• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KAPASITAS APARATUR PEMERINT (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN KAPASITAS APARATUR PEMERINT (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KAPASITAS APARATUR PEMERINTAH DESA

DALAM UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

(Studi Pada Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang)

Setyo Nugroho, Andy Fefta Wijaya, Moh. Said

Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang E-mail: s_tyo_nugroho@yahoo.co.id

Abstract: Capacity Building village government apparatus in the effort P rovide Good Governance (study in Balai Besar Rural and Community Empowerment in Malang). Government Policy to determine the direction governance toward good governance and reforming the bureaucracy governance, is rational choice (rational choice). One of the big agenda toward good governance and bureaucratic reform is the increase professionalism government apparatus, both in central level and at the village level In order to increase the professionalism. Center for Studies in Community Empowerment and Village of Malang (BBPMD) that is under the auspices of the Ministry of the land have a duty and responsibility in capacity building apparatus village government through training. This was as Permendagri No. 21 of 2006. in accordance the principles of Good Governance,BBPMD Malang do various training which was supported by improving and theincrease modult training and materia l through study public square. With the growing quality the participants in the training after ta king part in the training in BBPMD Malang, village government apparatus is expected to be able to provide Good Governance in their respective regions d.

Keywords

:

Good Governance, capacity building apparatus, BBPMD Malang.

Abstrak: Pengembangan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa dalam Upaya Mewujudkan Good Governance (studi pada Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang) Kebijakan pemerintah menetapkan arah pengelolaan pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan reformasi birokrasi,merupakan pilihan yang rasional (rational choice). Salah satu agenda besar menuju good governance dan reformasi birokrasi adalah peningkatan profesionalisme aparatur pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat desa. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD) Malang yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri memiliki tugas dan tanggungjawab dalam pengembangan kapasitas aparatur pemerintah desa melalui pelatihan. Hal tersebut sebagaimana Permendagri No.21 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyaraka dan Desa di Malang. Dalam upaya mewujudkan aparatur desa yang mampu melaksanakan pemerintahan yang baik sesuai prinsip-prinsip good governance, BBPMD Malang melakukan berbagai pelatihan yang didukung dengan perbaikan dan peningkatan modul pelatihan serta pemantapan materi melalui studi lapang. Dengan semakin meningkatnya kualitas peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan di BBPMD Malang diharapkan aparatur pemerintah desa mampu untuk mewujudkan good governance di daerahnya masing-masing.

Kata kunci: Good Governance, peningkatan kapasitas aparatur, BBPMD Malang.

Pendahuluan

Pembangunan di Indonesia dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita nasional, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan sendiri menurut Siagian (2009, h.4) yaitu, “rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana

dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara/bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Pelaksanaan pembangunan mengikutsertakan pegawai sebagai aktor terpenting sebagai pelaksana dalam menjalankan pembangunan dan sebagai penggerak laju pembangunan disegala bidang.

(2)

paling bawah yaitu Pemerintah Desa. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah menjadi landasan kuat bagi Pemerintah Desa untuk mengatur desa dan masyarakatnya sesuai kepentingan masyarakat itu sendiri. Terlebih lagi dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah menjadi semangat tersendiri bagi aparatur pemerintah desa dalam melaksanakan pembangunan desa.

Pemerintah Desa dalam menjalankan tugasnya dilapangan akan berhadapan langsung dengan masyarakat, tentunya dengan kompleksitas permasalahan dan kebutuhan yang muncul pada tataran bawah. Masyarakat desa pula yang akan merasakan imbas secara langsung apabila kinerja aparatur lembaga publik tidak optimal, terlebih lagi apabila kebijakan yang dilakukan oleh lembaga publik tidak sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan yang ada pada masyarakat desa. Rendahnya kualitas perangkat Desa menjadi kendala tersendiri dalam memberikan optimalisasi pelayanan pada masyarakat, sebagaimana disampaikan M. Rasyad Manaf yang dimuat Jatim Online (Kamis, 10/10/2013) bahwa, “kondisi perangkat desa saat ini masih banyak yang belum bisa mengoperasikan komputer, sehingga membuat pelayanan di masyarakat menjadi tidak optimal”.

Disahkannya Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa telah memberikan semangat tersendiri bagi Desa dalam hal mewujudkan percepatan pembangunan desa. Namun disisi lain, kesiapan Aparatur Pemerintah Desa untuk menyikapi diberlakukannya Undang-Undang Desa juga harus mendapat perhatian serius, sebagaimana disampaikan Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Tarmizi A Karim dalam berita Kemendagri (Rabu, 12/03/2014) sebagai berikut, “Undang-undang Desa telah disahkan, maka Desa harus mempersiapkan diri dengan melakukan penguatan lembaga dan pelatihan terhadap kapasitas aparat desa”.

Berkaitan dengan pentingnya upaya peningkatan kapasitas aparatur Pemerintah Desa sebagaimana diatas, pemerintah pusat memiliki peran penting dalam membuat kebijakan pengembangan kapasitas aparatur desa. Salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya aparatur desa yaitu dengan dibentuknya badan-badan pusat pelatihan untuk mendukung terciptanya kualitas sumber daya aparatur yang lebih baik. Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD) merupakan lembaga Pemerintah Pusat di bawah naungan Kementrian Dalam Negeri yang bertugas dalam hal pendidikan dan

pelatihan peningkatan aparatur desa. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang, pasal 1 ayat (1) menyatakan : Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang merupakan unit pelaksana teknis di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa yang di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Salah satu langkah strategis yang dilakukan yaitu melalui pelatihan peningkatan aparatur desa, agar mampu dan profesional menjalankan perannya dalam mewujudkan penguatan pemerintahan Desa serta mampu mengaktualisasikan prinsip–prinsip kepemerintahan yang baik (good governance).

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui upaya yang dilakukan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dalam peningkatan kapasitas aparatur Pemeritah Desa dalam upaya mendukung terwujudnya good goovernance.

.

Tinjauan Pustaka 1. Administrasi Publik

Menurut Ordway Tead dalam Rewansyah (2010, h.15) administrasi me-ngandung tiga komponen, yaitu tujuan, usaha bersaa untuk mencapai tujuan, dan kegiatan yang harus dilakukan oleh mereka yang bertugas untuk mengatur, memimpin, dan melancarkan dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan.

Administrasi publik dikenal juga dengan istilah administrasi negara yakni salah satu aspek dari kegiatan pemerintahan (Kasim,1993, h.21). Menurut Gordon sebagaimana dikutip oleh Kasim (1993, h.22) administrasi publik adalah seluruh proses, organisasi dan individu yang bertindak sesuai peran dan jabatan resmi dalam pelaksanaan peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pendapat ini secara implisit menunjukkan bahwasanya administrasi publik terlibat dalam kebijakan publik. Kemudian Barton & Chappel sebagaimana yang dikutip oleh Keban (2008, h.5) mengatakan administrasi publik sebagai the work of government atau pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah. Definisi tersebut secara implisit melibatkan aspek keterlibatan personel atau aparatur dalam memberikan pelayanan publik.

2. Good Governance

(3)

mengandung makna tentang orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan negara. Berorientasikan pada nilai-nilai yang menjunjung tinggi kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam mencapai kemandirian, pembangunan berkelanjutan, keadilan sosial, demokratisasi dalam kehidupan bernegara seperti legitimasi, akuntabilitas, perlindungan HAM, otonomi, dan devolusi kekuasaan, pemberdayaan masyarakat sipil, dan sebagainya. Kedua mengandung makna tentang aspek-aspek fungsional pemerintahan yang efektif,dan efisien, atau pemerintahan yang berfungsi ideal, yaitu mampu berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya pencapaian tujuan nasional, hal ini akan sangat tergantung kepada sejauh mana pemerintahan mempunyai kompetensi serta sejauh mana struktur dan mekanisme politik dan administratif mampu berfungsi secara efektif dan efisien.”

Dalam konsep good governance, banyak pihak yang masih kesulitan untuk membedakan bahwa masih sering mempertukarkan antara prinsip, asas, unsur, indikator, dan karakteristik. Namun kesemuanya memiliki makna yang merujuk pada hal yang sama. Selanjutnya UNDP dalam Mindarti (2007, h.184) memformulasikan prinsip-prinsip dalam mewujudkan Good Governance yaitu :

a.Participation b.Rule of law, c.Transparency, d.Responsiveness, e.Consensus orientation, f.Equity,

g.Efficiency and effectiveness, h.Accountability,

i.Strategy vision,

3. Capacity Building

Pengertian Capacity Building Menurut Grindle sebagaimana yang dikutip oleh (Soeprapto, 1997, h.6-22); Capacity building is intended to encompass a variety of strategies that have to do with increasing the efficiency building (Pengembangan kapasitas merupakan upaya yang dimaksud untuk mengembangkan suatu ragam strategi meningkatkan efficiency), effectiveness dan responsiveness kinerja pemerintah. Yakni efficiency, dalam hal waktu (time) dan sumber daya (resources) yang dibutuhkan guna mencapai suatu outcome; effectiveness berupa kepantasan usaha yang dilakukan demi hasil yang diinginkan; dan responsiveness yakni bagaimana mensinkronkan antara kebutuhan dan kemampuan untuk maksud tersebut.

Dimensi capacity building menurut (Grindle,1997:9) meliputi Human resource development (pengembangan sumber daya manusia), Organizational strengthening (penguatan organisasi) and Institutional reform (reformasi institusion/birokrasi). Berdasarkan pernyataan diatas maka dimensi pengembangan kapasitas menurut Grindle dapat dilihat dalam tabel 1 berikut ini :

Tabel 1

Dimensions and Focus of Capacity Buliding

Dimension Fokus Types of

Activities

Tabel diatas menyatakan bahwa ketiga dimensi pengembangan kapasitas tersebut utamanya berfokus pada personal, manajemen atau struktur dan menunjukkan aktivitas yang berbeda apabila ketiganya akan dikembangkan, diperkuat dan direformasi. Dalam hal ini penulis memfokuskan pada dimensi Human resource development. Fokus dari Human resouce development ini adalah mengisi tenaga yang profesional dan ahli (teknis). Kegiatan dari Human resource development yaitu ; (1) Training, (2) salaries, (3) condition of work, dan (4) recruitment.

4. Efektifitas

(4)

keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan kegiatannya dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Menurut Miller dalam Tangkilisan (2005, h.138) pengertian dari efektifitas adalah tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya, serta menurut Sills dalam Tangkilisan (2005, h.138) efektifitas merupakan keseimbangan atau pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan, dan pemanfaatan tenaga manusia.

Menurut Georgopoulus dan Tannenbaum dalam Steers (1996, h.50) yang meninjau efektifitas dari sudut pencapaian tujuan manyatakan bahwa rumusan keberhasilan organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sassaran organisasi tetapi juga mekanismenya mempertahankan diri dan mengejar sasarannya. Lebih lanjut Steers (1996, h.26) efektivitas dapat dinilai dari pencapaian sasaran didalam tujuan organisasi. Sasaran organisasi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal berikut :

a. Sasaran sosial (social goals), merupakan hubungan masyarakat pada umumnya. Jenis sasaran ini berurusan dengan organisasi kelas besar pada umumnya. b. Sasaran sitem (system goals), merupakan

keadaan atau cara berfungsinya organisasi pada umumnya.

c. Sasaran keluaran (output) merupakan hasil dari keluaran setelah kegiatan dilaksanakan

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pada penelitian ini, peneliti hendak mengumpulkan informasi, dan mendeskripsikan proses pengembangan kapasitas aparatur Pemerintah desa yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dalam mendukung terwujudnya good governance. Lokasi dan situs penelitian yang dilakukan peneliti ialah di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD) Malang di Jl. Raya Langsep Nomor 7 Malang.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik analisis dan model Spradley. Teknik analisi data di sini terdiri dari 4 (empat) menurut Spradley dalam Sugiyono (2008,h.102) :

Gambar 1

Teknik Analisis Data Spradley

Sumber : Spradley dalam Sugiyono (2008,h.102)

Pembahasan

1.Upaya Pengembangan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang.

Balai Besar PMD Malang melakukan upaya pelatihan dengan melakukan strategi peningkatan kualitas aparatur pemerintah desa dan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah desa. Tidak hanya itu, Balai Besar PMD Malang melakukan evaluasi terhadap kegiatan pelatihan agar sesuai dengan rencana semula dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dari kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh BBPMD Malang ini ialah meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintah desa dalam menjalankan tugas dan fungsi pemerintah desa. Tentunya, ini akan mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan desa yang optimal.

a.Perbaikan atau peningkatan program pelatihan

Perbaikan atau peningkatan program pelatihan merupakan strategi yang dilakukan Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dalam upaya mendukung terwujudnya pengembangan kualitas aparatur desa yang lebih baik. Upaya yang dilakukan yaitu membenahi apa yang menjadi faktor internal maupun eksternal dalam pelaksanaan pengembangan kapasitas Sumberdaya Manusia melalui pelatihan. Berkaitan dengan hal tersebut, upaya perbaikan atau peningkatan pelatihan yang dilakukan Balai Besar PMD Malang mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal.

b. Obyek yang menjadi sasaran

Selanjutnya upaya pengembangan kapasitas aparatur pemerintah desa yang dilakukan oleh Balai Besar PMD Malang dilihat dari obyek yang menjadi sasaran kegiatan. Upaya pengembangan kapasitas diarahkan untuk mampu mendukung terlaksananya pemerintahan

Analisis Domain

Analisis Taksonomi

Analisis Komponensial

(5)

desa yanng baik sesuai prinsip-prinsip good governance dan mencakup dimensi pengembangan kapasitas

Berkaitan dengan hal tersebut yang menjadi obyek sasaran yaitu kader pembangunan, perangkat Pemerintah, Anggota Badan Perwakilan, Pengurus Lembaga Masyarakat dan para warga Masyarakat Desa, sudah sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh direktur Jenderal pemberdayaan Masyarakat dan Desa, sedangkan tujuan dari pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar PMD Malang yaitu untuk meningkatkan kapasitas penguatan lembaga kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat dengan indikator sasaran berupa jumlah pelatihan di bidang pemberdayaan masyarakat lembaga masyarakat desa. Sasaran pelatihan tersebut diarahkan dalam upaya mewujudkan pemerintaha desa yang baik sesuai prinsip-prinsip good governance.

2. Implikasi Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa Sesudah Mengikuti Pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang Dalam Mendukung Terwujudnya Good Governance.

Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BBPMD) Malang melakukan peningkatan kapasitas pemerintah desa karena sampai saat ini masih lemahnya kelembagaan pemerintah desa. Guna meningkatkan kelembagaan yang baik, BBPMD Malang melakukan peningkatan kapasitas kelembagaan tersebut dengan melakukan berbagai pelatihan yang menunjang peninngkatan kapasitas kelembagaan maupun aparatur desa, berikut beberapa pelatihan yang dilakukan tersebut : 1) Tertib Administrasi Desa, 2) Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas dan 3) Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa.

Ketiga hal yang dilakukan BBPMD Malang yaitu pelatihan 1) Tertib Administrasi Desa, 2) Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas dan 3) Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa guna penguatan kapasitas pemerintahan desa telah berjalan dengan baik. Ini memungkinkan akan meningkatkan kualias kelembagaan pemerintah desa yang bermula dari meningkatnya kualitas aparatur desa di 3 (tiga) bidang tersebut.

Ditinjau dari peningkatan kapasitas kelembagaan versi (mendagri, 2002), peningkatan keahlian aparatur pemerintah desa di 3 (tiga) hal tersebut juga telah memenuhi salah satu kriteria yang ditetapkan yaitu kriterria tingkat individu. Dalam kriteria ini dinyatakan bahwa peningkatan kapasitas tingkat individu yaitu “tingkat keterampilan, kualifikasi,

pengetahuan/wawasan, sikap (attitude), etika dan motivasi individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi”. Ini menunjukkan bahwa pelatihan peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa yang dilakukan oleh BBPMD telah tercapai dengan ditandai dengan peningkatan keterampilan, penguatan, dan semangat peserta dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.

Tujuan dari peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa melalui pelatihan tiga hal tersebut ialah agar tujuan organisasi pemerintahan desa dapat tercapai. Serta mampu terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance). Beradasar ulasan diatas, ketiga pelatihan yang dilakukan oleh BBPMD Malang untuk meningkatkan kapasitas aparatur desa sudah tercapai sesuai rencana semula. Peningkatan kemampuan aparatur pemerrintah desa dalam menjalankan tugas dan fungsi kelembagaan desa akan diikuti oleh pencapaian tujuan organisasi, yaitu pengoptimalan kinerja aparatur pemerintah desa guna mendukung fungsi pemerintahan desa.

3.Efektifitas Pelatihan Aparatur yang dilakukan oleh BBPMD Malang

a.Ketercapaian Program Pelatihan

Untuk meningkatkan kapasitas penyelenggaraan pemerintah desa dengan indikator tujuan berupa jumlah pelatihan penyelenggaraan pemerintahan desa serta jumlah penyusunan modul pelatihan penyeenggaraan pemerintahan desa. Pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemebrdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dapat diukur dari efektifitas Program Pelatihan yang diberikan apakah sudah dapat meningkatkan kualitas aparatur desa dengan menggunakan indikator sasaran berupa jumlah pelatihan di bidang pemberdayaan aparatur desa yang sesuai standard.

Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang telah menyusun materi yang terbagi dalam 6 Pokok bahasab dan 18 Sub Pokok Bahasan dengan alokasi waktu 50 jampel dan masing-masing jam pelajaran berdurasi selama 45 menit. Balai Besar Pemberdayaan masyarakat dan Desa Malang, dalam melakukan pelatihan selalu menggunakan proses yang baik agar tujuan dari pelatihan dapat tercapai dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat melalui ketepatan metode pelatihan yang dilakukan BBPMD Malang.

(6)

observasi; dan studi lapang; peserta dapat lebih memahami apa yang menjadi persoalan dalam menjalankan tugas sehari-hari disertai dengan problem solving-nya. Sedangkan ketepatan media pelatihan yang dilakukan BBPMD Malang melalui lembar bacaan ; lembar tugas; LCD/infocus; flipchart; white board dan alat tulis sedah berjalan baik. Baik penyelenggara, trainer, dan peserta dapat memanfaatkan sekaligus mengoptimalkan media yang ada untuk kepentingan penyerapan materi pembelajaran di kelas. Hal ini tentunya sangat menunjang kinerja mereka kelak di tempat kerja masing-masing

b. Keluaran (output yang telah dihasilkan) Hasil keluaran (output) Balai Besar PMD Malang dapat dilihat dari evaluasi yang dilakukan selama pelatihan maupun sesudah pelatihan. Sebagai contoh pelatihan yang telah dilakukan oleh BBPMD Malang ialah pelatihan peningkatan kapasitas Sekretaris Desa Kabupaten Tojo Una-una dari Provinsi Sulawesi Tengah Bersamaan dengan pelatihan peningkatan kapasitas Sekretaris Desa Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur yang telah dengan hasil sebagaimana berikut :

a.Evaluasi reaksi/refleksi. Dalam evaluasi ini peserta mengatakan bahwa beberapa program yang telah dilakukan BPMD cukup bermanfaat bagi peserta dalam menunjang tugas mereka seharri-hari. b.Evaluasi Harian. Dalam evaluasi ini

peserta Desa Kabupaten Tojo Una-una Provinsi Sulawesi Tengah memberi nilai dengan : sangat memuaskan 50,19%, Memuaskan 36,34% dan Cukup Memuaskan 13,47%. Tingkat pemahaman peserta terhadap materi pelatihan dari hasil evaluasi harian manyatakan Sangat Baik 52,22%, Baik 34,44% dan Cukup Baik 13,33%. Sedangankan dari Alor NTT memberi nilai dengan : sangat memuaskan 28,27%, Memuaskan 44,69% dan Cukup Memuaskan 27,04%. Tingkat pemahaman peserta terhadap materi pelatihan dari hasil evaluasi harian manyatakan Sangat Baik 37,77%, Baik 46,67% dan Cukup Baik 15,66%. c.Pre test. Dari hasil Pre terst Desa

Kabupaten Tojo Una-una Provinsi Sulawesi Tengah menunjukkan nilai “cukup” dengan capaian nilai rata-rata ”57,83”. Sedangankan dari Alor NTT dengan capaian nilai rata-rata “59”. d.Post test. Dari hasil post test Desa

Kabupaten Tojo Una-una Provinsi

Sulawesi Tengah menunjukkan nilai “Baik”, dengan capaian nilai rata-rata “75”. Sedangankan dari Alor NTT dengan capaian nilai rata-rata “63,5”. Dalam indikator penilaian di atas, output yang dihasilkan semuanya berkategori baik dengan nilai di atas rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa output yang diharapkan telah tercapai dengan melebihi nilai standar minimum.

Dari penjelasan efektifitas kegiatan pelatihan yang dicapai BBPMD Malang di atas, meminjam batasan kriteria efektifitas oleh Steers (1996, h.26) efektifitas dapat dinilai dari pencapaian sasaran di dalam tujuan organisasi. Sasaran organisassi dapat diklarifikasikan berdasarkan : Sasaran sosial (sosil goals), yang merupakan hubungan masyarakat pada umumnya. Jenis sasaran ini berurusan dengan organisasi kelas besar pada umumnya; sasaran sistem (system goals), Mengacu pada kriteria Steers maka aparatur desa sebagai peserta pelatihan dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menjalankan tugas sehari-hari

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1.Upaya Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang dalam mengembangkan peningkatan kapasitas aparatur Pemerintah Desa meliputi :

a. Perbaikan atau peningkatan program pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator Kementerian Dalam Negeri dengan selalu memberikan perbaikan atau peningkatan program pelatihan yang meliputi upaya tersedianya modul pelatihan yang berkualitas, mengupayakan tersedianya tenaga terdidik, menyediakan adanya pola kerja-sama terpadu dan terciptanya mekanisme kerja program dan kegiatan, tersedianya informasi data pelatihan yang dibutuhkan dan kinerja alumni peserta pelatihan, adanya data kebutuhan jenis-jenis pelatihan.

(7)

2.Implikasi kapasitas aparatur Pemerintah Desa sesudah mengikuti pelatihan di Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang dalam mendukung terwujudnya good governance yang meliputi :

a. Tertib administrasi Desa yang menjadi lebih baik setelah mengikuti pelatihan Tertib Administrasi Desa bertujuan supaya perangkat desa mampu menerapkan profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, ketaatan aturan/hukum serta memahami cara pengisian buku administrasi.

b. Tata Naskah dan Pengelolaan Surat Dinas pengkat desa setelah mengikuti pelatihan juga mengalami peningkatan. Peserta pelatihan mengerti dan memahami mulai dari cara menulis surat yang baik secara efektif dan efisien.

c. Peserta pelatihan juga mengalami peningkatan kapasitas dalam hal laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Desa. Peserta pelatihan menjadi terampil membuat laporan pertanggungjawaban pemerintah desa sehingga mampu mendukung terwujudnya akuntabitas,

transparansi, profesionalitas serta ketaatan hukum dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban.

3.Efektifitas pelatihan aparatur yang dialakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang yang meliputi :

a. Ketercapaian program pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Malang sudah cukup baik, dalam pelatihan selalu menggunakan proses yang baik agar tujuan dari pelatiihan dapat tercapai dengan baik, pelatihan juga menggunakan metode yang gampang dan mudah dimengerti bagi peserta pelatihan, menggunakan media pelatihan yang baik untuk mendukung pelatihan.

b. Keluaran (output) yang telah dihasilkan dari pelatihan sudah sesuai dengan tujuan diadakannya pelatihan. Setelah melakukan pelatihan dilakukan empat macam evaluasi yaitu Reaksi atau refleksi, evaluasi harian, pre test dan post test. Sehingga bisa diketahui hasil pelatihan dari masing-masing peserta yang mengikuti pelatihan.

Daftar Pustaka

Jatim online. 10 Oktober 2013. “Pentingnya Peningkatan Sumberdaya Manusia”. diakses pada tanggal 19 Maret 2014 dari http://dprd.jatimprov.go.id/berita/id/2013/pentingny-peningkatan-kualitas-sdm

Grindle, M.S. (1997) Getting Good Governance : Capacity Building in the Public Sector of Developing Countries, Boston, MA : Harvard Institue for International Development

Kasim, Azhar. Perkembangan Ilmu Administrasi publik, Manajemen Pembangunan, no. 3/1, April 1993

Keban, Yeremias. (2008) Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep, Teori dan Isu. Yogyakarta : Gava Media.

Kemendagri. 12 Maret 2014. “Perangkat Desa Segera Jalani Pelatihan Keuangan” diaksses pada 19 maret 2014 dari http://www.kemendagri.go.id/news/2014/03/12/perangkat-desa-segera-jalani-pelatihan-keuangan

Mindarti, Lely Indah. (2007) Revolusi Administrasi Publik, Aneka Pendekatan dan Teori Dasar. Malang : Bayumedia publishing

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Malang

Rewansyah, Asmawi. (2010) Reformasi Birokrasi Dalam Rangk Good Governance. Jakarta, Yusaintanas Prima.

Siagian, Sondang. P. (2009) Filsasfat Administrasi . Jakarta : Bumi Aksara. Soeprapto, A. (1997) Pemberdayaan Masyarakat Desa. Jakarta : Pustaka Steers, M. Richard. (1996) Efektifitas Organisasi. Jakarta : Erlangga

Sugiyono. (2008) Metode penelitian kualitatif kuantitatif . Bandung : Alfabeta. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Gambar

Tabel 1 Dimensions and Focus of Capacity Buliding
Gambar 1 Teknik Analisis Data Spradley

Referensi

Dokumen terkait

Menggambarkan fase depolarisasi ventrikel Nilai normal : akan dibahas dalam bagian tentang hipertrofi. Bentuk normal : akan dibahas dalam bagian

Terdapat perbedaan bermakna skor MMSE dan CDT minggu I dan minggu XII yang menandakan adanya perubahan fungsi kognitif pada pasien pasca stroke iskemik dan

Dengan dilakukannya evaluasi SDM, diharapkan hasil audit SDM dapat membantu manajer personalia dan perusahaan untuk mengetahui dan menyelesaikan masalah dalam lingkup SDM yang

3.8 Menghubungkan konsep partikel materi (atom, ion,molekul), struktur zat sederhana dengan sifat bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari- hari, serta dampak

Kerjasama dengan Bank Muamalat tersebut akan mendayagunakan keunggulan dari kedua perusahaan untuk memenuhi kebutuhan asuransi jiwa berbasis syariah yang semakin meningkat

a) Instansi hendaknya mempertahankan sistem mutasi pegawai dan program remunerasi yang telah diberikan kepada pegawai KPP Madya Malang, sehingga berdasarkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik ransum yang disuplementasi kulit buah kopi yang telah difermentasi oleh jamur

Berdasarkan beberapa defenisi di atas, yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah pikiran atau pendapat para ulama tentang pelaksanaan isbat nikah ( penetapan perkawinan