• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW BUKU HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVIEW BUKU HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW BOOK

Paradigma Ham serta Penerapan dalam

Kehidupan Masyarakat

Aldo Dicky Setyawan

[email protected]

Data Buku Review:

Nama/Judul buku : HAM Dalam Dinamika/Dimensi Hukum,Politik,Ekonomi,Sosial Penulis/Pengarang : Prof.A. Mahsyur Effendi, S.H., M.S. & Taufani S.

Evandri, S.H., M.H

Penerbit : Ghalia Indonesia

Tahun Terbit : (Edisi IV) Februari 2014 Kota Penerbit : Bogor

Bahasa Buku : Indonesia & Inggris Jumlah Halaman : 356

(2)

PENDAHULUAN

HAM (Hak Asasi Manusia) merupakan hak-hak dasar pada manusia yang melekat pada diri manusia secara kodrati,universal, dan abadi sebagai anugrah yang diberukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hak-Hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak keamanan, dan hak untuk kesehjatraan merupakan hak yang tida boleh untuk diabaika atau dirampas oleh siapapun. Konsep Hak Asasi Manusia sebagai hak yang harus dihormati dan dilindungi, pada awalnya bermula lahirnya magna charta, kemudian lahir, kemudian lahir The American Declaration of Independence, Selanjutnya diikuti dengan Declaration France dan The Four Freedom. Terbentuknya Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia), terbukti bahwa banyaknya laporan tentang Hak Asasi Manusia sejarah, tapi hal yang aneh untuk diperhatikan adalah, meski kami masyarakat banyak membuat langkah besar di bidang teknologi, politik, sosial dan bidang ekonomi, kondisi saat ini keluhanya masih sama yaitu substansi manusia hak, artinya hak dan jenisnya harus dilindungi atau dipenuhi dan diakui secara global. Penerimaan Hak Asasi Manusia seharusnya memenuhi hukum yang berlaku dan peraturan. UDHR dan Konvensi Internasional tentang Ekonomi, Sosial, dan Budaya semuanya memberi ungkapan dasar etika mengakui “ Martabat yang melekat dan hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia” inilah ungkapan prinsinya. Untuk mempertegas hakekat dan pengertian HAM di kuatkaalah dengan landasan hukum sebagaimana dikemukakan di dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia bahwa Hak Asasi Manusia merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

(3)

(Security Council) dalam peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM yang mengancam perdamaian dunia. Pasal 1 yang mendasari UDHR, berbunyi: All Human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act toward one another in a spirit brotherhood. Pasal tersebut oleh karenanya telah menetapkan asumsi-asumsi dasar UDHR bahwa hak atas kebebasan dan persamaan adalah hak manusia sejak lahir dan tidak bisa dialihkan, dan bahwa karena manusia berakal dan bermoral, manusia berbeda dengan mahluk lain di bumi dan oleh karenanya memiliki hak-hak kebebsan tertentu yang tidak dimiliki oleh mahluk lain.

Semenjak kemunculanya dipermukaan kasus HAM seolah-olah menjadi momok yang besar dan terkadang sukar diselesaikan. Banyak permasalah HAM dan kejahatan genosida di luar negeri tetapi walau begitu, PBB yang berwenang untuk mentindaklanjuti juga hasil belum terlihat maksimal. Seperti di palestina, suriah, serta yang terbaru adalah peristiwa yang menimpa etnis Rohingya di Myanmar. Sementara di Indonesia juga tak luput dengan itu, banyak kasus HAM di Indonesia juga belum terelesaikan. Komnas HAM dan LEMHAMNAS yang berwenang dalam hal ini juga belum bisa memberikan kontribusi seperti kasusnya misteri kematian aktivis pada masa reformasi yaitu Munir. Bahkan sampai saat ini kasus ini belum juga menemukan titik temu dan setiap tahunya massa dari aktivitas selalu mempringati meninggalnya dan melakukan demo kepada Lembaga HAM terkait untuk menuntaskan kasus ini yang bertahun-tahun masih menjadi misteri. Tentu saja tidak semua orang meiliki pandangan yang sam tentang HAM. Universalisasi HAM dilawan dengan Partikarisme. Pemikiran HAM mengenai persamaan dilawan dengan ide kasta,kelas,hierarki,kelas sosial,etnis,dan tadisi. Peristiwa pada tahun 1792 dikarenakan ide-ide yang disampaikanya ole buku Rights of Man. Buku yang menjadi sanggahan langsung oleh ide Edmund Burkey yang menlis Reflection of the Revolution in France yang dipublikasikan pada tahun 1790. Menurut pendapat burke, Revolusi Perancis menghancurkan tradisi hirarki yang telah ada sejak lama, serta sejarah. Deklrasi Hak-Hak manusia dan wargan negara Perancis dikritik oleh Burke telah menciptakan hal-hal yang semu seperti persamaan manusia.

(4)

dikaji , karena dalam banyak kasus ternyata memberikan citra yang kurang baik atau bahkan buruk dimata masyarakat pada umumnya. Banyak kalangan baik yang awam,maupun yang bergelut di bidang hukum, sering berpendapat bahwa hukum seakan tidak mempunyai makna dan manfaat dalam rangka memberikan jaminan bagi tujuanya utamnya yakni tercipta ketertiban,keamanan,kesehjatraan dan keadilan serta kepastia hukum.

Hukum telah kehilangan jatidirinya sebagai instrument penting dalam menata atau mengatur kehidupan masyarakat. Ironis memang, jika kita cermati dan renungkan secara mendalam berbagai peristiwa atau kasus dalam bidang hukum dimana proses-proses penegakanya memperlihatkan adegan-adegan yang kurang terpuji atau boleh dikatakan menjijikan atau mengerikan. Dalam proses huku sebenarnya banyak pihak mempunyai peran baik pemerintah (aparat penegak hukum : polisi, jaksa, hakim) termasuk masyarakat sendiri yang merupakan bagian integral atau tidak bisa dipisahkan. Peran dan tanggungjawab penegakan hukum, sering dilimpahkan sepenuhnya kepada aparatur penegakan hukum saja, pada hal dalam sebuah negara hukum hukum yang demokratis rakyat atau masyrakat mempunyai fungsi, peran dan tanggungjawab yang sangat penting dan menentukan

Penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia akan lebih bermakna, jika hal itu diikuti dengan berbagai instrument dan elemen pendukung yang patut mendapat perhatian yang serius dari pihak pemerintah atau penguasa.

Banyak kasus hukum dan Hak Asasi Manusia yang muncul kepermukaan dan melibatkan para aparatur penegakan hukum, sehingga sorotan utamanya tertuju pada polisi, jaksa, hakim juga pengacara yang terlibat langsung. Pada akhirnya masyarakat, baik secara individua tau kelompok memberikan penilaian terhadap aparatur penegakan hukum menurut versinya masing-masing. Patut diketahui dan dipahami dalam proses penegakan penegakan hukum dan Hak Asasi manusia aparatur penegakan hukum hanya merupakan salah satu bagian penting dari sejumlah komponen lain yang mempunyi fungsi dan peran penting antara lain : aturan hukum, saran dan prasarana, budaya hukum dan masyarakat itu sendiri. terkait dengan itu maka sebelum dilakukan Sidang Klasis Kota Ambon, panitia pelaksan di jemmat bethel bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembang (Balitbang) jemaat bethel, telah berupaya melakukan survey kecil, terkait dengan hukum dan hak asasi manusia, namun dalam kenyataanya masih banyak orang (jemaat) maupun para pejabat structural maupun fungsional, belum sepenuhnya memahami secara baik benar tentang hukum dan Hak Asasi Manusia tersebut. Hasil temuan sementara ini menarik untuk dikaji, karena bagaimana mungkin orang memperjuangkan hak-haknya secara baik, padahal hak-hak itu belum sepenuhnya dipahami. Bagaimana mungkin seorang anggota jemaat menuntut penegakan dan pemenuhn hak-hak asasi manusia, padahal lembaga yang menanganiya saja tidak diketahui secara pasti.

(5)

hukum Hak Asasi Manusia tidak bisa ditegakan dan dipenuhi. Huku harus menjadi instrue yang penting yang akan memberikan jaminan bagi penegakan dan pemenuha hak asasi manusia. Oleh karena itu hukum harus bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Artinya kepercayaan masyarakat terhadap hukum harus meningkat seiring perkembangan zaman dan perubahan global yang sangat cepat. Bukan sebaliknya, menjadi luntur oleh akibat segelintir orang yang tidak bertanggungjawab. Jadi sebenarnya yang perlu mendapat sorotan utama adalah manusia yang menjadi penggerak hukum. Manusia sebagai aparatur penegak hukum maupun sebagai anggota masyarakat biasa harus mampu mendorong dan menggerakan hukum demi kepentingan bersama. Mental dan moral manusia terutatam aparat penegak hukum, harus dibina dengan sebaik-baiknya berdasarkan ajran-ajaran agam dan yang berkaitan dengan aspek-aspek kemanusiaan, sehingga ketika menjalankan tugas dan tanggungjawab di dalam masyarakat maka arah dan perhatian harus tertuju pada manusia sebagai sosok yang perlu dilindungi hak-haknya dalam bidag hukum maupun hak asasi manusia. Itulah peradaban manusia di era sekarang, bayak sekali fluktuasi dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti Hukum dan Ham perkembanganya juga sangat dinamis dan menarik untuk untuk diikuti. Memang kasus yang terjadi pada akhir-akhir ini telah membuat guncangan bagi sebagian negara khusunya Indonesia dalam menangani kasus HAM yang terjadi di Myanmar beberapa waktu lalu. Politik luar negeri bebas aktif Indonesia lah yang menjadi landasan untuk ikut serta berperan aktif dalam penyelesaian kasus HAM di dunia Internasional.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa upaya peegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia akan berlangsung baik, jika mental dan oral penegkan hukum masyarakat termasuk semua komponen masyarakat lainya, berubah seirama dengan nilai-nilai sosial dan keagamaan yang hidup di masyarakat lainya. Jadi intinya, upaya penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia tergantung pada manusia sebagai pemegang kendali dari seluruh aspek kehidupan masyarakat. Penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia yang harmonis akan teripta jika semua komponen bersatu dan berada dalam arak-arakan perjuangan untuk mencapai sasaran atau tujuan yang diinginkan, yakni kepentingan manusia dan kemanusiaan.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak  Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan

Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Dasar NRI 1945 dan melanggar Pasal 4 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM yang berbunyi:

Hukum Positif Indonesia menyebutkan pengertian tentang HAM dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada pasal 1 yang menyebutkan bahwa

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai

Dalam pasal Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 39 Tahun 1999 tentang HAM tentang HAM disebutkan bahwa disebutkan bahwa “Hak

Definisi dan Klasifikasi Pelanggaran HAM Menurut Pasal 1 angka 6 Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau