BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai serta mengingat masih sangat banyak keterbatasan di dalam penelitian ini, maka penelitian memberikan saran sebagai berikut:
1. Saran bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini menjadi saran sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan landasan untuk menyusun dan mengembangkan kegiatan dalam program pendidikan bagi para siswa di tingkat sekolah menengah,
60
kegiatan pelatihan ini diharapkan menjadi strategi penguatan psychological wellbeing para siswa.
2. Saran Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan kegiatan konselor sebaya, dalam hal ini yaitu kegiatan di luar jam sekolah (ekstrakulikuler). Hal ini bertujuan agar para siswa mempunyai wadah untuk bercerita seputar permasalahan di sekolah yang dimana lebih nyaman untuk bercerita kepada teman sebayanya. Para konselor sebaya sekaligus menjadi perpanjangan tangan para guru BK di sekolah, untuk mengatasi permasalahan siswa.
3. Saran Bagi Instansi
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi instansi yang bergerak dibidang kesehatan remaja seperti PKBI dan BKKBN, untuk mengadakan pelatihan untuk para remaja, memberikan pengetahuan dan informasi mengenai konselor sebaya sebagai strategi penguatan psychological wellbeing para remaja.
4. Saran Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini tidak terhenti sampai uji validitas isi modul, perlu diuji coba untuk mengetahui kesesuaian hasil validasi modul KOVID sebagai strategi penguatan psychological wellbeing siswa tingkat sekolah menengah di Kota Jambi.
61
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S. (2018). Pentingnya mengembangkan ketrampilan mendengarkan efektif dalam konseling. Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 4(2), 108-114. https://doi.org/10.29210/120182203
Azwar, S. (2016). Dasar-Dasar Psikometria Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2018). Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Edmawati, M. D. (2020). Strategi konseling kelompok dengan teknik CBT berbasis daring untuk meningkatkan psychological well being siswa di tengah pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Bimbingan Dan Konseling, 1989, 99–106.
Ekawati, Y. N., & Saputra, N. E. (2018). Uji Validitas Modul Permainan Tradisional Dengan Metode Experiential Learning Berbasis Denver Development Screening Test ( DDST / Denver II ). Seminar Nasional Psikologi Unissula: Penguatan Keluarga Di Zaman Now, 2004, 169–184.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/psnpu/article/view/4030
Hasbahuddin, S., & Ilham, M. (2018). MATAPPA : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Pelatihan Konselor Sebaya Sebagai Strategi Pemecahan Masalah Siswa. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Volume, 1(2012).
Hermawan, R. (2022). Coution : Journal of Counseling and Education Inovasi Layanan Bimbingan Dan Konseling Masa Pandemi Covid-19. 3, 28–40.
Idowu, A., Akinola Olawuyi, D., & Nwadioke, C. O. (2020). Impacts of CoVID-19 Pandemic on the Psychological Well Being of Students in a Nigerian University. Journal of Medical and Surgical Research, VII(December 2019), 798–806. https://doi.org/10.46327/msrjg.1.000000000000173
IPK, S. untuk P. C. 19 I. P. K. (2020). Media Kit Kiprah Psikolog Klinis untuk Indonesia di Masa Pandemi(Vol. 1)
Linayaningsih, F., I.W., M. V., & Savitri, A. D. (2017). Pengaruh Pelatihan Peer Group Counseling dalam meningkatkan Psychological Well-Being pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. PHILANTHROPY: Journal of Psychology, 1(1), 25. https://doi.org/10.26623/philanthropy.v1i1.774
Maurizka, A., & Maryatmi, A. S. (2019). Hubungan Antara Religiusitas dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Psychological Well-Being Pada
62
Remaja Pengguna Hijab Di Organisasi Remaja Masjid Al–Amin Jakarta Selatan. Jurnal IKRA-ITH Humaniora, 3(3), 207–218.
MENDIKBUD RI. (2022). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2 Tahun 2022 tentang Diskresi Pelaksanaan Keputusan Bersama Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.. Jakarta: MENDIKBUDRISTEK RI.
Mufidah, C. I. (2014). Pengembangan Modul Pembelajaran Pada Kompetensi Dasar Hubungan Masyarakat Kelas X APK 2 Di SMKN 10 Surabaya.
Jurnal Administrasi Perkantoran, 2(2), 1–17.
Nissa, S. F., & Haryanto, A. (2020). Implementasi Pembelajaran Tatap Muka Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal IKA PGSD (Ikatan Alumni PGSD) UNARS, 8(2), 402. https://doi.org/10.36841/pgsdunars.v8i2.840
Oktawirawan, D. H. (2020). Faktor Pemicu Kecemasan Siswa dalam Melakukan Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2), 541-544.
Paramitha, S. D. (2019). Layanan Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Psychological Well-Being Remaja Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (Lpka) Pangkalpinang. Scientia: Jurnal Hasil Penelitian, 4(1), 127–147.
https://doi.org/10.32923/sci.v4i1.1015
Periantalo, J. (2016). Penelitian kuantitatif untuk psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Permatasari, N., Makaria, E. C., Simon, I. M., & Setiawan, M. A. (2021).
Bagaimana Remaja Menjadi Peer-Counselor di Masa Pandemi?. Buletin Konseling Inovatif/Bulletin of Innovative Counseling, 1(1).
Prabowo, A. (2016). KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA DI SEKOLAH. Ilmiah Psikologi Terapan, 4(2), 246–260.
https://doi.org/https://doi.org/10.22219/jipt.v4i2.3527
Prabowo, A. (2017). GRATITUDE DAN PSYCHOLOGICAL WELLBEING PADA REMAJA. 05(02), 260–270.
https://doi.org/https://doi.org/10.22219/jipt.v5i2.4857
Purwaningrum, R. (2016). Urgensi Psychological Well-Being bagi Konselor Sekolah. S E M I N A R A S E A N 2nd PSYCHOLOGY & HUMANITY, 19–
20.
Putra, M. A., & Shofaria, N. (2020). Inovasi Layanan Bimbingan Dan Konseling Di Masa Pembelajaran Dalam Jaringan Masa Pandemi Covid-19. Bikotetik (Bimbingan Dan Konseling Teori Dan Praktik), 4(2), 55.
https://doi.org/10.26740/bikotetik.v4n2.p55-61
63
Ramadhani, T., Djunaedi, & S, A. S. (2016). Kesejahteraan psikologis (psychological well-being) siswa yang orang tuanya bercerai. Jurnal Bimbingan Konseling, 5(1), 108–115.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/insight/article/view/1638/1287
Ridha, A. A. (2019). Penerapan Konselor Sebaya dalam Mengoptimalkan Fungsi Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Jurnal Psikologi, 15(1), 25.
https://doi.org/10.24014/jp.v15i1.6549
Rokhyani, E. (2021). Inovasi Layanan Bimbingan Dan Konseling Pada Masa Dan Pasca Pandemi Covid-19. PD ABKIN JATIM Open Journal System, 20–40.
https://www.ojs.abkinjatim.org/index.php/ojspdabkin/article/view/95
Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 57(6), 1069–1081. https://doi.org/10.1037/0022-3514.57.6.1069
Ryff, C. D. (2014). Psychological well-being revisited: Advances in the science and practice of eudaimonia. Psychotherapy and Psychosomatics, 83(1), 10–
28. https://doi.org/10.1159/000353263
Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69(4), 719–
727. https://doi.org/10.1037/0022-3514.69.4.719
Samiudin. (2017). Pentingnya Memahami Perkembangan Anak Untuk
Menyesuaikan Cara Mengajar yang Diberikan. Pancawahana: Jurnal Studi Islam, 12(1), 1–9.
Santrock, Jhon W. (2011). Life – Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Edisi 13, Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Sarmin, S. (2017). Konselor Sebaya: Pemberdayaan Teman Sebaya dalam Sekolah Guna Menanggulangi Pengaruh Negatif Lingkungan. Briliant:
Jurnal Riset Dan Konseptual, 2(1), 102.
https://doi.org/10.28926/briliant.v2i1.30
Sudarji, S. (2014). Pemetaan masalah dan pemberian konseling bagi mahasiswa dengan indeks prestasi rendah. Psibernetika, 7(2), 89–104.
Syafitri, D. U., & Rahmah, L. (2021). Pelatihan Konselor Sebaya Daring Untuk Meningkatkan Literasi Kesehatan Mental Siswa di SMA Islam XY
Semarang. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP), 7(1), 39. https://doi.org/10.22146/gamajpp.62299
Umam, A. Z., & Syafi’i, I. (2021). Implementasi Blended Learning Dalam
64
Meningkatkan Kemandirian Siswa Pada Masa Pandemi Covid 19 Di Sma Sejehtera Prigen. Journal EVALUASI, 5(2), 111.
https://doi.org/10.32478/evaluasi.v5i2.617
Wangsanata, S. A. (2021). Konseling sebaya berbasis online guna menjaga
kualitas hidup lansia di masa pandemi covid-19. KONSELING: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Penerapannya, 2(2), 56-60. 10.31960/konseling.v2i2.816 https://journal.ilininstitute.com/konseling
Zhang, C., D, M., Ye, M., Ph, D., Fu, Y., D, M., Yang, M., D, M., Luo, F., & D, M. (2020). The psychological impact of the COVID-19 pandemic on teenagers in China. Journal of Adolescent Health, 67(6), 747–755.
.
65
LAMPIRAN 1 MODUL KOVID
66
67 A. Pendahuluan
Siswa SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK sesuai dengan usia perkembangannya berada pada masa remaja. Pada masa ini, ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap teman sebaya menjadi sangat kuat. Remaja menganggap teman sebaya merupakan salah satu figur penting (significant others) yang sangat berperan dalam aspek kehidupannya (Salmiati, et.al 2018).
Adanya kenyamanan bercerita maupun mengungkapan permasalahan dengan teman sebaya dikarenakan orang dewasa dianggap tidak selalu memahami pola pikir dan keinginan seorang remaja. Selain itu adanya perasaan malu, canggung dan kurang nyaman membuat remaja lebih nyaman meminta solusi permasalahan kepada teman sebaya dibandingkan kepada orang dewasa maupun konselor.
Bimbingan dan Konseling memiliki peran yang penting dalam memandirikan siswa terkait pencapaian tugas perkembangan (Habsy, 2017). Remaja membutuhkan teman yang bisa mendampingi tugas-tugas perkembangan dengan baik dan menyelesaikan masalah mereka melalui teman sebaya, konselor sebaya berfungsi lebih baik karena dapat menjangkau khalayak sosial yang lebih luas (Permatasari, 2021).
Penguatan melalui konseling sebaya (peer counseling) dipandang efektif untuk dilakukan. Konseling sebaya merupakan serangkaian kegiatan yang berasaskan layanan bimbingan dan konseling dengan tujuan membantu dan memperhatikan teman sebaya sehingga permasalahan siswa dapat terselesaikan dengan baik dan pencapain tugas perkembangan dapat tercapai. Konseling sebaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pemahaman, mengembangkan ketrampilan konselor sebaya dan mendapatkan pengalaman yang bermakna (Prasetiawan, 2016).
Mengingat saat ini era pandemi Covid-19 masih berlangsung di Indonesia maka pelaksanaan pelatihan konselor sebaya dapat dilaksanakan secara daring melalui Zoom.
Melalui kegiatan konseling sebaya tujuan bimbingan dan konseling dalam membantu memfasilitasi pencapaian tugas perkembangan siswa dapat berjalan optimal (Edmawati,et.al 2021)
68 B. Tujuan Penyusunan Modul
Modul KOVID disusun untuk dijadikan sebagai panduan untuk melakukan kegiatan pelatihan konselor sebaya di tingkat sekolah menengah, bertujuan untuk mengedukasikan kepada para siswa pentingnya peran teman sebaya di masa pandemi, diharapkan para siswa mempunyai psychological well-being yang baik dan dapat memenuhi tugas perkembangan remaja seusianya. Modul KOVID merupakan sebuah strategi pengelolaan bimbingan konseling yang baru untuk membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya, yaitu dengan membentuk kelompok konselor sebaya.
C. Siswa SMA
Para ahli psikologi memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang.
Ketidakjelasan ini karena mereka berada pada periode transisi dari periode kanak- kanak/anak menuju ke periode orang dewasa. Pada masa itu, mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas. Pada umumnya, mereka sudah tidak mau dikatakan sebagai kanak-kanak atau anak, namun jika disebut sebagai orang dewasa, mereka secara nyata belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa tersebut (Samiudin, 2017).
D. Psychological well-being
Psychological well-being atau yang sering disebut kesejahteraan psikologis, ialah suatu kondisi dimana seorang individu memiliki keberfungsian mental yang baik, merasakan kebahagiaan dihidupnya, dan individu tersebut dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Adapun menurut KBBI, kata kesejahteraan memiliki arti yaitu hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketenteraman jiwa, kesehatan jiwa, keadaan sejahtera masyarakat.
Model kesejahteraan psikologis Ryff (2014), menjelaskan bahwa terdapat enam dimensi yang menjadi tolak ukur kesejahteraan psikologis individu, yaitu: penerimaan terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki individu, mengarahkan hidup pada
69
tujuan tertentu, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, mempunyai kemandirian, mampu mengendalikan lingkungan, dan mengembangkan diri dengan berkelanjutan.
E. Konselor sebaya
Dikutip dari BKKBN (2012) dalam Samrin (2017), pentingnya dan vitalnya peran teman sebaya dalam perkembangan remaja maka muncullah suatu gagasan tentang konselor sebaya. Konselor sebaya adalah para siswa (remaja) yang memberikan bantuan kepada siswa lain di bawah bimbingan konselor ahli. Konselor sebaya adalah pendidik sebaya (tutor sebaya) yang secara fungsional punya komitmen dan motivasi yang tinggi untuk memberikan konseling bagi kelompok remaja sebayanya, telah mengikuti pelatihan/orientasi konseling.
Konseling sebaya adalah penggunaan keterampilan pemecahan masalah dan mendengarkan secara aktif, untuk mendukung orang-orang yang membutuhkan solusi dari masalahnya. Meskipun demikian, Kan mengakui bahwa keberadaan konseling teman sebaya merupakan kombinasi dari dua aspek yaitu teknik dan pendekatan yakni konseling teman sebaya dengan dukungan sebaya (peer support). Menurut Kan peer support lebih bersifat umum (bantuan informal, saran umum dan nasehat yang diberikan oleh dan untuk teman sebaya), sementara peer counseling merupakan suatu metode yang terstruktur (Putra, 2020).
F. MODUL KOVID
Modul KOVID merupakan program berisi panduan yang disusun untuk melakukan kegiatan pelatihan konselor sebaya berbasis daring di tingkat sekolah menengah atas.
Pelatihan KOVID merupakan sebuah strategi pengelolaan bimbingan konseling yang baru untuk membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya, yaitu dengan membentuk kelompok konselor sebaya.
Layanan informasi Bimbingan Konseling berbasis daring merupakan bagian dari sistem sekolah yang mampu membantu siswa dalam mengatasi persoalan yang dihadapi saat proses belajar-mengajar agar mencapai perkembangan peserta didik yang maksimal.
70
Konseling dengan metode ini sangat efektif terutama pada saat era pandemi Covid-19 maupun pasca pandemi, bagi guru bimbingan konseling yang tidak memiliki jam tatap muka dalam struktur kurikulum sekolah yang tidak terjadwal pada setiap minggunya (Rokhyani, 2021). Jenis kegiatan yang akan dilakukan adalah pemberian pelatihan konselor sebaya yang bertujuan sebagai strategi penguatan psychological wellbeing siswa selama pandemi maupun pasca pandemi melalui modul KOVID (Konselor Sebaya Via Daring):
1. Sesi Comfort (Counseling my friend on virtual)
Sesi pemberian materi dari Konselor ahli kepada peserta terkait konsep konselor sebaya. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan siswa memiliki pemahaman yang baik tentang konselor sebaya agar terjadi kesepahaman antara pemateri dengan peserta. Hal ini akan memudahkan nantinya dalam pelaksanaan praktik/role play kegiatan konseling.
2. Sesi Commit (Counselour must imitate).
Dalam sesi ini peserta akan di berikan contoh praktik konseling sebaya melalui video, kemudian diminta untuk melaksanakan praktik dalam bentuk role-play sebagai konselor dan konseli. Peserta diharapkan mendapat pengalaman baru dan nyata tentang proses konseling sebaya.
3. Sesi Complete (Counselour implementation).
Peserta akan diberi kartu kasus berisikan situasi nyata yang akan dihadapi peserta dimasa yang akan datang. Dengan pendampingan konselor ahli peserta pelatihan mempraktikkan menjadi konselor sebaya dengan memilih permasalahan sesuai dengan kasus yang sering muncul di sekolah. Menyelesaikan masalah yang dialaminya secara bersama-sama melalui teman sebaya.
71 G. Tujuan Kegiatan
a) Tujuan Umum
Kegiatan pelatihan KOVID dalam bidang psychological wellbeing terdiri dari tiga bagian sesi, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman dan informasi mengenai keterampilan konselor sebaya, memberikan pemahaman mengenai psychological wellbeing.
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus kegiatan pelatihan KOVID adalah sebagai berikut :
1. Mampu meningkatkan performansi bimbingan konseling di sekolah melalui kegiatan konseling sebaya
2. Menyiapkan siswa menjadi konselor nonprofesional dalam membantu menyelesaikan masalah teman-temannya
3. Membekali konselor pengetahuan mengenai tugas perkembangan yang harus terpenuhi di masa remaja.
4. Memberikan pengetahuan mengenai psychological wellbeing remaja
5. Membekali konselor keterampilan konseling yaitu mendengarkan aktif (listening skill), diantaranya attending, paraphrashing, clarifying, dan perception checking 6. Konselor sebaya memahami tugas perkembangan remaja, serta menjadi support
penguatan aspek psychological wellbeing teman-teman sebayanya.
H. Metode Kegiatan
Modul KOVID dirancang untuk penguatan aspek psychological wellbeing, dan diharapkan siswa dapat memenuhi tugas perkembangannya di tengah pandemi maupun pasca pandemi Covid-19. Pelatihan KOVID merupakan sebuah strategi pengelolaan bimbingan konseling melalui media daring, dimana dalam kegiatan ini siswa akan dilatih keterampilan untuk menjadi konselor sebaya. Melalui bantuan dari para calon konselor, diharapkan para siswa memiliki psychological well-being yang baik dan dapat memenuhi tugas perkembangannya.
72 I. Kriteria Peserta
Peserta yang mengikuti program ini memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Siswa kelas XI SMA/MA sederajat 2. Aktif di organisasi sekolah
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk membantu teman J. Kriteria Fasilitator
Hal-hal yang harus diperhaikan untuk menjadi fasilitator adalah sebagai berikut : 1. Fasilitator sehat jasmani dan rohani
2. Fasilitator harus bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan selama pelatihan 3. Fasilitator diutamakan mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling ataupun jurusan
psikologi minimal semester 5
4. Fasilitator memahami materi serta memiliki pemahaman mengenai konselor sebaya dan psychological well-being
5. Fasilitator pengalaman dalam berinteraksi dengan remaja khususnya siswa SMA K. Panduan Bagi Fasilitator
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh fasilitator dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Fasilitator mengikuti pembekalan yang diberikan oleh peneliti
2. Fasilitator memfasilitasi jalannya kegiatan dan memastikan semua peserta ikut aktif dalam kegiatan
3. Fasilitator Memiliki keper
4. Mampu membangun suasana yang serius dan menyenangkan 5. Fasilitator harus percaya diri dalam memberikan instruksi
6. Fasilitator menyampaikan instruksi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
7. Fasilitator menjalankan kegiatan sesuai dengan agenda kegiatan, agar dapat berjalan efektif dan efisien
73
Sebelum melakukan kegiatan, fasilitator memberikan salam dan menyapa peserta. Fasilitator memperkenalkan diri terlebih dahulu kemudian menjelaskan bahwa hari ini akan mengajak para peserta untuk mempersiapkan diri menjadi konselor sebaya bagi teman-teman sebayanya. Sebelum kegiatan dimulai, fasilitator mengajak peserta untuk melakukan ice breaking untuk menarik perhatian serta membangun semangat pada peserta.
L. Panduan Pemateri dan Fasilitator a) Pijakan sebelum kegiatan
1. Fasilitator menyiapkan akun zoom meeting
2. Fasilitator beserta tim menghubungi peserta pelatihan 3. Fasilitator membuka kegiatan yang akan berlangsung
4. Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada sesi tersebut b) Pijakan saat kegiatan
1. Pemateri memaparkan materi konsep konselor sebaya serta keterampilan konselor yaitu listening skill
2. Pemateri memberikan materi tentang psychological well-being siswa 3. Fasilitator beserta tim membimbing peserta pada saat kegiatan
4. Fasilitator beserta tim membantu trainer dalam mengisi pedoman observasi 5. Fasilitator beserta tim membantu saat peserta akan melaksanakan sesi roleplay c) Pijakan setelah kegiatan
1. Fasilitator mengkondusifkan peserta
2. Fasilitator mengajak peserta berdiskusi tentang kegiatan yang telah dilaksanakan 3. Fasilitator meminta peserta untuk menyampaikan kesan saat melakukan kegiatan 4. Menutup kegiatan dengan mengucapkan terimakasih dan saling memberi
apresiasi
M. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi : 1. Modul pelatihan
2. Pedoman observasi “listening skill”
3. Alat tulis
74 N. Jadwal rencana kegiatan
1. Sesi 1 “COMFORT”
Hari Jam Kegiatan Deskripsi kegiatan Persiapan
1 08:45- 09:00
Persiapan kegiatan
1. Fasilitator dan tim melakukan briefing dan mempersiapkan kegiatan sesi 1
2. Menyiapkan perlengkapan untuk zoom meeting dan membagikan link room kepada peserta
-Laptop -Akun zoom -Panduan modul KOVID
09.00- 09.15
Fasilitator membuka kegiatan
1. Fasilitator memberikan salam serta perkenalan diri kepada peserta 2. Fasilitator memberikan ice breaking
“tag line sekolah”
3. Fasilitator menjelaskan prosedur pelaksanaan kegiatan kepada peserta
Ice breaking
“tag line sekolah”
09.15- 09.45
Pelaksanaan penyampaian materi
1. Fasilitator memperkenalkan sekaligus mempersilahkan pemateri mengambil alih kegiatan
2. Pemateri menyampaikan materi kepada siswa peserta pelatihan konselor sebaya terkait materi menjadi konselor sebaya
- PPT materi Konselor sebaya - PPT
materi Psycholog ical wellbeing remaja
75 selama pandemi
Covid 19
konseling di masa pandemi Covid-19.
10:15- 10:30
Penutupan 1. Debrief (memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta)
2. Memberi apresiasi satu sama lain.
Modul pelatihan
2. Sesi 2 “COMMIT”
Hari Jam Kegiatan Uraian Kegiatan Persiapan
2. 08.45- 09:00
Persiapan kegiatan
1. Fasilitator dan tim melakukan briefing
2. Fasilitator menyiapkan perlengkapan untuk zoom meeting dan membagikan link kepada peserta
-Laptop -Akun zoom -Modul pelatihan
09:00 09:30
Pembagian kelompok role play
1. Fasilitator memberikan salam dan menyapa peserta
2. Fasilitator memimpin Ice breaking 3. Fasilitator membagi peserta menjadi
5 kelompok, dimana 1 kelompok terdiri dari 2 orang
- Ice breaking - Modul
pelatihan
09:30- 10:30
Pelaksanaan kegiatan sesi 2 “counselour must imitate”
1. Fasilitator menampilkan contoh kegiatan konselor sebaya melalui video (sumber: Youtube
https://youtu.be/0doeR5MIEE)
2. Peserta melaksanakan praktik dalam bentuk role play sebagai konselor dan konseli.
3. Fasilitator mengisi lembar pretest (lembar panduan observasi)
-
- Modul pelatihan - Video
contoh penerapan konselor sebaya
76
“listening skill” (attending, paraphrasing, clarifying, perception checking)
- Lembar panduan observasi listening skill 10:30-
10:45
Penutup kegiatan
1. Debrief (memberikan pertanyaan kepada peserta)
2. Memberi apresiasi satu sama lain.
3. Sesi 3 “COMPLETE”
Hari Jam Kegiatan Uraian Kegiatan Persiapan
3. 08:45- 09:00
Persiapan kegiatan
1. Fasilitator dan tim melakukan briefing
2. Fasilitator menyiapkan perlengkapan untuk zoom meeting dan membagikan link kepada peserta
-Laptop -Akun zoom -Modul pelatihan
09.00- 09:15
Fasilitator memulai kegiatan
1. Fasilitator memberikan salam dan menyapa peserta
2. Fasilitator memimpin Ice breaking
- Ice breaking
”tag line sekolah”
09:15- 10:15
Pelaksanaan kegiatan sesi
3 “
counselour implementatio n”
1. Dengan pendampingan konselor ahli peserta pelatihan mempraktikan menjadi konselor sebaya dengan memilih permasalahan sesuai dengan kasus yang sering muncul di sekolah.
2. Fasilitator mengisi lembar postest (lembar panduan observasi)
- Modul pelatihan - Kartu
Kasus - Lembar
panduan observasi
“listening
77
“listening skill” (attending, paraphrasing, clarifying, perception checking)
3. Evaluasi praktik konselor sebaya oleh konselor ahli
skill”
10:15- 10:30
Penutup kegiatan
1. Debrief (memberikan pertanyaan kepada peserta)
2. Fasilitator membagikan kuesioner berupa google form yang berisi pertanyaan mengenai respon peserta terhadap pelatihan yang telah diikuti.
3. Konselor ahli memberikan evaluasi serta apresiasi kepada para peserta dan fasilitator yang turut berpartisipasi dalam kegiatan.
4. Fasilitator menutup kegiatan sekaligus pamit unsur dari dari semua rangkaian kegiatan.
5. Memberi apresiasi satu sama lain.
O. Gambaran kegiatan
Kegiatan 1 : Comfort Tujuan :
- Memberikan
pemahaman yang
Peralatan : Laptop, Akses internet, Akun zoom, alat tulis
- Powerpoint materi konselor sebaya dan keterampilan
78 baik terkait dengan
konselor sebaya agar terjadi kesepahaman antara pemateri dengan peserta.
Pesan :
- guru bimbingan konseling turut hadir sebagai guru pendamping para siswa peserta
Lokasi :
Di Tempat masing- masing
listening skill - Powerpoint materi
Psychological Wellbeing siswa -
Waktu : 115 Menit
Langkah Pelaksanaan 1. Fasilitator dan tim melakukan briefing
2. Fasilitator menyiapkan perlengkapan untuk zoom meeting dan membagikan link kepada peserta
3. Fasilitator memperkenalkan diri, mejelaskan tujuan pelatihan dan capaian tujuan pelatihan
“Assalamuallaikum wr wb, selamat pagi semuanya dan salam sejahtera kita semua. Perkenalkan nama saya adalah..
Pada hari ini kita akan bersama-sama mengikuti kegiatan program KOVID (konselor sebaya via daring). Tujuan pada kegiatan ini adalah mempelajari dan menerapkan keterampilan dalam upaya untuk penguatan psychological wellbeing remaja
4. Fasilitator memberikan ice breaking “tag line sekolah”.
“Sebelum memasuki kegiatan inti, kita akan ice breaking dulu, jadi jika saya menyebutkan “siapa kita”?, teman-teman menjawab 3 kata yaitu
79
“Student (nama sekolah) School”. Jika saya bilang student, teman-teman menjawab “huhuhu”, kemudian kalo saya menyebut nama sekolah, teman- teman jawabnya hahaha, lalu yang terakhir jika saya bilang school, teman- teman menjawab “huhahuhahuha”. Bisa kita coba ya?”.
5. Fasilitator menjelaskan prosedur pelaksanaan kegiatan kepada peserta 6. Fasilitator menjelaskan serangkaian tahap kegiatan
“Dalam kegiatan pelatihan KOVID ini akan ada 3 sesi, yang pertama sesi Comfort atau Counseling my friend on virtual, dimana kita akan sama- sama mendapatkan dan berbagi informasi mengenai konsep konselor sebaya, keterampilan listening skill, kemudian kita akan membahas apa saja tugas perkembangan remaja yang harus terpenuhi agar kita memiliki psychological wellbeing yang baik. Sesi kedua yaitu sesi Commit atau Counselour must imitate, di sesi ini kita akan sama-sama melihat contoh praktik konseling sebaya sekaligus membahas keterampilan apa saja yang muncul dalam video contoh praktik konseling tersebut. Dan sesi yang terakhir yaitu Complete, pada sesi ini para peserta akan melakukan role play konseling sebaya, peserta akan dibagi menjadi 5 kelompok 1 kelompok terdiri dari 2 orang, dimana nantinya akan diminta menyelesaikan suatu kasus menggunakan keterampilan konselor yang sudah dipelajari di sesi sebelumnya”.
7. Fasilitator mempersiapkan powerpoint materi yang akan dipaparkan
8. Fasilitator menampilkan powerpoint materi melalui fitur share screen di Zoom meeting.
9. Fasilitator memperkenalkan sekaligus mempersilahkan Konselor untuk mengambil alih kegiatan yaitu menyampaikan materi.
10. Pemateri mengambil alih kegiatan
11. Pemateri menjelaskan materi tentang konselor sebaya dan keterampilan listening skill (PPT Terlampir)
80
12. Pemateri memberikan kesempatan untuk peserta bertanya
13. Peserta mengajukan pertanyaan kemudian langsung dijawab oleh Pemateri 14. Pemateri menyampaikan materi psychological wellbeing siswa (PPT
Terlampir)
15. Peserta dipersilahkan bertanya jika terdapat kebingungan seputar materi yang dijelaskan
16. Melakukan ice breaking untuk membangun suasana kembali
17. Fasilitator memberikan pertanyaan terkait diskusi yang telah dilakukan - Apa yang sudah kalian pelajari hari ini?
- Apa saja yang harus diperhatikan dalam menjadi konselor sebaya ? - Apa saja yang harus diperhatikan dalam menerapkan keterampilan
listening skill
- Apa saja yang harus diperhatikan dalam sesi konseling via daring - Apa saja yang harus diperhatikan dalam konseling terkait psychological
wellbeing siswa.
18. Peserta yang dapat menjawab pertanyaan dipersilahkan untuk berbicara 19. Peserta yang dapat menjawab akan dicatat sebagai bahan evaluasi di akhir
kegiatan
20. Peserta diberikan kesempatan terakhir untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi maupun kegiatan yang akan dilaksanakan selanjutnya 21. Peserta diminta untuk menceritakan kesan untuk kegiatan di hari pertama.
22. Fasilitator mengajak peserta d untuk saling memberikan apresiasi
81 Materi Sesi 1
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91 Contoh planner book
Template planner book
92 Kegiatan 2 : Commit Tujuan :
Peserta dituntut mampu menghayati suatu peran tertentu, mencoba dan merasakan menjadi seseorang tertentu dalam suatu proses, sehingga memiliki gambaran mengenai praktik konseling sebaya.
Pesan :
- Guru bimbingan konseling turut hadir sebagai guru pendamping para siswa peserta
Peralatan : Laptop, Akses internet, Akun zoom, Alat tulis, lembar observasi
Video contoh kegiatan praktik konselor sebaya, video berjudul “Praktik konselor sebaya”. (Source :Youtube
https://youtu.be/0doeR5MIEE)
Lokasi :
Di tempat masing- masing
Waktu : 115 Menit
93 Langkah Pelaksanaan 1. Fasilitator dan tim melakukan briefing
2. Fasilitator menyiapkan perlengkapan untuk zoom meeting dan membagikan link kepada pihak sekolah, peserta serta pemateri
3. Peserta memasuki room zoom meeting yang telah disiapkan
4. Fasilitator membuka kegiatan pelatihan dan menyapa semua pihak yang telah hadir di zoom meeting
5. Fasilitator mejelaskan tujuan dan proses kegiatan pada sesi 2
“Assalamuallaikum wr wb, selamat pagi semuanya dan salam sejahtera kita semua. Pada hari ini kita akan melanjutkan kegiatan pelatihan KOVID kita yaitu sesi Commit. Tujuan pada kegiatan ini adalah agar teman-teman memiliki gambaran mengenai praktik konseling sebaya yang akan kita terapkan nantinya, melalui video contoh praktik yang akan ditampilkan”.
6. Fasilitator mempersilahkan Konselor ahli sebagai pemateri untuk mengambil alih kegiatan
7. Konselor ahli menampilkan video contoh praktik kegiatan konselor sebaya melalui video yang akan ditampilkan menggunakan share screen zoom meeting.
8. Konselor ahli sambil menjelaskan point penting dalam contoh konseling yang ditampilkan di video
9. Peserta dipersilahkan untuk bertanya mengenai hal yang masih sulit dipahami
10. Membagi kelompok pasangan konselor dan konseli menggunakan aplikasi undian virtual
11. Fasilitator mengirimkan file contoh percakapan untuk kegiatan konseling 12. Peserta melaksanakan praktik dalam bentuk role-play sebagai konselor dan
konseli
13. Konselor ahli mengawasi jalannya kegiatan praktik konselor dan konseli