• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Atila Sonmax

N/A
N/A
Atila Sonmax

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI Atila Sonmax"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU AMAN BERKENDARA (SAFETY DRIVING) PADA PENGEMUDI DI PT. LEO JAYA TRANS

TAHUN 2021

Oleh

ATILA SONMAX NPM 02190200005

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA, 2021

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi :

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN MENGEMUDI, PELATIHAN MENGEMUDI DAN ISTIRAHAT KERJA TERHADAP

PERILAKU AMAN BERKENDARA (SAFETY DRIVING) PADA PENGEMUDI DI PT. LEO JAYA TRANS

TAHUN 2021

Oleh:

Atila Sonmax

NPM 02190200005

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa, dan diajukan dalam sidang skripsi Skripsi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jenjang S1

(3)

Jakarta, November 2021

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

(Nina, SKM, M.Kes)

( Anas Ardiansyah, SKM )

(4)
(5)

Panitia Sidang Ujian Skripsi

Program Studi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jenjang S1

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Menerangkan Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN MENGEMUDI, PELATIHAN MENGEMUDI DAN ISTIRAHAT KERJA TERHADAP

PERILAKU AMAN BERKENDARA (SAFETY DRIVING) PADA PENGEMUDI DI PT. LEO JAYA TRANS

TAHUN 2021

Oleh:

Atila Sonmax

(6)

NPM 02190200005

Telah berhasil di pertahankan oleh pihak penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana

Jakarta, November 2021 Tim Penguji,

Penguji I Penguji II

(Marwanto, SKM. MM) ( Nina, SKM. M.Kes )

Mengetahui,

Ketua Departemen Kesehatan Masyarakat

(7)

(Nina, SKM, M.Kes)

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Lengkap : Atila Sonmax

Nomor Pokok Mahasiswa : 02190200005

Tanggal Lahir : 29 Oktober 1991

Tahun Masuk : 2018

Peminatan : Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Nama Pembimbing : Nina, SKM, M.Kes

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN MENGEMUDI, PELATIHAN MENGEMUDI DAN ISTIRAHAT KERJA TERHADAP

(8)

PERILAKU AMAN BERKENDARA (SAFETY DRIVING) PADA PENGEMUDI DI PT. LEO JAYA TRANS

TAHUN 2021

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, Maret 2022

Yang Membuat Pernyataan

(Atila Sonmax)

(9)

Nomor Pokok Mahasiswa : 02190200005

Tempat, Tanggal Lahir : Pesa-Wawo, 29 Oktober 1991

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

No. HP : 0812 9717 8843

Alamat : Jl. Rawa Sengon Blok G Kelapa Gading, Jakut Alamat Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD Negeri Inpres Kambilo 2. SMP Negeri 1 Wawo 3. SMA Negeri 1 Wawo

4. Akademi Kesehatan Gigi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat 5. Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengalaman Mengemudi, Pelatihan Mengemudi Dan Istirahat Kerja Terhadap Perilaku Aman Berkendara (Safety Driving) Pada Pengemudi di PT. Leo Jaya Trans Tahun 2021”

sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Dr. dr. Hafizurrachman, MPH, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.

2. Bapak Dr. Sobar Darmaja, S.Psi., MKM, selaku wakil ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.

3. Ibu Astrid Novita SKM, MKM, selaku wakil ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.

(11)

5. Ibu Agustina Sari, S. ST. M.Kes, selaku Koordinator Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.

6. Seluruh dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta.

7. Seluruh pengemudi di PT. Leo Jaya Trans yang telah berbagi informasi untuk penulis.

8. Kedua orang tua yaitu, Ismail Mahmud, S.Pd dan Sumantia Kasim, S.Pd yang telah memberikan dukungan moril dan material.

9. Istri tercinta, Julfanih, S.ST, yang telah mencurahkan segala bentuk kasih sayang dan dukungan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Rekan sahabat Haerul Anwar, S.Si, M.Sc, Anas Ardiansyah, SKM, Nurliana Saputri, SKM, Syahrul Fath, S.Kom yang memberikan semangat, dukungan baik langsung maupun lewat zoom, membantu mencarikan materi, referensi, hingga tata cara penulisan skripsi ini.

(12)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hari dan penuh rasa tanggung jawab ilmiah, penulis menerima masukan saran dan kritik yang bersifat membangun, demi penyempurnaan untuk penulis di masa akan datang, semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi kita semua, Aamiin Allamumma Aamiin.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta, November 2021

Penulis

PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

SKRIPSI, NOVEMBER 2022

(13)

02190200005

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGALAMAN MENGEMUDI, PELATIHAN MENGEMUDI DAN ISTIRAHAT KERJA TERHADAP PERILAKU AMAN BERKENDARA (SAFETY DRIVING) PADA PENGEMUDI DI PT. LEO JAYA TRANS TAHUN 2021

xv+8bab+128halaman+5gambar+17tabel+6lampiran

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas masih banyak terjadi di Indonesia sebingga menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, safety driving merupakan cara yang efektif untuk menurunkan angka kejadian kecelakaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan, pengalaman mengemudi, pelatihan mengemudi dan istirahat kerja terhadap perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi di PT. Leo Jaya Trans Tahun 2021. Metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain pengumpulan data cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pengemudi yang berjumlah 51 orang, dengan teknik pengambilan sampel adalah total populasi. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari perusahaan tersebut dan data sekunder yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan hubungan tingkat pendidikan (P-value=0,265 dan OR=1,9), pengalaman mengemudi (P-value=0,002 dan OR=16,933), pelatihan mengemudi (P- value=0,002 dan OR=6,735) dan istirahat kerja (P-value=0,004 dan OR=5,625) terhadap perilaku aman berkendara (safety driving). Di harapkan pihak PT Leo Jaya Trans selalu memberikan sosialisasi kepada pengemudi nya terkait masalah

(14)

istirahat kerja yang sesuai bagi pengemudi, agar menciptakan produktivitas kerja yang optimal. Pada saat perektrutan pengemudi, dapat mempertimbangkan pengalaman kerja pengemudi. Berikan pelatihan mengemudi minimal 2 bulan sekali.

Kata kunci : Safety Driving, Tingkat Pendidikan, Pengalaman, Pelatihan, dan

Istirahat Kerja

Referensi : 40 (2015 – 2020).

GRADUATE STUDIES PROGRAM PUBLIC HEALTH INDONESIA MAJU SCHOOL OF HEALTH SCIENCE OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY (K3)

SKRIPSI, NOVEMBER 2022

ATILA SONMAX

02190200005

(15)

xv+8chapters+128pages+5pictures+17tables+6attachments

ABSTRACT

Traffic accidents still occur in Indonesia so that it causes a fairly high death rate.

Therefore, safety driving is an effective way to reduce the number of accidents.

The purpose of this study was to determine the relationship between education level, driving experience, driving training and work breaks on safety driving behavior of drivers at PT. Leo Jaya Trans 2021. Quantitative research method using a cross sectional data collection design. The research population was all drivers, totaling 51 people, with the sampling technique being the total population. The data used are primary data obtained from the company and secondary data obtained from interviews and questionnaires. Data analysis was carried out univariate and bivariate with chi square test. The results showed the relationship between education level (P-value = 0.265 and OR = 1.9), driving experience (P-value = 0.002 and OR = 16.933), driving training (P-value = 0.002 and OR = 6.735) and work breaks. (P-value=0.004 and OR=5.625) on safe driving behavior. It is hoped that PT Leo Jaya Trans will always provide socialization to its drivers regarding the issue of appropriate work breaks for drivers, in order to create optimal work productivity. At the time of hiring a driver, you can consider the driver's work experience. Provide driving training at least every 2 months.

Keywords : Safety Driving, Education Level, Driving Experience, Training,

and Work Breaks.

(16)

Reference : 40 (2015 – 2020).

(17)

HALAMAN PENGESAHAN...ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT...iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...iv

KATA PENGANTAR...v

ABSTRAK...vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...12

1.3 Pertanyaan Peneliti...14

1.4 Tujuan Penelitian...14

1.5.1 Tujuan Umum...14

1.5.2 Tujuan Khusus...14

1.5 Manfaat Penelitian...15

1.5.3 Manfaat Teoritis...15

1.5.4 Manfaat Metodologi...15

1.5.5 Manfaat Praktis...16

1.5.6 Ruang Lingkup Penelitian...17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...19

2.1 Perilaku Aman Berkendara (Safety Driving)...19

2.1.1 Pengertian Safety Driving...19

2.1.2 Manfaat Safety Driving...20

2.1.3 Faktor-faktor yang Penting dalam Safety Driving...22

(18)

2.1.4 Sintesa Safety Driving...26

2.2 Pendidikan...26

2.2.1 Pengertian Pendidikan...26

2.2.2 Jenjang Pendidikan...28

2.2.3 Tingkat Pendidikan...29

2.2.4 Sintesa Tingkat Pendidikan...30

2.3 Pengalaman Mengemudi...30

2.3.1 Pengertian Pengalaman...30

2.3.2 Sintesa Pengalaman...31

2.4 Pelatihan Mengemudi...31

2.4.1 Pengertian Pelatihan Mengemudi...31

2.4.2 Tujuan Pelatihan...33

2.4.3 Manfaat Pelatihan...33

2.4.4 Peningkatan Kompetensi dan Pelatihan...34

2.4.5 Sintesa Pelatihan Mengemudi...34

2.5 Istirahat Kerja...35

2.5.1 Pengertian Istirahat...35

2.5.2 Sintesa Istirahat...38

2.6 Landasan Teori Menuju Konsep...38

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...40

3.1 Kerangka Teori...40

3.2 Kerangka Konsep...41

3.3 Kerangka Analisis...42

3.4 Definisi Operasional...43

3.5 Hipotesis Penelitian...46

BAB IV METODE PENELITIAN...47

4.1 Jenis dan Desain Penelitian...47

4.2 Pengembangan Instrumen...47

4.3 Pengumpulan Data...48

4.3.1 Gambaran Daerah Penelitian...48

(19)

4.4.2 Pengolahan Uji Coba...50

4.4.3 Hasil Uji Coba...50

4.4.4 Pengumpulan Data...54

4.4.5 Analisis Data...56

4.4.6 Penyajian Data...59

BAB V AREA PENELITIAN...60

5.1 Tinjauan Umum Tentang Perusahaan yang di teliti...60

5.2 Visi dan Misi PT Leo Jaya Trans...61

5.2.1 Visi...61

5.2.2 Misi...61

5.3 Jasa PT Leo Jaya Trans...61

5.4 Klien PT Leo Jaya Trans...62

BAB VI HASIL PENELITIAN...63

6.1 Analisis Univariat...63

6.1.1 Distribusi Frekuensi Variabel Independen...63

6.1.2 Distribusi Frekuensi Variabel Dependen...65

6.2 Analisis Bivariat...65

BAB VII PEMBAHASAN...70

7.1 Keterbatasan Penelitian...70

7.2 Analisis Univariat...71

7.3 Analisis Bivariat...75

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN...84

8.1 Kesimpulan...84

8.2 Saran...85

DAFTAR PUSTAKA...87

(20)

DAFTAR TAB

Tabel 1. 1 Korban Kecelakaan di Korlantas Polri Tahun 2019...3 Tabel 1. 2 Wilayah penyumbang angka kecelakaan tertinggi di Indonesia...4 Tabel 1. 3 Jumlah kecelakaan lalu lintas di Provinsi Jawa Barat...5Y Tabel 2. 1 Batas Kecepatan Maksimum 2

Tabel 3. 1 Definisi Operasional 4

Tabel 4. 1 Jumlah Pengemudi PT. Leo Jaya Trans...48 Tabel 4. 2 Hasil Validitas Semua Variabel Penelitian pada pengemudi PT. Leo

Jaya Trans 2021...51 Tabel 4. 3 Hasil Reliabilitas Semua Variabel Penelitian pada pengemudi PT. Leo Jaya Trans 2021 5

Tabel 6.1 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Pengemudi PT. Leo Jaya Trans Tahun 2021...63 Tabel 6.1 2 Distribusi Frekuensi Pengalaman Mengemudi Pada Pengemudi PT.

Leo Jaya Trans Tahun 2021...63 Tabel 6.1 3 Distribusi Frekuensi Pelatihan Mengemudi Pada Pengemudi PT. Leo

Jaya Trans Tahun 2021...64 Tabel 6.1 4 Distribusi Frekuensi Istirahat Kerja Pada Pengemudi PT. Leo Jaya

Trans Tahun 2021...64 Tabel 6.1 5 Distribusi Frekuensi Perilaku Aman Berkendara (Safety Driving) Pada Pengemudi PT. Leo Jaya Trans Tahun 2021 6

Tabel 6.2 1 Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Perilaku Aman Berkendara (Safety Driving) Pada Pengemudi PT. Leo Jaya Trans Tahun 2021...65

(21)

Tabel 6.2 3 Hubungan Pelatihan Mengemudi Terhadap Perilaku Aman Berkendara (Safety Driving) Pada Pengemudi PT. Leo Jaya Trans Tahun 2021...67 Tabel 6.2 4 Hubungan Istirahat Kerja Terhadap Perilaku Aman Berkendara

(Safety Driving) Pada Pengemudi PT. Leo Jaya Trans Tahun 2021...68

(22)

DAFTAR GAMB

Gambar 3. 1 Kerangka Teori...40 Gambar 3. 2 Kerangka Konsep...41 Gambar 3. 3 Kerangka Analisis...42Y Gambar 5. 1 Jasa PT. Leo Jaya Trans...61 Gambar 5. 2 Klien PT. Leo Jaya Trans...62

(23)

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian...96 Lampiran 3 Data Hasil Penelitian...103 Lampiran 4 Hasil Pengolahan Data...106 Lampiran 5 Lembar Konsultasi...111 Lampiran 6 Form Pengajuan Judul...112

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengacu pada Undang-Undang Lalu Lintas terbaru yakni UU No. 22 Tahun 2009. Safety driving atau perilaku aman berkendara juga bisa disebut sebagai Skill-Based Driving atau berkendara dengan keterampilan, sedangkan defensive driving adalah perilaku pengemudi yang dapat menghindari kita dari masalah, baik yang disebabkan oleh orang lain maupun diri sendiri. Bisa disebut juga versi pengemudi yang lebih komprehensif karena tidak hanya butuh keterampilan tetapi juga perilaku yang baik. Mengemudi tidak hanya harus aman, efisien dan benar tetapi juga harus bertanggung jawab. Inilah yang disebut dengan Skill-Based Driving. Setiap tahun tercatat 1,35 juta orang tewas akibat kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia. Artinya setiap 24 detik terdapat satu orang kehilangan nyawa dijalanan seluruh dunia ini. WHO menambahkan, hanya dalam kurun waktu tiga tahun jumlah korban tewas di jalan raya bertambah 100.000 orang. Kini kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh utama manusia. Di Afrika kematian di jalan raya terbilang tinggi yaitu 26,6 kematian tiap 100.000 orang. Dibandingakn dengan Eropa yang hanya mencatat 9,3 kematian di jalan raya setiap 100.000 orang. Untuk bagian di Asia Tenggara jumlahnya mencapai 43 persen dari seluruh korban tewas.

(Hardoko, 2018). Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun 2019 meningkat 3 persen dibandingkan

1

(25)

tahun 2018, yakni 103.672 peristiwa menjadi 107.500 peristiwa. sedangkan jumlah korban meninggal dunia menurun 6 persen, yakni 27.910 korban jiwa menjadi 23.530 korban jiwa. (Ramadhan, 2019).

Dalam Global Status Report on Road Safety (WHO, 2015) disebutkan bahwa setiap tahun, di seluruh dunia, lebih dari 1,25 juta korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan 50 juta orang luka berat. Dari jumlah ini, 90% terjadi di negara berkembang dimana jumlah kendaraannya hanya 54%

dari jumlah kendaraan yang terdaftar di dunia. Bila kita semua tidak melakukan apapun, 25 juta korban jiwa akan berjatuhan dalam kurun waktu 20 tahun ke depan. (BAPPENAS, 2017). Menurut data Kepolisian, di Indonesia, rata-rata 3 orang meninggal setiap jam akibat kecelakaan jalan.

Data tersebut juga menyatakan bahwa besarnya jumlah kecelakaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : 61% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia yaitu yang terkait dengan kemampuan serta karakter pengemudi, 9% disebabkan karena faktor kendaraan (terkait dengan pemenuhan persyaratan teknik laik jalan) dan 30 % disebabkan oleh faktor prasarana dan lingkungan. (Rahadiansyah, 2020).

Berdasarkan data dari Insurance Institute for Highway Safety, jumlah kendaraan yang mengalami kecelakaan akibat tabrak belakang sangat tinggi dengan jumlah kematian pada kendaraan kecil sebesar 97%. Kejadian tabrak belakang di tol Cipali sekitar 37 kecelakaan setiap bulan. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merekomendasikan pemasangan alat tambahan pada bumper belakang truk trailer dan tronton untuk mencegah

(26)

3

mobil kecil tergelincir ke kolong mobil besar. Alat ini disebut Rear Underran Protection (RUP) atau Perisai Kolong Belakang. "Sebagai langkah tindak lanjut rekomendasi dari KNKT untuk meningkatkan aspek keselamatan bidang LLAJ, serta untuk menurunkan angka fatalitas akibat mobil kecil tabrak belakang mobil besar perlu dilakukan pemasangan RUP pada kendaraan bak muatan (Kementrian Perhubungan, 2020).

Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat jumlah kecelakaan lalu lintas pada 2019 meningkat sebesar 3 persen di banding tahun sebelumnya. Namun, jumlah korban meninggal dunia berkurang 6 persen di banding 2018 yakni 27.910 korban jiwa menjadi 23.530 korban jiwa.

Adapun jumlah pelanggaran lalu lintas selama 2019 juga meningkat dari tahun 2018 yakni 7.456.913 pelanggaran tilang dan 3.620.393 pelanggaran berupa teguran. (Kurniawan, 2019).

Tabel 1. 1

Korban Kecelakaan di Korlantas Polri Tahun 2019

Periode Korban Kecelakaan

31 Desember 2018 – 31 Maret 2019 28.238 orang 1 Januari 2018 – 1 April 2019 25.347 orang 1 April 2019 – 1 Juli 2019 26.839 orang Sumber: diunduh pada www.KompasOtomotif.com pada tanggal 5 Oktober 2021,

Sementara itu, sepeda motor masih menjadi jenis kendaraan yang paling banyak dalam kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2018 lalu, angkanya mencapai 36.481 kejadian. Sedangkan pada periode yang berjalan tahun 2019 ini, mencatat 5.277 kecelakaan. Diantara kendaraan besar, di bandingkan bus, rupanya truk yang paling banyak menyebabkan kecelakaan

(27)

di jalan. Tahun 2018, terjadi 3.733 kecelakaan yang melibatkan truk.

Sedangkan pada periode yang berjalan sampai saat ini, sudah mencatatat 555 kejadian. (Dananjaya, 2019).

Kecelakaan lalu lintas masih banyak terjadi di Indonesia. Tidak sedikit kecelakaan lalu lintas menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi.

Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri membeberkan data statistik kecelakaan lalu lintas di tahun 2020 pada minggu ke-32 mencapai 1.234 kejadian, 210 orang meninggal, 181 orang luka berat, dan 1464 orang luka ringan.

Khususnya wilayah yang menyumbang angka kecelakaan lalu lintas tertinggi pada minggu ke-32 dapat dilihat pada tabel berikut.

(Rahadiansyah, 2020)

Tabel 1. 2

Wilayah penyumbang angka kecelakaan tertinggi di Indonesia.

Kejadian kecelakaan

Kejadia n

Persentas e

Meningga l

Luk a berat

Luka ringa

n

Kerugian material

Polda Jawa Tengah 396 50,6 35 12 481 Rp. 329.925 Juta

Polda Jawa Timur 271 34,7 48 20 342 Rp. 322.400 Juta

Polda Jawa Barat 115 14,7 20 47 116 Rp. 167.600 Juta

Jumlah 782 100 103 79 939 Rp. 819.925 Juta

Sumber :diunduh pada www.Detik.com, pada tanggal 27 September 2021

(28)

5

Tabel 1. 3

Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Polres dan Kendaraan yang Terlibat di Provinsi Jawa Barat 2016

Kesatuan

Jumlah Kendaraan yang Terlibat Laka Lantas/ Number of Cars Involved in Accidents

Sepeda Motor/

Motorbik e

Mobil Penumpang /

Passengers Car

Mobil Beban/

Truck

Bus

Kendaraan Khusus/

Special Vehicle

Jumlah Laka/

Total Accident

s Kabupaten/Regency

01. Polres Bogor 331 87 97 10 - 357

02. Polres Sukabumi 183 39 51 6 6 158

03. Polres Cianjur 289 58 68 10 2 264

04. Polres Bandung 363 78 76 9 - 310

05. Polres Garut 542 115 62 20 6 453

06. Polres Tasikmalaya 116 16 26 3 2 97

07. Polres Ciamis 424 88 59 19 - 340

08. Polres Kuningan 229 48 22 3 - 180

09. Polres Cirebon 197 40 83 17 13 203

10. Polres Majalengka 335 53 80 19 - 319

11. Polres Sumedang 313 79 114 5 - 298

12. Polres Indramayu 979 282 188 45 2 895

13. Polres Subang 97 21 28 8 - 95

14. Polres Purwakarta 516 125 103 31 - 463

15. Polres Karawang 540 65 86 27 5 504

Kota/City

16. Polresta Bogor 191 38 29 4 - 149

17. Polresta Sukabumi 173 30 29 4 4 138

18. Polrestabes Bandung 583 200 30 12 5 470

19. Polresta Cirebon 333 60 49 11 3 265

20. Polresta Cimahi 599 127 127 17 - 481

21. Polresta Tasikmalaya 385 64 59 17 - 322

22. Polresta Banjar 141 23 21 2 1 100

7859 1736 1487 299 49 6861

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat

(29)

Kabid Humas Polri Jawa Barat Kombes Saptono Erlangga Waskitoroso mengatakan, sejak Januari angka kecelakaan lalu lintas terus menurun hingga Maret 2020. Yakni pada bulan Januari korban jiwa berjumlah 290 orang, bulan Februari korban jiwa berjumlah 236 orang, sedangkan pada bulan Maret berjumlah 175 orang. (Nazmi, 2020). Jajaran Polres Bogor memandang perlu melakukan sosialisasi kesadaran berlalu lintas tertutama di kalangan anak anak muda, meningat tingkat kecelakaan di Kab. Bogor tahun 2018 naik sebesar 34,4% dibandingakn dengan tahun 2017. Yakni sebanyak 711 kasus kecelakaan. Dari jumlah tersebut tercatat sebanyak 410 orang meninggal dunia dan 295 orang mengalami luka berat.

Pada tahun 2017 jumlah kecelakaan sebanyak 529 kasus dengan jumlah korban meninggal sebanyak 419 orang, luka berat sebanyak 200 orang, serta luka ringan 230 orang. Pada tahun 2018 jumlah kecelakaan meningkat cukup tajam sebanyak 711 kasus. Namun jumlah yang meninggal dunia mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017 yakni 410 orang.

Sementara, korban luka berat akibat kecelakaan naik sebesar 47,5 persen atau sebanyak 295 orang. Begitu pula korban luka ringan naim tajam sebesar 63,9 % tahun 2018 yaitu sebanyak 377 orang. (Natsir, 2019).

Teori Domino Heinrich, salah satu teori ternama yang menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja. Dalam teori ini terdapat lima penyebab kecelakaan, diantaranya: hereditas (mencakup latar belakang seseorang, pengetahuan yang kurang), kesalahan manusia (motivasi rendah, stress, konflik, yang berkaitan dengan fisik pekerja, dll), sikap dan kondisi tidak

(30)

7

aman (kecerobohan, tidak mematuhi prosedur kerja, tidak menggunakan APD, tidak mematuhi rambu-rambu ditempak kerja), kecelakaan kerja (terpeleset, luka bakar, tertimpa benda ditempat kerja terjadi karena adanya kontak dengan sumber bahaya), dan dampak kerugian (terbagi menjadi kerugian bagi pekerja itu sendiri, pengusaha dan kunsumen). (Safetysign, 2015).

Safety driving adalah mengemudi dengan keahlian dan pengalaman yang tinggi ditambah dengan sikap yang baik serta konsetrasi yang berkesinambungan. Para pengemudi juga harus mengingat empat kunci untuk menjadi pengemudi yang defensive. Alertness (kewaspadaan), awareness (kesadaran), attitude (sikap, mental) serta anticipation (antisipasi, menjaga segala kemungkinan). (Billy, 2015). Safety driving dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor manusia seperti umur, pendidikan, lama bekerja, pengetahuan, faktor kendaraan seperti kapasitas muatan penumpang, peran atasan dan peran rekan teman kerja. (Hidayat Budi Nugraha, Ekawati and Wahyuni, 2019).

Menjadi seorang pengendara, baik pengendara mobil ataupun motor di jalan raya harus mempunyai peraturan dan juga sikap yang disiplin, memang benar semua pengendara ingin perjalanan yang nyaman, cepat dan juga mudah. Namun juga perlu anda sadari bahwa jalanan bukan milik pribadi, banyak pasang mata yang juga menggunakan jalan sebagai jalur tujuan mereka. Berikut tips kendaraan yang aman di jalan raya, agar perjalanan aman, nyaman untuk anda dan pengguna jalan lain, yaitu: periksa

(31)

kendaraan anda, atur posisi mengemudi, gunakan sabuk pengaman, ikuti arus lalu lintas, atur kecepatan berkendara, sering periksa kaca spion, gunakan jalur kanan untuk menyelinap, jangan menggunakan ponsel, istirahat jika mengantuk, jagalah penglihatan pada malam hari. (Contact, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman berkendara (safety driving), menurut beberapa penelitian terdahulu yaitu: Surat Ijin Mengemudi (SIM), Alat Pelindung Diri (APD), umur, masa kendaraan, pengetahuan, masa kerja, peran rekan kerja, sikap, safety brefing, pelatihan peran atasan, kondisi kendaraan, pengalaman, pengetahuan, sikap informan, pelatihan, perilaku, pengawasan, kondisi jalan.

Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku aman berkendara (Safety Driving) adalah berhubungan, namun hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian “hubungan anatar faktor keselamatan berkendara dengan perilaku keselamatan berkendara kelas 2 SMK PGRI 4 Surabaya”, dimana diketahui nahwa mayoritas responden memiliki perilaku yang aman dalam berkendara, namun mengendarai sepeda motor tanpa membawa SIM, tidak memakai masker. Umur, masa berkendara dan pengetahuan keselamatan berkendara tidak di temukan hubungannya dengan perilaku keselamatan berkendara. (Muryatma, 2018). Sedangkan penelitian lain yang serupa, hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku aman berkendara (Safety Driving) adalah berhubungan, sesuai dengan penelitian Ade Dita Puteri dan Azimah Mardyatun Nisa tetang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

(32)

9

perilaku safety driving pada supir travel di PT. Libra Wisata Transport”, memumjukkan bahwa umur (P-value 0,002), masa kerja (P-value 0,027), pendidikan (P-value 0,011), lama kerja (P-value 0,028), dan kelengkapan berkendara (P-value 0,020) berhubungan dengan perilaku safety driving.

(Puteri and Nisa, 2020)

Pengalaman mengemudi berhubungan dengan perilaku aman berkendara (Safety Driving) adalah berhubungan, sesuai dengan penelitian Wahyuni dkk tentang “Faktor yang berhubungan dengan praktik safety driving pada pengemudi ankutan kota jurusan Banyumanik-Johar di Semarang”, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan (P-value 0,763), masa kerja (P-value 0,471), peran rekan kerja (P-value 0,616), peran atasan (P- value 1), dan kondisi kendaraan (P-value 0,108) tidak berhubungan dengan safety driving, sedangkan pengalaman (P-value 0,041) berhubungan dengan safety driving. (Wahyuni, Kurniawan and Adinugroho, 2015). Pengalaman mengemudi berhubungan dengan perilaku aman berkendara (Safety Driving) adalah berhubungan, namun tidak sesuai dengan hasil penelitian Insyafia Amalia Khusnul yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku Safety Driving pada pengemudi bus akap trayek Jakarta- Yogyakarta tahun 2020” menunjukkan bahwa ada huungan antara pengetahuan safety driving (P-value 0,003), pelatihan mengemudi (P-value 0,001) dengan perilaku safety driving. Serta tidak ada hubungan antara pengalaman mengemudi (P-value 1,000) dengan perilaku safety driving.

Maka dari itu dibutuhkan pengetahuan safety driving dan pelatihan

(33)

mengemudi untuk meningkatkan perilaku safety driving. (Amalia Khusnul, 2020).

Pelatihan mengemudi berhubungan dengan perilaku aman berkendara (Safety Driving) adalah berhubungan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutya Ayuningtyas, dkk tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik safety driving pada pengemudi Road Tank PT.

Pertamina EP Asset 4 Field Cepu” menunjukkan bahwa masa kerja (P-value 0,39), tingkat pendidikan (P-value 0,817), peran rekan kerja (P-value 0,137), tidak berhubungan dengan praktik safety driving, sedangkan kondisi kendaraan (P-value 0,001), keikutsertaan pelatihan (P-value 0,025), pengetahuan (P-value 0,044), kondisi jalan (P-value 0,001) berhubungan dengan praktik safety driving. (Ayuningtyas, Kurniawan and Wahyuni, 2016). Penelitian lain juga menunnjukan bahwa Pelatihan Mengemudi berhubungan dengan perilaku aman berkendara (Safety Driving), sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Avendika Bagoes Prasetya dkk, yang menunjukkan bahwa sikap, pelatihan, peraturan, kondisi kendaraan, peran rekan kerja dan pengetahuan menunjukkan ada hubungan dengan safety driving. (Prasetya, Kurnaiwan and Wahyuni, 2016)

Aspek istirahat kerja berhubungan dengan perilaku aman berkendara (Safety Driving) adalah berhubungan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dedy Domis dan Padyo tentang “faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja pengemudi kendaraan operasional terhadap kecelakaan kerja di PT. ISS Indonesia” menunjukkan bahwa faktor usia dan faktor durasi

(34)

11

mengemudi secara terus menerus lebih dari 12 jam berpengaruh terhadap kelelahan kerja, sedangkan faktor pelatihan tentang cara mengemudi yang aman (safety driving) tidak berpengaruh terhadap kelelahan kerja, namun dapat menjadi faktor pendukung terjadinya kecelakaan kerja. (Domis and Padyo, 2018).

PT Leo Jaya Trans adalah perusahaan yang bergerak di bidang transportasi pengangkutan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), non B3 dan juga general cargo. PT Leo Jaya Trans sudah memiliki izin pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) dari Dinas Perhubungan RI, juga rekomendasi pengangkutan dari Kementrian Lingkungan Hidup, dan Izin Penyelenggaraan dari Kemetrian Perhubungan.

Lokasi pool saat ini berada di Jakarta Timur dan Bogor.

Hingga penelitian ini dilakukan, belum didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman berkendara (safety driving) pada PT. Leo Jaya Trans, pengamatan awal observasi di perusahaan ini, dimana dalam satu tahun terakhir terjadi 3 kecelakaan. Pertama, kecelakaan menabrak mobil pribadi di ruas tol Cikampek yang menyebabkan kerugian material untuk perusahaan. Kedua, menabrak dinding perusahaan konsumen juga menyebabkan kerugian material karena harus mengganti rugi. Dan yang ke tiga menabrak pembatas jalan di ruas tol Gunung Putri yang menyebabkan pengemudi mengalami luka ringan dan harus di bawa ke klinik. Akibat dari kecelakaan tersebut dapat menimbulkan kerugian materi, waktu dan bahkan bisa merenggut nyawa.

(35)

Jika hal tersebut di biarkan, kemungkinan akan mengalami banyak kerugian yang dialami, karena permasalahan lalu lintas bermacam-macam, terutama karena faktor manusia, yaitu kemampuan berkendara dan karakter pengemudi tersebut, misalnya, kebiasaan pejalan kaki menyebrang tidak pada waktu yang tepat dan tidak pada tempat penyebrangan, tidak menggunakan seat belt saat mengemudi, saat berkendara tidak memahami dan menaati rambu-rambu lalu lintas. Selain banyak kerugian yang disebutkan diatas, pembekuan perijinan operasi bahkan penutupan dari perusahaan tersebut.

Berdasarkan data primer, sekunder dan peninjauan lapangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku aman berkendara (safety driving) dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengalaman Mengemudi, Pelatihan Mengemudi Dan Istirahat Kerja Terhadap Perilaku Aman Berkendara (Safety Driving) Pada Pengemudi di PT. Leo Jaya Trans Tahun 2021”

Karena masih tinggi nya angka kecelakaan akibat kerja yang dialami oleh pengemudi PT. Leo Jaya Trans, baik dari dalam diri pengemudi itu sendiri, maupun kebijakan yang di berikan oleh perusahaan pada saat mengemudi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan di PT. Leo Jaya Trans dengan survey melihat data keluar masuk kendaraan pada perusahaan

(36)

13

tersebut pada tahun 2019, untuk kendaraan mobil cargo 42.875 kali beroperasi, sedangkan untuk truk itu sendiri beroperasi sebanyak 54.342 kali dalam setahun terkahir. Menurut hasil wawancara dan menggunakan kuesioner kepada 10 orang pengemudi, bahwa 4 orang memiliki perilaku aman berkendara yang ditandai dengan selalu mentaati peraturan lalu lintas, tetap menjaga kondisi kendaraan tetap prima, dan selalu menggunakan sabuk pengaman (seat belt) saat mengemudi, hal ini didasarkan antara lain karena jam terbang pengalaman mengemudi yang tinggi dan telah melakukan pelatihan mengemudi, serta cukup mendapatkan waktu istirahat.

Sedangkan 6 orang lainnya memiliki perilaku berkendara yang kurang aman di tandai dengan jarang menggunakan sabuk pengaman (seat belt), pada saat terburu-buru menambah kecepatan kendaraan, dan sering menerima telepon ada saat mengemudi, karena kurangnya pengalaman mengemudi, belum pernah mengikuti pelatihan mengemudi, dan waktu istirahat yang sangat kurang. Bersadarkan aspek tingkat pendidikan, 1 diantaranya memiliki latar belakang pendidikan SMP, sedangkan 7 orang lainnya berlatarbelakang pendidikan SMA/SMK, 2 orang lainnya memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi. Sehingga para pengemudi di PT. Leo Jaya Trans masih banyak yang belum menerapkan perilaku aman berkendara (safety driving).

Pentingnya penelitian ini dilakukan agar pengemudi lebih sadar akan keselamatan diri dan orang lain pada saat berkendara, terutama pada saat bekerja atau mengangkut limbah B3 di PT Leo Jaya Trans. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Tingkat

(37)

Pendidikan, Pengalaman Mengemudi, Pelatihan Mengemudi Dan Istirahat Kerja Terhadap Perilaku Aman Berkendara (Safety Driving) Pada Pengemudi di PT. Leo Jaya Trans Tahun 2021”.

1.3 Pertanyaan Peneliti

Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengalaman, pelatihan, dan istirahat kerja dengan perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi di PT Leo Jaya Trans Tahun 2021?

1.4 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pendidikan, pengalaman mengemudi, pelatihan mengemudi dan istirahat kerja terhadap perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi di PT. Leo Jaya Trans Tahun 2021.

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran tingkat pendidikan, pengalaman, pelatihan, istirahat kerja dan perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi di PT Leo Jaya Trans Tahun 2021.

(38)

15

b. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan pengemudi dengan perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi di PT Leo Jaya Trans Tahun 2021.

c. Diketahuinya hubungan antara pengalaman pengemudi dengan perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi di PT Leo Jaya Trans Tahun 2021.

d. Diketahuinya hubungan antara pelatihan mengemudi dengan perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi di PT Leo Jaya Trans Tahun 2021.

e. Diketahuinya hubungan antara istirahat kerja dengan perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi di PT Leo Jaya Trans Tahun 2021.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.3 Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis tidak menghasilkan teori baru, tetapi memberikan informasi, edukasi dan referensi mengenai hubungan tingakt pendidikan, pengalaman, pelatihan dan istirahat kerja terhadap perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi di PT Leo Jaya Trans Tahun 2021, dan peneliti menawarkan salah satu jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut.

(39)

1.5.4 Manfaat Metodologi

Dalam penelitian ini tidak menghasilkan konsep metodologi baru, tetapi hanya mengembangkan metodologi lama dengan menerapkan beberapa variabel serta menghubungkan dan memprediksi terhadap hasil yang kelak akan di tuju.

1.5.5 Manfaat Praktis

1. Untuk PT Leo Jaya Trans

Hasil penelitian ini memberikan informasi berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengalaman mengemudi, pelatihan mengemudi dan istirahat kerja terhadap perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudinya.

2. Bagi Pengemudi PT Leo Jaya Trans

Hasil penelitian ini di harapkan agar PT Leo Jaya Trans dapat melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap pengemudi agar pengemudi selalu merasa aman dan nyaman dalam setiap melakukan pekerjaan nya.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini di harapkan menambah ilmu pengetahuan atau wawasan di bidang safety driving, kecelakaan akibat kerja, serta dapat menjadi sarana belajar untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

(40)

17

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian yang dimiliki oleh instansi dan dapat memberikan informasi berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengalaman mengemudi, pelatihan mengemudi dan istirahat kerja terhadap perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi di PT. Leo Jaya Trans.

1.5.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Leo Jaya Trans, karena hasil study pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang pengemudi menggunakan wawancara dan kuesioner bahwa 4 orang memiliki perilaku aman berkendara (Safety Driving). Sedangkan 6 orang lainnya memiliki perilaku berkendara yang kurang aman. Bersadarkan aspek tingkat pendidikan, 1 orang pendidikan terakhir SMP, 7 orang orang pendidikan terakhir SMA/SMK dan 2 orang orang pendidikan terakhir perguruan tinggi. Berdasarkan keikutsertaan pelatihan mengemudi, 6 orang sudah mengikuti pelatihan mengemudi dan 4 orang lainnya belum mengikuti pelatihan mengemudi. Sedangkan berdasarkan istirahat kerja, 6 dari 10 orang mengemukakan waktu istirahat yang sangat kurang. Angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas pada bulan Januari 2020 berjumlah 290 korban jiwa, bulan Februari berjumlah 236 korban jiwa, dan pada bulan Maret berjumlah 175 korban jiwa.

(41)

Penelitian ini bermaksud mengetahui hubungan tingkat pendidikan, pengalaman mengemudi, pelatihan mengemudi, dan istirahat kerja terhadap perilaku aman berkendara (safety driving) pada pengemudi di PT. Leo Jaya Trans Tahun 2021. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2021, yang bertindak sebagai responden dalam penelitian ini yaitu pengemudi di PT Leo Jaya Trans. Jumlah pengemudi yang dianalisis sebagai responden yaitu sebanyak 51 pengemudi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pengumpulan data cross sectional, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada saat waktu tertentu, yakni pada saat penelitian berlangsung.

Dengan maksud utama untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan, pengalaman mengemudi, pelatihan mengemudi dan istirahat kerja terhadap perilaku aman berkendara (safety driving). Sumber data yang digunakan peneliti ada dua, yaitu data primer yang diperoleh dari perusahaan tersebut dan data sekunder yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner. Teknik pengambilan sampel adalah Total Populasi, yaitu teknik penentuan sampel yang menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel. Penyajian data yang sudah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Aman Berkendara (Safety Driving) 2.1.1 Pengertian Safety Driving

Safety driving adalah perilaku mengemudi yang mengacu pada standar keselamatan berkendara dengan keterampilan dan pengalaman berdasarkan standar keselamatan dan cara berkendara yang aman, selamat dan benar, ditambah dengan sikap mental positif dan kewaspadaan secara terus menerus dan bisa dikatakan lebih mengedapankan keterampilan seseorang. (Nusantara Traisser, 2019).

Safety driving adalah berkendara dengan keterampilan dan pengalaman berdasarkan standar keselamatan dan cara berkendara yang aman, selamat dan benar yang berfokus pada diri pengemudi itu sendiri, lebih pada keterampilan seseorang. Sebagai contoh seseorang aka menyalip kendaraan di depannya. Ia paham bahwa mobilnya punya cuku kemampuan dan ia melihatcelah kecil yang cuku untuk menyalip.

Namun ia tidak memikirkan, apakah keputusannya untuk mengambil celah kecil tersebut dapat menimbulkan kekagetan bagi pengendara lain atau tidak. Dalam hal ini ia sudah melakukan safety driving.

(Sudjatmiko, 2019) Safety driving adalah mengemudi dengan keahlian dan pengalaman yang tinggi ditambah dengan sikap yang baik serta

19

(43)

konsetrasi yang berkesinambungan. Para pengemudi juga harus mengingat empat kunci untuk menjadi pengemudi yang defensive.

Alertness (kewaspadaan), awareness (kesadaran), attitude (sikap, mental) serta anticipation (antisipasi, menjaga segala kemungkinan).

(Billy, 2015)

Berdasarkan penjelasan tersebut jelas bahwa safety driving merupakan cara yang efektif untuk menurunkan angka kejadian kecelakaan akibat pengemudi yang kurang perhatian saat mengemudi ataupun pengemudi yang kurang berpengalaman.

2.1.2 Manfaat Safety Driving

Bagi karyawan yang menggunakan kendaraan perusahaan sebagai fasilitas transportasi, keselamatan dalam mengemudi merupakan bagian dari keselamatan kerja. Diperkirakan 9 dari 10 hilangnya waktu yang terjadi karena cedera, mengakibatkan libur kerja, dan tidak terhitung banyaknya karyawn yang tidak masuk karena harus merawat anggota keluarganya yang cedera. Untuk itu pemberian pelatihan mengenai safety driving akn sangat berguna utnuk meningkatkan kesadaran pengemudi akan pentingnya keselamatan di jalan raya. Adapun pelatihan safety driving ini ditetapkan sebagai program yang di jamin dapat menciptakan keuntungan sebagai berikut:

(44)

21

a. Menurunnya jumlah kerusakan mobil perusahaan akibat kecelakaan. Menurunnya jumlah mobil perusahaan yang mengalami kecelakaan akan membantu perusahaan dalam mengontrol biaya asuransi maupun perbaikan mobil menjadi lebih kecil dan berkurangnya jumlah waktu kerja yang hilang bagi pengemudi karena telah terhindar dari bahaya kecelakaan.

b. Menurunnya jumlah waktu absensi yang disebabkan oleh cedera (injury). Ketika supir perusahaan terlibat dalam suatu tabrakan, nilai asuransi yang dibutuhkan akan semakin mahal. Disamping itu, tanpa melihat apakah tabrakan ini terjadi saat bekerja atau tidak sedang bekerja, akan diperlukan tingginya biaya tidak langsung yang harus dikeluarkan, yang meliputi biaya perawatan, waktu penyembuhan, biaya pelatihan, hilangnya/menurunnya produktivitas, bahkan mungkin perekrutan uang pegawai.

c. Kebiasaan mengemudi yang aman untuk selamanya. Seseorang yang telah mendapatkan pelatiahn safety driving diharapkan dapat memahami pentingnya pengemudi yang aman, sehingga akan selalu menerapkan dalam kehidupan sehari0hari saat mengemudi kendaraan, agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak di harapkan.

(Oktarina, 2011)

(45)

Bedasrakan uraian di atas, maka safety driving sangat penting untuk diterapkan agar seluruh pengemudi dapat mengemudi dengan selamat.

2.1.3 Faktor-faktor yang Penting dalam Safety Driving

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan RI No 85 tahun 2018 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan Angkutan Umum, pada lampiran 4 : Contoh prosedur Keselamatan Pengoperasian Kendaraan Bermotor adalah sebagai berikut:

2.1.3.1 Kelengkapan Standar Berkendara

Kelengkapan standar yang harus diperiksa oleh pengemudi/mekanik untuk kendaraan bermotor:

a. Sabuk pengaman

b. Alat Pemadan Api Ringan

c. Kotak P3K

(46)

23

d. Tanda peringatan: Dilarang Merokok! Gunakan Sabuk Pengaman!

e. Penghapus kaca

f. Lampu bahaya

g. Klakson

h. Rem

i. Air radiator dan air accu

j. Buku catatan servis

k. Dokumen kendaraan bermotor (STNK/BPKB)

l. Kotak peralatan (Tool box kit)

m. Palupemecah kaca

n. Segitiga pengaman, dsb. (PM 69 Tahun 2018, 2018)

2.1.3.2 Sebelum Mengemudi

(47)

a. Setiap pengemudi diwajibkan untuk memeriksa dan meneliti kondisi kendaraan bermotor setiap hari sebelum dihidupkan baik dari segi keberadaan perlengkapannya dan kondisi perlengkapan tersebut.

b. Selalu menjaga kebersihan kendaraan bermotornya.

c. Setiap pengemudi kendaraan bermotor harus memiliki surat ijin mengemudi (SIM) minimal pengemudi harus mempunyai sim B2.

d. Pastikan kendaraan bermotor yang dipakai telah dilengkapi dengan dokumen yang masih berlaku, seperti STNK.

e. Setiap pengemudi harus memahami dan mematuhi perundangan mengenai lalu lintas yang berlaku dan rambu- rambu/tanda lalu lintas.

f. Sebelum menghidupkan mesin kendaraan bermotor harus dipastikan bahwa gigi persneling dalam posisi nol dan rem tangan terpasang.

g. Setiap pengemudi harus dalam kondisi sehat, tidak diperkenankan mengemudikan kendaraan bermotor dalam

(48)

25

kondisi mabuk, mengantuk dan kondisi lainnya yang membahayakan.

h. Pengemudi harus memastikan semua perlengkapan kendaraan bermotor yang penting berfungsi dengan baik, seperti wiper (alat yang berfungsi sebagai pembersih air sewaktu hujan), lampu, klakson dan alarm sewaktu kendaraan bermotor mundur serta tekanan angin pada ban cukup.

i. Pengemudi harus memastikan semua perlengkapan kendaraan bermotor sudah tersedia di dalam kendaraan bermotor, seperti : dongkrak, kunci roda dan kunci-kunci lainnya yang diperlukan, senter, alat pemadam kebakaran portabel, Kotak P3K, segitiga pengaman dan perlengkapan lainnya yang disyaratkan dalam peraturan lalu lintas.

j. Setiap pengemudi yang mendapat tugas untuk kepentingan dinas perusahaan diluar lokasi kerja/keluar daerah/perjalanan yang cukup jauh, harus mendapat ijin dari pejabat yang berwenang terlebih dahulu dan dilengkapi dengan surat tugas/surat jalan. Gunakan peta untuk memudahkan route perjalaan.

(49)

2.1.3.3 Saat Mengemudi

a. Nyalakan lampu depan pada saat fajar dan senja hari minimal 30 menit sebelum matahari terbenam dan 30 menit sesudah fajar.

b. Tidak diperkenankan menggunakan handphone dan radio panggil pada saat mengemudikan kendaraan bermotor, gunakan pada saat berhenti.

c. Jangan minum, makan dan merokok saat mengemudi.

d. Jalankan kendaraan bermotor anda pada kecepatan yang aman dan patuhi batas kecepatan maksimum yang berlaku.

Tabel 2. 1

Batas Kecepatan Maksimum

Kecepatan (km/jam)

Jarak minimal (meter)

Jarak aman (meter)

30 15 30

40 20 40

50 25 50

60 40 60

70 50 70

80 60 80

90 70 90

100 80 100

110 90 110

120 100 120

(50)

27

Sumber: (Andy, 2015), dilihat pada tanggal 10 Oktober 2021

e. Jaga jarak aman antara kendaraan bermotor, hormati penumpang, pengendara lain serta pejalan kaki.

f. Istirahat ½ jam sesudah mengemudi selama 3 jam.

g. Laporkan segera apabila terjadi kecelakaan. Beri keterangan secara rinci untuk memudahkan penyelidikan.

h. Pastikan pengemudi dan semua penumpang sudah memakai sabuk pengaman. Jika tidak ada yang patuh segera laporkan.

2.1.3.4 Setelah Mengemudi

(51)

a. Sebelum meninggalkan kendaraan bermotor setelah kegiatan operasi berakhir, pengemudi diwajibkan membersihkan / mencuci kendaraan bermotor ditempat yang telah disediakan.

b. Parkirkan kendaraan bermotor ditempat yang telah ditentukan.

c. Pastikan kendaraan bermotor dalam keadaan terkunci, dan rem tangan difungsikan. Simpanlah kunci ditempat yang telah ditentukan.

2.1.4 Sintesa Safety Driving

Safety driving adalah tindakan pengemudi yang dilakukan sebelum mengemudi, saat mengemudi dan setelah mengemudi, guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan mampu diterapkan di PT.

Leo Jaya Trans.

2.2 Pendidikan

2.2.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia, baik secara terstruktur maupun tidak

(52)

29

terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud). Semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama Sembilan tahun, enam tahun di SD dan tiga tahun di SMP, saat ini pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

(Wikipedia, 2019)

Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan menurut para ahli: Soekidjo Notoatmodjo, menjelaskan bahwa pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Menurut Oemar Hamalik, pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin agar menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan maasyarakat. Menurut Ibnu Sina, pendidikan adalah proses untuk

(53)

membentuk perkembangan anak dan membiasakan kebiasaan yang baik dan sifat-sifat yang baik menjadu faktoor utama guna mencapai kebahagiaan anak, oleh karena itu orang yang ditiru hendaklah menjadi pemimpin yang baik. Menurut Plato, pendidikan adalah suatu yang dapat membantu perkembangan individu dari jasmani dan akall dengan sesuatu yang dapat memungkinkan tercapainya sebuah kesempurnaan.

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah permintaan dalam kehidupan anak-anak, intinya adalah suatu pendidikan mengarah semua kekuatan yang ada di alam agar peserta didik sebagai manusia dan anggota masyarakat dalam mencapai keselamatan yang tinggi dan kebahagiaan hidup.

2.2.2 Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

a. Pendidikan Anak Usia Dini, mengacu UU Nomor 20 Tahun 2003, pasal 1 butir 14, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahirsampai dengan usai enam tahun yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

(54)

31

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Pendidikan Dasar, merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 tahun yaitu SD selama 6 tahun dan SMP selama 3 tahun. Pendidikan dasar merupakan program wajib belajar.

c. Pendidikan Menengah, merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar, yaitu SMA selama 3 tahun waktu tempuh pendidikan.

d. Pendidikan Tinggi, adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, magister, doctor dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. (Wikipedia, 2019)

2.2.3 Tingkat Pendidikan

a. Prasekolah, dari kelahiran sampai usia 3 tahun, kanak-kanak Indonesia pada umumnya tidak memiliki akses terhadap pendidikan formal. Dari usia 3 sampai 4 atau 5 tahun, mereka memasuki taman kanak-kanak.

(55)

b. Sekolah Dasar, kanak-kanak berusia 6-11 tahun memasuki Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). tingkat pendidikan ini wajib bagi seluruh warga Negara Indonesia berdasarkan konstitusi nasional.

c. Sekolah Menengah Pertama, SMP atau MTs adalah bagian dari pendidikan dasar di Indonesia, setelah tamat dari SD/MI, para siswa dapat memilih untuk memasuki SMP atau MTs selama tiga tahun pada kisaran usia 12-14 tahun.

d. Sekolah Menengah Atas, di Indonesia pada tingkatan ini terdapat tiga jenis sekolah, yaitu sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah (MA). Untuk siswa SMA dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, sedangkan SMK dipersiapkan untuk dapat langsung bekerja.

e. Pendidikan Tinggi, setelah tamat dari SMA atau MA, para siswa dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Pendidikan tinggi di Indonesia terbagi menjadi dalam dua kategori: yakni negeri dan swasta. Keduanya dipandu oleh Kementerian Pendidikan Nasional.

Terdapat beberapa jenis lembaga pendidikan tinggi; misalnya, Universitas, sekolah tinggi, institusi, akademi dan paliteknik.

(Wikipedia, 2019)

(56)

33

2.2.4 Sintesa Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan pengemudi adalah karier atau jenjang pendidikan formal terakhir yang telah dilalui oleh pengemudi pada saat diterima bekerja di PT. Leo Jaya Trans.

2.3 Pengalaman Mengemudi 2.3.1 Pengertian Pengalaman

Menurut teori Max Weber menyatakan bahwa setiap individu akan melakukan suatu tindakan berdasarkan lama kerjanya atau pengalamannya. Seorang yang baru belajar mengemudi akan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih sedikit dalam mengemudi dan bagaimana cara mengantisipasi setiap bahaya, bila dibandingkan dengan orang yang sudah bertahun-tahun mengemudikan mobil. Utami. (Andy, 2015)

Riskiansah dan Zain (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengendara kelompok usia muda cenderung melakukan inattention violation (pelanggaran yang tidak disengaja) namun cenderung melakukan kesalahan pengambilan keputusan ketika berkendara karena pengalaman yang masih terbatas. Peter Kissinger

(57)

dalam Hamid (2008), menyatakan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh nomor satu bagi pengemudi berusia muda yang belum berpengalaman. (Andy, 2015)

2.3.2 Sintesa Pengalaman

Pengalaman mengemudi adalah total lamanya pengemudi mulai mengemudikan kendaraan (mobil) baik di perusahaan lain atau tempat lain sebelum dan / atau saat bekerja di PT. Leo Jaya Trans.

2.4 Pelatihan Mengemudi

2.4.1 Pengertian Pelatihan Mengemudi

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan dalam waktu relatif singkat dan dengan metode lebih mengutamakan praktik daripada teori. Mendefinisikan pelatihan atau training sebagai suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari karyawannya sesuai dengan keinginan perusahaan. Mangkuprawira berpendapat bahwa pelatihan bagi karyawan adalah sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar

(58)

35

karyawan semakin terampil dan mapu dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik sesuai dengan standar.

Pelatihan merupakan unsur penting dalam mendukung Sistem Manajemen Keselamatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kompetensi pekerja khususnya pengemudi untuk menjalankan tugas dengan aman dan selamat. (PM 69 Tahun 2018, 2018).

Michael McHale, Group Communication Manager BMW seperti menyatakan bahwa pelatihan safety driving merupakan salah satu cara yang paling penting untuk menurunkan angka kejadian kecelakaan lalu lintas, walaupun saat ini telah banyak mobil-mobil dilengkapi berbagai macam sistem pengaman. Lehtimaki, Juden-Tuppaka, dan Tolvanen menyatakan bahwa dengan pelatihan safety driving dapat mempengaruhi seseorang dalam meningkatkan perilaku mengemudi di jalan raya.

Pelatihan mengenai safety driving ini harus diulang setiap 2 tahun.

Pekerja yang tidak mendapatkan pelatihan mempunyai kecenderungan lebih besar untuk melakukan tindakan tidak aman yang menjadi salah satu pemicu terjadinya kecelakaan. Memberikan pelatihan bagi pekerja merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan. pelatihan merupakan kunci utama untuk mengatur, mengendalikan, dan mengubah perilaku manusia. (Andy, 2015)

(59)

2.4.2 Tujuan Pelatihan

1. Membentuk siswa didik yang memiliki kemampuan mengemudi kendaraan bermotor terampil, benar, aman dan bertanggung jawab.

2. Menjadikan peserta didik sebagai pengemudi yang memiliki integritas dan pengetahuan berlalulintas di jalan raya guna terciptanya tertib disiplin dan berlalulitas.

3. Menciptkan kelulusan siswa terbaik yang selalu memprioritaskan keselamatan dialan raya sebagai faktor utama

4. Memberikan pelatihan kepada para pencari pekerjaan dibidangnya (Kementerian Ketenagakerjaan RI, 2020)

2.4.3 Manfaat Pelatihan

Adapun manfaat dari pelatihan adalah:

1. Meningkatkan produktivitas, baik kualitas maupun kuantitas.

(60)

37

2. Meningkatkan moral kerja yang mendukung terciptanya suatu kerja yang harmonis dan dengan hasil kerja yang meningkat.

3. Karyawan akan semakin percaya kemampuannya.

4. Menurunkan angka kecelakaan kerja.

5. Meningkatkan stabilitas dan fleksibilitas karyawan

6. Membantu mengembangkan pribadi karyawan.

2.4.4 Peningkatan Kompetensi dan Pelatihan

1. Peningkatan kompetensi dan pelatihan berupa:

a. Terpenuhinya persyaratan kempotensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

b. Adanya program pelatihan bagi awak kendaraan bermotor dan mekanik sesuai dengan kebutuhan secara berkala.

2. Peningkatan kompetensi dibuktikan dengan sertifikat profesi pengemudi.

3. Pelatihan dapat diselenggarakan oleh:

(61)

a. Perusahaan Angkutan Umum, secara berkala berdasarkan matriks kebutuhan analisis pelatihan; atau

b. Agen Pemegang Merek (APM), dibuktikan dengan sertifikat pelatihan yang diterbitkan oleh Agen Pemegang Merek (APM) tersebut. (PM 69 Tahun 2018, 2018)

2.4.5 Sintesa Pelatihan Mengemudi

Pelatihan mengemudi adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan, agar seseorang semakin terampil dan mampu dalam melaksanakan tanggung jawab dengan baik. Pelatihan mengenai safety driving ini harus diulang setiap 2 tahun.

2.5 Istirahat Kerja

2.5.1 Pengertian Istirahat

Istirahat kerja adalah waktu untuk memulihkan setelah melakuakn pekerjaan untuk waktu tertentu. Sudah merupakan kewajiban dari perusahaan untuk memberikan waktu istirahat kepada pekerjanya.

Istirahat kerja ini telah di atur oleh pemerintah Republik Indonesia dalam

(62)

39

Undang-Undang No 13 Tahun 2003. Dalam pasal 79 menyebutkan bahwa:

(1). Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh.

(2). Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi:

a. istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;

b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;

c. cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan

d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing- masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja

(63)

selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

(3). Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. (UU No 13 Tahun 2003, 2003).

Dr. Sara C. Mednik dalam bukunya “Take a Nap! Change Your Life” justru menganjurkan waktu isrirahat diantara jam kerja digunakan untuk tidur siang. Menurutnya, tidur siang membantu proses memori, kesiagaan dan belajar hal baru. NASA juga menyetujui hal yang sama.

Penelitian mereka menunjukkan bahwa tidur siang selama 26 menit bisa meningkatkan performa sebanyak 34%. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa power nap selama 20 menit di siang hari memberikan tubuh kesempatan untuk berisitrahat lebih baik dibandingkan tidur dengan waktu yang sama di pagi hari. Naturally, tubuh mulai merasakan kelelahan setelah terjaga selama 8 jam, karena itulah tidur siang merupakan saat yang tepat untuk mengembalikan kesegaran tubuh. RNO (2010) dalam (Andy, 2015)

(64)

41

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (P2PTM Kemenkes RI) istirahat yang cukup harus memenuhi syarat kuantitas dan kualitas yang baik. Kuantitasnya yaitu tidur malam minimal 7 jam setiap hari, sedangkan kualitasnya tidak sering terbangun saat tidur, bangun di pagi hari dengan segar, dan dapat tidur dengan mudah 30 menit setelah berbaring. Setiap orang membutuhkan istirahat agar tubuh dan pikirannya kembali segar. Saat terlelap otak akan membersihka racun-racun tidak berguna yang terbentuk ketika kita berpikir seharian. Tidur adalah salah satu istirahat terbaik bagi tubuh yang dapat mengembalikan energi sehingga seseorang siap menjalankan aktivitas pada keesokan harinya.

Kerja terus menerus meningkatkan resiko kecelakaan, meningkatkan tingkat stress, dan bahkan menyebabkan rasa sakit fisik. Menurut statistic terbaru dari dari Organisasi Buruh Internasional, lebih dari 400 juta pekerja di seluruh dunia bekerja 49 jam atau lebih per minggu, proporsi yang cukup besar dari hamper 1,8 miliar total tenaga kerja di seluruh dunia. Sekilas tampaknya sudah jelas, orang yang terlalu banyak bekerja, maka lebih mungkin untuk mengalami kecelakan di tempat kerja, hal tersebut dikarenakan pekerjaan yang beresiko juga memiliki jam kerja yang lebih menuntut. (P2PTM Kemenkes RI, 2018a)

Berbagai penelitian menunjukkan istirahat malam yang baik dapat membantu kita tetap sehat jiwa maupun raga, para peneliti juga menyatakan tidur mungkin cara terbaik untuk membantu daya ingat dan

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik (Menurut Undang,Undang Dasar

Arus yang terukur dari adaptor 0,14A, sensor infra merah dapat mendeteksi pada jarak + 35 cm, sensor aliran air sebagai pengukur volume pada galon 5 liter dan pada galon 19

Jenis pertanyaan yang dibuat dalam kuesioner adalah pertanyaan berstruktur yaitu pertanyaan dan pernyataan yang memberikan alternatif jawaban kepada responden untuk

Pendidikan adalah kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan ini, dengan pendidikan bisa melihat cakrawala kehidupan.Pendidikan memiliki banyak model yang dianut oleh umat

Hasil analisis data menunjukkan bahwa biaya periklanan, biaya personal selling dan biaya promosi penjualan berpengaruh secara simultan terhadap penjualan toko WBF Kuta,

Penelitian yang menggunakan bahan organik dari kasting serta penggunaan bahan tanaman berdasarkan posisi bagian rimpang (umur fisiologis rimpang) diharapkan dapat memberikan

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, pihak dosen dan mahasiswa harus memiliki ikatan kerja sama yang baik, seperti memberikan trik belajar yang menarik dalam sesi teori dan

Pembagian warisan pada masyarakat muslim Tionghoa, wasiat adalah suatu wasiat yang diberikan kepada ahli waris atau kerabat yang tidak memperoleh bagian harta warisan dari