• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Pedoman Pelajar Muhammadiyah.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "3. Pedoman Pelajar Muhammadiyah.pdf"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN

(2)
(3)
(4)

PEDOMAN ADMINISTRASI IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam keputusan ini yang di maksud dengan:

1. Kesekretariatan adalah kegiatan/aktivitas organisasi yang berkaitan dengan ketatausahaan dan surat-menyurat organisasi.

2. Surat khusus adalah surat yang memiliki bentuk tersendiri dengan tidak ada pencantuman nomor, lampiran dan hal di bagian kiri surat, malainkan pecan-tuman jenis surat di bagian tengah dan digunakan untuk kepentingan tertentu, meliputi surat keputusan, surat instruksi, surat mandat dan surat keterangan. 3. Administrasi perbekalan adalah kegiatan atau aktifitas organisasi yang me-nyangkut bidang pengadaan barang-barang organisasi/kantor, pemeliharaan, dan pengelolaan termasuk kearsipan.

Pasal 2 Tujuan

Untuk memberikan petunjuk demi kesamaan dan keseragaman pengelolaan administrasi IPM dalam rangka menuju tertib organisasi.

BAB II

ADMINISTRASI PERSURATAN

Pasal 3

Surat terdiri atas surat umum dan surat khusus

Pasal 4 Bagan surat umum terdiri dari:

1. Kop/kepala surat berisi logo, tingkat dan nama Organisasi dengan perincian sebagai berikut:

a. Logo berada rata tengah dengan posisi paling atas.

b. Warna logo sebagaimana terdapat dalam anggaran rumah tangga. c. Tulisan tingkat dan nama organisasi rata tengah, menggunakan bahasa

indonesia dengan jenis huruf arial ukuran font 12 dipertebal berada di bawah logo.

d. Warna tulisan tingkat dan nama organisasi adalah hijau.

(5)

a. di tulis dengan warna hijau. b. berada di paling bawah kertas surat. c. di tulis rata tengah.

3. Kalimat Basmallah ditulis rata tengah. Kalimat Basmalah dapat ditulis dengan huruf Arab berada di bawah kop/kepala surat.

4. Nomor surat :

a. Setiap nomor surat berlaku untuk satu perihal (satu pokok surat) dan satu tujuan.

b. Nomor yang sama hanya berlaku untuk tujuan yang bersifat kolektif, Mis-alnya:

Yth. PW IPM se-Indonesia Yth. PD IPM se-Kalimantan Timur 5. Lampiran Surat :

a. Lampiran tidak disertai kop surat.

b. Tulisan lampiran tidak dicantumkan apabila dalam surat tersebut tidak ada lampiran atau tidak menyertakan lampiran.

6. Perihal berisi; maksud surat, ditulis pendek menyebutkan isi surat.

7. Tanggal pembuatan surat terbagi atas dua macam; Hijriah ditempatkan pada bagian atas dan Miladiyah ditempatkan pada bagian bawah. Kota tempat pembuatan surat dicantumkan apabila mempunyai dua kantor.

8. Tujuan

Ditulis mulai dari pinggir kiri, disesuaikan dengan panjangnya rangkaian kata tujuan surat.

9. Salam Pembuka

Assalamu’alaikum Wr. Wb. ditulis dengan huruf latin dimulai dari bagian kiri. 10. Isi surat singkat, padat, menunukkan perihal surat ditulis dengan mengacu

pada bentuk lurus (rata kanan kiri) dan ditulis dengan jenis huruf Arial Narrow 12, spasi satu.

11. Semboyan IPM “Nuun Walqolami Wamaa Yasthuruun” digunakan pada tiap surat IPM dan ditulis dengan huruf latin

12. Salam penutup

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. ditulis dengan huruf latin dimulai dari bagian kiri. 13. Penandatangan surat :

a. Penandatangan surat umum terdiri atas; Ketua Umum dan sekretaris jenderal/sekretaris umum.

b. Jika salahsatu dari keduanya berhalangan, maka di penandatangan di lakukan oleh Ketua umum dan sekretaris atau ketua dan sekretaris jenderal/sekretaris umum.

(6)

penandatan-gan di lakukan oleh ketua umum dan bendahara umum, jika berhalanpenandatan-gan maka pemberlakukannya berdasarkan jabatan hierarki seperti poin b dan c ayat ini.

e. Nama Ketua Umum/Ketua dan Sekretaris Jenderal/Sekretaris Umum/ Sekretraris atau dengan Bendahara Umum / Bendahara, ditulis di bagian bawah.

f. Penulisan nama sebagaimana poin e tersebut diikuti dengan NBA (Nomor Baku Anggota) ditulis tebal tanpa garis bawah.

g. Penulisan nama sebagaiman poin e tersebut dilarang menggunakan gelar akademik, agama, profesi dan kebangsawanan dalam pembuatan surat-surat IPM.

14. Bila surat memerlukan tembusan, penulisan ditempatkan pada bagian bawah kiri.

15. Bila surat memerlukan catatan untuk tambahan dan atau nomor personal un-tuk konfirmasii surat, penulisan ditempatkan pada bagian paling bawah, jenis huruf cetak yang dibedakan dengan isi surat.

16. Kertas untuk surat resmi berwarna putih (HVS) ukuran A4.

17. contoh bagan surat umum terdapat dalam lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pedoman ini.

Pasal 5

Kode surat terdiri atas kode klasifikasi jenis kepentingan surat, kode klasifikasi tujuan surat, kode indeks wilayah yang mengeluarkan surat, tingkat pimpinan yang mengeluarkan surat, nomor urut surat dalam satuan tahunan, dan tahun surat di keluarkan.

Pasal 6

Keterangan kode Indeks surat adalah sebagai berikut :

1. kode klasifikasi jenis kepentingan surat berisi huruf dari A sampai C. 2. kode klasifikasi tujuan berisi angka 1 dan 2.

3. kode indeks wilayah yang mengeluarkan surat berisi angka romawi. 4. tingkat pimpinan berisi singkatan pimpinan IPM.

5. nomor urut berisi angka yang berurutan dari satu surat ke surat yang lain. 6. tahun surat berisi angka tahun yang menunjukkan tahun surat di buat.

Pasal 7

Kode klasifikasi jenis kepentingan surat adalah sebagai berikut: 1. A : urusan Organisasi.

(7)

3. B : Urusan Personalia, pimpinan dan penghargaan.

4. urusan personalia, pimpinan, dan penghargaan yang di maksud angka 3 pasal ini meliputi : pendaftaran, skorsing, mutasi, pemberhentian, alumnus, pengesahan anggota, pengesahan pimpinan, pemberian mandat, penghar-gaan, pengangkatan anggota kehormatan, piagam pengharpenghar-gaan, serta hal lain yang berkaitan dengan urusan perseorangan, personalia, atau pimpinan. 5. C : urusan keuangan.

6. urusan keuangan yang di maksud angka 5 pasal ini meliputi: sumbangan, iuran, infaq anggota/pimpinan, uang pangkal, donasi, utang/tagihan piutang, rekening bank/giro pos, tabungan/simpanan, kerjasama dalam bidang keuan-gan denkeuan-gan pihak luar, laporan keuankeuan-gan, dan hal lain yang berkaitan denkeuan-gan laporan keuangan.

Pasal 8 Kode klasifikasi tujuan surat adalah sebagai berikut:

1. 1: Ditujukan kepada institusi atau individu yang dilihat dari jabatannya adalah dari pihak Intern IPM dan Persyarikatan.

2. 2: Ditujukan kepada individu atau intsitusi di luar IPM dan Persyarikatan.

Pasal 9

Keterangan kode indeks wilayah adalah sebagai berikut: 1. I : Nangroe Aceh Darussalam.

2. II : Sumatera Utara. 3. III : Sumatera Barat. 4. IV : Jambi.

5. V : Riau. 6. VI : Bengkulu. 7. VII : Sumatera selatan. 8. VIII : Lampung. 9. IX : DKI Jakarta. 10. X : Jawa Barat. 11. XI : Jawa Tengah.

12. XII : Daerah Istimewa Yogyakarta. 13. XIII : Jawa Timur.

14. IVX : Bali.

(8)

21. XXI : Sulawesi Utara. 22. XXII : Sulawesi Tengah. 23. XXIII : Sulawesi Selatan. 24. XXIV : Maluku.

25. XXV : Sulawesi Tenggara. 26. XXVI : Papua.

27. XXVII : Maluku Utara. 28. XXVIII : Banten.

29. XXIX : Bangka Belitung. 30. XXX : Gorontalo. 31. XXXI : Kepulauan Riau. 32. XXXII : Sulawesi Barat. 33. XXXIII : Papua Barat

Pasal 10

Contoh kode surat umum terdapat dalam lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pedoman ini.

Pasal 11 Bagan surat khusus terdiri dari :

1. Kop/kepala surat sama formatnya sebagaimana pasal 4 angka 1 di atas. 2. Alamat surat sama formatnya sebagaimana pasal 4 angka 2 di atas. 3. Khusus untuk Surat Keputusan, tidak menggunakan alamat surat.

4. Judul Surat (Surat Keputusan, Instruksi, Surat Mandat dan Surat Keterangan/ Syahadah/Penghargaan) ditulis di tengah dengan huruf cetak kapital dan bergaris bawah.

5. Kode surat dan nomor dicantumkan dibawah judul surat.

6. Untuk Surat Keputusan dan Instruksi, dicantumkan inti atau tema surat tersebut dengan mencantumkan kata tentang. Sekaligus menjelaskan maksud surat. 7. Isi surat, ditulis dengan mengacu pada bentuk lurus (rata kanan kiri) dan

ditulis dengan jenis huruf Arial Narrow 12, spasi satu. 8. Tidak mencantumkan jumlah satuan lampiran dalam surat. 9. Tidak mencantumkan salam pembuka dan penutup.

10. Tanggal surat diletakan di bagian akhir isi surat, sebelah kanan, diatas tanda tangan pejabat berwenang di bagian kanan. Dengan mencantumkan tempat dan waktu ditetapkannya surat tersebut.

11. Penandatangan surat khusus di lakukan oleh ketua umum dan sekretaris jenderal/sekretaris umum.

(9)

13. Contoh bagan surat khusus terdapat dalam lampiran pedoman ini.

Pasal 12

Kode surat khusus berisi nomor urut, kode jenis surat khusus, kode wilayah, tingkat pimpinan, tahun di keluarkan surat.

Pasal 13

Kode jenis surat sebagaimana pasal di atas adalah sebagai berikut. 1. Surat Keputusan : KEP.

2. Surat Instruksi : INS.

3. Surat Mandat : MAN.

4. Surat Keterangan : KET.

Pasal 14

Contoh kode surat khusus terdapat dalam lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan darii pedoman ini.

Pasal 15

Untuk melegaliasi, surat wajib di stempel yang menunjukkan keterangan institusi pembuat surat.

Pasal 16

Untuk efesiensi waktu, surat dapat disampaikan melalui Internet dengan elektron-ik mail dan atau faksimile, akan tetapi surat yang asli harus tetap disampaelektron-ikan.

BAB III ARSIP SURAT

Pasal 17

Seluruh surat keluar dan surat masuk di catat berdasarkan klasifikasi jenis surat maupun asal surat.

Pasal 18

Klasifikasi sebagaimana pasal 17 di atas adalah sebagai berikut:

1. berdasarkan Jenis Surat, yaitu: surat masuk dan keluar disimpan secara ter-pisah dengan dasar sesuai nomor urut, nomor dikeluarkan atau nomor masuk pada surat yang diterima.

2. berdasarkan Asal Surat, yaitu: surat yang masuk disimpan berdasarkan asal surat yang diterima menurut klasifikasi lembaga yang mengirimkan. Misalnya dengan klasifikasi sebagai berikut :

(10)

b. Intern Persyarikatan (Muhammadiyah, Majelis, Ortom lain, Lembaga Amal Usaha)

c. Pemerintah dan Militer d. Ormas/OKP, Parpol

3. berdasarkan Pokok isi/hal, yaitu surat disimpan menurut isi pokok surat, dengan diklasifikasikan terlebih dahulu berdasarkan isi surat tersebut, seb-agaimana ada pada jenis/macam-macam surat.

Pasal 19

Untuk menghemat ruangan atau tempat penyimpanan arsip, maka perlu ada penyusutan surat yang sudah tidak diperlukan lagi.

Pasal 20 Penyusutan surat di lakukan terhadap:

1. Arsip/warkat yang telah berusia 2 sampai 3 tahun lebih.

2. Warkat yang sudah tidak berguna atau digunakan lagi (non aktif).

Pasal 21

Cara Penyusutan dilakukan dengan cara penjilidan atau pemusnahan arsip (di-bakar) bila tidak digunakan lagi.

BAB IV

ADMINISTRASI PERBEKALAN

Pasal 22

Untuk melakukan aktivitas-aktivitas kantor diperlukan administrasi perbekalan yaitu tentang buku administrasi yang menunjang bekal kantor.

Pasal 23 Buku administrasi terdiri dari:

1. Buku tamu yang berfungsi untuk mengisi daftar tamu masuk dan kritik, saran. 2. Buku Agenda Surat yang berfungsi untuk mencatat surat masuk dan keluar. 3. Buku Notulen Sidang yang berfungsi untuk mencatat hasil-hasil rapat/sidang. 4. Buku Presensi Rapat yang berfungsi memuat daftar hadir Pimpinan dalam

setiap rapat/sidang.

5. Buku Inventaris yang berfungsi untuk mencatat barang-barang yang menjadi milik organisasi/inventaris.

6. Buku Data Base yang berfungsi utuk memuat data yang diperlukan organisasi seperti;

(11)

c. Data jumlah anggota masing-masing

d. Data potensi Wilayah/Daerah/Cabang/Ranting e. Lain-lain yang diperlukan

7. Buku Catatan Kegiatan yang berfungsi untuk mencatat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

8. Buku Inventaris yanng berfungsi untuk mencatat barang-barang yang menjadi milik organisasi/inventaris.

Pasal 24

Untuk melakukan aktivitas-aktivitas kantor diperlukan alat-alat perkantoran, antara lain; pc (personal computer), scanner, modem, camera teleconfrence, pesawat telepon, faksimile.

BAB V

ADMINISTRASI KEANGGOTAAN

Pasal 25

Administrasi keanggotaan adalah administrasi yang menyangkut segala aspek keanggotaan IPM. Termasuk dalam hal ini adalah pendataan anggota, herregis-trasi dan pemilikan Kartu Tanda Anggota (KTA).

Pasal 26

Kartu Tanda Anggota dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat, yang berfungsi sebagai tanda bukti bahwa seseorang secara resmi telah menjadi anggota IPM.

Pasal 27

Prosedur pemilikan/permohonan KTA diatur dengan cara mengajukan permo-honan kepada pimpinan pusat di lengkapi:

1. Blangko permohonan KTA

2. Pas foto berwarna menghadap ke depan (putri wajib berjilbab) dengan ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar

3. Biaya administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Surat Pengantar dari Pimpinan yang bersangkutan.

5. Blanko resmi permohonan KTA dikeluarkan oleh PP IPM dan dapat di down-load di www.ipm.or.id atau langsung ke sekretariat PP IPM.

Pasal 28

Buku anggota sementara/ harian digunakan sebagai pencatat anggota yang bersifat sementara sebelum diproses lebih lanjut dalam buku induk tetap kolom yang diperlukan antara lain:

(12)

3. Asal Daerah (PD. IPM yang bersangkutan) 4. Kolom chek list pengajuan kartu baru 5. Kolom chek list pembaharuan kartu 6. Tempat/Tanggal lahir

7. Pendidikan 8. Alamat 9. Keterangan

Pasal 29

Buku induk tetap merupakan buku yang berisi data seseorang yang sudah men-jadi anggota tetap. Kolom buku tersebut antara lain :

1. Nomor Urut

2. Nomor Baku Anggota 3. Nama

4. Asal daerah (PD. IPM yang bersangkutan) 5. Tempat Tanggal lahir

6. Pendidikan 7. Alamat 8. Keterangan

Pasal 30

Buku mutasi digunakan khusus untuk mencatat anggota yang pindah dari satu daerah ke daerah yang lain diluar wilayah kepemimpinannya. Kolom Yang diper-lukan antar lain:

1. Nomor urut. 2. Nama.

3. Tempat Tanggal lahir.

4. Jabatan terakhir (sebelum mutasi).

5. Masa jabatan/keanggotaan (sebelum mutasi). 6. Kota tujuan mutasi.

7. Alamat dan kontak person setelah mutasi. 8. Keterangan

Pasal 31 Macam - Macam Bentuk Mutasi:

1. Mutasi Domisili: perubahan status domisili pimpinan/anggota dari suatu tem-pat ke temtem-pat yang lain.

2. Mutasi Jabatan: perubahan status jabatan fungsional pada tingkatan pimpinan.

Pasal 32 Prosedur Mutasi:

(13)

a. Yang bersangkutan memohon surat keterangan mutasi dari Pimpinan Ranting/Cabang/ Daerah atau Wilayah asal mutasi

b. Pimpinan Ranting/Cabang/Daerah atau wilayah asal mutasi memberikan surat keterangan mutasi kepada yang bersangkutan dengan tembusan kepada Pimpinan IPM tujuan mutasi dan diatasnya.

c. Selanjutnya yang besangkutan melaporkan diri kepada pimpinan IPM tujuan mutasi.

2. Mutasi Jabatan

Pimpinan yang bersangkutan melaporkan adanya mutasi jabatan ditingkatnya kepada Pimpinan diatasnya.

BAB VI

LAPORAN ORGANISASI

Pasal 33

Ketentuan mengenai Laporan organisasi adalah sebagai berikut :

1. Masing-masing tingkat pimpinan wajib melaporkan kegiatan yang dilak-sanakan kepada pimpinan di atasnya secara berkala.

2. Masing-masing bidang wajib melaporkan kegiatan bidang dalam rapat pimpi-nan.

3. Setiap personal yang melakukan kegiatan yang menyangkut organisasi atau tidak, wajib melaporkan kegiatannya pada sidang organisasi.

4. Masing - masing tingkat kepemimpian membuat laporan pertanggungjawaban untuk disampaikan dalam forum permusyawaratan tertinggi di tiap tingkatan. Laporan tersebut setidaknya terdiri atas;

a. Pendahuluan b. Kondisi Obyektif

c. Keputusan Permusyawaratan Terdahulu d. Konsep Dasar Program

e. Pelaksanaan Program f. Problematika yang Dihadapi g. Saran

h. Penutup

BAB VII

ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 34

(14)

3. Papan nama organisasi 4. Kartu tanda anggota 5. Bendera

6. Pin 7. Jaket/jas

8. Batik Nasional dan Batik Daerah

Pasal 35

Lambang organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah memiliki ciri;

1. Bentuk segi lima perisai, runcing dibawah merupakan deformasi bentuk pena.

2. Ukuran satu berbanding dua.

3. Warna kuning berarti keagungan dan ketuhanan; putih berarti kesucian; merah berarti keberanian.

4. Isi : ada lima jalur penurun. Tiga besar dan dua jalur kecil, jalur tengah, runc-ing di bawah berwarna kunrunc-ing; lebar seperempat lebar perisai lambang dan diapit dua jalur kecil berwarna merah dengan lebar seperduapuluh (1/20) lebar perisai, dan dua jalur besar berwarna merah dengan lebar 1⁄4 lebar perisai. 5. Gambar matahari bersinar ( berjumlah 12 sinar ) yang terletak ditengah

(se-dikit agak keatas) perisai, merupakan lambang Muhammadiyah. Gambar ma-tahari yang berwarna kuning yang menunjukan bahwa IPM adalah keluarga Muhammadiyah. Di tengah bulatan matahari terdapat gambar buku berarti pengetahuan. Atau bisa juga berarti Al-Qur’an yang suci (putih). Warna hijau menunjukan agar ilmu yang didapatkan dapat mempertebal iman. Di bawah bulatan matahari terdapat tulisan ayat Al-quran, surat Al Qalam ayat 1 yang berbunyi “Nun walqalami wamaa yasthuruun” (dalam tulisan arab). Artinya: Demi pena apa yang dituliskannya.

6. Tulisan Al-Quran tersebut ditulis dengan menggunakan huruf Arab, warna hitam dan merupakan semboyan IPM. Huruf IPM berwarna merah dengan kontur hitam. Merah berarti berani serta aktif menyampaikan dakwah Islam karena IPM mengemban tugas sebagai pelopor, pelangsung dan penyem-purna amal usaha Muhammadiyah.

Pasal 36

Stempel /Cap IPM mempunyai ciri - ciri sebagai berikut : 1. Bentuk : oval, tegak lurus vertikal

2. Tinta : berwarna biru

3. Ukuran : garis tengah, tinggi ( panjang) 4,7 cm dan lebar 3,2 cm 4. Tulisan : di tengah - tengah lingkaran dalam tertera lambang IPM

(15)

tertulis tingkatan organisasi bersangkutan; misalnya, Cabang Duren Sawit. Antara tulisan bagian atas ( IPM ) dengan tulisan bawah (tingkat organisasi) dipisahkan dengan tanda * (bintang/asterik )

Pasal 37

Pimpinan dapat menggunkan papan nama, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bentuk; empat persegi panjang, dengan perbandingan 4:3

2. Ukuran maksimum;

a. Tingkat Pusat/Nasional : 200 cm : 150 cm

b. Tingkat Wilayah/Propinsi : 180 cm : 135 cm

c. Tingkat Daerah/Kota/Kabupaten : 160 cm : 120 cm

d. Tingkat Cabang/Kacamatan : 140 cm : 105 cm

e. Tingkat Ranting/Kelompok : 120 cm : 90 cm

3. Isi;

a. Lambang organisasi

b. Nama organisasi disertai tingkat dan ruang lingkup c. Alamat lengkap organisasi

4. Warna; Warna dasar kuning telur, tulisan berwarna merah.

Pasal 38

Ketentuan mengenai kartu anggota adalah sebagai berikut :

1. Bentuk : empat persegi panjang

2. Ukuran : panjang 8.5 cm dan lebar 5.5 cm

3. Warna : dasar kuning muda, dengan tulisan warna hitam

4. Isi

a. Muka Depan :

- Di pojok kiri atas; lambang IPM

- Sebelah atas; tertera maksud dan tujuan IPM

- Di sebelah bawah kanan ditempel pas foto ukuran 2 x 3 cm - Di sebelah bawah kiri mencantumkan masa berlaku. b. Belakang

- Data pribadi anggota bersangkutan: nomor baku anggota, nama, tem-pat dan tanggal lahir, pendidikan dan alamat.

- Di bawah bagian tengah mencantumkan Pimpinan Pusat Ikatan Pela-jar Muhammadiyah, Ketua Umum dan Sekretris Jenderal.

c. Di kedua muka (depan dan belakang) KTA; ada tulisan Ikatan Pelajar Muhammadiyah secara transparan (bayang-bayang).

Pasal 39

Ketentuan mengenai bendera adalah sebagai berikut :

(16)

2. Ukuran : 120 cm x 90 cm, Lambang : 25 cm x 40 cm

3. Warna : warna dasar kuning, tulisan merah dan lambang

sesuai dengan ketentuan.

4. Jarak tulisan : dari tepi kanan dan kiri : 10 cm

dari tepi atas bawah : 5 cm

dari lambang : 5 cm

5. Isi

a. Lambang yang terletak di tengah-tengah

b. Tulisan “IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH” Di atas lambang

Pasal 40

1. Emblim (lencana) adalah lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah dengan bentuk yang telah disahkan. Adapun ukuran lencana tersebut: garis tengah; tinggi 3,5 cm, lebar 2,5 cm dan dibuat dari besi/logam

2. Bentuk Emblim, di tengah-tengahnya lambang IPM, dilingkari tulisan Ikatan Pelajar Muhammadiyah, atau keluarga besar Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan pinggirnya diberi garis berwarna hitam.

3. Bagde adalah lambang Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang berbentuk empat persegi panjang dan terbuat dari kain. Ukuran kain; tinggi 12 cm dan lebar 8 cm dengan warna dasar kuning. Di tengah-tengah tertera gambar lambang IPM dengan ukuran tinggi 10 cm dan lbar 5,5 cm. Warna lambang sesuai dengan petunjuk.

Pasal 41 Ketentuan mengenai jas IPM adalah sebagai berikut :

1. Pengertian : adalah jas khas IPM yang berlaku bagi seluruh anggota dan pimpinan IPM.

2. Warna jas : kuning (seperti warna kuning pada bendera IPM)

3. Model : berbentuk jas dengan

a. Kerah : terbuka

b. Bagian bawah : setengah lingkaran

c. Bentuk saku : luar tanpa tutup di bawah, kanan kiri. d. Bentuk belakang : tengah terbelah bawah.

4. Jenis kain : bahan celana

5. Bentuk Bagde : bentuk lingkaran dengan bordir 6. Setelan bawah : warna gelap

7. Pemakaian : pada waktu acara resmi.

Pasal 42

(17)

oleh Pimpinan Pusat.

2. Batik dapat dipakai pada kegiatan IPM baik formal maupun semi formal dan atau menghadirii undangan – undangan dari organisasi lain seperti diskusi, perjamuan dsb.

BAB VIII

ADMINISTRASI KEUANGAN

Pasal 43

Pedoman tentang administrasi keuangan dibuat dan disusun secara khusus dan tersendiri dalam Pedoman Adminsitrasi keuangan yang dibuat oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah

BAB IX PENUTUP

Pasal 44

1. Hal lain yang belum diatur dalam pedoman ini akan ditentukan kemudian oleh Pimpinan Pusat.

(18)

Surat Umum

(19)

Lampiran sebagaimana pasal 10

Contoh Kode Surat Masuk : A.1-IX/PR IPM 047/2009

Keterangan : A : Kode klasfikasi untuk urusan Organisasi. 1 : Kode klasifikasi tujuan untuk intern IPM

dan Muhammadiyah

IX : Kode indeks wilayah DKI Jakarta. PR IPM : Kode Pimpinan Ranting yag

kan surat

047 : Nomor urut surat dalam satuan tahunan. 2009 : Tahun pembuatan.

Kalau kode di atas jika di cermati akan terklasifikasikan atas tiga bagian, yang masing-masing bagian di pisahkan dengan garis miring, dengan keterangan sebagai berikut:

- Bagian pertama : memuat tetang kepentingan surat di suatu wilayah. - Bagian kedua : memuat no urut di pimpinan.

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)

Lampiran sebagaimana pasal 14

Contoh Kode

Surat Keputusan 25/SK/PP IPM-340/2009

Keterangan

25 Nomor surat keluar SK Kode surat khusus

PP IPM Kode Pimpinan Pusat yang mengeluarkan surat 340 Nomor urut surat dalam satuan tahunan. 2009 Tahun pembuatan.

Contoh Kode

Surat Keterangan 001/KET/A.1-XII/PW IPM-295/2009

Keterangan

001 Nomor surat keluar KET Kode surat khusus

A Kode klasfikasi untuk urusan Organisasi 1 Kode klasifikasi tujuan untuk intern IPM dan Muhammadiyah XII Kode Indeks Wilayah DIY

PW IPM kode Pimpinan Wilayah yang mengeluarkan surat 295 Nomor urut surat dalam satuan tahunan 2009 Tahun pembuatan

Contoh Kode

Surat Mandat 006/MAN/A.1-XI/PD IPM-279/2009

Keterangan

006 Nomor surat keluar MAN Kode surat khusus

A Kode klasfikasi untuk urusan Organisasi 1 Kode klasifikasi tujuan untuk intern IPM dan Muhammadiyah XI Kode indeks wilayah jawa tengah

PW IPM Kode Pimpinan Wilayah yang mengeluarkan surat

279 Nomor urut surat dalam satuan tahunan

(26)

Contoh Kode

Surat Instruksi 005/INS/A.1/PP IPM-278/2009

Keterangan

005 Nomor surat keluar

INS Kode surat khusus

A Kode klasfikasi untuk urusan Organisasi 1 Kode klasifikasi tujuan untuk intern IPM dan Muhammadiyah

PP IPM Kode Pimpinan Pusat yang mengeluarkan surat 278 Nomor urut surat dalam satuan tahunan

(27)
(28)

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Pengertian

1. Yang dimaksud Pedoman Pembentukan, Peleburan, dan Pemekaran Or-ganisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah, yang selanjutnya disebut P4O IPM adalah seperangkat aturan umum mengenai ketentuan, proses, dan tata cara pembentukan, peleburan dan pemekaran wilayah, daerah, cabang dan rant-ing Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

2. Yang dimaksud dengan pembentukan organisasi dalam P4O IPM ini adalah pemberian status sebagai wilayah, daerah, cabang dan ranting IPM yang baru dibentuk.

3. Yang dimaksud dengan peleburan organisasi dalam P4O IPM ini adalah pe-nyatuan wilayah, daerah, cabang dan ranting IPM kepada wilayah, daerah, cabang dan ranting IPM lainnya.

4. Yang dimaksud dengan pemekaran organisasi dalam P4O IPM ini adalah pemecahan wilayah, daerah, cabang dan ranting IPM menjadi lebih dari satu wilayah, daerah, cabang dan ranting IPM

5. Ranting adalah kesatuan anggota-anggota dalam satu sekolah atau ma-drasah atau pondok pesantren atau desa/kelurahan atau masjid atau panti asuhan atau

6. Cabang adalah kesatuan ranting-ranting di tingkat Kecamatan atau sekurang-kurangnya tiga ranting.

7. Daerah adalah kesatuan cabang-cabang di tingkat Kabupaten/Kota atau sekurang-kurangnya tiga cabang.

8. Wilayah adalah kesatuan daerah-daerah di tingkat Provinsi atau sekurang-kurangnya tiga daerah.

9. Pusat adalah kesatuan wilayah-wilayah dalam negara.

Pasal 2 Landasan Kaidah Umum P4O IPM disusun berdasarkan:

1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pelajar Muhammadiyah. 2. Tanfidz Muktamar XVI Ikatan Remaja Muhammadiyah.

Pasal 3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan ditetapkannya Kaidah Umum P4O IPM ini adalah : Maksud

(29)

sumber daya kader pimpinan yang memadai dalam pelaksanaan gerakan Ika-tan Pelajar Muhammadiyah secara terpadu dan berkesinambungan di seluruh tingkatan kepemimpinan IPM.

Tujuan

a. Terbentuknya struktur organisasi IPM yang mandiri dalam melaksanakan kewenangan dan program kerja di tingkatan masing-masing.

b. Terbentuknya struktur Pimpinan IPM yang memiliki legitimasi dan refre-sentatif dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan.

c. Terciptanya sumber daya kader pimpinan di semua tingkatan yang memi-liki militansi dan kecakapan sebagai Pimpinan IPM.

BAB II

PEMBENTUKAN ORGANISASI IPM

Pasal 4 Pembentukan Ranting

1. Ranting didirikan dan atau dibentuk atas rekomendasi Pimpinan Ranting Mu-hammadiyah atau kepala sekolah kemudian disahkan oleh Pimpinan Daerah IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 di atas ditembus-kan kepada Pimpinan Cabang, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Pusat IPM serta Kepala Sekolah dan atau Pimpinan Ranting Muhammadiyah setempat. 3. Pendirian Ranting bisa dilakukan atas inisiatif Pimpinan Ranting

Muhammadi-yah/ kepala sekolah dan atau Pimpinan Cabang IPM. 4. Syarat pendirian Ranting sekurang-kurangnya mempunyai:

a. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan b. Pengajian umum secara rutin sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan c. Memiliki sekolah atau masjid/mushalla sebagai pusat kegiatan

5. Prosedur pembentukan ranting sebagai berikut :

a. Inisiator pembentukan ranting melakukan konsolidasi dan sosialisasi pembentukan ranting,

b. Konsolidasi dan sosialisasi dalam point a. di atas melibatkan Pimpinan Ranting Muhammadiyah/ kepala sekolah dan Pimpinan Cabang IPM dan kader/anggota IPM pada ranting yang bersangkutan

c. Persiapan penyelenggaraan Musyawarah Ranting dengan membentuk komisi/panitia penyelenggara musyawarah ranting.

d. Musyawarah Ranting diselenggarakan atas undangan komisi/panitia pe-nyelenggara musyawarah ranting dengan Pimpinan Cabang IPM sebagai penanggung jawabnya.

(30)

agenda lain yang dianggap penting.

f. Pimpinan Daerah IPM berdasarkan Surat Pemohonan Pimpinan Cabang serta hasil Musyawarah Ranting dan Rekomendasi Pimpinan Ranting Muhammadiyah/kepala sekolah mengesahkan pendirian ranting

Pasal 5 Pembentukan Cabang

1. Cabang didirikan dan atau dibentuk atas rekomendasi Pimpinan Cabang Muhammadiyah, dan atau musyawarah cabang kemudian disahkan oleh Pimpinan Wilayah IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 di atas ditem-buskan kepada Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Pusat IPM serta Pimpinan Cabang Muhammadiyah setempat.

3. Pendirian Cabang bisa dilakukan atas inisiatif Pimpinan Cabang Muham-madiyah dan atau pimpinan daerah IPM dan atau pimpinan ranting IPM yang berada dalam Cabang tersebut

4. Syarat pendirian Cabang sekurang-kurangnya mempunyai:

a. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan b. Pengajian umum secara rutin tingkat Cabang sekurang-kurangnya sekali

dalam sebulan

c. Pembahasan masalah agama dan pengembangan pemikiran Islam d. Pelatihan kader Pimpinan tingkat Cabang

5. Prosedur pembentukan cabang sebagai berikut :

a. Inisiator pembentukan cabang melakukan konsolidasi dan sosialisasi pembentukan cabang.

b. Konsolidasi dan sosialisasi dalam point a. di atas melibatkan Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan atau Pimpinan Daerah IPM dan atau Pimpi-nan Ranting IPM yang berada dalam Cabang tersebut.

c. Persiapan penyelenggaraan Musyawarah Cabang dengan membentuk komisi/panitia penyelenggara Musyawarah Cabang.

d. Musyawarah Cabang diselenggarakan atas undangan komisi/panitia pe-nyelenggara Musyawarah Cabang dengan Pimpinan Daerah IPM sebagai penanggung jawabnya.

e. Musyawarah Cabang dengan agenda pokok : pembentukan Cabang, pro-gram kerja Pimpinan Cabang, pemilihan pimpinan dan agenda lain yang dianggap penting.

(31)

Pasal 6 Pembentukan Daerah

1. Daerah didirikan dan atau dibentuk atas rekomendasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah, dan atau Musyawarah Daerah kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat Keputusan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 di atas ditembuskan kepada Pimpinan Pusat IPM dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah setempat. 3. Pendirian Daerah bisa dilakukan atas inisiatif Pimpinan Daerah

Muhammadi-yah dan atau Pimpinan WilaMuhammadi-yah IPM dan atau Pimpinan Cabang IPM yang berada dalam daerah tersebut.

4. Syarat pendirian Daerah sekurang-kurangnya mempunyai:

a. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan b. Pengajian umum secara rutin tingkat Daerah sekurang-kurangnya sekali

dalam sebulan

c. Pembahasan masalah agama dan pengembangan pemikiran Islam d. Pelatihan kader Pimpinan tingkat Daerah

5. Prosedur pembentukan daerah sebagai berikut :

a. Inisiator pembentukan daerah melakukan konsolidasi dan sosialisasi pembentukan daerah.

b. Konsolidasi dan sosialisasi dalam point a. di atas melibatkan Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan atau pimpinan wilayah IPM dan atau pimpi-nan cabang IPM yang berada dalam Daerah tersebut

c. Persiapan penyelenggaraan Musyawarah daerah dengan membentuk komisi/panitia penyelenggara musyawarah daerah

d. Musyawarah Daerah diselenggarakan atas undangan komisi/panitia pe-nyelenggara Musyawarah Daerah dengan Pimpinan Wilayah IPM sebagai penanggung jawabnya.

e. Musyawarah Daerah dengan agenda pokok : pembentukan daerah, pro-gram kerja Pimpinan Daerah, pemilihan pimpinan dan agenda lain yang dianggap penting.

f. Pimpinan Pusat IPM berdasarkan Surat Permohonan Pimpinan Wilayah IPM serta hasil Musyawarah Daerah dan Rekomendasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah mengesahkan pendirian daerah.

Pasal 7 Pembentukan Wilayah

1. Wilayah didirikan dan atau dibentuk atas rekomendasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan atau Musyawarah Wilayah kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan Surat Keputusan.

(32)

ditembus-kan kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah setempat.

3. Pendirian wilayah bisa dilakukan atas inisiatif Pimpinan Wilayah Muham-madiyah dan atau Pimpinan Pusat IPM dan atau Pimpinan Daerah IPM yang berada dalam wilayah tersebut.

4. Syarat pendirian Wilayah sekurang-kurangnya mempunyai:

a. Pengajian pimpinan secara rutin sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan b. Pengajian umum secara rutin tingkat Daerah sekurang-kurangnya sekali

dalam sebulan

c. Pembahasan masalah agama dan pengembangan pemikiran Islam d. Pelatihan kader pimpinan tingkat Wilayah

5. Prosedur pembentukan Wilayah sebagai berikut :

a. Inisiator pembentukan wilayah melakukan konsolidasi dan sosialisasi pembentukan wilayah.

b. Konsolidasi dan sosialisasi dalam point a. di atas melibatkan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan atau Pimpinan Pusat IPM dan atau Pimpi-nan Daerah IPM yang berada dalam wilayah tersebut.

c. Persiapan penyelenggaraan Musyawarah Wilayah dengan membentuk komisi/panitia penyelenggara Musyawarah Wilayah.

d. Musyawarah Wilayah diselenggarakan atas undangan komisi/panitia pe-nyelenggara Musyawarah Wilayah dengan Pimpinan Pusat IPM sebagai penanggung jawabnya.

e. Musyawarah Wilayah dengan agenda pokok : pembentukan wilayah, pro-gram kerja Pimpinan Wilayah, pemilihan pimpinan dan agenda lain yang dianggap penting

f. Pimpinan Pusat berdasarkan hasil Musyawarah Wilayah dan Rekomen-dasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah mengesahkan pendirian wilayah.

BAB III

PELEBURAN ORGANISASI IPM

Pasal 8 Peleburan Ranting

1. Usul peleburan ranting IPM disampaikan oleh Pimpinan Ranting IPM yang bersangkutan kepada Pimpinan Cabang IPM dengan persetujuan permusy-awaratan ranting (musyran) yang akan melebur kemudian disahkan oleh Pimpinan Daerah IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. di atas disampaikan kepada Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Pusat IPM serta Ke-pala Sekolah dan atau Pimpinan Ranting Muhammadiyah setempat. 3. Prosedur peleburan ranting adalah sebagai berikut :

(33)

b. Berdasarkan persetujuan dari Musyran, Pimpinan Ranting IPM menyam-paikan usulan peleburan kepada Pimpinan Cabang.

c. Pimpinan Cabang IPM meminta pertimbangan Kepala Sekolah dan atau Pimpinan Ranting Muhammadiyah yang ranting IPM-nya akan melebur ataupun yang ranting IPM-nya akan menerima peleburan.

d. Pimpinan Cabang IPM meminta tanggapan kepada Pimpinan Ranting yang akan menerima peleburan tentang penerimaan ranting yang akan melebur kepada rantingnya.

e. Pimpinan Ranting yang akan menerima peleburan membuat keputusan mengenai penerimaan ranting yang akan melebur kepada rantingnya. f. Pimpinan Daerah IPM mengesahkan peleburan ranting

4. Pimpinan cabang IPM atas inisiatif sendiri dan atau masukan dari pimpinan cabang Muhammadiyah dapat menyarankan peleburan satu ranting kepada ranting lainnya

Pasal 9 Peleburan Cabang

1. Usul peleburan cabang IPM disampaikan oleh Pimpinan Cabang IPM yang bersangkutan kepada Pimpinan Daerah IPM dengan persetujuan permusy-awaratan cabang (musycab) yang akan melebur kemudian disahkan oleh Pimpinan Wilayah IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. di atas disampaikan kepada Pimpinan Wilayah, Pimpinan Pusat IPM serta Pimpinan Cabang Mu-hammadiyah setempat.

3. Prosedur peleburan cabang adalah sebagai berikut:

a. Pimpinan Cabang IPM membahas usulan peleburan cabang dalam Musy-cab.

b. Berdasarkan persetujuan dari Musycab, Pimpinan Cabang IPM menyam-paikan usulan peleburan kepada Pimpinan Daerah.

c. Pimpinan daerah IPM meminta pertimbangan Pimpinan Cabang Muham-madiyah yang cabang nya akan melebur ataupun yang cabang IPM-nya akan menerima peleburan.

d. Pimpinan Daerah IPM meminta tanggapan kepada Pimpinan Cabang yang akan menerima peleburan tentang penerimaan cabang yang akan melebur kepada cabangnya.

e. Pimpinan Cabang yang akan menerima peleburan membuat keputusan mengenai penerimaan cabang yang akan melebur kepada cabangnya. f. Pimpinan Wilayah IPM mengesahkan peleburan cabang.

(34)

Pasal 10 Peleburan Daerah

1. Usul peleburan daerah IPM disampaikan oleh Pimpinan Daerah IPM yang bersangkutan kepada Pimpinan Pusat IPM dengan persetujuan permusy-awaratan daerah (musyda) yang akan melebur kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. di atas disampaikan kepada Pimpinan Wilayah IPM, serta Pimpinan Daerah Muhammadiyah se-tempat.

3. Prosedur peleburan daerah adalah sebagai berikut :

a. Pimpinan Daerah IPM membahas usulan peleburan daerah dalam Musyda.

b. Berdasarkan persetujuan dari Musyda, Pimpinan Daerah IPM menyam-paikan usulan peleburan kepada Pimpinan Wilayah.

c. Pimpinan Wilayah IPM meminta pertimbangan Pimpinan Daerah Muham-madiyah yang daerah nya akan melebur ataupun yang daerah IPM-nya akan menerima peleburan.

d. Pimpinan Wilayah IPM meminta tanggapan kepada Pimpinan Daerah yang akan menerima peleburan tentang penerimaan daerah yang akan melebur kepada daerahnya.

e. Pimpinan Daerah yang akan menerima peleburan membuat keputusan mengenai penerimaan daerah yang akan melebur kepada daerahnya. f. Pimpinan Pusat IPM mengesahkan peleburan daerah.

4. Pimpinan Wilayah IPM atas inisiatif sendiri dan atau masukan dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dapat menyarankan peleburan satu daerah kepada daerah lainnya.

Pasal 11 Peleburan Wilayah

1. Usul peleburan wilayah IPM disampaikan oleh Pimpinan Wilayah IPM yang bersangkutan kepada Pimpinan Pusat IPM dengan persetujuan permusy-awaratan wilayah (musywil) yang akan melebur kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. di atas disampaikan kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah setempat.

3. Prosedur peleburan wilayah adalah sebagai berikut :

a. Pimpinan Wilayah IPM membahas usulan peleburan daerah dalam Musywil b. Berdasarkan persetujuan dari Musywil, Pimpinan Wilayah IPM

menyam-paikan usulan peleburan kepada Pimpinan Pusat IPM.

(35)

IPM-nya akan menerima peleburan.

d. Pimpinan Pusat IPM meminta tanggapan kepada Pimpinan Wilayah yang akan menerima peleburan tentang penerimaan wilayah yang akan me-lebur kepada wilayahnya.

e. Pimpinan Wilayah yang akan menerima peleburan membuat keputusan mengenai penerimaan wilayah yang akan melebur kepada wilayahnya. f. Pimpinan Pusat IPM mengesahkan peleburan wilayah

4. Pimpinan Pusat IPM atas inisiatif sendiri dan atau masukan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah dapat menyarankan peleburan satu wilayah kepada wilayah lainnya.

BAB IV

PEMEKARAN ORGANISASI IPM

Pasal 12 Pemekaran Ranting

1. Usul pemekaran ranting IPM disampaikan oleh Pimpinan Ranting IPM yang bersangkutan kepada Pimpinan Cabang IPM dengan persetujuan permusy-awaratan ranting (musyran) kemudian disahkan oleh Pimpinan Daerah IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. di atas disampaikan kepada Pimpinan Cabang, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Pusat IPM serta Ke-pala Sekolah dan atau Pimpinan Ranting Muhammadiyah setempat. 3. Prosedur pemekaran ranting adalah sebagai berikut :

a. Pimpinan Ranting IPM membahas usulan pemekaran ranting dalam Musyran.

b. Berdasarkan persetujuan dari Musyran, Pimpinan Ranting IPM menyam-paikan usulan pemekaran kepada Pimpinan Cabang.

c. Pimpinan Cabang IPM meminta rekomendasi Kepala Sekolah dan atau Pimpinan Ranting Muhammadiyah.

d. Pimpinan Daerah IPM mengesahkan pemekaran ranting berdasarkan hasil musyawarah ranting dan rekomendasi Kepala Sekolah dan atau Pimpinan Ranting Muhammadiyah

4. Pimpinan Cabang IPM atas inisiatif sendiri dan atau masukan dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah dapat menyarankan pemekaran satu ranting.

Pasal 13 Pemekaran Cabang

(36)

dengan Surat Keputusan.

2. Surat keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. di atas disampaikan ke-pada Pimpinan Pusat IPM serta Pimpinan Cabang Muhammadiyah setempat. 3. Prosedur pemekaran cabang adalah sebagai berikut :

a. Pimpinan Cabang IPM membahas usulan pemekaran cabang dalam Musycab

b. Berdasarkan persetujuan dari Musycab, Pimpinan Cabang IPM menyam-paikan usulan pemekaran kepada Pimpinan Daerah.

c. Pimpinan Daerah IPM meminta rekomendasi Pimpinan Cabang Muham-madiyah.

d. Pimpinan Wilayah IPM mengesahkan pemekaran cabang berdasarkan hasil Musyawarah Cabang dan Rekomendasi Pimpinan Cabang Muham-madiyah serta surat Permohonan Pimpinan Daerah IPM.

4. Pimpinan Daerah IPM atas inisiatif sendiri dan atau masukan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah dapat menyarankan pemekaran satu cabang.

Pasal 14 Pemekaran Daerah

1. Usul pemekaran daerah IPM disampaikan oleh Pimpinan Daerah IPM yang bersangkutan kepada Pimpinan Wilayah IPM dengan persetujuan permusy-awaratan daerah (musyda) kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. di atas disampaikan kepada Pimpinan Wilayah IPM serta Pimpinan Daerah Muhammadiyah se-tempat

3. Prosedur pemekaran daerah adalah sebagai berikut :

a. Pimpinan Daerah IPM membahas usulan pemekaran daerah dalam Musyda

b. Berdasarkan persetujuan dari Musyda, Pimpinan Daerah IPM menyam-paikan usulan pemekaran kepada Pimpinan Wilayah.

c. Pimpinan Wilayah IPM meminta rekomendasi Pimpinan Daerah Muham-madiyah.

d. Pimpinan Pusat IPM mengesahkan pemekaran wilayah berdasarkan hasil Musyawarah daerah dan Rekomendasi Pimpinan Daerah Muhammadi-yah serta Surat Permohonan dari Pimpinan WilaMuhammadi-yah

4. Pimpinan Wilayah IPM atas inisiatif sendiri dan atau masukan dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dapat menyarankan pemekaran satu daerah.

(37)

1. Usul pemekaran wilayah IPM disampaikan oleh Pimpinan Wilayah IPM yang bersangkutan kepada Pimpinan Pusat IPM dengan persetujuan permusy-awaratan wilayah (musywil) kemudian disahkan oleh Pimpinan Pusat IPM dengan Surat Keputusan.

2. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1. di atas disampaikan kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah setempat.

3. Prosedur pemekaran daerah adalah sebagai berikut :

a. Pimpinan Wilayah IPM membahas usulan pemekaran wilayah dalam Musywil.

b. Berdasarkan persetujuan dari Musywil, Pimpinan Wilayah IPM menyam-paikan usulan pemekaran kepada Pimpinan Pusat.

c. Pimpinan Pusat IPM meminta rekomendasi Pimpinan Wilayah Muham-madiyah.

d. Pimpinan Pusat IPM mengesahkan pemekaran wilayah berdasarkan hasil Musyawarah Wilayah dan Rekomendasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah. 4. Pimpinan Pusat IPM atas inisiatif sendiri dan atau masukan dari Pimpinan

Pusat Muhammadiyah dapat menyarankan pemekaran satu wilayah.

BAB V Ketentuan Penutup

Pasal 16

Hal- hal yang belum diatur dalam Pedoman Pembentukan, Peleburan dan Peme-karan wilayah, daearah, cabang dan ranting ini dapat diatur berdasarkan kes-epakatan antara unsur terkait bersama dengan pimpinan di atasnya sepanjang tidak bertentangan dengan AD dan ART IPM.

Pasal 17

(38)

KATA PENGANTAR

PEDOMAN PENGELOLAAN RANTING IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

Alhamdulillah, segala puji senantiasa kita haturkan kepada zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Alloh SWT. Berkat rahmatNya lah, Buku Pan-duan Pengelolaan Ranting (BPPR) Ikatan Pelajar Muhammadiyah akhirnya bisa diterbitkan. Buku ini adalah penyempurnaan dari buku panduan yang pada peri-ode sebelumnya sudah diterbitkan dalam jumlah terbatas.

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sebagai salah satu ortom Muham-madiyah, mempunyai tanggungjawab yang besar untuk mendidik dan mencetak kader persyarikatan. Dari Pimpinan Ranting lah, proses pengkaderan dalam tubuh IPM dimulai. Akan tetapi, sungguh miris memang. Melihat kenyataan beberapa Pimpinan Ranting IPM di SMP/Mts, SMA/SMK/MA Muhammadiyah se-Indonesia. Beberapa belum bisa menjalankan fungsi ke-organisasiannya secara optimal. Bahkan, di beberapa sekolah, belum terbentuk Pimpinan Ranting. Ka-laupun sudah terbentuk, sering terjadi ketidakselarasan antara Pimpinan Ranting IPM, Pembina IPM, dan pihak sekolah.

Buku ini mencoba mengurai apa saja yang dibutuhkan dan apa saja yang harus dilakukan oleh Pimpinan Ranting IPM. Tidak hanya itu, buku ini bisa men-jadi pegangan Pimpinan Ranting IPM, Pembina Pimpinan Ranting IPM, dan pihak sekolah dalam menyelaraskan gerak IPM di sekolah. Sedangkan untuk Pimpinan Ranting non Sekolah Muhammadiyah, buku ini juga dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan ranting dengan penyesuaian terhadap kondisi dan kebutuhan rant-ing yang dikoordinasikan kepada Pimpinan Cabang atau Pimpinan Daerah IPM dan Pimpinan Cabang atau Pimpinan Daerah Muhammadiyah setempat.

Akhirnya, semoga buku panduan ini bisa memberikan manfaat bagi Ikatan Pelajar Muhammadiyah khususnya Pimpinan Ranting IPM. Sehingga harapan dan cita-cita IPM untuk menguatkan basis ikatan dapat terwujud. Tak lupa, kami mohon maaf bila masih ada kekurangan dalam buku ini, serta ucapan terimaka-sih kepada semua pihak yang telah membantu menyempurnakan panduan rant-ing ini. Semoga Allah senantiasa mempermudah jalan dakwah kita. Amin.

Nun Wal Qalami Wa Maa Yasthurun

Yogyakarta, 23 Desember 2009 Ketua Bidang Perkaderan PP IPM

(39)

PEDOMAN PENGELOLAAN RANTING IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

PENDAHULUAN

Latar belakang berdirinya Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tidak terlepas dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan sebagai konsekuensi dari banyaknya sekolah yang merupakan amal usaha Muhammadiyah untuk membina dan mendidik kader.

Di samping itu situasi dan kondisi politik di Indonesia tahun 60-an, di mana orde lama dan PKI berjaya. Muhammadiyah mendapat tantangan yang sangat berat untuk menegakkan dan menjalankan misinya. Oleh karena itu, IPM ter-panggil untuk mendukung misi Muhammadiyah dan menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Dengan demikian, kelahiran IPM mempunyai 2 nilai strategis. Pertama, IPM sebagai aksentuator gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar di kalangan pelajar. Kedua, IPM sebagai lembaga kaderisasi Muhammadiyah yang dapat membawa misi Muhammadiyah di masa mendatang.

Keinginan dan upaya para pelajar untuk membentuk organisasi pelajar Mu-hammadiyah sebenarnya telah dirintis sejak 1919. Akan tetapi selalu mendapat halangan dan rintangan dari berbagai pihak. Keinginan untuk membentuk organ-isasi pelajar Muhammadiyah baru mendapat titik terang pada tahun 1958, yaitu ketika Konferensi Pemuda Muhammadiyah (PM) di Garut. Organisasi pelajar Muhammadiyah akan ditempatkan di bawah pengawasan PM.

Keputusan Konferensi PM di Garut tersebut diperkuat pada Muktamar PM II yang berlangsung pada tanggal 24-28 Juli 1960 di Yogyakarta yakni dengan memutuskan untuk membentuk IPM (Keputusan II/ no.4). Setelah ada kesepaka-tan antara PP Pemuda Muhammadiyah dan PP Muhammadiyah Majlis Pendi-dikan dan Pengajaran pada tanggal 15 Juni 1961 ditanda tanganilah peraturan bersama tentang organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Rencana pendirian IPM tersebut dimatangkan secara nasional pada Konferensi Pemuda Muham-madiyah di Surakarta tanggal 18 – 20 Juli 1961.

Tanggal 5 Shafar 1381 H bertepatan tanggal 18 Juli 1961 M ditetapkan sebagai hari kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Dengan Ketua Umum Herman Helmi Farid Ma’ruf dan Sekretaris Umum Muh. Wirsyam Hasan. Akh-irnya, Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi otonom Mu-hammadiyah yang bergerak di bidang dakwah dan kaderisasi dikalangan pelajar Muhammadiyah.

(40)

penye-suaian tubuh organisasi. Usai KONPIWIL PP IPM diminta Depdagri mengisi for-mulir direktori organisasi dengan disertai catatan agar pada waktu pengembalian formulir tersebut nama IPM telah berubah. Tim eksistensi PP IPM yang bertugas membahas masalah ini,melakukan pembicaraan intensif. Akhirnya diputuskan perubahan nama Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Pelajar Muham-madiyah, dengan pertimbangan :

1. Keberadaan pelajar sebagai kader persyarikatan, umat dan bangsa selama ini belum mendapat perhatian sepenuhnya dari persyarikatan Muhammadiyah 2. Perlunya pengembangan jangkauan IPM

3. Adanya kebijakan pemerintah RI tentang tidak diperbolehkannya penggunaan kata “Pelajar” untuk organisasi berskala nasional.

Keputusan pergantian nama oleh PP IPM ini tertuang dalam SK PP IPM Nomor VI/PP.IPM/1992 yang selanjutnya perubahan tersebut disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah tanggal 22 Jumadil Awal 1413 H/18 November 1992 tentang pergantian nama Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Dengan demikian secara resmi perubahan IPM menjadi IPM adalah sejak 18 November 1992.

Seiring perkembangan organisasi IPM, mucul berbagai reaksi dari tubuh persyarikatan, bahwa IPM dinilai kurang fokus terhadap pembinaan pelajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Maka, Tanwir Muhammadiyah tahun 2007 merekomendasikan IPM untuk berubah kembali menjadi Ikatan Pelajar Muham-madiyah (IPM).

Pembahasan mengenai basis masa dan lokus gerakan sebenarnya sudah mengemuka sejak Muktamar IPM ke-14 di Lampung. Pada Muktamar IPM ke-15 pun, Muktamar mengamanatkan untuk membentuk tim eksistensi yang bertu-gas untuk membahas masalah ini. Tim eksistensi PP IPM juga meminta saran pendapat dari PP Muhammadiyah dan ortom-ortom di dalamnya.

(41)

MENGENAL IPM RANTING

A. IPM Sebagai Satu-Satunya Organisasi Kesiswaan di Seko-lah/Madrasah/Pondok Pesantren Muhammadiyah

Sebagaimana tertuang dalam SK PP Muhammadiyah Majelis Pendidi-kan Dasar dan Menengah No. 510/SK. PP/III.A/16/1997 tertanggal 3 Oktober 1997 tentang Qoidah Pendidikan Dasar Dan Menengah Muhammadiyah, Bab VI Pasal 24 dijelaskan bahwa:

“Pimpinan Sekolah/Pondok Pesantren/Madrasah Muhammadiyah berkewajiban membina Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang menjadi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam Sekolah/ Madrasah/ pondok Pesantren Muhammadiyah.”

Kemudian dalam Bab VIII pasal 32 dituliskan,

“Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Sekolah/Madrasah/Pon-dok Pesantren Muhammadiyah adalah Ikatan Pelajar Muhamma-diyah.”

Jadi, jelaslah bahwasanya keberadaan IPM di sekolah/Madrasah/ Pondok Pesantren Muhammadiyah adalah wajib. Sedangkan tanggungjawab atas keberadaan dan keberlangsungannya berada pada Pimpinan Sekolah/ Madrasah/Pondok Pesantren yang bersangkutan.

B. Organisasi IPM Ranting

IPM Ranting merupakan bagian dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah secara keseluruhan. Secara hierarkhis IPM Ranting akan berada dibawah kepe-mimpinan IPM diatasnya. Berikut penjenjangan dalam Organisasi IPM : 1. Pimpinan Pusat (PP)

2. Pimpinan Wilayah (PW) 3. Pimpinan Daerah (PD) 4. Pimpinan Cabang (PC) 5. Pimpinan Ranting (PR)

Konsekuensi dari penjenjangan tersebut bagi IPM Ranting adalah:

1. PR IPM dilantik, disahkan dan ditetapkan oleh Pimpinan IPM diatasnya, yaitu PC IPM atau PD IPM setempat.

2. PR IPM terikat untuk melaksanakan kebijakan Pimpinan IPM diatasnya. 3. PR IPM sebagai bagian dari Pimpinan IPM diatasnya berkewajiban turut

menghidupkan aktivitas Pimpinan IPM diatasnya

4. PR IPM sebagai bagian dari Pimpinan IPM diatasnya berhak untuk ambil bagian dalam aktivitas Pimpinan IPM diatasnya

(42)

6. Menjadi ujung tombak perjuangan IPM, sehingga harus senantiasa di-penuhi sikap istiqamah dalam berjuang dengan cara-cara terbaik demi terwujudnya tujuan ikatan.

C. Komponen IPM Ranting (Pembina, pimpinan, anggota, ka-der, simpatisan)

Komponen IPM Ranting merupakan unsur-unsur yang menyusun berdirinya sebuah organisasi IPM Ranting. Komponen tersebut adalah:

1. Pembina IPM Ranting

Pembina adalah orang yang mempunyai tugas untuk membina jalan-nya IPM Ranting. Secara Konstitusional keberadaan pembina ranting mengacu pada SK Dikdasmen No. III. A/1.6/48/1993 dan amandemen AD/ART IPM pasal 9 a 3.

Mengingat kedudukan Ranting, maka pembina ranting dapat dibeda-kan menjadi :

a. Pembina IPM Ranting Sekolah terdiri dari :

• Kepala Sekolah sebagai Ketua Pembina Ranting

• Wakil Kepala Sekolah (bidang Kesiswaan) sebagai Wakil Ketua Pembina Ranting

• Tenaga Pengajar.sebagai anggota Pembina Ranting

Dalam melakukan fungsi pembinaan, Pembina ranting harus selalu berkoordinasi dengan Pimpinan Cabang atau Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah setempat.

Adapun yang menjadi tugas dari Pembina Ranting IPM adalah sebagai berikut:

a. Bersama PC atau PD IPM bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan IPM di ranting.

b. Melakukan pemantauan secara kontinyu dinamika kepemimpinan Ranting IPM.

c. Mengarahkan penyusunan progam kerja PR IPM.

d. Memberikan saran/petunjuk yang berkaitan dengan proses pengambilan kebijakan PR IPM.

e. Memberikan kemudahan atas penggunaan fasilitas-fasilitas yang tersedia di lingkungan sekolah untuk kepentingan kegiatan PR IPM. f. Memberikan dorongan dan motivasi kepada PR IPM untuk berkreasi

dalam mengembangkan progam IPM Ranting.

g. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas IPM Ranting.

2. Pimpinan Ranting IPM

(43)

PC atau PD IPM setempat. Kepengurusan Pimpinan Ranting dibentuk dalam Musyawarah Ranting (MUSYRAN) yang diselenggarakan satu tahun sekali.

Di IPM tidak dikenal istilah pengurus, akan tetapi pimpinan seb-agaimana Muhammadiyah. Ini mengandung pengertian bahwa yang menjadi Pimpinan IPM adalah pribadi-pribadi terpilih yang akan senan-tiasa berikhtiar dengan cara-cara yang terbaik untuk menjadi pribadi yang terbaik. Berjuang dengan upaya-upaya terbaik untuk mencapai tujuan gerakan dengan hasil yang terbaik pula.

Hak Dan Kewajiban Pimpinan Ranting IPM adalah :

a. Pimpinan Ranting berhak atas fasilitas-fasilitas di lingkungan sekolah untuk keperluan aktivitasnya.

b. Pimpinan Ranting IPM berhak mendapatkan kondisi yang kondusif untuk dapat mengembangkan progam Ranting.

c. Pimpinan Ranting IPM berhak dan berkewajiban memberikan pendapat dan masukan kepada Pimpinan sekolah untuk kepentingan kemajuan sekolah.

d. Pimpinan Ranting IPM berkewajiban memberikan laporan atas aktivi-tasnya kepada anggota ranting, serta kepada pihak sekolah bagi yang berkedudukan di sekolah.

3. Anggota IPM Ranting

Di dalam sebuah organisasi, anggota adalah objek garapan dari organisasi. Namun IPM memandang, anggota merupakan objek dari garapan dakwah ikatan, sekaligus menjadi subyek pelaku dakwah yang membawa identitas ikatan. Secara resmi, keanggotaan dalam IPM di-buktikan dengan Kartu Tanda Anggota yang dikeluarkan oleh Pimpinan Daerah IPM atau Pimpinan Pusat IPM. Khusus untuk mendapatkannya dapat diajukan secara tertulis kepada pimpinan Daerah IPM melalui rant-ing atau cabang.

Sesuai dengan AD ART IPM anggota IPM adalah mereka :

a. Pelajar muslim yang bersekolah di perguruan Muhammadiyah tingkat SLTP/sederajat dan atau SMU/sederajat.

b. Pelajar Muslim yang berusia minimal 12 tahun dan maksimal 21 tahun. (yang menyatakan diri masuk dalam IPM dan memenuhi persyaratan-nya).

c. Mereka yang pernah menjadi anggota sebagaimana ketentuan a dan b, dan atau seseorang yang diperlukan oleh organisasi dengan usia maksimal 24 tahun.

Adapun syarat untuk mendapatkan status keanggotaan IPM seb-agaimana diatur dalam AD/ART IPM adalah sebagai berikut:

(44)

tujuan IPM bersedia mendukung kebijakan organisasi dan berperan aktif melaksanakan tugas IPM.

b. Pelajar yang bersekolah di perguruan tinggi Muhammadiyah tingkat SLTP/sederajat dan SMU/sederajat.

Setiap anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah berkewajiban untuk: a. Setia pada perjuangan IPM ( memuliakan Islam yang benar ) b. Tunduk dan taat pada keputusan dan peraturan IPM.

c. Sanggup menjaga nama baik IPM, dan menjadi teladan yang utama sebagai pelajar muslim.

d. Turut mendukung dan melaksanakan kebijakan dan amal usaha IPM. e. Membayar iuran dana abadi dan iuran anggota serta infaq yang

ditetapkan oleh pimpinan Pusat IPM.

4. Kader

Kader adalah anggota IPM yang telah mengikuti pelatihan pengkaderan Taruna Melati IPM, serta mampu dan pernah menjadi penggerak inti ikatan.

5. Simpatisan

Simpatisan IPM adalah mereka yang menyetujui maksud dan tujuan IPM tetapi tidak memenuhi syarat sebagai anggota. Simpatisan dapat diun-dang dalam permusyawaratan IPM serta berhak menyatakan pendapat tetapi tidak mempunyai hak untuk memilih dan dipilih.

MENGELOLA IPM RANTING A. Musyawarah Ranting

Adalah permusyawaratan tertinggi di tingkat ranting, diadakan atas undangan Pimpinan Ranting. Musyawarah Ranting diikuti oleh :

1. Peserta, yang terdiri dari: a. Personal Pimpinan Ranting.

b. Ranting Sekolah: Ketua kelas, dan perwakilan kelas yang dipilih oleh kelas, dengan jumlah tertentu yang telah ditentukan.

c. Ranting Non Sekolah: Seluruh anggota Ranting, atau perwakilan dari unsur-unsur pendukung ranting (jika ranting dibangun dari kumpulan pelajar masjid/unsur lain seperti pedukuhan,desa, dll) dengan jumlah tertentu yang telah ditentukan.

Peserta Musyawarah Ranting memiliki hak bicara dan hak suara. Hak bicara adalah hak untuk mengemukakan pendapat di dalam persidangan, sedangkan hak suara adalah hak untuk menentukan pilihan jika dalam persi-dangan dilakukan pemungutan suara.

(45)

Adalah selain peserta yang diundang oleh pimpinan ranting untuk mengikuti musyawarah ranting. Peninjau Musyawarah ranting hanya memiliki hak bicara saja.

Agenda pokok dalam Musyawarah Ranting adalah sebagai berikut: a. Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Ranting

b. Tanggapan atas Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Ranting c. Pemilihan Pimpinan Ranting Periode Berikutnya.

d. Penyusunan Arahan Kerja Pimpinan Ranting periode Berikutnya. Tahapan-tahapan dalam penyelenggaraan Musyawarah Ranting secara runtun dapat dijabarkan seperti berikut ini:

1. Persiapan

a. PR IPM membentuk:

1) Tim materi, yang bertugas menyusun materi yang akan dibahas. Seperti: arahan kerja Pimpinan Ranting, Rekomendasi, serta hal lain yang menjadi sikap pimpinan ranting.

2) Panitia pemilihan (PanLih), berfungsi sebagai lembaga pemilihan ketua dan atau formatur Pimpinan Ranting selanjutnya.

Tugas PanLih adalah:

a) Penjaringan calon dari unsur ranting b) Verifikasi syarat calon

c) Menetapkan bakal calon ketua dan atau formatur yang berhak bersaing dalam Musyran

d) Menyusun tata tertib pemilihan, untuk diajukan dalam pleno Musyran

e) Mempersiapkan segala keperluan pemilihan dalam Musyran 3) Tim verifikasi, bertugas mengaudit keadaan keuangan Pimpinan

Ranting selama periode berjalan, untuk kemudian dilaporkan ke-pada Musyran.

4) Panitia Musyran dengan melibatkan perwakilan tiap kelas, menjadi wakil Pimpinan Ranting yang bertanggungjawab atas terselengga-ranya Musyran secara keseluruhan.

b. PR IPM menyusun Laporan Pertanggungjawaban kepemimpinannya selama 1 periode

Beberapa kelengkapan administratif yang harus disiapkan panitia musy-awarah ranting dalam penyelenggaraan musymusy-awarah ranting meliputi: a. Rancangan tata tertib musyawarah ranting

b. Rancangan tata tertib persidangan

c. Blangko Keputusan Persidangan Musyawarah Ranting d. Blangko Keputusan Induk Musyawarah Ranting e. Daftar Peserta Musyawarah Ranting

(46)

g. Presensi Peserta Persidangan h. Presensi Peninjau Persidangan 2. Pelaksanaan

Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, Pimpinan Ranting berke-wajiban mengundang peserta beberapa waktu sebelum pelaksanaan musyawarah ranting, serta hendaknya dilampiri dengan materi musy-awarah ranting hasil penyusunan tim materi.

Berikut ini diberikan contoh manual acara Musyawarah Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Dalam contoh ini Musyawarah Ranting diselenggarakan selama satu hari penuh.

Pukul Acara Sub Acara Penanggung jawab Keterangan

07.30-08.00 Registrasi - Panitia Didaftar dan dibedakan an-tara peserta dan peninjau

08.00-09.00 Upacara Pembukaan

1. Pembukaan 2. Tilawah 3. Menyanyikan Lagu:

a. Indonesia Raya b. Sang Surya c. Mars IPM Berjaya 4. Prakata Panitia 5. Sambutan-sambutan:

a. PR IPM

b. Kepala Sekolah/PRM c. PC IPM sekaligus

membuka Musyran 3. Penutupan (baca

keputusan sidang, tutup dg hamdalah, ketok palu)

Pimpinan Ranting

Sidang dipimpin pimpinan sidang sementara dari Pimpinan Ranting, serta diakhirii dengan memilih pimpinan dan sekretaris sidang selanjutnya dari peserta sidang

1. Pembukaan, (dg basmalah, ketok palu) 2. Mendengarkan pidato (ketua dipersilahkan) 3. Penutupan, (baca

keputusan sidang, tutup dengan hamdalah, ketok palu)

Pimpinan Ranting

Diawali mengisi daftar hadir persidangan, cek kuorum, dan diakhiri dengan memilih pimpinan dan sekretaris sidang berikutnya dari peserta

(47)

11.00-1. Pembukaan (dg basmalah, ketok palu) 2. Mendengarkan laporan

pertanggunjawaban (seluruh/perwakilan PR IPM ddipersilahkan ke depan)

3. Sidang dibreak untuk ibadah... ( sidang sementara ditunda, ketok palu)

Pimpinan Ranting

Diawali mengisi daftar hadir persidangan, cek kuorum, dan diakhiri dengan memilih pimpinan dan sekretaris sidang berikutnya dari peserta

11.45-12.30 Rehat Makan Siang, Dzuhur Panitia

12.30-13.30 Lanjutan Pleno III

1. Pembukaan (dg basmalah, ketok palu) 2. Melanjutkan LPJ,

Tanggapan dari peserta sidang (forum dibuka untuk peserta sidang menanggapi)

1. Pembukaan (dg bas-malah, ketok palu) 2. Forum diserahkan kepada Panlihran: 3. Pembahasan Tata tertib Pemilihan 4. Penutupan(baca

kepu-tusan sidang, tutup dg hamdalah, ketok palu)

Panilhran

Diawali mengisi daftar hadir persidangan, cek kuorum, dan diakhiri dengan memilih pimpinan dan sekretaris sidang berikutnya dari peserta 2. Forum diserahkan kepada Panlihran: 3. Prosesi Pemilihan 4. Penetapan Pemenang 5. Penutupan(baca kepu-tusan sidang, tutup dg hamdalah, ketok palu)

Panlihran

Diawali mengisi daftar hadir persidangan, cek kuorum, dan diakhiri dengan memilih pimpinan dan sekretaris sidang berikutnya dari peserta

15.00-15.30 Break

Coffee Break, ‘Asar, Pembagian Anggota

Komisi Panitia

PR IPM membagi Peserta dan peninjau dalam komisi-komisi yang memilki tugas khusus

1. Pembukaan (dg basmalah, ketok palu) 2. Pengumuman anggota

komisi 3. Penutupan(baca

keputusan sidang, tutup dg hamdalah, ketok palu)

Panitia

Diawali mengisi daftar hadir persidangan, cek kuorum, dan diakhiri dengan memilih pimpinan dan sekretaris sidang berikutnya dari peserta

Komisi A: Arahan Kerja Pimpinan, Kesekretariatan, Keuangan Komisi B: Arahan Kerja

(48)

16.00-16.45 Sidang Komisi

Masing-masing Komisi: 1. Pemilihan Ketua dan Sekretaris Komisi. 2. Pembukaan(dg

basmalah, ketok palu) 3. Pembahasan Materi

Komisi 4. Penutupan(baca

keputusan sidang, tutup dg hamdalah, ketok palu)

Pimpinan Ranting Isi presensi, cek kuorum,

16.45-17.30 Pleno VII: Laporan Komisi

1. Pembukaan (dg basmalah, ketok palu) 2. Laporan Komisi

(bergantian wakil komisi melaporkan hasil pembahasannya) 3. Penuntupan(baca

keputusan sidang, tutup dg hamdalah, ketok palu)

Panitia

Diawali mengisi daftar hadir persidangan, cek kuorum, dan diakhiri dengan memilih pimpinan dan sekretaris sidang berikutnya dari peserta

1. Pembukaan (dg basmalah, ketok palu) 2. Pembacaan 3. Penutupan(baca

keputusan sidang, tutup dg hamdalah, ketok palu)

Panitia

Diawali mengisi daftar hadir persidangan, cek kuorum, dan diakhiri dengan memilih pimpinan dan sekretaris sidang berikutnya dari peserta c. Mars IPM Berjaya 4. Prakata Panitia

B. Struktur IPM Ranting

IPM mengenal struktur baku pimpinan yang diatur oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Adapun struktur pimpinan ranting adalah sebagai berikut:

1. Ketua-ketua: Ketua Umum

Ketua Bidang Perkaderan

Ketua Bidang Kajian Dakwah Islam Ketua Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan Ketua Bidang IPMawati

(49)

Sekretaris Umum

Sekretaris Bidang Perkaderan

Sekretaris Bidang Kajian Dakwah Islam Sekretaris Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan Sekretaris Bidang IPMawati

Sekretaris Bidang Apresiasi Seni, Budaya dan Olahraga 3. Bendahara:

Bendahara Umum Wakil Bendahara 4. Anggota Bidang

Anggota Bidang Perkaderan

Anggota Bidang Kajian Dakwah Islam Anggota Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan Anggota Bidang IPMawati

Anggota Bidang Apresiasi Seni, Budaya dan Olahraga

Untuk Pimpinan Ranting Sekolah yang umumnya memiliki wadah kesiswaan yang spesifik serta memiliki kepengurusan (misal Peleton Inti, Palang Merah Pelajar, dll), maka sebagai satu-satunya organisasi kesiswaan, IPM menjadi payung bagi masing-masing kelompok kegiatan tersebut dengan menempatkannya dalam departemen di bawah bidang yang sesuai, atau menjadi Badan Semi Otonom yang secara struktural ada dibawah Pimpinan Ranting IPM. Sehingga Struktur Pimpinan ranting Sekolah menjadi seperti berikut ini:

1. Ketua-ketua: Ketua Umum

Ketua Bidang Perkaderan

Ketua Bidang Kajian Dakwah Islam Ketua Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan Ketua Bidang IPMawati

Ketua Bidang Apresiasi Seni, Budaya dan Olahraga 2. Sekretaris-sekretaris:

Sekretaris Umum

Sekretaris Bidang Perkaderan

Sekretaris Bidang Kajian Dakwah Islam Sekretaris Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan Sekretaris Bidang IPMawati

Sekretaris Bidang Apresiasi Seni, Budaya dan Olahraga 3. Bendahara Umum

(50)

Bidang Perkaderan: Dept. Peleton Inti Bidang KDI:

Dept. Dakwah Sie Kajian Rutin Sie Hari Besar Islam Dept. Pustaka Mushalla Bidang PIP:

Dept. KIR Dept. PMR

Dept. English Study Club Dept. Mathholic

Dept. Media: Sie Mading Sie Majalah Siswa Sie Radio Sekolah Bidang IPMawati:

Dept. Kajian Keputrian Dept. Korps Da’iyah Bidang ASBO:

Dept. Seni: Sie Teater Sie Seni Musik Sie Seni Lukis Dept. Olahraga:

Sie Bolavoli Sie Karate

Pembagian tugas untuk masing-masing jabatan dalam struktur Pimpinan Ranting adalah sebagai berikut:

1. Ketua Umum

a. Memimpin dan bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas pimpinan ranting.

b. Mengkoordinasikan struktur kepemimpinan.

c. Menetapkan kebijaksanaan yang telah dipersiapkan dan direncanakan oleh aparat kepengurusan.(Menandatangani surat)

d. Memimpin rapat.

e. Menetapkan kebijakan dan mengambil keputusan berdasarkan musy-awarah dan mufakat.

f. Setiap saat mengevaluasi kegiatan aparat kepengurusan. 2. Ketua Bidang

(51)

b. Memberikan saran kepada ketua umum dalam rangka mengambil keputusan.

c. Menggantikan ketua, bila ketua umum berhalangan.

d. Memimpin dan mengkoordinasikan serta bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas bidang.

e. Mengawasi, mengarahkan, membimbing dan mengkoordinasikan anggota bidangnya.

3. Sekretaris Umum

a. Memberikan saran dan masukan kepada ketua dalam mengambil keputusan.

b. Mendampingi ketua dalam memimpin rapat.

c. Membuat serta menandatangani surat-surat yang berhubungan dengan Organisasi.

d. Menyiapkan, mendokumentasikan, mendistribusikan dan menyimpan surat (yang keluar dan masuk) serta arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan.

e. Menyiapkan laporan, surat, hasil rapat dan evaluasi kegiatan. 4. Sekretaris Bidang

a. Aktif membantu tugas kesekretariatan.

b. Menggantikan sekretaris bila sekretaris umum berhalangan.

c. Menyiapkan laporan, surat, hasil rapat dan evaluasi kegiatan bidangnya.

5. Bendahara dan Wakil Bendahara

a. Bertanggungjawab dan mengetahui segala pemasukan/pengeluaran biaya yang diperlukan.

b. Membuat tanda bukti kuitansi setiap pemasukan/pengeluaran uang untuk pertanggungjawaban.

c. Bertanggungjawab atas inventaris dan perbendaharaan. d. Menyampaikan laporan keuangan secara berkala.

e. Bersama ketua menandatangani surat yang berkaitan dengan dana/ keuangan.

6. Anggota Bidang

a. Bersama ketua bidang dan sekretaris bidang, menjalankan kebijakan bidang

b. Bertanggungjawab atas aktivitas kesiswaan khusus yang ditangani.

Referensi

Dokumen terkait

Milad ‘Aisyiyah ke -100 tanggal 19 Mei 2017 M bertepatan dengan 22 Syakban 1438 H , Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menginstruksikan kepada Pimpinan Wilayah/Daerah/Cabang/Ranting

(1) Rapat Kerja Pimpinan ialah rapat yang diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang,

Pimpinan Pusat / Wilayah / Cabang / Ranting *) Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama para wajib pajak PBB sebagaimana

(1) Rapat Kerja Pimpinan ialah rapat yang diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpi- nan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpi- nan Cabang,

Buku “Himpunan Keputusan Muktamar” ini dipersembahkan kepada Persyarikatan Muhammadiyah, khususnya kepada para anggota pimpinan sejak dari Pusat sampai Ranting, dalam upaya

Pemilihan Qaid Cabang diselenggarakan di bawah pimpinan wakil dari Pusat Nasional, Qaid Wilayah, Qaid Daerah, Amir Jamaat atau Ketua Jamaat, yang

Majlis Tarjih itu adanya pada tingkat pusat, wilayah, dan daerah, maka jika ada usulan atau pendapat dari tingkat ranting atau cabang harus disampaikan kepada majlis

Terdapat juga penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu Proses Perencanaan Program di Dinas Kesehatan Kota 12 Saat ini IPM memiliki 34 Pimpinan Wilayah