BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.6 Pembahasan
53
kegiatannya berupa perkenalan, persetujuan mengikuti kegiatan dan building raport.
yang bertujuan untuk building raport, sehingga antar peserta dan fasilitator bisa lebih mengenal dan lebih nyaman dalam melaksanakan kegiatan
2. Sesi ice breaking
Guru BK Alternatif ice breaking dapat dilampirkan di modul (beberapa pilihan ice breaking.
Karena kegiatan dalam bentuk daring, sebaiknya dipilih ice breaking virtual (seperti menggunakan beberapa aplikasi permainan virtual di internet)
Psikolog Pendidikan
Sebaiknya ice breaking di tambah lagi agar lebih variatif
3. Sesi
penyampai an materi
Guru BK Perlu dilakukan apersepsi
untuk mengetahui
pengetahuan dasar peserta tentang konselor sebaya.
Membuat daftar pertanyaan seputar materi dasar konselor sebaya
Konselor Perlu tambahkan file terpisah mengenai point penting materi yang ingin dicapai, sertakan dalam modul 4. Pelaksanaa
n Role Play
Guru BK Pemilihan pasangan role play dapat menggunakan aplikasi undian virtual
Mendesain pembagian kelompok menggunakan undian virtual
Psikolog Pendidikan
Pelaksanaan role play menggunakan breakout zoom
Mendesain sesi kegiatan pelaksanaan role play akan menggunakan breakout zoom
5. Sesi
Debrief
Guru BK Membuat pertanyaan dalam bentuk google form
Membuat pertanyaan debrief dalam bentuk google form agar bisa di akses oleh semua peserta
Konselor Membuat pertanyaan dalam bentuk tertulis untuk melihat perkembangan pengetahuan peserta di setiap sesi
Menyediakan form yang berisi pertanyaan-pertanyaan debrief setiap sesi untuk mempermudah siswa dalam menjawab pertanyaan.
54
untuk memberikan pengajaran kepada peserta didik. Dalam kondisi seperti ini banyak sekali remaja yang membutuhkan dukungan psikologis untuk tetap melangsungkan aktifitasnya tanpa ada rasa tertekan dan juga untuk menjaga kesehatan psikisnya.
Tahap analisis dilakukan oleh peneliti untuk melihat masalah serta merumuskan. Tahap analisis diawali dengan mengumpulkan data untuk dikaji.
Analisa dilakukan mulai dari kajian berita, jurnal serta data yang diperoleh terkait hasil survey UNICEF terkait perlaksanaan pembelajaran daring, dengan hasil sebanyak 66% dari 60 Juta siswa mengaku tidak nyaman dengan sistem pembelajaran jarak jauh (UNICEF, 2020).
Modul KOVID dalam penelitian ini berhasil diuji dengan mengetahui nilai Aiken’s V yang telah didapat dan diinterpreatasikan menjadi koefisien yang tinggi dengan memiliki nilai skor V bergerak dari angka 0,50 - 0,83 dari sedang sampai sangat tinggi. Azwar (2018) menjelaskan pada setiap skor V yang melebihi angka 0,50 dapat dianggap menjadi indikasi adanya validitas isi yang baik. Subbagian modul pada masing-masing sesi dari KOVID sebagai strategi penguatan psychological well-being siswa memiliki isi yang baik.
Modul penelitian ini menggunakan rumus dari formula Aiken’s V yang digunakan untuk menghitung content validity coefficient berdasarkan hasil penilaian dari validator, sehingga dapat dilihat dari segi sejauh mana item tersebut dapat mewakili konstrak yang di ukur. baik dengan skor sama dengan diatas 0,50.Modul KOVID sebagai strategi penguatan psychological well-being siswa juga berhasil diuji dengan hasil nilai rata-rata skor validasi yang diketahui memiliki angka 0,71 yang mana nilai tersebut dianggap tinggi dengan validitas isi baik. . Berdasarkan hasil uji validitas modul KOVID termasuk kedalam kriteria valid dengan beberapa saran dan perbaikan oleh validator.
Kriteria yang telah disusun akan dinilai berdasarkan aspek materi, penyajian, bahasa serta kemudahan dalam pelaksanaan.
Modul KOVID sebagai strategi penguatan psychological well-being memiliki tingkat validitas yang tinggi. Hal ini dimulai dari kegiatan sesi yaitu sesi comfort (counselling my friend on virtual). Pada sesi pertama berisi
55
kegiatan berupa penyampaian materi psychological wellbeing dan keterampilan konselor yaitu listening skill.
Materi berasal dari aspek psychological well-being Ryff (1995), kemudian disesuaikan dengan permasalahan siswa saat ini. Poin-poin penting dalam materi diantaranya yang pertama aspek penerimaan diri, siswa dapat menyadari dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya selama proses pembelajaran disekolah. Yang kedua yaitu aspek hubungan positif dengan orang lain, dimana siswa dapat menjalin hubungan interpersonal yang baik melalui dukungan sosial baik dari keluarga dan teman sebaya. Yang ketiga aspek Otonomi yaitu mengandalkan dirinya sebagai problem solver dalam menghadapi masalah selama penerapan sistem pembelajaran saat pandemi.
Aspek keempat yaitu penguasaan lingkungan dimana siswa memiliki kegiatan produktif yang bermanfaat bagi orang lain, bisa dengan menjadi konselor bagi diri sendiri dan teman sebaya, tentunya dengan mengikuti pelatihan yang telah tersusun dalam modul KOVID. Aspek kelima yaitu tujuan hidup dimana siswa diharapkan dapat menyusun dan menuangkan target serta cita-cita dalam planner book (template planner book disiapkan oleh fasilitator kemudian untuk dikirimkan kepada para siswa). Yang terakhir yaitu aspek Pengembangan diri dimana siswa menyadari potensi dan berusaha mngembangkan hal tersebut melalui mengikuti kegiatan ekstakulikuler disekolah maupun kegiatan pengembangan diri diluar sekolah. Kemudian untuk materi keterampilan menjadi konselor sebaya, yaitu listening skill diantaranya adalah attending, paraphrasing, clarifying, perception checking (Brammer & MacDonald, 2003).
Pada sesi 1 validator memberikan masukan terkait dengan building rapport dan penyampaian materi. Perlu dilakukan apersepsi untuk mengetahui pengetahuan dasar peserta tentang konselor sebaya. Hal ini juga bertujuan untuk melihat perkembangan pengetahuan siswa mengenai materi yang di sampaikan oleh trainer. Satria, dkk. (2019) menjelaskan proses apersepsi adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana keadaan
56
“siap” bagi siswa secara mental. Tujuannya agar merangsang perhatian siswa untuk fokus pada materi yang akan dipelajari.
Sesi 2 yaitu sesi commit (counselor must imitate). Dalam sesi ini peserta akan di berikan contoh kegiatan konseling sebaya melalui video, kemudian diminta untuk melaksanakan praktik dalam bentuk role-playing sebagai konselor dan konseli. Fasilitator menampilkan video yang mencontohkan kegiatan konseling sebaya yang berjudul “Praktik Konseling Teman sebaya”
(source Youtube: https://youtu.be/aVbXsbwLrtk) Konselor ahli sambil menjelaskan keterampilan konselor yang di praktikkan dari video tersebut.
Peserta diharapkan mendapat pengalaman baru dan nyata tentang proses konseling sebaya.
Pada sesi 2 validator memberikan masukan untuk memperbaiki sistem pembagian pasangan praktik konseling, yaitu menggunakan aplikasi undian virtual yang lebih menarik untuk pelatihan berbasis daring.
Sesi 3 yaitu sesi complete (counselor implementation). Peserta mempraktekkan kegiatan konseling dengan menyelesaikan beberapa kasus yang sering terjadi disekolah selama penerapan sistem pembelajaran yang digunakan saat ini. Peserta akan diberi kartu kasus berisikan situasi nyata yang akan dihadapi peserta dimasa yang akan datang. Dengan pendampingan konselor ahli peserta pelatihan mempraktikkan menjadi konselor sebaya dengan memilih permasalahan sesuai dengan kasus yang sering muncul di sekolah. Melalui kegiatan ini diharapkan peserta dapat menyelesaikan masalah yang dialaminya secara bersama-sama melalui teman sebaya.
Pada sesi 3 validator memberikan masukkan berupa teknis debrief membuat pertanyaan dalam bentuk tertulis untuk melihat perkembangan pengetahuan peserta di setiap sesi. Hal ini juga bermanfaat untuk melihat perkembangan serta menjadi bahan evaluasi dari keterampilan yang telah dipelajari oleh peserta.
Modul ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan modul ini berdasarkan komentar dari validator adalah pertama, mengenai ketepatan sasaran partisipasi pada modul yakni sebagai strategi penguatan psychological
57
wellbeing siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria Linayaningsih, Mulya Virgonita dan Anna Dian (2017) berjudul “Pengaruh Pelatihan Peer Group Counseling dalam Meningkatkan Psychological Well-Being pada Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh pelatihan peer group counseling terhadap peningkatan psychological well-being siswa.
Melalui layanan konseling sebaya di era pandemi ini, sekolah menyiapkan para siswa terpilih untuk menjadi konselor nonprofesional dalam membantu menyelesaikan masalah teman-temannya. Menjadi teman curhat, menjadi teman diskusi masalah temannya merupakan bagian dari konselor sebaya. Para siswa calon konselor akan mendapatkan serangkaian pelatihan yang memadai untuk menjadi konselor sebaya sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa (yang dilatih sebagai peer counselor dan konseli yang dibimbingnya) dalam menghadapi masalah (Hermawan, 2022).
Dengan adanya peer group counseling, siswa mendapatkan dukungan secara langsung dari teman sebaya mereka sehingga mempengaruhi psychological well being mereka. Hal tersebut diatas sejalan dengan pernyataan yang kemukakan oleh Ryff, bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psychological well being seseorang (Linayaningsih, 2017).
Metode pelatihan yang digunakan dalam Modul KOVID di adaptasi dari metode yang digunakan dalam penelitian Edmawati (2021), metode pelatihan yang melibatkan penyuluhan tentang substansi kegiatan konselor sebaya yang disertai dengan demonstrasi atau percontohan untuk realisasinya, pelatihan dalam praktik melaksanakan konselor sebaya. Pelatihan ini juga memberikan informasi mengenai layanan bimbingan dan konseling, meningkatkan kemampuan menjadi konselor sebaya, dan menjadikan konselor sebaya sebagai perpanjang tangan layanan BK di sekolah untuk membantu memecahkan permasalahan teman sebaya.
58
Berdasarkan hasil analisis data uji validitas isi modul KOVID sebagai strategi penguatan psychological well-being siswa terdapat adanya kesesuaian hasil skor uji validitas isi modul KOVID. Hal ini membuktikan bahwa modul KOVID valid secara isi, yang artinya secara isi, mulai dari materi, penyajian, serta keterbacaan dan bahasa dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan pada siswa mengenai tugas perkembangan dan psychological well-being siswa yang harus terpenuhi, melatih keterampilan listening skill sebagai persiapan menjadi konselor sebaya untuk penyelesaian permasalahan teman sebaya.