiapkan para siswa terpilih untuk menjadi konselor nonprofesional dalam membantu menyelesaikan masalah teman-temannya. Menjadi teman curhat, menjadi teman diskusi masalah temannya merupakan bagian dari konselor sebaya. Para siswa calon konselor akan mendapatkan serangkaian pelatihan yang memadai untuk menjadi konselor sebaya sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa (yang dilatih sebagai peer counselor dan konseli yang dibimbingnya) dalam menghadapi masalah (Hermawan, 2022).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling di MAN 2 Kota Jambi, layanan konseling yang terdapat di MAN 2 sendiri belum terdapat layanan konselor sebaya, masih terlaksana sebagaimana umumnya yaitu dengan bantuan guru bimbingan konseling. Kemudian untuk aktivitas layanan konseling selama pandemi dilakukan secara online.

Dari latar belakang permasalahan di atas, peneliti ingin membuat modul pelatihan konselor sebaya yang dilakukan via daring “KOVID”, dimana dalam pelatihan akan lebih fokus pada aspek psychological well-being remaja,

(22)

6

tentunya program diperuntukkan untuk siswa sekolah menengah sebagai upaya mengoptimalkan tugas perkembangan ditengah pelaksanaan pembelajaran pasca pandemi.

Modul Konselor Sebaya Via Daring atau disingkat KOVID merupakan program berisi panduan yang disusun untuk melakukan kegiatan pelatihan konselor sebaya, menggunakan media daring di tingkat sekolah menengah.

Pelatihan KOVID merupakan sebuah strategi pengelolaan bimbingan konseling yang baru untuk membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya, yaitu dengan membentuk kelompok konselor sebaya.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Uji Validitas Isi Modul KOVID Sebagai Strategi Penguatan Psychological Well-being siswa MAN 2 Kota Jambi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana uji validitas isi modul KOVID sebagai strategi penguatan psychological well-being siswa MAN 2 Kota Jambi.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui validitas isi modul KOVID sebagai strategi penguatan psychological well-being siswa MAN 2 Kota Jambi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Untuk merancang modul KOVID sebagai strategi penguatan psychological well-being siswa.

b. Untuk mengetahui total skor penliaian validator pada indikator tujuan di setiap subbagian modul KOVID

c. Untuk mengetahui tingkat validitas isi pada indikator tujuan di setiap sub bagian modul KOVID

(23)

7 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan ilmu pengetahuan tentang keterampilan konselor sebaya dalam bidang psychological well-being siswa.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan keterampilan konselor sebaya dalam bidang psychological well-being siswa.

3. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi tambahan mengenai penelitian yang berhubungan dengan keterampilan konselor sebaya dalam bidang psychological well-being siswa.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Instansi Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan untuk menyusun dan mengembangkan materi pelatihan ataupun program untuk kesejahteraan psikologis siswa.

2. Dapat meningkatkan keterampilan konseling pada siswa di sekolah sebagai kelompok (peer) bagi seusianya.

3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi Modul KOVID dapat dijadikan program atau ekstrakulikuler di sekolah.

4. Bagi siswa, penelitian ini dapat bermanfaat dalam mencapai tugas perkembangan siswa selama penerapan sistem blended learning.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini melihat bagaimana validitas isi modul KOVID sebagai strategi penguatan psychological well-being siswa MAN 2 Kota Jambi.

Penelitian ini menggunakan validator untuk menguji kesesuaian (valid) modul dengan menggunakan teknik purposive sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti, yaitu :

(24)

8

1. Psikolog, lulus sebagai Magister Psikolog, terdaftar sebagai anggota HIMPSI, mempunyai surat izin praktik Psikolog, berpengalaman dalam memberikan pelatihan konselor sebaya.

2. Guru BK dengan kualifikasi akademik minimal S-1 BK telah mendapatkan kajian teoretik tentang bidang pengembangan kehidupan pribadi sosial siswa selama menempuh pendidikan akademik pada bidang BK di perguruan tinggi.

3. Konselor, lulus sarjana pendidikan (S1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan atau S1 Psikologi serta memahami secara mendalam mengenai konselor sebaya

Jenis penelitian yang digunakan ini yaitu riset validitas isi modul.

Penelitian ini menggunakan lembar validasi. Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari tahun 2021 mulai dari pengambilan data yang dilakukan di MAN 2 Kota Jambi. Teknik pengambilan data menggunakan observasi dan wawancara. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan Aiken ‘V yang bertujuan untuk uji validitas modul.

(25)

9 1.6 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian bermakna bahwa topik penelitian yang akan dilaksanakan bersifat asli, otentik, dan berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun perbedaan dengan penelitian yang terdahulu yaitu sebagai berikut.

Tabel 1. 1 Penelitian yang relevan

Penulis Judul Tahun Hasil Penelitian

Zadrian Ardi, Yulidar Ibrahim, Asrul Said

Capaian Tugas Perkembangan Sosial Siswa dengan Kelompok Teman Sebaya dan Implikasinya terhadap Program Pelayanan

Bimbingan dan Konseling

2012 Tugas perkembangan sosial remaja dalam kelompok teman sebaya mesti dikuasai dengan optimal.

Pengoptimalan pencapaian tugas perkembangan tersebut dapat diraih dengan menyelenggarakan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling.

Fitria Linayaningsih, Mulya Virgonita, Anna Dian.

Pengaruh

Pelatihan Peer Group Counseling dalam

Meningkatkan Psychological Well-Being pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

2017 Kondisi well-being siswa disekolah dipengaruhi oleh tersedianya organisasi layanan dan konseling serta dipengaruhi oleh hubungan sosial baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh pelatihan peer group counseling terhadap peningkatan psychological well-being siswa.

Diany Ufieta Syafitri, Laily Rahmah

Pelatihan

Konselor Sebaya Daring Untuk Meningkatkan Literasi Kesehatan Mental Siswa di SMA Islam XY Semarang

2018 Remaja merupakan masa yang rentan akan berbagai masalah psikologis. Namun demikian, hal ini tidak diimbangi dengan layanan psikologis berbasis sekolah yang memadai akibat kurangnya guru BK dan konselor profesional. Oleh karena itu, dibutuhkan program konselor sebaya untuk meningkatkan layanan psikologis melalui para siswa yang dipilih dan dilatih literasi kesehatan mental agar dapat mengidentifikasi gangguan psikologis yang umum pada remaja, dan mengetahui cara menolong diri sendiri maupun orang lain saat mengalami masalah psikologis tertentu.

(26)

10

Salmiati, Hasbahuddin, Muhammad Ilham Bakhtiar

Pelatihan

Konselor Sebaya Sebagai Strategi Pemecahan Masalah Siswa

2018 Dibutuhkan sebuah strategi pengelolaan bimbingan konseling yang baru untuk membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah dengan membentuk kelompok konselor sebaya. Hal ini dapat dipahami karena periode remaja merupakan periode yang sangat dekat dengan peer group, membutuhkan pengakuan dari kelompok atau teman sebaya dan membutuhkan identitas baru yang bisa meningkatkan harga dirinya

Siska Dwi Paramitha Layanan Konseling

Kelompok Dalam Meningkatkan Psychological Well-Being

Remaja Di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pangkal pinang

2019 Psychological well-being yang optimal akan menopang kepribadian yang positif. Hal ini akan membawa ke arah kehidupan yang lebih baik.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan psychological well-being salah satunya melalui konseling dan terapi lainnya.

Ajibola Idowu,

Damilola Akinola Olawuyi,

Chioma Olive

Nwadioke

Impacts of CoVID-19 Pandemic on the Psychological Well Being of Students in a Nigerian

University.

2020 Pandemi COVID-19 memiliki efek yang sangat besar pada kesehatan mental para pelajar Nigeria

Nina Permatasari, Eklys Cheseda Makaria, Irene Maya Simon, Muhammad Andri Setiawan

Bagaimana Remaja Menjadi Peer-Counselor di Masa Pandemi?

2021 40 persen remaja beralasan menjadi konselor sebaya karena merasa senang dapat membantu temannya, 53 persen merasa memiliki kepribadian yang unggul sebagai konselor sebaya karena terdorong untuk membantu, 27 persen memiliki pikiran apakah yang bisa saya sarankan kepada teman saya disaat menjadi konselor sebaya dan 54 persen ingin mendapatkan keterampilan sebagai konselor sebaya yang mampu mengendalikan pikiran konseli. Dapat disimpulkan bahwa remaja sudah berperan cukup baik menjadi konselor sebaya di masa pandemi Covid-19.

(27)

11

Penelitian yang berjudul “Capaian Tugas Perkembangan Sosial Siswa dengan Kelompok Teman Sebaya dan Implikasinya Terhadap Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling“ oleh Zadrian Ardi, Yulidar Ibrahim dan Azrul Said (2012). Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hasil penelitian mengenai kemampuan remaja dalam menjalin hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dan tingkat kemampuan remaja dalam melakukan bagian-bagian peran sosial remaja menurut gender secara umum telah tercapai.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fitria Linayaningsih, Mulya Virgonita dan Anna Dian (2017) berjudul “Pengaruh Pelatihan Peer Group Counseling dalam Meningkatkan Psychological Well-Being pada Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh pelatihan peer group counseling terhadap peningkatan psychological well-being siswa.

Salmiati, Hasbahuddin, Muhammad Ilham Bakhtiar (2018) dengan penelitian berjudul “Pelatihan Konselor Sebaya Sebagai Strategi Pemecahan Masalah Siswa”.

Hasil kegiatan pelatihan antara lain: meningkatkan performansi bimbingan konseling melalui kegiatan konseling sebaya, memberikan penghargaan dan perhatian terhadap siswa dengan melakukan kegiatan positif dalam bimbingan konseling di sekolah, mengantisipasi munculnya perilaku negatif remaja (kenakalan remaja), memberikan nilai tambah dalam bidang pengetahuan dan keterampilan untuk siswa sehingga dapat membantu guru bimbingan dan konseling.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Diany Ufieta Syafitri, Laily Rahmah (2018) berjudul “Pelatihan Konselor Sebaya Daring Untuk Meningkatkan Literasi Kesehatan Mental Siswa di SMA Islam XY Semarang”. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain kuasi eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan konselor sebaya daring dapat meningkatkan literasi kesehatan mental partisipan.

Penelitian yang dilakukan oleh Siska Dwi Paramitha (2019) berjudul “Layanan Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Psychological Well-Being Remaja Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Pangkal pinang”. Penelitian ini merupakan penelitian eskperimen. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadinya

(28)

12

peningkatan yang signifikan pada psychological well-being remaja yang diberikan layanan konseling kelompok.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ajibola Idowu, Damilola Akinola Olawuyi, Chioma Olive Nwadioke (2020) berjudul “Impacts of CoVID-19 Pandemic on the Psychological Well Being of Students in a Nigerian University”. Penelitian merupakan Studi cross sectional. Hasil dari penelitian didapat kondisi bahwa pandemi Covid-19 memiliki efek yang sangat besar pada kesehatan mental para pelajar Nigeria.

Nina Permatasari, Eklys Cheseda Makaria, Irene Maya Simon, Muhammad Andri Setiawan (2021) melakukan penelitian yang berjudul “Bagaimana Remaja Menjadi Peer-Counselor di Masa Pandemi?”. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei-deskriptif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa remaja sudah berperan cukup baik menjadi konselor sebaya di masa pandemi Covid-19.

Dapat dilihat dari beberapa penelitian yang sudah dijelaskan. Penelitian yang akan dilakukan ini tentu berbeda dengan penelitian sebelumnya, baik dari segi pendekatan, bentuk perlakuan maupun lokasi penelitian. Meskipun terdapat beberapa persamaan dari segi variabel yang akan diteliti, namun secara keseluruhan berbeda karena topik dalam penelitian ini adalah “Uji Validitas Isi Modul Konselor Sebaya Via Daring ‘KOVID’ Sebagai Strategi Penguatan Psychological Well-being Siswa MAN 2 Kota Jambi” dengan menggunakan penelitian dan pengembangan riset validasi modul.

Beberapa hal yang telah jelaskan di atas merupakan keaslian penelitian. Hal ini menjelaskan bahwa penelitian ini adalah penelitian asli hasil karya penulis sendiri yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.

(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Psychological Well-being

2.1.1 Pengertian Psychological Well-being

Penelitian pertama mengenai psychological well-being dilakukan oleh Bradburn (1969) yang kemudian menghasilkan struktur umum kesejahteraan psikologis (psychological well-being). Dalam penelitiannya, Bradburn juga menguraikan bahwa psychological well-being merupakan keterampilan individu untuk menghadapi dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari (Purwaningrum, 2016).

Psychological well-being atau yang sering disebut kesejahteraan psikologis, ialah suatu kondisi dimana seorang individu memiliki keberfungsian mental yang baik, merasakan kebahagiaan dihidupnya, dan individu tersebut dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Adapun menurut KBBI, kata kesejahteraan memiliki arti yaitu hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketenteraman jiwa, kesehatan jiwa, keadaan sejahtera masyarakat.

Kesejahteraan psikologis merupakan keadaan dimana individu mampu menerima diri sendiri dengan apa adanya, dapat membangun hubungan yang hangat dengan orang lain, tidak bergantung pada tekanan sosial, terlibat dalam pengendalian lingkungan eksternal, memiliki makna dalam hidup, dan memiliki potensi yang dapat dikembangkan secara terus menerus (Prabowo, 2016).

Model kesejahteraan psikologis Ryff (2014), menjelaskan bahwa ada enam aspek yang digunakan sebagai ukuran kesejahteraan psikologis individu. Artinya, menerima kekuatan dan kelemahan individu, mengarahkan hidup pada tujuan tertentu, menjalin hubungan baik dengan orang lain, memiliki kemandirian serta dapat mengendalikan lingkungan, dan mengembangkan diri secara.

Dapat diartikan orang dengan kesejahteraan psikologis yang baik adalah orang yang telah mampu memahami baik kelebihan maupun kekurangan

(30)

14

yang dimilikinya dan dapat mengoptimalkannya dengan baik, memiliki hubungan sosial yang baik, memiliki tujuan hidup yang jelas dan terhindar dari gejala depresi.

Seseorang sering merasakan bahwa dirinya tidak memiliki masalah dalam hidupnya dan merasa dalam keadaan bahagia. Pada kenyataannya, banyak kondisi-kondisi kurang menguntungkan yang menggambarkan bahwa kesejahteraan psikologis belum tercapai dengan baik terutama pada remaja.

Kesejahteraan psikologis dimana keadaan setiap individu, yang berfungsi secara normal dan positif. Orang dengan kesejahteraan psikologis yang baik menunjukkan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, memiliki tujuan hidup yang bermakna, menyesuaikan lingkungan, membangun hubungan positif dengan orang lain, dan mengeksplorasi diri semaksimal mungkin (Ramadhani et al., 2016).

2.1.2 Dimensi Psychological Well-being

Konsep Psychological well-being yang digambarkan oleh Ryff (1989) terdiri dari enam dimensi, yaitu : penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Ryff mendefinisikan konsep kesejahteraan psikologis dalam enam dimensi, yakni:

1. Penerimaan diri

Penerimaan diri merupakan sikap seseorang yang secara positif dapat mengevaluasi dirinya dan masa lalunya. Tujuan dapat mengevaluasi diri secara positif adalah untuk dapat mengenali aspek- aspek diri baik itu sikap positif maupun keterbatasan yang ada dalam diri. Dengan kata lain, seorang individu dikatakan sangat menerima diri sendiri jika ia dapat mengenali dan menerima kelemahan dan kelebihannya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut berfungsi secara positif (Positive psychological functioning). Individu yang kurang menerima diri, dipersepsikan oleh sifat-sifatnya, tidak puas

(31)

15

dengan dirinya sendiri, mengalami hambatan kualitas kepribadian, dan tidak mampu menerima apa yang telah terjadi di masa lalu.

2. Hubungan yang positif dengan orang lain (positive relation with others) Hubungan positif dengan orang lain, yaitu bagaimana seseorang dapat membangun hubungan interpersonal yang erat, saling percaya, dan berkualitas. Penting untuk membangun hubungan yang dekat dan bermakna dengan orang yang tepat (significant others).

Pada tahap perkembangan masa dewasa, juga menekankan tercapainya hubungan yang erat dengan orang lain (intimacy), kemudian adanya bimbingan dan arahan dari orang lain yang disebut dengan istilah generativity. Oleh sebab itu, konsep kesejahteraan psikologis sangat menekankan pentingnya mempunyai hubungan positif dengan orang lain.

Berikut merupakan karakteristik yang ditunjukkan oleh individu yang memiliki hubungan positif dengan orang lain: terdapat kehangatan dan kepuasan di dalam hubungan tersebut, didasarkan atas kepercayaan satu sama lain, memerhatikan terhadap kesejahteraan orang lain, memahami aspek saling memberi dan menerima dalam suatu hubungan.

Adapun karakteristik individu yang tidak memiliki hubungan positif dengan orang lain yang pertama sulit membangun hubungan yang akrab, kemudian kurang terbuka dan tidak saling percaya satu sama lain.

Dalam hal ini, seseorang tidak ingin terlibat dalam membuat suatu kesepakatan/kompromi untuk menjaga keterkaitan dengan orang lain.

3. Otonomi

Dimensi otonomi merupakan kemampuan untuk menentukan nasib sendiri, mandiri dan mengatur perilakunya sendiri. Dimensi ini meliputi independen dan determinan diri, kemampuan individu menahan tekanan sosial, dan kemampuan mengatur pelakunya dari dalam.

4. Penguasaan lingkungan

Dimensi penguasaan lingkungan meliputi rasa penguasaan dan kompetensi serta kemampuan memilih situasi dan lingkung an yang

(32)

16

kondusif. Menekankan perlunya keterlibatan dan dalam aktivitas di lingkungan, kemampuan untuk memanipulasi dan mengendalikan lingkungan yang rumit.

5. Tujuan hidup

Dimensi ini meliputi kesadaran akan tujuan dan makna hidup, serta arah dan tujuan dalam hidup. Keyakinan-keyakinan yang memberikan perasaan pada individu bahwa ada tujuan dan makna dalam hidupnya.

6. Pertumbuhan pribadi

Dimensi ini merupakan kemampuan diri mengembangkan potensi dirinya untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu secara efektif pribadi meliputi kapasitas tumbuh mengembangkan meliputi potensi, serta perubahan pribadi dari waktu ke waktu mencerminkan pengetahuan diri, tumbuh dan efektivitas.

Kesejahteraan psikologis adalah kondisi seseorang yang bukan hanya bebas dari tekanan atau masalah-masalah mental saja, tetapi kondisi mental yang dianggap sehat dan berfungsi maksimal (Ryff & Keyes, 1995).

Menurut Ryff & Keyes (1995), kesejahteraan psikologis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologi positif. Penelitian yang dilakukan Ryff & Keyes (1995) membagi kesejahteraan psikologis ke dalam enam dimensi utama yaitu, sejauh mana individu memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain, kemampuan individu menerima dirinya sendiri, memiliki tujuan hidup, mampu tumbuh secara personal, mampu mengendalikan lingkungan secara efektif dan menjadi pribadi yang mandiri (autonomy).

Pada dimensi penerimaan diri (self-acceptance), seseorang yang kesejahteraan psikologis tinggi memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek positif dan negatif dalam dirinya, dan perasaan positif tentang kehidupan masa lalu.

Banyak teori yang menekankan pentingnya hubungan interpersonal yang hangat dan saling mempercayai dengan orang lain. Kemampuan untuk mencintai dipandang sebagai komponen utama kesehatan mental (Ryff &

(33)

17

Keyes, 1995). Kesejahteraan psikologis seseorang akan tinggi jika ia mampu bersikap hangat dan percaya dalam berhubungan dengan orang lain, memiliki empati, afeksi, dan keintiman yang kuat, memahami pemberian dan penerimaan dalam suatu hubungan. Hal ini terkait dengan dimensi hubungan positif dengan orang lain.

Selain itu Ryff & Keyes (1995) juga mengungkapkan bahwa individu dengan otonomi yang baik juga akan memiliki kesejahteraan psikologis yang baik. Mereka mampu menampilkan sikap kemandirian dan menolak tekanan sosial yang tidak sesuai. Individu yang memiliki otonomi yang baik antara lain, dapat menentukan segala sesuatu seorang diri (self-determining) dan mandiri, serta mampu untuk mengambil keputusan tanpa tekanan dan campur tangan orang lain. Selain itu, individu memiliki ketahanan dalam menghadapi tekanan sosial, dapat mengatur tingkah laku dari dalam diri, dan dapat mengevaluasi diri.

Terkait dengan dimensi penguasaan lingkungan (environmental mastery), dimensi ini ditandai dengan kemampuan individu dalam berkompetensi mengatur lingkungan, menyusun kontrol yang kompleks terhadap aktivitas eksternal, menggunakan secara efektif kesempatan dalam lingkungan, mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai individu itu sendiri (Ryff & Keyes, 1995).

Individu dengan kesejahteraan psikologis yang tinggi juga menunjukkan adanya tujuan hidup. Mereka memiliki tujuan, arah dalam hidup, percaya bahwa hidup memiliki tujuan dan makna. Individu yang memiliki tujuan hidup yang baik yaitu, memiliki target dan cita-cita serta merasa bahwa kehidupan di masa lalu dan sekarang memiliki makna tertentu. Individu juga memegang teguh kepercayaan‐kepercayaan yang memberikan individu suatu perasaan bahwa hidup ini memiliki tujuan dan makna (Ryff & Keyes, 1995).

Ciri terakhir dari kesejahteraan psikologis yang baik adalah dimensi pertumbuhan pribadi (personal growth). Dimensi ini didefinisikan sebagai kemampuan potensi yang dimiliki seseorang seperti, perkembangan diri,

(34)

18

dan keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman baru. Seseorang yang memiliki pertumbuhan pribadi yang baik ditandai dengan adanya perasaan yang berkesinambungan dalam dirinya, memandang diri sendiri sebagai individu yang selalu tumbuh dan berkembang, memiliki kemampuan dalam menyadari potensi yang dimiliki, dapat merasakan peningkatan yang terjadi pada diri dan dapat berubah menjadi pribadi yang lebih efektif serta memiliki pengetahuan yang bertambah (Ryff & Keyes, 1995).

2.1.3 Faktor-faktor Psychological Well-being

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being yaitu, pertama adalah usia, hasil penelitian menunjukkan bahwa otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan perkembangan pribadi meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Prabowo, 2017).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis, sehingga tidak semua orang memilki tingkat kesejahteraan psikologis yang sama. Penelitian-penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa tidak ada penentu tunggal dari kesejahteraan. Beberapa kondisi tampaknya diperlukan untuk mencapai kesejahteraan psikologis yang tinggi seperti kesehatan mental dan hubungan sosial yang positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kesejahteraan psikologis diantaranya usia, gender, status sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, religiusitas, kepribadian, dan dukungan sosial (Ramadhani et al., 2016).

Menurut Ryff (1989), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis (psychological well-being) seseorang antara lain:

1. Faktor demografis, yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis yaitu usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan budaya.

2. Dukungan sosial diartikan sebagai rasa nyaman, perhatian, penghargaan, atau pertolongan yang dipersepsikan oleh seorang individu yang didapat berbagai sumber, diantaranya pasangan, keluarga, teman, rekan kerja, dokter, maupun organisasi sosial.

(35)

19

3. Evaluasi terhadap pengalaman hidup yaitu mencakup berbagai bidang kehidupan dalam berbagai periode kehidupan. Evaluasi individu terhadap pengalaman hidupnya memiliki pengaruh yang penting terhadap kesejahteraan psikologis.

4. Locus Of Control (LOC) didefinisikan sebagai suatu ukuran harapan umum seseorang mengenai pengendalian (kontrol) terhadap penguatan (reinforcement) yang mengikuti perilaku tertentu, dapat memberikan peramalan terhadap kesejahteraan psikologis (psychological well- being).

2.2 Siswa SMA

Para ahli psikologi memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi dari periode kanak-kanak/anak menuju ke periode orang dewasa. Pada masa itu, mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas. Pada umumnya, mereka sudah tidak mau dikatakan sebagai kanak-kanak atau anak, namun jika disebut sebagai orang dewasa, mereka secara nyata belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa tersebut (Samiudin, 2017).

Gambaran remaja menjadi konselor sebaya di masa pandemi Covid-19 yang dihadapkan oleh peneliti adalah pada rentang usia 15–20 tahun dengan tingkat pendidikan SMP sampai SMA, Konselor sebaya tingkat pemula.

Sementara yang menjadi latar belakang menjadi konselor sebaya adalah keinginan membantu dan merasa senang jika dapat membantu konseli menyelesaikan masalah, motivasi untuk membantu dan menjadi pendengar yang baik menjadi pilihan responden, dan keterampilan yang diharapkan dimiliki konselor sebaya adalah keterampilan berpikir atau mind-skills.

(Permatasari et al., 2021)

(36)

20 2.3 Konseling Teman Sebaya

2.3.1 Teman Sebaya

Teman sebaya merupakan teman sepermainan yang ada disekitar individu yang memiliki usia relatif sama. Selain ditinjau dari kesamaan usia, sebaya juga bisa ditinjau dari kesamaan kedewasaan. Sebaya memiliki kecenderungan untuk membuat grup-grup sebaya berdasarkan kesamaan- kesamaan tertentu. Hal ini dilakukan sebagai upaya anak dalam kelompok tersebut untuk mempelajari lingkungan disekitarnya, mendapatkan informasi tertentu serta mengukur kemampuannya (Sarmin, 2017)

Dikemukakan oleh Conger bahwa perkembangan sosial remaja lebih percaya dan melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan terhadap orangtua. Remaja akan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah seperti bersekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan bermain bersama teman.

Pendapat yang disampaikan Conger semakin memberi penguatan bahwa peran kelompok teman sebaya lebih besar saat memasuki masa-masa remaja. Pengaruh lingkungan berperan cukup kuat dalam menentukan perilaku remaja meskipun secara kognitif, remaja telah mencapai tahap yang memadai untuk menentukan tindakan sendiri, akan tetapi penentuan diri remaja dalam berperilaku masih banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Paramitha, 2019).

Dukungan sosial teman sebaya adalah suatu sistem tentang memberi dan menerima yang merupakan kunci dari prinsip saling menghargai, berbagi tanggung jawab, dan kesepakatan bersama saling membantu satu sama lain, semuanya tentang saling mengerti dan berempati mengenai situasi individu lain untuk bisa melewati dan berbagi pengalaman emosional serta masalah psikologis yang dialami (Maurizka & Maryatmi, 2019).

2.3.2 Konseling Sebaya

Pada awalnya konseling teman sebaya muncul dengan konsep peer support yang dimulai pada tahun 1939. Dari tahun ke tahun konsep teman sebaya terus merambah ke sejumlah setting dan issue baik di dalam ranah akademik maupun non-akademik. Menurut Carr (1981) pada dasarnya

(37)

21

konseling teman sebaya merupakan suatu cara bagi para siswa (remaja) belajar bagaimana memperhatikan dan membantu remaja-remaja lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Prasetiawan, 2016).

Sementara itu, Tindall dan Gray (1985) mendefinisikan konseling teman sebaya sebagai suatu ragam tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan oleh individu non-profesional yang berusaha membantu orang lain. Definisi lain menekankan konseling teman sebaya sebagai suatu metode, seperti dikemukakan Kan (1996) “Peer counseling is the use problem solving skills and active listening, to support people who are our peers”.

Dikutip dari BKKBN (2012), pentingnya dan vitalnya peran teman sebaya dalam perkembangan remaja maka muncullah suatu gagasan tentang konselor sebaya. Konselor sebaya adalah para siswa (remaja) yang memberikan bantuan kepada siswa lain di bawah bimbingan konselor ahli.

Konselor sebaya adalah pendidik sebaya (tutor sebaya) yang secara fungsional punya komitmen dan motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling bagi kelompok remaja/mahasiswa sebayanya, telah mengikuti pelatihan/orientasi konseling.

2.4 Pelatihan Konselor Sebaya Via Daring (KOVID) 2.4.1 Modul KOVID

Konselor sebaya via daring atau disingkat KOVID merupakan program berisi panduan yang disusun untuk melakukan kegiatan pelatihan konselor sebaya, menggunakan media daring di tingkat sekolah menengah. Pelatihan KOVID merupakan sebuah strategi pengelolaan bimbingan konseling yang baru untuk membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya, yaitu dengan membentuk kelompok konselor sebaya.

Seperti sudah disinggung di atas, salah satu program yang dipercaya dapat memaksimalkan layanan kesehatan mental di sekolah adalah program konselor sebaya (Ridha, 2019). Menurut Gray dan Tindall (1979), konseling teman sebaya adalah proses membantu secara interpersonal yang dilakukan

(38)

22

oleh seorang nonprofesional kepada teman sebayanya, di bawah bimbingan seorang konselor professional (Syafitri & Rahmah, 2021).

Modul KOVID disusun untuk dijadikan sebagai panduan untuk melakukan kegiatan pelatihan konselor sebaya di tingkat sekolah menengah, bertujuan untuk mengedukasikan kepada para siswa pentingnya dukungan teman sebaya di masa pandemi khususnya dalam penerapan sistem Blended learning, diharapkan para siswa mempunyai psychological well-being yang baik dan dapat memenuhi tugas perkembangan remaja.

2.4.2 Peserta Pelatihan KOVID

Peserta pelatihan KOVID adalah Siswa di MAN 2 Kota Jambi 2.4.3 Metode Program

Jenis kegiatan yang akan dilakukan adalah pemberian pelatihan konselor sebaya yang bertujuan sebagai strategi penguatan psychological well-being siswa selama pandemi maupun pasca pandemi melalui modul KOVID (Konselor Sebaya Via Daring):

1. Sesi Comfort (Counseling my friend on virtual)

Peralatan : Laptop atau handhphone, akun zoom dan akses internet.

Waktu : 115 Menit

Kegiatan : Sesi pemberian materi dari Konselor ahli kepada peserta ...terkait konsep konselor sebaya.

Tujuan : Kegiatan ini dilakukan dengan harapan siswa memiliki pemahaman yang baik tentang konselor sebaya agar terjadi kesepahaman antara pemateri dengan peserta. Hal ini akan memudahkan nantinya dalam pelaksanaan latihan/simulasi.

2. Sesi Commit (Counselour must imitate).

Peralatan : Laptop atau handhphone, akun zoom dan akses internet.

(39)

23 Waktu : 115 Menit

Kegiatan : Dalam sesi ini peserta akan di berikan contoh praktik ...konseling sebaya melalui video, kemudian diminta untuk ...melaksanakan praktik dalam bentuk role-playing sebagai ...konselor dan konseli

Tujuan : Peserta diharapkan mendapat gambaran mengenai praktik ...konseling sebaya dan mengetahui keterampilan yang ...perlu dikuasai.

3. Sesi terakhir adalah sesi Complete (counselour implementation).

Peralatan : Laptop atau handhphone, akun zoom dan akses internet.

Waktu : 115 Menit

Kegiatan : Peserta akan diberi kartu kasus berisikan situasi nyata ...yang akan dihadapi peserta dimasa yang akan datang.

...Dengan pendampingan konselor ahli peserta pelatihan ...mempraktikkan menjadi konselor sebaya dengan memilih ...permasalahan sesuai dengan kasus yang sering muncul di ...sekolah.

Tujuan : Menyelesaikan masalah yang dialaminya secara bersama- ...sama melalui teman sebaya.

(40)

24 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah riset validasi modul. Penelitian ini merupakan riset validasi modul, penelitian berupa merancang modul dan menguji validitas modul tersebut. Modul disusun berdasarkan suatu teori mengenai atribut yang menjadi targetnya, yaitu variabel yang hendak diubah sesuai dengan tujuan intervensi. Modul merupakan rangkaian kegiatan yang memiliki tujuan, materi, standar operasional pelaksanaan, tata cara pengukuran, serta manual yang dapat digunakan oleh pelaksana (Azwar, 2018). Modul pada dasarnya dirancang dengan cara menyusun kegiatan secara sistematis, inovasi pada desain modul, penyusunan tujuan, kelengkapan komponen materi, dan kebermanfaatan (Mufidah, 2014).

3.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Pengukuran

Cara Ukur 1. Psychological

Well-being

Psychological well-being atau yang sering disebut kesejahteraan psikologis, ialah suatu kondisi dimana seorang individu memiliki keberfungsian mental yang baik, merasakan kebahagiaan dihidupnya, dan individu tersebut dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Pedoman Wawancara

- - -

Referensi

Dokumen terkait