PENDIDIKAN ABAD XXI
*) Prof. Dr. Ir. C. Danisworo, MSc**)*) Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan (Sendika), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan, tanggal 19 November 2017, di Yogyakarta.
1. PENDAHULUAN
CIRI ABAD KE 21 :
Banyak perubahan paradigma, kemajuan teknologi informasi,
dan komunikasi, serta percepatan
di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Peradaban, termasuk pendidikan, semakin maju, dunia
semakin terbuka, tanpa batas.
Diperlukan sumberdaya
manusia yang berkualitas
dan kompeten, diperoleh
melalui pendidikan dan
pelatihan.
Masyarakat cenderung
semakin materialistis,
menghargai hal-hal
bersifat duniawi,
Pendidikan seperti suatu yang
dipaksakan dan merupakan suatu
ranah bisnis.
Masyarakat berupaya mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan
dalam rangka menghimpun materi.
Namun tetap berupaya
Guru dan siswa, pendidik dan peserta didik, dosen
dan mahasiswa, dituntut kemampuan belajar mengajar sesuai
dengan kemajuan teknologi informasi,
dan komunikasi.
Setiap peserta didik pasti mempunyai HP, bahkan
beberapa ada yang lebih dari satu HP.
Penggunaan
smart phone
sbg salah satu alat pembelajaran
.
ABAD XXI
PROSES BELAJAR
MENGAJAR
INFORMASI
tersedia di mana saja dan dapat diakses kapan saja
Peserta didik bukan “dicekoki”, bukan diberitahu, tetapi
didorong mengeksplor, mencari tahu
KOMPUTASI
semakin cepat dengan memanfaatkan mesinPeserta didik didorong
merumuskan / menemukan
masalah dan dapat mengatasi masalah
OTOMASI
pengganti pekerjaan-pekerjaan routinPeserta didik diarahkan berfkir kritis, analitik, bukan routinitas mekanistik
•
Guru bukan sebagai pusat pembelajaran,
Teacher Centered
Learning
, tetapi peserta didik sebagai pusat pembelajaran,
Student Centered Learning
.
“STUDENT CENTERED LEARNING”
Mel Silberman :
“Apa yang saya
dengar
, saya lupa”
“Apa yang saya
dengar
, dan
lihat
, saya sedikit ingat”
“Apa yang saya
dengar
,
lihat
, dan
diskusikan
dengan orang lain,
saya mulai mengerti”
“Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya akan
menguasai dan terampil”
2. TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL ABAD XXI
Tujuan Nasional Pendidikan Abad XXI
(BSNP, 2010, hal. 27) :
“untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu
masyarakat bangsa
Indonesia yang sejahtera dan bahagia
, dengan
kedudukan yang
terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global
,
melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumberdaya
manusia yang berkualitas, yaitu
pribadi yang mandiri,
•
Kesejahteraan dan kebahagiaan
Bangsa Indonesia
terwujud apabila
masing-masing warga negara
memiliki dan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, disertai
kemauan dan kemampuan
memanfaatkannya untuk
kepentingan bersama (
rela berkorban
untuk Bangsa dan Negara, salah satu
nilai Bela Negara).
•
Penguasaan ilmu ; bukan hanya
menguasai materi ilmu semata,
“SCIENCE FOR CHANGING THE WORLD”
“Widya Mwat Yasa”
“
Scientia Vincere Tenebras
”
“Dengan ilmu hidup menjadi lebih
mudah”
“Dengan seni hidup menjadi lebih
indah”
Semua ini dapat dan harus dicapai dengan
kemauan dan kemampuan sendiri (mandiri),
Rangkaian suatu rantai jenjang ke
rantai jenjang berikutnya perlu
diberi cabang, yaitu rantai yang
mengarah ke pendidikan lanjut
(
pendidikan akademik
) dan
rantai yang mengarah ke persiapan
memasuki masyarakat
•
Peserta didik harus memiliki keterampilan
berpikir kritis, pengetahuan dan kemampuan
literasi digital, informasi, media, dan
penguasaan teknologi informasi, dan
komunikasi (
Frydenberg & Andone, 2011
).
•
Perlu penguasaan keterampilan pembelajaran
dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir,
agar siswa dapat sukses dalam kehidupan dan
pekerjaanya (
hard and soft skills
).
•
Pemanfaatan
e-learning
dan
pemanfaatan
mobile learning
3. PARADIGMA PENDIDIKAN NASIONAL ABAD XXI
Litbang Kemdikbud, (2013) :
Paradigma pembelajaran abad
XXI menekankan pada
kemampuan peserta didik dalam
mencari tahu
dari berbagai
sumber,
merumuskan
permasalahan
, pola pikir analitik,
dan kerjasama serta
•
Banyak hal yang berubah secara fundamental
berbagai aspek kehidupan manusia.
•
Hilangnya sekat-sekat geografs akibat
globalisasi dan kemajuan teknologi informasi.
•
Dunia ini ibarat sebuah desa raksasa, antar
penghuninya dapat dengan mudah
saling
berinteraksi
,
berkomunikasi
, dan
bertransaksi
Paradigma pendidikan
berubah dari kontinental
ke maritim
.
Nenek moyangku
seorang
pelaut.
Syeh Yusuf Makassari
sebagai pahlawan di dua
negara Indonesia dan Afrika
Selatan.
Makam Syekh Yusuf Makassari, di Cape Town, Afrika Selatan.
Tantangan abad XXI :
keterbatasan
sumberdaya alam (minyak bumi,
mineral/tambang) tidak terbarukan, maka
pendidikan harus
menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu
mengolah dan mengelola sumberdaya alam
Semangat
Bela Negara
,
Wawasan
Kebangsaan
atau
Wawasan
4. PEMBELAJARAN ABAD XXI •
Harus ciptakan tata-pendidikan yang
menghasilkan sumberdaya pemikir yang mampu secara mandiri ikut membangun
tatanan sosial dan ekonomi, sadar-pengetahuan.
• Penguasaan dan akses tekno-sains bukan lagi didominasi oleh dunia akademis, mereka harus memiliki kreativitas
tinggi bersifat inovatif dan
• Mutu umum pendidikan Indonesia yang masih belum dapat
dibanggakan.
• Perlu perhatian dan upaya serius, disiplin, dan dana.
• Membawa kelompok-kelompok terpencil dan belum terjamah pendidikan dalam pengertian berbangsa.
• Kewajiban kita mengangkat dan mengajak mereka agar dapat bersama-sama merasakan
DAMPAK DARI PERUBAHAN
LINGKUNGAN
Mengalirnya beragam sumberdaya fsik maupun non-fsik (data,
informasi, dan pengetahuan) dari satu tempat ke tempat lainnya
secara bebas dan terbuka.
Meningkatnya kolaborasi dan
kerjasama antar negara dalam proses penciptaan produk dan/atau jasa yang berdaya saing tinggi.
Menggeser kekuatan ekonomi dunia
Menguatnya tekanan negara-negara
maju terhadap negara berkembang.
Memaksa setiap negara menyerahkan nasibnya pada mekanisme ekonomi pasar bebas dan terbuka yang belum tentu mendatangkan keuntungan bagi seluruh pihak yang terlibat.
Membanjirnya produk dan jasa negara
luar yang dipasarkan di dalam negeri.
Tingkatkan suhu persaingan dunia
usaha dan berpengaruh langsung
terhadap pola pikir, pola sikap, dan
Banjirnya tenaga asing dari level buruh hingga eksekutif memasuki bursa tenaga kerja nasional.
Tanpa disadari kepemilikan
perusahaan-perusahaan swasta menjadi milik bersama
pengusaha Indonesia dan pihak asing di berbagai industri
strategis.
Sebagai jalan efektif masuknya
1. Berdaulat dalam bidang politik
2. Mandiri dalam bidang ekonomi
3. Berkepribadian dalam bidang budaya
PETA WILAYAH
INDONESIA
PETA WILAYAH
INDONESIA
1. TZMKO
(
sebelum merdeka,
1939
).
2.DEKLARASI JUANDA
(13 Desember
1957)
.
Th 1939 : Territoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie” (TZMKO, No 442)
PETA WILAYAH RI 13 DES 1957 S.D. 17 FEB 1969
PETA WILAYAH RI 17 FEB 1969 - SEKARANG
DASAR HUKUM : - PENGUMUMAN PEMERINTAH RI TH1969 : LANDAS KONTINEN
GSO RI DAN BATAS DIRGANTARA NASIONAL BUMI
WIL TERITORY RI 12 MIL DR GRS PANGKAL LAUT
PROF. DR. PRIYATNO
BATAS WIL UDARA NASIONAL
BATAS ANTARIKSA
INDONESIA
Pendidikan kita harus berorientasi pada ilmu pengetahuan matematika dan sains alam dengan keseimbangan yang wajar dengan sains sosial dan kemanusiaan
(humaniora).
Pendidikan ilmu pengetahuan, membentuk seorang peserta
didik berpengetahuan yang kritis, logik, inventif, inovatif, dan konsisten, disertai kemampuan beradaptasi.
Pendidikan harus disertai dengan menanamkan pendidikan moral, etika, nilai-nilai luhur, budaya dan
menumbuhkembangkan sikap terpuji untuk hidup dalam
Pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi harus merupakan suatu sistem
berkesinambungan, setiap jenjang menunjang penuh jenjang berikutnya.
Pada akhir setiap jenjang, di samping untuk ke jenjang
pendidikan berikutnya, terbuka pula jenjang untuk langsung terjun ke masyarakat.
Setiap jenjang pendidikan perlu ditanamkan jiwa kemandirian pribadi sebagai dasar kemandirian bangsa, kemandirian
Perlu diperhatikan
kebhinnekaan etnis
,
budaya, agama
dan
sosial
, terutama
di jenjang pendidikan awal.
Pelaksanaan pendidikan diarahkan menuju ke
satu pola pendidikan nasional yang bermutu.
Agar seluruh warganegara mengenyam pendidikan
sampai ke jenjang pendidikan yang sesuai dengan
kemampuannya,
pendidikan harus dilaksanakan oleh
PROFESOR MENGAJAR DI
SEKOLAH
(
PROFESSOR GOES TO SCHOOL
)
• Program “Science for all” telah dilaunching 9 Juni 2008 oleh
Mendiknas berkolaborasi dengan Menristek, di Taman Pinter,
Yogyakarta.
• Tujuan : mempopulerkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
asyik, mudah dan menyenangkan
dengan melibatkan ilmuan, peneliti, pendidik, dan masyarakat.
• Guru Sumber Inspirasi.
Guru sebagai motivator dan
fasilitator, penentu kualitas dan efektivitas belajar-mengajar.
Dalam rangka mendukung program
“science for all”, Gubernur DIY telah
melontarkan ide tentang Program Profesor Masuk Sekolah (Professor Goes to
School) dengan bercermin dari Jepang.
Di sana para profesor bersedia menjadi
“guest teacher” pada jenjang pendidikan dasar dan menengah sebagai wujud
pengabdian kepada masyarakat.
Sebaliknya para guru rela datang ke kampus, belajar dari para profesor untuk menambah ilmu dan cara mengajar yang baik.
Komitmen para guru untuk selalu
Ada diskusi para guru besar,
kemudian acara talk show di TV swasta di Jogja 8 Mei 2009
Tanggal 23 Juli 2009 launching program "Professor Goes to School“ oleh Gubernur Sri Sultan HB X di SMAN 8
Yogyakarta
Pembicara tiga profesor
masing-masing Prof. Sarwidi dari UII, Prof. Suratman dari
UGM, dan Prof. Danisworo
Pada peluncuran
pelaksanaan
Kurikulum
2013 di SMAN 1, Bantul,
tanggal 15 Juli 2013
, oleh
Mekdikbud
, di sana
Gubernur DIY menawarkan
bagaimana kalau
implementasi Kurikulum
2013 di DIY disinkronkan
dengan program "Professor
Goes to School".
Tawaran ini disambut baik
oleh
Mendiknas (Prof. Dr.
Profesor Mengajar di Sekolah” (PMS) atau “Professor Goes to School”
“Guru Belajar ke Kampus” (GBK) atau “Teacher Goes to Campus”.
•Program PMS : sekarang sudah berjalan, dan diharapkan
dapat menjembatani antara kualitas di Sekolah Dikdasmen dan Pendidikan Tinggi.
•Melibatkan para profesor dari UGM, UPN, UNY, UII, UPY, UST, UIN. Program ini sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di DIY, yang barangkali di Indonesia baru terjadi di DIY, belum ada daerah lain yang
mencanangkan program seperti ini.
•Program GBK : Dalam sambutan Gubernur pada saat
Pengukuhan para Anggota Dewan Pendidikan DIY, 2 Juni 2017, bahwa Program GBK masih kurang/belum mendapat respon para guru untuk berpartisipasi, mungkin karena banyak tugas
• Untuk memperlancar PMS telah
ditandatangani MOU antara Dewan Pendidikan DIY dengan UGM,
Dinas Dikpora, pada tanggal 2 Juni 2017 di hadapan Gubernur DIY.
• Dalam rangka mendukung program
Student Goes to Museum , pada tanggal 2 Juni 2017 juga
ditandatangani MOU antara Dewan Pendidikan DIY, Barahmus, Dinas Kebudayaan dan Dinas Dikpora. Para profesor ikut memberi
BEBERAPA KOMPETENSI DAN/ATAU KEAHLIAN
PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA PESERTA DIDIK
(SCL)
1.KOMUNIKASI (COMMUNICATION)
Siswa/peserta didik dituntut memahami,
mengelola, dan menciptakan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan, dalam berbagai multimedia.
Siswa/peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pendapat/ide-idenya, ketika berdiskusi dengan teman-temannya dan pada saat menyelesaikan masalah/tugas
2.
KERJASAMA
(COLLABORATION}
Siswa/peserta didik mampu
bekerjasama berkelompok
apapun perannya, menghormati perbedaan, dan toleransi.
Siswa/peserta didik
bertanggungjawab secara
pribadi dan feksibitas secara
3. BERPIKIR KRITIS DAN MENGATASI MASALAH (CRITICAL THINKING
AND PROBLEM SOLVING)
Siswa/peserta didik berusaha untuk mengemukakan logika dalam
memahami dan membuat pilihan, memahami hubungan antar sistem.
Mampu berfkir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks mengatasi masalah
Siswa/peserta didik secara mandiri
berusaha menyusun dan
4. KREATIVITAS DAN INOVASI
(
CREATIVITY AND INNOVATION)
Siswa/peserta didik mampu
mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
pendapat/ide/gagasan-gagasan baru
kepada teman-temannya, bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda.
Siswa/peserta didik mampu
Selain p
e
ndekatan pembelajaran,
peserta didik harus diberi
kesempatan untuk mengembangkan
kecakapannya dalam menguasai
teknologi informasi, dan komunikasi
khususnya komputer
.
LITERASI ICT
Kemampuan menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk
mencapai kecakapan berpikir dan belajar peserta didik.
Pendidik menyiapkan
kegiatan-kegiatan yang memberikan
kesempatan peserta didik untuk
SEJUMLAH ASPEK BERBASIS KARAKTER DAN PERILAKU YANG DIBUTUHKAN MANUSIA ABAD XXI
• LEADERSHIP
– sikap dan kemampuan untuk menjadi pemimpin dan yang terdepan dalam berinisiatif demi menghasilkan berbagai terobosan
• PERSONAL RESPONSIBILITY
– sikap bertanggung jawab terhadap seluruh perbuatan yang dilakukan sebagai seorang individu mandiri
• ETHICS
• PEOPLE SKILLS
– memiliki sejumlah keahlian dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi sebagai mahluk individu dan mahluk sosial
• ADAPTABILITY
– mampu beradaptasi dan beradopsi dengan berbagai
perubahan yang terjadi sejalan dengan dinamika kehidupan
• SELF-DIRECTION
• ACCOUNTABILITY
– kondisi di mana seorang individu memiliki alasan dan dasar yang jelas dalam setiap langkah dan tindakan yang dilakukan
• SOCIAL RESPONSIBILITY
– memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan kehidupan maupun komunitas yang ada di sekitarnya
• PERSONAL PRODUCTIVITY
– mampu meningkatkan kualitas kemanusiaannya melalui
5. ANTISIPASI YANG PERLU
DILAKUKAN DALAM PENDIDIKAN
ABAD XXI
Mengutamakan kemampuan
komunikasi
,
kreativitas
,
inovasi,
dan
daya mencari tahu atau eksplorasi.
Mampu mendapatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta
memanfaatkan serta
Mampu mengantisipasi
dan menghargai
kemajemukan
masyarakat dalam
budaya, suku, bahasa,
karakter, agama
dsb.
Keanekaragaman tsb
harus dimanfaatkan
untuk memajukan
PERAN PENDIDIK DI ABAD XXI
Pendidik sebagai fasilitator, Pendidik sebagai
pembimbing,
Pendidik sebagai
konsultan,
Pendidik sebagai motivator,
Pendidik sebagai monitor (memonitor aktivitas
siswa),
Pendidik sebagai kawan